SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Pengkajian Fisik terkait Sistem Sirkulasi pada Penderita 
Hipertensi 
I.Pengkajian Fisik sistem sirkulasi 
Pengkajian fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya menggunakan 
teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian fidik sistem sirkulasi dapat 
berupa pengukuran tekanan darah maupun perhitungan nadi. 
Inspeksi 
Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi 
karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan. Perawat melakukan inspeksi dengan 
melihat penampilan klien dari luar. 
Untuk menggunakan inspeksi secara efektif, perawat harus mengobservasi prinsip berikut ini: 
1) Pastikan tersedianya pencahayaan yang baik. 
2) Posisiskan bagian tubuh sedemikian rupa sehingga semua permukaan terlihat. 
3) Inspeksi setiap area untuk ukuran, bentuk, warna, kesimetrian, posisi, dan 
abnormalitas. 
4) Jika mungkin, bandingkan area yang diinspeksi dengan area yang sama di sisi 
tubuh yang berlawanan. 
5) Gunakan lampu tambahan untuk menginspeksi rongga tubuh. 
6) Jangan terburu-buru melakukan inspeksi dan beri perhatian pada hal-hal detil. 
Palpasi 
Palpasi dilakukan dengan cara meraba bagian tubuh yang ingin dikaji. Melalui palpasi tangan 
dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik. Pada saat 
melakukan palpasi, klien harus diposisikan dengan nyaman karena ketegangan otot akan 
mengganggu keefektifan palpasi. Pada pengkajian terkait sistem sirkulasi, perawat dapat 
melakukan perhitungan jumlah denyut nadi klien per menit. Untuk menghitung denyut nadi 
per menit, hal yang perlu dilakukan perawat ialah menggunakan ketiga jari untuk 
menemukan arteri radialis di tangan. Biasanya arteri radialis terletak di dekat 
Perkusi 
Perkusi melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari untuk mengevaluasi ukuran, 
batasan dan konsistensi organ-organ tubuh dan untuk menemukan adanya cairan pada rongga 
tubuh. Melalui perkusi, lokasi, ukuran dan densitas struktur dapat ditentukan.Perkusi
membantu menentukan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-x atau pengkajian 
melalui auskultasi. 
Terdapat dua macam perkusi yaitu perkusi langsung dan tidak langsung. Perkusi langsung 
melibatkan pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari. 
Sedangkan teknik tidak langsung dilakukan dengan menempatkan jari tengah tangan non-dominan 
di atas permukaan tubuh, dengan telapak tangan dan jari-jari tangan yang lain tidak 
berada di permukaan kulit. Perkusi menghasilkan lima jenis bunyi yaitu timpani, resonansi, 
hiperesonansi, pekak, dan flatness. 
Auskultasi 
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan alat 
bantu stetoskop. Untuk dapat mengauskultasi dengan benar, perawat harus mendengarkan 
bunyi di tempat tenang dan mendengarkan karakteristik dari bunyi tersebut. 
Melalui auskultasi, perawat memerhatikan beberapa karakteristik bunyi berikut ini: 
1) Frekuensi atau jumlah siklus gelombang per detik yang dihasilkan oleh benda 
yang bergetar. Semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi nada bunyi dan 
sebaliknya. 
2) Kekerasan atau amplitudo gelombang bunyi. Bunyi terauskultasi digambarkan 
sebagai keras atau pelan. 
3) Kualitas, atau bunyi-bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama dari 
sumber berbeda. Istilah seperti tiupan atau gemuruh menggambarkan kualitas bunyi. 
4) Durasi, atau lamanya waktu bunyi itu berlangsung. Durasi bunyi adalah pendek, 
sedang dan panjang. Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi bunyi dari organ 
internal dalam. 
II. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler 
Pemeriksaan Pembuluh Darah Perifer 
1) Arteri perifer cara palpasi 
Periksa arteri radialis dalam posisi pronasi dan fleksi di siku, jika perlu angkat sedikit, arteri 
karotis, arteri femoralis, arteri poplitea, arteri dorsalis pedis dan arteri posterior. 
Nilai: 
Frekuensi, irama, ciri denyutan, isi nadi, keadaan pembuluh darah. 
Frekuensi: normal 60-90x per menit, agak meningkat pada anak-anak, wanita 
dalam keadaan berdiri, sedang makan, emosi dan lain-lain.
Abnormal: 
Lebih dari 100x per menit- takikardia (pulpus frekuensi): pada demam, infeksi 
streptokokus, difteri, dan macam-macam penyakit jantung. 
Kurang dari 60x per menit- bradikardi pada mikusudema, penyakit kuning, demam 
enteritis, tifoid, dsb. 
Irama: 
o Normal : 
Teratur 
Tak teratur misalnya aritmi sinus yang meningkat pada inspirasi dan menurun 
pada ekspirasi. 
oAbnormal: 
Pulsus bigemini = tiap 2 denyut jantung dipisahkan sesamanya oleh waktu 
yang lama, karena satu siantara tiap denyut menghilang. 
Pulsus trigemini = tiap 3 denyut jantung dipisahkan oleh masa antara 
denyut nadi yang lama. 
Pulsus ekstra sistolik = interval yang memanjang dapat ditemukan juga jika 
terdapat satu denyut tambahan yang timbul lebih dini daripada denyut-denyutan 
lain yang menyusul. 
Macam/ciri denyutan: 
Tiap denyut nadi dilukiskan sebagai suatu gelombang yang terdiri dari bagian yang naik, 
puncak, dan turun. 
Pulsus anarkot, yakni denyut nadi yang lemah, mempunyai gelombang dengan 
puncak tumpul dan rendah, misalnya pasien stenosis aorta. 
Pulsus seler, yakni denyut nadi yang seolah-olah meloncat tinggi, meningkat tinggi, 
dan menurun cepat sekali, misalnya pasa insulfisiensi aorta. 
Pulpus paradoks, yakni denyut nadi yang semakin lemah selama inspirasi bahkan 
menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali pada 
ekspirasi. Misalnya pada perikarditis konstraktiva, efusi perikard. 
Pulpus alternans, yakni nadi yang kuat dan lemah berganti-ganti, misalnya pada 
kerusakan otot jantung. 
Isi nadi:
Pada setiap denyut nadi sejumlah darah melewati bagian tertentu dan jumlah darah 
itu dicerminkan oleh tinggi puncak gelombang nadi. Isi nadi mencerminkan tekanan 
nadi, yakni beda antara tekanan sistolik dan diastolik. 
Pulpus magnus- denyutan terasa mendorong jari yang melakukan palpasi, 
mialnya pada demam. 
Pulpus parvus- denyutan terasa lemah (gelombang nadi yang kecil), 
misalnya pada pendarahan, infark miokard. 
Keadaan dinding arteri: 
Dengan palpasi keadaan dinding arteri dapat ditafsirkan. Normal-kenyal, tetapi dapat 
mengeras pada sklerosis. 
Mengukur tekanan darah dengan palpasi dan auskultasi: 
Cara palpasi: 
Hanya untuk mengukur tekanan sistolik. Manset tensimeter yang mengikat lengan dipompa 
dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. 
Kemudia tekanan didalam manset diturunkan. Amati tekanan dalam tensi meter. Waktu 
denyut nadi teraba kembali, kita baca tekanan dalam tensi meter, tekanan ini adalah tekanan 
sistolik. 
Cara auskultasi: 
Cara untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik. 
Manset tensimeter siikatkan pada lengan atas, stetoskop ditempatkan pada arteri 
brakhialis pada permukaan ventral siku agak ke bawah manset tensimeter. Sambil 
mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam tensimeter dinaikkan dengan memompa 
sampai di tidak terdengar lagi. Kemudian tekanan di dalam tensimeter diturunkan 
pelan-pelan. 
Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, kita baca tekanan yang tercantum 
dalam tensimeter, tekanan ini adalah tekanan sistolik. 
Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar sekeras itu 
sampai suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Pada saat 
suara denyutan yang keras itu berubah menjadi lemah, kita baca lagi tekanan dalam 
tensimeter. Tekanan itu adalah tekanan diastolik. 
Tekanan darah diukur waktu klien berbaring. Pada penderita hipertensi perlu juga diukur 
tekanan darah waktu berdiri. Kadang- kadang dijumpai masa bisu (auscultatory gap) 
yakni suatu masa dimana denyut nadi tak terdengar waktu tekanan tensimeter 
diturunkan. Misalnya denyut pertama terdengar pada tekanan 220 mmHg, suara denyut
nadi berikutnya baru terdengar pada tekanan 150 mmHg. Jadi ada masa bisu tekanan 
antara 220-150 mmHg. Gejala ini sering ditemukan pada penderita hipertensi dan 
sebabnya belum diketahui. 
Tekanan darah normal 100/60 – 140/90 mmHg. Bila tekanan darah diastol diatas 90 
mmHg disebut hipertensi. Bila tekanan darah sistol diatas 150 mmHg pada usia di 
bawah 50 tahun disebut hipertensi. Tekanan darah sistol 160 – 170 mmHg pada usia 
diatas 50 tahun dianggap normal. 
Denyut arteri di permukaan tubuh 
Pada penyumbatan lubang cabang-cabang aorta dan pada aneurysma aorta, denyut arteri 
dapat sitemukan pada permukaan tubuh. 
Stenosis aorta: menimbulkan sirkulasi kolateral, sehingga denyut teraba 
dipermukaan tubuh. 
Aneurysma aorta: arteri subklavia membesar dan berdenyut jelas di klavikula. 
2) Pemeriksaan vena 
Terutama pada vena jugularis interna dan eksterna. Vena dada jika tampak jelas 
dan berliku-liku, berarti ada hambatan terhadap vena porta, vena kava atau ada 
proses yang menekan atrium kanan akibat tumor mediastinum atau aneurysma 
aorta desenden. 
A. TEORI 
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg 
atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, ). 
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG 
dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,). 
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah 
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau 
lebih. (Barbara Hearrison ) 
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah 
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 
mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. 
Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. 
Hipertensi 
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan 
perifer 
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: 
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau 
transport Na. 
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan 
tekanan darah meningkat. 
3. Stress Lingkungan 
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta 
pelabaran pembuluh darah. 
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 
e. Hipertensi Esensial (Primer) 
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti 
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system 
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. 
f. Hipertensi Sekunder 
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan 
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. 
Patofisiologi 
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel 
jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan 
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin 
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada 
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh 
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. 
Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan 
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan 
darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan 
pada organ organ seperti jantung. 
Manifestasi klinis 
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan 
tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, 
rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, 
muka pucat suhu tubuh rendah. 
Komplikasi 
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata 
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, 
gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak. 
Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan: 
7. Penatalaksanaan Non Farmakologis. 
 Diet 
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat 
menurunkan 
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan 
kadar adosteron dalam plasma. 
 Aktivitas. 
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan 
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, 
bersepeda atau berenang. 
8. Penatalaksanaan Farmakologis. 
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam 
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: 
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi. 
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. 
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral. 
4. Tidak menimbulakn intoleransi. 
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. 
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. 
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti 
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, 
golongan penghambat konversi rennin angitensin. 
Test diagnostic. 
9. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan 
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : 
hipokoagulabilitas, anemia. 
10. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. 
11. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat 
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. 
12. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan 
ada DM. 
13. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati 
14. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang 
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 
15. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, 
perbaikan ginjal. 
16. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, 
pembesaran jantung. 
B. PATHWAYS 
Pathways dapat dilihat disini 
C. ANALISA DATA
NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI 
1 
Diisi pada 
saat 
tanggal 
pengkajian 
Berisi data subjektif dan 
data objektif yang 
didapat dari pengkajian 
keperawatan 
masalah yang sedang dialami 
pasien seperti gangguan pola 
nafas, gangguan keseimbangan 
suhu tubuh, gangguan pola 
aktiviatas,dll 
Etiologi 
berisi 
tentang 
penyakit 
yang 
diderita 
pasien 
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
 
 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh 
darah. 
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan 
antara suplai dan kebutuhan O2. 
 Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan 
vaskuler cerebral. 
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in 
adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton. 
 Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan 
yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic. 
 Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn 
 
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 
NO 
DIAGNOSA 
KEPERAWATAN 
TUJUAN PERENCANAAN 
1 
Resiko tinggi 
penurunan curah 
jantung 
berhubungan 
dengan 
vasokontriksi 
pembuluh darah. 
Curah jantung 
kembali normal. 
Dengan Kriteria Hasil 
: 
Klien berpartisifasi dalam 
aktivitas yang menurunkan 
tekanan darah / beban 
kerja jantung , 
mempertahankan TD 
dalam rentang individu 
yang dapat 
diterima, memperlihatkan 
norma dan frekwensi 
jantung stabil dalam 
rentang 
normal pasien. 
0. Observasi tekanan darah 
(perbandingan dari tekanan 
memberikan gambaran 
yang lebih lengkap tentang 
keterlibatan / bidang masalah 
vaskuler). 
1. Catat keberadaan, kualitas 
denyutan sentral dan perifer 
(Denyutan 
karotis,jugularis, radialis dan 
femoralis mungkin teramati / 
palpasi. 
Dunyut pada tungkai mungkin 
menurun, mencerminkan efek dari 
vasokontriksi 
(peningkatan SVR) dan kongesti 
vena). 
2. Auskultasi tonus jantung dan bunyi 
napas. (S4 umum terdengar pada 
pasien hipertensi berat karena 
adanya hipertropi atrium, 
perkembangan S3 
menunjukan hipertropi ventrikel dan 
kerusakan fungsi, adanya krakels, 
mengi dapat mengindikasikan 
kongesti paru sekunder terhadap 
terjadinya 
atau gagal jantung kronik).
3. Amati warna kulit, kelembaban, 
suhu, dan masa pengisian kapiler. 
(adanya pucat, dingin, kulit lembab 
dan masa pengisian kapiler lambat 
mencerminkan dekompensasi / 
penurunan curah jantung). 
4. Catat adanya demam umum / 
tertentu. (dapat mengindikasikan 
gagal 
jantung, kerusakan ginjal atau 
vaskuler). 
5. Berikan lingkungan yang nyaman, 
tenang, kurangi aktivitas / keributan 
ligkungan, batasi jumlah 
pengunjung dan lamanya tinggal. 
(membantu untuk 
menurunkan rangsangan simpatis, 
meningkatkan relaksasi). 
6. Anjurkan teknik relaksasi, panduan 
imajinasi dan distraksi. (dapat 
menurunkan rangsangan yang 
menimbulkan stress, membuat efek 
tenang, 
sehingga akan menurunkan 
tekanan darah). 
7. Kolaborasi dengan dokter dlam 
pembrian therafi anti 
hipertensi,deuritik. (menurunkan 
tekanan darah). 
2 
Intoleransi 
aktivitas 
berhubungan 
dengan 
kelemahan 
umum, ketidak 
seimbangan 
antara suplai dan 
kebutuhan O2. 
aktivitas kembali 
normal. 
Kriteria Hasil : 
Klien dapat berpartisipasi 
dalam aktivitas yang di 
inginkan / diperlukan, 
melaporkan peningkatan 
dalam toleransi aktivitas 
yang dapat diukur. 
8. Kaji toleransi pasien terhadap 
aktivitas dengan menggunkan 
parameter : 
frekwensi nadi 20 per menit diatas 
frekwensi istirahat, catat 
peningkatan 
TD, dipsnea, atau nyeridada, 
kelelahan berat dan kelemahan, 
berkeringat, 
pusig atau pingsan. (Parameter 
menunjukan respon fisiologis 
pasien 
terhadap stress, aktivitas dan 
indicator derajat pengaruh 
kelebihan kerja 
/ jantung). 
9. Kaji kesiapan untuk meningkatkan 
aktivitas contoh : penurunan 
kelemahan 
/ kelelahan, TD stabil, frekwensi 
nadi, peningkatan perhatian pada 
aktivitas dan perawatan diri. 
(Stabilitas fisiologis pada istirahat 
penting untuk memajukan tingkat 
aktivitas individual). 
10. Dorong memajukan aktivitas / 
toleransi perawatan diri. (Konsumsi 
oksigen miokardia selama berbagai 
aktivitas dapat meningkatkan 
jumlah 
oksigen yang ada. Kemajuan 
aktivitas bertahap mencegah 
peningkatan 
tiba-tiba pada kerja jantung). 
11. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 
dan anjurkan penggunaan kursi
mandi, 
menyikat gigi / rambut dengan 
duduk dan sebagainya. (teknik 
penghematan 
energi menurunkan penggunaan 
energi dan sehingga membantu 
keseimbangan 
suplai dan kebutuhan oksigen). 
12. Dorong pasien untuk partisifasi 
dalam memilih periode aktivitas. 
(Seperti jadwal meningkatkan 
toleransi terhadap kemajuan 
aktivitas dan 
mencegah kelemahan). 
3 
Gangguan rasa 
nyaman nyeri : 
sakit kepela 
berhubungan 
dengan 
peningkatan 
tekanan vaskuler 
cerebral. 
Nyeri berkurang atau 
teratasi 
Kriteria Hasil : 
Melaporkan nyeri / ketidak 
nyamanan tulang / 
terkontrol, mengungkapkan 
metode yang memberikan 
pengurangan, mengikuti 
regiment farmakologi yang 
diresepkan. 
13. Pertahankan tirah baring selama 
fase akut. (Meminimalkan stimulasi 
/ 
meningkatkan relaksasi). 
14. Beri tindakan non farmakologi 
untuk menghilangkan sakit kepala, 
misalnya : kompres dingin pada 
dahi, pijat punggung dan leher 
serta teknik 
relaksasi. (Tindakan yang 
menurunkan tekanan vaskuler 
serebral dengan 
menghambat / memblok respon 
simpatik, efektif dalam 
menghilangkan sakit 
kepala dan komplikasinya). 
15. Hilangkan / minimalkan aktivitas 
vasokontriksi yang dapat 
meningkatkan 
sakit kepala : mengejan saat BAB, 
batuk panjang,dan membungkuk. 
(Aktivitas 
yang meningkatkan vasokontriksi 
menyebabkan sakit kepala pada 
adanya 
peningkatkan tekanan vakuler 
serebral). 
16. Bantu pasien dalam ambulasi 
sesuai kebutuhan. (Meminimalkan 
penggunaan 
oksigen dan aktivitas yang 
berlebihan yang memperberat 
kondisi klien). 
17. Beri cairan, makanan lunak. 
Biarkan klien itirahat selama 1 jam 
setelah 
makan. (menurunkan kerja miocard 
sehubungan dengan kerja 
pencernaan). 
18. Kolaborasi dengan dokter dalam 
pemberian obat analgetik, anti 
ansietas, 
diazepam dll. (Analgetik 
menurunkan nyeri dan menurunkan 
rangsangan saraf
simpatis). 
4 
Perubahan nutrisi 
kurang dari 
kebutuhan tubuh 
berhubungan 
dengan intake 
nutrisi in adekuat, 
keyakinan 
budaya, pola 
hidup monoton. 
Kebuituhan nutrisi 
terpenuhi. 
Kriteria hasil : 
klien dapat 
mengidentifikasi hubungan 
antara hipertensi dengan 
kegemukan, 
menunjukan perubahan 
pola makan, melakukan / 
memprogram olah raga 
yang 
tepat secara individu. 
19. Kaji pemahaman klien tentang 
hubungan langsung antara 
hipertensi dengan 
kegemukan. (Kegemukan adalah 
resiko tambahan pada darah tinggi, 
kerena 
disproporsi antara kapasitas aorta 
dan peningkatan curah jantung 
berkaitan 
dengan masa tumbuh). 
20. Bicarakan pentingnya menurunkan 
masukan kalori dan batasi 
masukan 
lemak,garam dan gula sesuai 
indikasi. (Kesalahan kebiasaan 
makan menunjang 
terjadinya aterosklerosis dan 
kegemukan yang merupakan 
predisposisi untuk 
hipertensi dan komplikasinya, 
misalnya, stroke, penyakit ginjal, 
gagal 
jantung, kelebihan masukan garam 
memperbanyak volume cairan intra 
vaskuler 
dan dapat merusak ginjal yang 
lebih memperburuk hipertensi). 
21. Tetapkan keinginan klien 
menurunkan berat badan. (motivasi 
untuk 
penurunan berat badan adalah 
internal. Individu harus 
berkeinginan untuk 
menurunkan berat badan, bila tidak 
maka program sama sekali tidak 
berhasil). 
22. Kaji ulang masukan kalori harian 
dan pilihan diet. (mengidentivikasi 
kekuatan / kelemahan dalam 
program diit terakhir. Membantu 
dalam 
menentukan kebutuhan inividu 
untuk menyesuaikan / penyuluhan). 
23. Tetapkan rencana penurunan BB 
yang realistic dengan klien, 
Misalnya : 
penurunan berat badan 0,5 kg per 
minggu. (Penurunan masukan
kalori 
seseorang sebanyak 500 kalori per 
hari secara teori dapat menurunkan 
berat 
badan 0,5 kg / minggu. Penurunan 
berat badan yang lambat 
mengindikasikan 
kehilangan lemak melalui kerja otot 
dan umumnya dengan cara 
mengubah 
kebiasaan makan). 
24. Dorong klien untuk 
mempertahankan masukan 
makanan harian termasukkapan 
dan dimana makan dilakukan dan 
lingkungan dan perasaan sekitar 
saat 
makanan dimakan. (memberikan 
data dasar tentang keadekuatan 
nutrisi yang 
dimakan dan kondisi emosi saat 
makan, membantu untuk 
memfokuskan perhatian 
pada factor mana pasien telah / 
dapat mengontrol perubahan). 
25. Intruksikan dan Bantu memilih 
makanan yang tepat , hindari 
makanan 
dengan kejenuhan lemak tinggi 
(mentega, keju, telur, es krim, 
daging dll) 
dan kolesterol (daging berlemak, 
kuning telur, produk 
kalengan,jeroan). 
(Menghindari makanan tinggi lemak 
jenuh dan kolesterol penting dalam 
mencegah perkembangan 
aterogenesis). 
26. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai 
indikasi. (Memberikan konseling 
dan 
bantuan dengan memenuhi 
kebutuhan diet individual). 
5 
Inefektif koping 
individu 
berhubungan 
dengan 
mekanisme 
koping tidak 
efektif, harapan 
yang tidak 
terpenuhi, 
persepsi tidak 
realistic. 
Koping individu 
menjadi efektif 
Kriteria hasil : 
Mengidentifikasi perilaku 
koping efektif dan 
konsekkuensinya, 
menyatakan 
kesadaran kemampuan 
koping / kekuatan pribadi, 
mengidentifikasi potensial 
situasi stress dan 
mengambil langkah untuk 
menghindari dan 
mengubahnya. 
27. Kaji keefektipan strategi koping 
dengan mengobservasi perilaku, 
Misalnya : kemampuan 
menyatakan perasaan dan 
perhatian, keinginan 
berpartisipasi dalam rencana 
pengobatan. (Mekanisme adaptif 
perlu untuk 
megubah pola hidup seorang, 
mengatasi hipertensi kronik dan 
mengintegrasikan terafi yang 
diharuskan kedalam kehidupan 
sehari-hari). 
28. Catat laporan gangguan tidur, 
peningkatan keletihan, kerusakan 
konsentrasi, peka rangsangan, 
penurunan toleransi sakit kepala, 
ketidak 
mampuan untuk mengatasi / 
menyelesaikan masalah. 
(Manifestasi mekanisme 
koping maladaptive mungkin
merupakan indicator marah yang 
ditekan dan 
diketahui telah menjadi penentu 
utama TD diastolic). 
29. Bantu klien untuk mengidentifikasi 
stressor spesifik dan kemungkinan 
strategi untuk mengatasinya. 
(pengenalan terhadap stressor 
adalah langkah 
pertama dalam mengubah respon 
seseorang terhadap stressor). 
30. Libatkan klien dalam perencanaan 
perwatan dan beri dorongan 
partisifasi 
maksimum dalam rencana 
pengobatan. (keterlibatan 
memberikan klien 
perasaan kontrol diri yang 
berkelanjutan. Memperbaiki 
keterampilan koping, 
dan dapat menigkatkan kerjasama 
dalam regiment teraupetik. 
31. Dorong klien untuk mengevaluasi 
prioritas / tujuan hidup. Tanyakan 
pertanyaan seperti : apakah yang 
anda lakukan merupakan apa yang 
anda 
inginkan ?. (Fokus perhtian klien 
pada realitas situasi yang relatif 
terhadap pandangan klien tentang 
apa yang diinginkan. Etika kerja 
keras, 
kebutuhan untuk kontrol dan focus 
keluar dapat mengarah pada 
kurang 
perhatian pada kebutuhan-kebutuhan 
personal). 
32. Bantu klien untuk mengidentifikasi 
dan mulai merencanakan 
perubahan 
hidup yang perlu. Bantu untuk 
menyesuaikan ketibang 
membatalkan tujuan 
diri / keluarga. (Perubahan yang 
perlu harus diprioritaskan secara 
realistic untuk menghindari rasa 
tidak menentu dan tidak berdaya). 
6 
Kurang 
pengetahuan 
mengenai kondisi 
penyakitnya 
berhubungan 
dengan 
kurangnya 
informasi 
Pengetahuan klien 
tentang proses 
penyakit meningkat 
setelah dilakukan 
tindakan keperawatan 
Kriteria hasil : 
 Menyatakan 
pemahaman 
tentang proses 
penyakit dan 
regiment 
pengobatan. 
 Mengidentifikasi 
efek samping obat 
dan kemungkinan 
35. Bantu klien dalam mengidentifikasi 
factor-faktor resiko kardivaskuler 
yang dapat diubah, misalnya : 
obesitas, diet tinggi lemak jenuh, 
dan 
kolesterol, pola hidup monoton, 
merokok, dan minum alcohol (lebih 
dari 60 
cc / hari dengan teratur) pola hidup 
penuh stress. (Faktor-faktor resiko 
ini telah menunjukan hubungan 
dalam menunjang hipertensi dan 
penyakit 
kardiovaskuler serta ginjal). 
36. Kaji kesiapan dan hambatan dalam 
belajar termasuk orang terdekat. 
(kesalahan konsep dan
komplikasi yang 
perlu diperhatikan. 
Mempertahankan 
TD dalam 
parameter normal. 
menyangkal diagnosa karena 
perasaan sejahtera yang 
sudah lama dinikmati 
mempengaruhi minimal klien / 
orang terdekat untuk 
mempelajari penyakit, kemajuan 
dan prognosis. Bila klien tidak 
menerima 
realitas bahwa membutuhkan 
pengobatan kontinu, maka 
perubahan perilaku 
tidak akan dipertahankan). 
37. Kaji tingkat pemahaman klien 
tentang pengertian, penyebab, 
tanda dan 
gejala, pencegahan, pengobatan, 
dan akibat lanjut. (mengidentivikasi 
tingkat pegetahuan tentang proses 
penyakit hipertensi dan 
mempermudahj 
dalam menentukan intervensi). 
38. Jelaskan pada klien tentang proses 
penyakit hipertensi 
(pengertian,penyebab,tanda dan 
gejala,pencegahan, pengobatan, 
dan akibat 
lanjut) melalui penkes. 
(Meningkatkan pemahaman dan 
pengetahuan klien 
tentang proses penyakit hipertensi).

More Related Content

What's hot

Presentation ttv
Presentation ttvPresentation ttv
Presentation ttv
fadzan
 
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Nenell 'kovalen' Miraldy
 
Prosedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalProsedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vital
MJM Networks
 
Fisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskularFisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskular
ShiAddung
 

What's hot (20)

TANDA TANDA VITAL
TANDA TANDA VITALTANDA TANDA VITAL
TANDA TANDA VITAL
 
Presentation ttv
Presentation ttvPresentation ttv
Presentation ttv
 
Tanda vital - Pernafasan.
Tanda vital - Pernafasan.Tanda vital - Pernafasan.
Tanda vital - Pernafasan.
 
TANDA VITAL
TANDA VITALTANDA VITAL
TANDA VITAL
 
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
 
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem kardiovaskulerPengkajian pada sistem kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler
 
IDK Anfis jantung
IDK Anfis jantungIDK Anfis jantung
IDK Anfis jantung
 
PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM KARDIOVASKULAR
PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM KARDIOVASKULARPEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM KARDIOVASKULAR
PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM KARDIOVASKULAR
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantung
 
Makalah sains pompa jantung
Makalah sains  pompa jantungMakalah sains  pompa jantung
Makalah sains pompa jantung
 
Prosedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalProsedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vital
 
Cardiovascular
CardiovascularCardiovascular
Cardiovascular
 
An fis jantung
An fis jantungAn fis jantung
An fis jantung
 
kardiovaskuler by anfis
kardiovaskuler by anfiskardiovaskuler by anfis
kardiovaskuler by anfis
 
Kardiovaskuler 02
Kardiovaskuler 02 Kardiovaskuler 02
Kardiovaskuler 02
 
Fisiologi jantung2
Fisiologi jantung2Fisiologi jantung2
Fisiologi jantung2
 
laporan praktikum nadi
laporan praktikum nadilaporan praktikum nadi
laporan praktikum nadi
 
Tanda Vital - Nadi
Tanda Vital - NadiTanda Vital - Nadi
Tanda Vital - Nadi
 
Fisiologikardiovaskular
FisiologikardiovaskularFisiologikardiovaskular
Fisiologikardiovaskular
 
Fisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskularFisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskular
 

Similar to Makalah mengukur tekanan darah

Tekanan_Darah_pptx.pptx
Tekanan_Darah_pptx.pptxTekanan_Darah_pptx.pptx
Tekanan_Darah_pptx.pptx
rose125620
 
00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx
00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx
00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx
NengAnnisFathia
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Jafar Nyan
 
TUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptx
TUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptxTUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptx
TUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptx
YusufLangsa
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
octo zulkarnain
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
Richard Leonardo
 

Similar to Makalah mengukur tekanan darah (20)

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
Tekanan_Darah_pptx (1).pptx
Tekanan_Darah_pptx (1).pptxTekanan_Darah_pptx (1).pptx
Tekanan_Darah_pptx (1).pptx
 
Tekanan_Darah_pptx.pptx
Tekanan_Darah_pptx.pptxTekanan_Darah_pptx.pptx
Tekanan_Darah_pptx.pptx
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx
00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx
00. PEMERIKSAAN TD, NADI, SUHU, RR.pptx
 
355015852-Tanda-Vital-Vital-Sign.ppt
355015852-Tanda-Vital-Vital-Sign.ppt355015852-Tanda-Vital-Vital-Sign.ppt
355015852-Tanda-Vital-Vital-Sign.ppt
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Devi23
Devi23Devi23
Devi23
 
pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisikpemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik
 
TUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptx
TUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptxTUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptx
TUGAS FISIOLOGI KARDIOVASKULAR KEL 3.pptx
 
BST PEMFIS JANTUNG & PARU [REVISI].pptx
BST PEMFIS JANTUNG & PARU [REVISI].pptxBST PEMFIS JANTUNG & PARU [REVISI].pptx
BST PEMFIS JANTUNG & PARU [REVISI].pptx
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Hidrodinamika materi fiskes
Hidrodinamika materi fiskesHidrodinamika materi fiskes
Hidrodinamika materi fiskes
 
Askpe hipertensi
Askpe hipertensiAskpe hipertensi
Askpe hipertensi
 
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
 
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.pptTANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
TANDA-TANDA-VITAL-ppt.ppt
 
PENYAKIT-PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
PENYAKIT-PENYAKIT JANTUNG KONGENITALPENYAKIT-PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
PENYAKIT-PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
pengkajian-kardiovaskuler.ppt
pengkajian-kardiovaskuler.pptpengkajian-kardiovaskuler.ppt
pengkajian-kardiovaskuler.ppt
 
Pneumotoraks
PneumotoraksPneumotoraks
Pneumotoraks
 

More from Septian Muna Barakati

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah mengukur tekanan darah

  • 1. Pengkajian Fisik terkait Sistem Sirkulasi pada Penderita Hipertensi I.Pengkajian Fisik sistem sirkulasi Pengkajian fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian fidik sistem sirkulasi dapat berupa pengukuran tekanan darah maupun perhitungan nadi. Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan. Perawat melakukan inspeksi dengan melihat penampilan klien dari luar. Untuk menggunakan inspeksi secara efektif, perawat harus mengobservasi prinsip berikut ini: 1) Pastikan tersedianya pencahayaan yang baik. 2) Posisiskan bagian tubuh sedemikian rupa sehingga semua permukaan terlihat. 3) Inspeksi setiap area untuk ukuran, bentuk, warna, kesimetrian, posisi, dan abnormalitas. 4) Jika mungkin, bandingkan area yang diinspeksi dengan area yang sama di sisi tubuh yang berlawanan. 5) Gunakan lampu tambahan untuk menginspeksi rongga tubuh. 6) Jangan terburu-buru melakukan inspeksi dan beri perhatian pada hal-hal detil. Palpasi Palpasi dilakukan dengan cara meraba bagian tubuh yang ingin dikaji. Melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik. Pada saat melakukan palpasi, klien harus diposisikan dengan nyaman karena ketegangan otot akan mengganggu keefektifan palpasi. Pada pengkajian terkait sistem sirkulasi, perawat dapat melakukan perhitungan jumlah denyut nadi klien per menit. Untuk menghitung denyut nadi per menit, hal yang perlu dilakukan perawat ialah menggunakan ketiga jari untuk menemukan arteri radialis di tangan. Biasanya arteri radialis terletak di dekat Perkusi Perkusi melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari untuk mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh dan untuk menemukan adanya cairan pada rongga tubuh. Melalui perkusi, lokasi, ukuran dan densitas struktur dapat ditentukan.Perkusi
  • 2. membantu menentukan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-x atau pengkajian melalui auskultasi. Terdapat dua macam perkusi yaitu perkusi langsung dan tidak langsung. Perkusi langsung melibatkan pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari. Sedangkan teknik tidak langsung dilakukan dengan menempatkan jari tengah tangan non-dominan di atas permukaan tubuh, dengan telapak tangan dan jari-jari tangan yang lain tidak berada di permukaan kulit. Perkusi menghasilkan lima jenis bunyi yaitu timpani, resonansi, hiperesonansi, pekak, dan flatness. Auskultasi Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan alat bantu stetoskop. Untuk dapat mengauskultasi dengan benar, perawat harus mendengarkan bunyi di tempat tenang dan mendengarkan karakteristik dari bunyi tersebut. Melalui auskultasi, perawat memerhatikan beberapa karakteristik bunyi berikut ini: 1) Frekuensi atau jumlah siklus gelombang per detik yang dihasilkan oleh benda yang bergetar. Semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi nada bunyi dan sebaliknya. 2) Kekerasan atau amplitudo gelombang bunyi. Bunyi terauskultasi digambarkan sebagai keras atau pelan. 3) Kualitas, atau bunyi-bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama dari sumber berbeda. Istilah seperti tiupan atau gemuruh menggambarkan kualitas bunyi. 4) Durasi, atau lamanya waktu bunyi itu berlangsung. Durasi bunyi adalah pendek, sedang dan panjang. Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi bunyi dari organ internal dalam. II. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler Pemeriksaan Pembuluh Darah Perifer 1) Arteri perifer cara palpasi Periksa arteri radialis dalam posisi pronasi dan fleksi di siku, jika perlu angkat sedikit, arteri karotis, arteri femoralis, arteri poplitea, arteri dorsalis pedis dan arteri posterior. Nilai: Frekuensi, irama, ciri denyutan, isi nadi, keadaan pembuluh darah. Frekuensi: normal 60-90x per menit, agak meningkat pada anak-anak, wanita dalam keadaan berdiri, sedang makan, emosi dan lain-lain.
  • 3. Abnormal: Lebih dari 100x per menit- takikardia (pulpus frekuensi): pada demam, infeksi streptokokus, difteri, dan macam-macam penyakit jantung. Kurang dari 60x per menit- bradikardi pada mikusudema, penyakit kuning, demam enteritis, tifoid, dsb. Irama: o Normal : Teratur Tak teratur misalnya aritmi sinus yang meningkat pada inspirasi dan menurun pada ekspirasi. oAbnormal: Pulsus bigemini = tiap 2 denyut jantung dipisahkan sesamanya oleh waktu yang lama, karena satu siantara tiap denyut menghilang. Pulsus trigemini = tiap 3 denyut jantung dipisahkan oleh masa antara denyut nadi yang lama. Pulsus ekstra sistolik = interval yang memanjang dapat ditemukan juga jika terdapat satu denyut tambahan yang timbul lebih dini daripada denyut-denyutan lain yang menyusul. Macam/ciri denyutan: Tiap denyut nadi dilukiskan sebagai suatu gelombang yang terdiri dari bagian yang naik, puncak, dan turun. Pulsus anarkot, yakni denyut nadi yang lemah, mempunyai gelombang dengan puncak tumpul dan rendah, misalnya pasien stenosis aorta. Pulsus seler, yakni denyut nadi yang seolah-olah meloncat tinggi, meningkat tinggi, dan menurun cepat sekali, misalnya pasa insulfisiensi aorta. Pulpus paradoks, yakni denyut nadi yang semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali pada ekspirasi. Misalnya pada perikarditis konstraktiva, efusi perikard. Pulpus alternans, yakni nadi yang kuat dan lemah berganti-ganti, misalnya pada kerusakan otot jantung. Isi nadi:
  • 4. Pada setiap denyut nadi sejumlah darah melewati bagian tertentu dan jumlah darah itu dicerminkan oleh tinggi puncak gelombang nadi. Isi nadi mencerminkan tekanan nadi, yakni beda antara tekanan sistolik dan diastolik. Pulpus magnus- denyutan terasa mendorong jari yang melakukan palpasi, mialnya pada demam. Pulpus parvus- denyutan terasa lemah (gelombang nadi yang kecil), misalnya pada pendarahan, infark miokard. Keadaan dinding arteri: Dengan palpasi keadaan dinding arteri dapat ditafsirkan. Normal-kenyal, tetapi dapat mengeras pada sklerosis. Mengukur tekanan darah dengan palpasi dan auskultasi: Cara palpasi: Hanya untuk mengukur tekanan sistolik. Manset tensimeter yang mengikat lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudia tekanan didalam manset diturunkan. Amati tekanan dalam tensi meter. Waktu denyut nadi teraba kembali, kita baca tekanan dalam tensi meter, tekanan ini adalah tekanan sistolik. Cara auskultasi: Cara untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Manset tensimeter siikatkan pada lengan atas, stetoskop ditempatkan pada arteri brakhialis pada permukaan ventral siku agak ke bawah manset tensimeter. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam tensimeter dinaikkan dengan memompa sampai di tidak terdengar lagi. Kemudian tekanan di dalam tensimeter diturunkan pelan-pelan. Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, kita baca tekanan yang tercantum dalam tensimeter, tekanan ini adalah tekanan sistolik. Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar sekeras itu sampai suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Pada saat suara denyutan yang keras itu berubah menjadi lemah, kita baca lagi tekanan dalam tensimeter. Tekanan itu adalah tekanan diastolik. Tekanan darah diukur waktu klien berbaring. Pada penderita hipertensi perlu juga diukur tekanan darah waktu berdiri. Kadang- kadang dijumpai masa bisu (auscultatory gap) yakni suatu masa dimana denyut nadi tak terdengar waktu tekanan tensimeter diturunkan. Misalnya denyut pertama terdengar pada tekanan 220 mmHg, suara denyut
  • 5. nadi berikutnya baru terdengar pada tekanan 150 mmHg. Jadi ada masa bisu tekanan antara 220-150 mmHg. Gejala ini sering ditemukan pada penderita hipertensi dan sebabnya belum diketahui. Tekanan darah normal 100/60 – 140/90 mmHg. Bila tekanan darah diastol diatas 90 mmHg disebut hipertensi. Bila tekanan darah sistol diatas 150 mmHg pada usia di bawah 50 tahun disebut hipertensi. Tekanan darah sistol 160 – 170 mmHg pada usia diatas 50 tahun dianggap normal. Denyut arteri di permukaan tubuh Pada penyumbatan lubang cabang-cabang aorta dan pada aneurysma aorta, denyut arteri dapat sitemukan pada permukaan tubuh. Stenosis aorta: menimbulkan sirkulasi kolateral, sehingga denyut teraba dipermukaan tubuh. Aneurysma aorta: arteri subklavia membesar dan berdenyut jelas di klavikula. 2) Pemeriksaan vena Terutama pada vena jugularis interna dan eksterna. Vena dada jika tampak jelas dan berliku-liku, berarti ada hambatan terhadap vena porta, vena kava atau ada proses yang menekan atrium kanan akibat tumor mediastinum atau aneurysma aorta desenden. A. TEORI Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, ). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison ) Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. Etiologi
  • 6. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: 1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na. 2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. 3. Stress Lingkungan 4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah. Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: e. Hipertensi Esensial (Primer) Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. f. Hipertensi Sekunder Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Patofisiologi Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung. Manifestasi klinis Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah. Komplikasi Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak. Penatalaksanaan
  • 7. Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan: 7. Penatalaksanaan Non Farmakologis.  Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.  Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. 8. Penatalaksanaan Farmakologis. Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: 1. Mempunyai efektivitas yang tinggi. 2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. 3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral. 4. Tidak menimbulakn intoleransi. 5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. 6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin. Test diagnostic. 9. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia. 10. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. 11. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. 12. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. 13. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati 14. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 15. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal. 16. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung. B. PATHWAYS Pathways dapat dilihat disini C. ANALISA DATA
  • 8. NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI 1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien D. DIAGNOSA KEPERAWATAN   Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.  Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.  Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.  Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn  E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN 1 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah. Curah jantung kembali normal. Dengan Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien. 0. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler). 1. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena). 2. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).
  • 9. 3. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung). 4. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler). 5. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi). 6. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah). 7. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah). 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. aktivitas kembali normal. Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. 8. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung). 9. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual). 10. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung). 11. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
  • 10. mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen). 12. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan). 3 Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral. Nyeri berkurang atau teratasi Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan. 13. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi). 14. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya). 15. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral). 16. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien). 17. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan). 18. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
  • 11. simpatis). 4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton. Kebuituhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu. 19. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh). 20. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi). 21. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil). 22. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan). 23. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan
  • 12. kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan). 24. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan). 25. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis). 26. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual). 5 Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic. Koping individu menjadi efektif Kriteria hasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya. 27. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari). 28. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin
  • 13. merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic). 29. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor). 30. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik. 31. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal). 32. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya). 6 Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi Pengetahuan klien tentang proses penyakit meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil :  Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.  Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan 35. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal). 36. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. (kesalahan konsep dan
  • 14. komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal. menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan). 37. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudahj dalam menentukan intervensi). 38. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).