Makalah ini membahas pengaruh relawan dan motivasi mereka dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non-formal. Relawan memiliki motivasi internal dan eksternal untuk terlibat, seperti keinginan membantu orang lain. Mereka mempengaruhi pelaksanaan pendidikan non-formal dengan membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Motivasi dan pengaruh relawan dalam pemberdayaan masyarakat
1. Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 100)
PENGARUH RELAWAN DAN MOTIVASINYA TERHADAP
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PENDIDIKAN
NON-FORMAL
Oleh
Sari Nurfiani
I34130052
Dosen
Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, M.Si
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
2. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah akhir ini dapat diselesaikan. Tema yang
diilih adalah pengembangan masyarakat, dengan judul Pengaruh Relawan dan
Motivasinya Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pendidikan Non-Formal.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ekawati M Si dan Ibu Ratri
Vitrianita S Sos M Si selaku dosen matakuliah Berpikir dan Menulis Ilmiah, serta
asisten praktikum kelas pararel 4, Alvian Rizky dan Yunita Nurrohmani yang telah
banyak memberi saran.
Semoga makalah akhir ini bermanfaat.
Bogor, 9 Juni 2014
Penulis
3. ii
ABSTRAK
SARI NURFIANI. Pengaruh Relawan dan Motivasinya Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Pendidikan Non-Formal. Dibimbing oleh YUNITA
NURROHMANI dan ALVIAN RIZKY.
Relawan memiliki motivasi dan pengaruh tertentu dalam keikutsertaannya
memberdayakan masyarakat melalui pendidikan non-formal. Studi pustaka ini
bertujuan untuk menganalisis motivasi relawan terhadap pemberdayaan masyarakat
yang berbasis pendidikan non-formal serta pengaruh relawan itu sendiri dalam
keikutsertaannya memberdayakan masyarakat. Metode analisa menggunakan rujukan
dari sumber pustaka hasil penelitian yang pernah dilakukan dan mengacu pada teori-
teori yang terkait. Relawan dalam keterlibatannya memberdayakan masyarakat melalui
pendidikan non-formal berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup (better living)
masyarakat. Motivasi yang mendorong relawan untuk melibatkan dirinya dipengaruhi
oleh faktor interen (dari dalam) dan faktor eksteren (dari luar) yang membentuk
kerangka pemikiran motivasi relawan.
Kata kunci: relawan, motivasi, pemberdayaan masyarakat, pendidikan non-formal
4. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
PENDAHULUAN 1
RELAWAN, MOTIVASI, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DAN
PENDIDIKAN NONFORMAL 2
Konsep Relawan 2
Konsep Motivasi 2
Konsep Pemberdayaan Masyarakat 2
Konsep Pendidikan Nonformal 3
MOTIVASI RELAWAN TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 3
PENGARUH RELAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PENDIDIKAN
NON-FORMAL 4
SIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8
6. v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangkan pemikiran motivasi relawan dalam mengikuti kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Diadaptasi dari Marfin dan Lubis (2011) 4
Gambar 2. Konsep dasar pengembangan program pendidikan luar sekolah 6
7. 1
Pendahuluan
Erosi kedaulatan negara dan kapitalisme yang mengglobal menyebabkan
ketidaksetaraan dan ketidakamanan di dalam dan antar masyarakat. Organisasi
nirlaba dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi non-pemerintah
(Non-Government Organization), sebagai organisasi yang secara eksplisit berbasis
nilai, berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) melalui perubahan keseimbangan kekuasaan demi
kepentingan pribadi menjadi kekuasaan demi kepentingan publik melalui aktivitas-
aktivitas terprogram, kerja-kerja membangun konstituensi dan prasis-praksis
organisasional, dan sukarelawan (volunteer) serta penggiat menjadi ujung tombak
dalam perubahan sosial tersebut (Hutapea dan Dewi 2011)1
. Untuk mencapai
perubahan yang diinginkan, pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan. Konteks pemberdayaan masyarakat sendiri luas maka
penulis mengambil bagian pada pendidikan non-formal sebagai bahan studi
pustaka. Dalam keterlibatannya, seorang relawan pasti memiliki motivasi tertentu
untuk ikut andil dalam pemberdayaan masyarakat. Menurut Marfin (2011)2
, tanpa
motivasi orang tidak akan berbuat apa-apa dan tidak akan bergerak. Sosok relawan
juga memiliki pengaruh yang cukup penting pada pemberdayaan masyarakat,
utamanya pada proses pendidikan non-formal tersebut.
Berdasarkan uraian tentang rancangan isi di atas, studi pustaka ini berusaha
untuk mengemukakan pengaruh relawan dan motivasinya terhadap pemberdayaan
masyarakat berbasis pendidikan non-formal. Untuk menjawab pokok permasalahan
tersebut maka secara rinci disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi relawan terhadap pemberdayaan masyarakat?
2. Bagaimana pengaruh relawan terhadap pelaksanaan pendidikan non-
formal?
Adapun makalah ini bertujuan untuk menganalisis motivasi relawan terhadap
pemberdayaan masyarakat yang berbasis pendidikan non-formal dan pengaruh
relawan itu sendiri dalam keikutsertaannya memberdayakan masyarakat.
1
Bonar Hutapea dan Fransiska IRD. 2011. Peran kebermaknaan hidup dan kepemimpinan melayani
terhadap kepuasan hidup sukarelawan lembaga swadaya masyarakat. INSAN.14(03),h.160.
2
Nirmaladewi B Marfin dan Djuara P Lubis. 2011. Persepsi dan motivasi relawan dalam
pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan.
Sodality.05(02),h.232.
8. 2
RELAWAN, MOTIVASI, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,
DAN PENDIDIKAN NONFORMAL
Konsep Relawan
Schroder (1998) dalam Atensi (2008)3
, relawan yaitu individu yang rela
menyumbangkan tenaga atau jasa, kemampuan dan waktunya tana mendapatkan
upah secara finansial atau tanpa mengharapkan keuntungan materi dari organisasi
pelayanan yang mengorganisasisuatu kegiatan tertentu secara formal. Kegiatan
yang dilakukan relawan bersifat sukarela untuk menolong orang lain tanpa adanya
harapan akan imbalan eksternal.
Konsep Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan” atau
“daya penggerak”. Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan
kebutuhan atau suatu tujuan. Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari
keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya rasa lapar, haus,
dan bermasyarakat (Melayu 2003 dalam Marfin dan Lubis 2011)4
.
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Istilah pemberdayaan masyarakat atau empowerment merupakan istilah
yang diangkat dari hasil penelitian seorang sarjana pendidikan nonformal Suzanne
Kindervatter dalam bukunya Nonformal as An Empowering process, memiliki
makna agar orang-orang yang diberdayakan itu mempunyai “daya” atau
mempunyai kemampuan untuk hidup layak sama dengan temannya sesama
manusia. Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa berarti memberdayakan
setiap warga negara agar mampu berbuat seimbang baik dalam pikiran, perkataan
dan perbuatan, antara hak dan kewajiban, menjadi warga negara yang bersikap dan
berbuat demokratis terhadap sesama manusia menuju masyarakat yang memahami
3
Mitra Atensi. 2008. Gambaran penghayatan makna hidup pada relawan pemberdayaan
masyarakat miskin. UI,h.2-3.
4
Nirmaladewi B Marfin dan Djuara P Lubis. Op.Cit.,h.234.
9. 3
akan hak, kewenangan dan tanggungjawab mereka dalam semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara (Hiryanto 2008).5
Konsep Pendidikan Nonformal
Pendidikan non-formal lahir dari pemikiran tentang konsep learning society
dan konsep lifelong learning. Learning society lahir dan berkembang sejalan
dengan lahirnya peradaban dan pemahaman tentang nilai-nilai pengalaman
(pendidikan), nilai-nilai pengetahuan, dan nilai-nilai kehidupan sebagai landasan
hidup dan kehidupan individu, keluarga dan masyarakat6
. Pada proses itulah
masyarakat saling mengenal saling belajar saling berkomunikasi dan saling
menghargai diantara sesamanya.
MOTIVASI RELAWAN TERHADAP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Wahjosumidjo (1987) dalam Marfin dan Lubis (2011)7
mengatakan, bahwa
motivasi sebagai proses psikologis diakibatkan oleh faktor di dalam diri sseorang
itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor diluar diri yang disebut [faktor]
ekstrinsik Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepibadian, sikap,
pengalaman, dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke
masa depan. Sedang faktor dari luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber,
bisa karena pengaruh pimpinan, kolega, atau faktor-faktor lain yang sangat
kompleks. Tetapi baik [faktor] intrinsik maupun faktor luar motivasi timbul karena
adanya rangsangan.
Faktor internal dan faktor eksternal membentuk kerangka pemikiran
motivasi relawan untuk bergabung dalam kelompok pemberdayaan, melaksanakan
tugas relawan ketika mereka sudah masuk didalamnya, dan mengembangkan
program-program yang dibentuk oleh kelompok tersebut. Maka kerangka
pemikiran tersebut dapat ditunagkan dalam bentuk gambar seperti di bawah ini.
5
Hiryanto. 2008. Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal. Bappeda Kabupaten
Bantul.
6
USU. [tidak ada tahun]. Chapter I Pendidikan Nonformal.
7
Nirmaladewi B Marfin dan Djuara P Lubis. Op.Cit.,h.235.
10. 4
Gambar 1. Kerangka pemikiran motivasi relawan dalam mengikuti kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Diadaptasi dari Marfin dan Lubis (2011).
Kehendak untuk hidup secara bermakna memang benar-benar merupakan
motivasi utama pada diri manusia. Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang
untuk bekerja, berkarya, dan melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya—
dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna
(Bastaman 1996 dalam Atensi 2008)8
. Lyons (2006) dalam Atensi (2008)9
menyatakan sebagai berikut.
“There’s groundswell of people that there’s more to life than just
working and earn money. Young people are exposed to yhe consumer
revolution in their teensand have seen that it’s really not that
satisfying. There’s now more recognition of the vaue of giving and
helping others.”
PENGARUH RELAWAN TERHADAP PELAKSANAAN
PENDIDIKAN NON-FORMAL
Mengacu pada yang disampaikan Tilaar (1997) bahwa masyarakat yang
berdaya adalah masyarakat yang hidup dalam suatu masyarakat madani (civil
society), yakni suatu masyarakat yang percaya atas kemampuan para anggotanya
untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik serta masyarakat yang menyadari
akan hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dimana kondisi
8
Loc. Cit,.
9
Ibid.,h.4
Motivasi
1. Motivasi
bergabung dalam
kelompok
pemberdayaan
2. Motivasi
dalam
melaksanakan
tugas relawan
3. Motivasi untuk
mengembangkan
program
pemberdayaan
Faktor Eksternal:
1. Interaksi dengan Fasilitator
Kelurahan
2. Interaksi dengan BKM
3. Interaksi dengan KSM
Faktor Internal:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status Pekerjaan
4. Tingkat Pendapatan
5. Jumlah anggota RT
6.Tingkat pendidikan formal
7. Kosmopolitan
11. 5
pemberdayaan akan terwujud apabila anggota masyarakat memperoleh kesempatan
agar semakin berdaya, berarti pemberdayaan identik dengan pendidikan dan juga
hakekat pendidikan itu sendiri. Sebab apa yang disebut dengan pendidikan, dalam
hal ini termasuk juga pedidikan non-formal, adalah usaha memberdayakan
manusia, memampukan manusia, mengembangkan talenta-talenta yang ada pada
diri manusia melalui pendidikan.
Permasalahan yang berkaitan dengan program-program pendidikan non-
formal adalah masalah sasaran didik (warga belajar) yang selalu bergulat dengan:
masyarakat miskin, terdiskriminasi, pengangguran, anak jalanan, dan lain-lain.
Sementara itu, Dirjen PNFI baru mampu menyentuh persoalan-persoalan tersebut
tidak lebih dari 15% seperti digambarkan pada tabel sasaran prioritas program PNF
sebagai berikut10
:
Tabel 1. Sasaran prioritas program PNF
PROGRAM PLS Sasaran Sasaran Prioritas
Sasaran
2005-2009
Target Tahun
2006 (orang)
PAUD 0-6 tahun 2-4 4,3 juta 1,49 juta
Buta Aksara 15+ tahun 15-44 tahun 15,4 juta 450 ribu
Paket A Putus SD Usia s/d 15 0,64 juta 90 ribu
Paket B LSD-TL Usia s/d 28 1,2 juta 408 ribu
Paket C Putus SMP 0,2 juta 23 ribu
LSMP-TL
Putus SMA
Kursus dan life
skill
Penduduk tidak
bekerja/miskin
Pengangguran
terbuka
15+
=10,2 juta
1,5 juta 105 ribu
Sumber: Paparan Dirjen PLS pada Raker DPR 19 Juni 2006 dalam Chapter I
Pendidikan Non-Formal, USU.
Maka untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi dibuktuhkan model
pengembangan pendidikan luar sekolah, termasuk pedidikan non-formal
10
USU. Op.Cit.
12. 6
didalamnya, yang mencoba mengintegrasikan dari berbagai program yang
direncanakan oleh pemerintah. Penginterasian dapat dilakukan antara program
pemberantasan buta aksara dengan program life skill, atau semua program yang
ditawarkan pemerintah harus diintegrasikan dengan program kecakapan hidup
sebagaimana terlihat dalam bagan yang dibuat Hiryanto (2000) berikut:
Gambar 2. Konsep dasar pengembangan program pendidikan luar sekolah
Relawan sebagai pendamping jalannya program pendidikan non-formal
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat (better living). Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pendapatan
(ekonomi), kesadaran lingkungan sosialnya, dan masyarakat yang memahami
bagaimana membangun dirinya secara mandiri (Sudjana 2000)11
. Melalui program
pendidikan non-formal, relawan turut membantu pemerintah mengentaskan
permasalahan kemiskinan dengan pendidikan. Mereka merelakan tenaga serta
waktunya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam memberdayakan masyarakat
sehingga harapan terwujudnya masyarakat madani dan masyarakat gemar belajar
akan mudah terealisasi pada seluruh masyarakat Indonesia.
11
Djudju S. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah.
PENGHAPUSAN
BUTA AKSARA
(KEAKSARAAN)
PROSES PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
SDM BERAKHLAK MULIA, CERDAS, TERAMPIL, MANDIRI
LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP)
PADU
WAJAR
DIKNAS 9 th
PAKET A &
PAKET B
ORANG
DEWASA
Pend.
Berkelanjutan
pre-service
tarining,
vocational,
magang, KBU,
Paket C
KESETARAAN GENDER (PENDIDIKAN ADIL GENDER)
13. 7
SIMPULAN
Adapun simpulan yang dapat ditarik dari hasil studi pustaka ini adalah :
1. Relawan mengikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat didorong beberapa
motivasi dalam dirinya. Motivasi ini dipengaruhi faktor interen dan eksteren.
Adapun hasil penelitian lainnya menunjukkan personal values, significant others,
menolong sesama, mencari kebermaknaan hidup, dan minat untuk berbuat sesuatu
juga mendorong motivasi relawan terhadap pemerdayaan masyarakat.
2. Kehadiran relawan sebagai agent social di dunia pendidikan, khususnya
pendidikan non-formal memberikan pengaruh dalam peningkatan kualitas hidup
(better living) masyarakat serta memiliki peran yang strategis, yaitu sebagai
pendamping dalam pelaksanaan prosesnya. Keterlibatan relawan membantu
pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang madani, masyarakat gemar
belajar, serta terbentuknya SDM yang cerdas, terampil, berakhlak, dan mandiri.
14. 8
DAFTAR PUSTAKA
Atensi M. 2008. Gambaran penghayatan makna hidup pada relawan pemberdayaan
masyarakat miskin [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia. [diunduh pada 21 Mei 2013]. Tersedia pada:
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126755155.2%20ATE%20g%20-
%20Gambaran%20Penghayatan%20-%20Pendahuluan.pdf
Sudjana D. 2000. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah Bandung
(ID) : Nusantara Press.
Hiryanto. 2008. Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal. Lokakarya
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan Luar Sekolah di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Bantul; 2008
November 22; DIY,Indonesia. Yogyakarta (ID): BAPPEDA Bantul. [diunduh
pada 2014 April 28]. Tersedia pada:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah-ppm-pemberdayaan-
masyakat-pnf.pdf
Hutapea B dan Dewi FIR. 2011. Peran kebermaknaan hidup dan kepemimpinan melayani
terhadap kepuasan hidup sukarelawan lembaga swadaya masyarakat.
INSAN.14(03):159-170.
Kartasasmita G. 1997. Pemberdayaan masyarakat: konsep pembangunan yang berakar
pada masyarakat. Sarasehan DPD Golkar Tk. I; 1997 Maret 14; Surabaya,
Indonesia. [tempat terbit dan penerbit tidak diketahui]. [diunduh pada 2014 Mei
17]. Tersedia pada:
http://www.ginandjar.com/public/09PemberdayaanMasyarakat.pdf
Marfin NB dan Lubis DP. 2011. Persepsi dan motivasi relawan dalam pelaksanaan
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan.
Sodality.05(02): 231-246.
Mulyono A. 2008. Studi partisipasi masyarakat pada program desa mandiri pangan
di desa Muntuk Kabupaten Bantul [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro. [diunduh pada 24 Maret 2014]. Tersedia pada:
http://eprints.undip.ac.id/16261/1/AGUS_MULYONO.pdf
Tilaar HAR. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta (ID): Rineka
Cipta.
[USU] Universitas Sumatera Utara. [tidak ada tahun]. Chapter I Pendidikan
Nonformal [internet]. [diunduh pada 28 April 2014]. Tersedia pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27918/4/Chapter%20I.
pdf
[USU] Universitas Sumatera Utara. [tidak ada tahun]. Chapter II Konsep Motivasi
[internet]. [diunduh pada 28 April 2014]. Tersedia pada :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40461/4/Chapter%20II.
pdf