1. Cerita rakyat Jawa Timur tentang asal usul nama Surabaya, yang berasal dari legenda Sura (ikan hiu) dan Baya (buaya) yang selalu bertarung untuk memperebutkan wilayah kekuasaan di sungai hingga akhirnya membuat perjanjian untuk membagi wilayah.
1. 3. Keong Mas
Cerita rakyat Jawa Timur ini tidak asing bagi anak kecil. Legenda yang menceritakan
seorang putri bernama Candra Kirana yang dikutuk menjadi keong saudaranya
sendiri. Yakni Dewi Galuh yang iri dengan Candra Kirana yang dilamar Pangeran
Tampan bernama Raden Inu Kertapati.
Singkatnya, setelah Candra Kirana berubah menjadi keong dan dihanyutkan di sungai
oleh keluarganya, dia ditemukan nenek yang mencari ikan di sungai. Setelah
kehadiran keong mas di rumah, sang nenek merasa diberkahi dan bisa menikmati
makanan enak setiap hari.
Pangeran yang curiga dan mencoba mencari Candra Kirana akhirnya menemukan
dan akhirnya kutukan Candra Kirana hilang.
4. Kisah Jaka Tarub dan Nawang Wulan
Dulu, hiduplah seorang pemuda Bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub tinggal di hutan,
dan setiap harinya dia pergi mencari kayu untuk memenuhi kebutuhan. Suatu hari,
Jaka Tarub pergi ke hutan untuk mencari kayu.
Pada saat sedang mencari kayu, ia mendengar suara air terjun dan banyak suara
gadis. Jaka Tarub mengikuti asal suara itu karena penasaran dan ia terkejut melihat
banyak perempuan cantik sedang mandi. Ia pun terpesona dengan kecantikan yang
dimiliki perempuan-perempuan tersebut. Kemudian, perempuan itu mengambil
selendang miliknya dan terbang ke langit.
Hari berikutnya, Jaka Tarub kembali ke air terjun tersebut dan memutuskan untuk
mencuri salah satu selendang dari bidadari-bidadari itu. Hal ini membuat satu bidadari
tidak bisa pergi ke langit. Sang bidadari sedih dan Jaka Tarub datang untuk
membantunya. Singkat cerita, mereka berdua menikah dan memiliki anak perempuan.
Nawang Wulan tidak mengetahui bahwa Jaka Tarublah yang mengambil
selendangnya agar ia tak bisa Kembali ke khayangan. Sampai suatu saat Nawang
Wulan tahu bahwa selendangnya disembunyikan di tempat beras, dia marah kepada
Jaka Tarub. Ia kemudian Kembali ke khayangan dan meninggalkan Jaka Tarub
beserta anaknya. Nawang wulan berpesan jika ada bulan purnama dia akan datang
untuk menjemput anaknya.
5. Asal Usul Gunung Arjuna
Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan pada zaman dulu ada seorang
pendekar sakti bernama Arjuna yang bertapa di puncak gunung. Kesungguhan Arjuna
saat bertapa membuat puncak gunung tersebut semakin bertambah tinggi dan
mendekati kayangan.
Sampai suatu hari sang Bathara guru merasakan seperti ada gempa di sekitar
khayangan dan mencoba untuk menghentikan Arjuna dari pertapaannya, namun
gagal. Bathara Guru pun mulai mencari bantuan kepada pengasuh Arjuna yaitu
Bathara Semar. Bathara pun langsung menemui Bathara Semar dan meminta
bantuannya untuk menghentikan Arjuna.
Bathara Semar pun segera pergi bersama Togop untuk menghentikan pertapaan
Arjuna. Setelah sampai di sana mereka terkejut dengan gunung yang sangat tinggi di
depannya. Di puncak gunung itulah Arjuna sedang bertapa.
Bathara Semar dan Bathara Togop kemudian bersemedi di kaki gunung. Tak lama
kemudian tubuh mereka membesar hingga menyamai gunung tersebut. Kemudian
mereka memotong gunung itu, serta melemparkannya ke arah utara dan membuat
Arjuna sadar dari pertapaannya. Kemudian bagian gunung yang dipotong oleh
Bathara Semar dan Barthara Togop itu sekarang dikenal dengan nama Gunung
Arjuna yang saat ini berada di perbatasan antara Malang dan Pasuruan.
2. Kisah Cindelaras dan Ayam Saktinya
Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan seorang anak Bernama Cindelaras,
tinggal di hutan Bersama ibunya. Ibunya permaisuri yang diusir dan difitnah telah
meracuni Selir dan Tabib di Kerajaan Jenggala. Dikarenakan sang selir iri karena
hanya dianggap sebagai seorang selir.
Sang raja memerintahkan prajuritnya mengusir sang permaisuri tanpa tahu kejadian
yang sebenarnya. Sang permaisuri diusir dalam kondisi hamil dan melahirkan di
hutan. Ia tinggal di hutan bersama seekor ayam dan juga anaknya bernama
Cindelaras.
Suatu hari Cindelaras berniat bertemu dengan ayahnya dan menantang untuk
melakukan adu ayam. Singkat cerita, Cindelaras menang dan sang raja mengakui
Cindelaras sebagai putranya. Cindelaras pun menceritakan kebenaran yang terjadi
pada ibunya. Pada akhirnya, sang raja mengusir selirnya dan membawa pulang
Cindelaras beserta ibunya ke istana.
2. 7. Asal Usul Nama Banyuwangi
Legenda Banyuwangi dimulai dari perjalanan Raden Banterang yang menemukan
seorang gadis yang terluka di hutan. Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, gadis itu
ternyata putri raja bernama Surati yang telah kehilangan ayahnya. Raden Banterang
pun membawa Surati ke istana dan menikahinya. Awalnya mereka hidup bahagia
sebelum Surati bertemu dengan Rupaksa yang mengaku sebagai kakak Surati.
Rupaksa menginginkan agar Surati membunuh suaminya, tapi tentu saja Surati tak
mau melakukan itu.
Sementara Raden Bantereng juga bertemu Rupaksa di hutan. Rupaksa memfitnah
Surati akan membunuh Raden dan buktinya ada pita di bawah bantal. Raden
Bantereng mencoba membuktikan kebenaran itu dan ternyata dia menemukan pita di
bawah bantal. Tak ayal lagi, Raden murka besar dan membawa istrinya ke sungai dan
menceburkannya di sana. Surati tidak mengakui tuduhan Raden karena dia memang
tak ada niatan untuk membunuh Raden.
Kemudian, Surati berujar kalau dia akan membuktikan kejujurannya dengan mencebur
ke sungai itu. Apabila sungai itu beraroma wangi, maka dia benar, tapi sebaliknya, bila
sungai itu bau, maka dia salah. Ternyata sungai tersebut berubah beraroma wangi.
Raden begitu terpukul karena tidak percaya dengan istrinya. Dia pun menyusul
istrinya terjun ke sungai. Itulah legenda asal mula penamaan Banyuwangi yang berarti
air yang harum.
8. Asal Usul Reog Ponorogo
Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan seorang putri kerajaan sangat cantik
jelita, yaitu Dewi Sanggalangit yang merupakan putri kerajaan Kediri. Sang putri
bersayembara untuk menikahinya dengan syarat untuk menyajikan sebuah
pertunjukan dengan tarian yang diiringi musik gamelan, barisan kuda kembar, dan
binatang berkepala dua.
Sangat mustahil dan sampai akhirnya Singabarong dan Kelana Swandana bersedia
memenuhi syarat. Singabarong bingung memenuhi syarat akhirnya mengutus Sang
Patih untuk menyelidiki Kelana Swandana. Tahu bahwa Kelana sudah menyiapkan
semuanya kecuali binatang berkepala dua, ia menjadi khawatir. Singabarong
menyerang Kelana namun Kelana tahu dan memusnahkan pasukan Singabarong.
Dengan kekuatan sakti, Kelana mengubah Singabarong menjadi harimau dengan
burung merah di kepalanya untuk memenuhi syarat sayembara sang putri. Akhirnya,
Dewi Sanggalangit memilih Kelana Swandana untuk menikahinya dan sejak saat itu
pertunjukan itu digelar dan disebut dengan Reog Ponorogo.
1. Asal Usul Nama Surabaya
Cerita rakyat Jawa Timur ini soal nama Surabaya yang berasal dari legenda terkenal
yaitu Sura dan Baya. Sura sendiri merupakan ikan hiu, dan baya adalah buaya.
Setiap hari kedua hewan itu selalu bertarung memperebutkan daerah kekuasaan.
Hingga pada akhirnya mereka lelah, Sura memberikan pilihan kepada Baya, jika
daerah laut menjadi kekuasaannya dan daratan menjadi milik baya.
Pada akhirnya, baya setuju dan lambat laun Sura sendiri mengkhianati pilihan yang
dia buat sendiri. Pertengkaran pun terjadi lagi sehingga banyak warga yang tahu.
Dengan begitu, mereka akhirnya memberi nama daerah ini menjadi Surabaya.
3. 9. Ande-Ande Lumut
Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua, yaitu
Kerajaan Kediri dan Jenggala. Sebelum Raja Erlangga yang memimpin kerajaan
tersebut meninggal, ia berpesan agar menyatukan kedua kerajaan tersebut.
Akhirnya kedua kerajaan tersebut bersatu dengan cara menikahkan Pangeran
kerajaan Jenggala, Raden Panji Asmarabangun dan Putri dari Kerajaan Kediri, Putri
Sekartaji. Namun, keputusan itu ditentang Ibu Tiri Putri Sekartaji. Karena Istri kedua
dari kerajaan Kediri menginginkan putri kandungnya menjadi Ratu Jenggala. Akhirnya,
ia merencanakan menculik dan menyembunyikan Putri Sekartaji dan ibu kandungnya.
Suatu hari, Putri Sekartaji menghilang dan Pangeran Panji sangat kecewa dan
memutuskan untuk pergi mencari Putri Sekartaji. Sang Pangeran mengubah namanya
menjadi Ande-Ande Lumut. Di tengah perjalanan, Ande-Ande Lumut menolong
seorang nenek tua bernama Mbok Randa dan setelahnya ia diangkat menjadi anak
Mbok Randa. Suatu hari, Ande Ande Lumut meminta sang ibu angkat mengumumkan
bahwa ia sedang mencari istri.
Sementara Putri Sekartaji memutuskan mencari pangeran di tengah perjalanannya
beristirahat di rumah seorang janda yang memiliki tiga anak yaitu Klenting Merah,
Biru, dan Hijau. Diangkat menjadi anak janda itu menyebabkan Putri Sekartaji berganti
nama menjadi Klenting Kuning. Mendengar Ande-Ande Lumut sedang mencari istri,
ketiga klenting itu bergegas pergi menemui Ande Ande Lumut. Namun Putri Sekartaji
tidak pergi bersama ketiga saudara angkatnya karena ia harus menyelesaikan
pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Ketiga saudara angkat Klenting Kuning pun sampai di seberang sungai. Tapi karena
ketiadaan perahu, mereka meminta bantuan Yuyu Kakang dengan syarat harus
mencium kepiting raksasa itu. Tiba di sungai untuk menemui Ande Ande Lumut.
Karena tidak memiliki cara menyeberang yang lain, mereka setuju begitu saja. Ande
Ande Lumut menolak ketiganya karena mereka mau begitu saja dicium Yuyu Kakang.
Sementara Klenting Kuning yang baru saja selesai dengan pekerjaannya segera
menyusul ketiga Klenting lain.
Klenting Kuning juga meminta bantuan Yuyu Kangkang. Namun dia cukup cerdik,
sesampainya di seberang sungai, ia mengoleskan kotoran ayam di pipinya sehingga
Yuyu Kangkang menjadi jijik dan tidak mau dicium Klenting Kuning. Akhirnya sang
Raden Panji bisa bertemu dengan Putri Sekartaji dan merekapun kembali bersama-
sama ke kerajaan dan mempersatukan Kembali Kerajaan Jenggala dan Kediri.
6. Legenda Gunung Kelud dan Lembu Sura
Kerajaan Majapahit bernama Raja Brawijaya memiliki putri yang sangat cantik
bernama Putri Diah Ayu Pusparini. Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan
karena kecantikannya banyak pemuda yang jatuh cinta kepadanya. Raja
membayangkan betapa bahagianya, jika Putri Diah menikah. Akan ada pesta yang
meriah di pernikahan di kerajaan. Raja Brawijaya semakin sedih karena sang putri
selalu menolak semua pemuda yang ingin menikahinya.
Raja pun berpikir untuk mengajak putrinya berbicara empat mata dan beranggapan
sang raja sudah semakin tua serta ingin mengadakan sayembara bagi siapapun yang
bisa meregangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat Gong Kyai Sekardelima
ia akan menjadi suami Putri Diah.
Ia pun kaget, namun tidak berani menolak permintaan ayahnya. Ia tau ayahnya
sangat menginginkan agar ia segera menikah, sehingga Putri Diah terpaksa untuk
menerima keinginan ayahnya.
Hari sayembara pun tiba, para pemuda dari berbagai penjuru datang untuk
menunjukkan kekuatannya menaklukkan busur dan gong gaib. Satu persatu para
pemuda mulai mencoba untuk merenggangkan busur dan mengangkat gong. Tetapi
tidak ada satupun yang berhasil, Raja Brawijaya berencana menghentikan sayembara
tanpa pemenang dan ia berpikir tidak akan ada yang bisa memenangkan sayembara.
Namun, ada satu orang yang kemudian datang dan bisa merenggangkan busurnya
Bernama Lembu Sura. Sang raja pun menepati janjinya untuk menikahkan sang putri
dengan lembu sura. Namun, sang putri sedih karena dia akan menikah dengan
seorang pria berkepala banteng.
Sampai akhirnya, sang raja juga berpikiran sama untuk membatalkan pernikahan
putrinya. Sang raja pun memerintahkan Lembu Sura untuk membuat sumur di puncak
Gunung Kelud dan kemudian beberapa prajuritnya mengubur hidup-hidup Lembu
sura. Ia tak dapat berbuat banyak dan mengutuk sang raja. Semua orang sangat
ketakutan. Mereka sangat yakin bahwa Lembusura akan membalas dendam. Sampai
saat ini, setiap Gunung Kelud meletus, orang bilang Lembusura sedang melakukan
balas dendam.