Makalah ini membahas tentang konsep dan penatalaksanaan klinis mola hidatidosa. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana terjadi pertumbuhan berlebihan villi korionik menjadi kista-kista yang mengandung cairan. Penyebabnya belum pasti tetapi kemiskinan dan infeksi mungkin berperan. Gejalanya berupa perdarahan, pembesaran rahim tidak sesuai usia kehamilan, dan tanpa detak jantung janin. Peng
1. KATA PENGANTAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang
berjudul “Askep MOLAHIDATIDOSA “ ini dapat terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya
hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu
asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan
yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu,
penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator
pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini
masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB
MUNA”.
Raha,Mei 2014
Penyusun
2. DAFTAR ISI
SAMPUL .....................................................................................................
HALAMAN .................................................................................................
KATAPENGANTAR...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang...................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................
C. Tujuan................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
a. Defenisi......................................................................................
b. Etiologi......................………………………………………....
c. klasifikasi....................................................................................
d. Manifestasi klinis........................................................................
e. patofisiologi.................................................................................
f. Pencegahan..................................................................................
g. Penatalaksanaan klinis................................................................
h. Test diagnostik.............................................................................
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian....................................................................................
b. Diagnosa.......................................................................................
c. Intervensi/perencanaan................................................................
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan........................................................................................
b. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari pembangunan
nasional. Pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Tinggi angka kematian hidup di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu,
perdarahan, infeksi, dan toxemia gravidarum. Salah satu dan ketiga factor tersebut adalah
perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam
mencegah terjadi kematian pada wanita ( khususnya yang mengalami perdarahan yang
disebabkan karena mola hidatidosa).
Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofloblas gestasional sebagai akibat dari suatu
kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Kehamilan mola hidatidosa terjadi pada ibu
multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang dan lebih banyak di jumpai pada
golongan sosio ekonomi rendah.
B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari molahidatidosa?
2. Bagaimana etiologi dari molahidatidosa?
3. Sebutkan klasifikasi dari molahidatidosa?
4. Apakah manifestasi klinis dari molahidatidosa?
5. Bagaimana patofisiologi dari molahidatidosa?
6. Apakah penatalaksanaan klinis dari molahidatidosa?
7. Apakah test diagnostik dari molahidatidosa?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisa dari molahidatidosa
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari molahidatidosa
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari molahidatidosa
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari molahidatidosa
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari molahidatidosa
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan klinis dari molahidatidosa
7. Untuk mengetahui test diagnostik dari molahidatidosa
4. BAB II
PEMBAHASAN
I.KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar,
Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi
kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi oleh cairan.
B. Etiologi
Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola
hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab
adalah:
a. Faktor ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki
ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
b. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang
sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
c. Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma
kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan
penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).
d. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
5. waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
e. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini
sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta
daya tahan tubuh.
C. Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
Teori missed abortion.
Janin mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park.
sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.
(Silvia,Wilson,2000:467)
D. Manifestasi klinis
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah:
Amenore dan tanda-tanda kehamilan
Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut, kadang
keluar gelembung mola.
Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah
membesar setinggi pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan
6. 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266)
E. Patofisiologi
Menurut Cunningham dalam buku Obstetri, dalam stadium pertumbuhan molla yang
dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada
stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan
sebagai berikut:
a. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum
abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu atau
setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai.
Anemia defisiensi
besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
b. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya.
Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada wanita nullipara, khusus
karena konsistensi tumor yang lunak di bawah abdomen yang kenyal. Ovarium
kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih lunak.
c. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas tidak
akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive
sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta kembar pada kehamilan mola hidatidosa
komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri
terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang
luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang hidup.
d. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat
keluar dari dalam uterus dan masuk ke dalam aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan
kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa
stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini
dapat menginfasi parenkim paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat
pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio carsinoma
metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan
selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang
dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian.
7. Sementara sebagian lainnya mengalami proloferasi dan menimbulkan kematian wanita
tersebut bila tidak mendapatkan pengobatan yang efektif.
e. Disfungsi thyroid
Kadar tiroksi plasma pada wanita dengan kehamilan mola biasanya mengalami
kenaikan yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme yang tampak secara klinik
tidak begitu sering dijumpai. Amir dkk (1984) dan Curry dkk (1975) menemukan
hipertiroidisme pada sekitar 2% kasus kenaikan kadar tiroksin plasma, bisa merupakan efek
primer estrogen seperti halnya pada kehamilan normal dimana tidak terjadi peningkatan
kadar estrogen bebas dan presentasi trioditironim yang terikat oleh resin mengalami
peningkatan. Apakah hormon tiroksin bebas dapat meninggi akibat efek mirip tirotropin
yang ditimbulkan oleh orionik gonadotropin atau apakah varian hormon inikah yang
menimbulkan semua efek tersebut masih merupakan masalah yang controversial (Amir, dkk,
1984, Man dkk, 1986).
f. Ekspulsi spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan
paling besar kemungkinannya
pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.
F. Penatalaksanaan klinis
a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.
b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid
terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus,
pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan
tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa
Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
c. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
d. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).
e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola
hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi
berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi
terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman
dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM
minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan
8. setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk
anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan
masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau
beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau
tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.
G. Test diagnostik
Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau
urin.
Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila
tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4
buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak
terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan
T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)
9. II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk
menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan
tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Proses keperawatan
adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan
danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai
dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary,
penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
10. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
Pemeriksaan Fisik:
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan
tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik,
dan seterusnya.
2) Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin
atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
3) Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 :
39).
11. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, ialah:
DIAGNOSA I : Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : - Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas waktu normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala
nyeri yang dirasakan klien.
Mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan sehingga dapat membantu
menentukan intervensi yang tepat.
Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam. Perubahan tanda-tanda vital terutama
suhu dan nadi merupakan salah satu
indikasi peningkatan nyeri yang dialami
oleh klien.
Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi.
Teknik relaksasi dapat membuat klien
merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri sehingga dapat membantu
mengurangi nyeri yang dirasakan.
Beri posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman dapat
menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik. Obat-obat analgetik akan memblok
reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan.
DIAGNOSA II : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil : - Kebutuhan personal higiene terpenuhi
- Klien tampak rapi dan bersih
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi
rawat diri.
Untuk mengetahui tingkat
kemampuan/ketergantungan klien dalam
merawat diri sehinnga dapat membantu
klien dalam memenuhi kebutuhan
hygienis.
12. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa
membuat klien ketergantungan pada
perawat.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
sesuai kemampuan.
Pelaksanaan aktivitas dapat membantu
klien untuk mengembalikan kekuatan
secara bertahap dan menambah
kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
Anjurkan keluarga klien untuk selalu
berada di dekat klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien.
Membantu memenuhi kebutuhan klien
yang tidak terpenuhi secara mandiri.
DIAGNOSA III : Gangguan pola tidur b/d adanya nyeri.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu.
Kriteria Hasil : - Klien dapat tidur 7-8 jam pehari
- Konjungtiva tidak anemis
INTERVENSI RASIONAL
Kaji pola tidur Dengan mengetahui pola tidur klien, akan
memudahkan dalam menentukan intervensi
selanjutnya.
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
Anjurkan klien minum susu hangat
sebelum tidur.
Susu mengandung protein yang tinggi
sehingga dapat merangsang untuk tidur.
Batasi jumlah penjaga klien Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi
maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi
sehingga klien dapat beristirahat.
Memberlakukan jam besuk Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian
obat tidur Diazepam
Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot
sehingga klien dapat tenang dan mudah
tidur.
DIAGNOSA IV : Kecemasan b/d perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
13. INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat kecemasan pasien Mengetahui sejauh mana kecemasan
tersebut mengganggu klien
Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Ungkapan perasaan dapat memberikan
rasa lega sehingga mengurangii
kecemasan
Mendengarkan keluhan klien dengan empati Dengan mendengarkan keluhan klien
secara empati maka klien akan merasa
diperhatikan
Jelaskan pada klien tentang proses penyakit
dan terapi yang di berikan
Menambah pengetahuan klien sehingga
klien tahu dan mengerti tentang
penyakitnya
Beri dorongan spiritual/support Menciptakan ketenangan batin
sehingga kecemasan dapat berkurang
DIAGNOSA V : Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan b/d
adanya perdarahan.
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan
perifer tidak terjadi.
Kriteria Hasil :- Hb dalam batas normal (12-14g%)
- Turgor kulit baik
- Vital Sign dalam batas normal
- Tidak ada mual, muntah
INTERVENSI RASIONAL
Awasi tanda-tanda vital, kaji warna
kulit/membran mukosa, dasar kuku
Memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan intervensi
selanjutnya
Selidiki perubahan tingkat kesadaran,
keluhan pusing dan sakit kepala
Perubahan dapat menunjukkan
ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai
akibat tekanan darah arterial
Kaji kulit terhadap dingin, pucat,
berkeringat, pengisian kapiler lambat dan
nadi perifer lemah
Vasokontriksi adalah respon simpatis
terhadap penurunan volume sirkulasi dan
dapat terjadi sebagai efek samping
vasopressin
Berikan cairan intravena, produk darah Menggantikan kehilangan darah,
mempertahankan volume sirkulasi
14. Penatalaksanaan pemberian obat
antikoagulan tranexid 500 mg 3x1 tablet
Obat antikoagulan berfungsi mempercepat
terjadinya pembekuan darah/mengurangi
perdarahan
DIAGNOSA VI : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : - Nafsu makan berkurang
- Porsi maka di habiskan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji status nutrisi klien Sebagai awal untuk menetapkan rencana
selanjutnya
Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi
sering
Makan sedikit demi sedikit tapi sering
mampu membantu untuk meminimalkan
anoreksia
Anjurkan untuk makan makanan dalam
keadaan hangat dan bervariasi
Makanan hangat dan bervariasi dapat
meningkatkan nafsu makan klien
Timbang berat badan sesuai indikasi Mengevaluasi keefiktifan atau kebutuhan
mengubah pemberian nutrisi
Tingkatkan kenyamanan linkungan
termasuk sosialisasi saat makan,
anjurkan orang terdekat untuk membawa
makanan yang disukai klien
Sosialisasi waktu makan dengan orang
terdekat atau teman dapat meningkatkan
pemasukan dan menormalkan fungsi
makanan
DIAGNOSA VII :Resiko tinggi terjadi infeksi b/d tindakan kuratase
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil : - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- Vital sign dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ada nya tanda-tanda infeksi Mengetahui adanya gejala awal dari proses
infeksi
Observasi vital sign Perubahan vitaal sign merupakan salah satu
indikator dari terjadinya proses infeksi dari
dalam tubuh
Observasi daerah kulit yang mengalami Deteksi dini perkembangan infeksi
15. kerusakan (luka, garis jahitan), daerah
yang terpasang alat invasif (infus,
kateter)
memungkinkan untuk melakukan tindakan
dengan segera dan pencegahan komplikasi
selanjutnya
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat antibiotik
Antibiotik dapat menghambat pembentukan
sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak
terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat
langsung membunuh sel bakteri penyebab
infeksi
16. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual muntah akibat
produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan pembesaran uterus yang
abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus biasanya. Sehingga menyebabkan distensi
rahim yang bisa menyebabkan mual muntah pada penderita Mola hidatidosa. Selain itu
perdarahan yang abnormal saat usia kehamilan masih muda, dapat menyebabkan resiko tinggi
infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi untuk menghindari gejala infeksi yaang dapat
membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu pengetahuan ibu tentang beberapa
gejala penyakit yang dapat menyerang ibu hamil saat berada pada usia kehamilannya yang
masih baru tau berada pada Trimester 1.
B. Saran
Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif dalam melakukan
pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya gejala
patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu
harus cepat melaporkan kepada pelaku medis agar tidak terjadi komplikasi lain pada
kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus memiliki sikap profesionalisme dalam
bekerja dan mampu melakukan asuhan keperawatan secara tepat kepada ibu yang terdeteksi
adanya kelainan seperti penderita Mola hidatidosa.
17. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.Jakarta
18. Makalah” Kep.Maternitas”
ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KEHAMILAN MOLAHIDATIDOSA
OLEH
Kelompok 6 :
1. WA ODE HUTRYANTI
2. NOVI ANGGRIANI
3. WA SUFIA
4. HARIANTON
5. NURLENA
6. PUTRI ASTUTI
AKPER PEMKAB MUNA
2014