SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
51
BAB IV
PERENCANAAN PLAT LANTAI
4.1 Dasar Perencanaan
Plat beton bertulang adalah struktur yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus
pada bidang struktur tersebut. Plat beton bertulang ini sangat kaku dan
arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, plat ini berfungsi
sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal.
Sistem perencanaan tulangan plat pada dasarnya dibagi menjadi 2
macam yaitu plat satu arah (one way slab) dan sistem perencanaan plat
dengan tulangan poko dua arah yang disebut plat dua arah (two way slab).
Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perhitungan plat lantai
adalah sebagai berikut:
1. Standar tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
(SNI 03-2847-2002).
2. Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (PPURG
1987).
3. Buku “Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang” yang disusun
oleh Ir. W.C. Vis dan Ir. Gideon Kusuma M.Eng.
52
Pada perencanaan plat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa
persyaratan/ketentuan sebagai berikut :
1. Pada perhitungan plat, lebar plat diambil 1 meter (b=1000 mm)
2. Panjang bentang (L) (Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002)
a. Plat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung
L = Ln+ h dan L ≤ Las-as
b. Plat yang menyatu dengan struktur pendukung
Jika Ln ≤ 3,0 m, maka L = Ln
Jika Ln > 3,0 m, maka L = Ln + (2 x 50 mm). (PBI-1971)
Gambar 4.1 Penentuan Panjang Bentang (L)
3. Tebal minimum plat (h) (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002)
a. Untuk Plat satu arah (Pasal 11.5.2.3 SNI 03-2847-2002), tebal
minimal dapat dilihat pada tabel berikut :
Pelat menyatu
dengan pendukung
Ln
h
Las-as
Ln50 mm 50 mm
Pelat tidak menyatu
dengan pendukung
53
Tabel 4.1 Tebal Minimum Plat Satu Arah
Komponen
Struktur
Tinggi Minimal (h)
Dua Tumpuan
Satu ujung
Menerus
Kedua ujung
menerus
Kantilever
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi
atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan yang besar
Plat Solid
satu arah
L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau
plat jalur
satu arah
L/16 L/18,5 L/21 L/8
b. Untuk plat dua arah (Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002), tebal
minimal plat bergantung pada αm = α rata-rata, α adalah rasio
kekakuan lentur penampang balok terhadap kekakuan lentur plat
dengan rumus berikut :
α = Ecb /Ib
Ecp /Ip
1) Jika αm < 0,2, maka
h ≥ 120 mm
2) Jika 0,2 ≤ αm< 2 maka
dan ≥ 120 mm
54
3) Jika αm> 2, maka
dan ≥ 90 mm
dengan β = rasio bentang bersih plat dalam arah memanjang dan
memendek.
4. Tebal selimut beton minimal (Pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002)
a. Untuk baja tulangan D ≤ 36
Tebal selimut beton ≥ 20 mm
b. Untuk baja tulangan D44-D56
Tebal selimut beton ≥ 20 mm 40 mm
5. Jarak bersih antar tulangan s (Pasal 9.6.1 SNI 03-2847-2002)
S ≥ D dan s ≥ 25 mm
6. Jarak maksimal antar tulangan (as ke as)
a. Tulangan Pokok :
Plat 1 arah : s ≤ 3.h dan s ≤ 450 mm (pasal 12.5.4)
Plat 2 arah : s ≤ 2.h dan s ≤ 450 mm (pasal 15.3.2)
b. Tulangan Bagi
s ≤ 5.h dan s ≤ 450 mm (Pasal 9.12.2.2)
7. Luas Tulangan minimal Plat
Untuk fy = 240 Mpa, Maka As ≥ 0,0025.b.h
Untuk fy = 320 Mpa, Maka As ≥ 0,0020.b.h
Untuk fy = 400 Mpa, Maka As ≥ 0,0018.b.h
Untuk fy ≥ 400 Mpa, Maka As ≥ 0,0014.b.h
55
4.2 Perhitungan Penulangan
Perhitungan penulangan ini diambil dari momen-momen yang
menentukan dan dapat mewakili penulangan secara keseluruhan. Untuk
melakukan perhitungan penulangan plat terlebih dahulu ditentukan ρ dari Mu
/ bd2
dan ρ harus memenuhi syarat yaitu ρmin < ρ < ρmaks . Jika ternyata ρ yang
ada < ρmin maka digunakan ρmin dan bila ρ > ρmaks maka harus redesain plat.
Kemudian dicari luas tulangan dengan rumus As = ρ.b.d dan ditentukan
berapa diameter dan jumlah tulangan.
4.3 Perencanaan Plat Lantai
Gambar 4.2 Denah Plat Lantai
Data teknis:
Lx (bentang Panjang) = 3,15 m
Ly (bentang pendek) = 3,00 m
56
Ukuran balok :
b = 0,20 m
h = 0,30 m
Tebal Keramik (tk) = 0,02 m
Tebal Spesi (ts) = 0,03 m
Mutu Beton (fc') = 20 mpa
Mutu Baja BJ 37(fy) = 240 mpa
Berat jenis beton = 24 KN/m3
Berat jenis Keramik = 22 KN/m3
Berat jenis spesi = 20 KN/m3
Berat Plafond+penggantung = 0,18 KN/m3
4.3.1 Menentukan Tebal Plat
h rencana = 120 mm
Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002
Plat menyatu dengan struktur pendukung.
Ukuran Balok :
b = 0,20 m
h = 0,30 m
Ln = Lx - ((½.b)+( ½.b))
= 3,00 – ((½.0,2) + ( ½ .0,2))
= 2,800 m
= 2800 mm
Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002
α min adalah α rata-rata sesuai ukuran balok yang mengelilingi plat
α min = 1/12 x b x h3
1/12 x L x hawal
3
α min = 1/12 x 200 x 3003
1/12 x 2800 x 1203
= 1,12 mm
57
Karena α min < 2
hmin = Ln (0,8 + fy/1500) ≥ 90 mm
36 + 5.β(α min-0,2)
= 2800 (0,8 + 240 /1500) ≥ 90 mm
36 + 5.1,05(1,12-0,2)
= 49,414 mm ≥ 90 mm
karena, h min < 90 mm
49,414 mm < 90 mm
Maka tebal plat yang akan digunakan adalah 120 mm
4.3.2 Analisa Pembebanan
Beban Mati (qd)
Berat Sendiri = 0,12 m x 24 KN/m3 = 2,88 KN/m
Berat Keramik = 0,02 m x 22 KN/m3 = 0,44 KN/m
Berat Spesi = 0,03 m x 20 KN/m3 = 0,6 KN/m
Berat Plafond = 1 m x 0,18 KN/m3 = 0,18 KN/m
Berat total (qd) = 4,10 KN/m
Beban Hidup (ql) = 2,50 KN/m
Kombinasi beban
Pasal 11.2-1 SNI 03-2847-2002
qu = 1,2.D +1,6.L
= (1,2 . 4,10 ) + (1,6 . 2,50 )
= 8,92 KN/m
58
4.3.3 Menghitung Momen yang Bekerja
Diambil dimensi lantai yang terbesar yaitu lantai tipe B
3 m
3.15 m
Gambar 4.3 Lantai tipe A
Karena Ly/Lx = 1,05 ≈ 1,2
Tabel Beton Bertulang Gideon (Termasuk Kasus Vb), didapat nilai
Koefisien momen plat (Ci) sebagai berikut :
Clx = 34 Ctx = 63
Cly = 22 Cty = 54
Maka momen Perlu (Mu) :
Mlx = 0,001 x qu x Ln2
x Clx
= 0,001 x 8,92 x 2,802
x 34
= 2,378 KNm
Mly = 0,001 x qu x Ln2
x Cly .
= 0,001 x 8,92 x 2,802
x 22
= 1,539 KNm
Mtx = -0,001 x qu x Ln2
x Ctx .
= -0,001 x 8,92 x 2,802
x 63
= -4,406 KNm
Mty = -0,001 x qu x Ln2
x Cty .
= -0,001 x 8,92 x 2,802
x 54
= -3,776 KNm
59
4.3.4 Menghitung Kebutuhan Tulangan
Tulangan Lapangan Arah -X
Mlx = 2,378 KNm
Diameter tulangan digunakan (ϕx) =8 mm
Panjang Efektif (dx)= h- decking - 1/2 x ϕx
= 120 – 20 –(0,5 x 8 ) = 96 mm
Rn = Mu = 2,378 x 106
= 0,322 N/mm2
ϕ. b. d2
0,8 x 1000 x 962
m = Fy = 240 = 14,118
0,85 . Fc' 0,85 x 20
Karena Mutu Baja = 240 mpa
Maka:
ρ min = 0,0025
ρ perlu =
= 1 .( 1 -√ 1 - 2 x 0,322 x 14,118 )
14,118 240
= 0,0014
ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600
240 600 + fy
= 0,85 x 0,85 x 20 . 600
240 600 + 240
= 0,0430
ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0430 = 0,032
karena, ρ min< ρ perlu < ρ max
0,0025 < 0,0014 < 0,032 --> Maka Pakai ρ min
As = ρ min x b x dx
= 0,0025 x 1000 x 96
= 240 mm2
Sada = 0,25 x π x 82
x 1000
240
60
= 209,440 mm
Spakai = 200 mm
As ada = 0,25 x π x 82
x 1000
200
= 251,327 mm2
Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8– 200 A= 251,3
mm2
dari tabel A-5
Tulangan Lapangan Arah -Y
Mly = 1,539 KNm
Diameter tulangan digunakan (ϕy) = 8 mm
Panjang efektif (dy)= h-decking-1/2 x ϕy-ϕx
= 120- 20 - (0,5 x 8)– 8 = 88 mm
Rn = Mu = 1,539 x 106
= 0,248 mpa
ϕ. b. d2
0,8 x 1000 x 882
m = Fy = 240 = 14,118
0,85 . Fc' 0,85 x 20
Karena Mutu Baja = 240 mpa
Maka:
ρ min = 0,0025
ρ perlu =
= 1 .( 1 -√ 1 - 2 x 0,437 x 11,294 )
14,118 240
= 0,0010
ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600
240 600 + fy
= 0,85 x 0,85 x 20 . 600
240 600 + 240
= 0,0430
61
ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0430 = 0,032
karena, ρ min > ρ perlu < ρ max
0,0025 > 0,0010 < 0,032 --> Maka Pakai ρ min
As = ρ min x b x dx
= 0,0025 x 1000 x 88
= 220 mm2
Sada = 0,25 x π x 82
x 1000
220
= 228,479 mm
Spakai = 200 mm
As ada = 0,25 x π x 82
x 1000
200
= 251,327 mm
Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8 – 200A= 251,3
mm2
dari tabel A-5
Tulangan Tumpuan Arah -X
Mtx = 4,406 KNm
Diameter tulangan digunakan (ϕx) = 8 mm
Panjang efektif (dx)= h - decking - 1/2 x ϕx
= 120 – 20 –(0,5 x 8 ) = 96 mm
Rn = Mu = 4,406 x 106
= 0,598 MPa
ϕ. b. d2
0,8 x 1000 x 962
m = Fy = 240 = 14,118
0,85 . Fc' 0,85 x 20
Karena Mutu Baja = 240 mpa
Maka:
ρ min = 0,0025
ρ perlu =
= 1 .( 1 -√ 1 - 2 x 0,598 x 14,118)
14,118 240
62
= 0,0025
ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600
240 600 + fy
= 0,85 x 0,85 x 20 . 600
240 600 + 240
= 0,0430
ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0538 = 0,032
karena, ρ min< ρ perlu < ρ max
0,0025 < 0,0025 < 0,032 --> Maka Pakai ρ perlu
As = ρ perlu x b x dx
= 0,0025 x 1000 x 96
= 243,384 mm
Sada = 0,25 x π x 82
x 1000
243,384
= 206,528 mm
Spakai = 200 mm
As ada = 0,25 x π x 82
x 1000
200
= 251,327 mm
Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8 – 200A= 251,3
mm2
dari tabel A-5
Tulangan Tumpuan Arah -Y
Mty = -3,776 KNm
Diameter tulangan digunakan (ϕy) = 8 mm
Panjang efektif (dx)= h-decking- 1/2 x ϕy – ϕx
= = 120- 20 - (0,5 x 8)– 8 = 88 mm
Rn = Mu = -3,776 x 106
= -0,61 mpa
ϕ. b. d2
0,8 x 1000 x 882
63
m = Fy = 240 = 14,118
0,85 . Fc' 0,85 x 20
Karena Mutu Baja = 240 mpa
Maka:
ρ min = 0,0025
ρ perlu =
= 1 .( 1 -√ 1 - 2 x -0,61x 14,118 )
14,118 240
= -0,002
ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600
240 600 + fy
= 0,85 x 0,85 x 20 . 600
240 600 + 240
= 0,0430
ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0430= 0,032
karena, ρ min> ρ perlu < ρ max
0,0025 > -0,002 < 0,032 --> Maka Pakai ρ min
As = ρ min x b x dx
= 0,0025 x 1000 x 88
= 220 mm2
Sada = 0,25 x π x 82
x 1000
220
= 228,48 mm
Spakai = 200 mm
As ada = 0,25 x π x 82
x 1000
200
= 251,327 mm2
Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8 – 200A= 251,3
mm2
dari tabel A-5
Penggambaran Penulangan adalah sebagai berikut :
64
c
Gambar 4.4 Denah Penulangan Plat Lantai
Ø 8 -200
Ø 8 -200
Ø 8 -200
Ø 8 -200
Ø 8 -200
Ø 8 -200
Ø 8 -200
Ø 8 -200
Ø 8 -200 Ø 8 -200
Ø8-200

More Related Content

What's hot

contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2Aryo Bimantoro
 
Laporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah TinggalLaporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah TinggalAli Hasan
 
25. perhitungan struktur underpass
25. perhitungan struktur underpass25. perhitungan struktur underpass
25. perhitungan struktur underpassRasinanda
 
Perhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan BetonPerhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan Betonasdihss
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalenafat civik
 
Tugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran Momen
Tugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran MomenTugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran Momen
Tugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran MomenMercu Buana
 
Bab iii 2.2.3 penulangan balok anak ok
Bab iii 2.2.3 penulangan balok anak okBab iii 2.2.3 penulangan balok anak ok
Bab iii 2.2.3 penulangan balok anak okkhairatulfitri
 
Contoh soal komposit
Contoh soal kompositContoh soal komposit
Contoh soal kompositkahar pasca
 

What's hot (19)

Contoh baja
Contoh bajaContoh baja
Contoh baja
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
 
Laporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah TinggalLaporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah Tinggal
 
25. perhitungan struktur underpass
25. perhitungan struktur underpass25. perhitungan struktur underpass
25. perhitungan struktur underpass
 
Perhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan BetonPerhitungan Balok Baja dan Beton
Perhitungan Balok Baja dan Beton
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Baja presentation
Baja presentationBaja presentation
Baja presentation
 
Tugas Akhir Struktur Beton Prategang
Tugas Akhir Struktur Beton PrategangTugas Akhir Struktur Beton Prategang
Tugas Akhir Struktur Beton Prategang
 
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
 
Tugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran Momen
Tugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran MomenTugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran Momen
Tugas besar struktur beton II Analisis Portal Metode Perbesaran Momen
 
kuliah kolom panjang
kuliah kolom panjangkuliah kolom panjang
kuliah kolom panjang
 
Pondasi
PondasiPondasi
Pondasi
 
Bab iii 2.2.3 penulangan balok anak ok
Bab iii 2.2.3 penulangan balok anak okBab iii 2.2.3 penulangan balok anak ok
Bab iii 2.2.3 penulangan balok anak ok
 
Perencanaan Kolom
Perencanaan KolomPerencanaan Kolom
Perencanaan Kolom
 
Contoh soal komposit
Contoh soal kompositContoh soal komposit
Contoh soal komposit
 
Tugas 1 & 2 Struktur Beton 1
Tugas 1 & 2 Struktur Beton 1Tugas 1 & 2 Struktur Beton 1
Tugas 1 & 2 Struktur Beton 1
 
Perencanaan struktur beton
Perencanaan struktur betonPerencanaan struktur beton
Perencanaan struktur beton
 
Tugas 9 Struktur beton 1
Tugas 9 Struktur beton 1Tugas 9 Struktur beton 1
Tugas 9 Struktur beton 1
 
Tugas 4 Struktur beton 1
Tugas 4 Struktur  beton 1Tugas 4 Struktur  beton 1
Tugas 4 Struktur beton 1
 

Similar to Bab 4 plat

PPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptxPPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptxGentaPermata2
 
Perhitungan balok prategang_pci_-girder
Perhitungan balok prategang_pci_-girderPerhitungan balok prategang_pci_-girder
Perhitungan balok prategang_pci_-girderjanahsiti
 
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptxPPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptxGentaPermata2
 
Bab 4 skripsi
Bab 4 skripsi Bab 4 skripsi
Bab 4 skripsi ujang asf
 
Konstruksi baja-jembatan truss
Konstruksi baja-jembatan trussKonstruksi baja-jembatan truss
Konstruksi baja-jembatan trussMughny Halim
 
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-kompositAnstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-kompositHaryo Seno
 
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositModul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositFajar Tsani
 
Contoh wingwall
Contoh wingwallContoh wingwall
Contoh wingwalltanchul
 
Bab iv 4.5 tangga (190 201) pdf
Bab iv 4.5 tangga (190 201) pdfBab iv 4.5 tangga (190 201) pdf
Bab iv 4.5 tangga (190 201) pdffauziyyah ziya
 
Purlin bracing11
Purlin bracing11Purlin bracing11
Purlin bracing11wawanathar
 
Lampiran perhit, pondasi
Lampiran perhit, pondasiLampiran perhit, pondasi
Lampiran perhit, pondasialpian nur
 
PERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdf
PERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdfPERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdf
PERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdfSavageHunter3
 
Tugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi IITugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi IIRendi Fahreza
 
Presentasi skripsi ujang
Presentasi skripsi ujang  Presentasi skripsi ujang
Presentasi skripsi ujang ujang asf
 

Similar to Bab 4 plat (20)

PPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptxPPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptx
 
1. analisis slab lantai jembatan
1. analisis slab lantai jembatan1. analisis slab lantai jembatan
1. analisis slab lantai jembatan
 
STRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATANSTRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATAN
 
Perhitungan balok prategang_pci_-girder
Perhitungan balok prategang_pci_-girderPerhitungan balok prategang_pci_-girder
Perhitungan balok prategang_pci_-girder
 
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton BertulangPerencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
 
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptxPPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
 
Bab 4 skripsi
Bab 4 skripsi Bab 4 skripsi
Bab 4 skripsi
 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
 
Konstruksi baja-jembatan truss
Konstruksi baja-jembatan trussKonstruksi baja-jembatan truss
Konstruksi baja-jembatan truss
 
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-kompositAnstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
 
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositModul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
 
Contoh wingwall
Contoh wingwallContoh wingwall
Contoh wingwall
 
Bab iv 4.5 tangga (190 201) pdf
Bab iv 4.5 tangga (190 201) pdfBab iv 4.5 tangga (190 201) pdf
Bab iv 4.5 tangga (190 201) pdf
 
Purlin bracing11
Purlin bracing11Purlin bracing11
Purlin bracing11
 
Lampiran perhit, pondasi
Lampiran perhit, pondasiLampiran perhit, pondasi
Lampiran perhit, pondasi
 
PERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdf
PERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdfPERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdf
PERHITUNGAN STONRISE 2 LANTAI.pdf
 
Balok induk
Balok indukBalok induk
Balok induk
 
Tugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi IITugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi II
 
Presentasi skripsi ujang
Presentasi skripsi ujang  Presentasi skripsi ujang
Presentasi skripsi ujang
 

Bab 4 plat

  • 1. 51 BAB IV PERENCANAAN PLAT LANTAI 4.1 Dasar Perencanaan Plat beton bertulang adalah struktur yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Plat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, plat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal. Sistem perencanaan tulangan plat pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu plat satu arah (one way slab) dan sistem perencanaan plat dengan tulangan poko dua arah yang disebut plat dua arah (two way slab). Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perhitungan plat lantai adalah sebagai berikut: 1. Standar tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI 03-2847-2002). 2. Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (PPURG 1987). 3. Buku “Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang” yang disusun oleh Ir. W.C. Vis dan Ir. Gideon Kusuma M.Eng.
  • 2. 52 Pada perencanaan plat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa persyaratan/ketentuan sebagai berikut : 1. Pada perhitungan plat, lebar plat diambil 1 meter (b=1000 mm) 2. Panjang bentang (L) (Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002) a. Plat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung L = Ln+ h dan L ≤ Las-as b. Plat yang menyatu dengan struktur pendukung Jika Ln ≤ 3,0 m, maka L = Ln Jika Ln > 3,0 m, maka L = Ln + (2 x 50 mm). (PBI-1971) Gambar 4.1 Penentuan Panjang Bentang (L) 3. Tebal minimum plat (h) (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002) a. Untuk Plat satu arah (Pasal 11.5.2.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimal dapat dilihat pada tabel berikut : Pelat menyatu dengan pendukung Ln h Las-as Ln50 mm 50 mm Pelat tidak menyatu dengan pendukung
  • 3. 53 Tabel 4.1 Tebal Minimum Plat Satu Arah Komponen Struktur Tinggi Minimal (h) Dua Tumpuan Satu ujung Menerus Kedua ujung menerus Kantilever Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan yang besar Plat Solid satu arah L/20 L/24 L/28 L/10 Balok atau plat jalur satu arah L/16 L/18,5 L/21 L/8 b. Untuk plat dua arah (Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimal plat bergantung pada αm = α rata-rata, α adalah rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap kekakuan lentur plat dengan rumus berikut : α = Ecb /Ib Ecp /Ip 1) Jika αm < 0,2, maka h ≥ 120 mm 2) Jika 0,2 ≤ αm< 2 maka dan ≥ 120 mm
  • 4. 54 3) Jika αm> 2, maka dan ≥ 90 mm dengan β = rasio bentang bersih plat dalam arah memanjang dan memendek. 4. Tebal selimut beton minimal (Pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002) a. Untuk baja tulangan D ≤ 36 Tebal selimut beton ≥ 20 mm b. Untuk baja tulangan D44-D56 Tebal selimut beton ≥ 20 mm 40 mm 5. Jarak bersih antar tulangan s (Pasal 9.6.1 SNI 03-2847-2002) S ≥ D dan s ≥ 25 mm 6. Jarak maksimal antar tulangan (as ke as) a. Tulangan Pokok : Plat 1 arah : s ≤ 3.h dan s ≤ 450 mm (pasal 12.5.4) Plat 2 arah : s ≤ 2.h dan s ≤ 450 mm (pasal 15.3.2) b. Tulangan Bagi s ≤ 5.h dan s ≤ 450 mm (Pasal 9.12.2.2) 7. Luas Tulangan minimal Plat Untuk fy = 240 Mpa, Maka As ≥ 0,0025.b.h Untuk fy = 320 Mpa, Maka As ≥ 0,0020.b.h Untuk fy = 400 Mpa, Maka As ≥ 0,0018.b.h Untuk fy ≥ 400 Mpa, Maka As ≥ 0,0014.b.h
  • 5. 55 4.2 Perhitungan Penulangan Perhitungan penulangan ini diambil dari momen-momen yang menentukan dan dapat mewakili penulangan secara keseluruhan. Untuk melakukan perhitungan penulangan plat terlebih dahulu ditentukan ρ dari Mu / bd2 dan ρ harus memenuhi syarat yaitu ρmin < ρ < ρmaks . Jika ternyata ρ yang ada < ρmin maka digunakan ρmin dan bila ρ > ρmaks maka harus redesain plat. Kemudian dicari luas tulangan dengan rumus As = ρ.b.d dan ditentukan berapa diameter dan jumlah tulangan. 4.3 Perencanaan Plat Lantai Gambar 4.2 Denah Plat Lantai Data teknis: Lx (bentang Panjang) = 3,15 m Ly (bentang pendek) = 3,00 m
  • 6. 56 Ukuran balok : b = 0,20 m h = 0,30 m Tebal Keramik (tk) = 0,02 m Tebal Spesi (ts) = 0,03 m Mutu Beton (fc') = 20 mpa Mutu Baja BJ 37(fy) = 240 mpa Berat jenis beton = 24 KN/m3 Berat jenis Keramik = 22 KN/m3 Berat jenis spesi = 20 KN/m3 Berat Plafond+penggantung = 0,18 KN/m3 4.3.1 Menentukan Tebal Plat h rencana = 120 mm Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002 Plat menyatu dengan struktur pendukung. Ukuran Balok : b = 0,20 m h = 0,30 m Ln = Lx - ((½.b)+( ½.b)) = 3,00 – ((½.0,2) + ( ½ .0,2)) = 2,800 m = 2800 mm Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002 α min adalah α rata-rata sesuai ukuran balok yang mengelilingi plat α min = 1/12 x b x h3 1/12 x L x hawal 3 α min = 1/12 x 200 x 3003 1/12 x 2800 x 1203 = 1,12 mm
  • 7. 57 Karena α min < 2 hmin = Ln (0,8 + fy/1500) ≥ 90 mm 36 + 5.β(α min-0,2) = 2800 (0,8 + 240 /1500) ≥ 90 mm 36 + 5.1,05(1,12-0,2) = 49,414 mm ≥ 90 mm karena, h min < 90 mm 49,414 mm < 90 mm Maka tebal plat yang akan digunakan adalah 120 mm 4.3.2 Analisa Pembebanan Beban Mati (qd) Berat Sendiri = 0,12 m x 24 KN/m3 = 2,88 KN/m Berat Keramik = 0,02 m x 22 KN/m3 = 0,44 KN/m Berat Spesi = 0,03 m x 20 KN/m3 = 0,6 KN/m Berat Plafond = 1 m x 0,18 KN/m3 = 0,18 KN/m Berat total (qd) = 4,10 KN/m Beban Hidup (ql) = 2,50 KN/m Kombinasi beban Pasal 11.2-1 SNI 03-2847-2002 qu = 1,2.D +1,6.L = (1,2 . 4,10 ) + (1,6 . 2,50 ) = 8,92 KN/m
  • 8. 58 4.3.3 Menghitung Momen yang Bekerja Diambil dimensi lantai yang terbesar yaitu lantai tipe B 3 m 3.15 m Gambar 4.3 Lantai tipe A Karena Ly/Lx = 1,05 ≈ 1,2 Tabel Beton Bertulang Gideon (Termasuk Kasus Vb), didapat nilai Koefisien momen plat (Ci) sebagai berikut : Clx = 34 Ctx = 63 Cly = 22 Cty = 54 Maka momen Perlu (Mu) : Mlx = 0,001 x qu x Ln2 x Clx = 0,001 x 8,92 x 2,802 x 34 = 2,378 KNm Mly = 0,001 x qu x Ln2 x Cly . = 0,001 x 8,92 x 2,802 x 22 = 1,539 KNm Mtx = -0,001 x qu x Ln2 x Ctx . = -0,001 x 8,92 x 2,802 x 63 = -4,406 KNm Mty = -0,001 x qu x Ln2 x Cty . = -0,001 x 8,92 x 2,802 x 54 = -3,776 KNm
  • 9. 59 4.3.4 Menghitung Kebutuhan Tulangan Tulangan Lapangan Arah -X Mlx = 2,378 KNm Diameter tulangan digunakan (ϕx) =8 mm Panjang Efektif (dx)= h- decking - 1/2 x ϕx = 120 – 20 –(0,5 x 8 ) = 96 mm Rn = Mu = 2,378 x 106 = 0,322 N/mm2 ϕ. b. d2 0,8 x 1000 x 962 m = Fy = 240 = 14,118 0,85 . Fc' 0,85 x 20 Karena Mutu Baja = 240 mpa Maka: ρ min = 0,0025 ρ perlu = = 1 .( 1 -√ 1 - 2 x 0,322 x 14,118 ) 14,118 240 = 0,0014 ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600 240 600 + fy = 0,85 x 0,85 x 20 . 600 240 600 + 240 = 0,0430 ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0430 = 0,032 karena, ρ min< ρ perlu < ρ max 0,0025 < 0,0014 < 0,032 --> Maka Pakai ρ min As = ρ min x b x dx = 0,0025 x 1000 x 96 = 240 mm2 Sada = 0,25 x π x 82 x 1000 240
  • 10. 60 = 209,440 mm Spakai = 200 mm As ada = 0,25 x π x 82 x 1000 200 = 251,327 mm2 Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8– 200 A= 251,3 mm2 dari tabel A-5 Tulangan Lapangan Arah -Y Mly = 1,539 KNm Diameter tulangan digunakan (ϕy) = 8 mm Panjang efektif (dy)= h-decking-1/2 x ϕy-ϕx = 120- 20 - (0,5 x 8)– 8 = 88 mm Rn = Mu = 1,539 x 106 = 0,248 mpa ϕ. b. d2 0,8 x 1000 x 882 m = Fy = 240 = 14,118 0,85 . Fc' 0,85 x 20 Karena Mutu Baja = 240 mpa Maka: ρ min = 0,0025 ρ perlu = = 1 .( 1 -√ 1 - 2 x 0,437 x 11,294 ) 14,118 240 = 0,0010 ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600 240 600 + fy = 0,85 x 0,85 x 20 . 600 240 600 + 240 = 0,0430
  • 11. 61 ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0430 = 0,032 karena, ρ min > ρ perlu < ρ max 0,0025 > 0,0010 < 0,032 --> Maka Pakai ρ min As = ρ min x b x dx = 0,0025 x 1000 x 88 = 220 mm2 Sada = 0,25 x π x 82 x 1000 220 = 228,479 mm Spakai = 200 mm As ada = 0,25 x π x 82 x 1000 200 = 251,327 mm Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8 – 200A= 251,3 mm2 dari tabel A-5 Tulangan Tumpuan Arah -X Mtx = 4,406 KNm Diameter tulangan digunakan (ϕx) = 8 mm Panjang efektif (dx)= h - decking - 1/2 x ϕx = 120 – 20 –(0,5 x 8 ) = 96 mm Rn = Mu = 4,406 x 106 = 0,598 MPa ϕ. b. d2 0,8 x 1000 x 962 m = Fy = 240 = 14,118 0,85 . Fc' 0,85 x 20 Karena Mutu Baja = 240 mpa Maka: ρ min = 0,0025 ρ perlu = = 1 .( 1 -√ 1 - 2 x 0,598 x 14,118) 14,118 240
  • 12. 62 = 0,0025 ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600 240 600 + fy = 0,85 x 0,85 x 20 . 600 240 600 + 240 = 0,0430 ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0538 = 0,032 karena, ρ min< ρ perlu < ρ max 0,0025 < 0,0025 < 0,032 --> Maka Pakai ρ perlu As = ρ perlu x b x dx = 0,0025 x 1000 x 96 = 243,384 mm Sada = 0,25 x π x 82 x 1000 243,384 = 206,528 mm Spakai = 200 mm As ada = 0,25 x π x 82 x 1000 200 = 251,327 mm Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8 – 200A= 251,3 mm2 dari tabel A-5 Tulangan Tumpuan Arah -Y Mty = -3,776 KNm Diameter tulangan digunakan (ϕy) = 8 mm Panjang efektif (dx)= h-decking- 1/2 x ϕy – ϕx = = 120- 20 - (0,5 x 8)– 8 = 88 mm Rn = Mu = -3,776 x 106 = -0,61 mpa ϕ. b. d2 0,8 x 1000 x 882
  • 13. 63 m = Fy = 240 = 14,118 0,85 . Fc' 0,85 x 20 Karena Mutu Baja = 240 mpa Maka: ρ min = 0,0025 ρ perlu = = 1 .( 1 -√ 1 - 2 x -0,61x 14,118 ) 14,118 240 = -0,002 ρb = β1 x 0,85 x fc’ . 600 240 600 + fy = 0,85 x 0,85 x 20 . 600 240 600 + 240 = 0,0430 ρ max = 0,75. ρb = 0,75 x 0,0430= 0,032 karena, ρ min> ρ perlu < ρ max 0,0025 > -0,002 < 0,032 --> Maka Pakai ρ min As = ρ min x b x dx = 0,0025 x 1000 x 88 = 220 mm2 Sada = 0,25 x π x 82 x 1000 220 = 228,48 mm Spakai = 200 mm As ada = 0,25 x π x 82 x 1000 200 = 251,327 mm2 Karena, As ada> As, maka digunakan tulangan ϕ8 – 200A= 251,3 mm2 dari tabel A-5 Penggambaran Penulangan adalah sebagai berikut :
  • 14. 64 c Gambar 4.4 Denah Penulangan Plat Lantai Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø 8 -200 Ø8-200