SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai wilayah yang
sangat luas dimana sebagian besar penduduknya berorientasi pada bidang pertanian.
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dapat menimbulkan masalah dalam berbagai
bidang yang salah satunya di bidang pertanian. Adanya peningkatan akan kebutuhan
pangan serta kondisi wilayah pertanian yang semakin sempit akibat desakan dari
meluasnya pemukiman penduduk dan meluasnya daerah industri menuntut suatu usaha
dalam pengefektifan wilayah pertanian. Demi kelancaran pembangunan nasional dan
pembangunan masyarakat indonesia telah dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah
diantaranya diversifikasi dan intensifikasi pertanian.
Kondisi lahan di wilayah Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo Sulawesi
Selatan ini memiliki potensi besar bagi pengembangan pertanian perlu perhatian khusus
mengingat adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan masyarakat untuk pemilihan
lokasi pertanian yang baik.Melihat dari apa yang dipaparkan di atas maka penulis
termotivasi untuk melakukan interpretasi mengenai tentang pemetaan vegetasi dalam
kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah yang cocok untuk wilayah pertanian di
Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui pemanfaatan foto udara pankromatik berwarna dalam mendeteksi
kondisi tanah di Kecamatan Pammana.
2. Mengetahui wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian.
1.3 Manfaat
Dengan adanya laporan ini, maka diharapkan dapat memberikan tambahan bahan
bacaan bagi siapa saja yang ingin mengetahui / mempelajari tentang foto udara dalam
hubungannya dengan pendataan penyebaran wilayah pertanian di Kecamatan Pammana,
Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Foto Udara
Di dalam pengindraan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau
dipancarkan oleh objek di permukaan bumi. Rekaman tenaga tersebut setelah diproses
membuahkan data pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dapat berupa data digital
atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer. Data juga dapat
berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual dapat
dibedakan atas data citra dan data non citra. Data citra berupa gambaran yang mirip
wujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetrik. Data non citra pada
umumnya berupa garis atau grafik.
Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu berdasarkan atas : (1)
spektrum elektromagnetik, (2) sumbu kamera, (3) jenis kamera, (4) warna yang
digunakan, (5) sistem wahana pengindraannya.
Foto udara berisi rekaman rinci tentang kenampakan bumi pada saat pemotretan.
Foto udara digunakan untuk memdeteksi suatu objek atau tempat. Salah satu citra foto
udara yang digunakan yaitu foto pankromatik berwarna yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan seluruh spektrum tampak. Pemanfaatan foto udara pankromatik berwarna
antara lain :
1. Dalam bidang penggunaan lahan : kondisi tanaman, jenis pohon.
2. Dalam bidang ekologi : pencacahan hewan, perbedaan jenis kelamin.
3. Dalam bidang pertanian / kehutanan : jenis tanah, pemetaan vegetasi.
4. Dalam bidang geologi : pemetaan geologi, mendeteksi lokasi anomali
geobotani.
5. Dalam bidang hidrologi : garis batas daratan dan air, pemetaan daerah
banjir.
6. Dalam bidang oseanografi : penentuan garis pantai, pendugaan kedalaman
air.
7. Dalam bidang kekotaan : wujud bangunan, taman kota, lapangan olahraga.
2
2.2 Interpretasi Foto Udara
Perencanaan pemetaan wilayah pertanian memerlukan perolehan data yang
berkesinambungan untuk merumuskan program dan kebijaksanaan pemerintah. Program
dan kebijaksanaan pemerintah meliputi seluruh bidang baik sosial, ekonomi maupun
kebudayaan hingga pada permasalahan lingkungan dan perencanaan sumber daya alam.
Semakin kompleksnya peranan dalam perencanaan disertai semakin luasnya
kisaran aktivitas pembangunan mengakibatkan suatu peningkatan kebutuhan bagi
pemerintah untuk memiliki berbagai bentuk sumber daya yang lengkap yang menjamin
untuk kelangsungan di masa yang akan datang. Beberapa macam data yang diperlukan
dapat diperoleh dari iterpretasi foto udara. Penggunaan interpretasi foto udara ini meliputi
kisaran penaksiran penduduk, kajian kualitas perumahan, kajian lalu lintas dan tempat
parkir, kajian pemilihan lokasi / lahan pertanian, dan proses pemilihan situs dan arus
jalur.
Penaksiran jenis tanah dapat dilakukan melalui interpretasi foto udara secara tidak
langsung. Ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan foto udara berskala sedang
hingga berskala besar untuk memperkirakan tingkat kesuburan tanah pada daerah tersebut
sehingga dapat dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki tingkat kesuburan tanah
yang berbeda. Dari pendataan vegetasi ini dapat ditentukan wilayah yang cocok untuk
pertanian dengan tingkat kesuburan tanah.
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemilihan Lokasi dan Citra
Salah satu citra foto udara yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah dan
pemetaan vegetasi di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan yaitu foto
udara pankromatik berwarna.
Lokasi sasarannya yaitu di beberapa kelurahan / desa di Kecamatan Pammana
yaitu :
- Desa Tadangpalie - Desa Kampiri
- Kelurahan Pammana - Kelurahan Cina
Jelas terlihat dari peta bagian kelurahan yang memiliki kondisi tanah yang baik
dimana dapat ditaksir bahwa jenis tanah pertanian tersebut subur. Sasarannya ialah untuk
melihat perbedaan antara kelurahan yang produktif untuk pertanian dengan kelurahan
yang kurang produktif pertanian.
(Gb.1 Foto udara pankromatik berwarna / true color )
4
3.2 Tahap Persiapan
Dalam tahap ini telah dimulai pekerjaan dengan teknik pengindraan jauh.
Pekerjaan di dalam tahap ini meliputi : (1) menyiapkan data acuan, (2) menyiapkan data
pengindraan jauh, (3) Menyiapkan mosaik, (4) Orientasi medan.
1. Menyiapkan Data Acuan
Data acuan ialah data yang bukan berasal dari citra pengindraan jauh, akan tetapi
data itu diperlukan dalam interpretasi citra. Data itu dapat berupa monografi daerah,
laporan penelitian, makalah suatu majalah, buku, dan peta. Data acuan diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan interpretasi citra dan kecermatan hasilnya.
2. Menyiapkan Data Pengindraan Jauh
Data pengindraan jauh ialah data hasil perekaman objek dengan menggunakan
sensor buatan. Data pengindraan jauh dapat berupa citra foto, citra non foto, atau data
numerik. Dalam menyiapkan data pengindraan jauh harus disesuaikan terlebih dahulu
terhadap tujuan penelitian dan ketersediaan kemampuannya, termasuk aspek biaya,
waktu, kelengkapan instrumen, dan pelaksananya.
Bila dipilih data yang berupa citra, metode ananlisisya ialah analisis visual atau
analisis manual. Bagi data numerik, metode analisisnya ialah analisis digital dengan
menggunakan komputer. Bila dipilih data yang berupa citra, jenis dan skala citranya
disesuaikan dengan tujuan penelitiannya. Untuk penggunaan lahan misalnya, citra dipilih
dengan skala 1 : 250.000 utuk tingkat tinjau, 1 : 50.000 – 1 : 100.000 untuk tingkat
setengah rinci dan 1 : 25.000 atau lebih besar untuk tingkat rinci. Meskipun tidak sesuai
benar, tingkat tinjau sesuai bagi lingkup nasional, dan tingkat setengah rinci bagi lingkup
regional, dan tingkat rinci bagi lingkup lokal. Di samping pemilihan skala citra,
pemilihan jenis citra juga dilakukan sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Menyiapkan data pengidraan jauh yang dilakukan pada tahap ini berarti
menyiapkan ketersediaannya dan menyiapkannya hingga siap pakai. Untuk itu, maka data
pengindraan jauh harus diatur dan disimpan rapi dan dapat diambil, dikerjakan dan
disimpan kembali dengan mudah. Untuk maksud siap pakai maka ada 4 langkah yang
5
harus dilakukan : (1) pembuatan peta indeks, (2) penentuan orientasi, (3) perhitungan
skala, (4) penyusunan dalam simpanan.
Untuk tiap rangkaian foto udara, pada umumnya telah dilengkapi dengan peta
indeks. Peta indeks yaitu peta yang menunjukkan lokasi tiap jalur foto beserta nomornya.
Nomor jalur menunjukkan urutan jalur terbang, sedang pada tiap jalur terbang ada nomor
yang menunjukkan urutan pemotretannya.
Penentuan orientasi ialah penentuan arah mata angin. Pada umumnya
digambarkan arah utara pada tiap foto untuk memudahkan penyusunannya dan
interpretasinya. Penentuan arahnya dilakukan dengan bantuan peta atau dicocokkan
dengan arah di lapangan. Perhitungan skala citra perlu dilaksanakan sebelum dilakukan
interpretasi citra karena skala citra sering berlainan dengan skala yang direncanakan.
3. Menyiapkan Mosaik
Mosaik foto ialah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi satu
lembar foto. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh.
Penyusunannya dilakukan dengan memotong bagian yang bertampalan dan
menyambungnya dengan melekatkannya pada lembaran lainnya.
Mosaik dibedakan atas mosaik terkontrol, mosaik tak terkontrol, dan mosaik
setengah terkontrol. Mosaik terkontrol disusun dari foto udara yang telah mengalami
rektifikasi ( menghilangkan kesalahan oleh kemiringan sumbu kamera (tilt) ) dan ratioing
( menyeragamkan skala di seluruh bagian foto ). Mosaik terkontrol dapat diandalkan
untuk penyadapan data metrik seperti jarak dan luas. Mosaik tak terkontrol dibuat dari
foto udara tanpa penyesuaian skala dan ukuran lainnya. Berbeda dengan mosaik
terkontrol yang dalam penyusunannya digunakan titik kontrol di medan, mosaik tak
terkontrol dibuat tanpa titik kontrol. Mosaik setengah terkontrol merupakan gabungan
antara kedua mosaik yang telah dijelaskan.
4. Orientasi Medan
Pekerjaan ini dilakukan dengan membawa foto ke medan. Wujud yang tergambar
di foto dicocokkan dengan wujud sebenarnya di medan. Dengan demikian maka hasil
interpretasinya akan lebih handal kecermatannya. Orientasi medan perlu dilakukan
apabila tidak dapat diperoleh data acuan atau bila objek yang diinterpretasi sulit dikenali
pada foto.
6
3.3 Interpretasi Data
Data pengindraan jauh dapat berupa data numerik maupun data visual. Oleh
karena itu interpretasi datanya dilakukan secara digital bagi data numerik dan secara
manual bagi data visual. Interpretasi data pengindraan jauh dilakukan untuk mengubah
data numerik atau data visual menjadi informasi bagi keperluan tertentu. Analisis dalam
bidang tertentu kemudian dilakukan berdasarkan informasi yang berasal dari data
pengindraan jauh tersebut.
1. Interpretasi Secara digital
Bagian terkecil yang dapat digambarkan oleh sistem pengindraan jauh disebut
“pixel” yaitu kependekan dari “picture element”. Tiap pixel memiliki nilai spektral
tertentu.
Interpretasi data pengindraan jauh secara digital pada dasarnya berupa klasifkasi
pixel berdasarkan nilai spektral. Klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan berbagai
cara statistik. Pengenalan objek dengan cara digital pada dasarnya dilakukan dengan dua
cara. Bila klasifikasi nilai pixel didasarkan atas daerah contoh yang diketahui jenis objek
dan nilai spektralnya, klasifikasi ini disebut klasifikasi teracu ( supervised classification ).
Daerah contoh ditetapkan sebelum dilakukan klasifikasi pixel. Bila klasifikasinya
dilakukan tanpa daerah contoh yang diketahui jenis objek dan nilai spektralnya,
klasifikasinya disebut klasifikasi tak teracu ( unsupervised classification ).
2. Interpretasi Secara Visual
Ada bebrapa pendapat tentang interpretasi citra atau interpretasi data pengindraan
jauh secara visual, diantaranya yaitu menurut Vink (1965), Roscoe (1960), Umali(1983),
Estes Et Al dan Sutanto (1986).
Meurut Vink, interpretasi citra dilakukan melalui 6 tahap : deteksi, pengenalan
dan identifikasi, analisis, deduksi, klasifikasi, dan idealisasi. Sedang menurut Sutanto,
dalam interpretasi citra ada 5 hal : persiapan, interpretasi citra, pengujian medan,
interpretasi ulang, dan penyelesaian (laporan dan peta akhir)
3. Uji Medan
7
Pengenalan objek melalui citra dengan mudah adalah : jalan, air, perumahan, dan
sebagainya. Sedang pengenalan yang sulit : jenis tanah, litologi dan sebagainya. Peta
sementara digunakan di medan / lapangan untuk melakukan uji kebenaran hasil
interpretasi. Jika ada informasi atau keterangan lain yang tidak tercakup dalam
interpretasi, maka perlu ditambahkan atau diperbaiki jika ada kesalahan interpretasi.
Bahkan melakukan pencatatan hasil pengukuran jika data tersebut diperlukan.
4. Interpretasi Ulang
Tahap interpretasi ulang dilakukan setelah dilakukan pekerjaan medan dan yang
dikerjakan terutama pada bagian bagian yang terjadi kesalahan, keraguan dan kekurangan
dalam tahap interpretasi dan latihan. Tahap ini kemungkinan dilakukan berulang-ulang
dan berakhir setelah diyakini bahwa daerah latihan yang dipilih telah benar dan sesuai
dengan keadaan di lapangan.
5. Penyelesaian
Laporan hasil penelitian pengindraan jauh sangat bergantung pada jenis
penelitiannya. Penelitian pengindraan jauh dibedakan atas penelitian murni dan penelitian
terapan. Laporan kedua hasil penelitian tersebut berbeda terutama pada analisisnya.
Penelitian murni analisisnya berkisar pada pengindraan jauh sendiri. Sedangkan
penelitian terapan maka pengindraan jauh membantu di dalam analisis spasialnya.
Analisisnya berupa analisis di dalam terapannya, misalnya untuk pencemaran
lingkungan, pertanian, geologi, atau bidang lainnya. Penelitian murni dan penelitian
terapan harus membuat “ peta hasil interpretasi citra ” sebagai pelengkap laporan.
Pekerjaan ini merupakan tahap akhir berupa penyajian hasil ulasan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan atau laporan dan peta-peta akhir.
3.4 Letak Administrasi Kecamatan Pammana
Secara administratif Kecamatan Pammana adalah wilayah Kabupaten Wajo
Sulamesi Selatan yang terletak di bagian selatan wilayah kabupaten.
Wilayah kecamatan Pammana sebagian besar merupakan daerah pertanian yang
penting di pusat wilayah, setiap kelurahan mempunyai areal pertanian yang luas.
Sebagian wilayahnya terdapat sungai dan danau yang penting untuk pengairan.
8
Sebagian wilayahnya digunakan pula untuk pemikiman penduduk dimana hal ini
dipengaruhi oleh morfologi dan topografi wilayah. Faktor ini mempengaruhi bentuk dan
perluasan pemukiman.
3.5 Cara Melakukan Interpretasi
Pada interpretasi di Kecamatan Pammana ada 4 kelurahan yang akan
diinterpretasi.
• Kondisi Tanah
Kondisi tanah dapat diperoleh melalui interpretasi foto udara secara tidak
langsung yaitu dengan menggunakan foto udara berskala sedang hingga berskala besar
untuk memperkirakan luas wilayah pertanian di daerah tertentu ( kelurahan / desa ).
Identifikasi luas wilayah pertanian. Dengan diketahuinya luas wilayah pertanian ini maka
diketahui pula kondisi tanah yang potensial untuk pengembangan pertanian.
• Tingkat Kesuburan Tanah
Luasnya areal yang ditumbuhi tanaman pertanian dapat diasumsikan bahwa pada
tempat tersebut jenis tanahnya subur. Di samping itu faktor lingkungan juga sangat
menunjang seperti daerah danau dan daerah aliran sungai yang memungkinkan untuk
pengairan.
• Data Sebelum Dilakukan Interpretasi
Wilayah Kecamatan Pammana secara umum merupakan tanah dataran yang
terletak di bagian selatan kabupaten yang dilalui oleh aliran sungai Walannae serta
memiliki beberapa danau- danau kecil. Faktor yang mempengaruhi pertaniannya yaitu
laju pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan masyarakat, keterbatasan teknologi.
Dari ke empat desa / kelurahan yang akan diinterpretasikan, desa yang memiliki
populasi tanaman pertanian yang besar adalah desa Tadangpalie disusul oleh Kelurahan
Cina, Desa Kampiri, dan Kelurahan Pammana.
• Data Sesudah Interpretasi Setelah Perekaman
Tanaman di setiap daerah bila diklasifikasikan dalam kategori bahan pangan maka
dapat dibedakan antara tanaman pertanian dengan tanaman liar .Seperti halnya di daerah
yang dekat sungai atau memiliki danau sebagai sumber pengairannya tanaman
pertaniannya tumbuh dengan subur dan tingkat produksinya tinggi, berbeda dengan
9
daerah daerah yang jauh dari kedua sumber pengairan itu yang memiliki kesulitan dalam
produksi pertanian dan lahannya hanya ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Dari interpretasi
ini pula diketahui besarnya produksi dari tiap kelurahan. Dimana besarnya produksi dapat
dilihat dari urutan berikut dari yang besar sampai produksi terendah : Desa Tadangpalie,
Kelurahan Cina, Desa Kampiri, dan Kelurahan Pammana.
Perbedaan kondisi tanah dan lahan pertanian ini disebabkan oleh faktor-faktor
lingkungan seperti pengairan yang berdampak pada tingkat produktif suatu desa/
kelurahan. Ditinjau dari jenis tanaman yang tumbuh di daerah tersebut mengindikasikan
pada kondisi tanah atau tingkat kesuburan tanah tiap daerah di mana dapat dilihat dari
urutan tingkat produktifnya setiap desa/ kelurahan.
10
PETA KECAMATAN PAMMANA
( SESUDAH INTERPRETASI )
11
PETA KECAMATAN PAMMANA
( SEBELUM INTERPRETASI )
12
BAB IV
13
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari interpretasi maka dapat di tarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Citra foto udara pankromatik berwarna dapat merekam rincian kenampakan objek
bumi pada saat pemotretan khususnya pada penentuan kondisi tanah serta areal
yang cocok untuk pertanian.
2. Dari hasil interpretasi, desa yang areal pertaniannya luas adalah Desa Tadangpalie,
kemudian Kelurahan Cina, Desa Kampiri dan terakhir Kelurahan Pammana
3. Pola penyebaran wilayah pertanian di Kecamatan Pammana ditinjau dari empat
kelurahan yang diinterpretasi tidak merata dimana dipengaruhi oleh faktor
pengairan ( sungai dan Danau ) serta faktor-faktor lainnya yang lebih penting.
5.2 Saran
Berdasarakan hasil kesimpulan di atas dapat diharapkan bagi mahasiswa yang
akan melakukan interpretasi di Kecamatan Pammana agar melakukan interpretasi di
semua bidang untuk memberikan pengetahuan pembanding bagi interpretasi yang telah
dilakukan. Di samping itu, gunakan citra foto yang lain untuk membandingkan dengan
cirta foto yang telah digunakan serta diharapkan dilakukan interpretasi untuk semua
wilayah kelurahan di Kecamatan yang diteliti.
14

More Related Content

What's hot

Teknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinyaTeknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinyaRetno Pratiwi
 
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Rruang
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan RruangUndang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Rruang
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan RruangJoy Irman
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...infosanitasi
 
219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kak
219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kak219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kak
219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kakHarry
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahanushfia
 
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031muhfidzilla
 
Kerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalanKerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalanKHRISTIAN MAUKO
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisEgi Septiana
 
Seminar Kerja Praktek
Seminar Kerja PraktekSeminar Kerja Praktek
Seminar Kerja PraktekGameloft
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangPenataan Ruang
 
Perencanaan tapak
Perencanaan tapakPerencanaan tapak
Perencanaan tapakmateri2014
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BanyumasRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BanyumasPenataan Ruang
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTrijondro Purwanto
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonHendra Supriyanto
 
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGISLaporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGISLaras Kun Rahmanti Putri
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 

What's hot (20)

Teknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinyaTeknologi lidar dan aplikasinya
Teknologi lidar dan aplikasinya
 
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Rruang
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan RruangUndang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Rruang
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Rruang
 
Kerangka kontrol vertikal 1
Kerangka kontrol vertikal 1Kerangka kontrol vertikal 1
Kerangka kontrol vertikal 1
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
 
219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kak
219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kak219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kak
219348525 kerangka-acuan-kerja-pemetaan-irigasi-kak
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
 
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
 
Kerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalanKerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalan
 
Modul iv
Modul ivModul iv
Modul iv
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
 
Seminar Kerja Praktek
Seminar Kerja PraktekSeminar Kerja Praktek
Seminar Kerja Praktek
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
 
Perencanaan tapak
Perencanaan tapakPerencanaan tapak
Perencanaan tapak
 
pengantar fotogrametri kuliah 1
pengantar fotogrametri kuliah 1pengantar fotogrametri kuliah 1
pengantar fotogrametri kuliah 1
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BanyumasRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
 
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGISLaporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
Laporan Praktikum TI Semester 1: Digitasi Peta dg ArcGIS
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 

Similar to PEMETAAN VEGETASI

Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)January YunGky
 
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...Asep Mulyono
 
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianKerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianAndesSastraYunaf
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanBondan the Planter of Palm Oil
 
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016hadiarnowo
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...bramantiyo marjuki
 
PPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptx
PPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptxPPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptx
PPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptxturoni1
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikSally Indah N
 
Laporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorLaporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorWahyuHafid
 
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanZia Ul Maksum
 
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxKelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxkarlossare1
 
Penerapan indraaja
Penerapan indraajaPenerapan indraaja
Penerapan indraajaKoko Harnoko
 
Data spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manadoData spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manadoAbhy Taridala
 
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IISistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IIAmos Pangkatana
 
Bab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan dataBab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan datameranai
 
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptxSURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptxYudantoEkoPrabowo
 
Model simulasi combine dengan prediksi hasil panen padi
Model simulasi combine dengan prediksi hasil panen padiModel simulasi combine dengan prediksi hasil panen padi
Model simulasi combine dengan prediksi hasil panen padiAgus Hermansyah
 

Similar to PEMETAAN VEGETASI (20)

Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
 
Metode peta
Metode petaMetode peta
Metode peta
 
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
 
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianKerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitian
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
 
51 99-1-sm
51 99-1-sm51 99-1-sm
51 99-1-sm
 
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
 
PPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptx
PPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptxPPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptx
PPT PROPOSAL NOKILALAKI 2023.pptx
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
 
Laporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorLaporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyor
 
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaan
 
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptxKelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
Kelompok3_MPD_sumber data DTM.pptx
 
Penerapan indraaja
Penerapan indraajaPenerapan indraaja
Penerapan indraaja
 
Data spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manadoData spasial lahan kritis manado
Data spasial lahan kritis manado
 
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IISistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
 
Bab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan dataBab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan data
 
Survey dan Pemetaan
Survey dan PemetaanSurvey dan Pemetaan
Survey dan Pemetaan
 
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptxSURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
SURVEY PEMETAAN UNTUK PERENCANAAN JALAN RAYA.pptx
 
Model simulasi combine dengan prediksi hasil panen padi
Model simulasi combine dengan prediksi hasil panen padiModel simulasi combine dengan prediksi hasil panen padi
Model simulasi combine dengan prediksi hasil panen padi
 

PEMETAAN VEGETASI

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai wilayah yang sangat luas dimana sebagian besar penduduknya berorientasi pada bidang pertanian. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dapat menimbulkan masalah dalam berbagai bidang yang salah satunya di bidang pertanian. Adanya peningkatan akan kebutuhan pangan serta kondisi wilayah pertanian yang semakin sempit akibat desakan dari meluasnya pemukiman penduduk dan meluasnya daerah industri menuntut suatu usaha dalam pengefektifan wilayah pertanian. Demi kelancaran pembangunan nasional dan pembangunan masyarakat indonesia telah dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah diantaranya diversifikasi dan intensifikasi pertanian. Kondisi lahan di wilayah Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan ini memiliki potensi besar bagi pengembangan pertanian perlu perhatian khusus mengingat adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan masyarakat untuk pemilihan lokasi pertanian yang baik.Melihat dari apa yang dipaparkan di atas maka penulis termotivasi untuk melakukan interpretasi mengenai tentang pemetaan vegetasi dalam kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah yang cocok untuk wilayah pertanian di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penulisan laporan ini adalah : 1. Mengetahui pemanfaatan foto udara pankromatik berwarna dalam mendeteksi kondisi tanah di Kecamatan Pammana. 2. Mengetahui wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian. 1.3 Manfaat Dengan adanya laporan ini, maka diharapkan dapat memberikan tambahan bahan bacaan bagi siapa saja yang ingin mengetahui / mempelajari tentang foto udara dalam hubungannya dengan pendataan penyebaran wilayah pertanian di Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan. 1
  • 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foto Udara Di dalam pengindraan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek di permukaan bumi. Rekaman tenaga tersebut setelah diproses membuahkan data pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dapat berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer. Data juga dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual dapat dibedakan atas data citra dan data non citra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetrik. Data non citra pada umumnya berupa garis atau grafik. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu berdasarkan atas : (1) spektrum elektromagnetik, (2) sumbu kamera, (3) jenis kamera, (4) warna yang digunakan, (5) sistem wahana pengindraannya. Foto udara berisi rekaman rinci tentang kenampakan bumi pada saat pemotretan. Foto udara digunakan untuk memdeteksi suatu objek atau tempat. Salah satu citra foto udara yang digunakan yaitu foto pankromatik berwarna yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak. Pemanfaatan foto udara pankromatik berwarna antara lain : 1. Dalam bidang penggunaan lahan : kondisi tanaman, jenis pohon. 2. Dalam bidang ekologi : pencacahan hewan, perbedaan jenis kelamin. 3. Dalam bidang pertanian / kehutanan : jenis tanah, pemetaan vegetasi. 4. Dalam bidang geologi : pemetaan geologi, mendeteksi lokasi anomali geobotani. 5. Dalam bidang hidrologi : garis batas daratan dan air, pemetaan daerah banjir. 6. Dalam bidang oseanografi : penentuan garis pantai, pendugaan kedalaman air. 7. Dalam bidang kekotaan : wujud bangunan, taman kota, lapangan olahraga. 2
  • 3. 2.2 Interpretasi Foto Udara Perencanaan pemetaan wilayah pertanian memerlukan perolehan data yang berkesinambungan untuk merumuskan program dan kebijaksanaan pemerintah. Program dan kebijaksanaan pemerintah meliputi seluruh bidang baik sosial, ekonomi maupun kebudayaan hingga pada permasalahan lingkungan dan perencanaan sumber daya alam. Semakin kompleksnya peranan dalam perencanaan disertai semakin luasnya kisaran aktivitas pembangunan mengakibatkan suatu peningkatan kebutuhan bagi pemerintah untuk memiliki berbagai bentuk sumber daya yang lengkap yang menjamin untuk kelangsungan di masa yang akan datang. Beberapa macam data yang diperlukan dapat diperoleh dari iterpretasi foto udara. Penggunaan interpretasi foto udara ini meliputi kisaran penaksiran penduduk, kajian kualitas perumahan, kajian lalu lintas dan tempat parkir, kajian pemilihan lokasi / lahan pertanian, dan proses pemilihan situs dan arus jalur. Penaksiran jenis tanah dapat dilakukan melalui interpretasi foto udara secara tidak langsung. Ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan foto udara berskala sedang hingga berskala besar untuk memperkirakan tingkat kesuburan tanah pada daerah tersebut sehingga dapat dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang berbeda. Dari pendataan vegetasi ini dapat ditentukan wilayah yang cocok untuk pertanian dengan tingkat kesuburan tanah. 3
  • 4. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pemilihan Lokasi dan Citra Salah satu citra foto udara yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah dan pemetaan vegetasi di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan yaitu foto udara pankromatik berwarna. Lokasi sasarannya yaitu di beberapa kelurahan / desa di Kecamatan Pammana yaitu : - Desa Tadangpalie - Desa Kampiri - Kelurahan Pammana - Kelurahan Cina Jelas terlihat dari peta bagian kelurahan yang memiliki kondisi tanah yang baik dimana dapat ditaksir bahwa jenis tanah pertanian tersebut subur. Sasarannya ialah untuk melihat perbedaan antara kelurahan yang produktif untuk pertanian dengan kelurahan yang kurang produktif pertanian. (Gb.1 Foto udara pankromatik berwarna / true color ) 4
  • 5. 3.2 Tahap Persiapan Dalam tahap ini telah dimulai pekerjaan dengan teknik pengindraan jauh. Pekerjaan di dalam tahap ini meliputi : (1) menyiapkan data acuan, (2) menyiapkan data pengindraan jauh, (3) Menyiapkan mosaik, (4) Orientasi medan. 1. Menyiapkan Data Acuan Data acuan ialah data yang bukan berasal dari citra pengindraan jauh, akan tetapi data itu diperlukan dalam interpretasi citra. Data itu dapat berupa monografi daerah, laporan penelitian, makalah suatu majalah, buku, dan peta. Data acuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan interpretasi citra dan kecermatan hasilnya. 2. Menyiapkan Data Pengindraan Jauh Data pengindraan jauh ialah data hasil perekaman objek dengan menggunakan sensor buatan. Data pengindraan jauh dapat berupa citra foto, citra non foto, atau data numerik. Dalam menyiapkan data pengindraan jauh harus disesuaikan terlebih dahulu terhadap tujuan penelitian dan ketersediaan kemampuannya, termasuk aspek biaya, waktu, kelengkapan instrumen, dan pelaksananya. Bila dipilih data yang berupa citra, metode ananlisisya ialah analisis visual atau analisis manual. Bagi data numerik, metode analisisnya ialah analisis digital dengan menggunakan komputer. Bila dipilih data yang berupa citra, jenis dan skala citranya disesuaikan dengan tujuan penelitiannya. Untuk penggunaan lahan misalnya, citra dipilih dengan skala 1 : 250.000 utuk tingkat tinjau, 1 : 50.000 – 1 : 100.000 untuk tingkat setengah rinci dan 1 : 25.000 atau lebih besar untuk tingkat rinci. Meskipun tidak sesuai benar, tingkat tinjau sesuai bagi lingkup nasional, dan tingkat setengah rinci bagi lingkup regional, dan tingkat rinci bagi lingkup lokal. Di samping pemilihan skala citra, pemilihan jenis citra juga dilakukan sesuai dengan tujuan penelitiannya. Menyiapkan data pengidraan jauh yang dilakukan pada tahap ini berarti menyiapkan ketersediaannya dan menyiapkannya hingga siap pakai. Untuk itu, maka data pengindraan jauh harus diatur dan disimpan rapi dan dapat diambil, dikerjakan dan disimpan kembali dengan mudah. Untuk maksud siap pakai maka ada 4 langkah yang 5
  • 6. harus dilakukan : (1) pembuatan peta indeks, (2) penentuan orientasi, (3) perhitungan skala, (4) penyusunan dalam simpanan. Untuk tiap rangkaian foto udara, pada umumnya telah dilengkapi dengan peta indeks. Peta indeks yaitu peta yang menunjukkan lokasi tiap jalur foto beserta nomornya. Nomor jalur menunjukkan urutan jalur terbang, sedang pada tiap jalur terbang ada nomor yang menunjukkan urutan pemotretannya. Penentuan orientasi ialah penentuan arah mata angin. Pada umumnya digambarkan arah utara pada tiap foto untuk memudahkan penyusunannya dan interpretasinya. Penentuan arahnya dilakukan dengan bantuan peta atau dicocokkan dengan arah di lapangan. Perhitungan skala citra perlu dilaksanakan sebelum dilakukan interpretasi citra karena skala citra sering berlainan dengan skala yang direncanakan. 3. Menyiapkan Mosaik Mosaik foto ialah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi satu lembar foto. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh. Penyusunannya dilakukan dengan memotong bagian yang bertampalan dan menyambungnya dengan melekatkannya pada lembaran lainnya. Mosaik dibedakan atas mosaik terkontrol, mosaik tak terkontrol, dan mosaik setengah terkontrol. Mosaik terkontrol disusun dari foto udara yang telah mengalami rektifikasi ( menghilangkan kesalahan oleh kemiringan sumbu kamera (tilt) ) dan ratioing ( menyeragamkan skala di seluruh bagian foto ). Mosaik terkontrol dapat diandalkan untuk penyadapan data metrik seperti jarak dan luas. Mosaik tak terkontrol dibuat dari foto udara tanpa penyesuaian skala dan ukuran lainnya. Berbeda dengan mosaik terkontrol yang dalam penyusunannya digunakan titik kontrol di medan, mosaik tak terkontrol dibuat tanpa titik kontrol. Mosaik setengah terkontrol merupakan gabungan antara kedua mosaik yang telah dijelaskan. 4. Orientasi Medan Pekerjaan ini dilakukan dengan membawa foto ke medan. Wujud yang tergambar di foto dicocokkan dengan wujud sebenarnya di medan. Dengan demikian maka hasil interpretasinya akan lebih handal kecermatannya. Orientasi medan perlu dilakukan apabila tidak dapat diperoleh data acuan atau bila objek yang diinterpretasi sulit dikenali pada foto. 6
  • 7. 3.3 Interpretasi Data Data pengindraan jauh dapat berupa data numerik maupun data visual. Oleh karena itu interpretasi datanya dilakukan secara digital bagi data numerik dan secara manual bagi data visual. Interpretasi data pengindraan jauh dilakukan untuk mengubah data numerik atau data visual menjadi informasi bagi keperluan tertentu. Analisis dalam bidang tertentu kemudian dilakukan berdasarkan informasi yang berasal dari data pengindraan jauh tersebut. 1. Interpretasi Secara digital Bagian terkecil yang dapat digambarkan oleh sistem pengindraan jauh disebut “pixel” yaitu kependekan dari “picture element”. Tiap pixel memiliki nilai spektral tertentu. Interpretasi data pengindraan jauh secara digital pada dasarnya berupa klasifkasi pixel berdasarkan nilai spektral. Klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan berbagai cara statistik. Pengenalan objek dengan cara digital pada dasarnya dilakukan dengan dua cara. Bila klasifikasi nilai pixel didasarkan atas daerah contoh yang diketahui jenis objek dan nilai spektralnya, klasifikasi ini disebut klasifikasi teracu ( supervised classification ). Daerah contoh ditetapkan sebelum dilakukan klasifikasi pixel. Bila klasifikasinya dilakukan tanpa daerah contoh yang diketahui jenis objek dan nilai spektralnya, klasifikasinya disebut klasifikasi tak teracu ( unsupervised classification ). 2. Interpretasi Secara Visual Ada bebrapa pendapat tentang interpretasi citra atau interpretasi data pengindraan jauh secara visual, diantaranya yaitu menurut Vink (1965), Roscoe (1960), Umali(1983), Estes Et Al dan Sutanto (1986). Meurut Vink, interpretasi citra dilakukan melalui 6 tahap : deteksi, pengenalan dan identifikasi, analisis, deduksi, klasifikasi, dan idealisasi. Sedang menurut Sutanto, dalam interpretasi citra ada 5 hal : persiapan, interpretasi citra, pengujian medan, interpretasi ulang, dan penyelesaian (laporan dan peta akhir) 3. Uji Medan 7
  • 8. Pengenalan objek melalui citra dengan mudah adalah : jalan, air, perumahan, dan sebagainya. Sedang pengenalan yang sulit : jenis tanah, litologi dan sebagainya. Peta sementara digunakan di medan / lapangan untuk melakukan uji kebenaran hasil interpretasi. Jika ada informasi atau keterangan lain yang tidak tercakup dalam interpretasi, maka perlu ditambahkan atau diperbaiki jika ada kesalahan interpretasi. Bahkan melakukan pencatatan hasil pengukuran jika data tersebut diperlukan. 4. Interpretasi Ulang Tahap interpretasi ulang dilakukan setelah dilakukan pekerjaan medan dan yang dikerjakan terutama pada bagian bagian yang terjadi kesalahan, keraguan dan kekurangan dalam tahap interpretasi dan latihan. Tahap ini kemungkinan dilakukan berulang-ulang dan berakhir setelah diyakini bahwa daerah latihan yang dipilih telah benar dan sesuai dengan keadaan di lapangan. 5. Penyelesaian Laporan hasil penelitian pengindraan jauh sangat bergantung pada jenis penelitiannya. Penelitian pengindraan jauh dibedakan atas penelitian murni dan penelitian terapan. Laporan kedua hasil penelitian tersebut berbeda terutama pada analisisnya. Penelitian murni analisisnya berkisar pada pengindraan jauh sendiri. Sedangkan penelitian terapan maka pengindraan jauh membantu di dalam analisis spasialnya. Analisisnya berupa analisis di dalam terapannya, misalnya untuk pencemaran lingkungan, pertanian, geologi, atau bidang lainnya. Penelitian murni dan penelitian terapan harus membuat “ peta hasil interpretasi citra ” sebagai pelengkap laporan. Pekerjaan ini merupakan tahap akhir berupa penyajian hasil ulasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau laporan dan peta-peta akhir. 3.4 Letak Administrasi Kecamatan Pammana Secara administratif Kecamatan Pammana adalah wilayah Kabupaten Wajo Sulamesi Selatan yang terletak di bagian selatan wilayah kabupaten. Wilayah kecamatan Pammana sebagian besar merupakan daerah pertanian yang penting di pusat wilayah, setiap kelurahan mempunyai areal pertanian yang luas. Sebagian wilayahnya terdapat sungai dan danau yang penting untuk pengairan. 8
  • 9. Sebagian wilayahnya digunakan pula untuk pemikiman penduduk dimana hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan topografi wilayah. Faktor ini mempengaruhi bentuk dan perluasan pemukiman. 3.5 Cara Melakukan Interpretasi Pada interpretasi di Kecamatan Pammana ada 4 kelurahan yang akan diinterpretasi. • Kondisi Tanah Kondisi tanah dapat diperoleh melalui interpretasi foto udara secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan foto udara berskala sedang hingga berskala besar untuk memperkirakan luas wilayah pertanian di daerah tertentu ( kelurahan / desa ). Identifikasi luas wilayah pertanian. Dengan diketahuinya luas wilayah pertanian ini maka diketahui pula kondisi tanah yang potensial untuk pengembangan pertanian. • Tingkat Kesuburan Tanah Luasnya areal yang ditumbuhi tanaman pertanian dapat diasumsikan bahwa pada tempat tersebut jenis tanahnya subur. Di samping itu faktor lingkungan juga sangat menunjang seperti daerah danau dan daerah aliran sungai yang memungkinkan untuk pengairan. • Data Sebelum Dilakukan Interpretasi Wilayah Kecamatan Pammana secara umum merupakan tanah dataran yang terletak di bagian selatan kabupaten yang dilalui oleh aliran sungai Walannae serta memiliki beberapa danau- danau kecil. Faktor yang mempengaruhi pertaniannya yaitu laju pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan masyarakat, keterbatasan teknologi. Dari ke empat desa / kelurahan yang akan diinterpretasikan, desa yang memiliki populasi tanaman pertanian yang besar adalah desa Tadangpalie disusul oleh Kelurahan Cina, Desa Kampiri, dan Kelurahan Pammana. • Data Sesudah Interpretasi Setelah Perekaman Tanaman di setiap daerah bila diklasifikasikan dalam kategori bahan pangan maka dapat dibedakan antara tanaman pertanian dengan tanaman liar .Seperti halnya di daerah yang dekat sungai atau memiliki danau sebagai sumber pengairannya tanaman pertaniannya tumbuh dengan subur dan tingkat produksinya tinggi, berbeda dengan 9
  • 10. daerah daerah yang jauh dari kedua sumber pengairan itu yang memiliki kesulitan dalam produksi pertanian dan lahannya hanya ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Dari interpretasi ini pula diketahui besarnya produksi dari tiap kelurahan. Dimana besarnya produksi dapat dilihat dari urutan berikut dari yang besar sampai produksi terendah : Desa Tadangpalie, Kelurahan Cina, Desa Kampiri, dan Kelurahan Pammana. Perbedaan kondisi tanah dan lahan pertanian ini disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti pengairan yang berdampak pada tingkat produktif suatu desa/ kelurahan. Ditinjau dari jenis tanaman yang tumbuh di daerah tersebut mengindikasikan pada kondisi tanah atau tingkat kesuburan tanah tiap daerah di mana dapat dilihat dari urutan tingkat produktifnya setiap desa/ kelurahan. 10
  • 11. PETA KECAMATAN PAMMANA ( SESUDAH INTERPRETASI ) 11
  • 12. PETA KECAMATAN PAMMANA ( SEBELUM INTERPRETASI ) 12
  • 14. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari interpretasi maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Citra foto udara pankromatik berwarna dapat merekam rincian kenampakan objek bumi pada saat pemotretan khususnya pada penentuan kondisi tanah serta areal yang cocok untuk pertanian. 2. Dari hasil interpretasi, desa yang areal pertaniannya luas adalah Desa Tadangpalie, kemudian Kelurahan Cina, Desa Kampiri dan terakhir Kelurahan Pammana 3. Pola penyebaran wilayah pertanian di Kecamatan Pammana ditinjau dari empat kelurahan yang diinterpretasi tidak merata dimana dipengaruhi oleh faktor pengairan ( sungai dan Danau ) serta faktor-faktor lainnya yang lebih penting. 5.2 Saran Berdasarakan hasil kesimpulan di atas dapat diharapkan bagi mahasiswa yang akan melakukan interpretasi di Kecamatan Pammana agar melakukan interpretasi di semua bidang untuk memberikan pengetahuan pembanding bagi interpretasi yang telah dilakukan. Di samping itu, gunakan citra foto yang lain untuk membandingkan dengan cirta foto yang telah digunakan serta diharapkan dilakukan interpretasi untuk semua wilayah kelurahan di Kecamatan yang diteliti. 14