1. MOTIF BATIK INDONESIA
Pada dasarnya penggolongan motif batik yang ada di indonesia di bagi menjadi dua macam
yaitu motif geometris dan motif non geometris. Berikut ini adalah pengertian dan contoh motifnya :
Motif batik geometris adalah motif batik dengan ornamen susunan geometris dengan ciri
khas berbentuk seperti ilmu ukur biasa, seperti segiempat yang panjang atau lingkaran, contoh:
Ganggang, Kawung , golongan Banji, Ceplok. Pada motif ini juga ada yang tersusun dalam garis
miring, sehingga bentuknya berbentuk belah ketupat, seperti contohnya: golongan parang dan
udan liris.
Motif batik non geometris adalah motif-motif batik yang tidak geometris dimana bentuk
motifnya tidak teratur jika dilihat menurut geometris atau di buat secara acak. Motif-motif golongan
non geometris tersusun dari ornament-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi, Binatang,
Burung, Garuda, Ular (Naga) dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun
dalam bidang luas akan terjadi berulang kembali susunan motif tersebut. Termasuk dalam motif ini
adalah motis Semen, Buketan, Terang Bulan.
Ornamen – Ornamen Motif Batik Non Geometris
Ornamen merupakan unsur pokok dalam motif berupa gambar dengan bentuk tertentu yang
berukuran cukup besar atau dominan dalam sebuah pola. Ornamen ini disebut juga ornamen pokok.
Berikut adalah ornamen-ornamen pokok tradisional klasik yang antara lain terdiri atas: Meru, Pohon
Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Candi atau Perahu (Bangunan), Lidah api, Naga, Binatang dan
Kupu-kupu.
a. Meru adalah bentuk seperti gunung, kadang digambarkan dengan rangkaian tiga gunung
dengan gunung yang di tengah sebagai gunung puncak. Dalam pengertian indonesia kuno,
gunung melambangkan unsur ‘bumi’ atau ‘tanah’ yang merupakan salah satu elemen dari
‘empat unsur hidup’ yaitu Bumi, Geni, Banyu dan Angin. Dalam kebudayaan Jawa-Hindu,
meru menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa. Kini
karena kurangnya pengetahuan para pembatik atas arti dan bentuk ornamen semula. Meru
juga mengalami perubahan seperti digabung dengan bagian tumbuhan, dibentuk hingga
bentuk asal tidak nyata lagi.
b. Pohon Hayat disebut juga Pohon Surga, merupakan suatu bentuk pohon khayalan yang
bersifat perkasa dan sakti, dan merupakan lambang kehidupan. Pohon ini digambarkan terdiri
atas batang, dahan, kuncup, daun, berakar tunjang atau sobrah. Pohon ini hampir terdapat di
semua daerah di Indonesia dengan berbagai variasi. Di seni anyaman Kalimantan, pohon ini
disebut Batang Garing. Dalam seni wayang disebut Gunungan atau Kayon. Pohon ini terdapat
di relief Candi Jago dan di percaya telah ada sejak abad ke 13, namun bukti yang paling jelas
1
2. c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
adalah pohon ini terdapat di relief kompleks makam Ratu Kalimanyat yang bertuliskan tahun
1559.
Tumbuhan digambarkan sebagai salah satu bagian seperti bunga, sekelompok daun atau
kuncup, atau rangkaian dari bunga dan daun. Tumbuhan kadang digambarkan sebagai lunglungan, yaitu tanaman menjalar bentuk berlengkung-lengkung. Pada motif batik klasik
ornamen berperan sebagai ornamen pokok maupun ornamen pengisi.
Garuda digambarkan sebagai bentuk stilir dari burung garuda, atau rajawali atau kadang
seperti burung merak. Garuda adalah makhluk khayalan yang perkasa dan sakti, kendaraan
Dewa Wisnu juga digambarkan sebagai Garuda. Ada tiga macam ornamen burung dalam
batik yaitu burung merak, burung phoenix, yang terakhir adalah burung aneh atau burung
khayalan. Ornamen burung juga digunakan sebagai ornamen pengisi selain ornamen pokok
Bangunan adalah ornamen yang menggambarkan bagian bangunan terdiri atas lantai atau
dasar dan atap.
Lidah api digambarkan dalam 2 macam bentuk yaitu sebagai deretan nyala api sebagai
hiasan pinggir atau batas, dan berupa deretan ujung lidah api memanjang. Zaman dulu api
melambangkan kekuatan sakti yang dpat mempengaruhi kepribadian manusia, yang kalau
dikuasai dapat menjadi pemberani dan pahlawan, namun bila tidak menjadi angkara murka.
Naga adalah makhluk khayalan berupa ular besar yang mempunyai kekuatan luar biasa dan
sakti. Sebagai ornamen naga digambarkan dengan bentuk seperti kepala raksasa dengan
mahkota, kadang bersayap, kadang bersayap dan berkaki.
Binatang (berkaki empat), binatang yang sering digunakan sebagai ornamen adalah lembu,
kijang, gajah, singa atau harimau, dan digambarkan secara unik misalnya gajah bersayap atau
mempunyai ekor berbunga.
Kupu-kupu biasanya digambarkan dengan sayap terkembang dari atas, dan biasanya terdapat
pada golongan motif Semen dan Ceplok.
Selain itu, ornamen motif batik non geometris terdiri atas ornamen utama dan ornamen pengisi
bidang, yaitu :
a. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang mempunyai arti, sehingga susunan ornamen ornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti daripada motif itu sendiri.
Contoh:
Sawat atau lar, melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi
Meru melambangkan gunung atau tanah
Lidah api atau Modang, melambangkan nyala api
Ular/naga, melambangkan air
Burung, melambangkan angin
b. Ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi
sebagai pengisi bidang. Bentuk lebih kecil dan sederhana. Dalam satu motif dapat diisi satu
atau beberapa ornament pengisi.
2
3. Isen – Isen Batik Non Geometris
Isen – Isen berfungsi sebagai pengisi atau pelengkap ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana
misalnya berupa titik-titik. Isen yang masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecekcecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut,
galaran, rambutan dan rawan, sirapan, cacah gori.
3
4. Corak - Corak Hias Batik Non Geometris
Batik Nusantara memiliki corak yang beraneka ragam. Berbagai bentuk dan unsur keragaman
budaya yang sangat kata dapat dilihat dalam corak batik.
Corak Batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut dengan
canting. Jumlah corak batik Indonesia saat ini sangat beragam, baik variasi bentuk maupun warnanya.
Menurut Wikipedia, ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas dan beberapa corak hanya boleh
dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para
pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah
dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga
mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal
(seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda),
termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap
mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
1. Corak Dinamis adalah corak – corak yang masih dapat dibedakan menjadi unsur – unsur
corak, tetapi ornamen di dalamnnya tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisional. Corak
ini merupakan peralihan corak batik klasik dan modern.
2. Corak lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda dengan
corak semen, ragam hias corak lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung
ragam hias meru. Corak lung-lungan diantaranya adalah grageh waluh dan babon angrem.
3. Corak Pinggiran adalah unsur hiasan yang terdiri atas ragam hias yang biasa digunakan
untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang
kosong pada dodot, kemben, dan udheg.
4
5. 4. Corak Semen mempunyai ciri ragam hias utama yaitu meru, suatu gubahan menyerupai
gunung. Meru berasal dari nama Gunung Mahameru. Hakikat Meru adalah gunung atau
tempat tumbuh – tumbuhan bertunas (bersemi) hingga corak ini disebut semen. Semen
berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah garuda, sawat, lar, maupun
lirong. Contoh corak semen adalah semen jolen dan smen gurdha.
5. Corak Buketan mudah dikenali lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupukupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai
unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu kesatuan corak.
5
6. Contoh – Contoh Batik Non Geometris
Daftar Pustaka
http://batikonline-indonesia.blogspot.com/2012/09/batik-motif-geometris-dan-non-geometris.html
http://anyamanku.com/motif-batik-non-geometris/
http://senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.com/2013/12/corak-hias-batik-non-geometris.html
http://senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.com/2013/08/corak-batik-nusantara.html
6