Perkembangan Fisik dan Motorik siswa dalam bidang Pendidikan.
Perkembangan Fisik anak Prasekolah (0-6 tahun)
Tugas Perkembangan
Belajar memakan makanan padat.
Belajar berdiri dan berjalan.
Belajar berbicara.
Belajar mengendalikan pembuangan.
Belajar membedakan jenis kelamin.
Belajar mempersiapkan diri untuk membaca, menulis, dan berhitung.
Belajar mengadakan hubungan emosional selain subjek lekatnya.
Belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mengembangkan kata hati.
B. Ciri-ciri Usia Prasekolah
Sebutan dari orang tua :
Usia sulit atau masalah
Usia bermain
Sebutan para pendidik :
Usia prasekolah
Sebutan para ahli psikologi :
Usia psrakelompok
Usia menjelajah
Usia bertanya
Usia meniru
Usia kreatif
C. Perkembangan Fisik
Perubahan tubuh masa kanak-kanak awal saat usia prasekolah tumbuh lebih besar, Pada umumnya masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun.
Pertumbuhan otak mencapai 75% pada usia 5 tahun.
Perbandingan tubuh sangat berubah dan penampilan bayi tidak nampak lagi.
Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur berkurang tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dengan dada yang berbidang, dan bahu lebih luas dan lebih persegi.
Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
Gigi mulai tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
F. Penerapan dalam Bidang Pendidikan
Motorik Halus :
Melukis
Bermain puzzle
Bermain lego dan balok
Motorik Kasar :
Berlari
Melompat
Bermain jingkat
Bermain bola
dll
Perkembangan Fisik dan Motorik siswa dalam bidang Pendidikan.
Perkembangan Fisik anak Prasekolah (0-6 tahun)
Tugas Perkembangan
Belajar memakan makanan padat.
Belajar berdiri dan berjalan.
Belajar berbicara.
Belajar mengendalikan pembuangan.
Belajar membedakan jenis kelamin.
Belajar mempersiapkan diri untuk membaca, menulis, dan berhitung.
Belajar mengadakan hubungan emosional selain subjek lekatnya.
Belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mengembangkan kata hati.
B. Ciri-ciri Usia Prasekolah
Sebutan dari orang tua :
Usia sulit atau masalah
Usia bermain
Sebutan para pendidik :
Usia prasekolah
Sebutan para ahli psikologi :
Usia psrakelompok
Usia menjelajah
Usia bertanya
Usia meniru
Usia kreatif
C. Perkembangan Fisik
Perubahan tubuh masa kanak-kanak awal saat usia prasekolah tumbuh lebih besar, Pada umumnya masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun.
Pertumbuhan otak mencapai 75% pada usia 5 tahun.
Perbandingan tubuh sangat berubah dan penampilan bayi tidak nampak lagi.
Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur berkurang tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dengan dada yang berbidang, dan bahu lebih luas dan lebih persegi.
Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
Gigi mulai tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
F. Penerapan dalam Bidang Pendidikan
Motorik Halus :
Melukis
Bermain puzzle
Bermain lego dan balok
Motorik Kasar :
Berlari
Melompat
Bermain jingkat
Bermain bola
dll
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran. Adapun teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran. Adapun teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
ementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal Informal (PAUDNI) menyelenggarakan Lomba Pengembangan Alat Permainan Edukatif (APE) - PAUD tingkat Nasional tahun 2013. Puncak penganugerahan pemenang dilakukan di salah satu hotel di Jakarta Pusat, Kamis (24/10) ~ Info : www.paudjateng.com
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Materi ini disampaikan oleh Dadang Supriatna, M.Ed pada webinar ow to to be a creative teacher or parent in a new normal life, yang diselenggarakan oleh PPPPTK TK dan PLB
Mempelajari Filsafat Ilmu dan pendidikan secara mengakaji hakikat apa saja yang terdapat didalam sesuatu hal tersebut atau bisa dikatakan secara ontologi
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
3. 82
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
b. Pengalaman sebelum main
c. Pengalaman saat main
d. Pengalaman setelah main
10. Dengan melaksanakan evaluasi dalam kegiatan bermain, guru akan
memperoleh informasi….
a. Kekhawatiran orang tua
b. Aktivitas anak di rumah
c. Sikap anak terhadap permainan
d. Keterlibatan orang tua dalam aktivitas anak
KUNCI JAWABAN
1. D
2. C
3. D
4. A
5. B
6. A
7. C
8. B
9. D
10. C
SERI BERMAIN
PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI YANG MENYENANGKAN
MELALUI BERMAIN
Penyusun:
Yohana Rumanda, SE
Hikmah, MM, M.Pd
Pembahas
Siti Donatirin, M.Pd
Dr. Anita Yus, M.Pd
Ir. Nila Kusumaningtyas
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL
DIREKTORAT PEMBINAAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL
2011
4. 81
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
5. Penataan bahan main untuk kegiatan bermain anak harus mendukung
....
a. Kebutuhan anak, intensitas main, densitas main, dan perilaku soaial
b. Perkembangan anak, intensitas main, densitas main, dan perilaku
soaial
c. Kebutuhan anak, perkembangan anak, intensitas main, dan densitas
main
d. Minat anak, perkembangan anak, perilaku soaial, dan keragaman
main.
6. Lingkungan main yang bermutu tinggi untuk anak usia dini adalah
lingkungan main yang mendukung 3 (tiga) jenis main yaitu ....
a. Main sensorimotor, main pembangunan, dan main peran
b. Main sensorimotor, main pembangunan, dan main keaksaraan,
c. Main peran, main sensorimotor, main keaksaraan
d. Main peran mikro, main pembangunan, dan main keaksaraan
7. Untuk memperkuat pusat-pusat syaraf indra anak dengan diberikan
banyak kegiatan:
a. Main Peran
b. Main Pembangunan
c. Main Sensorimotor
d. Main Keaksaraan
8. Membuat aturan main anak pada proses pembelajaran, termasuk
pijakan ....
a. Lingkungan main
b. Pengalaman sebelum main
c. Pengalaman saat main
d. Pengalaman setelah main
9. Recolling untuk memperkuat pengalaman-pengalaman main anak
dilakukan pada pijakan:
a. Lingkungan main
5. 80
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
SOAL LATIHAN
PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI YANG MENYENANGKAN MELALUI
BERMAIN
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat di bawah ini:
1. Dalam bermain, anak memperoleh hal – hal yang disebutkan dibawah
ini, kecuali...
a. Eksplorasi
b. Memecahkan masalah (problem solving)
c. Eksperimen
d. Membuang waktu sia – sia
2. Inti dalam pembelajaran anak usia dini melalui bermain, kecuali:
a. Berpusat pada anak
b. Pembelajaran yang sesuai tahap usia, tahap kemampuan dan nilai
budaya
c. Anak membangun pengetahuan dengan banyak dukungan orang
dewasa
d. Aktivitas anak dilakukan dalam pusat kegiatan bermain anak
3. Jenis kegiatan main yang memberikan rangsangan secara terus menerus
melalui seluruh panca indera anak adalah ….
a. Main sensorimotor
b. Main peran mikro dan makro.
c. Main Pembangunan.
d. Main sensorimotor dan main pembangunan
4. Pendekatan pembelajaran pada anak usia dini yang melibatkan unsure
bermain dalam proses belajar anak menekankan pentingnya:
a. Pijakan bermain pada anak
b. Reinforcement (penguatan) pada anak.
c. Area bermain bagi anak.
d. Kurikulum yang seragam bagi anak.
KATA PENGANTAR
Anakusiadiniadalahkondisidimanaseorangmanusiaberadadimasa
emas. Pada masa itu terjadi lonjakan yang luar biasa pada perkembangan
otak anak, yang tidak terjadi pada periode berikutnya.
Untuk mengoptimalkan potensi perkembangan, setiap anak
membutuhkan asupan gizi, perlindungan kesehatan, pengasuhan, dan
rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan.
Para ahli telah meneliti bahwa sekitar 50% perkembangan otak
anak terjadi pada usia 0 – 4 tahun. Dengan demikian harus diperhatikan
dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menjadikan anak lebih berkualitas.
Tentunya dengan memberikan rangsangan pendidikan yang tepat, sejak
anak dalam kandungan.
Seiring dengan bertambahnya usia anak tentunya membutuhkan
rangsangan yang lebih lengkap sehingga memerlukan tambahan pendidikan
baik dirumah maupun di luar rumah. Rangsangan pendidikan di luar rumah
sudah dapat dimulai setelah anak berusia 3 bulan.
Kegiatan bermain memiliki arti penting dalam memberikan layanan
pendidikan anak usia dini. Kegiatan main yang terarah akan memberikan
pengaruh positif terhadap perkembangan seluruh potensi anak yang
meliputi aspek pengembangan nilai-nilai moral dan agama, kognitif, bahasa,
social-emosional, seni, motorik dan kemandirian anak,
Untuk membantu para pelatih memahami dan menyiapkan materi
pelatihan yang berkaitan dengan pembelajaran untuk anak usia dini yang
menyenangkan melalui bermain maka dibuatkan bahan belajar. Bahan
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
i
6. PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
belajar tersebutdiharapkanmenjadireferensibagipelatihdalammenyiapkan
materi yang berkaitan dengan kegiatan bermain yang berkualitas. Semoga
bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini
Jakarta, Juni 2011
Direktur
Dr. Nugaan Yulia Wardhani Siregar, M.Psi
NIP. 19560724 198303 2 001
ii 79
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
No Tanggal
Kegiatan
Pembelajaran
Aspek yang Di nilai Hasil
1. Bermain
Bentengan
Meniru contoh yang diberikan•
dengan baik
Memanipulasi gerakan untuk•
menghasilkan sebuah strategi
bermain
Memiliki ketepatan gerakan•
dalam bermain
7. 78
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
• Melatih kemampuan memprediksi
4. Indikator :
• Anak dapat meniru contoh yang diberikan dengan baik
• Anak dapat memanipulasi gerakan untuk menghasilkan sebuah
strategi bermain
• Anak memiliki ketepatan gerakan dalam bermain
5. Kegiatan
• Dalam permainan ini seluruh anggota dibagi menjadi dua
kelompok.
• Masing-masing punya benteng. Jarak antar benteng sekitar 10
meter. Setiap kelompok harus mempertahankan bentengnya
masing-masing.
• Selain menyerang benteng lawan kita juga dapat menawan
anggota lawan. Bila personal kita dapat bisa memegang
kelompok lawan yang berkeliaran, dia jadi tawanan kita.
• Untuk membebaskannya, kelompok lawan harus berani
mendatangi kubu kita dan menyentuhnya tanpa tersentuh
oleh kita. Kita tidak boleh tersentuh oleh lawan. Kalau
tersentuh oleh lawan kita akan juga jadi tawanannya.
Titik kemenangan terletak jika kita dapat menyentuh benteng
lawan
6. Evaluasi
• Objek evaluasi: mengamati performa anak dalam bentuk
aktivitas anak saat berkreasi mempertahankan lawannya dan
respon anak saat kerja sama dan kesabaran.
• Bentuk Evaluasi :
Evaluasi proses dalam bentuk format catatan anekdot, catatan
berjalan (running record), catatan specimen (specimen record),
catatan observasi, time sampling dan lain-lain)
• Contoh Format evaluasi: Untuk kerja
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar BelakangA. 1
TujuanB.
Ruang lingkup dan waktuC.
2
3
Petunjuk BelajarD. 3
BAB II RENCANA PENYAJIAN MATERI 4
MateriA. 4
Sub MateriB. 4
KompetensiC. 4
IndikatorD. 4
Rencana SajianE. 5
Metode dan Media pembelajaranF. 5
BAB III BERMAIN
Konsep Dasar BermainA.
Hakekat Bermain1.
Fungsi Bermain2.
Jenis-jenis kegiatan bermain3.
Aspek yang dapat dikembangkan melalui bermain4.
6
7
7
9
11
14
Pembelajaran yang menyenangkan bagi Anak Usia DiniB.
Pembelajaran dengan Sentra (C. Learning Centre)
19
21
Tiga Jenis MainD.
Pengelolaan Kegiatan MainE.
24
26
Merancang berbagai jenis permainan dan APEF.
APE sesuai kebutuhan perkembangan anakG.
Evaluasi Bermain Anak Usia DiniH.
33
35
39
Daftar Pustaka 51
Soal Latihan 52
Kunci Jawaban 54
Contoh Kegiatan Bermain anak 55
iii
8. 77
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
b. pewarna (3 macam)
c. kentang, wortel, daun, pelepah pisang
d. pisau
e. koas
f. kertas
1. Evaluasi
• Objek evaluasi: mengamati performa anak dalam bentuk
aktivitas anak saat berkreasi dengan berbagai cetakan dan
respon anak saat kerja sama antara anak dengan anak.
• Bentuk Evaluasi :
Evaluasi proses dalam bentuk format catatan anekdot, catatan
berjalan (running record), catatan specimen (specimen
record),catatan observasi, time sampling dan lain-lain)
• Format evaluasi:
Misalnya dengan Observasi
NO Tanggal Kegiatan Pembelajar Aspek yang Diamati
Hasil
Pengamatan
1. Mencetak dengan
berbagai media
meniru contoh yang
diberikan
memanipulasi gerakan
ketepatan gerakan
naturalisasi dari hasil
imajinasi anak
F. PERMAINAN ANAK USIA 5-6
1. Bentuk Kegiatan : Bentengan
2. Usia : 5-6 tahun
3. Kompetensi yang dikembangkan:
• Mengembangkan kompetensi sosial (kerjasama, kesabaran dll)
• Mengembangkan pengetahuan tentang ukuran
• Melakukan gerakan manipulatif untuk menghindari lawan
9. 76
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Indikator :
a. Anak dapat meniru contoh yang diberikan dengan baik
b. Anak dapat memanipulasi gerakan untuk mengasilkan suatu
karya
c. Anak memiliki ketepatan gerakan dalam pengerjaan
d. Naturalisasi anak dapat mengembakan imajinasi melalui
kegiatan mencetak dari benda-benda yang diinginkan.
Kegiatan :
a. Guru menyiapkan alat dan bahan untuk mencetak.
b. Guru menjelaskan fungsi dari masing-masing alat dan bahan
yang di sediakan, dan guru juga menjelaskan tentang kegiatan
yang akan dilakukan
c. Guru memberi contoh terlebih dahulu proses kegiatan yang
akan dilakukan anak sampai selesai
d. Setelah itu murid di beri kesempatan untuk mencoba
e. Pertama-tama, guru memberikan alat dan bahan yang di
butuhkan tiap murid, berupa kertas, wadah berisi pewarna, dan
cetakan dari kentang yang sudah dibentuk sedemikian rupa
f. Anak mengikuti contoh yang telah diberi sebelumnya, yaitu
anak memberi warna pada dasar cetakan, bisa di oles dengan
koas atau bisa juga di celupkan ke dalam pewarna
g. Lalu anak mulai mencetak diatas kertas yang telah di sediakan
guru.
h. Saatanakselesaimencetak,hasilkaryaanakdidiamkanbeberapa
agar pewarna kering terlebih dahulu, setelah pewarna benar-
benar kering hasil karya anak sudah bisa di kumpulkan.
i. Kegiatan mencetak seperti ini biasanya dilakukan secara
berkelompok.
Persiapan :
a. mangkuk (wadah)
9
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang
berkesinambunganantarakeluargadanlingkungan.Untukmenyelaraskan
kebutuhan ini, maka perlu ada kerjasama dalam mendidik anak antara
orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam
memberikan layanan pada anak usia dini diharapkan sekolah mampu
memberikan layanan pembinaan kepada orang tua untuk melanjutkan
stimulasi pendidikan yang dapat diselenggarakan sendiri di lingkungan
sekitar maupun di rumah.
Lembaga pendidikan sebagai agen pembelajaran bertanggung
jawab dalam mengembangkan berbagai aspek karakter bangsa.
Sehingga setiap kegiatan pembelajaran yang di lakukan pada tatanan
PAUD sebaiknya mengacu pada PP No. 58 tahun 2009 tentang satandar
PAUD yang di kembangkan dalam setiap tahapan dan jenjang pendidikan
sesuai kebutuhan dan karakter masyarakat Indonesia. Pada pendidikan
anak usia dini pendidikan karakter dikembangkan pada setiap kegiatan
belajar (bermain).
Semua anak usia dini tanpa memandang usia mereka belajar
dengan sangat baik melalui bermain (Phelps, 2005: P:1). Dalam
bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi,
dan bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih
keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat
mengekspresikan dan melatih emosi dari pengalaman dan kejadian yang
mereka temui setiap hari. Melalui main bersama dan mengambil peran
berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau pengikut
– perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika dewasa. Dapat
10. 10
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi dalam
mendukung perkembangan dan belajar anak. 1
Ini juga alasan mengapa
anak usia dini memerlukan waktu main lebih besar dalam sepanjang
harinya. Jika anak belajar dengan bermain, maka ia akan memiliki
ketahanan belajar lebih baik jika dilakukan dengan kegiatan belajar
seperti biasanya. Dengan melihat kondisi tersebut hendaknya dilakukan
pengelolaan terhadap kegiatan bermain anak dengan baik, tujuannya
adalah agar kegiatan bermain dapat diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan anak.
Menurut Vigotsky bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognisi seorang anak (Mayke S. Tedjasaputra: 9).
Permainan merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi anak. Hampir
semuabendadapatdijadikansebagaialatpermainan.Padasaatbermain
anak belajar suatu objek, secara sadar atau tidak sadar ia belajar dari
sifat-sifat objek tersebut. Menurut Piaget, nyata dalam bermain itu
sangat penting untuk belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh
informasi demi informasi melalui interaksinya dengan objek dan kelak
informasi tersebut disusun menjadi struktur pengetahuan. Bermain
merupakan salah satu interaksi anak untuk memperoleh pengetahuan,
sebab anak memperoleh pengetahuan melalui objek yang disentuh dan
aktivitas yang dilakukan.
B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat
• Memahami konsep dasar bermain
• Mengembangkan pembelajaran melalui bermain yang tepat sesuai
dengan tahapan perkembangan anak
• Mengembangkan alat permainan edukatif anak usia dini
1 Carol Copple and Sue Bredekamp, Basics of Developmentally Appropriate
Practice: An Introduction for Teachers of Children 3 to 6 (Washington, DC: NAEYC,
2006), p. 20.
75
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Kakinya bertanduk
Hewan apa namanya
Embek – embek – embek
Begitulah bunyinya
Kepalanya bertanduk
Hewan apa namanya
6. Evaluasi
• Objek evaluasi: mengamati performa anak dalam bentuk
aktivitas pengucapan beberapa kosa kata yang baru didengarnya
dan respon anak saat meniru gerakan hewan sesuai suara
binatang
• Bentuk Evaluasi :
Evaluasi proses dalam bentuk format catatan anekdot, catatan
berjalan (running record), catatan specimen (specimen
record),catatan observasi, time sampling dan lain-lain)
• Format evaluasi: Catatan Anekdot (Anekdotal Record)
Tanggal Nama Peristiwa Tafsiran Keterangans
E. KEGIATAN BERMAIN ANAK 4-5 TAHUN
Bentuk Kegiatan : Berkreasi dengan cetakan
Usia : 4-5 tahun
Kompetensi yang dikembangkan:
a. Menjiplak bentuk
b. Mengkoordinasi mata dan tangan untuk melakukan gerakan
yang rumit
c. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu
bentuk
d. Mengekspesikan diri dengan berkarya seni menggunakan
berbagai media
11. 74
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
• Melatih Pendengaran
• Mengasah kemampuan mengingat nama hewan berdasarkan
suara
• Belajar membedakan suara binatang
4. Indikator
• Anak mampu mengingat nama hewan
• Anak dapat membedakan sebuah jenis binatang berdasarkan
suara
• Anak dapat memprediksi kehadiran binatang berdasarkan suara
yang di dengar
5. Kegiatan
Persiapan
• Flascard yang telah diisi musik suara macam-macam binatang
Pelaksanaan
• Ajak anak duduk tenang.
• Perdengarkan /perlihatkan flascard binatang yang telah di isi
suara
• Tunjukkan nama binatang berdasarkan flascard yang di
perlihatkan
• Ulangi 3 kali
• Setelah itu lalu matikan flascard
• Bagi anak menjadi 2 kelompok (1 kelompok bernyanyi
berdasarkan petunjuk guru kelompok satunya lagi menebak
nama binatang sesuai yang dinyanyikan kelompok satunya).
Misalnya:
Berikut ini adalah permainan yang menggunakan lagu yang
menirukan suara-suara binatang, yang merupakan kesukaan
anak-anak berumur empat tahun.
Kukukuuruyuk
Begitulah bunyinya
11
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
• Mengelola kegiatan bermain sesuai dengan kebutuhan anak
• Menerapkan berbagai permainan sesuai dengan tahapan
perkembangan anak
C. Ruang Lingkup dan Waktu
1. Ruang Lingkup
Modul ini berisikan tentang konsep, Manfaat, dan aplikasi bermain
pada pembelajaran anak usia dini.
2. Waktu Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan dalam penerapan konsep bermain dan
penerapan permainan disesuaikan dengan komposisi mutu
pembelajaran yang disusun dengan memperhatikan kecukupan
waktu untuk berpraktek dan menerapkan strategi bermain dengan
komposisi 3 jam teori dan 5 Jam praktek.
D. Petunjuk Belajar
Buku ajar ini terdiri dari tiga Bab. Diharapkan peserta (pelatih)
mempelajaribertahapbabdemibabagardapatmenerapkanpembelajaran
melalui bermain pada anak sesuai tahapan perkembangannya. Dengan
mempelajari setiap bab pada buku ajar ini dengan cermat diharapkan
anda dapat memilih dan merancang media yang tepat bagi anak usia
dini
12. 12
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
BAB II
RENCANA PENYAJIAN MATERI
A. Materi
Judul Materi : Pembelajaran anak usia dini yang
menyenangkan melalui bermain
Jumlah Jam Pelatihan : 8 Jam
B. Sub Materi
Konsep Dasar Bermain1.
Pembelajaran yang menyenangkan bagi Anak Usia Dini2.
Pembelajaran dengan Sentra (3. Learning Centra
Tiga Jenis Main4.
Pengelolaan Kegiatan Main5.
Merancang berbagai jenis permainan dan APE6.
APE sesuai kebutuhan perkembangan anak7.
Evaluasi Bermain Anak Usia Dini8.
C. Kompetensi
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan guru/pelatih mampu
mengembangkan dan menerapkan berbagai jenis permainan untuk
anak usia dini
D. Indikator
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan pelatih dapat:
1. Memahami konsep dan manfaat bermain bagi anak
2. Menerapkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai kebutuhan
anak usia dini
3. Merancang berbagai jenis permainan sesuai tahapan usia
perkembangan dan kebutuhan Anak
4. Merancang Alat Permainan Edukatif sesuai kebutuhan anak
73
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
• Ambil benda dengan aroma yang dikenal anak.
• Sodorkan benda tersebut ke dekat hidungnya dan minta ia
membau dalam jarak dekat.
• Tanyakan anak benda apa yang baru dibauinya.
• Lakukan 2 kali jika ada temannya yang memberi komentar ia
yang jadi bergantian ditutup matanya.
6. Evaluasi
• Objekevaluasi:mengamatiperformaanakdalambentukaktivitas
saat anak mencium perbedaan bau yang baru diciumnya dan
respon anak saat menyebutkan nama benda sesuai baunya
• Bentuk Evaluasi :
Evaluasi proses dalam bentuk format catatan anekdot, catatan
berjalan (running record), catatan specimen (specimen
record),catatan observasi, time sampling dan lain-lain)
• Format evaluasi: Interval Waktu (Time Sampling)
•
•
1 2 3 4 5 6
1 1 1 0 0 0
0 0 0
0 0 0
TIME SAMPLING
Interval Waktu
(Setiap 5 menit)
1 2 3 4 5 6
1 1 1 0 0 0
0 0 0
0 0 0
Lama Pencatatan :
(Ada atau tidak ada)
Catatan Peristiwa :(Frekuensi)
Catatan Peristiwa :
(Ada atau tidak ada)
• Membedakan benda
berdasarkan aroma
• Menyebutkan nama
benda berdasarkan
aroma dan rabaan
•
D. KEGIATAN BERMAIN ANAK 3-4 TAHUN
1. Bentuk Kegiatan : Hewan apa namanya
2. Usia : 3-4 Tahun
3. Kompentisi yang dikembangkan
13. 72
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Waktu Peristiwa Peristiwa Perilaku Konsekuensi
09.00
C. KEGIATAN MAIN ANAK Usia 2-3 TAHUN
1. Bentuk Kegiatan : Tebak-tebakan/ kucing rabun
2. Usia : 2-3 Tahun
3. Kompeenisi yang dikembangkan
• Merangsang indera pencium.
• Mengasah kemampuan mengingat benda-benda melalui
baunya.
• Belajar membedakan benda melalui aromanya.
4. Indikator
• Anak mampu mengingat nama benda
• Anak dapat membedakan sebuah benda berdasarkan aroma
• Anak dapat memprediksi nama benda berdasarkan aroma
• Anak dapat mengaktifkan motorik halus melalui indera peraba
5. Kegiatan
Persiapan
• Benda dengan aroma yang dikenal anak. Misalnya, jeruk, bunga
atau parfum ibu.
• Sehelai selendang atau sapu tangan warna gelap.
Pelaksanaan
• Ajak anak duduk tenang.
• Tutup mata si anak menggunakan sehelai selendang atau sapu
tangan.
• Ajak temannya tetap tenang saat temannya ditutup matanya
13
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
5. Memberikan stimulasi kecerdasan jamak melalui bermain
6. Menerapkan pembelajaran yang menyenangkan melalui bermain
sesuai tahapan perkembangan dan kebutuhan anak usia dini
E. Rencana Sajian
Waktu/
Menit
Materi dan Sub Materi Kegiatan Penyajian
Konsep Dasar Bermain Ceramah Bervariasi
Pembelajaran yang menyenangkan
bagi AUD
Ceramah Bervariasi
Pembelajaran dengan sentra Diskusi & Simulasi
Tiga jenis main dan pengelolaan
kegiatan bermain
Ceramah, praktek,
pemberian tugas
Merancang berbagai jenis permainan
dan APE
Diskusi, Simulasi
APE sesuai kebutuhan perkembangan Ceramah, diskusi
praktik
Evaluasi bermain anak Ceramah, Praktek
F. Metode dan Media Pembelajaran
Padadasarnyaaktivitasinimenggunakanmetodepembelajaranaktif
yang dirangkai para pelatih PAUD. Para pelatih diberikan bekal melalui
pelatihan dan praktik langsung menerapkan beberapa materi yang telah
dilatihkan dengan teknik ceramah, tanya jawab, demonstrasi, praktik
langsung, observasi, dan diskusi kelompok. Untuk teknik ceramah, tanya
jawab, praktik langsung dilakukan pada saat pelatihan dilaksanakan,
sedangkan diskusi kelompok dilaksanakan pada saat peserta observasi
ke lapangan.
Melalui penerapan metode ini diharapkan mampu meningkatkan
14. 14
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
kompetensi para Pelatih yang secara aktif dilibatkan pada berbagai
tahapan pelatihan sebagai berikut:
• Pelatih mengetahui konsep bermain dan pembelajaran yang
menyenangkan dengan benar
• Para pelatih memiliki kemampuan dalam mengembangkan media/
alat permainan edukatif sebagai bekal dalam mempersiapkan
pelaksanaan pembelajaran
• Pengelolaan pembelajaran
• Penyusunan disain evaluasi pembelajaran
Media yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan bermain dan
penerapan permainan yang digunakan untuk mengembangkan berbagai
aspek kemampuan anak dan tahapan perkembangan anak.
71
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
5. Kegiatan
Persiapan:
• Ruangan dengan permukaan datar.
• Rebana berkerincing di sekelilingnya dalam berbagai ukuran.
• Lagu anak-anak
Pelaksanaan :
• Siapkan anak berdiri berpasangan
• Ajak anak bernyanyi
• Ajak anak untuk menggoyangkan dan memukul rebana
mengikuti irama lagu secara bergantian dengan temannya (1
orang bernyanyi 1 orang memukul rebana)
• Awalnya goyangkan perlahan, kemudian lebih cepat.
• Ajak anak menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama rebana.
Bergoyanglah bersamanya.
6. Evaluasi
• Objek evaluasi: mengamati performa anak dalam bentuk
aktivitas pengucapan beberapa kosa kata yang baru didengarnya
dan respon anak saat meniru gerakan berjoget sesuai ritme
• Bentuk Evaluasi :
Evaluasi proses dalam bentuk format catatan anekdot, catatan
berjalan (running record), catatan specimen (specimen
record),catatan observasi, time sampling dan lain-lain)
• Format Evaluasi : Time Sampling
Contoh format evaluasi Even Sampling
Nama : .......................................
Usia : .....................
Sentra : Seni Budaya
Tanggal : ...............
Pengamat : .................................. Waktu :
..................
Contoh Perilaku : menendang, memukul teman lain atau guru dengan
kaki kanan, cukup keras untuk membuat anak lain menangis.
15. 70
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
• Bentuk Evaluasi :
Evaluasi proses dalam bentuk format catatan anekdot, catatan
berjalan (running record), catatan specimen (specimen record),
catatan observasi, time sampling dan lain-lain)
• Format evaluasi: Catatan terbuka (Running Record)
Tanggal Nama
Anak Didik
Peristiwa Tafsiran Keterangan
B. PERMAINAN ANAK Usia 1-2 TAHUN
1. Bentuk Kegiatan : Permainan Joget Rebana
2. Usia : 1-2 tahun
3. Kompetensi yang dikembangkan
• Mengenal perbedaan bunyi
• Mengasah koordinasi tangan-mata-telinga
dan gerak tubuh.
• Memahami sebab-akibat.
• Stimulasi motorik kasar ketika menari.
• Melatih keterampilan social saat Joget Rebana bersama teman.
4. Indikator
• Anak mampu merespon aktivitas yang ditunjukkan melalui
nyanyian
• Anak mampu meniru gerakan guru memukul dan berjoget
sesuai ritme
• Anak dapat bersosialisasi dengan teman saat berjoget bersama
15
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
BAB III
MATERI SAJIAN
A. Konsep Dasar Bermain
1. Hakikat Bermain
Menurut Seafeld dan Barbour aktivitas bermain merupakan suatu
kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan
orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan
anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan
(Carol Seefeldt & Nita Barbour:205). Kegiatan bermain yang dilakukan anak
biasanya bersifat spontan penuh imaginatif dan dilakukan dengan segenap
perasaannya.
Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah,
berkomunikasi, dan bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan,
melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat
mengekspresikan dan melatih emosi dari pengalaman dan kejadian
yang mereka temui setiap hari. Melalui main bersama dan mengambil
peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau
pengikut – perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika dewasa.
Dapat disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi
dalam mendukung perkembangan dan belajar anak (Carol Cople and Sue
Bredekamp, 2006: P. 20). Ini juga alasan mengapa anak usia dini memerlukan
waktu main lebih besar dalam sepanjang harinya.
16. 16
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Para ahli seperti Johnson, Christie, dan Yawkey 1987; Piaget 1962;
Van Hoorn et al. 1993 sebagaimana dikutip Owocki mengamati bahwa
perilaku main menjadi makin kompleks dan abstrak saat anak-anak
maju sepanjang masa kanak-kanaknya. Kemajuan ini dapat diamati
ketika mereka terlibat dalam tiga jenis main yakni main sensorimotor,
main peran, dan main pembangunan (Gretchen Owocki, 1999: p. 8).
Tiga jenis main ini akan dilalui oleh semua anak tanpa memandang ras
maupun bangsanya.
Lev Vigotsky, Piaget, Sara Smilansky Piaget (1951, dalam Wolfgang,
1992: 22 dan Sugiyanto, 1995: 16) berpendapat bahwa anak usia dini
(0-8 tahun) akan melewati tiga tahapan perkembangan bermain, yaitu:
(1) Sensory motor play/ Practice Play (usia 3/4 bulan-1 ½ tahun), (2)
Symbolic/ Make Believe Play (+ 2-7 tahun), dan (3) Social Play Games
with Rules (+ 8-11 tahun).
69
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Contoh penerapan kegiatan bermain anak sesuai dengan kebutuhan anak
A. KEGIATAN MAIN ANAK Usia 0-1 TAHUN
1. Bentuk Kegiatan : Boneka Jari
2. Usia : 3-12 bulan
3. Kompetensi yang dikembangkan
• Dapat merespon aktivitas yang ditujukan padanya.
• Mulai belajar bicara ketika menikmati cerita, nyanyian dan
gerakan boneka jari.
4. Indikator
• Anak mampu merespon aktivitas yang ditunjukkan melalui
nyanyian
• Anak mampu meniru gerakan guru
• Anak dapat mengucapkan kosa kata baru melalui cerita
• Anak dapat memegang dan meraih benda
5. Kegiatan
Persiapan :
Ruangan yang datar dengan alas yang nyaman
Boneka jari aneka warna dan karakter
Pelaksanaan :
• Dudukkan bayi di pangkuan Anda, dengan menggunakan kursi
khusus, atau sandarkan pada bantal.
• Pasang boneka di jari-jari Anda.
• Ceritakan suatu kisah dengan tokoh si boneka jari.
• Gerakkan boneka saat Anda bicara dan bernyanyi.
• Jika bayi berusaha meraih boneka, biarkan dia mendapatkannya.
6. Evaluasi
• Objek evaluasi: mengamati performa anak dalam bentuk
aktivitas pengucapan beberapa kosa kata yang baru didengarnya
dan respon anak saat diperlihatkan boneka jari
17. 68
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Moxley, Juliet, 150 Things to make and Do With Your Children, London, Ebury
Press, 1997
Mackenzie, Jennie, Kids Craft and Play Ideas, Australia, Bay Books, 1993.
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka
Cipta, 2000
Piaget, Jean, Play, dreams, and imitation in Childhood, New York: W.W.
Norton, 1962
Phelps, Beyond The Kitchen Housekeeping, Tallahassee, Florida: The Creative
Center for Childhood Research & Training, Inc., 2005
Phelps, Beyond Building Up Knocking Down, Tallahassee, Florida: The
Creative Center for Childhood Research & Training, Inc., 2005
Roger,CosbyS.andJanetK.Sawyers,PlayinTheLivesofChildren,(Washington
DC: National Association For The Young Children, 1995
Renée Sherman, Instructor Competencies Assessment Instrument , U.S.
Department of Education, 2002
Seefeldt, Carol & Nita Baurbor, Early Childhood Education, Columbus: Meril
Publishing Company, 1990
Stone, Sandra J. Playing A Kid’s Curriculum, GoodYear Books, 1993.
Tedjasaputra, Mayke S., Bermain, Mainan dan Perminan Untuk Pendidikan
Usia Dini, Jakarta: Grasindo, 2001
Moyles, Janet R, The Excellence of Play, Bristol: Open University Press,
1995
50 Activities for Diversity Training, by Jonamay Lambert and Selma Myers.
HRD Press, 1994.
The Giant
Sue C. Wortham. Assessment in Early Childhood Education third edition,
Columbus, Ohio, New Jerey: Upper Saddle River, 2001
17
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
1) Pada Sensory motor play/ Practice Play, kegiatan anak sebelum
usia 3-4 bulan belum dapat dikategorikan sebagai bermain.
Sejak usia 3-4 bulan, gerakan anak telah lebih terkoordinasi dari
pengalamannya, anak belajar bahwa dengan menarik mainan
yang tergantung di atas tempat tidurnya, mainan tersebut
akan bergerak dan berbunyi. Kegiatan bermain sensori ini
menekankan pada permainan yang berpusat pada gerak sensori
motorik anak.
Sumber: Dokumen TK Putra 1
2) Pada tahapan symbolic/ make believe play (bermain pura-pura/
bermain peran/ dramatic play), pada umumnya kegiatan anak
diwarnai dengan kegiatan bermain khayal dan pura-pura. Anak
sudah mulai dan dapat menggunakan berbagai benda sebagai
simbol atau resentasi dari benda lain.
3) Pada tahap social play games with rules, kegiatan bermain sudah
18. 18
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
menggunakan simbol yang lebih banyak dan dilatar belakangi
oleh penalaran, logika dan objektivitas.
2. Fungsi Bermain
Kegiatan bermain dilakukan sungguh-sungguh oleh seorang anak,
sebab kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak bersifat rileks dan
merupakan kegiatan yang diinginkan dan disenangi.
Menurut Helms dan Turner bermain adalah cara/jalan bagi
anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan dan cara mereka
menjelajahi dunia lingkungannya termasuk membantu anak dalam menjalin
hubungan sosial antar anak (Donald B. Helms & Jeferey S. Turner: 436-
337). Anak mengungkapkan hasil pemikiran dan perasaan biasanya melalui
bentuk permainan. Bermain, selain bermanfaat untuk melatih kemampuan
eksplorasi juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi
dengan sesama anak ataupun dengan orang dewasa.
Menurut Rubin, Fein, dan Vandenberg, bermain adalah berbagai
macam kegiatan yang memberikan keseimbangan berbagai aspek fungsi
kepribadian. Ada beberapa manfaat bermain diantaranya ialah: (1) bermain
merupakan motivasi intrinsik bagi anak, (2) bermain umumnya bebas dari
kegiatan menulis, (3) bermain membangkitkan aktivitas yang nyata, (4)
pusat proses berbagai kegiatan adalah bermain, (5) bermain mendominasi
permainan, (6) bermain dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas
permainan (Cosby S. Roger and Janet K. Sawyers: 1). Bermain bagi anak
67
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
DAFTAR PUSTAKA
Birth to Three: supporting our youngest children acts as a foundation for
a child.s future learning and development, Learning and Teaching
Scotland, 2005
A Curriculum Framework for 3 to 5, Learning and Teaching Scotland, 2004
Barbara Seuling, How to Write a Children’s Book and Get It Published THIRD
EDITION, 2005
Bronson, Martha B., The Right Stuff for Children Birth to 8: Selecting Play
Material to Support Development, NAEYC, Washington, DC, 1995.
Bredekamp, Sue (Editor), DAP in Early Childhood Programs Serving Children
from Birth through Age 8, Washington DC: NAEYC
Carol Copple and Sue Bredekamp, Basics of Developmentally Appropriate
Practice: An Introduction for Teachers of Children 3 to 6 Washington,
DC: NAEYC, 2006
Catron, Carol. E dan Allen, Jan. Early Childhood Curriculum: A Creative Play
Model, 2nd
Edition, NewJersey : Merill Publ, 1999
Charles H. Wolfgang, Bea Mackender, and Mary E. Wolfgang, Growing &
Learning Through Play (USA: McGraw-Hill, Inc., 1981
Charles Wolfgang and Mary E. Wolfgang, School for Young Children:
Developmentally Appropriate Practices Needham Heights, Florida
State University: Allyn and Bacon
Coughlin Pamela A dkk., Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak,
Children’s Resources International Inc, Washington, DC, 2000
Femmie Juffer, Marian J. Bakermans, etc, Promoting positive parenting an
attacment based intervition, 2008
Gretchen Owocki, Literacy Through Play, Portsmouth, NH: Heinemann,
1999
19. 66
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
3) Sangat menolong untuk menguji perilaku yang tidak sering terjadi.
Beberapa kerugian dari metode ini juga ada, tergantung pada tujuan
pengamatan, yaitu :
1) Peristiwa ke luar dari konteks dan bisa kehilangan beberapa
peristiwa yang juga penting untuk diinterpretasikan.
2) Merupakan metode tertutup yang hanya mengamati perilaku
tertentu dan mengabaikan perilaku yang lain.
3) Kehilangan kekayaan informasi detail dibandingkan catatan
anekdot, specimen record atau running records.
Sebagai pengamat, amatilah anak dengan cara yang tidak
terlalu menyolok dengan posisi yang tidak terlalu dekat dengan
anak. Kita boleh mengamati sambil duduk, berdiri atau berjalan
disekitar area pengamatan. Apapun yang kita gunakan untuk dekat
dengan anak untuk tujuan pengamatan jangan sampai menarik
perhatikan anak. Hindari kontak mata dengan anak yang kita amati,
bila anak yang diamati melihat kepada kita sewaktu pengamatan
berlangsung, berusahalah untuk menghidari tatapannya dengan
mengalihkan penglihatan ke anak lain.
Sebaiknya kita melakukan pengamatan, terkadang anak
juga mengetahui bahwa ia sedang diamati. Kalau anak tahu bahwa
kita sedang mengamatinya, anak akan merasa tidak enak dan bisa
pergi atau keluar dari area main. Kalau hal ini sampai terjadi maka
pengamatan harus dihentikan. Pengamatan dapat dilanjutkan esok
hari atau minta staf lain untuk mengamati anak khusus itu.
Waktu yang tepat untuk melakukan pengamatan adalah
kapanpun. Kita harus tahu pentingnya data apa yang akan kita
peroleh dalam pengamatan, oleh karena itu kita harus meluangkan
waktu yang baik untuk melakukan pengamatan. Waktu pengamatan
yang terbaik itu adalah tergantung pada apa yang kita mau ketehui/
pelajarai dari seorang anak.
19
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
merupakan suatu kegiatan yang diinginkan, dengan bermain anak akan
merasa bebas, dan menyenangkan. Kegiatan bermain yang dilakukan anak
akan membangkitkan motivasi instrinsik, memberikan ketenangan dan
dapat memberikan keseimbangan hidup bagi anak.
Menurut Smith, permainan yang paling baik ialah permainan yang
memberikan kontribusi pada anak dalam belajar konsep dan aktivitas
yang nyata (Janet R Moyles: 4). Permainan yang baik adalah yang dapat
mengajarkan pada anak kemampuan tertentu baik itu bersifat individual
ataupun kelompok. Aktivitas yang diberikan dalam bermain adalah aktivitas
yang dapat memberikan pemahaman pada anak tentang dunia nyata yang
bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari.
Gambar aktivitas bermain anak sehari-hari
Menurut Vigotsky bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognisi seorang anak (Mayke S. Tedjasaputra: 9). Permainan
merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi anak. Hampir semua benda
20. 20
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
dapat dijadikan sebagai alat permainan.
Pada saat bermain anak belajar suatu objek, secara sadar atau tidak
sadar ia belajar dari sifat-sifat objek tersebut. Menurut Piaget, bermain
itu sangat penting untuk belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh
informasi demi informasi melalui interaksinya dengan objek dan kelak
informasi tersebut disusun menjadi struktur pengetahuan. Bermain
merupakan salah satu interaksi anak untuk memperoleh pengetahuan,
sebab anak memperoleh pengetahuan melalui objek yang disentuh dan
aktivitas yang dilakukan.
3. Jenis-jenis Kegiatan Bermain
Jenis-jenis kegiatan bermain bisa membuat anak asyik sekaligus
merangsang perkembangannya. Dalam bermain anak menggunakan
alat permainan sesuai dengan kebutuhan anak, begitu pula jenis
kegiatan bermain sesuai dengan usia perkembangan anak. Ada
berbagai jenis kegiatan bermain anak diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Bermain Aktif
Pada kegiatan bermain aktif, anak melakukan aktivitas
gerakan yang melibatkan seluruh indera dan anggota tubuhnya.
Diantara jenis kegiatan bermain aktif adalah:
65
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
anak dalam interval waktu tertentu, sebaliknya even sampling
untuk mengamati perilaku yang tidak sering.
Pengamat terlebih dulu perlu menentukan perilaku yang ingin
diamati, kemudian mempersiapkan setting yang memungkinkan
perilaku itu muncul dan akan digunakan untuk mengamati perilaku
tersebut. Pengamat perlu mengambil posisi yang nyaman bagi dia
untuk mengamati, menunggu sampai muncul perilaku tersebut dan
mencatatnya.
Pencatatan dapat dilakukan dalam berbagai cara, tergantung dari
tujuan pengamatan. Jika pengamat sedang mempelajari penyebab
atau hasil dari perilaku tertentu, maka menggunakan ”ABC” analisis
(Bell & Low). ABC analisis merupakan deskripsi naratif dari peristiwa
keseluruhan, yang dibagi menjadi 3 bagian : A = perilaku pencetus,
B = perilaku, C = konsekuensi. Setiap saat peristiwa terjadi, saat itu
juga dicatat.
contoh even sampling :
EVEN SAMPLING
Nama : ....................................... Usia : .....................
Sentra : ....................................... Tanggal : ...............
Pengamat : .................................. Waktu : ..................
Perilaku : menendang, memukul teman lain atau guru dengan kaki kanan, cukup keras
untuk membuat anak lain menangis.
Waktu Peristiwa Pencetus Perilaku Konsekuensi
9.13 Dion bermain sendiri di Dion melihat Tom dengan Tom menangis
Sentra balok, Tom datang kening berkerut; berdiri; dan berlari ke
dan meletakkan sebuah mendorong Tom; Tom guru.
balok di bangunan Dion. balas mendorong; Dion
menendang kaki Tom.
10.05 Di arena bermain, Dion Dion menendang Ririn menangis: guru
Berdiri antri untuk ber- kaki Ririn datang dan menarik
main luncuran. Ririn lengan Dion serta me-
datang menyerobot Dion menendang nasehati
barisan Dion. guru
Keuntungan menggunakan even sampling adalah :
1) Mencatat peristiwa dengan utuh, sehingga membuat analisa
lebih mudah.
2) Lebih obyektif dibandingkan metode yang lain, karena perilaku
telah ditentukan sebelumnya.
21. 64
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
2) Lebih obyektif dan terkontrol karena perilaku yang diamati
spesifik dan dibatasi.
3) Memungkinkanpengamatmengumpulkandatadarisejumlahanak
ataupun sejumlah perilaku dalam satu kali waktu pengamatan.
4) Memberikan informasi yang berguna dalam interval waktu dan
frekuensi dari perilaku tertentu.
5) Memberikan hasil kuantitatif yang berguna untuk analisa statistik.
6) Ada beberapa kerugian dari metode ini, yaitu :
7) Metode bukan metode terbuka, sehingga memungkinkan
kehilangan banyak perilaku yang penting.
8) Tidakmenjelaskanperilaku,sebabdanhasil,karenalebihberfokus
pada waktu (kapan dan berapa lama suatu perilaku terjadi)
9) Tidak menyimpan data tentang masukan-masukan perilaku,
karena prinsip metode ini hanya pada interval waktu, bukan
perilaku.
10) Perilaku di luar konteks karena itu mungkin bisa bias.
11) Terbatas untuk perilaku yang diamati yang sering terjadi
12) Biasanya berfokus pada satu jenis perilaku (dalam kasus ini
perilaku negatif) dan bisa mengakibatkan pandangan yang
bias.
e. Even Sampling
Even sampling adalah suatu metode yang memberikan kesempatan
kepadapengamatuntukmenunggudankemudianmencatatperilaku
khusus yang sudah dipilih lebih dulu. Even sampling digunakan
untuk mempelajari kondisi di mana perilaku tertentu terjadi atau
sering terjadi. Penting untuk mempelajari pencetus suatu perilaku
tertentu dari anak – memukul, misalnya – mungkin bagi anak usia
2 tahun memukul sebagai tanda dia ingin mengajak temannya
bermain. Jika time sampling digunakan untuk mengamati perilaku
21
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
1) Tactile Play/bermain dengan tangan
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan
keterampilan jari jemari anak serta membantu anak
memahami dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan
penglihatannya.
2) Functional Play
Permainan yang mengutamakan gerakan motorik kasar/
otot besar.
22. 22
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
3) Constructive Play/ membangun
Permainan yang mengutamakan anak untuk membangun
atau membentuk bangunan dengan media balok,lego dan
sebagainya.
4) Creative Play/ Bermain Kreatif
Permainanyangmemungkinkananakmenciptakanberbagai
kreasi dari imajinasinya sendiri.
63
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
: dalam rangka menolong anak agresif ”Gibran”, guru ingin tahu
berapa kali Gibran berperilaku negatif. Pertama, perilaku agresif
Gibran harus ditentukan secara jelas meliputi apa saja. Misalnya
memukul, mendorong, menendang, memegang teman yang
melawannya, merebut mainan teman.
Perilaku tersebut dapat dituliskan dengan kode misalnya memukul
(p), mendorong (d), merebut (r), dsb. Berikutnya yang perlu
dipersiapkanadalahintervalwaktu. Jikapengamatanakandilakukan
selama setengah jam, boleh saja menentukan setiap 5 menit
perilaku agresif anak diamati. Selanjutnya harus memikirkan cara
pencatatan. Boleh saja menuliskan 1 jika perilaku tersebut terjadi,
dan 0 jika tidak terjadi. Bisa juga meletakkan tanda √ pada kolom
setiap munculnya perilaku agresif tersebut.
contoh format time sampling :
TIME SAMPLING
Interval Waktu
(Setiap 5 menit)
1 2 3 4 5 6
1 1 1 0 0 0
0 0 0
0 0 0
Catatan Peristiwa :
(Frekuensi)
Lama Pencatatan :
(Ada atau tidak ada)
Catatan Peristiwa :
(Ada atau tidak ada)
Time sampling merupakan metode yang sangat berguna jika
digunakan untuk mengamati anak dengan alasan-alasan berikut :
1) Membutuhkan waktu dan usaha yang tidak terlalu banyak
dibandingkan catatan narasi.
23. 62
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
• Dia menunjukkan kekuatannya.
• Dia kehilangan kesabaran.
• Dia menjadi marah.
• Seharusnya dia tidak berbicara seperti itu.
Kesalahan pengamat yang lain adalah menghilangkan
beberapa fakta, mencatat hal-hal yang tidak terjadi dan mencatat
hal-hal yang tidak pada urutan yang benar.
Berikut ini beberapa pedoman dalam melakukan pencatatan.
1) Catat fakta-fakta saja.
2) Catat segala sesuatu secara rinci tanpa menghilangkan apapun.
3) Jangan menginterpretasikan selama melakukan pengamatan.
4) Jangan mencatat apapun yang tidak kita lihat.
5) Gunakan kata-kata deskriptif bukan labelling atau interpretasi.
6) Catat fakta-fakta yang terjadi sesuai dengan urutan kejadiannya.
d. Time Sampling
Metode time sampling memerlukan pengamatan yang
menunjukkankekerapan suatu perilaku terjadi. Perilaku harus terjadi
sering (paling sedikit sekali setiap 15 menit). Misalnya : perilaku
semacam berbicara, memukul atau menangis dapat diamati dan
dihitung dengan mudah. Perilaku memecahkan masalah tidak dapat
diamati menggunakan metode ini, karena perilaku seperti itu tidak
jelas bagi pengamat dan tidak dapat dihitung dengan mudah.
Time sampling dilakukan untuk mengamati perilaku khusus dari
seorang anak atau kelompok dan mencatat ada atau tidaknya
perilakutersebut dalamintervalwaktuyangsudahditentukanuntuk
diamati. Pengamat harus mempersiapkan diri untuk memanfaatkan
waktu yang telah terjadual, dan menentukan jenis perilaku yang
akan diamati, interval waktu yang digunakan, dan bagaimana dia
mencatat ada atau tidak adanya perilaku tersebut. Sebagai contoh
23
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
5) Symbolic /Dramatic Play/bermain simbolik
Permainan dimana anak memegang suatu peran tertentu.
6) Play Games
Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan
bersifat kompetisi/persaingan.
b. Bermain Pasif
Kegiatan bermain pasif tidak melibatkan banyak gerakan tubuh
anak, tetapi hanya melibatkan sebagian indera saja terutama
24. 24
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
pendengaran dan penglihatan. Diantara kegiatan bermain pasif
yang sering dilakukan anak adalah receptive play. Receptive
play merupakan permainan dimana anak menerima kesan-
kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif (bukan fisik
yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang dia
dengar dan ia lihat.
4. Aspek Perkembangan yang dapat di kembangkan melalui bermain
berdasarkan Teori Gardner
Manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak
seperti diuraikan oleh teori Howard Gardner (Multiple Intelegence)
berikut :
a. Linguistic Intellegence (Kecerdasan Bahasa)
Kecerdasan Bahasa meliputi kemampuan berbahasa secara lisan
dan tulisan. Kemampuan ini dapat digunakan untuk mencapai
beberapa tujuan. Orang yang memiliki kecerdasan berbahasa
dapat menjadi pengacara, presenter, pengarang dan lain-lain.
Bagian otak yang bertanggung jawab untuk kemampuan ini
adalah broca area. Orang yang mengalami kerusakan daerah
ini membuat dia kesulitan dalam meletakkan kata demi kata
bersama menjadi satu kalimat walaupun dapat mengerti arti
kata-kata tersebut.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan
bahasa antara lain :
• Membacakan buku yang sudah dikenal anak
• Bertepuk tangan dengan ritme berulang, misalnya: plok
plok – plok plok plok, plok plok – plok
61
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Karena running record mengamati terlalu banyak perilaku
perkembangan yang penting dari seorang anak, maka running
record dipilih sebagai metode utama yang digunakan bersama
dengan Child Skills Checklist untuk menilai perkembangan anak.
Kadang Checklist dikombinasi dengan running record .
c. Catatan Specimen (Specimen Records)
Specimen Records hampir mirip dengan running records tetapi lebih
rinci. Catatan ini sering digunakan oleh peneliti yang menginginkan
deskripsi lengkap dari suatu perilaku anak, sementara running
records lebih sering dipakai oleh guru dengan cara yang tidak formal.
Pengamat yang membuat specimen records bukan orang yang
terlibat dalam kegiatan kelas dan harus menjaga jarak dari anak.
Seperti running records, specimen records menulis secara naratif
perilaku atau peristiwa saat terjadi, tetapi deskripsi itu biasanya
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya seperti
waktu, anak, dan settingnya. Jumlah kerinciannya yang akan dicatat
tergantung pada tujuan pengamatan.
Pengamatan yang diikuti dengan catatan anekdot, running records
ataupun specimen records, bukanlah kegiatan yang mudah.
Pengamat terbiasa mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya
dan dalam waktu yang bersamaan membuat interpretasi tentang
apa yang dilihatnya. Di dalam pencatatan yang obyektif, kita harus
memisahkan dua hal tersebut. Apa yang dicatat harus berupa fakta
yang ada, tanpa melakukan penilaian (labelling) , asumsi, atau
kesimpulan.
Berikut ini merupakan contoh kata-kata dan kalimat labelling yang
sering dijumpai dalam catatan pengamatan:
• Dia anak yang baik hari ini.
• Dimas marah kepada Dini.
• Dia berteriak dengan dengan marah.
25. 60
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
1) Merupakan catatan yang lengkap dan menyeluruh, tidak
terbatas pada peristiwa-peristiwa tertentu.
2) Merupakan catatan yang terbuka, yang dapat untuk mengamati
apa saja tanpa spesifikasi pada perilaku khusus.
3) Tidak membutuhkan pengamat yang memiliki ketrampilan
khusus, karena itu sangat berguna bagi guru kelas.
Selain kelebihan seperti yang diungkapkan di atas, running record
juga memiliki kerugian, yaitu :
1) Catatan ini memerlukan waktu yang lama. Pengamat tidak
memiliki waktu lain selain hanya mengamati dan mencatat
perilaku anak saja.
2) Cukup sulit untuk mencatat semua hal dalam waktu yang
panjang tanpa kehilangan rincian yang mungkin juga penting.
3) Sangat efektif jika hanya mengamati seorang anak saja, tetapi
jika harus melakukan pengamatan terhadap sekelompok anak,
apalagi jika kelompok besar, maka akan mengalami banyak
kesulitan.
4) Pengamat harus menjaga diri anak, yang kadang-kadang sulit
jika pengamat adalah guru yang sedang mengajar.
Running record lebih berguna jika dicatat dalam format
khusus yang dikomentari oleh pengamat kemudian. Sangat sulit bagi
pengamat untuk mencatat setiap kata yang diucapkan anak dan setiap
adegan yang dilakukan anak saat bermain bersama.
contoh format running record :
RUNNING RECORD
Nama Anak :………………. Usia : …………… Tanggal : ………….
Pengamat : ………………. Tempat : ………… Waktu : …………...
Observasi Komentar
25
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
• Bermain tepuk tangan sambil menyebutkan nama anak,
misalnya:
A – ni – ta , A – ni , Mar – li – na , S a – e – ful , dst.
• Merangkai dengan berbagai bentuk huruf
• Bernyanyi dengan gerak dan irama sederhana, dilakukan
secara berulang-ulang
• Membaca buku bersama anak secara berulang terus-
menerus
• Menghadirkan buku-buku yang paling disukai anak.
b. Logical Mathemathic Intelligence (Kecerdasan Logika Matematika)
Kecerdasan Logika Matematika meliputi kemampuan menganalisa
masalah yang bersifat logis matematis dan menginvestigasi masalah
secara ilmiah (scientific thinking). Kemampuan ini melibatkan
sejumlah bagian pusat berpikir di otak.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan
matematika antara lain mengenal deretan angka, bermain
dakon, mengukur berat, mencocokkan, pengukuran panjang-
pendek, mengurutkan kecil-besar, mengurutkan bilangan, main
domino angka, menghitung benda, tebak angka, mengukur
volume, menyusun pola dengan meronce dll.
c. Musical Intelligence (Kecerdasan Musik)
Kecerdasan Musik meliputi kemampuan dalam penampilan
(performance), komposisi dan apresiasi bentuk-bentuk musik.
Bagian otak yang memproduksi kemampuan di bidang musik
terletak di otak bagian kanan.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan
musik antara lain bermain gerak dan lagu, menari, bermain alat
music dengan pukul, petik atau tekan, bermain music dengan
maracas, bernyanyi lagu dengan irama sederhana yang diulang-
ulang disertai gerakan sederhana, dll
26. 26
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
d. Bodily-Kinestetic Intelligence (Kecerdasan Olah Tubuh)
Kecerdasan Olah Tubuh merupakan kemampuan menggunakan
seluruh bagian-bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah
atau melakukan suatu gerak yang menghasilkan produk
(pertunjukan). Orang yang memiliki kemampuan kecerdasan
kinestetik antara lain penari, atlit, aktor, dokter bedah, mekanik
dan lain-lain. Bagian otak yang memproduksi kemampuan ini
adalah Cortex di kedua belahan otak (Hemisphere).
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan
musik antara lain Menari, menirukan gerakan binatang, bermain
gerak dan lagu, mengikuti gerakan senam sederhana, bermain
bola, main egrang, main layang-layang, berjalan di atas papan
titian,dll
e. Visual Spatial Intelligence (Kecerdasan Bentuk dan Ruang)
Kecerdasan bentuk dan Ruang merupakan kemampuan
mengorganisasidanmemanipulasigambardanruanganyanglebar.
Orang yang memiliki kecerdasan ini lebih mudah bekerja di bidang
pilot, navigator, pemain catur, arsitek, grafis, dan lain-lain.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan
bentuk dan dan ruang antara lain bermain balok unit, leggo,
melukis, menggambar, membuat rumah-rumahan dengan balok
kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-
kepingan kayu bergambar
f. Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal)
Kecerdasan Interpersonal merupakan kemampuan seseorang
untuk mengerti maksud, motivasi dan hasrat orang lain serta
secara konsekuen bekerja efektif dengan orang lain walaupun
semua tidak begitu tampak. Contoh : Guru, politikus, orang-
orang yang bekerja di klinik (perawat), penjual maupun pemuka
agama. Bagian otak yang memegang peranan dalam hal ini
59
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
4) Sulit untuk memberikan analisa naratif , karena itu metode ini
kurang berguna untuk penulisan ilmiah.
Catatan semacam ini dapat lebih berguna jika dicatat di kertas
secara vertikal dengan catatan anekdot di sebelah kiri dan ada lahan
untuk menuliskan komentar di sebelah kanan. Atau kertas dibagi
secara mendatar, dengan catatan anekdot di atas dan komentar di
bawahnya.
Berikut ini contoh format catatan anekdot :
CATATAN ANEKDOT
Tanggal : …………… Waktu : …………….…
Nama Anak : …………………….. Usia …………………
Pengamat : …………………….. Kelas …………….
Peristiwa
………………………………………………………………
………………………………………………………………………..
Komentar
………………………………………………………………………..
b. Catatan Berjalan (Running Record)
Metode pengamatan dengan teknik pencatatan lain yang cukup
terkenal adalah Running Records. Catatan ini memuat kejadian
secara rinci dan berurutan. Pengamat mencatat semua kejadian
terus menerus yang dilakukan anak itu. Running record berbeda
dengan catatan anekdot karena running record mencatat semua
perilaku anak bukan hanya sekedar peristiwa-peristiwa tertentu
saja, dan pencatatan dilakukan langsung, tidak menunda kemudian
setelah pembelajaran selesai.
Sebagai catatan yang faktual, pengamat harus berhati-hati untuk
tidak menggunakan kata-kata deskriptif atau memvonis anak.
Catatan yang ditulis mencerminkan apa yang diamati tanpa
memberikan asumsi. Keuntungan dari running record adalah :
27. 58
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
dikatakan dan dikerjakan anak. Kadang-kadang guru memasukkan
alasan-alasan tes terhadap perilaku anak, tetapi ”mengapa” lebih
baik ditulis di bagian khusus sebagai komentar guru. Catatan ini
paling sering ditulis setelah suatu peristiwa terjadi.
Meskipuncatatananekdotmerupakancatatansingkattentangsuatu
kejadian dalam suatu saat tertentu, namun catatan tersebut bersifat
kumulatif. Jika rangkaian peristiwa itu berjalan berulang-ulang dapat
digunakan sebagai masukan yang rinci tentang anak yang diamati.
Keuntungan lain menggunakan catatan anekdot adalah:
1) Pengamatan bersifat terbuka. Pengamat dapat mencatat apa
saja tentang apa yang dilihatnya tanpa dibatasi hanya satu
macam perilaku khusus.
2) Pengamat dapat menangkap hal-hal yang tak terduga pada saat
kejadian, pencatatan dilakukan nanti setelah pembelajaran usai,
sehingga tidak mengganggu aktivitas guru.
3) Pengamat dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus dan
mengabaikan perilaku yang lain.
Sebagai metode pengamatan, tentu selain keuntungan juga ada
kerugiannya. Pengamat perlu memutuskan apa yang diamati, apa
yangingindiketahui,danmetodeapayangpalingberguna.Beberapa
kerugian catatan anekdot adalah :
1) Catatan anekdot tidak memberikan gambaran yang lengkap
karena hanya mencatat peristiwa-peristiwa yang menarik minat
pengamat.
2) Tergantung pada daya ingat pengamat. Peristiwa yang terjadi
kadang tidak bisa ditulis secara rinci, karena pencatatan
dilakukan setelah pembelajaran selesai.
3) Kejadian bisa saja keluar dari konteks dan kemudian
diinterpretasikan tidak dengan benar atau digunakan dengan
cara yang bias.
27
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
adalah Lobus Frontal (Cortex bagian depan).
Kerusakan daerah ini menyebabkan perubahan besar pada
personality, dan orang tersebut seolah-olah menjadi orang lain.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan
interpersonal antara lain bermain peran, bermain boneka anak
dengan binatang, bermain boneka dengan asesoris, dll
g. Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intrapersonal)
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kemampuan untuk
mengerti diri sendiri (keinginan, maksud, ketakutan), memiliki
kemampuan untuk bekerja sendiri dengan efektif dan
memanfaatkan informasi untuk mengatur kehidupannya sendiri
(self regulator). Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal
tinggi mempunyai semangat hidup yang tinggi (bergairah).
Bagian otak yang mengatur kemampuan ini ada di Frontal Lobe.
Kerusakan pada Frontal Lobe bagian bawah akan menyebabkan
irritability atau euphoria, sedangkan bila terjadi kerusakan di
bagian atas dapat menyebabkan apatis, lamban dan peragu.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan
Intrapersonalantaralainbermainperan,melatihmenyampaikan
pikiran dan perasaannya di depan teman, bermain ekspresi, dll
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini berkaitan dengan seluruh yang terdapat di alam
dunia ini. Kecerdasan ini sangat sensitif untuk disimulasikan
dengan semua aspek alam, mencakup bertanam, binatang,
cuaca, dan gambaran fisik dari bumi. Di dalamnya mencakup
keterampilan mengenali berbagai ketegori dan varitas dari
binatang, serangga, tanaman dan bunga. Ini mencakup
kemampuan menanam sesuatu, memelihara dan melatih
binatang. Ini juga mencakup kepekaan untuk dan mencintai
bumi, sebagaimana keinginan untuk memeliharanya dan
28. 28
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
melindungi sumber-sumber alam.
Contoh kegiatan:
• Mencatatfenomenaalamyangmelibatkanhewan,tanaman,
dan hal-hal sejenis
• Memperlihatkan pemahaman yang mendalam dalam topik-
topik yang melibatkan sistem kehidupan
i. Kecerdasan Eksistensional
Anak mengenal dirinya adalah bagian dari alam semesta,
bangsa dan negara, masyarakat, dan keluarganya. Anak
mengerti apa yang harus diperbuat untuk Tuhannya, dirinya,
bangsa dan negara, masyarakat, dan keluarga. Anak dapat
mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan secara
komprehensif.
Contoh:
• Anak dapat menempatkan diri di manapun ia berada
j. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan yang berkaitan dengan kejiwaan, agama,
kepercayaan, keyakinan dan prinsip atau philosofi hidup.
Bagi masyarakat yang religius dianggap sebagai kecerdasan
terpenting atau yang paling menentukan. Sabagai fondasi
dalam mengeksplorasi dan memberdayakan jenis kecerdasan-
kecerdasan lainnya.
Contoh:
Anak yakin dan percaya ciptaan Tuhan
Semuakecerdasandiatasharusdikembangkansecaraseimbang.
Dengan demikian guru perlu merancang kegiatan main yang
bervariasi untuk mengembangkan tujuh kecerdasan tersebut.
57
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
observasi langsung kepada anak. Dengan melakukan observasi ini maka kita
akan dapat melihat dan mengetahui tahap perkembangan anak dan hasilnya
dimasukkan dalam suatu pencatatan.Untuk menentukan strategi evaluasi
yang cocok seorang harus mengetahui mengapa evaluasi dilaksanakan
(Brinkerhoff, 1983:16).
Strategi dan metode observasi dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk pencatatan. Secara rinci bentuk pencatatan observasi yang dapat
digunakan guru dikemukakan berikut ini.
Teknik Pengamatan
Salah satu upaya untuk memahami tumbuh kembang anak usia dini di
antaranyamelaluipengamatan.Olehkarenaitukemampuanpengamatan
bagi seorang pendidik anak usia dini merupakan suatu kompotensi yang
mesti dimiliki
Setiap pengamatan harus dilakukan dengan pencatatan. Pengamat
bukan hanya sekedar mengamati anak untuk mengetahui kegiatan apa
saja yang dilakukan anak, tetapi pengamat juga perlu sensitif terhadap
apa-apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, atau diraba. Selama
melakukan pengamatan dan pencatatan. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa metode pengamatan dan pencatatan untuk anak usia dini.
Adapun metode dan teknik pengamatan pada anak usia dini yang
dibahas dalam modul ini meliputi teknik catatan anekdodal (Anecdotal
Record), catatan berjalan (Running Record), catatan specimen (Specimen
Record), Time Sampling dan Even Sampling.
a. Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Catatananekdotadalahtulisannaratifsingkatyangmenjelaskansuatu
peristiwa tentang perilaku anak yang penting bagi perkembangan
anak dan pengamat. Catatan anekdot menjelaskan sesuatu yang
terjadi secara faktual, dengan cara yang obyektif, menceritakan
bagaimana , kapan dan di mana terjadi peristiwa itu, apa yang
29. 56
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
H. EVALUASI BERMAIN ANAK
Evaluasi sebagai salah satu komponen utama pembelajaran,
termasuk pembelajaran di PAUD. Evaluasi merupakan proses pengumpulan,
penganalisisan,danpenafsirandatayangsistematikdalamrangkapemberian
keputusan terhadap sesuatu (Wortham, 2001). Berarti, dengan evaluasi
guru perlu mengumpul data, menganalisis, dan menafsirkan makna data
yang ada sebagai bahan pengambilan keputusan. Keputusan yang diberikan
merupakan nilai, yang dapat berbentuk angka atau huruf. Bentuk huruf yang
paling sering digunakan adalah deskripsi, atau penjelasan.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan yang telah
dilaksanakan, faktor-faktor penghambat maupun pendukung pencapaian
tujuankegiatan,sertamengetahuitingkatkeberhasilan.Tujuantersebutperlu
untuk memperbaiki kegiatan belajar sekaligus memperbaiki keberhasilan
belajar.
Hasil evaluasi disajikan sebagai bentuk laporan evaluasi. Laporan
tersebut disampaikan kepada orang tua dan kepala sekolah sebagai
bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) guru terhadap kegiatan
yang dilakukannya (Wortham, 2001). Bagi orang tua hal tersebut untuk
kesinambungan program sedang bagi kepala sekolah untuk perbaikan
program belajar.
Ada beberapa strategi dan metode dalam pelaksanaan evaluasi.
Secara umum ada dua kelompok, yaitu tes dan non tes. Kelompok non tes
terdiridariangket,wawancara,danobservasi.Biladilihatdaripelaksanaannya,
evaluasi dikenal dengan evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dilakukan bila guru ingin mengetahui bagaimana anak mengikuti atau
melakukan kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Bila guru ingin
melihat hasil kegiatan guru dapat menggunakan evaluasi hasil. Untuk
menentukan strategi dan metode mana yang tepat guru perlu mengetahui
tujuan evaluasi. Untuk mencatat dan mengevaluasi perkembangan anak usia
dini, langkah pertama dan utama yang dapat dilakukan adalah melakukan
29
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
B. PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN MELALUI BERMAIN
Bermain merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Setiap saat anak
ingin selalu bermain. Di mananapun, dalam kondisi apapun, anak akan
berusaha mencari sesuatu untuk dapat dijadikan mainan. Anak-anak baik
di kota besar, desa, pantai, dan gunung senang dengan permainan yang
ada. Baik yang dimainkan berupa permainan tradisional maupun permainan
modern. Anak-anak selalu bermain dengan riang, melalui bermain anak akan
merasa rileks. Tertawa, teriakan, sorakan, ekspresi wajah yang ceria selalu
mengiringisuasanaanakbermain.Anakwalaupunsakittetapbermainsecara
terbatas kemampuannya. Di tempat tidur, saat anak tergolek sakit, masih
tampak ia membawa mainan di samping tempat tidurnya, yang mudah ia
mainkan pada saat-saat tertentu.
Gambar anak bermain di atas tempat tidur
Kebutuhan akan permainan dan bermain sangatlah mutlak bagi
perkembangan anak. Lingkungan dan orang dewasa ,dalam hal ini orangtua,
maupun guru perlu memfasilitasi kebutuhan anak dengan menyediakan
berbagai permainan yang dapat mendukung perkembangan anak. Tentu
saja permainan dan alat bermainnya tersebut bukanlah suatu yang harus
bernilai ekonomi tinggi, tetapi apapun dapat dijadikan alat bermain.
30. 30
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Misalnya daun kering dapat dijadikan alat hitung untuk mengembangkan
konsep matematika, dapat mengklasifikasikan jenis-jenis daun, manfaat
daun hal ini untuk mengembangan konsep sains pada anak, dapat dijadikan
bahan kreasi seni untuk mengembangan seni dan lain sebagai yang dapat
dikembangkan hanya dari daun. Indonesia negeri yang kaya sumber alam
yang masih dapat kita eksplorasi untuk dijadikan alat bermain.
Pembelajaran yang menyenangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak. Dengan demikian,
setiap kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu pada tujuan
pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu.
2. Duniaanakadalahduniabermain,makaselayaknyalahpembelajaran
untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk bermain. Intinya,
bermain adalah belajar, dan belajar adalah bermain. Anak belajar
melalui main, main yang menyenangkan. Melalui sentra, proses
pembelajaran dilakukan dengan menempatkan siswa pada posisi
yang proporsional. Anak dirangsang untuk secara aktif melakukan
kegiatan bermain sambil belajar. Perlu ditekankan bahwa bermain
yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan
eksplorasidenganmenggunakanbenda-bendayangadadisekitarnya
(happy learning). Sehingga, anak dapat menemukan pengetahuan
dari benda-benda yang dimainkannya.
3. Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun
sistimatika kerja/aktivitas. Bagaimana anak membuat pilihan-
pilihan dari serangkaian kegiatan, focus pada apa yang dikerjakan
dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang dia telah mulai
dengan tuntas.
4. Kegiatanpembelajaranberorientasipadapengembangankecakapan
hidup anak, yaitu membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu
bersosialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi
55
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
e. Buku cerita, kaset cerita dan lagu
f. Kartu angka, Ular tangga
g. Kolintang/gendang
h. Troli/mobil2an yang dapat dikendarai
i. Urutan besar kecil
j. Lilin plastisin
5. Alat Permainan Edukatif anak usia 4 – 5 tahun
a. Aneka games kelompok kecil
b. Balok-balok konstruksi
c. Bahan-bahan untuk menggunting, merekat, melipat
d. Alat bermain peran mikro dan peran makro
e. Benda-benda untuk mengenal angka dan huruf
f. Alat permainan diluar seperti papan jungkat jungkit, perosotan
6. Alat Permainan Edukatif anak usia 5 – 6 tahun
a. Alat permainan peran makro dan mikro
b. Alat-alat untuk belajar angka dan huruf
c. Alat permainan di luar ruang; papan titian, papan jungkat
jungkit, ayunan dll
d. Alat-alat keterampilan untuk menggunting, menempel, melipat.
e. Balok-balok berkonstruksi
f. Peralatan sehari-hari (kursi, meja, sapu, kemoceng dll)
31. 54
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
3. Alat Permainan Edukatif anak usia 2 – 3 tahun
a. Sepeda roda tiga
b. Bahan dan alat tulis menulis
c. Puzzle, manik-manik, balok-balok
d. Mainan rumah-rumahan, boneka, alat transportasi untuk
bermain peran
e. Rangkaian / roncean
f. Boneka jari / tangan
g. Gelang menara
h. Balok bangunan
i. Mozaik
j. Puzzle sederhana (2-5 keping)
k. Papan Geometri
4. Alat Permainan Edukatif anak usia 3 – 4 tahun
a. Boneka, binatang mainan dll untuk bermain peran
b. Balok-balok konstruksi
c. Alat-alat keterampilan (gunting, lem, kertas)
d. Puzzle, manik-manik
31
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
kehidupannya kelak.
5. Pembelajaran dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang
dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak.
Stimulus pendidikan bersifat menyeluruh, mencakup semua
aspek perkembangan. Karena itu, setiap kegiatan harus dapat
mengembangkan atau membangun berbagai perkembangan atau
kecerdasan anak. Dalam hal ini guru memfasilitasi agar semua
aspek perkembangan anak perkembangan anak berkembang secara
optimal.
6. Anak akan memperoleh lebih banyak pengetahuan bila mendapat
pijakan/dukungan dari guru pada saat main.
C. PEMBELAJARAN DENGAN SENTRA (LEARNING CENTRE)
Secara sederhana, sentra bisa diartikan sebagai suatu wadah yang
disiapkan guru bagi kegiatan bermain anak. Melalui serangkaian kegiatan
main tersebut, guru mengalirkan materi pembelajaran yang telah disusun
dalam bentuk lesson-plan. Rangkaian kegiatan itu harus saling berkaitan dan
saling mendukung untuk mencapai tujuan belajar harian dan tujuan belajar
pada semua sentra dalam satu hari harus sama. Setiap sentra memiliki
center point dan semua mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan tim guru.
Tidak ada keharusan bagi setiap lembaga untuk menyiapkan banyak
sentra, bergantung dari kemampuan lembaga dan kesiapan guru. Hal yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana tujuh kecerdasan dasar sesuai dengan
teori Kecerdasan Jamak yang dicetuskan Howard Gardner dan enam domain
berfikir pada anak sebagaimana unsur yang dibangun secara terpadu
melalui kegiatan-kegiatan di sentra. Kegiatan sentra dijalankan dengan tema-
tema belajar yang serempak dan akan berganti dalam periode tertentu.
Setiap sentra juga secara terpadu membangun anak dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan tiga (3) jenis main, yaitu main
32. 32
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
sensorimotor, main peran, dan main pembangunan.
Dalam pendekatan Sentra, ada tahapan-tahapan yang perlu
diperhatikan, mulai saat anak memasuki lingkungan sekolah kelompok
mainnya hingga menyelesaikan kegiatan bermain dan kembali menuju
rumah. Setiap tahapan itu terekam dalam laporan harian kegiatan guru,
yang akan menjadi bahan untuk mengukur perkembangan anak, serta pada
akhirnya memberikan respond dan stimulasi yang tepat agar kemampuan
anak berkembang secara optimal.
Secara garis besar, perekaman kemampuan setiap anak mengacu
pada tolak ukur kemampuan klasifikasi yang dibangun melalui serangkaian
aktivitas yang menggunakan benda-benda (mainan) konkret. Dengan benda-
benda itu anak mengenal warna, bentuk dan ukuran. Secara bertahap pula
anak belajar untuk mengenal ciri-ciri, tanda-tanda dan sifat-sifat benda dan
kejadian. Kemampuan mengklasifikasi dibangun, baik saat bermain maupun
saat membereskan mainan. Terbangunnya kemampuan klasifikasi pada
hal-hal yang konkret adalah bekal mutlak anak agar kelak mereka mampu
mengkasifikasi hal-hal yang abstrak, mampu membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, serta terbiasa menyikapinya dengan tepat.
Dalam hal penerapan disiplin, misalnya, sering guru atau orangtua
menghadapi msalah atau bahkan tidak tahu lagi bagaimana upaya
mendisiplinkan anak. Keadaan ini biasanya bermuara pada hukuman, yang
umumnya justru kontra produktif bagi perkembangan anak. Yang kerap
53
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
(terbuat dari bahan yang lembut)
d. Benda yang empuk, anti pecah, bersih dan aman
e. Benda yang kokoh yang bisa dipergunakan untuk merambat dan
belajar berjalan.
2. Alat Permainan Edukatif anak usia 1 – 2 tahun
a. Mainan yang bisa didorong dan ditarik untuk melatih
keseimbangan
b. Mainanyangbisadidudukidandikendaraisepertimobil-mobilan
atau sepeda roda empat yang kecil
c. Kursi, tangga, lorong-lorongan, ayunan bayi
d. Mainan yang bisa dibawa sambil berjalan
e. Balok-balok, bola, manik-manik yang berukuran besar
f. Air, pasir, kacang-kacangan
g. Peralatan rumah tangga sehari-hari
h. Cat, spidol, krayon, buku bergambar
33. 52
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
dengan pertimbangan. Jika biaya untuk pembuatan diperkirakan lebih
mahal dari pada membeli maka di beli. Tetapi jika akan lebih murah
maka sebaiknya dibuat selain lebih murah jika di buat akan lebih variatif
dan sesuai kebutuhan anak. Jika memang harus dibuat maka sebaiknya
dirancang disainnya, kemudian siapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan
APE. Setelah semuanya siap tahap terakhir adalah mulai membuat
G. ALAT PERMAINAN EDUKATIF SESUAI KEBUTUHAN PERKEMBANGAN
Memberikan stimulasi yang tepat bagi anak-anak diperlukan APE
yang tepat. APE yang tepat bagi anak harus sesuai dengan kebutuhan anak
dimana masing-masing anak memiliki karakteristik dan kebutuhan yang
berbeda. APE untuk merangsang stimulasi bagi anak dapat berupa alat
permainan ataupun media, lingkungan fisik, audio ataupun audio visual.
Berikut ini beberapa contoh media untuk anak 0-6 tahun diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Alat Permainan Edukatif untuk anak usia 0 – 1 tahun
a. Tubuhnya sendiri (melalui pijatan, senam ringan)
b. Mainan sederhana dengan warna2 primer yang bisa dilihat,
dipegang, dipukul-pukul, bergerak
c. Balok-balok berukuran sedang dengan warna yang menarik
33
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
tidak disadari oleh orangtua atau guru adalah, bagaimana anak sanggup
melakukan sesuatu sesuai dengan aturan atau yang sering dikenal hidup
yang berdisiplin, jika dia belum memiliki referensi yang kuat menyangkut
makna disiplin.
Sentra membantu anak mendapatkan referensi itu, antara lain,
dengan cara simulasi langsung menyangkut suatu aturan. Anak menjadi
mengerti mengapa dan untuk apa aturan itu dibuat. Contoh, pada saat main
balok, anak belajar memahami bahwa balok digunakan untuk membangun.
Jika balok digunakan untuk hal lain bisa menimbulkan bahaya bagi diri
sendiri maupun orang lain karena sifat dan bentuknya, yaitu terbuat dari
kayu dan mempunyai sudut.
Contoh lain, aturan agar anak berjalan jika berada dalam ruangan.
Jika anak berlari, maka bisa menimbulkan tabrakan, baik dengan orang
maupun dengan benda-benda. Anak diajak untuk menemukan pengertian
bahwa berlari bisa dilakukan di lapangan berumput, karena disana tidak
banyak orang-orang maupun benda-benda dan jika dia jatuh tidak akan
berbahaya.
Salah satu elemen penting yang membedakan pendekatan sentra
dengan pendekatan kelas tradisional adalah pengajaran tidak langsung (non-
direct teaching). Pada program ini guru tidak menyuruh, tidak melarang dan
tidak boleh marah pada anak. Apapun yang dilakukan oleh anak itu muncul
dari anak itu sendiri, guru dapat membantu dengan memberikan pijakan
pada anak. Pendekatan Sentra menekankan proses pembelajaran yang
berpusat pada anak, sedangkan guru lebih berfungsi sebagai motivator dan
fasilitator.
Menurut Jean Piaget (1972), anak seharusnya mampu melakukan
percobaan dan penelitian sendiri. Guru, tentu saja, bisa menuntut anak-
anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting
agar anak dalam memahami sesuatu ia harus membangun pengertian itu
sendiri. Ia harus menemukannya sendiri.
34. 34
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Elemen ini penting karena dengan menemukan sendiri
pengetahuannya melalui pengalaman-pengalaman bermain yang
menyenangkan, pengetahuan itu akan memiliki akar yang kuat karena
menyatu dalam proses perkembangan kemampuan berpikir anak. Selain itu,
seperti kata Holt (1964),
“Kita tidak mengetahui pengetahuan apa yang paling diperlukan
anak di masa depan, oleh karena itu, tidak ada gunanya untuk mengajarkan
sekarang. Sebaiknya kita membantu anak sekarang untuk makin mencintai
dan makin pandai belajar sehingga dapat belajar segala sesuatu pada saat
dibutuhkan.”
Dalam pendekatan Sentra, anak dirangsang untuk aktif belajar
melalui kegiatan bermain. Seluruh kegiatan pembelajaran berfokus
pada anak sebagai subyek pembelajar, sedangkan pendidik lebih banyak
berperan sebagai motivator dan fasilitator dengan memberikan pijakan-
pijakan (Scaffolding). Pijakan itu dapat digambarkan seperti dalam proses
pengecoran bangunan bertingkat. Untuk mendapatkan kondisi lantai bagian
atas yang kokoh, diperlukan tiang-tiang penyangga saat mengecornya.
Bila betonnya sudah keras, maka bangunannya telah kokoh, tiang-tiang
penyangga dapat dilepas karena tidak dibutuhkan lagi.
Semua itu dilakukan selama anak bermain. Dalam pendekatan ini
anak diberi kesempatan untuk bermain secara aktif dan kreatif di sentra-
sentra pembelajaran yang tersedia guna mengembangkan dirinya.
Sentra digunakan sebagai wadah kegiatan bermain anak. Dengan
Sentra, kemampuan dan keterampilan anak dibangun melalui bermain
tanpa tekanan dan paksanaan dari guru dan lingkungan. Anak tidak disuruh
duduk rapi dan tangan dilipat di atas meja untuk mendengarkan pengajaran
guru.
Sentra membuat anak belajar dengan gembira dan senang.
Suasana nyaman dan menyenangkan sangat disarankan. Karena, jika anak
dalam kondisi tertekan, kecewa, sedih atau marah (emosi negatif), maka
51
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
2. Berdasarkan minat anak ketika bermain
3. Bervariasi
4. Tingkat kesulitan sesuai dengan kemampuan anak
5. Tidak rapuh atau mudah rusak
6. Tidak menyeragamkan permainan untuk seluruh anak se-usianya
(klasikal), karena kemampuan anak berbeda-beda tapi secara
individual
Merancang alat permainan edukatif harus disesuaikan dengan
kebutuhan. Adapun proses merancang alat permainan edukatif adalah
sebagai berikut:
Gambar : langkah-langkah penyiapan APE
Darigambardiatasdapatdijelaskanbahwauntukmerencanaakan
pengadaan sebuah alat permainan edukatif dapat di lihat dari kebutuhan
akanpembelajaran.Dimanaprogrampembelajaranataukurikulumtelah
ditentukan terlebih dahulu. Apakah alat tersebut dapat tersedia, tidak
tersedia, tersedia tetapi tidak layak maka harus diadakan. Terlebih jika
tidak sesuai dengan kebutuhan perserta didik, dibuat atau harus di beli
35. 50
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Alat permainan disebut edukatif jika memenuhi ciri sebagai berikut :
1. Ditujukan untuk anak usia usia dini
2. Berfungsi untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak
usia dini
3. Dapatdigunakandenganberbagaicara,bentuk,danuntukbermacam
tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna
4. Tidak berbahaya bagi anak
5. Dirancang untuk mendorong kegiatan dan menciptakan hal-hal
baru
6. Bersifat membangun/menghasilkan sesuatu
7. Mengandung nilai pendidikan
8. Sederhana dan ringan
9. Fleksibel bagi anak untuk berimajinasi dan berkreasi (dapat
dimanipulasi anak)
10. Contoh APE untuk pengembangan kognitif
a. melatih daya nalar anak
b. mengenalkan bentuk, ukuran,warna
c. anak dapat mengoreksi sendiri
Fungsi alat permainan edukatif adalah sebagai berikut:
1. Membantu dan mendukung proses belajar
2. Mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak
3. Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan
memperkaya pengalaman
4. Memberikan kesempatan untuk mengenal lingkungan
5. Mengajarkan anak untuk mengetahui kekuatan diri
6. Multiguna
Prinsip penggunaan alat permainan edukatif adalah:
1. Tidak berbahaya dan merangsang agresifitas
35
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
ia tidak akan dapat belajar. Berdasarkan teori yang lahir dari penelitian
perkembangan otak, otak pusat berpikir manusia tidak akan berfungsi jika
dalam keadaan emosi. Dengan memposisikan anak sebagai subjek bukan
objek, dapat membuat seluruh potensi kecerdasan bisa dibangun dan
membuat mereka akan tumbuh menjadi anak yang kreatif.
Elemen penting lain dalam pendekatan sentra adalah perhatian
intensif pada evaluasi perkembangan kemampuan anak secara individual.
Elemen ini mengharuskan adanya aktivitas perekaman perkembangan anak
secara individual setiap hari. Secara kontinyu hasil perekaman itu menjadi
bahan untuk respons atau stimulasi selanjutnya.
D. TIGA JENIS MAIN
Ada tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini
(Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971) dan teori dari Erik Erikson, Jean
Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud yaitu:
• Sensorimotor atau main fungsional
• Main peran (mikro dan makro)
• Main pembangunan (sifat cair/bahan alam & terstruktur)
1. Dalam main sensorimotor anak melakukan sesuatu berulangkali
untuk menikmati sesuatu yang baru dikuasai dan menegaskan
kepada dirinya sendiri kemampuan yang baru diperoleh, misalnya
anak mengayak pasir atau menepuk air dengan jari jemarinya karena
36. 36
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
ia menikmati efek tindakan ini dan senang akan kemampuannya.
Main ini utamanya dilakukan oleh anak-anak usia lahir hingga
dua tahun, namun tetap penting sepanjang masa kanak-kanak.
Kebutuhan akan main sensorimotor dipenuhi bilamana lingkungan
bermain baik di dalam maupun di luar menyediakan kesempatan
bagianakuntukberinteraksidenganberbagaitekstur,warna,bentuk,
ukuran, dan jenis-jenis bahan main lainnya (Phelps, 2005, p 7-8).
Main ini memberi banyak kesempatan pada anak mengembangkan
keterampilan bahasa dan keaksaraan, misalnya koordinasi gerakan
tangan dan mata yang penting untuk mengikuti teks halaman
sebuah buku, demikian pula gerakan motorik kasar dan halus
yang diperlukan untuk persiapan menulis. Main peran seringkali
disebut dengan main pura-pura atau main simbolik dimana anak
biasanya mengambil sebuah peran berpura-pura menjadi orang
lain, dan menggunakan objek sesungguhnya atau pura-pura untuk
memainkan peran tersebut. Anak-anak sering memerankan sesuatu
yang mereka alami atau lihat; tugas-tugas kognisi yang memerlukan
anak untuk mengingat kembali apa yang terjadi, memilih aspek yang
relevan, dan menggunakan gerak atau kata-kata dari peran yang
dimainkan Perkembangan main peran dimulai sekitar usia dua tahun
saat pertama kali anak toddler berpura-pura “minum dari cangkir”
atau “berbicara di telepon”. Kemampuan main peran meningkat
seiring berkembangnya kognisi anak selama tujuh tahun pertama
dalam kehidupannya.(Charles H. Wolfgang, Bea Mackender, and
Mary E. Wolfgang, 1981, p. 8).
2. Main peran merupakan pengalaman penting yang mendukung
perkembangan anak secara keseluruhan; kognisi, sosial, emosi,
dan bahasa. Smilansky dan peneliti lain (1990) seperti dikutip
Phelps mengembangkan sebuah alat penilaian main peran dan
menggunakan alat ini untuk mengamati anak-anak. Ia menemukan
49
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
a. Anak dapat mengulang dengan mengingat kembali pengalaman
mainnya dan menceritakannya.
b. Anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam membuat
deskripsi dari apa yang telah mereka lakukan (termasuk
menceriterakan hasil karyanya).
c. Anak dapat mendengarkan pengalaman main dengan teman-
temannya yang lain, sehingga mereka dapat menambah dan
memperluas gagasan mereka.
d. Anak dapat membangun konsep-konsep yang baru maupun yang
lebih luas
Gambar: Pendidik bersama-sama anak mendiskusikan pengalaman
main anak
F. MERANCANG BERBAGAI JENIS PERMAINAN DAN ALAT PERMAINAN
EDUKATIF
Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan salah satu media
pembelajaran visual yang dapat digunakan untuk memberikan stimulasi bagi
anak usia dini. Alat Permainan Edukatif adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung
nilai edukatif (pendidikan), dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan
anak.
37. 48
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
5. Recalling
Setelah kegiatan beres-beres selesai, guru mengajak anak untuk
berkumpul duduk membuat lingkaran, mengingat kembali kegiatan-kegiatan
apa saja yang telah dilakukan. Masing-masing anak saling menceritakan
pengalaman mainnya secara sederhana.
Pada kegiatan ini penting bagi guru untuk memiliki kemampuan
dalam mengingat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh semua anak yang
main saat itu. Sehingga dapat membantu mereka untuk dapat mengingat
pada bagian tertentu yang “terlupa”. Untuk menjaga kelengkapan hasil
kegiatan yang telah berlangsung, guru membuat catatan observasi kegiatan
main anak.
Saat recalling anak-anak nampak aktif ingin bicara
Kegiatan “recalling” merupakan saat guru mengetahui sejauh mana
tujuan sentra dicapai oleh anak, menambah dan menguatkan pengetahuan
yang dimiliki sesuai rencana belajar yang telah dibuat.
Membungkus semua informasi yang telah didengar dari anak,
menyaring informasi-informasi yang terkumpul (mana yang sesuai dan
mana yang tidak) dan menambahkannya sesuai materi yang telah dirancang
pada hari itu, membuat pengarahan yang menguatkan pengetahuan anak
sebelum kegiatan sentra diakhiri dengan menyanyi dan salam.
Adapun Manfaat Recalling adalah:
37
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
bahwa kemampuan anak bermain peran berkaitan langsung dengan:
pengungkapan kata-kata yang lebih baik, kosa kata yang lebih kaya,
pemahaman bahasa lebih tinggi, strategi pemecahan masalah lebih
baik, lebih ingin tahu, kemampuan melihat sudut pandang orang
lain lebih baik, kemampuan intelektual lebih tinggi, bermain dengan
teman lebih banyak, agresi menurun, empati lebih banyak, lebih
imajinatif, rentang perhatian lebih panjang, kemampuan perhatian
lebih besar, dan kinerja tugas-tugas percakapan lebih banyak.
(Wolfgang, Bea Mackender, and Mary E. Wolfgang, 1981, p. 7-8).
3. Dalam main pembangunan anak menggunakan objek atau bahan-
bahan main untuk menciptakan sesuatu, misalnya menggunakan
deretan balok besar mewakili jalan atau balok kecil mewakili mobil
Wolfgang, Bea Mackender, and Mary E. Wolfgang, 1981, p. 10
Wolfgang menjelaskan bahwa terdapat suatu kontinum dari bahan-
bahan main pembangunan mulai dari sifat paling cair hingga ke
paling terstruktur. Bila penggunaan dan bentuk dari bahan-bahan
main ditentukan oleh anak, seperti cat, krayon, spidol, play dough,
pasir, dan lumpur maka disebut bahan main sifat cair. Namun apabila
penggunaan ditentukan oleh bahan-bahan main tersebut, seperti
balok unit, lego, balok berongga, dan puzzle maka dianggap sebagai
bahan main pembangunan terstruktur Charles Wolfgang and Mary
E. Wolfgang, 1992)
Anak usia dini yang baru pertama kali mengenal bahan-bahan main
pembangunan akan memulainya dengan main sensorimotor. Mereka akan
mengeksplorasi bahan-bahan main tersebut hingga mengerti penggunaan
dan bagaimana cara memainkannya. Penelitian yang dilakukan Phelps
di sekolahnya menunjukkan bahwa tahap-tahap perkembangan anak
meningkat seiring anak menguasai bahan tersebut. Anak-anak yang awalnya
menggunakan cat dan melukis dengan mencoret-coretkan karyanya di
38. 38
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
papan lukis makin lama lukisan tersebut makin terlihat seperti apa yang
mereka gambarkan. Piaget menjelaskan bahwa bila hasil karya anak menjadi
semakin nyata maka secara kognisi anak bergerak mendekati pikiran
operasional kongkrit (Piaget, 1962) Bilamana anak dapat terlibat di tahap
main yang lebih tinggi ini (sudah ada gagasan dalam pikiran, menghasilkan
karya, menceritakan dan menggunakan karyanya untuk bermain peran)
maka mereka akan tertarik pada kegiatan yang berkenaan dengan huruf,
angka, dan kegiatan keaksaraan. Menurut Phelps, anak-anak harus mampu
mewakili yang nyata dalam permainannya sebelum mereka bisa mewakili
yangnyatadenganhuruf,kataatauangka.Melaluipengalamanmainnyaanak
belajar tentang dunia sekitarnya dan ketika keterampilan serta pengetahuan
yang sesuai telah berkembang, ia akan menggunakan sistem simbol dari
budayanya untuk membaca dan menulis (Phelps, 2005, p.3).
E. PENGELOLAAN KEGIATAN MAIN
Pengelolaan kegiatan main meliputi:
1. Penataan Lingkungan Main
Penataan lingkungan main merupakan bagian yang penting dalam
kegiatan belajar dan mengajar. Penataan lingkungan main yang bermutu
harus dapat mengembangkan seluruh perkembangan anak yang menjadi
tujuan sentra yaitu dapat membangun seluruh domain perkembangan
berpikir anak, membangun tujuh kecerdasan dasar (multiple intelligent)
dari semua anak yang datang ke sentra. Lingkungan main dapat di tata di
dalam maupun di luar ruangan.
Penataan lingkungan main yang bermutu dan kaya disentra juga
harus mendukung perkembangan anak melalui tiga jenis main; main
sensorimotor, main simbolik dan main pembangunan (Weikart, Rodgers,
& Adcock, 1971, Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud),
mencakup sejumlah bahan bermain yang penataannya dapat mendukung
perkembangan interaksi social diantara anak, serta perkembangan
47
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Saat interaksi main berlangsung guru juga merupakan sumber
informasi bagi anak, memberikan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang membangun dan menambah pengetahuan anak dalam kegiatan
mainnya.
4. Beres-beres
Kegiatan beres-beres merupakan bagian penting pada kegiatan
sentra, saat yang tepat untuk membangun semua domain perkembangan
anak (estetik, afeksi, kognisi, bahasa, psikomotor, dan social), diakhir
kegiatan main anak.
Pengalaman langsung bagi anak untuk “bekerja tuntas” hingga
semua alat kembali ketempatnya semula. Pengalaman langsung belajar
mengklasifikasikan alat main berdasarkan warna, bentuk, ukuran serta
fungsi alat, belajar tentang urutan dan menata lingkungan.
Setiap tempat diberi nama dengan maksud untuk memudahkan bagi
anak bersama-sama guru bekerja menyimpan alat main kembali ketempat-
semula. Pemberian nama merupakan salah satu dukungan perkembangan
keaksaraan anak. Guru juga bisa memberikan pijakan dengan pertanyaan.
Keterlibatan anak dalam beres-beres akan meningkatkan rasa
tanggungjawab pada anak yang tak ternilai harganya
39. 46
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
3. Saat Main
Saat kegiatan main berlangsung, guru bergerak bebas diantara
anak, mengamati anak bermain, membuat catatan perkembangan yang
ditampilkan anak, saat berada disekitar anak, guru memposisikan dirinya
dapat mengamati keseluruhan anak tetapi tidak mengganggu dinamika
gerak anak main.
Mencatat kegiatan pertama yang dilakukan anak merupakan
informasi bagi guru tentang pemahaman anak melalui main yang
dipilihnya.
Guru memfasilitasi main anak dengan dukungan pendekatan yang
“pas” yang dibutuhkan oleh masing-masing individu anak, baik dengan
“modeling maupun labeling”. Itu sebabnya penting bagi guru untuk faham
perkembangan anak yang datang ke sentranya, baik secara individu maupun
kelompok guna mencapai hasil dalam bermain.
Ada 5 skala pendampingan Guru / orang dewasa diwaktu anak main ;
a. Pengamatan (Visually looking on)
b. Pernyataan tidak langsung (Non directive statement).
c. Pertanyaan (Question)
d. Pernyataan langsung (Directive statement)
e. Intervensi fisik
Gambar: Pendidik mendampingi anak, mengamati anak, dan
siap membantu bila anak kesulitan
39
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
keaksaraan anak. Warna penataan ruang dan bahan yang direncanakan
dapat berpengaruh positif atau negative pada perilaku anak usia dini (Torelli
& Durrentt, 1998) (Hohman & Weikart, 1995) (Kritchevsky, Prescott, &
Walling, 1969)
Idealnya luas tempat main untuk tiap anak di sentra ini minimal 7
meter persegi. Bila terdapat 10 anak main disentra ini, maka luas tempat yang
harus disediakan adalah 70 meter persegi. Tempat main yang harus disediakan
untuk tiap anak 2,5 – 3+ (baca: 2 ,5 - 3 lebih) (Phelps, 1986) yang artinya bila
untuk 10 anak, maka guru harus menyiapkan tempat main sebanyak 30 atau
lebih tempat main.
Penataan alat main ditiap tempat kegiatan main haruslah luwes
sehingga terhindar dari kesan penuh sesak, anak dapat bergerak bebas
diantaranya, dan kemungkinan terjadinya konflik dengan yang lain dapat
dihindari.
Penataanlingkunganmaindisentradapatmeningkatkankemampuan
berfikir anak, daya imajinasi berupa ide / gagasan yang muncul saat pertama
kali anak masuk dan melihat kedalamnya, akan melakukan apa selama
kegiatan main berlangsung nanti.
Cara menata alat akan mempengaruhi anak untuk bergerak naik
ketahap selanjutnya. Penataan lingkungan merupakan guru ketiga bagi anak.
Perlu diperhatikan alat-alat main yang aman, bersih dan sehat bagi anak
Sumber: blog.ub.ac.id
40. 40
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
Gambar. Contoh Penataan Lingkungan main
Kerja ini dibuktikan oleh penelitian di Florida yang dilaksanakan di
Creative School pada tahun 1986 (Phelps, 1986). Dengan menggunakan
kerja Kritchevsky dan kawan-kawan dan Phelps, dijelaskan bahwa guru
anak usia dini seharusnya menggunakan sistem penghitungan tempat main
untuk menjaga agar bahan main bermutu dan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak. Kritchevsky dan kawan-kawan, menyarankan bahwa
tempat main dimana anak dapat bergerak dengan bebas dan memilih
kegiatan mereka seharusnya dua setengah (2,5) tempat main setiap anak.
Penelitian Phelps (1986) dan pengamatan langsung dalam kelas
(Stannard, 2002) menyarankan tiga tempat main setiap anak untuk
perkembangan anak usia dua, tiga, dan empat tahun. Jika satu ruang
kelas mempunyai 20 anak yang akan bergerak di sekitar ruangan memilih
kegiatan, disitu harus ada 60 tempat yang direncanakan untuk bermain.
Tempat ini bukan 60 kegiatan main yang berbeda, tetapi 60 kemungkinan
tempat dengan sedikitnya 12+ kegiatan main yang berbeda. Bila dua orang
guru berada di dalam kelas dan satu guru sedang mengarahkan kegiatan
seperti memasak atau pengalaman seni, sejumlah anak yang terlibat dapat
dikurangi dari jumlah keseluruhan anak yang akan secara bebas membuat
pilihan. Contoh: Delapan sampai dengan sepuluh anak memasak kue dengan
satu orang guru. Bila delapan sampai dengan sepuluh anak dikurangi dari
jumlah keseluruhan kelompok, jumlah tempat pilihan yang bebas harus
45
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
akan dimainkan, berapa jumlah alat tersebut dan berapa orang yang
akan memainkannya, serta sikap-sikap apa yang dibutuhkan untuk
mendukung kelancaran main tersebut.
d. Guru juga menginformasikan pada anak kegiatan apa yang akan
dilakukan selesai main di sentra. Membereskan bersama-sama semua
alat main yang dimainkan kembali ketempatnya semula sesuai dengan
klasifikasi yang telah dipersiapkan oleh guru. Menata kembali area main
untuk kegiatan selanjutnya, memastikan area main kembali bersih dan
rapi, memastikan tidak ada barang yang tertinggal ataupun tercecer.
Kegiatan beres-beres merupakan bagian main yang juga penting,
kegiatan ini dapat membangun anak antara lain, anak belajar konsep-
konsep tentang warna, bentuk, ukuran, menghitung, klasifikasi,
perbedaan, persamaan dan urutan. Motivasi untuk beres-beres bisa
dilakukan dengan cara menyanyi lagu yang berisi ajakan atau lagu-lagu
yang sudah dipilih sesuai mana pada hari itu.
e. Mengenalkan tempat-tempat main dan batas tempat main dengan
sentra yang lainnya untuk mendukung control gerak anak dengan cara
mendatangi tempat-tempat tersebut (tour). Tidak lupa mengajak berdoa
sebelum kegiatan main dimulai serta memberikan motivasi main dengan
ucapan “selamat bermain”.
Gambar: Bagaimana cara mengenalkan tempat-tempat main pada anak
41. 44
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
2. Pijakan Awal Main
Menyambut dan mengajak anak untuk berkumpul ditempat yang
telah disiapkan, mengucapkan berbagai cara seperti bernyanyi untuk
mengambil perhatian anak.
a. Bacakan buku cerita dan nyanyikan lagu-lagu sesuai dengan tema dan
minat anak.
Gambar: Pendidik membaca buku cerita bersama dengan anak-anak
b. Mendiskusikan aturan main untuk kelancaran dan kenyamanan main,
antara lain :
• Fokus, main sesuai keinginan yang disepakati
• Kontrol diri dalam berinteraksi dengan teman/anak lain dalam
menggunakan alat main
• Beres-beres, selesai bermain kembalikan alat ke tempatnya (sesuai
lebel pada tempatnya).
Pilih kegiatan main
Selesaikan hingga tuntas
Laporkan kepada guru
Kembalikan/bereskan seperti semula
Pindah ke kegiatan main lain
c. Sebelum kegiatan main berlangsung guru menginformasikan pada
anak, siapa saja yang akan bermain bersama-sama, alat-alat apa yang
41
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
sebanyak 24-30 tempat main.
Penataanlingkunganmaindisentradapatmeningkatkankemampuan
berfikir anak, daya imajinasi berupa ide / gagasan yang muncul saat pertama
kali anak masuk dan melihat kedalamnya, akan melakukan apa selama
kegiatanmainberlangsungnanti.Caramenataalatakanmempengaruhianak
untuk bergerak naik ketahap selanjutnya. Penataan lingkungan merupakan
guru ketiga bagi anak
Contoh Kegiatan
a. Sentra Main Peran:
Penataan main di area rumah :
• 5 tempat main untuk kegiatan di ruang tamu
• 4-5 tempat main untuk kegiatan diruang keluarga
• 2-3 tempat main untuk kegiatan diruang tidur
• 1 tempat main untuk kegiatan dikamar mandi
• 2-3 tempat main untuk kegiatan diruang dapur
• 5-6 tempat main di ruang makan
• 6tempatmainuntukkegiatansholatdirumahjadijumlahseluruhnya
kurang lebih 30+ tempat main
Gambar: Tata alat main sehingga anak dapat menentukan kegiatan
mainnya dan dapat main bersama
42. 42
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
b. Contoh di Sentra Alam
usia 3 – 4 th sejumlah 10 anak x 3 = 30 tempat main
Ragam Main Tempat main
• Memandikan bayi 2
• Mencuci piring 4
• Membuat kue dari playdough 4
• Menyikat lantai 4
• Membuat bubur dari tepung 4
• Mengisi air ke dalam botol memakai corong 2
• Merobek kertas menjadi mi 4
• Melukis dengan kuas dan cat 4
• Memindah air dengan spon 2
Jumlah = 30
Contoh Ragam Main di Sentra Alam
Mencuci piring Menuang air dalam botol
Membuat kue dengan playdough Memandikan boneka
43
PembelajaranAnakUsiaDiniyangMenyenangkanMelaluiBermain
c. Contoh di Sentra Persiapan :
Usia 5 – 6 tahun sejumlah 10 anak x 3 = 30 tempat main
Ragam Main Tempat main
• Meronce variasi bentuk, ukuran dan warna 4
• Permainan kantong kata 4
• Mengklasifikan benda berdasarkan jenis 4
• Memasang jepitan sesuai angka yang tertulis 4
• Menjemur kata 3
• Mencocokkan gambar dan kosa kata 4
• Menggambar bebas 3
• Mengklasifikasikan dan menghitung
jumlah kancing sesuai warna 4
Jumlah = 30
Beberapa contoh Ragam Main di Sentra Persiapan :
Memasang jepitan sesuai angka Menggambar bebas
yang tertulis
Meronce dengan berbagai bentuk. Menjemur kata,
ukuran dan warna