4. Sebab-Sebab Terjadinya Perang
Paderi
Pada awal abad ke-19, muncul kelompok
gerakan wahabi di Sumatra Barat yang
bertujuan memurnikan kehidupan Islam.
Kelompok pendukung gerakan ini dikenal
sebagai Kaum Paderi.
Gerakan Kaum Paderi mendapat tentangan
dari kelompok Kaum Adat.
5. Pemerintah kolonial Belanda berpihak pada
Kaum Adat. Pada tanggal 10 Februari 1821,
diadakan perjanjian antara Residen De Puy
dan Tuanku Suruaso ( pimpianan Kaum Adat ).
Berdasarkan perjanjian itu, Belanda
menduduki beberapa daerah di Sumatra
Barat. Peristiwa itu menandai dimulainya
Perang Paderi.
6. Tokoh-Tokoh Pemimpin Perang
1) Datuk Malim Basa ( Tuanku Imam Bonjol )
2) Tuanku nan Cerdik
3) Tuanku Tambusai
4) Tuanku nan Alahan
5) Datuk Bandoro
6) Tuanku Pasaman
7) Tuanku nan Renceh.
7. Perang Paderi (1821-1837)
Pada abad ke-19 islam berkembang pesat di
daerah minangkabau. Tokoh tokoh islam
berusaha menjalankan ajaran islam sesuai al-quran
dan hadits.
Gerakan mereka kemudian dinamakan
gerakan paderi. Gerakan ini bertujuan untuk
memperbaiki masyarakat minangkabau dan
mengembalikan mereka agar sesuai dengan
ajaran islam. Gerakan ini mendapat sambutan
baik dikalangan ulama, tetapi mendapat
pertentangan dari kaum adat.
8. Umum terjadi perang Paderi
adalah :
a) Pertentangan antara kaum padri dan kaum
adat.
b) Belanda membantu kaum adat.
9. Perang pertama antara kaum padre dan kaum
adat terjadi di kota lawas, kemudian meluas ke
kota lain. Pemimpin kaumpadri antara lain Dato’
Bandaro, Tuanku nak Cerdik, Tuanku nan
Renceh, Dato’malim Basa (imam bonjol).
Adapun kaum adat dipimpin oleh Dato’sati .
pada perang tersebut kaum adat terdesak,
kemudian meminta bantuan kepada belanda.
10. Tahap-Tahap Perang Paderi
a. Tahap Pertama (1821-1825)
Pada tahap ini, peperangan terjadi antara
kaum paderi dan kaum adat yang dibantu
oleh belanda. Menghadapi belanda yang
bersenjata lengkap,kaum padri menggunakan
siasat gerilya. Pedudukan Belanda makin sulit,
kemudian membujuk kaum paderi untuk
berdamai. Pada tanggal 15 November 1825 di
Padang diadakan perjanjian perdamaian dan
dan tentara belanda ditarik dari Sumatra dan
dipusatkan untuk menumpas perlawanan
Diponegoro di Jawa.
11. b. Tahap Kedua (1830-1837)
Setelah perang di Ponorogo selesai, Belanda
mulai melanggar perjanjian dan perang paderi
berkobar kembali. Pada perang ini,kaum paderi dan
kaum adat bersatu melawan Belanda.
Mula-mula kaum paderi mendapat banyak
kemenangan. Pada tahun 1834 Belanda
mengerahkan pasukan untuk menggempur pusat
pertahanan kaum paderi di Bonjol.
12. Pada tanggal 25 Oktober 1837, Tuanku Imam
Bonjol tertangkap, kemudian diasingkan di
Minahasa sampai wafatnya. Dengan
menyerahnya Imam Bonjol bukan berarti perang
selesai, perang tetap berlanjut walaupun tidak
lagi mengganggu usaha belanda untuk
menguasai Minangkabau.
13. Hasil Akhir Perang Paderi
Pada tahun 1834 Belanda dibawah pimpinan
Choicusdan Michaels berhasil menduduki basis
kekuatan kaum Padri di kota Bonjol. Imam Bonjol
sebagai pemimpin kaum Padri yang terakhir, hanya
dapat bertahan sampai tahun 1837.
Ketika Belanda mengajak berunding, ia ditipu
dan kemudian ditangkap. Selanjutnya, ia dibawa ke
Batavia dan kemudian ke Minahasa sampai
meninggal di Kampung Luta pada tahun 1864 pada
usia 92 tahun. Dengan berakhirnya perang Padri
pada tahun 1837, seluruh Sumetera Barat jatuh
ketangan Belanda.