SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
MAKALAH
MANAJEMEN TERNAK POTONG
“Persyaratan Kuantitatif dan Kualitatif Calon Bibit Sapi Madura, PO,
Brahman dan Sistem Perkawinan Alam dan Buatan (IB)”
Oleh:
Jihad Izzul Islam
L1A1 14 135
C
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan daging yaitu dengan
meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas sapi potong. Untuk itu bibit
sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan
mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan
daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara
berkelanjutan.
Perkawinan merupakan bagian dari kegiatan reproduksi untuk menghasilkan
keturunan. Dalam penyediaan bibit ada dua perkawinan yang dapat dilakukan
pada ternak, yaitu perkawinan alami dan perkawinan buatan dengan bantuan
manusia.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penulisan makalah ini.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui persyaratan kuantitatif dan kualitatif calon bibit sapi
madura, PO dan brahman.
2. Untuk mengetahui sistem perkawinan alami dan buatan (IB)
Manfaat yang dapt diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Dapat mengetahui persyaratan kuantitatif dan kualitatif calon bibit sapi
madura, PO dan brahman.
2. Dapat mengetahui sistem perkawinan alami dan buatan (IB)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persyaratan Kuantitatif dan Kualitatif
1. Sapi Madura
Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang
terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu
yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan
lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak.
Kuantitatif :
a. Warna merah bata atau merah coklat campur putih dengan batas tidak jelas
pada bagian pantat;
b. Tanduk kecil pendek mengarah ke sebelah luar;
c. Tubuh kecil, kaki pendek;
d. Gumba pada betina tidak jelas, pada jantan berkembang baik.
Betina : a. umur 18-24 bulan.
b. Tinggi gumba:
 Kelas I minimal 108 cm;
 Kelas II minimal 105 cm;
 Kelas III minimal 102 cm.
c. panjang badan :
 Kelas I 127 cm;
 Kelas II 123 cm;
 Kelas III 119 cm.
Jantan : a. umur 24-36 bulan.
b. Tinggi gumba:
 Kelas I minimal 121 cm;
 Kelas II minimal 110cm;
 Kelas III minimal 105 cm.
c. Panjang Badan:
 Kelas I 147 cm;
 Kelas II 142 cm;
 Kelas III 132 cm.
2. Sapi PO
Sapi Peranakan Ongole (PO) memiliki ciri-ciri secara umum yaitu sebagai
beikut :
a. Warna bulu putih keabu-abuan;
b. Kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan bulu sekitar mata berwarna hitam;
c. Badan besar, gelambir longgar bergantung;
d. Punuk besar;
e. Leher pendek;
f. Tanduk pendek.
Betina : a. umur 18-24 bulan.
b. Tinggi gumba;
 Kelas I minimal 116 cm;
 Kelas II minimal 113 cm;
 Kelas III minimal 111 cm.
c. Panjang badan:
 Kelas I minimal 124 cm;
 Kelas II minimal 117 cm;
 Kelas III minimal 115 cm.
Jantan : a. umur 24-36 bulan.
b. Tinggi gumba:
 Kelas I minimal 127 cm;
 Kelas II minimal 125 cm;
 Kelas III minimal 124 cm.
c. Panjang badan:
 Kelas I minimal 139 cm;
 Kelas II minimal 133 cm;
 Kelas III minimal 130 cm.
3. Sapi Limousin
Sapi Limousin memiliki Ciri-ciri secara umum yaitu sebagai berikut :
a. Pada jantan warna kuning agak kelabu (beige).
b. Pada betina berwarna merah bata.
c. tanduk : tidak bertanduk.
d. bentuk badan : ukuran tubuh besar, badan kompak dan padat.
e. tinggi gumba :
 jantan : 1. Umur 18-36 bulan.
2. Tinggi gumba minimal 130 cm.
3. Berat badan : minimal 450 kg.
 Betina : 1. Umur 14-24 bulan.
2. Tinggi gumba minimal 120 cm.
3. Berat badan minimal 350 kg
B. Perkawinan
a. Perkawinan Alami
Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan dengan
intensifikasi kawin alam melalui distribusi pejantan unggul terseleksi dari
bangsa sapi lokal atau impor dengan empat manajemen perkawinan, yakni: (1)
perkawinan model kandang individu, (2) perkawinan model kandang
kelompok/umbaran, (3) perkawinan model rench (paddock) dan (4) perkawinan
model padang pengembalaan. Pejantan yang digunakan berasal dari hasil
seleksi sederhana, yaitu berdasarkan penilaian performans tubuh dan kualitas
semen yang baik, berumur lebih dari dua tahun dan bebas dari penyakit
reproduksi seperti EBL dan IBR.
Untuk seleksi induk diharapkan memiliki deskriptif sebagai berikut: 1)
induk dereman/manaan (nahunan), yakni dapat beranak setiap tahun, 2) skor
kondisi tubuh 5-7 (Gambar 4), 5) badan tegap, sehat dan tidak cacat, 4) tulang
pinggul dan ambing besar, lubang pusar agak dalam dan 5) Tinggi gumba > 135
cm dengan bobot badan > 300 kg. Pengamatan birahi dapat dilakukan setiap
hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung
dengan tanda-tanda estrus. Apabila birahi pagi dikawinkan pada sore hari dan
apabila birahi sore dikawinkan pada besuk pagi hingga siang. Persentase
kejadian birahi yang terbanyak pada pagi hari. Setelah 6-12 jam terlihat gejala
birahi, sapi induk dibawa dan diikat ke kandang kawin yang dapat dibuat dari
besi atau kayu, kemudian didatangkan pejantan yang dituntun oleh dua orang
dan dikawinkan dengan induk yang birahi tersebut minimal dua kali ejakulasi.
Setelah 21 hari (hari ke 18-23) dari perkawinan, dilakukan pengamatan birahi
lagi dan apabila tidak ada gejala birahi hinggga dua siklus (42 hari) berikutnya,
kemungkinan sapi induk tersebut berhasil bunting.
Untuk meyakinkan bunting tidaknya, setelah 60 hari sejak di kawinkan,
dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan dengan palpasi rektal, yaitu adanya
pembesaran uterus seperti balon karet (10-16 cm) dan setelah hari ke 90 sebesar
anak tikus. Induk setelah bunting tetap berada dalam kandang individu hingga
beranak, namun ketika beranak diharapkan induk di keluarkan dari kandang
individu selama kurang lebih 7-10 hari dan selanjutnya dimasukkan ke kandang
invidu lagi.
b. Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan merupakan salah satu teknologi dalam reproduksi ternak
yang memiliki manfaat dalam mempercepat peningkatan mutu genetik ternak,
mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui perkawinan
alam, meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul, serta menurunkan/
menghilangkan biaya investasi pengadaan dan pemeliharaan ternak pejantan.
Merupakan suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau
semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari
ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan
metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘(Toelihere,. 1993).
Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18
jam setelah sapi menunjukkan gejala berahi karena pada saat tersebut sel telur
telah mencapai saluran tuba falopii yaitu saluran tempat penyatuan sel telur
dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan. Tujuan dari inseminasi
buatan yaitu memperbaiki mutu genetika ternak; Tidak mengharuskan pejantan
unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih lama; Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan
teratur dan Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yanng dapat di simpulkan pada pembahasan di atas yaitu:
1. Dalam pemilihan calon bibit masing-masing dari sapi memiliki sifat
kuantitatif dan kualitatif yang berbeda-beda.
2. Sistem perkawinan secara alami merupakan perkawinan yg dilakukan ternak
meski tanpa bantuan manusia, sedangkan perkawinan buatan melibatkan
bantuan manusia sehingga perkawinan ternak dapat teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Petunjuk Praktis
Pengukuran Ternak Potong. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian NTB. BSN. 2008. Bibit Sapi Peranakan Ongole. SNI.
Muhibbah, V. 2007. Parameter Tubuh dan Sifat-Sifat Karkas Sapi Potong pada
Kondisi Tubuh yang Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Purnomo, Adi. 2003. Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro.
http://perundangan.pertanian.go.id/admin/p_mentan/Permentan-54-06.pdf.

More Related Content

Similar to Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll

Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Tata Naipospos
 
bimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdf
bimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdfbimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdf
bimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdf
RunnerWindAllerian
 
Teknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongTeknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potong
sujononasa
 
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
PTPN VI
 

Similar to Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll (20)

Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman BabiMenyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
 
MATERI_SKB_7.pdf
MATERI_SKB_7.pdfMATERI_SKB_7.pdf
MATERI_SKB_7.pdf
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
Laporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkokLaporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkok
 
INSEMINASI BUATAN upload.pptx
INSEMINASI BUATAN upload.pptxINSEMINASI BUATAN upload.pptx
INSEMINASI BUATAN upload.pptx
 
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
 
bertrnak ayam kampung
bertrnak ayam kampungbertrnak ayam kampung
bertrnak ayam kampung
 
Studi banding ayam buras
Studi banding ayam burasStudi banding ayam buras
Studi banding ayam buras
 
Menaksir bobot badan
Menaksir bobot badanMenaksir bobot badan
Menaksir bobot badan
 
bimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdf
bimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdfbimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdf
bimtek Ayam KUB Puslitbangnak 9 Juli 2021.pdf
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
Teknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi HewanTeknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi Hewan
 
Memilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potongMemilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potong
 
Teknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongTeknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potong
 
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
 
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksipemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
pemulian ternak 4 sumber informasi seleksi
 
Manajemen induk
Manajemen indukManajemen induk
Manajemen induk
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
 
Baka Lembu Pedaging di Malaysia
Baka Lembu Pedaging di MalaysiaBaka Lembu Pedaging di Malaysia
Baka Lembu Pedaging di Malaysia
 
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptxPPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Syarat kuantitatif bibit_sapi_madura_dll

  • 1. MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG “Persyaratan Kuantitatif dan Kualitatif Calon Bibit Sapi Madura, PO, Brahman dan Sistem Perkawinan Alam dan Buatan (IB)” Oleh: Jihad Izzul Islam L1A1 14 135 C JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan daging yaitu dengan meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas sapi potong. Untuk itu bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan. Perkawinan merupakan bagian dari kegiatan reproduksi untuk menghasilkan keturunan. Dalam penyediaan bibit ada dua perkawinan yang dapat dilakukan pada ternak, yaitu perkawinan alami dan perkawinan buatan dengan bantuan manusia. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penulisan makalah ini. B. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui persyaratan kuantitatif dan kualitatif calon bibit sapi madura, PO dan brahman. 2. Untuk mengetahui sistem perkawinan alami dan buatan (IB) Manfaat yang dapt diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Dapat mengetahui persyaratan kuantitatif dan kualitatif calon bibit sapi madura, PO dan brahman. 2. Dapat mengetahui sistem perkawinan alami dan buatan (IB)
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Persyaratan Kuantitatif dan Kualitatif 1. Sapi Madura Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak. Kuantitatif : a. Warna merah bata atau merah coklat campur putih dengan batas tidak jelas pada bagian pantat; b. Tanduk kecil pendek mengarah ke sebelah luar; c. Tubuh kecil, kaki pendek; d. Gumba pada betina tidak jelas, pada jantan berkembang baik. Betina : a. umur 18-24 bulan. b. Tinggi gumba:  Kelas I minimal 108 cm;  Kelas II minimal 105 cm;  Kelas III minimal 102 cm. c. panjang badan :  Kelas I 127 cm;  Kelas II 123 cm;  Kelas III 119 cm. Jantan : a. umur 24-36 bulan. b. Tinggi gumba:  Kelas I minimal 121 cm;  Kelas II minimal 110cm;  Kelas III minimal 105 cm. c. Panjang Badan:  Kelas I 147 cm;
  • 4.  Kelas II 142 cm;  Kelas III 132 cm. 2. Sapi PO Sapi Peranakan Ongole (PO) memiliki ciri-ciri secara umum yaitu sebagai beikut : a. Warna bulu putih keabu-abuan; b. Kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan bulu sekitar mata berwarna hitam; c. Badan besar, gelambir longgar bergantung; d. Punuk besar; e. Leher pendek; f. Tanduk pendek. Betina : a. umur 18-24 bulan. b. Tinggi gumba;  Kelas I minimal 116 cm;  Kelas II minimal 113 cm;  Kelas III minimal 111 cm. c. Panjang badan:  Kelas I minimal 124 cm;  Kelas II minimal 117 cm;  Kelas III minimal 115 cm. Jantan : a. umur 24-36 bulan. b. Tinggi gumba:  Kelas I minimal 127 cm;  Kelas II minimal 125 cm;  Kelas III minimal 124 cm. c. Panjang badan:  Kelas I minimal 139 cm;  Kelas II minimal 133 cm;  Kelas III minimal 130 cm.
  • 5. 3. Sapi Limousin Sapi Limousin memiliki Ciri-ciri secara umum yaitu sebagai berikut : a. Pada jantan warna kuning agak kelabu (beige). b. Pada betina berwarna merah bata. c. tanduk : tidak bertanduk. d. bentuk badan : ukuran tubuh besar, badan kompak dan padat. e. tinggi gumba :  jantan : 1. Umur 18-36 bulan. 2. Tinggi gumba minimal 130 cm. 3. Berat badan : minimal 450 kg.  Betina : 1. Umur 14-24 bulan. 2. Tinggi gumba minimal 120 cm. 3. Berat badan minimal 350 kg B. Perkawinan a. Perkawinan Alami Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan dengan intensifikasi kawin alam melalui distribusi pejantan unggul terseleksi dari bangsa sapi lokal atau impor dengan empat manajemen perkawinan, yakni: (1) perkawinan model kandang individu, (2) perkawinan model kandang kelompok/umbaran, (3) perkawinan model rench (paddock) dan (4) perkawinan model padang pengembalaan. Pejantan yang digunakan berasal dari hasil seleksi sederhana, yaitu berdasarkan penilaian performans tubuh dan kualitas semen yang baik, berumur lebih dari dua tahun dan bebas dari penyakit reproduksi seperti EBL dan IBR. Untuk seleksi induk diharapkan memiliki deskriptif sebagai berikut: 1) induk dereman/manaan (nahunan), yakni dapat beranak setiap tahun, 2) skor kondisi tubuh 5-7 (Gambar 4), 5) badan tegap, sehat dan tidak cacat, 4) tulang pinggul dan ambing besar, lubang pusar agak dalam dan 5) Tinggi gumba > 135 cm dengan bobot badan > 300 kg. Pengamatan birahi dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung
  • 6. dengan tanda-tanda estrus. Apabila birahi pagi dikawinkan pada sore hari dan apabila birahi sore dikawinkan pada besuk pagi hingga siang. Persentase kejadian birahi yang terbanyak pada pagi hari. Setelah 6-12 jam terlihat gejala birahi, sapi induk dibawa dan diikat ke kandang kawin yang dapat dibuat dari besi atau kayu, kemudian didatangkan pejantan yang dituntun oleh dua orang dan dikawinkan dengan induk yang birahi tersebut minimal dua kali ejakulasi. Setelah 21 hari (hari ke 18-23) dari perkawinan, dilakukan pengamatan birahi lagi dan apabila tidak ada gejala birahi hinggga dua siklus (42 hari) berikutnya, kemungkinan sapi induk tersebut berhasil bunting. Untuk meyakinkan bunting tidaknya, setelah 60 hari sejak di kawinkan, dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan dengan palpasi rektal, yaitu adanya pembesaran uterus seperti balon karet (10-16 cm) dan setelah hari ke 90 sebesar anak tikus. Induk setelah bunting tetap berada dalam kandang individu hingga beranak, namun ketika beranak diharapkan induk di keluarkan dari kandang individu selama kurang lebih 7-10 hari dan selanjutnya dimasukkan ke kandang invidu lagi. b. Inseminasi Buatan Inseminasi Buatan merupakan salah satu teknologi dalam reproduksi ternak yang memiliki manfaat dalam mempercepat peningkatan mutu genetik ternak, mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui perkawinan alam, meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul, serta menurunkan/ menghilangkan biaya investasi pengadaan dan pemeliharaan ternak pejantan. Merupakan suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘(Toelihere,. 1993). Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18 jam setelah sapi menunjukkan gejala berahi karena pada saat tersebut sel telur telah mencapai saluran tuba falopii yaitu saluran tempat penyatuan sel telur dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan. Tujuan dari inseminasi
  • 7. buatan yaitu memperbaiki mutu genetika ternak; Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya; Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama; Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur dan Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
  • 8. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yanng dapat di simpulkan pada pembahasan di atas yaitu: 1. Dalam pemilihan calon bibit masing-masing dari sapi memiliki sifat kuantitatif dan kualitatif yang berbeda-beda. 2. Sistem perkawinan secara alami merupakan perkawinan yg dilakukan ternak meski tanpa bantuan manusia, sedangkan perkawinan buatan melibatkan bantuan manusia sehingga perkawinan ternak dapat teratur.
  • 9. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Potong. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian NTB. BSN. 2008. Bibit Sapi Peranakan Ongole. SNI. Muhibbah, V. 2007. Parameter Tubuh dan Sifat-Sifat Karkas Sapi Potong pada Kondisi Tubuh yang Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Purnomo, Adi. 2003. Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. http://perundangan.pertanian.go.id/admin/p_mentan/Permentan-54-06.pdf.