1. MAKALAH
KUNJUNGAN NIFAS KE-3 (KNF3)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah SIK Pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sukabumi
JULIAN AMMAR ZAIDAN GUNAWAN
C1AA16046
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2019
2. BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan MDGs 2015 menuju SDGs 2030 terdapat peralihan mengenai
salah satu target yaitu meningkatkan kesehatan ibu menjadi upaya untuk
menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang
di segala usia (penurunan AKI, AKBa, AKN, HIV/ AIDS, TB, malaria dan akses
kesehatan reproduksi). Data tahun 2012 SDKI mencatat kenaikan AKI (Angka
Kematian Ibu) yakni 228 menjadi 259 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
(Kementerian Kesehatan RI, 2014; WHO, 2015). Penyebab kematian ibu di
Indonesia meliputi penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan (28%),
preeklamsi/ eklamsi (24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung
adalah trauma obstetri (5%) dan lain – lain (11%). Diperkirakan 60% kematian
ibu terjadi setelah kehamilan dan 50% kematian terjadi dalam 24 jam pertama
masa nifas (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Masa nifas merupakan masa kritis pasca persalinan selama kira-kira 6
minggu yang sering menyebabkan kematian ibu sehingga memerlukan perawatan
akan kebutuhan ibu nifas (Fitriani, 2012). Perubahan fisiologis ibu nifas beberapa
diantaranya sistem reproduksi (involusi uterus, lochea, cervic, ovarium, tuba
falopi, vulva dan vagina), sistem pencernaan sistem perkemihan, sistem endokrin,
tanda-tanda vital, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan system
musculoskeletal (Wulandari & Handayani, 2011). Menurut Fraser & Cooper
(2009) dalam perubahan fisiologis, ibu nifas berisiko mengalami beberapa yakni
perdarahan postpartum dan bahaya infeksi (ditimbulkan oleh nyeri perineum)
yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan kematian.
3. BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau
waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ kandungan (Suherni, Widyasih &
Rahmawati 2008, p.01)
B. TAHAPAN NIFAS
Dalam masa nifas terdapat tahapan-tahapan nifas antara lain :
1. Puerperium dini : masa kepulihan adalah saat-saat ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan
2. Puerperium intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari organorgan
genital, kira-kira antara 6-8 minggu
3. Remot puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi
C. TAHAPAN KUNJUNGAN NIFAS
Menurut Suherni, Widyasih & Rahmawati (2008, p.03), pada masa
nifas terdapat frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan antara
lain :
1. Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan dan tujuannya
antara lain :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri
4. b. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan Pemberian ASI
awal
c. Mengajari ibu bagaimana teknik melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
2. Kunjungan kedua, waktu 6 hari setelah persalinan dan tujuannya antara
lain :
a. Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal
b. Mengevaluasi adanya tanda-tanda demam,infeksi atau perdarahan
abnormal
c. Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan benar
e. Memberikan konseling pada ibu yang berkaitan dengan asuhan
pada bayi
3. Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu setelah persalinan, tujuanya sama
dengan kunjungan kedua
4. Kunjungan keempat, waktu 6 minggu setelah persalinan, tujuanya
antara lain :
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang ada
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini
5. BAB II
TABEL & GRAFIK
Tabel Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) di Indonesia tahun 2013 - 2018
TAHUN CAKUPAN KF3
2013 86,64
2014 86,41
2015 87,06
2016 84,41
2017 87,36
2018 85,93
Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI 2019
Grafik Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) di Indonesia tahun 2013 – 2018
82
83
84
85
86
87
88
2013 2014 2015 2016 2017 2018
KF3
Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI 2019
6. BAB IV
ANALISIS DATA
Dari tabel tersebut menunjukan cakupan kunjungan nifas ke-3 (KF3) di
Indonesia tahun 2013 – 2018. Pada tahun tersebut mengalami variasi angka yang
signifikan dan menunjukan perubahan-perubahan naik ataupun turun. Pada tahun
2013, angka presentase menunjukan 86,64. Lalu pada tahun berikutnya
mengalami penurunan yang kecil ke angka 86,41 yaitu pada tahun 2014. Lalu
terjadi peningkatan yang cukup besar di tahun 2015 ke angka 87,06. Kemudian
menurun lagi ke angka 84,41 di tahun 2016. Lalu naik lagi ke angka 87,36 di
tahun 2017. Di tahun 2017 merupakan presentase terbesar dari tahun-tahun
lainnya. Kemudian di tahun terahir 2018, angka presentase menunjukan angka ke
85,92. Hal ini menunjukan bervariasinya angka dari tahun ke tahun.
7. BAB V
KESIMPULAN
Masa nifas merupakan masa kritis pasca persalinan selama kira-kira 6
minggu yang sering menyebabkan kematian ibu sehingga memerlukan perawatan
akan kebutuhan ibu nifas (Fitriani, 2012). Perubahan fisiologis ibu nifas beberapa
diantaranya sistem reproduksi (involusi uterus, lochea, cervic, ovarium, tuba
falopi, vulva dan vagina), sistem pencernaan sistem perkemihan, sistem endokrin,
tanda-tanda vital, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan system
musculoskeletal (Wulandari & Handayani, 2011). Menurut Fraser & Cooper
(2009) dalam perubahan fisiologis, ibu nifas berisiko mengalami beberapa yakni
perdarahan postpartum dan bahaya infeksi (ditimbulkan oleh nyeri perineum)
yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan hasil analisis data cakupan presentase kunjungan nifas ke-3 di
Indonesia pada tahun 2013-2018 dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata data angka cakupan presentase kunjungan nifas ke-3 di Indonesia
pada tahun 2013-2018 adalah 86,30.
2. Nilai terbesar presentase kunjungan nifas ke-3 di Indonesia pada tahun 2017
yaitu 87,36.
3. Nilai terkecil presentase kunjungan nifas ke-3 di Indonesia pada tahun 2016
yaitu 84,41.