1. Kata Benda dan Ciri-cirinya
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep, ataupun pengertian yang
berfungsi sebagai objek dan subjek". Sedangkan menurut Keraf berdasarkan bentuknya, segala
kata yang mengandung morfem terikat, ke-an, pe-an, -an, ke-, kita calonkan sebagai kata benda,
misalnya : perumahan, perbuatan, kecantikan, pelari, jembatan, kehendak. Berdasarkan
kelompok kata, segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata
sifat adalah kata benda. Contohnya: Tuhan, angin dapat diperluas menjadi Tuhan yang
adil, angin yang kencang.
Ciri-ciri dari kata benda adalah sebagai berikut :
a. Dalam kalimat kata benda cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Contoh :
Ibu membelikan adik baju baru.
Kata "Ibu" merupakan subjek, kata " membelikan" merupakan predikat, kata "adik" merupakan
objek, dan kata "baju baru" merupakan pelengkap.
b. kata benda tidak dapat didahului oleh kata ingkar "tidak"
c. kata benda dapat dikutip oleh kata sifat dengan menggunakan kata "yang".
Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi persyaratan
berikut :
a. Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh:
1) mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
2) pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah)
3) pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
b. Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
c. Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh :
saya (bukan saya)
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk
2. Kata Kerja dan Ciri-cirinya
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Posting mengenai kata kerja merupakan lanjutan dari posting yang sebelumnya yaitu
mengenai kata benda. Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata
kerja biasanya berfungsi sebagai predikat". Sedangkan menurut Keraf berdasarkan bentuknya,
segala kata yang mengandung imbuhan me-, ter-, -kan, di-, -i kita calonkan sebagai kata kerja.
Ditinjau dari kelompok kata, segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata
dengan ditambah kata sifat adalah kata kerja. Contohnya:mendengar, buat dapat
diperluas mendengar dengan cermat, buat dengan cepat."
Ciri-ciri dari kata kerja adalah sebagai berikut :
a. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun
dapat juga mempunyai fungsi lain.
Contoh :
1) Pencuri itu lari
2) Mereka sedang belajar di kamar
3) Bom itu seharusnya tidak meledak
Bagian yang dicetak miring dalam kalimat di atas adalah predikat, yaitu bagian yang menjadi
pengikat bagian lain dalam kalimat itu
b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau
kualitas
c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti “paling”.
Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah menjadi termati atau tersuka
d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna
kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali
Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan
berikut :
a. Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi (Pergi dengan gembira.)
tidur (Tidur dengan nyenyak.)
jalan (Jalan dengan santai.)
b. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
c. Dapat diingkari dengan kata tidak.
3. Contoh:
(tidak) makan
(tidak) lihat
(tidak) pulang
d. Berawalan me- dan ber-
Contoh:
melatih
melihat
2. Ciri-Ciri Kelas Kata
2.1. Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus),
pemuda (yang sangat rajin).
2.2. Kata Kerja
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang
menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
- awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
- awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
- awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
- awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
- awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
- awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
- awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
4. Ciri-Ciri Kata Sifat
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata yang
berimbuhan se – / -nya. Contoh :
- indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
- Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
4. 2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya besar,
indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada dimuka kata
benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda. Misalnya
merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu nakal,
adikku gemuk sekali
11. Ciri-Ciri Kata Keterangan
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan keadaan/
sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.
7. KataTugas
Dari data yang ada ditemukan kata tugas yang meliputi:
1. Preposisi:
Contoh: pada, kepada, di, terhadap, oleh karena.
JENIS – JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA
Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat
dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan
komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat.
Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang
ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.
Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli
bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
1. Kata kerja (verba)
2. Kata sifat (adjektiva)
3. Kata keterangan (adverbia)
5. 4. Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
5. Kelompok kata tugas ialah :
Kata Sandang (artikel)
Kata Depan (preposisi)
Kata Hubung (konjungsi)
Partikel
Kata Seru (interjeksi)
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atautindakan, proses, dan keadaan yang
bukan merupakan sifat.Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS
Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks:
Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c. Verba berproses gabung:
Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk :
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e. Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh : - Saya menulis surat.
S P O
- Adik membeli balon.
S P O
f. Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek)
Contoh : - Mereka duduk di taman.
S P K
- Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
S P K
- Adik sedang mandi.
6. S P
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat
orang/binatang/ benda.Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.
Ciri-ciri kata sifat:
1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
Contoh: lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya.
Macam-macam adjektiva:
a. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks
contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
2. adjektiva bereduplikasi
contoh: muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
1. Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan, meluap.
2. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa.
3. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
4. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
5. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
6. Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
7. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya :alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha
kuasa.3. Kata Keterangan (Adverbia)
8. Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan
9. pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Macam-macam adverbia:
1. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling,
pernah, pula, saja, saling.
b. Adverbia turunan terbagi atas:
1. Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
2. Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
7. 3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
a. Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun
abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran,
simpulan, pengumuman, pemberontakan.
Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.
5. Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:
a. Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda.
Macam-macam artikel:
a). Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
b). Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
c). Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
d).Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar
kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra
lama)
b. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja
untuk membentuk gabungan kata depan(frasa preposisional).
Macam-macam preposisi:
a). Preposisi dasar, misalnya: di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada,
tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
8. b). Preposisi turunan, terdiri atas:
(a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
(b). gabungan preposisi + preposisi + non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari
tengah-tengah kerumunan.
(c). gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke
jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
(d). Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang,
seputar.
A. Kata Benda atau Nomina
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Kata benda menurut wujudnya, dibagi atas :
1. Kata benda konkret
Kata benda konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca indera, dibagi
alas:
a. Nama diri
b. Nama zat dan lain sebagainya.
2. Kata benda abstrak
Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera.
Untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau tidak, kita
menggunakan dua prosedur:
1. Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan
2. Melihat dari segi kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan
a) BENTUK
Segala kata yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-, dicalonkan sebagai
kata benda.
Contoh: perumahan, kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata benda
berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu adalah kata benda.
9. Contoh: meja, kursi, pohon, dan lain-lain
B. Kata Kerja atau Verba
Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau perilaku.
Berdasarkan pelengkapnya, kata kerja terbagi atas :
1. Kata kerja transitif: kata kerja yang menghendaki adanya suatu pelengkap.
Contoh: memukul, menangkap, melihat dan sebagainya
2. Kata kerja intransitif: kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap.
Contoh: menangis, meninggal, berjalan dan sebagainya
Untuk menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara mengikuti
kedua prosedur di atas.
a) BENTUK
Segala kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata kerja.
b) KELOMPOK KATA
Segala macam kata tersebut di atas dalam segi kelompok kata mempunyai kesamaan struktur
yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia berbicara dengan keras
Anak itu menari dengan gemulai
c) TRANSPOSISI
Kata kerja dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem terikat,
misalnya menari menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca, bacaan, dan lain-lain.
Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat dapat ditransposisikan menjadi kata kerja,
misalnya pendek menjadi memendekkan, turun menjadi menurunkan dan sebagainya.
10. C. Kata Sifat atau Adjektifa
Menurut Aristoteles, kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sari
sesuatu benda, misal tinggi, rendah, lama, baru dan sebagainya.
Untuk menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara mengikuti
kedua prosedur di atas.
a) BENTUK
Dari segi bentuk segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk: se +
reduplikasi kata dasar + nya
Contoh: se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya
b) KELOMPOK KATA
Dari segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling, lebih, sekali.
Contoh: paling besar, lebih besar, besar sekali
paling cepat, lebih cepat, cepat sekali
paling baik, lebih baik, baik sekali
c) TRANSPOSISI
Semua kata yang tergolong kata sifat dapat berpindah jenis kata dengan bantuan morfem-
morfem terikat: pe-, ke-an, me-, -kan dan sebagainya.
Contoh: pembesar, membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d) SUB-GOLONGAN
Kata-kata bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat sebagai sub-
golongan karena merupakan kelompok dengan ciri-ciri tersendiri tapi karena secara
substitusional dapat menduduki tugas-tugas dari kata sifat.
D. Kata Ganti atau Pronomina
11. Yang termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda
atau yang dibendakan.
Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:
1. Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a. Orang I
1) Tunggal : aku
untuk menyatakan kerendahan diri: hamba, sahaya, patik, abdi
untuk mengungkapkan sesuatu suasana yang agung: kami (pluralis majestatis)
2) Jamak : kami, kita
b. Orang II
1) Tunggal : engkau, kamu
paduka, tuan, Yang Mulia, saudara, ibu, bapak dan lain-lain
2) Jamak : kamu
c. Orang III
1) Tunggal : dia, beliau
Untuk orang yang sudah meninggal: mendiang, almarhum atau almarhumah
2) Jamak : mereka
2. Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
Adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku, -
mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja
di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai bentuk enklitis).
Contoh: pensilku = pensil aku
pensilmu = pensil kamu
apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh: kupinjam, kaupinjam
3. Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)
12. Adalah kata yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam kata ganti
penunjuk:
a. Menunjuk sesuatu di tempat pembicara : ini
b. Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara : itu
c. Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga : di sana
4. Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)
Adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam
induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
a. Menggantikan kata benda yang terdapat dalam induk kalimat
b. Menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.
5. Kata Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)
Adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu keadaan. Kata ganti penanya
dalam bahasa Indonesia yaitu:
a. Apa : untuk menanyakan benda
b. Siapa : (si + apa) untuk menanyakan orang
c. Mana : untuk menanyakan pilihan seseorang atau beberapa hal barang.
Kata ganti penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan dengan
kata depan
Contoh:
dengan apa dengan siapa dari mana
untuk apa untuk siapa ke mana
buat apa kepada siapa dan lain-lain
Selain dari kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan orang
atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan sebagainya:
mengapa bilamana betapa
berapa kenapa bagaimana
6. Kata Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
13. Adalah kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang tidak
tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing siapa-siapa seseorang
sesuatu barang para
salah (salah satu…)
E. Kata Keterangan atau Adverbia
Kata keterangan oleh tata bahasa tradisional ditempatkan sebagai satu jenis
kata.kekurangan atau kelemahan dari dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan jenis kata.
Kata keterangan tidak lain adalah suatu kata atau kelompok kata yang menduduki suatu fungsi
tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata keterangan yang masing-
masingnya menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam kalimat.
Tata bahasa tradisional, akan tampak bahwa dalam beberapa hal akan timbul kekacauan
atau kekaburan, sebab ada kata yang sudah kita golongkan sebagai kata keterangan nanti akan
dimasukkan lagi dalam kata depan, atau bagian dari kata keterangan itu sebenarnya adalah kata
sifat dan sebagainya.kata keterangan secara tradisonal dapat dibagi-bagi lagi atas beberapa
macam berdasarkan artinya atau lebih baik berdasarkan fungsinya dalam kalimat.
1. KATA KETERANGAN KUALITATIF
Adalah kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari suatu
perbuatan.
Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata depan dengan + kata
sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa kata keterangan itu bukan merupakan suatu jenis kata tetapi
adalah suatu fungsi atau jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi dengan nyaring
2. KATA KETERANGAN WAKTU
14. Adalah kata keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa
dalam suatu biadang waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu, lusa, sebelum,
minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti :
Sudah, setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan dan lain-lain
3. KATA KETERANGAN TEMPAT
Segala macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan
dalam suatu ruang, seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah, di bandung, dari
Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata keterangan tempat, jelas
tampak bahwa golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi merupakan suatu kelompok
kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam kalimat. Keterangan tempat yang dimaksudkan
dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri dari dua bagian yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan
kata benda atau kata ganti petunjuk.
4. KATA KETERANGAN KECARAAN
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si pembicara atas
berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas lebih ditonjolkan. Keterangan ini
menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap
pembicara atau tanggapan pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a. Kepastian : memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya, bukan.
b. Pengakuan : ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
c. Kesangsian : agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
d. Keinginan : moga-moga, mudah-mudahan.
e. Ajakan : baik, mari, hendaknya, kiranya.
f. Larangan : jangan.
g. Keheranan : masakan, mustahil, mana boleh.
5. KATA KETERANGAN ASPEK
15. Keterangan aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif, bahwa suatu
peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara.
Keterangan aspek dapat dibagi-bagi lagi atas bermacam-macam:
a. Aspek inkoatif : menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan
berlangsungnya : saya pun berangkatlah.
b. Aspaek duratif : adalah keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa
tengah berlangsung: sedang, sementara.
c. Aspek perfektif : adalah keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah
mencapai titik penyelesaiannya: sudah, telah.
d. Aspek momental : menyatakan suatu peristiwa terjadi pada suatu saat yang pendek.
e. Aspek repetitif : menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f. Aspek frekuentatif : menunjukan bahwa suatu peristiwa sering terjadi.
g. Aspek habituatif : menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan.
6. KATA KETERANGAN DERAJAT
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah dan
banyaknya suatu tindakan dikerjakan: amat hampir, kira-kira, sedikit, cukup, hanya, satu kali,
dua kali, dan seterusnya.
7. KATA KETERANGAN ALAT
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu prose situ berlangsung.
Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh kata dengan + kata benda.
Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
8. KETERANGAN KESERTAAN
Adalah keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu perbuataan atau
tindakan:
Saya pergi ke pasar bersama ibu.
16. 9. KETERANGAN SYARAT
Adalah keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika, dan sebagainya.
10. KETERANGAN PERLAWANAN
Adalah keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan terlebih dahulu.
Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun, sungguhpun, biarpun, biar, meski,
jika.
11. KETERANGAN SEBAB
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah berlangsung.
Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab,
oleh karena itu, oleh karenanya, dan sebagainya.
12. KETERANGAN AKIBAT
Adalah keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu peristiwa atau perbuatan.
Akibat adalah hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan atau yang tidak dengan sengaja
dicapai, tetapi terjadi dalam hubungan sebab-akibat. Keterangan ini biasanya didahului oleh
kata-kata : sehingga ,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain sebagainya.
13. KETERANGAN TUJUAN
Adalah keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses. Tujuan itu pada
hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memeng dikehendaki
demikian. Kata-kata yang menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya, agar, agar supaya,
hendak, untuk, guna, buat.
14. KETERANGAN PERBANDINGAN
Adalah keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan perbandingan
keadaan suatu proses denagn proses yang lain, suatu keadaan denagn keadaan yang lain: kata-
17. kata yang di pakai untuk menyatakan perbandingan itu adalah: sebagai, seperti, seakan-akan,
laksana, umpama, bagaimana.
15. KETERANGAN PERWATASAN
Adalah keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu proses berlangsung,
dan yang mana tidak: kecuali, hanya.
K. Kata Tugas
Kata yang oleh Tatabahasa Tradisional disebut kata depan dan kata sambung (atau kata
penghubung) dimasukkan dalam kata tugas.
1. Bentuk
Dari segi bentuk umumnya kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Kata-kata
seperti dengan, telah, dan, tetapi, dan sebagainya tidak bias mengalami perubahan. Tetapi di
samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun termasuk kata tugas,
dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya tidak, susah, dapat berubah menjadi menidakkan,
menyudahkan.
2. Kelompok kata
Dari segi kelompok kata, kata-kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau
mengadakan transformasi kalimat. Kata-kata tugas tidak bias menduduki fungsi-fungsi pokok
dalam sebuah kalimat, seperti subyek, predikat, obyek.
Jadi melihat uraian di atas kita dapat membagi kata-kata tugas atas dua macam:
a. Kata-kata tugas yang monovalen (yang bernilai satu) yaitu semata-mata bertugas untuk
memperluas kalimat,misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari, dan sebagainya.
b. Kata-kata tugas yang ambivalen (bernilai dua) yaitu di samping berfungsi sebagai kata tugas
yang moovalen, dapat juga bertindak sebai jenis kata lain, baik dalam membentuk suatu kalimat
minim maupun dalam merubah bentuknya, misalnya sudah, tidak, dan lain-lain.
Jadi, fungsi kata tugas adalah merubah kalimat yang minim menjadi kalimat transformasi.
3. Partikel kah, tah, lah, pun
18. Bentuk-bentuk kah, tah, lah, pun oleh hamper semua Tatabahasa Indonesia dimasukkan dalam
kategori akhiran. Kekeliruan itu terjadi karena pengaruh masalah ejaan, yang oleh ejaan Suwandi
dirangkaiakan dengan kata sebelumnya. Keempat bentuk itu seharusnya adalah partikel penentu
atau pengeras. Partike adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk khusus yaitu sangat
ringkas atau kecil, dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Perbedaan antara partikel dan sufiks (juga semua afiks) dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Partikel tidak memindahkan jenis kata (kelas kata) dari kata-kata yang diikutinya; sebaliknya
sufiks (juga semua afiks) memindahkan kelas kata dari kata yang diikutinya. Misalnya:
Pergilah! (pergi tetap kata kerja)
Ayahlah yang berhak! (ayah tetap kata benda)
b. Kata-kata yang diikuti oleh sebuah partikel bias bermacam-macam jenis katanya, dan tetap
mempertahankan jenis katanya; sebaliknya sufiks (juga semua afiks) mengelompokkan
bermacam-macam jenis kata itu menjadi satu jenis kata yang sama.
Siapakah dia? (tetap kata ganti tanya)
Di manakah barang itu? (tetap kata tanya)
Besarkan api itu! (kata kerja dan kata sifat)
Lemparkan tombak itu! (kata kerja dan kata kerja)
c. Bidang gerak partikel adalah sintaksis (termasuk frasa dan klausa); sebaliknya sufiks (juga
semua afiks) bergerak dalam bidang morfologi.
Fungsi dan makna partikel-partikel tersebut di atas dapat diperinci sehingga sebagai berikut:
a. Partikel kah
Fungsi partikel kah:
1) Memberi tekanan dalam pertanyaan; kata yang dihubugkan dengan kah itu dipentingkan.
Contoh: Sawah atau ladangkah yang digarapnya?
Bermalas-malas atau berjalankah dia?
2) Dapat dipakai pula untuk menyatakan hal yang tak tentu; sebenarnya hal itu merupakan
pertanyaan juga, tetapi pertanyaan yang tidak langsung.
Contoh: Datangkah atau tidakkah, kami tidak tahu.
Terserahlah padamu; tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi saudara.
b. Partikel tah
19. Fungsi partikel tah ini sama dengan kah, tetapi lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata
tanya saja: apatah, manatah, siapatah. Bentuk-betuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu
Lama. Dewasa ini kurang dipakai. Makna pertanyaan dengan mempergunakan partikel tah
adalah meragukan atau kurang tentu.
c. Partikel lah
Fungsi partikel lah adalah
1) Mengeraskan gatra perbuatan, baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam
permintaan atau harapan, misalnya:
Bacalah dengan nyaring!
Datanglah ke sini pukul lima!
Mudah-mudahan terhindarlah mereka dari bencana itu!
2) Mengeraskan suatu gatra keterangan, misalnya:
Tiadalah aku mau diperlakukan seperti itu.
Apa pun yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana.
3) Menekankan gatra pangkal; dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang, misalnya:
Kamulah yang harus bertanggungjawab.
Engkaulah yang harus menjadi tulang punggung keluarga.
d. Partikel pun
Fungsi dan arti partikel pun:
1) Mengeraskan atau member tekanan pada kata yang bersangkutan; dalam hal ini dapat diartikan
dengan juga:
Dia pun mengetahui persoalan itu.
Kapal-kapal yang besar pun dapat berlayar di sungai itu.
2) Dalam penguatan atau pengerasan dapat terkandung arti atau pengertian perlawanan:
Mengorbankan nyawa sekalipun aku rela.
Betapa pun ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia belaka.
3) Gabungan antara pun + lah dapat mengandung aspek inkoatif:
Mereka pun berjalanlah.
Hujan pun turunlah dengan lebatnya.
Ia pun duduklah di bawah pohon yang rindang itu.