SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
PEMBAHASAN KOLOID 
A. Pengertian Koloid 
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih 
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) 
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Dimana 
di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu 
koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. 
Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap 
bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan 
campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada 
setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen. 
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat 
berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh dari 
sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan 
cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti 
mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain Keadaan koloid merupakan keadaan 
antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan 
subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang 
tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar 
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut 
dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut 
dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam. 
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil 
padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras 
dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut 
dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah. 
Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar mempunyai perbedaan dalam 
beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati hanya mempunyai satu fase, 
sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar mempunyai dua fase. Dalam 
distribusi partikel larutan sejati bersifat homogen, sedangkan sistem koloid dan 
suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian dalam penyaringan,larutan sejati 
tidak dapat disaring, dan sistem koloid juga tidak dapat disaring, kecuali dengan 
penyaring ultra, sedangkan suspensi kasar dapat disaring. Dan terakhir, dalam 
kestabilan larutan sejati dengan sistem koloid mempunyai kestabilan yang stabil
(tidak memisah), sedangkan suspensi kasar memiliki kestabilan yang tidak stabil 
(memisah) 
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau 
dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi 
cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya 
tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar, 
penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, 
cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan 
oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. 
Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan seperti awan dan bila 
diencerkan lagi bisa lebih terang (transparan) misalnya saja larutan kanji yang 
encer akan kelihatan terang. 
Ciri – cirinya: 
1. Larutan (Dispersi Molekuler) 
- 1 fase 
- jernih 
- homogen 
- diameter 
- tidak memisah jika didiamkan 
2. Koloid (Dispersi Koloid) 
- 2 fase 
- keruh 
- antara homogen dengan heterogen 
- diameter partikel: 1 nm - tidak dapat disaring dengan penyaring 
biasa, melainkan dengan penyaring ultra 
- tidak memisahkan jika didiamkan 
3. Suspensi(Dispersi Kasar) 
- 2 fase 
- keruh 
- heterogen 
- diameter partikel: >100 nm 
- dapat disaring dengan kertas saring biasa 
- memisah jika didiamkan 
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau 
suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 
10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel 
tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat 
besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang 
masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri 
atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh 
molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat 
molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7. 
Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloidmemiliki sifat 
heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu 
zat"didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang 
didispersikan berkisar darisatu nanometer (nm) hingga satu mikrometer 
(μm).perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini : 
1. Campuran antara air dengan sirup. 
2. Campyuran antara air dengan susu. 
3. Campuran antara air dengan pasir. 
Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) 
dengan air secarahomogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah 
dan juga tidak dapat dipisahkandengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang 
lembut (penyaringan mikro). Secaramakroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini 
tampak homogen, tidak dapat dibedakan manayang air dan mana yang sirup. 
Campuran seperti inilah yang disebut larutan. 
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" 
tetapi "larutan"itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu 
tidak memisah dan juga tidakdapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil 
penyaringan tetap keruh). Secara makroskopiscampuran ini tampak homogen. 
Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masihdapat dibedakan 
partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti 
inilahyang disebut koloid. 
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) 
dengan air secaraheterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang 
keadaannya pasir akanmengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan 
penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkandengan cara dituang perlahan-lahan.
Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen,dapat dibedakan mana 
yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspansi. 
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang 
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk 
mendispersikan zat disebut medium dispersi . Fase terdispersi bersifat diskontinu 
(terputus-putus), sedangkanmedium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu 
dengan air, fase terdispersi adalah lemak,sedangkan medium dispersinya adalah 
air. 
B. Sifat-sifat Koloid 
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus 
koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat 
tersebut adalah sebagai berikut: 
1. Sifat Fisika 
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob 
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan 
medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat 
fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan 
tegangan mukanya lebih kecil. 
2. Sifat Koligatif 
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya 
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif 
koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang 
sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel 
koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk menetapkan berat 
molekul rata-rata koloid makromolekul. 
3. Sifat Optis 
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya 
dilalukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi 
apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi 
tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4. Sifat Kinetik 
a. Gerakan Brown 
Selain menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah 
mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak 
secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu 
medium pendispersi ini disebut gerakan Brown. 
b. Difusi 
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke 
daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan 
Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid 
mendifusi karena gerakan Brown. 
c. Pengendapan 
Partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh 
gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap 
mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka 
partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil 
akan mengapung. 
5. Sifat Listrik 
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya 
ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat 
bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh 
medan listrik ini disebut elektroforesis. 
6. Koagulasi 
Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya 
gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk 
gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau 
penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi. 
7. Adsorpsi 
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi 
yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul 
yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah
permukaan disebut absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda 
baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu. 
C. Komponen Penyusun Koloid 
1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak. 
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak. 
D. Bentuk Partikel Koloid 
1. Bulatan : misalnya virus, silika. 
2. Batang : misalnya virus. 
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah. 
4. Serat : misalnya selulosa. 
E. Koloid Emulsi 
1) Pengertian Emulsi 
Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat cair dan 
medium pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Ada tiga jenis emulsi, 
yaitu emulsi gas (aerosol cair), dan emulsi padat (gel). Akan tetapi, pada 
umumnya emulsi yang dimaksud adalah jenis emulsi yang terdispersi dalam zat 
cair. 
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat 
terjadinya emulsi ini adalah kedua zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi dapat 
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air atau emulsi air 
dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan, susu, dan lateks. 
Contoh emulsi air dalam minyak adalah minyak ikan, minyak bumi. 
Emulsi terbentuk karena adanya zat pengemulsi (emulgator), contoh emulgator 
adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator 
lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise. 
2) Macam-macam Emulsi 
a) Emulsi Gas (aerosol cair) 
Emulsi gas atau aerosol cair merupakan emulsi dalam medium pendispersi 
gas. Aerosol cair, seperti hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat 
membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol
seperti CFC. Aerosol cair juga mempunyai sifat-sifat seperti sol liofob, yaitu efek 
Tyndall, gerak Brown, dan kesetabilan dengan muatan partikel. 
b) Emulsi Cair 
Emulsi cair melibatkan campuran dia zat cair yang tidak dapat saling 
melaurtkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair 
ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainya seperti munyak (meski dapat berupa 
lemak). Emuldi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat digolongkan menjadi 
dua jenis yaitu, Emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam lemak. 
Sifat emulsi cair yang penting ialah: 
1. Demulsifikasi 
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses 
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi. 
2. Pengenceran 
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya. 
c) Emulsi Padat atau Gel 
Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat 
dianggap terbentuk akibat penggumpalan seagian sol cair. Pada menggumpalan 
ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai 
ini kemudian akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di 
mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur 
tersebut. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang semi-padat denga 
struktur gel. 
Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel non-elastis. Gel elastis, 
dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula 
ketika gaya yang ada di tiadakan. Sedangkan gel non-elastis, tidak dapat berubah 
ketika di beri gaya. Beberapa sifat gel yang penting adalah 
-Hidrasi : Gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel 
elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel non-elastis 
yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya. 
-Menggembung : Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air 
apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau 
menggembung. 
-Sinersis: Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan 
pelarut. Proses ini disebut sinersis.
-Tiksotropo : Beberapa gel dapat diubah kemabali menjadi sol cairapabila 
diberi agitasi(diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.Contohnya: gel besi oksida, 
perak oksida dan cat tiksotropi modern 
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi: 
1. Gel elastic 
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali 
ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin. 
2. Gel non-elastis 
Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya. Contoh 
adalah gel silika. 
Bagaimana air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair ? 
Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu pengemulsi 
(emulgator). Oleh karena kebanyakan emulsi berupa dispersi minyak dalam air 
atau dispersi air dalam minyak, maka zat pengemulsi tersebut harus dapat larut 
baik dalam air maupun dalam minyak. Contoh zat pengemulsi tersebut adalah 
senyawa organik yang memiliki gugus polar dan non polar. Bagian non polar akan 
berinteraksi dengan minyak atau mengelilingi partikel-partikel minyak. 
Sedangkan bagian polar akan berinteraksi dengan air. Jika bagian polar ini 
terionisasi menjadi bermuatan negatif. Muatan negatif ini menyebabkan partikel-partikel 
minyak saling tolak menolak dan tidak akan bergabung. Dengan kata lain, 
emulsi menjadi stabil. 
Untuk jelasnya, ambil contoh sistem koloid emulsi saus salad. Saus salad 
terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan minyak (non polar). Pengocokan 
minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan campuran yang mengandung 
butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam cuka. Namun, setelah 
pengocokan dihentikan, maka butiran -butiran tersebut secara bertahap akan 
bergabung kembali membentuk partikel yang cukup besar. Akibatnya, asam cuka 
dan minyak akan terpisah lagi. Untuk menstabilkan saus salad ini dapat 
ditambahkan zat pengemulsi seperti kuning telur yang mengandung lesitin. Saus 
salad atau sistem koloid yang terbentuk kita kenal sebagai mayones. 
1) Sifat-sifat Emulsi 
Beberapa sifat emulsi yang penting adalah : 
- Demulsifikasi 
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses 
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Pada proses
demulsifikasi dapat terbentuk krim (creaming) atau sedimentasi. Pembentukan 
krim dijumpai pada emulsi minyak dalam air. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, 
maka partikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan 
sedimentasi terjadi pada emulsi air dalam minyak. Apabila kestabilan emulsi ini 
rusak, maka partikel -partikel air akan turun ke bawah. 
- Pengenceran 
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium 
pendispersinya. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan spontan 
membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan jenis 
emulsi. 
2) Pembuatan Emulsi 
Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan 
dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang 
sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan 
mengocoknya secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu 
fase dispers dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, 
mencampur dengan dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara 
bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil mengaduknya. 
A. Koloid Buih 
1) Pengertian Buih 
Buih adalah koloid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair 
atau zat padat. Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan 
menjadi dua, yaitu: buih cair dan buih padat. 
2) Macam-macam Buih 
a) Buih cair 
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium 
pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atau 
karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh 
dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan 
mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan. Ukuran 
kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya, 
tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat 
pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki
struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, 
bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih 
dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang 
dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral. 
Beberapa sifat buih cair yang penting: 
Struktur buih cair berubah dengan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh : 
a. Drainase atau pemisahan medium pendispersi (zat cair) akibat 
b. kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda. 
c. Rusaknya film antara dua gelembung gas. 
d. Ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi 
e. gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan 
permukaan. 
f. terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar 
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar 
g. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Apabila gaya 
tersebut kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya 
tersebut ditiadakan. Namun, jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan 
terjadi deformasi. 
Contoh buih cair: 
· Buih hasil kocokan putih telur 
Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, 
yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untuk 
membentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan 
mengembang. 
· Buih hasil akibat pemadam kebakaran 
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, 
aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan 
membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut. 
b) Buih padat 
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium 
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga 
(surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui: 
· Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses 
pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan 
membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida 
untuk membentuk buih padat. 
· Styrofoam 
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium 
pendisperasi polistirena. 
· Batu apung 
Batu apung merupakan buih padat yang terbentuk akibat proses solidifikasi 
gelas vulkanik. 
B. Cara Pembuatan Koloid 
Pembuatan sistem koloid sol 
1. Cara Kondensasi 
a. Reaksi dekomposisi rangkap 
Misalnya: 
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan 
melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna 
kuning terang; As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l(Koloid As2S3 
bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-) 
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan 
HCl encer; AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq) 
b. Reaksi redoks 
Misalnya: 
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya 
dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH; 
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq) 
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan 
mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l) 
c. Reaksi hidrolisis 
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya: 
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan 
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih; 
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq) 
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih; 
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq) 
d.Reaksi pergantian 
pelarut 
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa 
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran 
koloid.Misalnya; 
- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut 
dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus 
terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan 
belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air 
sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid 
dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air. 
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan 
terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan 
etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat. 
2. Cara Dispersi 
a. Cara mekanik 
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses 
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat 
yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa 
digunakan dalam: 
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,d 
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, 
deterjen, dsb. 
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna. 
- Industri- industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas. 
b. Cara peptisasi 
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir 
kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu 
zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit 
khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. 
Contoh: 
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3. 
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru 
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 
sehingga bermuatan positif 
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem 
kolid. 
Contohnya; gelatin dalam air. 
c. Cara busur bredig 
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol 
logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah 
menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian 
kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) 
sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan 
diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, 
uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, 
sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena 
logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini 
dikategorikan sebagai metode dispersi.
DAFTAR PUSTAKA 
1. Elaine.2006.”Pengertian dan Jenis-Jenis Koloid”. 
2. http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester- ii/9-koloid-2/materi-ajar/ 
7-peranan-koloid-dalam-kehidupan-sehari-hari/ 
3. http://Nuranimahabbah's Blog.htm 
4. Keenan,C.W,dkk.1984.”Kimia Untuk Universitas”.Erlangga: Jakarta. 
5. Syukri,S.1999.”K imia Dasar 2”.ITB: Bandung. 
6. www.nabilahfirest.multiply.com 
7. www.sistemkoloid11.blogspot.com 
8. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja
TUGAS : KIMIA 
KOLOID 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : FERNI 
KELAS : XI IPA5 
SMA NEGERI 1 RAHA 
2014

More Related Content

What's hot (17)

Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Pengertian Larutan, Suspensi, dan Koloid
Pengertian Larutan, Suspensi, dan KoloidPengertian Larutan, Suspensi, dan Koloid
Pengertian Larutan, Suspensi, dan Koloid
 
Koloid kimia
Koloid kimiaKoloid kimia
Koloid kimia
 
Makalah sistem koloid (cutnyak)
Makalah sistem koloid (cutnyak)Makalah sistem koloid (cutnyak)
Makalah sistem koloid (cutnyak)
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Sistem Koloid
Sistem KoloidSistem Koloid
Sistem Koloid
 
Sistem koloid powerpoint
Sistem koloid powerpointSistem koloid powerpoint
Sistem koloid powerpoint
 
Makalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkapMakalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkap
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Handout kimia
Handout kimiaHandout kimia
Handout kimia
 
Makalah koloid sma negeri 2 raha
Makalah koloid sma negeri 2 rahaMakalah koloid sma negeri 2 raha
Makalah koloid sma negeri 2 raha
 
Bab iii koloid
Bab iii koloidBab iii koloid
Bab iii koloid
 
Makalah koloid4
Makalah koloid4Makalah koloid4
Makalah koloid4
 
Makalah koloid
Makalah koloidMakalah koloid
Makalah koloid
 
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
 
Makalah koloid3
Makalah koloid3Makalah koloid3
Makalah koloid3
 
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia PematangsiantarSistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
 

Similar to Makalah koloid 4 (20)

Makalah koloid 4
Makalah koloid 4Makalah koloid 4
Makalah koloid 4
 
Makalah koloid 3
Makalah koloid 3Makalah koloid 3
Makalah koloid 3
 
Makalah koloid 3
Makalah koloid 3Makalah koloid 3
Makalah koloid 3
 
Makalah koloid3
Makalah koloid3Makalah koloid3
Makalah koloid3
 
Koloid (kimia) wafa' mufidah xii ipa 2
Koloid (kimia) wafa' mufidah xii ipa 2Koloid (kimia) wafa' mufidah xii ipa 2
Koloid (kimia) wafa' mufidah xii ipa 2
 
Bab 10
Bab 10Bab 10
Bab 10
 
1
11
1
 
Bab iii koloid
Bab iii koloidBab iii koloid
Bab iii koloid
 
Tugas ulfaaaa
Tugas ulfaaaaTugas ulfaaaa
Tugas ulfaaaa
 
6. Sistem Koloid materi kelas 12 mipa.pptx
6. Sistem Koloid materi kelas 12 mipa.pptx6. Sistem Koloid materi kelas 12 mipa.pptx
6. Sistem Koloid materi kelas 12 mipa.pptx
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Rizal dwi saputra xi ipa 2
Rizal dwi saputra    xi ipa 2Rizal dwi saputra    xi ipa 2
Rizal dwi saputra xi ipa 2
 
1_KOLOID REVISI.ppt
1_KOLOID REVISI.ppt1_KOLOID REVISI.ppt
1_KOLOID REVISI.ppt
 
Makalah koloid3
Makalah koloid3Makalah koloid3
Makalah koloid3
 
Sistem koloid okho
Sistem koloid okhoSistem koloid okho
Sistem koloid okho
 
Sistem koloid okho
Sistem koloid okhoSistem koloid okho
Sistem koloid okho
 
Sistem koloid okho
Sistem koloid okhoSistem koloid okho
Sistem koloid okho
 
Makalah koloid4
Makalah koloid4Makalah koloid4
Makalah koloid4
 
Kimia Kelas 11 - 17. KOLOID.pdf
Kimia Kelas 11 - 17. KOLOID.pdfKimia Kelas 11 - 17. KOLOID.pdf
Kimia Kelas 11 - 17. KOLOID.pdf
 
Koloid 111227172119-phpapp01
Koloid 111227172119-phpapp01Koloid 111227172119-phpapp01
Koloid 111227172119-phpapp01
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (9)

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

Makalah koloid 4

  • 1. PEMBAHASAN KOLOID A. Pengertian Koloid Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam. Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah. Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar mempunyai perbedaan dalam beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati hanya mempunyai satu fase, sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar mempunyai dua fase. Dalam distribusi partikel larutan sejati bersifat homogen, sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian dalam penyaringan,larutan sejati tidak dapat disaring, dan sistem koloid juga tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra, sedangkan suspensi kasar dapat disaring. Dan terakhir, dalam kestabilan larutan sejati dengan sistem koloid mempunyai kestabilan yang stabil
  • 2. (tidak memisah), sedangkan suspensi kasar memiliki kestabilan yang tidak stabil (memisah) Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang (transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang. Ciri – cirinya: 1. Larutan (Dispersi Molekuler) - 1 fase - jernih - homogen - diameter - tidak memisah jika didiamkan 2. Koloid (Dispersi Koloid) - 2 fase - keruh - antara homogen dengan heterogen - diameter partikel: 1 nm - tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring ultra - tidak memisahkan jika didiamkan 3. Suspensi(Dispersi Kasar) - 2 fase - keruh - heterogen - diameter partikel: >100 nm - dapat disaring dengan kertas saring biasa - memisah jika didiamkan Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
  • 3. pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloidmemiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat"didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar darisatu nanometer (nm) hingga satu mikrometer (μm).perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini : 1. Campuran antara air dengan sirup. 2. Campyuran antara air dengan susu. 3. Campuran antara air dengan pasir. Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan air secarahomogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkandengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan mikro). Secaramakroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak homogen, tidak dapat dibedakan manayang air dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang disebut larutan. Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" tetapi "larutan"itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidakdapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopiscampuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masihdapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilahyang disebut koloid. Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air secaraheterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya pasir akanmengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkandengan cara dituang perlahan-lahan.
  • 4. Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen,dapat dibedakan mana yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspansi. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi . Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkanmedium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak,sedangkan medium dispersinya adalah air. B. Sifat-sifat Koloid Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sifat Fisika Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil. 2. Sifat Koligatif Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul. 3. Sifat Optis Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
  • 5. 4. Sifat Kinetik a. Gerakan Brown Selain menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown. b. Difusi Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown. c. Pengendapan Partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung. 5. Sifat Listrik Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis. 6. Koagulasi Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi. 7. Adsorpsi Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah
  • 6. permukaan disebut absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu. C. Komponen Penyusun Koloid 1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak. 2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak. D. Bentuk Partikel Koloid 1. Bulatan : misalnya virus, silika. 2. Batang : misalnya virus. 3. Piringan : misalnya globulin dalam darah. 4. Serat : misalnya selulosa. E. Koloid Emulsi 1) Pengertian Emulsi Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat cair dan medium pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Ada tiga jenis emulsi, yaitu emulsi gas (aerosol cair), dan emulsi padat (gel). Akan tetapi, pada umumnya emulsi yang dimaksud adalah jenis emulsi yang terdispersi dalam zat cair. Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan, susu, dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak adalah minyak ikan, minyak bumi. Emulsi terbentuk karena adanya zat pengemulsi (emulgator), contoh emulgator adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise. 2) Macam-macam Emulsi a) Emulsi Gas (aerosol cair) Emulsi gas atau aerosol cair merupakan emulsi dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair, seperti hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol
  • 7. seperti CFC. Aerosol cair juga mempunyai sifat-sifat seperti sol liofob, yaitu efek Tyndall, gerak Brown, dan kesetabilan dengan muatan partikel. b) Emulsi Cair Emulsi cair melibatkan campuran dia zat cair yang tidak dapat saling melaurtkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainya seperti munyak (meski dapat berupa lemak). Emuldi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu, Emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam lemak. Sifat emulsi cair yang penting ialah: 1. Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi. 2. Pengenceran Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya. c) Emulsi Padat atau Gel Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan seagian sol cair. Pada menggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang semi-padat denga struktur gel. Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel non-elastis. Gel elastis, dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula ketika gaya yang ada di tiadakan. Sedangkan gel non-elastis, tidak dapat berubah ketika di beri gaya. Beberapa sifat gel yang penting adalah -Hidrasi : Gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya. -Menggembung : Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau menggembung. -Sinersis: Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut sinersis.
  • 8. -Tiksotropo : Beberapa gel dapat diubah kemabali menjadi sol cairapabila diberi agitasi(diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.Contohnya: gel besi oksida, perak oksida dan cat tiksotropi modern Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi: 1. Gel elastic Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin. 2. Gel non-elastis Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya. Contoh adalah gel silika. Bagaimana air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair ? Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu pengemulsi (emulgator). Oleh karena kebanyakan emulsi berupa dispersi minyak dalam air atau dispersi air dalam minyak, maka zat pengemulsi tersebut harus dapat larut baik dalam air maupun dalam minyak. Contoh zat pengemulsi tersebut adalah senyawa organik yang memiliki gugus polar dan non polar. Bagian non polar akan berinteraksi dengan minyak atau mengelilingi partikel-partikel minyak. Sedangkan bagian polar akan berinteraksi dengan air. Jika bagian polar ini terionisasi menjadi bermuatan negatif. Muatan negatif ini menyebabkan partikel-partikel minyak saling tolak menolak dan tidak akan bergabung. Dengan kata lain, emulsi menjadi stabil. Untuk jelasnya, ambil contoh sistem koloid emulsi saus salad. Saus salad terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan minyak (non polar). Pengocokan minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan campuran yang mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam cuka. Namun, setelah pengocokan dihentikan, maka butiran -butiran tersebut secara bertahap akan bergabung kembali membentuk partikel yang cukup besar. Akibatnya, asam cuka dan minyak akan terpisah lagi. Untuk menstabilkan saus salad ini dapat ditambahkan zat pengemulsi seperti kuning telur yang mengandung lesitin. Saus salad atau sistem koloid yang terbentuk kita kenal sebagai mayones. 1) Sifat-sifat Emulsi Beberapa sifat emulsi yang penting adalah : - Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Pada proses
  • 9. demulsifikasi dapat terbentuk krim (creaming) atau sedimentasi. Pembentukan krim dijumpai pada emulsi minyak dalam air. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi terjadi pada emulsi air dalam minyak. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel -partikel air akan turun ke bawah. - Pengenceran Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan jenis emulsi. 2) Pembuatan Emulsi Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil mengaduknya. A. Koloid Buih 1) Pengertian Buih Buih adalah koloid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair atau zat padat. Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu: buih cair dan buih padat. 2) Macam-macam Buih a) Buih cair Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atau karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan. Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki
  • 10. struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral. Beberapa sifat buih cair yang penting: Struktur buih cair berubah dengan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh : a. Drainase atau pemisahan medium pendispersi (zat cair) akibat b. kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda. c. Rusaknya film antara dua gelembung gas. d. Ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi e. gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan. f. terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar g. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Apabila gaya tersebut kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Namun, jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi. Contoh buih cair: · Buih hasil kocokan putih telur Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untuk membentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang. · Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut. b) Buih padat Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui: · Roti
  • 11. Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat. · Styrofoam Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi polistirena. · Batu apung Batu apung merupakan buih padat yang terbentuk akibat proses solidifikasi gelas vulkanik. B. Cara Pembuatan Koloid Pembuatan sistem koloid sol 1. Cara Kondensasi a. Reaksi dekomposisi rangkap Misalnya: - Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang; As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-) - Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer; AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq) b. Reaksi redoks Misalnya: - Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH; 2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq) - Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l) c. Reaksi hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya: - Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih; FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq) (Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
  • 12. - Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih; AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq) d.Reaksi pergantian pelarut Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.Misalnya; - Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air. - Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat. 2. Cara Dispersi a. Cara mekanik Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam: - industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,d - Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb. - Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna. - Industri- industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas. b. Cara peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh: - Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
  • 13. - Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3. - Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif - Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air. c. Cara busur bredig Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA 1. Elaine.2006.”Pengertian dan Jenis-Jenis Koloid”. 2. http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester- ii/9-koloid-2/materi-ajar/ 7-peranan-koloid-dalam-kehidupan-sehari-hari/ 3. http://Nuranimahabbah's Blog.htm 4. Keenan,C.W,dkk.1984.”Kimia Untuk Universitas”.Erlangga: Jakarta. 5. Syukri,S.1999.”K imia Dasar 2”.ITB: Bandung. 6. www.nabilahfirest.multiply.com 7. www.sistemkoloid11.blogspot.com 8. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja
  • 15. TUGAS : KIMIA KOLOID DISUSUN OLEH : NAMA : FERNI KELAS : XI IPA5 SMA NEGERI 1 RAHA 2014