Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Chapter i
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dismenorea menurut bahasa medis ataupun nyeri haid menurut bahasa orang
awam adalah didefinisikan sebagai aliran menstrual yang sulit yang disertai dengan
nyeri pada bagian bawah abdomen. Dismenorea merupakan salah satu keluhan utama
bagi wanita usia subur yang datang berobat ke dokter ( Calis, 2009).
Nyeri ketika haid merupakan satu keadaan yang normal, tetapi sekiranya nyeri
haid berlebihan berlaku, hal ini tidaklah normal. Nyeri haid ini ditandai dengan nyeri
abdominal bahagian bawah yang mencengkam, nyerinya terasa tajam yang datang
dan menghilang dan kemungkinan adanya sakit pada bagian pinggang. Nyeri haid ini
biasanya muncul pada beberapa hari sebelum haid atau pada hari pertama atau
beberapa hari setelah datangnya haid (Storck dan Zieve, 2009).
Dismenorea biasanya terjadi pada wanita yang berusia antara 20 tahun hingga
24 tahun yang mana episode dismenorea yang paling parah biasanya berlaku pada
usia sebelum 25 tahun. Sebanyak 61% terjadi pada wanita yang belum menikah
manakala sebanyak 51% terjadi pada wanita yang sudah menikah dan dismenorea ini
tidak langsung berkait dengan pekerjaan atau kondisi fisikal wanita. Faktor risiko
durasi dan tingkat keparahan dismenorea adalah usia menarke, periode menstrual
yang panjang dan juga adanya riwayat merokok ( Dawood, 2008).
Prevalensi dismenorea ini dianggarkan sebanyak 25% wanita dan lebih dari
90% adalah terdiri dari golongan wanita dewasa muda dan tidak terdapat perbedaan
insidensi antara suku. Walaupun dismenorea ini bukanlah hal yang mematikan, tetapi
ia bisa memberi dampak sama ada dari segi fisikal dan juga psikologikal. Sesetengah
penderita memilih untuk berobat sendiri di rumah tanpa berjumpa dengan dokter
dengan mendapatkan sendiri obat penahan sakit di apotek. Selain itu, ketidakhadiran
ke sekolah (Rostami, 2007) ataupun tempat kerja merupakan akibat dari dismenorea
ini (Holder, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2. Pengobatan farmakologi yang sering menjadi pilihan utama yang efektif pada
penderita dismenorea yang bukan disebabkan adanya kelainan organik adalah
NSAID, yaitu merupakan penghambat sintesis prostaglandin di dalam tubuh
(Dawood, 2008). Para spesialis bidan sepakat bahawa penyebab utama terjadinya
dismenorea adalah disebabkan oleh meningkatnya jumlah prostaglandin di dalam
uterus (Deligeoroglou, 2006).
Penggunaan obat analgesik ini ternyata bisa mengurangkan nyeri dismenorea
pada sesetengah penderita seperti penggunaan obat tiaprofenic acid yaitu sejenis
NSAID. Penelitian tentang penggunaan tiaprofenic acid ini dilakukan pada 31 orang
yang menderita dismenorea secara double-blinded. Penderita diberikan tiaprofenic
acid dan juga placebo pada dua siklus menstruasi, ternyata efektifitas tiaprofenic acid
untuk mengurangkan nyeri pada saat menstruasi adalah sebanyak 75% jika
dibandingkan dengan plasebo yaitu hanya 35% ( Kauppila et al, 2006).
Selain itu penelitian lain menyatakan efikasi dari diclofenac sodium, sejenis
NSAID dapat mengurangi sakit pada saat menstruasi dan bisa mengurangi
pendarahan pada saat menstruasi. Penelitian ini dilakukan pada 35 orang wanita
nulipara yang berusia antara 17-28 tahun secara double-blinded yang mana dilakukan
pada 4 kali siklus menstruasi, 2 siklus diberikan diclofenac sodium dan 2 siklus
menstruasi berikutnya diberikan plasebo. Ternyata dari 70 siklus 58 daripadanya
terjadi pengurangan nyeri jika dibandingkan dengan plasebo dan diclofenac sodium
bukan saja mengurangi nyeri, malah mengurangi pendarahan menstrual.
( Riihiluoma, 2005 ).
Penggunaan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan acetaminophen juga
bisa mengubah corak pendarahan menstruasi dan jumlah total darah menstruasi
seperti pada penelitian yang dilakukan selama 4 bulan pada 90 orang wanita
(Pandergrass, 2007)
Terdapat penelitian lain yang menyatakan bahwa penggunaan asam
mefenamat pada saat menstruasi untuk mengurangi nyeri dapat menyebabkan jumlah
darah menstruasi meningkat. Penelitian ini dilakukan pada 30 kasus dismenorea yang
Universitas Sumatera Utara
3. mana penderita dismenorea menggunakan asam mefenamat. Sebanyak 3.11% kasus
menyatakan bahawa nyeri dismenorea bisa hilang tetapi jumlah darah menstruasi
sedikit meningkat (Elsevier, 2009).
Menurut Picles dkk menyatakan bahwa prostaglandin merupakan stimulan
menstruasi yang mana jumlah prostaglandin ini meningkat dalam darah menstruasi.
Menurut Bone (2005), produksi dan pelepasan prostaglandin oleh dinding uterus
sewaktu menstruasi akan meningkat sehingga jumlah prostglandin di dalam darah
menstruasi penderita dismenorea adalah 4 kali lipat dibandingkan dengan orang yang
menstruasi tanpa adanya dismenorea.
Prostaglandin ini akan menyebabkan berlakunya hiperkontraksi dari dinding
uterus dan juga konstriksi pada pembuluh darah. Hiperkontraksi uterus dan konstriksi
dari pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah terganggu dan berkurang.
Penggunaan zat atau obat yang menghambat sintesis prostaglandin ini sangat
membantu mengurangi kontraksi dari uterus dan juga mengurangi konstriksi dari
pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah yang tidak lagi dijepit oleh kontraksi
otot uterus menyebabkan lebih banyak darah yang mengalir sehingga jumlah aliran
darah menstruasi turut meningkat ( Dawood, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah volume
darah menstruasi bisa bertambah setelah menggunakan obat analgesik yang
digunakan sebagai anti nyeri pada penderita dismenorea.
Universitas Sumatera Utara
4. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat
dikembangkan adalah: ”Adakah penggunaan obat analgesik ini menyebabkan volume
darah mentruasi bertambah pada penderita dismenore primer jika dibandingkan
dengan penderita dismenore primer yang tidak menggunakan abat analgesik?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengkaji efek penggunaan obat analgesik NSAID terhadap volume
darah dan durasi menstrual pada penderita dismenorea dibandingkan dengan volume
darah dan durasi menstrual pada penderita dismenorea yang tidak menggunakan obat
analgesik.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk membuktikan efek analgesik terhadap volume darah menstruasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai :
1. Memberikan informasi kepada wanita yang mengalami dismenorea
tentang efek lain yang akan dialami setelah menggunakan obat
analgesik.
2. Supaya dapat memberi edukasi kepada wanita tentang manfaat dan
kerugian dalam pemakaian obat analgesik untuk mengurangi rasa
nyeri ketika haid.
Universitas Sumatera Utara