SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB IV
ISOLASI ENZIM AMILASE DARI KECAMBAH BIJI
DAN REAKSI PENCOKLATAN ENZIMATIS
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara IV “Isolasi Enzim Amilase dari
Kecambah Biji dan Reaksi Pencoklatan Enzimatis” ini adalah:
1. Untuk mengetahui aktivitas enzim amilase selama perkecambahan biji.
2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang berbeda terhadap reaksi
pencoklatan enzimatik pada permukaan potongan buah.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam
pencernaan, enzim amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase terdapat
pada tepung dan biji yang berkecambah (Gaman, 1992 Suarni dkk, 2001).
Enzim amilase terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba. Kacang hijau
dalam bentuk kecambah mengandung enzim α-amilase (Winarno, 1983 dalam
Suarni dkk, 2001). Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan
mikroorganisme. Salah satu enzim pemecah pati adalah enzim α-amilase (α-
1,4-glukan-glukanodidrolase; EC.3.2.1.1.), enzim ini sangat berperan dalam
industri pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada
kecambah kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada
waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu
senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji
karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut (Suarni dkk,
2007).
Aktivitas α-amilase ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati,
biasanya dari penurunan kadar pati yang larut atau dari kadar amilosa
bereaksi dengan iodium akan berwarna coklat. Selain itu keaktivan α-amilase
dapat dinyatakan dengan cara pengukuran viskositas dan jumlah pereduksi
yang terbentuk. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau
glukogen. Senyawa ini banyak terdapat pada tanaman dan hewan. Amilase
dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu: (1) α-amilase yang
memeecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul,
sehingga disebut Endoamilase, (2) β-amilase yang menghidrolisis unit-unit
gula dari ujung molekul pati, sehingga disebut Ekomilase, (3) Glukoamilase
yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non-prreduksi substrat
pati (Winarno, 1995 dalam Risnoyatiningsih, 2011).
Amilase adalah enzim yang Endopeptidase Pati molekul memberikan
beragam produk termasuk dextrins dan polimer kecil yang terdiri dari unit
glukosa (Windish dan Mhatre, 1965 dalam Irfan, 2011). Enzim yang sangat
penting dalam bioteknologi kini dengan aplikasi mulai dari makanan,
fermentasi dan tekstil untuk industri kertas (Pandey et al, 2000 dalam Irfan,
2011). Di antara berbagai enzim ekstraseluler, a-amilase peringkat pertama
dalam hal eksploitasi komersial (Babu dan Satyanarayana, 1993 dalam Irfan,
2011). Keuntungan utama menggunakan mikroorganisme untuk produksi
amylases dalam kapasitas produksi ekonomis curah dan mikroba juga mudah
untuk memanipulasi untuk mendapatkan enzim karakteristik yang diinginkan
(Lonsane dan Ramesh 1990 dalam Irfan dkk, 2011).
Enzim yang digunakan untuk merombak protein adalah enzim
protease, perombakan lemak adalah enzim lipase dan pati memerlukan enzim
amilase. Enzim-enzim tersebut secara bersamaan dihasilkan tumbuhan selama
proses perkecambahan (Bahri, 2012). Suarni dkk (2006) berhasil melakukan
modifikasi pati jagung menggunakan enzim α-amilase dari kecambah kacang
hijau, tanpa memisahkan enzim amilase dari kecambah (tidak dilakukan
ekstraksi enzim α-amilase). Potensi kecambah kacang hijau sebagai sumber
enzim α-amilase juga dilaporkan oleh Suarni dan Patong (2007). Hal yang
sama juga dilakukan oleh Jamilatun dkk (2004) yang menggunakan
kecambah jagung dalam hidrolisis pati biji nangka untuk produksi glukosa.
Darmajana dkk (2008) menggunakan enzim α-amilase komersial dalam
pembuatan tepung pisang instan. Selain berasal dari kecambah biji-bijian,
enzim amilase yang berasal dari tanaman juga telah digunakan dalam proses
hidrolisis pati. Rinawati dkk (2009) melakukan isolasi enzim amilase dari
temulawak dan menggunakannya dalam produksi gula glukosa dari pati
(Bahri dkk, 2012).
Enzim α-amilase mengkatalisis hidrolisis ikatan 1,4 pati menghasilkan
maltodekstrin linear pendek. Enzim ini digunakan secara luas dalam industri
makanan dan deterjen. Penggunaan amilase dari bakteri halofil dapat
memberikan keuntungan karena memiliki aktivitas optimum di kadar garam
tinggi (Ventosa & Nieto 1995). Baru sedikit informasi yang ada mengenai
amilase dari bakteri halofil. Acinetobacter sp. (Onishi & Hidaka 1978),
Nesterenkonia halobia (Onishi & Sonoda 1979), Micrococcus varians sub sp.
Halophilus (Kobayashi et al. 1986), dan isolat Micrococcus sp. (Onishi 1972,
Khire 1994) dilaporkan memiliki aktivitas amilolitik, tetapi tidak tersedia
informasi mengenai karakteristik molekulernya. Satu-satunya bakteri halofil
yang telah dikarakterisasi amilasenya secara molekuler ialah Halomonas
meridiana. Hasil analisis protein dari gen penyandi amilasenya menunjukkan
homologi yang cukup tinggi dengan amilase dari bakteri lain, streptomycetes,
serangga, dan mamalia (Pangastuti, 2002).
Penggunaan enzim dalam sektor industri meningkat akibat
peningkatan industri, terutama di industri makanan, minuman, tekstil, kulit
dan kertas. Selain menggunakan di industri, juga dapat digunakan dalam
pengolahan limbah industri, seperti selulase yang dapat mengkonversi
selulosa kayu dan kertas limbah menjadi etanol. Dengan hari ini, sebagian
besar enzim yang digunakan dalam sektor industri di Indonesia terutama
untuk industri pangan masih diimpor enzim. ekonomi, situasi ini adalah
kerugian, karena Indonesia adalah negara tropis yang kaya sumber daya alam,
khususnya mikroba sebagai produsen enzim, termasuk enzim α-amilase.
Berdasarkan kondisi ini, penting untuk mengembangkan teknik isolasi enzim
dan pemurnian dalam rangka untuk mendapatkan enzim yang pemurnian dan
karakterisasi α-amilase ekstraseluler enzim dari bakteri isolat lokal bacillus
subtilis ITBCCB148 65 dimiliki tidak hanya aktivitas tinggi tetapi juga kelas
tinggi enzim dimurnikan. Salah satu enzim banyak digunakan dalam sektor
industri adalah α-amilase enzim (α-1,4-glukan-4-glucanohydrolase, EC
3.2.1.1) yang mengkatalisis pemecahan α-D-(1,4)-glucosidic obligasi di
amylum, glikogen dan oligosakarida (Yandri, 2010).
Amylases adalah enzim-enzim yang menghidrolisis pati
molekul untuk memberikan produk yang beragam termasuk dekstrin,
dan polimer semakin kecil terdiri dari glukosa unit (Windish et al, 1965).
Keluarga α-amilase terdiri dari sekelompok enzim dengan berbagai berbeda
kekhususan bahwa semua bertindak pada satu jenis substrat yang residu
glukosa dihubungkan melalui, α-1-1, α-1-4, α-1-6, glikosidik obligasi.
Anggota keluarga ini berbagi angka sifat karakteristik umum (van der Maarel
et al, 2002). Amylases dapat dibagi menjadi dua kategori, endoamylases dan
exoamylases. Endoamylases mengkatalisis hidrolisis secara acak di bagian
dalam molekul pati memproduksi linier dan bercabang oligosakarida dari
berbagai panjang rantai. Exoamylases bertindak dari ujung non-mengurangi
berturut-turut mengakibatkan singkat produk akhir (Reddy, 2003).
2. Tinjauan Bahan
Komposisi kimia kedelai bervariasi tergantung pada varietas dan
kondisi pertumbuhannya. Melalui pemuliaan tanaman, sangat mungkin akan
diperoleh biji kedelai dengan kadar protein sekitar 40-45% dan kadar lemak
sekitar 18-20%. Umumnya untuk setiap 1% kenaikan kadar protein, akan
diikuti oleh penurunan sekitar 0,5% kaadar lemak (korelasi negatif)
(Winarno, 2004).
Pada umumnya perkecambahan taoge berlangsung selama lima hari,
aktivitas enzim α-amilase dapat ditentukan dengan mengukur hasil degradasi
pati yang biasanya diukur dengan penurunan kadar pati yang larut atau dari
kadar maltosa yang dihasilkan. Enzim α-amilase dapat memecah pati secara
acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, oleh karena itu disebut
endoamilase (Winarno, 1983 dalam Suarni, 2001).
Sutarman (1998) dalam Suarni (2001) menyatakan bahwa kuantitas
dan kualitas dipengaruhi oleh varietas kacang hijau yang digunakan. Mutu
taoge dapat dilihat dari panjang hipokotil, warna dan rasa. Untuk dikonsumsi
dalam bentuk segar, konsumen lebih memilih taoge yang berwarna putih,
hipokotil pendek dan rasa manis. Umur kecambah sangat berpengaruh pada
panjang hipokotil taoge. Taoge hanya tahan disimpan selama 12 jam pada
suhu ruang, setelah itu mulai layu ditandai dengan perubahan warna pada
akar menjadi kecoklatan.
Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena dalam
bentuk kecambah mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik
11,3 ppm. Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang sangat penting
terhadap kesehatan terutama balita. Senyawa fenolik dengan antioksidan
lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari
kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi
ekonomis dan agronomis dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan
lainnya. Ekstrak enzim α-amilase yang terkandung dalam kecambah kacang
hijau tersebut dapat dimanfaatkan pada modifikasi pati atau tepung-tepungan.
Sebaiknya pemanfaatan enzim tersebut dengan bahan sumbernya.
Berdasarkan pertimbangan lebih ekonomis, karena tidak perlu mengekstrak
enzimnya. Selain itu, kecambah kacang hijau pada hari ketiga mengandung
nutrisi tinggi terutama senyawaan antioksidan seperti tokoferol (pro vitamin
E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya
pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari
kerusakan oksidatif. Menggunakan enzim α-amilase dalam pengolahan bahan
pangan sangat menguntungkan, karena lebih aman dan adanya tambahan
nutrisi dari bahan tersebut. Misalnya pada bahan sumber karbohidrat yang
mengandung pati beramilosa tinggi dalam serealia (Suarni, 2007).
C. Metodologi
1. Alat
a. Kertas Filter Whatman
b. Mortar
c. Pengaduk
d. Gelas Ukur
e. Pipet
f. Propipet
g. Pisau
h. Piring
i. Stopwatch
j. Kompor
k. Panci
2. Bahan
a. Biji tolo dan kacang hijau direndam 12 jam
b. Biji tolo dan kacang hijau dikecambahkan 12 jam
c. Biji kacang hijau dikecambahkan 24 jam
d. Biji kering tolo dan kacang hijau
e. 50 ml larutan 0.1-0.5 M buffer asetat Ph 5.5 atau 0.1 M NaCl
f. Larutan pati 4% (DE:15-20)
g. Apel
h. Pisang
i. Asam Askorbat
j. Natrium Bisulfat
k. Larutan Gula
l. Air Panas
3. Cara Kerja
a. Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji
b. Uji Aktivitas Amilase secara kualitatif
c. Reaksi Pencoklatan Enzim
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1.1 Pengamatan Aktivitas Amilase Selama Perkecambahan Biji
Kacang
Sampel
Waktu
0’ 10’ 20’ 30’ 40’ 50’ 60’
Kacang tolo kecambah
12 jam 0,5 ml enzim
- + + + ++ +++ ++++
Kacang tolo kecambah
12 jam 1 ml enzim
- + + + ++ +++ ++++
Kacang hijau
kecambah 12 jam 0,5
ml enzim
- - - - - - -
Kacang hijau
kecambah 12 jam 1 ml
enzim
- + + ++ ++ ++ +++
Kacang tolo rendam
12 jam 0,5 ml enzim
- - + + + ++ +++
Kacang tolo rendam 12
jam 1 ml enzim
- - + + + ++ +++
Kacang hijau rendam
12 jam 0,5 ml enzim
- - - - - - -
Kacang hijau rendam
12 jam 1 ml enzim
- + + + + + ++
Sumber : Laporan Sementara
Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau
glikogen. Amilase dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu α-
amilase yang memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam
molekul sehingga disebut endoamilase, β-amilase yang menghidrolisis unit-
unit gula dari ujung molekul pati sehingga disebut ekomilase, dan
glukoamilase yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non-
pereduksi substrat pati.
Enzim amilase merupakan enzim yang sering digunakan dalam proses
pengolahan pangan. Biasanya digunakan untuk pembuatan pemanis/gula dari
bahan yang mengandung pati seperti singkong dll. Enzim amilase mampu
mengkatalisis reaksi hidrolisis pati menjadi gula-gula sederhana. Untuk
membuktikan bahwa enzim dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis pati, dapat
digunakan larutan Iod yang akan memberikan warna biru pada pati.
“Pati yang berikatan dengan Iodin (I2) akan menghasilkan warna biru.
Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan
oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral sehingga akan mengikat
molekul iodin dan terbentuklah warna biru” (Winarno, 1984). Tujuan
digunakannya iod adalah untuk melihat tingkat kecepatan hidrolisis pati. Saat
masih dalam bentuk pati, adanya Iod akan menimbulkan warna biru tetapi saat
pati sudah terhidrolisis maka warna biru memudar dan memunculkan warna
asli Iod yaitu kecoklatan. Hal ini karena warna biru hanya dihasilkan saat Iod
masuk ke dalam struktur polisakarida namun ketika polisakarida sudah
terhidrolisis maka warna biru tidak akan muncul. Aktivitas enzim dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain suhu, pH, konsentrat subtrat dan lain-lain.
Enzim akan rusak atau kehilangan aktivitasnya jika pada suhu yang panas,
asam kuat, basa kuat, pelarut logam berat, atau sesuatu yang dapat terjadinya
denaturasi protein.
Pada percobaan yang telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui
aktivitas enzim amilase selama perkecambahan biji. Dari percobaan
digunakan larutan pati 4% sebagai subtrat dan kemudian diambil masing-
masing sampel sebanyak 0,5 ml yang berfungsi sebagai enzim dan
ditambahkan larutan pati tersebut tadi masing-masing 1 ml. Kemudian
ditambah larutan JKJ 1,0% sehingga larutan berwarna biru dan kemudian
diinkubasi pada suhu kamar dan setiap 10 menit diamati perubahan warnanya
selama 60 menit, dalam hal ini suhu ruang merupakan faktor yang
mempengaruhi terhadap kerja enzim, sehingga dapat diketahui seberapa besar
perbedaan pengaruh enzim pada setiap selang waktu.
Berdasarkan hasil analisa pada kacang tolo untuk biji yang
dikecambahkan selama 12 jam ditambah 1 ml enzim, sebelum diinkubasi
(menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna. Tampak adanya
perubahan warna menjadi lebih terang pada menit ke 10, 20 dan seterusnya
hasil yang sama pada kacang tolo dikecambah selama 12 jam ditambah 0,5
ml enzim . Pada kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam 0,5 ml
enzim sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan
warna hingga pada menit ke-60. Pada kacang hijau yang dikecambah selama
12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan
warna sampai menit ke-10 baru tampak adanya perubahan warna. Pada menit
ke-20 mulai tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-30 terjadi
perubahan warna menjadi lebih jelas hingga menit ke-60.
Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada biji yang
telah direndam 12 jam ditambah 1 ml untuk sampel kacang tolo terjadi
perubahan warna biru mulai memudar dari menit ke 20 warna larutan stabil
sampai menit ke 40 . warna biru muda pada menit ke 50 dan pada menit ke 60
warna putih kebiruan. Begitu pula dengan kacang tolo yang di tambah 0,5 ml.
Pada sampel kacang hijau rendam diambah 1 ml enzim. Terjadi perubahan
warna pada menit ke 10 dari yang semulai biru pekat menjadi biru pudar.
Warna stabil hingga menit ke 50. Pada menit ke 60 warna laruan menjadi biru
muda. Sedangkan untuksampel kacang hijau rendam diambah 0.5 ml enzim
tidak terjadi perubahan warna hingga menit ke 60.
Tabel 4.1.2 Pengamatan Aktivitas Amilase Selama Perkecambahan Biji
Kacang
Sampel
Waktu
0’ 10’ 20’ 30’ 40’ 50’ 60’
Kacang tolo kering
0,5 ml
- - - + ++ +++ ++++
Kacang tolo kering
1 ml
- - - +++
Kacang hijau kering - ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++
0,5 ml
Kacang hijau kering
1 ml
- ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++
Kacang tolo
kecambah 24 jam
0,5 ml
- - - - - - -
Kacang tolo
kecambah 24 jam1
ml
- - - + + + +
Kacang hijau
kecambah 24 jam
0,5 ml
- + ++ ++ +++ +++ +++
Kacang hijau
kecambah 24 jam 1
ml
- ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++
Sumber : Laporan Sementara
Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan
mikroorganisme. Enzim amilase terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba.
Contoh tanaman yang menghasilkan enzim amilase adalah kacang hijau
terutama dalam bentuk kecambah. Enzim α-amilase sangat berperan dalam
industri pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada
kecambah kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu
awal perkecambahan oleh asam giberilik dimana asam giberilik adalah suatu
senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji
karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut.
Pada praktikum ini, enzim amilase didapatkan dari ekstrak kacang
tolo, dan kacang hijau. Masing-masing sampel tersebut diberi 4 perlakuan yaitu
dikecambahkan selama 12 jam, dikecambahkan selama 24 jam, direndam
selama 12 jam dan sampel kering. Masing-masing sampel yang telah diberi
perlakuan tersebut diambil sebanyak 5 gram dan kemudian dihancurkan dan
ditambahkan dengan larutan NaCl 0,1 N sebanyak 25 ml yang berfungsi untuk
mengeluarkan enzim yang terdapat pada kacang. Setelah itu sampel dibiarkan
selama 30 menit sambil diaduk dan kemudian disaring dengan kertas
Whatman. Ekstrak enzim yang telah didapatkan kemudian ditambahkan larutan
pati 1% sebagai substratnya. Digunakan larutan pati karena enzim amilosa
berfungsi menghidrolisis pati menjadi maltosa. Selanjutnya ditambahkan
larutan iodin yang berfungsi sebagai penanda terhidrolisisnya larutan pati. Jika
iod membentuk warna biru maka hal itu menandakan bahwa enzim
menghidrolisis pati menjadi gula sederhana. Naiola (2008) dalam jurnalnya
menyebutkan bahwa warna biru terbentuk akibat reaksi amilum dengan
iodium.
Tabel 4.2.1 Pengamatan Pengaruh Perlakuan yang Berbeda Terhadap Reaksi
Pencoklatan
Sampel
Waktu
(Menit)
Perlakuan
Kontrol
Na-
bisulfat
0,8%
Larutan
gula
5%
Asam
askorbat
0,5%
Blanching
30 detik
Blanching
3 menit
Kel. 8 Kel.9 Kel.10 Kel.11 Kel.12 Kel.13,14
Apel 0 - - - - - -
Apel 10 + - ++ + + -
Apel 20 + - ++ + + -
Apel 30 + - ++ + + -
Apel 40 + - ++ + + -
Apel 50 ++ - ++ ++ + -
Apel 60 ++ - +++ ++ + -
Pisang 0 - - - - - -
Pisang 10 - - - - - -
Pisang 20 - - - - - -
Pisang 30 - - - - - -
Pisang 40 - - - - - -
Pisang 50 - - - - - -
Pisang 60 - - - - - -
Sumber : Laporan Sementara
Salah satu senyawa yang terdapat buah-buahan adalah enzim yang
mempunyai fungsi spesifik dan berguna bagi metabolisme dalam buah
tersebut. Namun ada juga enzim yang memberikan kerugian terutama untuk
kepentingan konsumsi manusia. Salah satu kerugian yang sering ditemukan
pada beberapa buah yaitu reaksi pencoklatan. Reaksi ini umumnya
disebabkan oleh enzim polifenol oksidase (polifenolase). Kerja enzim
tersebut akan menghasilkan pewarnaan coklat atau warna gelap (kehitaman).
Selain itu, reaksi pencoklatan dapat memberikan pengaruh pada rasa dari
buah-buahan tersebut sehingga sangat mengganggu dalam proses pengolahan
pangan.
Dari hasil praktikum, terlihat bahwa secara umum pada sampel yang
digunakan terjadi reaksi pencoklatan. Perlakuan yang memberikan warna
coklat yang sangat jelas adalah tanpa perlakuan, diikuti perlakuan larutan
gula, kemudian perlakuan vitamin C (asam askorbat), kemudian perlakuan
blanching 30 detik dan perlakuan blanching 3 menit. Perlakuan yang
memberikan warna coklat yang tidak terlalu jelas adalah perlakuan larutan
NaHSO3.
Larutan gula dapat membatasi akses oksigen untuk mengadakan kontak
dengan jaringan yang terbuka. Sehingga dapat menghambat reaksi
pencoklatan enzimatis. Tetapi dalam waktu tertentu penghilangan oksigen
dari jaringan (sayur dan buah) dapat mengakibatkan metabolisme anaerobik
yang tidak normal (timbulnya senyawa alkoholik, asam, atau busuk) dan
rusaknya jaringan-jaringan (sayur dan buah) tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pencoklatan dilakukan dengan perendaman dalam larutan vitamin C (asam
askorbat) karena adanya penghambatan reaksi antara enzim fenolase, oksigen,
dan senyawa polifenol. Penurunan pH merupakan metode dasar untuk
mencegah pencoklatan enzimatis karena aktivitas polifenol oksidase berada
pada kisaran pH 4,0-7,0. Oleh karena itu pH dibawah 3,0 sangat efektif
menghambat aktivitas enzim fenolase tesebut. Perendaman dengan asam
askorbat (vitamin C) memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak begitu
mempengaruhi terhadap sifat flavor dan korosif logam serta akan menambah
keberadaan vitamin C pada bahan pangan tersebut.
Menurut beberapa sumber salah satu upaya untuk mencegah
pencoklatan buah akibat oksidasi enzim dapat digunakan antioksidan untuk
mencegah pencoklatan dan untuk melindungi buah-buahan dan sayuran.
Menurut Wisnu (2006) berdasarkan sumbernya antioksidan terdapat
antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid, vitamin
E, vitamin C dan beta-karoten. Menurut Murniramli (2008), vitamin C (asam
askorbat) akan menghambat enzim di dalam apel untuk bereaksi dengan
oksigen atau dengan kata lain kerja enzim dirusak oleh vitamin C. Asam sitrat
dalam hal ini fungsinya hampir menyerupai vitamin C dengan mekanisme
merusak enzim yang dapat menyebabkan pencoklatan. Selain itu penambahan
asam sitrat juga akan mempengaruhi tingkat pencoklatan apel fresh cut. Hal
tersebut setidaknya terlihat pada menit ke–0 dimana penambahan asam sitrat
0,5%, menunujukkan tingkat pencoklatan yang paling rendah (Handayani,
2009). Selain larutan di atas, juga ada larutan NaHSO3 atau Na-bisulfit
(larutan kapur) yang juga bertujuan memperlambat reaksi pencoklatan
enzimatis. Karena natrium bisulfit dapat menghambat reaksi pencoklatan
yang dikatalis enzim fenolase dan dapat memblokir reaksi pembentukan
senyawa 5 hidroksil metal furfural dari D-glukosa penyebab warna coklat.
Dari hasil pengamatan larutan Na-Bisulfit menunjukkan reaksi yang bagus
dimana warna lebih mendekati warna kontrol.
Proses blanching salah satunya bertujuan untuk menjaga mutu produk,
dengan cara menonaktifkan enzim alami yang terdapat pada bahan pangan.
Karena pada proses blanching terjadi proses pemanasan dimana enzim pada
suhu tinggi (suhu yang melebihi batas maksimum kerja enzim) akan rusak
pada proses tersebut. Enzim tersebut di nonaktifkan karena dapat
mengganggu kualitas pangan saat dilakukan proses pengolahan selanjutnya.
Contohnya ialah enzim polifenolase yang menimbulkan pencoklatan pada
bahan pangan buah-buahan.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses pencoklatan secara
enzimatik yang dapat terjadi pada buah. Untuk sampel digunakan dua jenis
buah yaitu apel dan pisang. Apel dan pisang mula-mula dipotong menjadi 10
bagian dan diberikan 6 perlakuan yang sama. Perlakuan yang pertama yaitu
dibiarkan pada suhu kamar, setelah dibiarkan selama 75 menit warna pisang
yang awalnya kuning berubah menjadi coklat dan pada apel yang warna
awalnya putih berubah menjadi coklat. Perlakuan ke dua dengan mencelupkan
sampel ke dalam larutan Na.bisulfit 0,8% selama 30 detik, warna pisang
menjadi tampak cerah dan tidak ada warna coklatnya sedangkan apel berwarna
putih. Pada perlakuan ke tiga yaitu dicelupkan ke dalam larutan gula 5%.,
warna pisang menjadi coklat dan sama halnya dengan apel. Larutan gula
mampu memberi stabilitas mikroorganisme pda suatu produk makanan jika
diberikan pada konsetrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut), sehingga
gula dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pencegahan reaksi
pencoklatan enzimatis. Pada perlakuan ke empat dengan pencelupan ke dalam
larutan asam askorbat 0,5% didapatkan warna pisang menjadi agak coklat dan
apel menjadi agak kecoklatan juga. Untuk perlakuan ke lima, sampel
diblancing selama 30 detik didapatkan warna pisang tetap kuning namun ada
garis-garis dan pada apel didapatkan warna putih dengan sedikit coklat di
bagian tengah. Perlakuan yang ke enam sampel di blancing selama 30 menit,
pisang tidak mengalami perubahan warna yang terlalu banyak hanya terdapat
garis-garis coklat dan warna apel menjadi putih pucat.
Tabel 4.2.2 Pengamatan Pengaruh Perlakuan yang Berbeda Terhadap Reaksi
Pencoklatan
Sampel Waktu Perlakuan
(Menit) Kontrol
Na-
bisulfat
0,8%
Larutan
gula
5%
Asam
askorbat
0,5%
Blanching
30 detik
Blanching
3 menit
Apel 0 - - - - + +
Apel 10 + - + - ++ ++
Apel 20 ++ - - - ++ +++
Apel 30 ++ - + + ++ +++
Apel 40 ++ - + + ++ +++
Apel 50 ++ - + + ++ +++
Apel 60 ++ - ++ + +++ +++
Pisang 0 - - - - - -
Pisang 10 - - - - - -
Pisang 20 - - - - - -
Pisang 30 - - - - - -
Pisang 40 - - - - - -
Pisang 50 - - + - - -
Pisang 60 - - - - - -
Sumber : Laporan Sementara
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses pencoklatan secara
enzimatik yang dapat terjadi pada buah. Untuk sampel digunakan dua jenis
buah yaitu apel dan pisang. Apel dan pisang mula-mula dipotong menjadi 10
bagian dan diberikan 6 perlakuan yang sama. Perlakuan yang pertama yaitu
dibiarkan pada suhu kamar, setelah dibiarkan selama 60 menit warna pisang
yang awalnya kuning dan pada apel yang warna awalnya putih berubah
menjadi coklat. Perlakuan ke dua dengan mencelupkan sampel ke dalam
larutan Na.bisulfit 0,8% selama 30 detik, warna pisang tidak ada coklat,
sampel apel tidak ada coklat. Pada perlakuan ke tiga yaitu dicelupkan ke
dalam larutan gula 5%., warna pisang tidak coklat, sedangkan apel sangat
coklat. Larutan gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pda suatu
produk makanan jika diberikan pada konsetrasi yang cukup (di atas 70%
padatan terlarut), sehingga gula dipakai sebagai salah satu kombinasi dari
teknik pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis. Pada perlakuan ke empat
dengan pencelupan ke dalam larutan asam askorbat 0,5% didapatkan warna
pisang menjadi tidak coklat dan apel menjadi coklat juga. Untuk perlakuan ke
lima, sampel diblancing selama 30 detik didapatkan warna pisang tetap
kuning, pada apel didapatkan warna putih dengan sedikit coklat di bagian
tengah. Perlakuan yang ke enam sampel di blancing selama 3 menit, pisang
tidak mengalami perubahan warna yang terlalu banyak dan warna apel
menjadi tidak coklat.
Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini seharusnya dapat
mencegah proses enzimtis yang terjadi pada buah. Namun, saat percobaan
ada beberapa perlakuan yang menghasilkan pencoklatan yang lebih
dibandingkan kontrolnya. Perlakuan yang paling efektif dilakukan untuk
menghambat reaksi pencoklatan enzimatis terhadap pisang dan apel adalah
perlakuan dengan perendaman sampel didalam larutan Na.Bisulfit 0,8%. Hal
ini dikarenakan larutan Na.Bisulfit bersifat antioksidan. Kanopa (2012)
menyatakan bahwa antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah
oksidasi. Senyawa fenolik juga merupakan senyawa yang dapat mencegah
oksidasi yang banyak terkandung dalam sayuran dan buah-buahan.
Penghambatan reaksi pencoklatan pada buah dilakukan dengan 5
macam perlakuan. Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam larutan Na.
Bisulfit 0,8%; larutan gula 5%; larutan As.askorbat selama 30 detik. Sampel
yang lainnya di blancing selama 30 detik dan 3 menit. Blancing yang
dilakukan yaitu perendaman bahan ke dalam air mendidih selama 30 detik
dan 3 menit. Blancing dapat menghambat proses pencoklatan enzimatis
karena suhu yang tinggi dapat membuat enzim mati karena suhu optimal
enzim yaitu sekitar 40o
C, sedangkan suhu air mendidih yaitu 100o
C. oleh
karena itu, enzim peliphenolase tidak dapat bekerja sehingga terjadi
pengahambatan proses pencoklatan enzimatis.Sisanya dibiarkan pada suhu
kamar. Setelah semua perlakuan itu sampel dibiarkan selama 60 menit.
Urutan hasil perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan
pada buah pisang dan apel yang dilakukan dalam praktikum adalah perlakuan
dengan larutan Na.bisulfit 0,8%; perlakuan dengan blancing selama 3 detik;
perlakuan dengan as. Askorbat; perlakuan dengan larutan gula 5%; perlakuan
dengan blancing 3 menit dan perlakuan yang paling tidak efektif dalam
dengan membiarkan sampel di suhu kamar.
Javdani (2013) mengatakan bahwa banyak senyawa dapat digunakan
untuk mengurangi polifenol oksidase (PPO) kecoklatan dalam makanan.
Salah satu senyawa yang paling banyak digunakan adalah asam askorbat,
karena sangat efektif dalam mengurangi kecoklatan, umumnya diakui sebagai
aman, murah dan konsumen yang ramah. Asam askorbat dapat mengurangi
O-quinones, diproduksi oleh katalis PPO oksidasi polifenol, kembali ke
dihydroxy polifenol dan telah banyak digunakan sebagai agen antibrowning
untuk pemrosesan buah-buahan dan sayuran. Namun, efek asam askorbat
sementara, karena setelah itu ditambahkan, itu benar-benar dioksidasi dan O-
quinones dapat menumpuk, yang menyebabkan untuk kecoklatan
pembentukan pigmen.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum Acara 4 “Isolasi Enzim
Amilase dari Kecambah Biji” adalah:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim antar lain inhibitor,
kofaktor, apoenzim, haloenzim dan kandungan karbohidrat dalam bahan
pangan itu sendiri.
2. Urutan aktivitas enzim amilase pada kacang dari yang paling tinggi hingga
rendah berdasarkan praktikum dari yang paling tinggi yaitu kacang hijau,
kacang tolo.
3. Pencoklatan terjadi akibat enzim yang berada pada buah menimbulkan
oksidasi dan menyebabkan sampel yang tidak berwarna menjadi berwarna
coklat.
4. Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
proses pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik.
5. Perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan adalah
dengan perendaman dalam larutan Na.Bisulfit 0,8%.

More Related Content

What's hot

Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan birAktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan birسوجي النحلة
 
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar BioetanolPemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar BioetanolFransisca Niastiwa
 
tugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanoltugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanolAila Yumeko
 
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_kAktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_kHellna Tehubijuluw
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4Titin Indrawati
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2Titin Indrawati
 
Pengamatan browning
Pengamatan browningPengamatan browning
Pengamatan browningIndex San
 
Produksi Enzim Selulase
Produksi Enzim SelulaseProduksi Enzim Selulase
Produksi Enzim SelulaseAntony Weng
 

What's hot (18)

Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan birAktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
 
9. 082013 57-62
9. 082013 57-629. 082013 57-62
9. 082013 57-62
 
Percobaan 4
Percobaan 4Percobaan 4
Percobaan 4
 
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar BioetanolPemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
Pemanfaatan Nira Aren sebagai Bahan Bakar Bioetanol
 
Percobaan iv budi
Percobaan iv budiPercobaan iv budi
Percobaan iv budi
 
Alkohol. second
Alkohol. secondAlkohol. second
Alkohol. second
 
Laporan isolasi bromelin
Laporan isolasi bromelinLaporan isolasi bromelin
Laporan isolasi bromelin
 
tugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanoltugas resume jurnal etanol
tugas resume jurnal etanol
 
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_kAktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_k
 
Percobaan 3
Percobaan 3Percobaan 3
Percobaan 3
 
Review jurnal kpli
Review jurnal kpliReview jurnal kpli
Review jurnal kpli
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
 
Farmentasi kimia
Farmentasi   kimiaFarmentasi   kimia
Farmentasi kimia
 
Makalah etanol
Makalah etanol Makalah etanol
Makalah etanol
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
 
Pengamatan browning
Pengamatan browningPengamatan browning
Pengamatan browning
 
Enzim biopros
Enzim bioprosEnzim biopros
Enzim biopros
 
Produksi Enzim Selulase
Produksi Enzim SelulaseProduksi Enzim Selulase
Produksi Enzim Selulase
 

Similar to Acara 4 amilase

Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awriAktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awriawarisusanti
 
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari patiAktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari patiawarisusanti
 
Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...
Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...
Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...Agus Supriyanto
 
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)
Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)
Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)Fathmasari
 
Laporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhanLaporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhanYeni Kurnia
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
ppt Industri Enzim Mikroba.pptx
ppt Industri Enzim Mikroba.pptxppt Industri Enzim Mikroba.pptx
ppt Industri Enzim Mikroba.pptxIrmaYanty3
 

Similar to Acara 4 amilase (20)

Makalah amilosa
Makalah amilosaMakalah amilosa
Makalah amilosa
 
Makalah amilosa
Makalah amilosaMakalah amilosa
Makalah amilosa
 
Makalah amilosa
Makalah amilosaMakalah amilosa
Makalah amilosa
 
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awriAktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari patiAktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
 
5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan
 
Enzim i
Enzim iEnzim i
Enzim i
 
Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...
Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...
Karakterisasi Glukomanan dari Tanaman Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) ...
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
 
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
 
Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)
Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)
Biokimia Pangan (Beras, Jagung dan Sagu)
 
Per 1
Per 1Per 1
Per 1
 
Laporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhanLaporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhan
 
Makalah amilosa 2
Makalah amilosa 2Makalah amilosa 2
Makalah amilosa 2
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
ppt Industri Enzim Mikroba.pptx
ppt Industri Enzim Mikroba.pptxppt Industri Enzim Mikroba.pptx
ppt Industri Enzim Mikroba.pptx
 
Proposal Derivat
Proposal DerivatProposal Derivat
Proposal Derivat
 

Acara 4 amilase

  • 1. BAB IV ISOLASI ENZIM AMILASE DARI KECAMBAH BIJI DAN REAKSI PENCOKLATAN ENZIMATIS A. Tujuan Tujuan dari praktikum Acara IV “Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji dan Reaksi Pencoklatan Enzimatis” ini adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas enzim amilase selama perkecambahan biji. 2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang berbeda terhadap reaksi pencoklatan enzimatik pada permukaan potongan buah. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Teori Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan, enzim amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase terdapat pada tepung dan biji yang berkecambah (Gaman, 1992 Suarni dkk, 2001). Enzim amilase terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba. Kacang hijau dalam bentuk kecambah mengandung enzim α-amilase (Winarno, 1983 dalam Suarni dkk, 2001). Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme. Salah satu enzim pemecah pati adalah enzim α-amilase (α- 1,4-glukan-glukanodidrolase; EC.3.2.1.1.), enzim ini sangat berperan dalam industri pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut (Suarni dkk, 2007). Aktivitas α-amilase ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati, biasanya dari penurunan kadar pati yang larut atau dari kadar amilosa bereaksi dengan iodium akan berwarna coklat. Selain itu keaktivan α-amilase dapat dinyatakan dengan cara pengukuran viskositas dan jumlah pereduksi yang terbentuk. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau
  • 2. glukogen. Senyawa ini banyak terdapat pada tanaman dan hewan. Amilase dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu: (1) α-amilase yang memeecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, sehingga disebut Endoamilase, (2) β-amilase yang menghidrolisis unit-unit gula dari ujung molekul pati, sehingga disebut Ekomilase, (3) Glukoamilase yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non-prreduksi substrat pati (Winarno, 1995 dalam Risnoyatiningsih, 2011). Amilase adalah enzim yang Endopeptidase Pati molekul memberikan beragam produk termasuk dextrins dan polimer kecil yang terdiri dari unit glukosa (Windish dan Mhatre, 1965 dalam Irfan, 2011). Enzim yang sangat penting dalam bioteknologi kini dengan aplikasi mulai dari makanan, fermentasi dan tekstil untuk industri kertas (Pandey et al, 2000 dalam Irfan, 2011). Di antara berbagai enzim ekstraseluler, a-amilase peringkat pertama dalam hal eksploitasi komersial (Babu dan Satyanarayana, 1993 dalam Irfan, 2011). Keuntungan utama menggunakan mikroorganisme untuk produksi amylases dalam kapasitas produksi ekonomis curah dan mikroba juga mudah untuk memanipulasi untuk mendapatkan enzim karakteristik yang diinginkan (Lonsane dan Ramesh 1990 dalam Irfan dkk, 2011). Enzim yang digunakan untuk merombak protein adalah enzim protease, perombakan lemak adalah enzim lipase dan pati memerlukan enzim amilase. Enzim-enzim tersebut secara bersamaan dihasilkan tumbuhan selama proses perkecambahan (Bahri, 2012). Suarni dkk (2006) berhasil melakukan modifikasi pati jagung menggunakan enzim α-amilase dari kecambah kacang hijau, tanpa memisahkan enzim amilase dari kecambah (tidak dilakukan ekstraksi enzim α-amilase). Potensi kecambah kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase juga dilaporkan oleh Suarni dan Patong (2007). Hal yang sama juga dilakukan oleh Jamilatun dkk (2004) yang menggunakan kecambah jagung dalam hidrolisis pati biji nangka untuk produksi glukosa. Darmajana dkk (2008) menggunakan enzim α-amilase komersial dalam pembuatan tepung pisang instan. Selain berasal dari kecambah biji-bijian, enzim amilase yang berasal dari tanaman juga telah digunakan dalam proses
  • 3. hidrolisis pati. Rinawati dkk (2009) melakukan isolasi enzim amilase dari temulawak dan menggunakannya dalam produksi gula glukosa dari pati (Bahri dkk, 2012). Enzim α-amilase mengkatalisis hidrolisis ikatan 1,4 pati menghasilkan maltodekstrin linear pendek. Enzim ini digunakan secara luas dalam industri makanan dan deterjen. Penggunaan amilase dari bakteri halofil dapat memberikan keuntungan karena memiliki aktivitas optimum di kadar garam tinggi (Ventosa & Nieto 1995). Baru sedikit informasi yang ada mengenai amilase dari bakteri halofil. Acinetobacter sp. (Onishi & Hidaka 1978), Nesterenkonia halobia (Onishi & Sonoda 1979), Micrococcus varians sub sp. Halophilus (Kobayashi et al. 1986), dan isolat Micrococcus sp. (Onishi 1972, Khire 1994) dilaporkan memiliki aktivitas amilolitik, tetapi tidak tersedia informasi mengenai karakteristik molekulernya. Satu-satunya bakteri halofil yang telah dikarakterisasi amilasenya secara molekuler ialah Halomonas meridiana. Hasil analisis protein dari gen penyandi amilasenya menunjukkan homologi yang cukup tinggi dengan amilase dari bakteri lain, streptomycetes, serangga, dan mamalia (Pangastuti, 2002). Penggunaan enzim dalam sektor industri meningkat akibat peningkatan industri, terutama di industri makanan, minuman, tekstil, kulit dan kertas. Selain menggunakan di industri, juga dapat digunakan dalam pengolahan limbah industri, seperti selulase yang dapat mengkonversi selulosa kayu dan kertas limbah menjadi etanol. Dengan hari ini, sebagian besar enzim yang digunakan dalam sektor industri di Indonesia terutama untuk industri pangan masih diimpor enzim. ekonomi, situasi ini adalah kerugian, karena Indonesia adalah negara tropis yang kaya sumber daya alam, khususnya mikroba sebagai produsen enzim, termasuk enzim α-amilase. Berdasarkan kondisi ini, penting untuk mengembangkan teknik isolasi enzim dan pemurnian dalam rangka untuk mendapatkan enzim yang pemurnian dan karakterisasi α-amilase ekstraseluler enzim dari bakteri isolat lokal bacillus subtilis ITBCCB148 65 dimiliki tidak hanya aktivitas tinggi tetapi juga kelas
  • 4. tinggi enzim dimurnikan. Salah satu enzim banyak digunakan dalam sektor industri adalah α-amilase enzim (α-1,4-glukan-4-glucanohydrolase, EC 3.2.1.1) yang mengkatalisis pemecahan α-D-(1,4)-glucosidic obligasi di amylum, glikogen dan oligosakarida (Yandri, 2010). Amylases adalah enzim-enzim yang menghidrolisis pati molekul untuk memberikan produk yang beragam termasuk dekstrin, dan polimer semakin kecil terdiri dari glukosa unit (Windish et al, 1965). Keluarga α-amilase terdiri dari sekelompok enzim dengan berbagai berbeda kekhususan bahwa semua bertindak pada satu jenis substrat yang residu glukosa dihubungkan melalui, α-1-1, α-1-4, α-1-6, glikosidik obligasi. Anggota keluarga ini berbagi angka sifat karakteristik umum (van der Maarel et al, 2002). Amylases dapat dibagi menjadi dua kategori, endoamylases dan exoamylases. Endoamylases mengkatalisis hidrolisis secara acak di bagian dalam molekul pati memproduksi linier dan bercabang oligosakarida dari berbagai panjang rantai. Exoamylases bertindak dari ujung non-mengurangi berturut-turut mengakibatkan singkat produk akhir (Reddy, 2003). 2. Tinjauan Bahan Komposisi kimia kedelai bervariasi tergantung pada varietas dan kondisi pertumbuhannya. Melalui pemuliaan tanaman, sangat mungkin akan diperoleh biji kedelai dengan kadar protein sekitar 40-45% dan kadar lemak sekitar 18-20%. Umumnya untuk setiap 1% kenaikan kadar protein, akan diikuti oleh penurunan sekitar 0,5% kaadar lemak (korelasi negatif) (Winarno, 2004). Pada umumnya perkecambahan taoge berlangsung selama lima hari, aktivitas enzim α-amilase dapat ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati yang biasanya diukur dengan penurunan kadar pati yang larut atau dari kadar maltosa yang dihasilkan. Enzim α-amilase dapat memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, oleh karena itu disebut endoamilase (Winarno, 1983 dalam Suarni, 2001).
  • 5. Sutarman (1998) dalam Suarni (2001) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas dipengaruhi oleh varietas kacang hijau yang digunakan. Mutu taoge dapat dilihat dari panjang hipokotil, warna dan rasa. Untuk dikonsumsi dalam bentuk segar, konsumen lebih memilih taoge yang berwarna putih, hipokotil pendek dan rasa manis. Umur kecambah sangat berpengaruh pada panjang hipokotil taoge. Taoge hanya tahan disimpan selama 12 jam pada suhu ruang, setelah itu mulai layu ditandai dengan perubahan warna pada akar menjadi kecoklatan. Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena dalam bentuk kecambah mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang sangat penting terhadap kesehatan terutama balita. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi ekonomis dan agronomis dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya. Ekstrak enzim α-amilase yang terkandung dalam kecambah kacang hijau tersebut dapat dimanfaatkan pada modifikasi pati atau tepung-tepungan. Sebaiknya pemanfaatan enzim tersebut dengan bahan sumbernya. Berdasarkan pertimbangan lebih ekonomis, karena tidak perlu mengekstrak enzimnya. Selain itu, kecambah kacang hijau pada hari ketiga mengandung nutrisi tinggi terutama senyawaan antioksidan seperti tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Menggunakan enzim α-amilase dalam pengolahan bahan pangan sangat menguntungkan, karena lebih aman dan adanya tambahan nutrisi dari bahan tersebut. Misalnya pada bahan sumber karbohidrat yang mengandung pati beramilosa tinggi dalam serealia (Suarni, 2007).
  • 6. C. Metodologi 1. Alat a. Kertas Filter Whatman b. Mortar c. Pengaduk d. Gelas Ukur e. Pipet f. Propipet g. Pisau h. Piring i. Stopwatch j. Kompor k. Panci 2. Bahan a. Biji tolo dan kacang hijau direndam 12 jam b. Biji tolo dan kacang hijau dikecambahkan 12 jam c. Biji kacang hijau dikecambahkan 24 jam d. Biji kering tolo dan kacang hijau e. 50 ml larutan 0.1-0.5 M buffer asetat Ph 5.5 atau 0.1 M NaCl f. Larutan pati 4% (DE:15-20) g. Apel h. Pisang i. Asam Askorbat j. Natrium Bisulfat k. Larutan Gula l. Air Panas
  • 7. 3. Cara Kerja a. Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji
  • 8. b. Uji Aktivitas Amilase secara kualitatif
  • 10. D. Hasil dan Pembahasan Tabel 4.1.1 Pengamatan Aktivitas Amilase Selama Perkecambahan Biji Kacang Sampel Waktu 0’ 10’ 20’ 30’ 40’ 50’ 60’ Kacang tolo kecambah 12 jam 0,5 ml enzim - + + + ++ +++ ++++ Kacang tolo kecambah 12 jam 1 ml enzim - + + + ++ +++ ++++ Kacang hijau kecambah 12 jam 0,5 ml enzim - - - - - - - Kacang hijau kecambah 12 jam 1 ml enzim - + + ++ ++ ++ +++ Kacang tolo rendam 12 jam 0,5 ml enzim - - + + + ++ +++ Kacang tolo rendam 12 jam 1 ml enzim - - + + + ++ +++ Kacang hijau rendam 12 jam 0,5 ml enzim - - - - - - - Kacang hijau rendam 12 jam 1 ml enzim - + + + + + ++ Sumber : Laporan Sementara Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau glikogen. Amilase dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu α- amilase yang memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul sehingga disebut endoamilase, β-amilase yang menghidrolisis unit- unit gula dari ujung molekul pati sehingga disebut ekomilase, dan glukoamilase yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non- pereduksi substrat pati.
  • 11. Enzim amilase merupakan enzim yang sering digunakan dalam proses pengolahan pangan. Biasanya digunakan untuk pembuatan pemanis/gula dari bahan yang mengandung pati seperti singkong dll. Enzim amilase mampu mengkatalisis reaksi hidrolisis pati menjadi gula-gula sederhana. Untuk membuktikan bahwa enzim dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis pati, dapat digunakan larutan Iod yang akan memberikan warna biru pada pati. “Pati yang berikatan dengan Iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru” (Winarno, 1984). Tujuan digunakannya iod adalah untuk melihat tingkat kecepatan hidrolisis pati. Saat masih dalam bentuk pati, adanya Iod akan menimbulkan warna biru tetapi saat pati sudah terhidrolisis maka warna biru memudar dan memunculkan warna asli Iod yaitu kecoklatan. Hal ini karena warna biru hanya dihasilkan saat Iod masuk ke dalam struktur polisakarida namun ketika polisakarida sudah terhidrolisis maka warna biru tidak akan muncul. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, pH, konsentrat subtrat dan lain-lain. Enzim akan rusak atau kehilangan aktivitasnya jika pada suhu yang panas, asam kuat, basa kuat, pelarut logam berat, atau sesuatu yang dapat terjadinya denaturasi protein. Pada percobaan yang telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim amilase selama perkecambahan biji. Dari percobaan digunakan larutan pati 4% sebagai subtrat dan kemudian diambil masing- masing sampel sebanyak 0,5 ml yang berfungsi sebagai enzim dan ditambahkan larutan pati tersebut tadi masing-masing 1 ml. Kemudian ditambah larutan JKJ 1,0% sehingga larutan berwarna biru dan kemudian diinkubasi pada suhu kamar dan setiap 10 menit diamati perubahan warnanya selama 60 menit, dalam hal ini suhu ruang merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap kerja enzim, sehingga dapat diketahui seberapa besar perbedaan pengaruh enzim pada setiap selang waktu.
  • 12. Berdasarkan hasil analisa pada kacang tolo untuk biji yang dikecambahkan selama 12 jam ditambah 1 ml enzim, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna. Tampak adanya perubahan warna menjadi lebih terang pada menit ke 10, 20 dan seterusnya hasil yang sama pada kacang tolo dikecambah selama 12 jam ditambah 0,5 ml enzim . Pada kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam 0,5 ml enzim sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna hingga pada menit ke-60. Pada kacang hijau yang dikecambah selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna sampai menit ke-10 baru tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-20 mulai tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-30 terjadi perubahan warna menjadi lebih jelas hingga menit ke-60. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada biji yang telah direndam 12 jam ditambah 1 ml untuk sampel kacang tolo terjadi perubahan warna biru mulai memudar dari menit ke 20 warna larutan stabil sampai menit ke 40 . warna biru muda pada menit ke 50 dan pada menit ke 60 warna putih kebiruan. Begitu pula dengan kacang tolo yang di tambah 0,5 ml. Pada sampel kacang hijau rendam diambah 1 ml enzim. Terjadi perubahan warna pada menit ke 10 dari yang semulai biru pekat menjadi biru pudar. Warna stabil hingga menit ke 50. Pada menit ke 60 warna laruan menjadi biru muda. Sedangkan untuksampel kacang hijau rendam diambah 0.5 ml enzim tidak terjadi perubahan warna hingga menit ke 60. Tabel 4.1.2 Pengamatan Aktivitas Amilase Selama Perkecambahan Biji Kacang Sampel Waktu 0’ 10’ 20’ 30’ 40’ 50’ 60’ Kacang tolo kering 0,5 ml - - - + ++ +++ ++++ Kacang tolo kering 1 ml - - - +++ Kacang hijau kering - ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++
  • 13. 0,5 ml Kacang hijau kering 1 ml - ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++ Kacang tolo kecambah 24 jam 0,5 ml - - - - - - - Kacang tolo kecambah 24 jam1 ml - - - + + + + Kacang hijau kecambah 24 jam 0,5 ml - + ++ ++ +++ +++ +++ Kacang hijau kecambah 24 jam 1 ml - ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++ Sumber : Laporan Sementara Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme. Enzim amilase terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba. Contoh tanaman yang menghasilkan enzim amilase adalah kacang hijau terutama dalam bentuk kecambah. Enzim α-amilase sangat berperan dalam industri pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik dimana asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut. Pada praktikum ini, enzim amilase didapatkan dari ekstrak kacang tolo, dan kacang hijau. Masing-masing sampel tersebut diberi 4 perlakuan yaitu dikecambahkan selama 12 jam, dikecambahkan selama 24 jam, direndam selama 12 jam dan sampel kering. Masing-masing sampel yang telah diberi perlakuan tersebut diambil sebanyak 5 gram dan kemudian dihancurkan dan ditambahkan dengan larutan NaCl 0,1 N sebanyak 25 ml yang berfungsi untuk mengeluarkan enzim yang terdapat pada kacang. Setelah itu sampel dibiarkan
  • 14. selama 30 menit sambil diaduk dan kemudian disaring dengan kertas Whatman. Ekstrak enzim yang telah didapatkan kemudian ditambahkan larutan pati 1% sebagai substratnya. Digunakan larutan pati karena enzim amilosa berfungsi menghidrolisis pati menjadi maltosa. Selanjutnya ditambahkan larutan iodin yang berfungsi sebagai penanda terhidrolisisnya larutan pati. Jika iod membentuk warna biru maka hal itu menandakan bahwa enzim menghidrolisis pati menjadi gula sederhana. Naiola (2008) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa warna biru terbentuk akibat reaksi amilum dengan iodium. Tabel 4.2.1 Pengamatan Pengaruh Perlakuan yang Berbeda Terhadap Reaksi Pencoklatan Sampel Waktu (Menit) Perlakuan Kontrol Na- bisulfat 0,8% Larutan gula 5% Asam askorbat 0,5% Blanching 30 detik Blanching 3 menit Kel. 8 Kel.9 Kel.10 Kel.11 Kel.12 Kel.13,14 Apel 0 - - - - - - Apel 10 + - ++ + + - Apel 20 + - ++ + + - Apel 30 + - ++ + + - Apel 40 + - ++ + + - Apel 50 ++ - ++ ++ + - Apel 60 ++ - +++ ++ + - Pisang 0 - - - - - - Pisang 10 - - - - - - Pisang 20 - - - - - - Pisang 30 - - - - - - Pisang 40 - - - - - -
  • 15. Pisang 50 - - - - - - Pisang 60 - - - - - - Sumber : Laporan Sementara Salah satu senyawa yang terdapat buah-buahan adalah enzim yang mempunyai fungsi spesifik dan berguna bagi metabolisme dalam buah tersebut. Namun ada juga enzim yang memberikan kerugian terutama untuk kepentingan konsumsi manusia. Salah satu kerugian yang sering ditemukan pada beberapa buah yaitu reaksi pencoklatan. Reaksi ini umumnya disebabkan oleh enzim polifenol oksidase (polifenolase). Kerja enzim tersebut akan menghasilkan pewarnaan coklat atau warna gelap (kehitaman). Selain itu, reaksi pencoklatan dapat memberikan pengaruh pada rasa dari buah-buahan tersebut sehingga sangat mengganggu dalam proses pengolahan pangan. Dari hasil praktikum, terlihat bahwa secara umum pada sampel yang digunakan terjadi reaksi pencoklatan. Perlakuan yang memberikan warna coklat yang sangat jelas adalah tanpa perlakuan, diikuti perlakuan larutan gula, kemudian perlakuan vitamin C (asam askorbat), kemudian perlakuan blanching 30 detik dan perlakuan blanching 3 menit. Perlakuan yang memberikan warna coklat yang tidak terlalu jelas adalah perlakuan larutan NaHSO3. Larutan gula dapat membatasi akses oksigen untuk mengadakan kontak dengan jaringan yang terbuka. Sehingga dapat menghambat reaksi pencoklatan enzimatis. Tetapi dalam waktu tertentu penghilangan oksigen dari jaringan (sayur dan buah) dapat mengakibatkan metabolisme anaerobik yang tidak normal (timbulnya senyawa alkoholik, asam, atau busuk) dan rusaknya jaringan-jaringan (sayur dan buah) tersebut. Hal yang sama juga dilakukan untuk mengurangi terjadinya pencoklatan dilakukan dengan perendaman dalam larutan vitamin C (asam askorbat) karena adanya penghambatan reaksi antara enzim fenolase, oksigen,
  • 16. dan senyawa polifenol. Penurunan pH merupakan metode dasar untuk mencegah pencoklatan enzimatis karena aktivitas polifenol oksidase berada pada kisaran pH 4,0-7,0. Oleh karena itu pH dibawah 3,0 sangat efektif menghambat aktivitas enzim fenolase tesebut. Perendaman dengan asam askorbat (vitamin C) memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak begitu mempengaruhi terhadap sifat flavor dan korosif logam serta akan menambah keberadaan vitamin C pada bahan pangan tersebut. Menurut beberapa sumber salah satu upaya untuk mencegah pencoklatan buah akibat oksidasi enzim dapat digunakan antioksidan untuk mencegah pencoklatan dan untuk melindungi buah-buahan dan sayuran. Menurut Wisnu (2006) berdasarkan sumbernya antioksidan terdapat antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Menurut Murniramli (2008), vitamin C (asam askorbat) akan menghambat enzim di dalam apel untuk bereaksi dengan oksigen atau dengan kata lain kerja enzim dirusak oleh vitamin C. Asam sitrat dalam hal ini fungsinya hampir menyerupai vitamin C dengan mekanisme merusak enzim yang dapat menyebabkan pencoklatan. Selain itu penambahan asam sitrat juga akan mempengaruhi tingkat pencoklatan apel fresh cut. Hal tersebut setidaknya terlihat pada menit ke–0 dimana penambahan asam sitrat 0,5%, menunujukkan tingkat pencoklatan yang paling rendah (Handayani, 2009). Selain larutan di atas, juga ada larutan NaHSO3 atau Na-bisulfit (larutan kapur) yang juga bertujuan memperlambat reaksi pencoklatan enzimatis. Karena natrium bisulfit dapat menghambat reaksi pencoklatan yang dikatalis enzim fenolase dan dapat memblokir reaksi pembentukan senyawa 5 hidroksil metal furfural dari D-glukosa penyebab warna coklat. Dari hasil pengamatan larutan Na-Bisulfit menunjukkan reaksi yang bagus dimana warna lebih mendekati warna kontrol. Proses blanching salah satunya bertujuan untuk menjaga mutu produk, dengan cara menonaktifkan enzim alami yang terdapat pada bahan pangan. Karena pada proses blanching terjadi proses pemanasan dimana enzim pada
  • 17. suhu tinggi (suhu yang melebihi batas maksimum kerja enzim) akan rusak pada proses tersebut. Enzim tersebut di nonaktifkan karena dapat mengganggu kualitas pangan saat dilakukan proses pengolahan selanjutnya. Contohnya ialah enzim polifenolase yang menimbulkan pencoklatan pada bahan pangan buah-buahan. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses pencoklatan secara enzimatik yang dapat terjadi pada buah. Untuk sampel digunakan dua jenis buah yaitu apel dan pisang. Apel dan pisang mula-mula dipotong menjadi 10 bagian dan diberikan 6 perlakuan yang sama. Perlakuan yang pertama yaitu dibiarkan pada suhu kamar, setelah dibiarkan selama 75 menit warna pisang yang awalnya kuning berubah menjadi coklat dan pada apel yang warna awalnya putih berubah menjadi coklat. Perlakuan ke dua dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan Na.bisulfit 0,8% selama 30 detik, warna pisang menjadi tampak cerah dan tidak ada warna coklatnya sedangkan apel berwarna putih. Pada perlakuan ke tiga yaitu dicelupkan ke dalam larutan gula 5%., warna pisang menjadi coklat dan sama halnya dengan apel. Larutan gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pda suatu produk makanan jika diberikan pada konsetrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut), sehingga gula dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis. Pada perlakuan ke empat dengan pencelupan ke dalam larutan asam askorbat 0,5% didapatkan warna pisang menjadi agak coklat dan apel menjadi agak kecoklatan juga. Untuk perlakuan ke lima, sampel diblancing selama 30 detik didapatkan warna pisang tetap kuning namun ada garis-garis dan pada apel didapatkan warna putih dengan sedikit coklat di bagian tengah. Perlakuan yang ke enam sampel di blancing selama 30 menit, pisang tidak mengalami perubahan warna yang terlalu banyak hanya terdapat garis-garis coklat dan warna apel menjadi putih pucat. Tabel 4.2.2 Pengamatan Pengaruh Perlakuan yang Berbeda Terhadap Reaksi Pencoklatan Sampel Waktu Perlakuan
  • 18. (Menit) Kontrol Na- bisulfat 0,8% Larutan gula 5% Asam askorbat 0,5% Blanching 30 detik Blanching 3 menit Apel 0 - - - - + + Apel 10 + - + - ++ ++ Apel 20 ++ - - - ++ +++ Apel 30 ++ - + + ++ +++ Apel 40 ++ - + + ++ +++ Apel 50 ++ - + + ++ +++ Apel 60 ++ - ++ + +++ +++ Pisang 0 - - - - - - Pisang 10 - - - - - - Pisang 20 - - - - - - Pisang 30 - - - - - - Pisang 40 - - - - - - Pisang 50 - - + - - - Pisang 60 - - - - - - Sumber : Laporan Sementara Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses pencoklatan secara enzimatik yang dapat terjadi pada buah. Untuk sampel digunakan dua jenis buah yaitu apel dan pisang. Apel dan pisang mula-mula dipotong menjadi 10 bagian dan diberikan 6 perlakuan yang sama. Perlakuan yang pertama yaitu dibiarkan pada suhu kamar, setelah dibiarkan selama 60 menit warna pisang yang awalnya kuning dan pada apel yang warna awalnya putih berubah menjadi coklat. Perlakuan ke dua dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan Na.bisulfit 0,8% selama 30 detik, warna pisang tidak ada coklat, sampel apel tidak ada coklat. Pada perlakuan ke tiga yaitu dicelupkan ke
  • 19. dalam larutan gula 5%., warna pisang tidak coklat, sedangkan apel sangat coklat. Larutan gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pda suatu produk makanan jika diberikan pada konsetrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut), sehingga gula dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis. Pada perlakuan ke empat dengan pencelupan ke dalam larutan asam askorbat 0,5% didapatkan warna pisang menjadi tidak coklat dan apel menjadi coklat juga. Untuk perlakuan ke lima, sampel diblancing selama 30 detik didapatkan warna pisang tetap kuning, pada apel didapatkan warna putih dengan sedikit coklat di bagian tengah. Perlakuan yang ke enam sampel di blancing selama 3 menit, pisang tidak mengalami perubahan warna yang terlalu banyak dan warna apel menjadi tidak coklat. Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini seharusnya dapat mencegah proses enzimtis yang terjadi pada buah. Namun, saat percobaan ada beberapa perlakuan yang menghasilkan pencoklatan yang lebih dibandingkan kontrolnya. Perlakuan yang paling efektif dilakukan untuk menghambat reaksi pencoklatan enzimatis terhadap pisang dan apel adalah perlakuan dengan perendaman sampel didalam larutan Na.Bisulfit 0,8%. Hal ini dikarenakan larutan Na.Bisulfit bersifat antioksidan. Kanopa (2012) menyatakan bahwa antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah oksidasi. Senyawa fenolik juga merupakan senyawa yang dapat mencegah oksidasi yang banyak terkandung dalam sayuran dan buah-buahan. Penghambatan reaksi pencoklatan pada buah dilakukan dengan 5 macam perlakuan. Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam larutan Na. Bisulfit 0,8%; larutan gula 5%; larutan As.askorbat selama 30 detik. Sampel yang lainnya di blancing selama 30 detik dan 3 menit. Blancing yang dilakukan yaitu perendaman bahan ke dalam air mendidih selama 30 detik dan 3 menit. Blancing dapat menghambat proses pencoklatan enzimatis karena suhu yang tinggi dapat membuat enzim mati karena suhu optimal enzim yaitu sekitar 40o C, sedangkan suhu air mendidih yaitu 100o C. oleh karena itu, enzim peliphenolase tidak dapat bekerja sehingga terjadi
  • 20. pengahambatan proses pencoklatan enzimatis.Sisanya dibiarkan pada suhu kamar. Setelah semua perlakuan itu sampel dibiarkan selama 60 menit. Urutan hasil perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan pada buah pisang dan apel yang dilakukan dalam praktikum adalah perlakuan dengan larutan Na.bisulfit 0,8%; perlakuan dengan blancing selama 3 detik; perlakuan dengan as. Askorbat; perlakuan dengan larutan gula 5%; perlakuan dengan blancing 3 menit dan perlakuan yang paling tidak efektif dalam dengan membiarkan sampel di suhu kamar. Javdani (2013) mengatakan bahwa banyak senyawa dapat digunakan untuk mengurangi polifenol oksidase (PPO) kecoklatan dalam makanan. Salah satu senyawa yang paling banyak digunakan adalah asam askorbat, karena sangat efektif dalam mengurangi kecoklatan, umumnya diakui sebagai aman, murah dan konsumen yang ramah. Asam askorbat dapat mengurangi O-quinones, diproduksi oleh katalis PPO oksidasi polifenol, kembali ke dihydroxy polifenol dan telah banyak digunakan sebagai agen antibrowning untuk pemrosesan buah-buahan dan sayuran. Namun, efek asam askorbat sementara, karena setelah itu ditambahkan, itu benar-benar dioksidasi dan O- quinones dapat menumpuk, yang menyebabkan untuk kecoklatan pembentukan pigmen. A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari praktikum Acara 4 “Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji” adalah: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim antar lain inhibitor, kofaktor, apoenzim, haloenzim dan kandungan karbohidrat dalam bahan pangan itu sendiri. 2. Urutan aktivitas enzim amilase pada kacang dari yang paling tinggi hingga rendah berdasarkan praktikum dari yang paling tinggi yaitu kacang hijau, kacang tolo. 3. Pencoklatan terjadi akibat enzim yang berada pada buah menimbulkan oksidasi dan menyebabkan sampel yang tidak berwarna menjadi berwarna coklat.
  • 21. 4. Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik. 5. Perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan adalah dengan perendaman dalam larutan Na.Bisulfit 0,8%.