SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
KATA PENGANTAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang
berjudul “Askep MOLAHIDATIDOSA “ ini dapat terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya
hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu
asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan
yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu,
penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator
pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini
masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB
MUNA”.
Raha,Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL .....................................................................................................
HALAMAN .................................................................................................
KATAPENGANTAR...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang...................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................
C. Tujuan................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
a. Defenisi......................................................................................
b. Etiologi......................………………………………………....
c. klasifikasi....................................................................................
d. Manifestasi klinis........................................................................
e. patofisiologi.................................................................................
f. Pencegahan..................................................................................
g. Penatalaksanaan klinis................................................................
h. Test diagnostik.............................................................................
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian....................................................................................
b. Diagnosa.......................................................................................
c. Intervensi/perencanaan................................................................
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan........................................................................................
b. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari pembangunan
nasional. Pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Tinggi angka kematian hidup di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu,
perdarahan, infeksi, dan toxemia gravidarum. Salah satu dan ketiga factor tersebut adalah
perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam
mencegah terjadi kematian pada wanita ( khususnya yang mengalami perdarahan yang
disebabkan karena mola hidatidosa).
Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofloblas gestasional sebagai akibat dari suatu
kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Kehamilan mola hidatidosa terjadi pada ibu
multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang dan lebih banyak di jumpai pada
golongan sosio ekonomi rendah.
B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari molahidatidosa?
2. Bagaimana etiologi dari molahidatidosa?
3. Sebutkan klasifikasi dari molahidatidosa?
4. Apakah manifestasi klinis dari molahidatidosa?
5. Bagaimana patofisiologi dari molahidatidosa?
6. Apakah penatalaksanaan klinis dari molahidatidosa?
7. Apakah test diagnostik dari molahidatidosa?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisa dari molahidatidosa
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari molahidatidosa
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari molahidatidosa
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari molahidatidosa
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari molahidatidosa
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan klinis dari molahidatidosa
7. Untuk mengetahui test diagnostik dari molahidatidosa
BAB II
PEMBAHASAN
I.KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar,
Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi
kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi oleh cairan.
B. Etiologi
Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola
hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab
adalah:
a. Faktor ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki
ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
b. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang
sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
c. Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma
kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan
penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).
d. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
e. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini
sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta
daya tahan tubuh.
C. Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
 Teori missed abortion.
Janin mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung.
 Teori neoplasma dari Park.
sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
 Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.
(Silvia,Wilson,2000:467)
D. Manifestasi klinis
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah:
 Amenore dan tanda-tanda kehamilan
 Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut, kadang
keluar gelembung mola.
 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah
membesar setinggi pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan
24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266)
E. Patofisiologi
Menurut Cunningham dalam buku Obstetri, dalam stadium pertumbuhan molla yang
dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada
stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan
sebagai berikut:
a. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum
abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu atau
setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai.
Anemia defisiensi
besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
b. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya.
Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada wanita nullipara, khusus
karena konsistensi tumor yang lunak di bawah abdomen yang kenyal. Ovarium
kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih lunak.
c. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas tidak
akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive
sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta kembar pada kehamilan mola hidatidosa
komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri
terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang
luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang hidup.
d. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat
keluar dari dalam uterus dan masuk ke dalam aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan
kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa
stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini
dapat menginfasi parenkim paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat
pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio carsinoma
metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan
selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang
dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian.
Sementara sebagian lainnya mengalami proloferasi dan menimbulkan kematian wanita
tersebut bila tidak mendapatkan pengobatan yang efektif.
e. Disfungsi thyroid
Kadar tiroksi plasma pada wanita dengan kehamilan mola biasanya mengalami
kenaikan yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme yang tampak secara klinik
tidak begitu sering dijumpai. Amir dkk (1984) dan Curry dkk (1975) menemukan
hipertiroidisme pada sekitar 2% kasus kenaikan kadar tiroksin plasma, bisa merupakan efek
primer estrogen seperti halnya pada kehamilan normal dimana tidak terjadi peningkatan
kadar estrogen bebas dan presentasi trioditironim yang terikat oleh resin mengalami
peningkatan. Apakah hormon tiroksin bebas dapat meninggi akibat efek mirip tirotropin
yang ditimbulkan oleh orionik gonadotropin atau apakah varian hormon inikah yang
menimbulkan semua efek tersebut masih merupakan masalah yang controversial (Amir, dkk,
1984, Man dkk, 1986).
f. Ekspulsi spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan
paling besar kemungkinannya
pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.
F. Penatalaksanaan klinis
a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.
b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid
terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus,
pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan
tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa
Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
c. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
d. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).
e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola
hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi
berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi
terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman
dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM
minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan
setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk
anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan
masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau
beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau
tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.
G. Test diagnostik

 Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau
urin.
 Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila
tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
 Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4
buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak
terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan
T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk
menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan
tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Proses keperawatan
adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan
danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai
dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
 Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
 Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
 Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
 Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Riwayat kesehatan masa lalu.
 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary,
penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
 Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
 Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
 Pemeriksaan Fisik:
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan
tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
  Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
  Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
  Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik,
dan seterusnya.
2) Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
  Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
  Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin
atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
  Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
3) Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
  Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
  Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 :
39).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, ialah:
DIAGNOSA I : Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : - Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas waktu normal
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala
nyeri yang dirasakan klien.
 Mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan sehingga dapat membantu
menentukan intervensi yang tepat.
 Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam. Perubahan tanda-tanda vital terutama
suhu dan nadi merupakan salah satu
indikasi peningkatan nyeri yang dialami
oleh klien.
 Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi.
 Teknik relaksasi dapat membuat klien
merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri sehingga dapat membantu
mengurangi nyeri yang dirasakan.
 Beri posisi yang nyaman.  Posisi yang nyaman dapat
menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
 Kolaborasi pemberian analgetik.  Obat-obat analgetik akan memblok
reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan.
DIAGNOSA II : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil : - Kebutuhan personal higiene terpenuhi
- Klien tampak rapi dan bersih
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji kemampuan klien dalam memenuhi
rawat diri.
 Untuk mengetahui tingkat
kemampuan/ketergantungan klien dalam
merawat diri sehinnga dapat membantu
klien dalam memenuhi kebutuhan
hygienis.
 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
 Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa
membuat klien ketergantungan pada
perawat.
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
sesuai kemampuan.
 Pelaksanaan aktivitas dapat membantu
klien untuk mengembalikan kekuatan
secara bertahap dan menambah
kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
 Anjurkan keluarga klien untuk selalu
berada di dekat klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien.
 Membantu memenuhi kebutuhan klien
yang tidak terpenuhi secara mandiri.
DIAGNOSA III : Gangguan pola tidur b/d adanya nyeri.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu.
Kriteria Hasil : - Klien dapat tidur 7-8 jam pehari
- Konjungtiva tidak anemis
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji pola tidur  Dengan mengetahui pola tidur klien, akan
memudahkan dalam menentukan intervensi
selanjutnya.
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
 Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
 Anjurkan klien minum susu hangat
sebelum tidur.
 Susu mengandung protein yang tinggi
sehingga dapat merangsang untuk tidur.
 Batasi jumlah penjaga klien  Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi
maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi
sehingga klien dapat beristirahat.
 Memberlakukan jam besuk  Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
 Kolaborasi dengan tim medis pemberian
obat tidur Diazepam
 Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot
sehingga klien dapat tenang dan mudah
tidur.
DIAGNOSA IV : Kecemasan b/d perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji tingkat kecemasan pasien  Mengetahui sejauh mana kecemasan
tersebut mengganggu klien
 Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
 Ungkapan perasaan dapat memberikan
rasa lega sehingga mengurangii
kecemasan
 Mendengarkan keluhan klien dengan empati  Dengan mendengarkan keluhan klien
secara empati maka klien akan merasa
diperhatikan
 Jelaskan pada klien tentang proses penyakit
dan terapi yang di berikan
 Menambah pengetahuan klien sehingga
klien tahu dan mengerti tentang
penyakitnya
 Beri dorongan spiritual/support  Menciptakan ketenangan batin
sehingga kecemasan dapat berkurang
DIAGNOSA V : Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan b/d
adanya perdarahan.
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan
perifer tidak terjadi.
Kriteria Hasil :- Hb dalam batas normal (12-14g%)
- Turgor kulit baik
- Vital Sign dalam batas normal
- Tidak ada mual, muntah
INTERVENSI RASIONAL
 Awasi tanda-tanda vital, kaji warna
kulit/membran mukosa, dasar kuku
 Memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan intervensi
selanjutnya
 Selidiki perubahan tingkat kesadaran,
keluhan pusing dan sakit kepala
 Perubahan dapat menunjukkan
ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai
akibat tekanan darah arterial
 Kaji kulit terhadap dingin, pucat,
berkeringat, pengisian kapiler lambat dan
nadi perifer lemah
 Vasokontriksi adalah respon simpatis
terhadap penurunan volume sirkulasi dan
dapat terjadi sebagai efek samping
vasopressin
 Berikan cairan intravena, produk darah  Menggantikan kehilangan darah,
mempertahankan volume sirkulasi
 Penatalaksanaan pemberian obat
antikoagulan tranexid 500 mg 3x1 tablet
 Obat antikoagulan berfungsi mempercepat
terjadinya pembekuan darah/mengurangi
perdarahan
DIAGNOSA VI : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : - Nafsu makan berkurang
- Porsi maka di habiskan
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji status nutrisi klien  Sebagai awal untuk menetapkan rencana
selanjutnya
 Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi
sering
 Makan sedikit demi sedikit tapi sering
mampu membantu untuk meminimalkan
anoreksia
 Anjurkan untuk makan makanan dalam
keadaan hangat dan bervariasi
 Makanan hangat dan bervariasi dapat
meningkatkan nafsu makan klien
 Timbang berat badan sesuai indikasi  Mengevaluasi keefiktifan atau kebutuhan
mengubah pemberian nutrisi
 Tingkatkan kenyamanan linkungan
termasuk sosialisasi saat makan,
anjurkan orang terdekat untuk membawa
makanan yang disukai klien
 Sosialisasi waktu makan dengan orang
terdekat atau teman dapat meningkatkan
pemasukan dan menormalkan fungsi
makanan
DIAGNOSA VII :Resiko tinggi terjadi infeksi b/d tindakan kuratase
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil : - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- Vital sign dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji ada nya tanda-tanda infeksi  Mengetahui adanya gejala awal dari proses
infeksi
 Observasi vital sign  Perubahan vitaal sign merupakan salah satu
indikator dari terjadinya proses infeksi dari
dalam tubuh
 Observasi daerah kulit yang mengalami Deteksi dini perkembangan infeksi
kerusakan (luka, garis jahitan), daerah
yang terpasang alat invasif (infus,
kateter)
memungkinkan untuk melakukan tindakan
dengan segera dan pencegahan komplikasi
selanjutnya
 Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat antibiotik
 Antibiotik dapat menghambat pembentukan
sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak
terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat
langsung membunuh sel bakteri penyebab
infeksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual muntah akibat
produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan pembesaran uterus yang
abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus biasanya. Sehingga menyebabkan distensi
rahim yang bisa menyebabkan mual muntah pada penderita Mola hidatidosa. Selain itu
perdarahan yang abnormal saat usia kehamilan masih muda, dapat menyebabkan resiko tinggi
infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi untuk menghindari gejala infeksi yaang dapat
membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu pengetahuan ibu tentang beberapa
gejala penyakit yang dapat menyerang ibu hamil saat berada pada usia kehamilannya yang
masih baru tau berada pada Trimester 1.
B. Saran
Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif dalam melakukan
pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya gejala
patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu
harus cepat melaporkan kepada pelaku medis agar tidak terjadi komplikasi lain pada
kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus memiliki sikap profesionalisme dalam
bekerja dan mampu melakukan asuhan keperawatan secara tepat kepada ibu yang terdeteksi
adanya kelainan seperti penderita Mola hidatidosa.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.Jakarta
Makalah” Kep.Maternitas”
ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KEHAMILAN MOLAHIDATIDOSA
OLEH
Kelompok 6 :
1. WA ODE HUTRYANTI
2. NOVI ANGGRIANI
3. WA SUFIA
4. HARIANTON
5. NURLENA
6. PUTRI ASTUTI
AKPER PEMKAB MUNA
2014
Hutryanti

More Related Content

Similar to Hutryanti

Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docxUlva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
tdxrt4j664
 
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Hutryanti (20)

KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
 
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
 
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
 
GANGGUAN DARAH DAN GANGGUAN IMUNOLOGIS DALAM KEHAMILAN_ppt.pptx
GANGGUAN DARAH DAN GANGGUAN IMUNOLOGIS DALAM KEHAMILAN_ppt.pptxGANGGUAN DARAH DAN GANGGUAN IMUNOLOGIS DALAM KEHAMILAN_ppt.pptx
GANGGUAN DARAH DAN GANGGUAN IMUNOLOGIS DALAM KEHAMILAN_ppt.pptx
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
 
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
 
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
 
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docxUlva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
Bayi Besar, Hydrocephalus, Anence Phallus
Bayi Besar, Hydrocephalus, Anence PhallusBayi Besar, Hydrocephalus, Anence Phallus
Bayi Besar, Hydrocephalus, Anence Phallus
 
ASKEB NIFAS NORMAL
ASKEB NIFAS NORMALASKEB NIFAS NORMAL
ASKEB NIFAS NORMAL
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
 
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI  PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
HUBUNGAN INDEKS TUBUH TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT III ...
 
Contoh sap
Contoh sapContoh sap
Contoh sap
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Kesehatan
KesehatanKesehatan
Kesehatan
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1
 
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
 
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan MenstruasiKB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
 
askep pasien dengan Hiperemesis gravidarum
askep pasien dengan Hiperemesis gravidarumaskep pasien dengan Hiperemesis gravidarum
askep pasien dengan Hiperemesis gravidarum
 

More from Operator Warnet Vast Raha

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Hutryanti

  • 1. KATA PENGANTAR “Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul “Askep MOLAHIDATIDOSA “ ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya hingga hari kiamat. Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri. Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”. Raha,Mei 2014 Penyusun
  • 2. DAFTAR ISI SAMPUL ..................................................................................................... HALAMAN ................................................................................................. KATAPENGANTAR................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang................................................................................... B. Rumusan masalah.............................................................................. C. Tujuan................................................................................................ BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP PENYAKIT a. Defenisi...................................................................................... b. Etiologi......................……………………………………….... c. klasifikasi.................................................................................... d. Manifestasi klinis........................................................................ e. patofisiologi................................................................................. f. Pencegahan.................................................................................. g. Penatalaksanaan klinis................................................................ h. Test diagnostik............................................................................. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian.................................................................................... b. Diagnosa....................................................................................... c. Intervensi/perencanaan................................................................ BAB III PENUTUP a. Kesimpulan........................................................................................ b. Saran.................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Tinggi angka kematian hidup di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu, perdarahan, infeksi, dan toxemia gravidarum. Salah satu dan ketiga factor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam mencegah terjadi kematian pada wanita ( khususnya yang mengalami perdarahan yang disebabkan karena mola hidatidosa). Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofloblas gestasional sebagai akibat dari suatu kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Kehamilan mola hidatidosa terjadi pada ibu multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang dan lebih banyak di jumpai pada golongan sosio ekonomi rendah. B. Rumusan masalah 1. Apakah definisi dari molahidatidosa? 2. Bagaimana etiologi dari molahidatidosa? 3. Sebutkan klasifikasi dari molahidatidosa? 4. Apakah manifestasi klinis dari molahidatidosa? 5. Bagaimana patofisiologi dari molahidatidosa? 6. Apakah penatalaksanaan klinis dari molahidatidosa? 7. Apakah test diagnostik dari molahidatidosa? C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui definisa dari molahidatidosa 2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari molahidatidosa 3. Untuk mengetahui klasifikasi dari molahidatidosa 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari molahidatidosa 5. Untuk mengetahui patofisiologi dari molahidatidosa 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan klinis dari molahidatidosa 7. Untuk mengetahui test diagnostik dari molahidatidosa
  • 4. BAB II PEMBAHASAN I.KONSEP PENYAKIT A. Pengertian Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265) Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi oleh cairan. B. Etiologi Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah: a. Faktor ovum Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan. b. Keadaan sosial ekonomi yang rendah Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya. c. Paritas tinggi Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). d. Kekurangan protein Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
  • 5. waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal. e. Infeksi virus Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh. C. Klasifikasi Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi : 1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin 2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :  Teori missed abortion. Janin mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.  Teori neoplasma dari Park. sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.  Studi dari Hertig Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia,Wilson,2000:467) D. Manifestasi klinis Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah:  Amenore dan tanda-tanda kehamilan  Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut, kadang keluar gelembung mola.  Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.  Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan
  • 6. 24 minggu. (Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266) E. Patofisiologi Menurut Cunningham dalam buku Obstetri, dalam stadium pertumbuhan molla yang dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut: a. Perdarahan Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai. b. Ukuran uterus Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada wanita nullipara, khusus karena konsistensi tumor yang lunak di bawah abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih lunak. c. Aktivitas janin Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang hidup. d. Embolisasi Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk ke dalam aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi parenkim paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio carsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian.
  • 7. Sementara sebagian lainnya mengalami proloferasi dan menimbulkan kematian wanita tersebut bila tidak mendapatkan pengobatan yang efektif. e. Disfungsi thyroid Kadar tiroksi plasma pada wanita dengan kehamilan mola biasanya mengalami kenaikan yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme yang tampak secara klinik tidak begitu sering dijumpai. Amir dkk (1984) dan Curry dkk (1975) menemukan hipertiroidisme pada sekitar 2% kasus kenaikan kadar tiroksin plasma, bisa merupakan efek primer estrogen seperti halnya pada kehamilan normal dimana tidak terjadi peningkatan kadar estrogen bebas dan presentasi trioditironim yang terikat oleh resin mengalami peningkatan. Apakah hormon tiroksin bebas dapat meninggi akibat efek mirip tirotropin yang ditimbulkan oleh orionik gonadotropin atau apakah varian hormon inikah yang menimbulkan semua efek tersebut masih merupakan masalah yang controversial (Amir, dkk, 1984, Man dkk, 1986). f. Ekspulsi spontan Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu. F. Penatalaksanaan klinis a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis. b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson. c. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera. d. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus). e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan
  • 8. setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi. G. Test diagnostik   Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin.  Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).  Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4 buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis (Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)
  • 9. II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis 1. PENGKAJIAN Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :  Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat  Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang  Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :  Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.  Riwayat kesehatan masa lalu.  Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.  Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.  Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.  Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.  Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
  • 10.  Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.  Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.  Pemeriksaan Fisik: 1) Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain :   Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,   Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,   Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya. 2) Palpasi Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.   Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.   Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.   Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal. 3) Perkusi Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.   Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.   Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak. 4) Auskultasi Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 : 39).
  • 11. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, ialah: DIAGNOSA I : Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang Kriteria Hasil : - Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang - Ekspresi wajah tenang - TTV dalam batas waktu normal INTERVENSI RASIONAL  Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.  Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.  Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam. Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.  Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.  Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan.  Beri posisi yang nyaman.  Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.  Kolaborasi pemberian analgetik.  Obat-obat analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat dipersepsikan. DIAGNOSA II : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri Kriteria Hasil : - Kebutuhan personal higiene terpenuhi - Klien tampak rapi dan bersih INTERVENSI RASIONAL  Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri.  Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehinnga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienis.
  • 12.  Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.  Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat.  Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.  Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.  Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.  Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri. DIAGNOSA III : Gangguan pola tidur b/d adanya nyeri. Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu. Kriteria Hasil : - Klien dapat tidur 7-8 jam pehari - Konjungtiva tidak anemis INTERVENSI RASIONAL  Kaji pola tidur  Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.  Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang  Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.  Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur.  Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.  Batasi jumlah penjaga klien  Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.  Memberlakukan jam besuk  Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.  Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam  Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur. DIAGNOSA IV : Kecemasan b/d perubahan status kesehatan Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang Kriteria Hasil :- Ekspresi wajah tenang - Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
  • 13. INTERVENSI RASIONAL  Kaji tingkat kecemasan pasien  Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien  Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya  Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangii kecemasan  Mendengarkan keluhan klien dengan empati  Dengan mendengarkan keluhan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan  Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang di berikan  Menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya  Beri dorongan spiritual/support  Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang DIAGNOSA V : Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan b/d adanya perdarahan. Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi. Kriteria Hasil :- Hb dalam batas normal (12-14g%) - Turgor kulit baik - Vital Sign dalam batas normal - Tidak ada mual, muntah INTERVENSI RASIONAL  Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku  Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya  Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala  Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial  Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah  Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin  Berikan cairan intravena, produk darah  Menggantikan kehilangan darah, mempertahankan volume sirkulasi
  • 14.  Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 3x1 tablet  Obat antikoagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah/mengurangi perdarahan DIAGNOSA VI : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil : - Nafsu makan berkurang - Porsi maka di habiskan INTERVENSI RASIONAL  Kaji status nutrisi klien  Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya  Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering  Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan anoreksia  Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi  Makanan hangat dan bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien  Timbang berat badan sesuai indikasi  Mengevaluasi keefiktifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi  Tingkatkan kenyamanan linkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien  Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan DIAGNOSA VII :Resiko tinggi terjadi infeksi b/d tindakan kuratase Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi Kriteria Hasil : - Tidak tampak tanda-tanda infeksi - Vital sign dalam batas normal INTERVENSI RASIONAL  Kaji ada nya tanda-tanda infeksi  Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi  Observasi vital sign  Perubahan vitaal sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dari dalam tubuh  Observasi daerah kulit yang mengalami Deteksi dini perkembangan infeksi
  • 15. kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif (infus, kateter) memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya  Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik  Antibiotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeksi
  • 16. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual muntah akibat produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan pembesaran uterus yang abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus biasanya. Sehingga menyebabkan distensi rahim yang bisa menyebabkan mual muntah pada penderita Mola hidatidosa. Selain itu perdarahan yang abnormal saat usia kehamilan masih muda, dapat menyebabkan resiko tinggi infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi untuk menghindari gejala infeksi yaang dapat membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu pengetahuan ibu tentang beberapa gejala penyakit yang dapat menyerang ibu hamil saat berada pada usia kehamilannya yang masih baru tau berada pada Trimester 1. B. Saran Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif dalam melakukan pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya gejala patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus cepat melaporkan kepada pelaku medis agar tidak terjadi komplikasi lain pada kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus memiliki sikap profesionalisme dalam bekerja dan mampu melakukan asuhan keperawatan secara tepat kepada ibu yang terdeteksi adanya kelainan seperti penderita Mola hidatidosa.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.Jakarta
  • 18. Makalah” Kep.Maternitas” ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KEHAMILAN MOLAHIDATIDOSA OLEH Kelompok 6 : 1. WA ODE HUTRYANTI 2. NOVI ANGGRIANI 3. WA SUFIA 4. HARIANTON 5. NURLENA 6. PUTRI ASTUTI AKPER PEMKAB MUNA 2014