Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Usaha pembibitan tanaman "AGROTEKO" yang didirikan pada tahun 2002 telah mengalami masa kejayaan dan penurunan. Ide untuk mengembangkan usaha tersebut meliputi peningkatan pemasaran secara online, pengembangan agrowisata, dan budidaya tanaman organik serta unik. Manajemen pengelolaan yang baik diperlukan untuk mengembangkan bisnis apapun.
1. BERWIRAUSAHA DI BIDANG TANAMAN
Disusun Oleh :
Dhinda M Prastiwi I34130049
Yani Istikasari I34130050
Sari Nurfiani I34130052
KELAS S.02
TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
2. I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang jumlah wirausahanya masih sangat sedikit jika
dibandingkan dengan negara Singapura. Padahal, David McClelland berpendapat bahwa suatu
negara akan menjadi makmur apabila mempunyai enterpreneur sedikitnya dua persen dari
jumlah penduduknya. Hal inilah yang menjadikan kita sebagai generasi muda harus berani
belajar menjadi seorang wirausahawan. Kewirausahaan sendiri merupakan salah satu pilar
pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain mendalami mayor yang dipilih,
mahasiswa juga dibekali ilmu pertanian sebagai basic dan ilmu tentang kewirausahaan untuk
bekal masa depan. Tentunya berbagai teori tentang kewirausahaan yang telah disampaikan
dosen hanya akan menjadi angin lalu jika tidak dipraktekkan langsung oleh mahasiswa. Kunci
dari pemahaman sebuah teori adalah ketika kita mempraktekkannya. Dari situlah kita akan
mengerti hakekat sesungguhnya dunia enterpreuner.
Kewirausahaan mencakup bidang yang luas. Sebab pada dasarnya kewirausahaan ini
berasal dari ide secara personal. Jadi tidak menuntut kemungkinan jika semua orang, semua
kalangan, dapat membangun sebuah usaha. Salah satu bidang usaha yang menarik minat kami
untuk diobservasi ialah usaha di bidang pertanian. Seperti agribisnis, agroindustri, atau
perkebunan. Bidang pertanian dapat dikembangkan ide bisnis mulai dari penjualan benih
tanaman (holtikultura, tanaman hias, pohon hutan, dll), usaha pembibitan tanaman, agrowisata,
kebun organic, dan sebagainya. Inilah yang menjadi target observasi kami untuk penyusunan
makalah kewirausahaan dengan memilih Toko “AGROTEKO” di jalan Raya Dramaga km 7,
Bogor. Bisnis di bidang budidaya tanaman seperti ini selain dari profit sangat menguntungkan,
secara tidak langsung si pemilik bisnis telah turut membantu penghijauan dan melestarikan
berbagai jenis tanaman yang mungkin sudah jarnag ditemukan di tempat aslinya. Dewasa ini,
kebutuhan akan tanaman juga meningkat. Seiring terus bergulirnya isu climate change
(perubahan iklim) yang ditandai dengan pemanasan suhu bumi. Maka dari itu, dari hal kecil
berupa pembudidayaan aneka tanaman, bisa saja membawa perubahan bagi lingkungan kita
menjadi lebih baik
II
TUJUAN OBSERVASI LAPANG
Observasi lapang ini kami bertujuan untuk menyelasaikan tugas akhir kewirausahaan
sebagai prasyarat nilai dan juga untuk menambah wawasan tentang bagaimana seorang
memulai bisnis hingga akhirnya bisa menjadi seorang wirausahawan yang sukses.
Implikasinya agar kita termotivasi menjadi seorang enterpreuner sehingga bisa mencontoh
jejak mereka untuk berkontribusi dalam membangun perekonomian Indonesia yang lebih
mandiri.
3. III
HASIL PENGAMATAN
Lokasi obervasi kami lakukan di Toko kebun dan bibit
milik seorang Ibu Latifah, “AGROTEKO”. Sebuah usaha di
bidang pembibitan aneka tanaman. Sekitar 50-70 jenis tanaman
dapat ditemui disini, mulai dari tanaman hias, bunga-bungaan,
tanaman buah, hingga tanaman hutan. Di gubuk sederhana itu
pula tersimpan banyak perlengkapan perkebunan rumahan dan
pupuk.
Usaha ini berdiri sejak tahun 2002 silam. Pendiri usaha
ini sebenarnya adalah Bapak H. Harun, mertua dari Bu Latifa.
Bapak H. Harun adalah seorang kontraktor. Dulu pernah
menjadi kontraktor di IPB. Selama dua tahun dijalankan oleh
Bapak H.Harun, usaha ini menuai pundi-pundi rupiah yang
menakjubkan. Dalam waktu satu bulan, 30 juta rupiah bisa
didapatkan hanya dengan menjual bibit tanaman.
Ibu sarjana hukum ini mengatakan bahwa usaha ini beliau tekuni karena hobi.
Kecintaannya pada tanaman tidak menurunkan semangatnya untuk melanjutkan bisnis yang
telah dirintis mertuanya. Walaupun tidak pernah mendalami
ilmu tentang tanaman maupun pembibitan, buktinya bibit-bibit
tanaman di kebun sewa seluas 400 m2 ini tumbuh dengan baik.
Sekarang Bu Latifa memiliki tiga orang pekerja. Dulu, beliau
sempat memiliki tujuh pekerja. Namun karena ada kendala
keuangan, dan kurang efektifnya pekerjaan, maka lima
diantaranya harus diberhentikan. Sebelum memegang bisnis ini,
Bu Latifa ternyata memang sudah memiliki jiwa kewirausahaan sejak SMA. Beliau pernah
memiliki usaha warnet, kue, dan pakaian sebelum terjun ke bisnis tanaman.
Lokasi yang terletak dipinggir jalan raya, cukup strategis untuk pemasaran. Kata Bu
Latifa, beliau tidak ada sistem pemasaran khusus.
Pelanggannya kebanyakan para dosen, kerabat, dan
perhotelan. Tidak jarang juga masyarakat yang membeli
tanaman disini. Untuk pasokan bibit sendiri, ada yang titipan
dari orang lain, ada pula dari kawannya yang ahli di bidang
kultur jaringan. Sistem penyiraman menggunakan kolam
buatan yang airnya berasal dari hujan. Pengecekan tanaman
dan kontrol perawatan tanaman dilakukan sendiri oleh Bu Latifa beberapa kali saja dalam
seminggu.
4. Berbicara tentang perpindahan lahan, Bu Latifa
menjelaskan bahwa dulu (awal berdiri) lahan mereka
berada di lahan milik IPB yang sekarang digunakan untuk
budidaya jambu kristal. Puncak kejayaan pun dicapai saat
itu. Sebab kontrol dan sistem manajemen yang bagus. Dua
tahun kemudian, pindah ke lokasi yang sekarang, di lahan
yang luasnya 650m2 , tetapi yang disewa hanya sekitar
400m2. Situasi yang buruk sempat dialami juga. Profit
yang semakin menurun, namun tanaman terus berkurang.
Saat itu Bu Latif mempunyai tujuh karyawan. Menurutnya, kemerosotan pada masa itu
dikarenakan kinerja karyawannya yang tidak jujur, disisi lain sewa tanah yang semakin mahal.
Padahal sebelum pindah lahan, tiap bulan dapat diprediksi untung bersih Rp 30 juta. Usaha
tanaman, maupun pertanian sebenarnya memang menguntungkan. Tinggal bagaimana kita
mengatur semuanya agar berjalan sesuai rencana. Beliau akui bahwa kontrol yang kurang juga
mempengaruhi turunnya bisnis ini. Ditambah faktor pekerja yang tidak dapat dipercaya.
Kejujuran dalam bekerja selalu dibutuhkan.
Bu Latif berencana untuk menyerahkan manajemen tokonya ke kawan dekatnya yang
juga menggeluti bidang tanaman. Beliau ingin beralih profesi sementara menjadi pengusaha
kue sembari berusaha mengatasi masalah yang sedang terjadi. Saat-saat ini beliau sedang
berusaha menemukan resep kue hasil inovasinya. Ibu Latifa memiliki harapan kedepannya
bisa memiliki tanah sendiri, yang nantinya ia bisa melanjutkan bisnis bibitnya, membuat
kebun, dan mempunyai resto serta galeri boutique di dalam ‘areanya’ tersebut. Kalau bisa
rumahnya pun berada dalam satu kawasan bisnisnya itu. Menurutnya sistem seperti ini penting
karena untuk memudahkan kontrol di semua aspek bisnisnya. Kebunnya dibuat untuk wisata.
Hasil kebunnya dapat digunakan untuk keperluan resto.
5. IV
PENGEMBANGAN IDE-IDE USAHA
Berdasarkan pengalaman yang telah Ibu Latifa alami, kami menangkap kekurangan
atau kelemahan yang menyebabkan bisnisnya merosot yaitu sistem manajemen dalam
pengelolaannya. Kami memiliki beberapa ide untuk pengembangan bisnis ini. Pertama, sistem
pemasaran ditingkatkan. Mungkin dengan memasarkan di dunia maya, menerima pesan antar
bibit, jasa penanaman dan perawatan tanaman atau kebun rumahan. Dunia maya sangat
berguna untuk memperluas jaringan pasar dan menganalisa keinginan konsumen. Kedua,
membuat lahan pembibitan untuk agrowisata. Lalu mempromosikannya sebagai agroedu, yaitu
wisata sekaligus belajar penanaman dan pembibitan tanaman. Selain menambah profit, ini
sangat bagus untuk masyarakat agar lebih mengenal berbagai jenis tanaman. Ketiga, sebagian
lahan ditanami buah-buahan dan tanaman herbal yang dikembangkan secara organik. Agroedu
bisa dikembangkan juga disini. Dan hasil panennya dapat dijual. Keempat, mengembangkan
bibit-bibit tanaman unik dan khas. Misal tanaman asli daerah lain yang cocok dengan atmosfer
Bogor dan sekitarnya.
V
PENUTUP
Bisnis di bidang pertanian memang sangat menjanjikan. Sebab dunia pertanian pasti tidak
lepas dari kebutuhan manusia. Apalagi semakin hari, kebutuhan akan pertanian makin
bertambah. Bisnis, apapun itu, tidak harus kita ahli dalam bidang itu. Dari hanya sekedar hobi
pun dapat berkembang menjadi bisnis asalkan ada kesadaran kita untuk melihat peluang yang
ada. Sepertinya, mengambil bidang bisnis yang sesuai dengan passion kita akan
mempermudah dalam pencapaian target dan meminimalisir stress ketika kita nanti dihadapkan
pada situasi yang buruk. Karena walau bagaimana pun bidang tersebut adalah bidnag yang kita
sukai, yang kita jalankan sepenuh hati. Seperti Ibu Latifa, yang sedang dalam masa sulit di
bisnis utamanya, beliau tetap bisa berpikir tenang untuk berbisnis bidang lain, sambil perlahan
berusaha membangkitkan kembali bisnisnya. Untuk mengembangkan bisnis, walaupun kita
tidak ada background di bidang tersebut, sistem manajemen pengelolaan harus bagus. Selain
itu inovasi pengembangan usaha juga harus dikembangkan secara berkala. Jadi ketika satu
titik sedang macet, kita masih bisa mengandalkan titik yang lain. Kira-kira begitulah
perumpamaannya. Resiko selalu mengiringi kesuksesan dalam berbisnis. Resiko tidak dapat
dihindarkan, akan tetapi kita yang harus mampu memanipulasi berbagai resiko tersebut.
Belajar dari orang yang telah lebih dulu melangkah adalah penting. Supaya entrepreuner
pemula mengetahui ‘medan perang’ dan ‘strategi’ apa yang harus dijalankan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Daryanto Heny K, Nurhayati P, Sarianti T, dan Maryono.2013.Diktat Kuliah Pengantar
Kewirausahaan. Bogor[ID]:Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor.