SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
PENGARUH FAKTOR RESIKO AKNE VULGARIS TERHADAP MAHASISWA
Nur Farah Hanini
Medical Faculty of Hasanuddin University
ABSTRAK
Latar Belakang: Akne Vulgaris merupakan suatu reaksi peradangan kronik pada unit polisebasea yaitu folikel rambut dan kelenjar
sebasea ditandai oleh pembentukan komedo terbuka dan tertutup, papul, pustul, modul dan atau kista yang sering
mempengaruhi kehidupan remaja. Hampir setiap orang pernah mengalami akne vulgaris selama hidup mereka dan biasanya
banyak ditemui pada masa pubertas seseorang. Meskipun akne vulgaris tidak menyebabkan morbiditas berat atau cacat fisik
namun dalam hal ini tetap dipertimbangkan pada konsikuensinya dari segi psikologis dan juga sosial. Metode: Penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data
dilakukan dari Oktober 2016 hingga November 2016 di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ke atas 93 orang responden
mahasiswa pre klinik. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan
program SPSS dan diuji dengan uji chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 73 orang (78.5%) menderita
akne vulgaris dan 20 orang (21.5%) tidak menderita akne vulgaris. Berdasarkan hasil analisa didapatkan sebanyak 75 orang
(80.6%) responden dengan riwayat keluarga, 85 orang (91.4%) responden menyentuh jerawat langsung dengan tangan, 14
responden (15.1%) membersihkan wajah dengan sabun lebih tiga kali sehari, 91 orang (97.8%) responden riwayat makan
gorengan, 79 responden (84.9%) riwayat makan kacangan, 88 responden (94.6%) riwayat makan keju, 90 responden (96.8%)
riwayat makan coklat, 69 responden (74.2%) responden riwayat minum minuman soda, 81 responden (87.1%) mempunyai
riwayat perubahan hormon seminggu sebelum menstruasi, 78 responden (83.9%) dengan riwayat saat menstruasi, 73 responden
(78.5%) dengan riwayat memencet jerawat,78 responden (83.9%) menggosok kulit wajah, dan 60 responden (64.5%) dengan
riwayat mengalami stres. Dari hasil uji chi square mendapatkan ada hubungan bermakna antara riwayat keluarga (ibu dan saudara
kandung pvalue = 0,000), riwayat kebersihan diri (menyentuh jerawat langsung dengan tangan pvalue = 0,028 dan frekuensi
membersihkan wajah dengan sabun pvalue = 0,016), riwayat perubahan hormon (seminggu sebelum menstruasi pvalue = 0,041
dan saat menstruasi pvalue = 0,015), riwayat trauma (memencet jerawat pvalue = 0,034 dan menggosok kulit wajah pvalue =
0,045), riwayat stres dengan nilai pvalue = 0,040 terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin tahun 2016.
Kata kunci : Akne vulgaris, Riwayat Keluarga, Riwayat Kebersihan Diri, Riwayat Diet, Riwayat Perubahan Hormon, Riwayat
Trauma, Riwayat Stres
ABSTRACT
Backgroud: Acne vulgaris is a chronic inflammatory reaction and a result of obstruction of pilosebaceous units (hair follicles and
their accompanying sebaceous gland) association with the formation of comedones (open and closed), papules, pustules, nodules,
and/or cysts and often affects teenager’s life. Almost everyone has experienced acne vulgaris during their lifetime and it is usually
common during their puberty. Although acne vulgaris does not cause severe morbidity or physical disabilities, but in this case
remains to be considered on their consequences in terms of psychological and social. Methods: This study is an analytic study with
a cross sectional study design and the data collected by using simple random sampling technique. This research was conducted
on October 2016 up to November 2016 at University Hasanuddin Faculty of Medicine involving 93 student of pre-clinic students
as samples. Data collected by filling in the questionnaire which has been tested for validity. The collected data were analysed by
using SPSS and has been tested with chi-square test.Results: The results showed that 73 students (78.5%) suffered from acne
vulgaris and 20 students (21.5%) do not suffer from acne vulgaris. Based on the analysis results obtained , 75 respondents (80.6%)
with a family history, 85 respondents (91.4%) touch acne by hand, 14 respondents (15.1%) cleansing with soap more than three
times a day, 91 respondents (97.8% ) with history of eating fried foods, 79 respondents (84.9%) with history of eating beans, 88
respondents (94.6%) with history of eating cheese, 90 respondents (96.8%) with history of eating chocolate, 69 respondents
(74.2%) with history of drinking soda , 81 respondents (87.1%) had a history of hormonal changes a week before menstruation,
78 respondents (83.9%) with a history of during menstrual period, 73 respondents (78.5%) with a history of squeeze acne, 78
people (83.9%) of respondents rubbing the skin, and 60 respondents (64.5%) with stress. From the results of the chi square test
there is significant relationship between family history (mother and siblings pvalue = 0.000), history of personal hygiene (touching
acne by hand pvalue = 0.028 and the frequency of cleansing with soap pvalue = 0.016), history of hormone changes (week before
menstruation pvalue = 0.041 and during menstrual pvalue = 0.015), trauma (squeeze acne pvalue = 0.034 and rub the skin pvalue
= 0.045), history of stress with a value pvalue = 0,040 on the incidence of acne vulgaris in student preclinical Medical Faculty of
Hasanuddin University 2016.
Keywords: Acne vulgaris, Family History, Self Hygiene History, Diet History, Hormonal Changes History, Trauma History, History
of Stress
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
PENDAHULUAN
Menurut Bhate K dan Williams HC
(2013), Akne Vulgaris adalah penyakit
peradangan kronis dari unit polisebasea
merangkumi folikel rambut dan kelenjar sebasea
yang ditandai dengan lesi non inflamasi yaitu
komedo terbuka dan komedo tertutup atau lesi
inflamasi yaitu papula dan pustul. Dalam
penelitian tersebut dikatakan derajat akne
vugaris mempengaruhi dewasa muda sekitar
20% sedangkan pada derajat parah ianya
berhubungan dengan masa pubertas individu
tersebut.
Pada catatan studi menurut Dermatologi
Kosmetika Indonesia pula telah menunjukkan
bahwa pada tahun 2006 terdapat 60% penderita
akne vulgaris diikuti pada 2007 sebanyak 80%
penderita dan 90% penderita pada tahun 2009
(Tjekyan, 2008). Data rekam medis yang
didapatkan dari RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar pula menunjukkan angka kunjungan
penderita akne vulgaris pada tahun 2008 sebesar
7,8% dari seluruh kunjungan di Poliklinik Kulit
dan Kelamin. Manakala data rekam medis di
beberapa rumah sakit di Indonesia pada tahun
2008, didapatkan kunjungan penderita akne
vulgaris berat yang cukup tinggi antara di
beberapa rumah sakit di Indonesia antara lain di
RSUP Wahidin Sudirohusodo terdapat 21% dari
seluruh kunjungan penderita akne vulgaris, di
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang terdapat 6%
dari seluruh kunjungan penderita akne vulgaris
dan di RS Dr. Sardjito Yogyakarta terdapat 9%
dari seluruh kunjungan penderita akne vulgaris
(Anis, 2013). Pelbagai faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan akne vulgaris
seperti faktor genetik, faktor endokrin
(androgen, pituitary sebotropic), faktor
makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor
psikis, faktor musim, faktor stres, infeksi bakteri
(Propionibacterium acnes), kosmetika, dan
bahan kimia lain (Zaenglein, 2008).
Meskipun Akne vulgaris tidak
menyebabkan morbiditas berat atau cacat fisik
namun tetap dipertimbangkan pada
konsikuensinya dari segi psikologis dan juga
sosial. Selain faktor kosmetika, stres psikologis
merupakan salah satu faktor yang dapat memicu
terjadinya pertumbuhan akne vulgaris bahkan
memberikan masalah psikologis yang dapat
mempengaruhi kehidupan pasien. Akne vulgaris
derajat berat dapat menyebabkan jaringan parut
dan sedikit kecacatan selain dapat
memperparah kondisi yang ada (Darwish, 2013).
Oleh kerana itu, adanya kehadiran faktor resiko
dalam mempengaruhi akne vulgaris dan
tingginya angka kejadian penyakit akne vulgaris
di kalangan remaja atau dewasa muda harus
menjadi perkara yang serius, maka diperlukan
penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh
faktor resiko terhadap kejadian akne vulgaris
pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin pada tahun 2016.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan metode pengumpulan data
secara cross sectional.Metode pengumpulan
data ini menggunakan kuesioner bagi menilai
pengaruh faktor resiko yang dialami oleh
mahasiswa dan pengaruhnya terhadap akne
vulgaris. Sampel yang diambil di Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin adalah
sebanyak 93 orang mahasiswa Pre Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin yang hadir
pada waktu penelitian dengan menggunakan
metode slovin.
HASIL
Berdasarkan hasil yang diperoleh
sebanyak 20 orang (21.5%) daripada 93 orang
responden tidak mengalami keluhan akne
vulgaris, dan selebihnya sebanyak 73 orang
(78.5%) sedang mengalami keluhan akne
vulgaris. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang
mengalami akne vulgaris sebagian besar (53.8%)
dalam kategori usia produktif yaitu 21-25 tahun
dan responden yang berada dalam kategori
umur 19-20 tahun adalah sebanyak 46.2%.
Menurut Depkes RI (2009), semua responden
tergolong dalam kategori masa remaja akhir
yaitu antara umur 17 hingga 25 tahun.
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan
keluhan akne vulgaris.
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan
angkatan dan umur.
Karakteristik N %
Angkatan
2013
2014
2015
2016
24
23
23
23
25.8
24.7
24.7
24.7
Total 93 100
Umur
Remaja (19-20 tahun)
Dewasa awal (21-25
tahun)
43
50
46.2
53.8
Total 93 100
Tabel 3. Hubungan riwayat keluarga terhadap
kejadian akne vulgaris.
Riwayat
Keluarga
dengan
akne
vulgaris
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
N % N %
Tidak
ada
12 66.7 6 33.3
0.000
Ada 8 10.7 67 89.3
Total 20 21.5 73 78.5
Pada tabel 3, responden tanpa keluhan
akne vulgaris tetapi mempunyai riwayat
keluarga sebanyak 8 orang (10.7%) dan tidak ada
riwayat keluarga sebanyak 12 orang (66.7%).
Sedangkan mahasiswa yang mengalami keluhan
akne vulgaris dengan dengan riwayat keluarga
sebanyak 67 orang (89.3%) dan tidak ada riwayat
keluarga sebanyak 6 orang (33.3%).
Tabel 4. Hubungan riwayat kebersihan diri terhadap kejadian akne vulgaris.
Riwayat
kebersihan diri
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
Membersihkan
wajah secara
teratur dengan
sabun
15
(24.6%)
5
(17.2%)
0
(0.0%)
46
(75.4%)
24
(82.8%)
3
(100 %)
0.478
Mencuci wajah
sebelum tidur
setiap malam
12
(26.1%)
8
(19.0%)
0
(0.0%)
34
(81.0%)
34
(81.0%)
5
(100%) 0.351
Menyentuh
jerawat secara
langsung dengan
tangan
10
(27.8%)
6
(12.2%)
4
(50.0%)
26
(72.2%)
43
(87.8%)
4
(50.0%)
0.028
73
20
0
20
40
60
80
Jumlah
Keluhan Akne Vulgaris pada mahasiswa
Pre-klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Ada Tidak
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
Tabel 5. Hubungan kekerapan membersihkan wajah dengan sabun terhadap akne vulgaris.
Riwayat
kebersihan diri
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
<3kali/
hari
3kali/
hari
>3kali/
hari
<3kali/
hari
3kali/
hari
>3kali/
hari
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
Kekerapan
membersihkan
wajah dengan
sabun
4
(8.9%)
11
(32.4%)
5
(35.7%)
41
(91.1%)
23
(67.6%)
9
(64.3%)
0.016
Pada Tabel 4, responden yang
mengalami keluhan akne vulgaris sering
membersihkan wajah secara teratur dengan
menggunakan sabun sebanyak 46 orang (75.4%).
Rata-rata responden yang mengalami keluhan
akne vulgaris sering mencuci wajah sebelum
tidur setiap malam sebanyak 34 orang (81.0%).
Pada tabel 5, didapatkan responden yang
mengalami keluhan akne vulgaris dan
membersihkan wajah lebih dari tiga kali perhari
hanya 9 orang (64.3%).
Tabel 6. Hubungan riwayat diet terhadap kejadian akne vulgaris.
Riwayat diet
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
Gorengan 8
(21.6%)
12
(22.2%)
0
(0.0%)
29
(78.4%)
42
(77.8%)
2
(100%) 0.754
Kacang-
kacangan
6
(33.3%)
12
(19.7%)
2
(14.3%)
12
(66.7%)
49
(80.3%)
12
(85.7%) 0.360
Keju 3
(11.1%)
17
(27.9%)
0
(00.0%)
24
(88.9%)
44
(72.1%)
5
(100%) 0.102
Coklat 8 (21.1%) 10
(19.2%)
2
(66.7%)
30
(78.9%)
42
(80.8%)
1
(33.3%) 0.150
Minuman Soda 0
(00.0%)
16
(26.2%)
4
(16.7%)
8
(100%)
45
(73.8%)
20
(83.3%) 0.189
Berdasarkan tabel 6, didapatkan
mayoritas responden yang mengalami keluhan
akne vulgaris mengonsumsi gorengan sebanyak
71 orang (76.3%), makanan kacang-kacangan
sebanyak 61 orang (65.6%), makanan keju
sebanyak 68 orang (73.1 %), makanan coklat
sebanyak 72 orang (77.4%) dan minuman soda
sebanyak 53 orang (57.0%).
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
Tabel 7. Hubungan riwayat siklus menstruasi yang teratur terhadap akne vulgaris
Pada tabel 7, mayoritas responden
perempuan yang mempunyai keluhan akne
vulgaris mempunyai siklus menstruasi yang
regular dan teratur setiap bulan menstruasi
sebanyak 47 orang (83.9%) lebih banyak
daripada responden yang tidak mempunyai
siklus menstruasi yang regular sebanyak 9 orang
(81.8%). Sedangkan responden perempuan yang
tidak mempunyai keluhan akne vulgaris
mempunyai siklus menstruasi yang regular dan
teratur setiap bulan menstruasi sebanyak 9
orang (16.1%)
Tabel 8. Hubungan riwayat perubahan hormon terhadap kejadian akne vulgaris.
Riwayat
perubahan
hormon
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
Seminggu
sebelum
menstruasi
5
(10.9%)
3
(25.0%)
5
(0.0%)
41
(89.1%)
9
(75.0%)
7
(58.3%) 0.041
Saat
menstruasi
3
(7.5%)
4
(26.7%)
6
(40.0%)
37
(92.5%)
11
(73.3%)
9
(60.0%) 0.015
Selepas
menstruasi
1
(7.1%)
9
(20.0%)
3
(27.3%)
13
(92.9%)
36
(80.0%)
8
(72.7%) 0.402
Tabel 9. Hubungan jerawat yang timbul selama siklus menstruasi terhadap kejadian akne vulgaris
Riwayat
perubahan
hormon
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
< 5 lesi > 5 lesi Tidak
pasti
< 5 lesi > 5 lesi Tidak
pasti
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
Jerawat yang
timbul selama
siklus
menstruasi
8
(19.0%)
0
(0.0%)
5
(27.8%)
34
(81.0%)
10
(100%)
13
(72.2%)
0.192
47
9
1
9
2 2
0
10
20
30
40
50
Ya Tidak Tidak Pasti
Berjerawat Tidak Berjerawat
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
Pada tabel 8, dari 70 orang responden
wanita pada penelitian ini, didapatkan mayoritas
responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris menyatakan sering menderita akne
vulgaris seminggu sebelum menstruasi sebanyak
41 orang (89.1%) dan saat menstruasi sebanyak
37 orang (92.5%). Pada tabel 9, mayoritas
responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris mendapatkan kurang dari 5 lesi akne
vulgaris yang timbul selama siklus menstruasi
dengan bilangan sebanyak 34 orang (81.0%),
lebih dari 5 lesi sebanyak 10 orang (100%).
Tabel 10. Hubungan riwayat trauma terhadap kejadian akne vulgaris
Riwayat
trauma
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
N
(%)
Menyentuh
jerawat
4
(13.3%)
12
(21.8%)
4
(50.0%)
26
(86.7%)
43
(78.2%)
4
(50.0%) 0.081
Memencet
jerawat
2
(8.0%)
10
(20.8%)
8
(40.0%)
23
(92.0%)
38
(79.2%)
12
(60.0%) 0.034
Menggaruk
kulit wajah
1
(8.3%)
9
(17.3%)
10
(34.5%)
11
(91.7%)
43
(82.7%)
19
(65.5%) 0.097
Menggosok
kulit wajah
5 (11.4%) 9
(26.5%)
6
(40.0%)
39
(88.6%)
25
(73.5%)
9
(60.0%) 0.045
Membersih
wajah dengan
pembersih
mengandung
skrub
1
(10.0%)
14
(24.1%)
5
(20.0%)
9
(90.0%)
44
(75.9%)
20
(80.0%) 0.590
Pada tabel 10, mayoritas responden
yang mengalami keluhan akne vulgaris dengan
memencet jerawat sebanyak 61 orang (65.6%)
dan menggosok kulit wajah dengan
menggunakan handuk atau baju sebanyak 64
orang (68.8%). Manakala sebanyak 26 orang
(86.7%) responden yang berjerawat sering
menyentuh jerawat. Sebanyak 11 orang (91.7%)
responden yang berjerawat sering menggaruk
kulit wajah dan 9 orang (90.0%) responden yang
berjerawat sering membersihkan wajah dengan
pembersih mengandung skrub.
Tabel 11. Hubungan riwayat stres terhadap kejadian akne vulgaris
Riwayat
stres
Akne (-) Akne (+)
P
(0.05)
< 16 > 16 < 16 > 16
N (%) N (%) N (%) N (%)
Tingkat
stress 11 (33.3%) 9 (15.0%) 22 (66.7%) 51 (85.0%) 0.040
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
Pada tabel 11, didapatkan mayoritas responden
mengalami stres dengan hasil lebih dari 16
sebanyak 60 orang (64.5%). Sebanyak 33 orang
(32.3%) responden tidak mengalami stres
dengan hasil kurang dari 16.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
pada tabel 1 didapatkan data siswa yang
menderita akne vulgaris sebanyak 73 orang
(78.5%), sedangkan siswa yang tidak menderita
akne vulgaris sebanyak 20 orang (21.5%). Hal ini
bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tasoula et al (2012) yang mengatakan
bahwa akne vulgaris pada umumnya dapat
menyerang 80% kalangan remaja dan orang
dewasa di berbagai derajat penyakit tersebut.
Hal ini terjadi kerana sampel yang diambil pada
penelitian ini adalah mahasiswa yang umurnya
berada dalam kisaran 19-25 tahun. Menurut
Depkes RI (2009), semua responden tergolong
dalam kategori masa remaja akhir yaitu antara
umur 17 hingga 25 tahun.
Menurut Efendi (2003), akne vulgaris
merupakan penyakit heredeter akibat adanya
peningkatan kepekaan pada unit pilosebasea
terhadap kadar androgen yang normal dalam
darah. Selain itu, faktor genetik juga diduga
berperan dalam menentukan bentuk dan
gambaran klinis, penyebaran lesi serta durasi
penyakit. Pada tabel 3, ditemukan data pada
orang yang memiliki riwayat keluarga yaitu 75
orang (80.7%), didapatkan mempunyai keluhan
kejadian akne vulgaris pada 67 orang (89.3%)
dan tidak mempunyai keluhan akne vulgaris
pada 8 orang (10.7%). Berdasarkan hasil uji
statistik, diperoleh nilai p=0.000 (p>0.05). Hasil
penelitian ini bersesuaian dengan hasil
penelitian Tjekyan (2008) dimana responden
yang mempunyai riwayat keluarga dengan akne
vulgaris ternyata mengalami akne vulgaris
sebanyak 80.04% dan secara statistik bermakna
atau dengan kata lain riwayat keluarga
berpengaruh terhadap kejadian akne vulgaris.
Pada tabel 4, ditemukan data pada
responden yang sering membersihkan wajah
secara teratur yaitu 61 orang (65.6%),
didapatkan mempunyai keluhan kejadian akne
vulgaris pada 46 orang (75.4%). Hasil penelitian
ini tidak bersesuaian dengan kepustakaan
Tjekyan (2008), untuk mendapatkan kulit yang
bersih diperlukan hanya membersihkan wajah
dua kali sehari dengan air dan sabun yang
lembut untuk mengurangi minyak yang berlebih
di kulit dan juga mengangkat kulit yang mati. Hal
ini membawa kepada hasil bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna membersihkan wajah
secara teratur menggunakan sabun dengan
kejadian akne vulgaris pada mahasiswa dengan
nilai p=0.478. Hasil uji statistik antara pengaruh
mencuci wajah sebelum tidur setiap malam juga
menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna terhadap kejadian akne vulgaris
dengan nilai p=0.351. Menurut penelitian
sebelumnya oleh Rahmawati (2012),
membersihkan wajah sebaiknya dilakukan
setelah melakukan aktivitas dan juga sebelum
istirahat seperti sebelum tidur. Hal ini kerana
untuk memastikan agar kulit sentiasa bersih dari
sisa-sisa kosmetik dan juga kotoran. Kulit yang
bersih saat istirahat akan dapat membantu
menimbulkan perasaan nyaman pada diri
seseorang. Pengaruh menyentuh jerawat secara
langsung dengan tangan terhadap kejadian akne
vulgaris telah memberikan hubungan yang
bermakna terhadap kejadian akne vulgaris
dengan nilai p=0.028. Pada tabel 5 pula
ditemukan hasil uji statistik yang diperoleh
menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara frekuensi membersihkan
wajah dengan sabun dengan kejadian akne
vulgaris dengan nilai p = 0.016. Hal ini
bersesuaian dengan hasil penilitian Tjekyan
(2008), didapatkan responden yang menderita
akne vulgaris dengan frekuensi membersihkan
wajah berhubungan linier dimana semakin
sering wajah dibersihkan semakin rendah angka
kejadian akne vulgaris dengan hasil hanya 2%
sahaja angka kejadian akne vulgaris pada yang
membersihkan wajah lebih dari 3 kali perhari.
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
Berbagai penelitian menyebutkan
bahwa saat ini belum ada bukti makanan
tersebut dapat langsung menyebabkan akne.
Makanan tersebut dapat mempengaruhi
metabolism tubuh sehingga mengaktifkan
kelenjar polisebasea untuk menghasilkan sebum
dan bila terjadi penyumbatan pada folikelnya
maka dapat menjadi awal dari akne, namun
metabolisme setiap individu itu berbeda-beda
sehingga reaksi yang terjadi pada kelenjar
polisebasea juga tidak sama pada setiap individu
(Tjekyan, 2008). Menurut Anis (2013),
ditemukan adanya hubungan yang signifikan
terhadap konsumsi minuman soda dan coklat
terhadap kejadian akne vulgaris di dalam
penelitian yang dilakukan oleh Munawar Z dkk.
Namun hasil dari penelitian ini tidak bersesuaian
dengan penilitian Munawar Z dkk. Hasil korelasi
kelima-lima makanan menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna antara diet dan juga
kejadian akne vulgaris dimana gorengan p =
0.754, kacang-kacangan p = 0.360, keju p =
0.102, coklat p = 0.150 dan juga minuman soda p
= 0.189.
Pada tabel 7, mayoritas responden
perempuan mempunyai siklus menstruasi yang
teratur setiap bulan sebanyak 56 orang (80%),
pada responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris sebanyak 47 orang (83.9%) dan
responden yang tidak mempunyai keluhan akne
vulgaris sebanyak 9 orang (81.8%). Hasil uji Chi-
square didapatkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara siklus mentsruasi dengan
kejadian akne vulgaris pada responden
(p=0.090). Hal ini bersesuaian dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ghodsi et al (2009) yang
menyatakan bahwa siklus menstruasi yang
teratur tidak memiliki hubungan yang bermakna
terhadap kejadian akne vulgaris. Pada tabel 8,
mayoritas responden perempuan sering
mengalami kejadian akne vulgaris seminggu
sebelum menstruasi sebanyak 46 orang (65.7%).
Namun, didapatkan juga sebanyak 40 responden
(57.1%) yang menderita akne vulgaris saat
menstruasi. Berdasarkan hasil uji Chi-square,
didapatkan ada hubungan yang bermakna
antara riwayat perubahan hormon dengan
seminggu sebelum menstruasi dan saat
menstruasi terhadap akne vulgaris yaitu p=0.041
dan p=0.015. Hasil uji statistik menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna diantara
riwayat perubahan hormon selepas menstruasi
dengan kejadian akne vulgaris dengan nilai
p=0.402 didukung dengan kepustakaan hasil
studi yang telah dilakukan pada tahun 1991 oleh
Vaswani dan Pandhi mengenai hubungan
diantara akne vulgaris dengan siklus menstruasi,
disebutkan bahwa rata-rata lesi noninflamasi
dan lesi inflamasi pada fase menstruasi
meningkat dan kemudiannya akan menurun
pada fase setelah menstruasi (Ayudiyanti, 2014).
Pada tabel 9, hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara jerawat yang timbul selama
siklus menstruasi dengan kejadian akne vulgaris
dengan nilai p=0.192. Hal ini diduga karena
mayoritas responden wanita menyatakan bahwa
kurang dari 5 lesi akne vulgaris yang timbul
selama siklus menstruasi sebanyak 42 orang
(60.0%), pada responden yang memiliki akne
vulgaris sebanyak 34 orang (81.0%) dan
responden yang tidak memiliki akne vulgaris
sebanyak 8 orang (19.0%). Hasil penelitian ini
tidak bersesuaian dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa pada umumnya 5 hingga 10
lesi yang akan muncul kurang lebih satu minggu
sebelum menstruasi (Sultana, 2012).
Pada tabel 10, didapatkan hasil data
mayoritas responden memencet jerawat
sebanyak 73 orang (78.5%) dan menggosok kulit
wajah sebanyak 78 orang (83.9%). Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara memencet jerawat dan
menggosok kulit wajah terhadap kejadian akne
vulgaris dimana memberi nilai p=0.034 dan
p=0.045. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa tekanan
dan gesekan dapat menginduksi terjadinya
komedo dan papul juga beberapa pasien yang
mempunyai kebiasaan menggosok kulit
wajahnya dikatakan dapat menambah
pembentukan lesi akne vulgaris (Anis, 2013).
Trauma yang berulang kali pada kulit akan
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
menyebabkan kerusakan pada unit polisebasea
hingga dapat mengakibatkan adanya erupsi
akne. Namun, tidak ditemukan hubungan yang
bermakna antara riwayat trauma dengan
menyentuh jerawat (p=0.081), menggaruk kulit
wajah (p=0.097) dan membersihkan wajah
dengan pembersih yang mengandung skrub
(p=0.590) terhadap kejadian akne vulgaris.
Adanya trauma fisik berupa gesekan maupun
tekanan dapat meransang timbulnya akne
vulgaris (Siregar, 2005).
Pada tabel 11, didapatkan mayoritas
responden mengalami stres dengan hasil lebih
dari 16 sebanyak 60 orang (64.5%), pada
responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris sebanyak 51 orang (85.0%) dan
responden yang tidak memiliki keluhan akne
vulgaris sebanyak 9 orang (15.0%). Sebanyak 33
orang (32.3%) responden tidak mengalami stress
dengan hasil kurang dari 16. Hasil dari uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna
antara faktor stres dengan kejadian akne vulgaris
dimana hasil nilai p=0.040. Hal ini terkait dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa adanya
stres emosi telah dapat menyebabkan akne
vulgaris berulang kembali pada sebagian
penderita melalui mekanisme peningkatan
produksi hormon androgen dalam tubuh
(Effendi, 2003). Menurut Medline Plus, National
Institutes of Health Amerika Serikat (2006) juga
menyatakan bahwa stres merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya akne
vulgaris selain dapat memperberat kondisi akne
vulgaris sedang diderita.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulakn
bahwa didapatkan daripada 93 orang responden
yang diteliti, mayoritas sebanyak 73 orang
(78.5%) diantaranya yang sedang mengalami
keluhan akne vulgaris dan 20 orang (21.5%)
selebihnya tidak mengalami keluhan akne
vulgaris.
Riwayat keluarga didapatkan
berpengaruh terhadap kejadian akne vulgaris.
Didapatkan hubungan yang bermakna antara
riwayat kebersihan diri (menyentuh jerawat
secara langsung dan frekuensi membersihkan
wajah dengan sabun) terhadap kejadian akne
vulgaris.
Didapatkan hubungan yang bermakna
antara riwayat perubahan hormon (seminggu
sebelum menstruasi dan saat menstruasi)
terhadap kejadian akne vulgaris.
Tindakan memencet jerawat dan
menggosok kulit wajah memberikan hubungan
yang bermakna antara riwayat trauma terhadap
kejadian akne vulgaris. Didapatkan hubungan
yang bermakna antara stres terhadap kejadian
akne vulgaris.
SARAN
Penelitian dilakukan dalam ruang
lingkup yang lebih luas di beberapa fakultas dan
juga universitas sehingga dapat mewakili
populasi yang lebih luas pada kalangan umur
remaja akhir (17-25 tahun). Diharapkan
mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin dapat mengetahui dan
memahami sekaligus dapat menghindarkan diri
dari faktor resiko yang berpengaruh terhadap
timbulnya akne vulgaris.
Diharapkan dapat dilaksanakan kegiatan
promosi kesihatan berupa penyuluhan dan juga
pembuatan media kesehatan yang mudah
dipahami dan menarik berkaitan dengan faktor
resiko terhadap kejadian akne vulgaris dalam
kalangan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Afriyanti, R.N. 2015. Akne Vulgaris Pada
Remaja. J Majority. 4(6); 102-109
2. Anwar A I. 2013. Tata Laksana Akne Vulgaris.
Makassar: Dua Satu Press.
3. Ayudiyanti P., Indramaya D. M. 2010. Studi
Retrospektif: Faktor Pencetus Akne Vulgaris.
Berkala Ilmu Kesihatan Kulit Kelamin.
Universitas Airlangga, Indonesia. 26(1); 41-
47.
4. Bhake K, Williams H.C. 2013. Epidemiology
of Acne Vulgaris. British Journal
Dermatology. 168; 474-485.
Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa
Disember 2016
5. Efendi, Z., 2003. Peran Kulit dalam
Mengatasi Akne Vulgaris. Available from:
http://library.usu.ac.id/download/fk/hiztolo
gi-zukesti3.pdf
6. Ghodsi et al. 2009. Prevalence, Severity, and
Severity Risk Factors of Acne in High School
Pupils: A Community-Based Study. Journal of
Investigative Dermatology. 129; 2136-2141.
7. Kataria U., Chhillar D. 2015. Acne:
Ethipathogenesis and its management.
International Archives of Integrated
Medicine. 2(5); 225-231.
8. National Institute of Arthritis and
Musculoskeletal and Skin Diseases, National
Institutes of Health, 2006. Questions and
Answers about Acne.
9. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
10. Sultana N. 2012. Knowlegde on Acne
Vulgaris and Menstrual Cycle: A Study on
Adolescent Girls. ASA University Bangladesh.
6(1); 265-272.
11. Tasoula E et al. 2012.The impact of acne
vulgaris on quality of life and psychic health
in young adolescents in Greece. Results of a
population survey. An Bras Dermatol. 87(6):
862-869.
12. Tjekyan R.M. 2008. Kejadian dan Faktor
Resiko Akne Vulgaris. Jurnal Media Medika
Indonesiana. 43(1); 37-43.
13. Zaenglein AL, Garber EM, Thiboutot DM.
2008. Acne Vulgaris and Acneiform Eruption.
Fitzpatrick's Dermatology in General
Medicine, Eighth Edition. United States of
America: The McGraw-Hill Companies.

More Related Content

Viewers also liked

La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...
La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...
La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...Fagner Glinski
 
Kristi d. jones resume (2)
Kristi d. jones resume (2)Kristi d. jones resume (2)
Kristi d. jones resume (2)Kristi Jones
 
FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira - Linguagem Jurídica - AULA 11
FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira  -  Linguagem Jurídica - AULA 11FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira  -  Linguagem Jurídica - AULA 11
FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira - Linguagem Jurídica - AULA 11Jordano Santos Cerqueira
 
Assignment Server, Client Application
Assignment Server, Client ApplicationAssignment Server, Client Application
Assignment Server, Client ApplicationShahzeb Pirzada
 
Los remedios de la abuela
 Los remedios de la abuela Los remedios de la abuela
Los remedios de la abuelaNatkura Aplicada
 
Transitions of Care Pilot Study
Transitions of Care Pilot StudyTransitions of Care Pilot Study
Transitions of Care Pilot StudyIndia Bergeland
 
Investigacion sobre interpolacion
Investigacion sobre interpolacionInvestigacion sobre interpolacion
Investigacion sobre interpolacionjosegtorrealba
 
Problemas problemas
Problemas problemasProblemas problemas
Problemas problemasJoseph Jos
 
CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005
CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005
CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005Om Prakash Poddar
 
Las relaciones publicas
Las relaciones publicasLas relaciones publicas
Las relaciones publicasjr_256
 

Viewers also liked (13)

La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...
La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...
La Movilidad como Elemento Clave en la Calidad de Vida de las Ciudades - Nick...
 
Kristi d. jones resume (2)
Kristi d. jones resume (2)Kristi d. jones resume (2)
Kristi d. jones resume (2)
 
FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira - Linguagem Jurídica - AULA 11
FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira  -  Linguagem Jurídica - AULA 11FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira  -  Linguagem Jurídica - AULA 11
FACELI - D1 - Zilda Maria Fantin Moreira - Linguagem Jurídica - AULA 11
 
Assignment Server, Client Application
Assignment Server, Client ApplicationAssignment Server, Client Application
Assignment Server, Client Application
 
Los remedios de la abuela
 Los remedios de la abuela Los remedios de la abuela
Los remedios de la abuela
 
Transitions of Care Pilot Study
Transitions of Care Pilot StudyTransitions of Care Pilot Study
Transitions of Care Pilot Study
 
Rough cut comparison
Rough cut comparisonRough cut comparison
Rough cut comparison
 
Investigacion sobre interpolacion
Investigacion sobre interpolacionInvestigacion sobre interpolacion
Investigacion sobre interpolacion
 
Problemas problemas
Problemas problemasProblemas problemas
Problemas problemas
 
CV Cristina Capecchi oct16
CV Cristina Capecchi oct16CV Cristina Capecchi oct16
CV Cristina Capecchi oct16
 
CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005
CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005
CIC maintains silence to invoke section 7(1) of RTI Act 2005
 
Einstein
EinsteinEinstein
Einstein
 
Las relaciones publicas
Las relaciones publicasLas relaciones publicas
Las relaciones publicas
 

Similar to Pengaruh faktor resiko akne vulgaris terhadap mahasiswa

Hubungan perawatan kulit wajah
Hubungan perawatan kulit wajahHubungan perawatan kulit wajah
Hubungan perawatan kulit wajahUli Nurrahman
 
Artikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdf
Artikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdfArtikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdf
Artikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdfyosrasigitpramono
 
Skrining kanker servik& kanker payudara.pptx
Skrining kanker servik& kanker payudara.pptxSkrining kanker servik& kanker payudara.pptx
Skrining kanker servik& kanker payudara.pptxSriAyomi1
 
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...abdulaziz15068
 
KEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptx
KEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptxKEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptx
KEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptxJayantiMekarSari
 
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran KemihJurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran KemihAsma Wati
 
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptxHPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptxsyahronmaskat1
 
research presentation azizah.pdf
research presentation azizah.pdfresearch presentation azizah.pdf
research presentation azizah.pdf2AZIZAHBINTIHUSIN
 
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Aji Wibowo
 
MINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptx
MINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptxMINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptx
MINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptxoctie1
 
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptxBAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptxCynthiaOctavia1
 
FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptx
FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptxFAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptx
FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptxGinaRevanaDwiAprilia
 

Similar to Pengaruh faktor resiko akne vulgaris terhadap mahasiswa (20)

3661 6909-1-sm
3661 6909-1-sm3661 6909-1-sm
3661 6909-1-sm
 
PPT PDL.pptx
PPT PDL.pptxPPT PDL.pptx
PPT PDL.pptx
 
JURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdfJURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdf
 
Hubungan perawatan kulit wajah
Hubungan perawatan kulit wajahHubungan perawatan kulit wajah
Hubungan perawatan kulit wajah
 
Artikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdf
Artikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdfArtikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdf
Artikel Pub Effek Health Education DM Katarak Vol6(2) Des 2021.pdf
 
Skrining kanker servik& kanker payudara.pptx
Skrining kanker servik& kanker payudara.pptxSkrining kanker servik& kanker payudara.pptx
Skrining kanker servik& kanker payudara.pptx
 
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG WABAH COVID-19 DAN ATURAN KEKARANTINAAN TERHADAP...
 
KEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptx
KEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptxKEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptx
KEBIJAKAN KANKER SERVIKS PAYUDARA_KADIS.pptx
 
jurnal adelia101011056_FS01
jurnal adelia101011056_FS01jurnal adelia101011056_FS01
jurnal adelia101011056_FS01
 
Abstrakdevi dan inggrisnya
Abstrakdevi dan inggrisnyaAbstrakdevi dan inggrisnya
Abstrakdevi dan inggrisnya
 
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran KemihJurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
 
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptxHPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
HPV-WS-BIAS-25-Agst-2022.pptx
 
research presentation azizah.pdf
research presentation azizah.pdfresearch presentation azizah.pdf
research presentation azizah.pdf
 
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...
 
3189
31893189
3189
 
document (1).pdf
document (1).pdfdocument (1).pdf
document (1).pdf
 
Power poin proposal.ppt
Power poin proposal.pptPower poin proposal.ppt
Power poin proposal.ppt
 
MINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptx
MINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptxMINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptx
MINILOKAKARYA BULANAN OKTOBER 2022.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptxBAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
 
FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptx
FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptxFAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptx
FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI.pptx
 

Recently uploaded

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 

Recently uploaded (20)

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 

Pengaruh faktor resiko akne vulgaris terhadap mahasiswa

  • 1. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 PENGARUH FAKTOR RESIKO AKNE VULGARIS TERHADAP MAHASISWA Nur Farah Hanini Medical Faculty of Hasanuddin University ABSTRAK Latar Belakang: Akne Vulgaris merupakan suatu reaksi peradangan kronik pada unit polisebasea yaitu folikel rambut dan kelenjar sebasea ditandai oleh pembentukan komedo terbuka dan tertutup, papul, pustul, modul dan atau kista yang sering mempengaruhi kehidupan remaja. Hampir setiap orang pernah mengalami akne vulgaris selama hidup mereka dan biasanya banyak ditemui pada masa pubertas seseorang. Meskipun akne vulgaris tidak menyebabkan morbiditas berat atau cacat fisik namun dalam hal ini tetap dipertimbangkan pada konsikuensinya dari segi psikologis dan juga sosial. Metode: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dari Oktober 2016 hingga November 2016 di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ke atas 93 orang responden mahasiswa pre klinik. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program SPSS dan diuji dengan uji chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 73 orang (78.5%) menderita akne vulgaris dan 20 orang (21.5%) tidak menderita akne vulgaris. Berdasarkan hasil analisa didapatkan sebanyak 75 orang (80.6%) responden dengan riwayat keluarga, 85 orang (91.4%) responden menyentuh jerawat langsung dengan tangan, 14 responden (15.1%) membersihkan wajah dengan sabun lebih tiga kali sehari, 91 orang (97.8%) responden riwayat makan gorengan, 79 responden (84.9%) riwayat makan kacangan, 88 responden (94.6%) riwayat makan keju, 90 responden (96.8%) riwayat makan coklat, 69 responden (74.2%) responden riwayat minum minuman soda, 81 responden (87.1%) mempunyai riwayat perubahan hormon seminggu sebelum menstruasi, 78 responden (83.9%) dengan riwayat saat menstruasi, 73 responden (78.5%) dengan riwayat memencet jerawat,78 responden (83.9%) menggosok kulit wajah, dan 60 responden (64.5%) dengan riwayat mengalami stres. Dari hasil uji chi square mendapatkan ada hubungan bermakna antara riwayat keluarga (ibu dan saudara kandung pvalue = 0,000), riwayat kebersihan diri (menyentuh jerawat langsung dengan tangan pvalue = 0,028 dan frekuensi membersihkan wajah dengan sabun pvalue = 0,016), riwayat perubahan hormon (seminggu sebelum menstruasi pvalue = 0,041 dan saat menstruasi pvalue = 0,015), riwayat trauma (memencet jerawat pvalue = 0,034 dan menggosok kulit wajah pvalue = 0,045), riwayat stres dengan nilai pvalue = 0,040 terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun 2016. Kata kunci : Akne vulgaris, Riwayat Keluarga, Riwayat Kebersihan Diri, Riwayat Diet, Riwayat Perubahan Hormon, Riwayat Trauma, Riwayat Stres ABSTRACT Backgroud: Acne vulgaris is a chronic inflammatory reaction and a result of obstruction of pilosebaceous units (hair follicles and their accompanying sebaceous gland) association with the formation of comedones (open and closed), papules, pustules, nodules, and/or cysts and often affects teenager’s life. Almost everyone has experienced acne vulgaris during their lifetime and it is usually common during their puberty. Although acne vulgaris does not cause severe morbidity or physical disabilities, but in this case remains to be considered on their consequences in terms of psychological and social. Methods: This study is an analytic study with a cross sectional study design and the data collected by using simple random sampling technique. This research was conducted on October 2016 up to November 2016 at University Hasanuddin Faculty of Medicine involving 93 student of pre-clinic students as samples. Data collected by filling in the questionnaire which has been tested for validity. The collected data were analysed by using SPSS and has been tested with chi-square test.Results: The results showed that 73 students (78.5%) suffered from acne vulgaris and 20 students (21.5%) do not suffer from acne vulgaris. Based on the analysis results obtained , 75 respondents (80.6%) with a family history, 85 respondents (91.4%) touch acne by hand, 14 respondents (15.1%) cleansing with soap more than three times a day, 91 respondents (97.8% ) with history of eating fried foods, 79 respondents (84.9%) with history of eating beans, 88 respondents (94.6%) with history of eating cheese, 90 respondents (96.8%) with history of eating chocolate, 69 respondents (74.2%) with history of drinking soda , 81 respondents (87.1%) had a history of hormonal changes a week before menstruation, 78 respondents (83.9%) with a history of during menstrual period, 73 respondents (78.5%) with a history of squeeze acne, 78 people (83.9%) of respondents rubbing the skin, and 60 respondents (64.5%) with stress. From the results of the chi square test there is significant relationship between family history (mother and siblings pvalue = 0.000), history of personal hygiene (touching acne by hand pvalue = 0.028 and the frequency of cleansing with soap pvalue = 0.016), history of hormone changes (week before menstruation pvalue = 0.041 and during menstrual pvalue = 0.015), trauma (squeeze acne pvalue = 0.034 and rub the skin pvalue = 0.045), history of stress with a value pvalue = 0,040 on the incidence of acne vulgaris in student preclinical Medical Faculty of Hasanuddin University 2016. Keywords: Acne vulgaris, Family History, Self Hygiene History, Diet History, Hormonal Changes History, Trauma History, History of Stress
  • 2. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 PENDAHULUAN Menurut Bhate K dan Williams HC (2013), Akne Vulgaris adalah penyakit peradangan kronis dari unit polisebasea merangkumi folikel rambut dan kelenjar sebasea yang ditandai dengan lesi non inflamasi yaitu komedo terbuka dan komedo tertutup atau lesi inflamasi yaitu papula dan pustul. Dalam penelitian tersebut dikatakan derajat akne vugaris mempengaruhi dewasa muda sekitar 20% sedangkan pada derajat parah ianya berhubungan dengan masa pubertas individu tersebut. Pada catatan studi menurut Dermatologi Kosmetika Indonesia pula telah menunjukkan bahwa pada tahun 2006 terdapat 60% penderita akne vulgaris diikuti pada 2007 sebanyak 80% penderita dan 90% penderita pada tahun 2009 (Tjekyan, 2008). Data rekam medis yang didapatkan dari RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar pula menunjukkan angka kunjungan penderita akne vulgaris pada tahun 2008 sebesar 7,8% dari seluruh kunjungan di Poliklinik Kulit dan Kelamin. Manakala data rekam medis di beberapa rumah sakit di Indonesia pada tahun 2008, didapatkan kunjungan penderita akne vulgaris berat yang cukup tinggi antara di beberapa rumah sakit di Indonesia antara lain di RSUP Wahidin Sudirohusodo terdapat 21% dari seluruh kunjungan penderita akne vulgaris, di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang terdapat 6% dari seluruh kunjungan penderita akne vulgaris dan di RS Dr. Sardjito Yogyakarta terdapat 9% dari seluruh kunjungan penderita akne vulgaris (Anis, 2013). Pelbagai faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan akne vulgaris seperti faktor genetik, faktor endokrin (androgen, pituitary sebotropic), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, faktor musim, faktor stres, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lain (Zaenglein, 2008). Meskipun Akne vulgaris tidak menyebabkan morbiditas berat atau cacat fisik namun tetap dipertimbangkan pada konsikuensinya dari segi psikologis dan juga sosial. Selain faktor kosmetika, stres psikologis merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya pertumbuhan akne vulgaris bahkan memberikan masalah psikologis yang dapat mempengaruhi kehidupan pasien. Akne vulgaris derajat berat dapat menyebabkan jaringan parut dan sedikit kecacatan selain dapat memperparah kondisi yang ada (Darwish, 2013). Oleh kerana itu, adanya kehadiran faktor resiko dalam mempengaruhi akne vulgaris dan tingginya angka kejadian penyakit akne vulgaris di kalangan remaja atau dewasa muda harus menjadi perkara yang serius, maka diperlukan penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh faktor resiko terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada tahun 2016. METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional.Metode pengumpulan data ini menggunakan kuesioner bagi menilai pengaruh faktor resiko yang dialami oleh mahasiswa dan pengaruhnya terhadap akne vulgaris. Sampel yang diambil di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin adalah sebanyak 93 orang mahasiswa Pre Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang hadir pada waktu penelitian dengan menggunakan metode slovin. HASIL Berdasarkan hasil yang diperoleh sebanyak 20 orang (21.5%) daripada 93 orang responden tidak mengalami keluhan akne vulgaris, dan selebihnya sebanyak 73 orang (78.5%) sedang mengalami keluhan akne vulgaris. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami akne vulgaris sebagian besar (53.8%) dalam kategori usia produktif yaitu 21-25 tahun dan responden yang berada dalam kategori umur 19-20 tahun adalah sebanyak 46.2%. Menurut Depkes RI (2009), semua responden tergolong dalam kategori masa remaja akhir yaitu antara umur 17 hingga 25 tahun.
  • 3. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan keluhan akne vulgaris. Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan angkatan dan umur. Karakteristik N % Angkatan 2013 2014 2015 2016 24 23 23 23 25.8 24.7 24.7 24.7 Total 93 100 Umur Remaja (19-20 tahun) Dewasa awal (21-25 tahun) 43 50 46.2 53.8 Total 93 100 Tabel 3. Hubungan riwayat keluarga terhadap kejadian akne vulgaris. Riwayat Keluarga dengan akne vulgaris Akne (-) Akne (+) P (0.05) N % N % Tidak ada 12 66.7 6 33.3 0.000 Ada 8 10.7 67 89.3 Total 20 21.5 73 78.5 Pada tabel 3, responden tanpa keluhan akne vulgaris tetapi mempunyai riwayat keluarga sebanyak 8 orang (10.7%) dan tidak ada riwayat keluarga sebanyak 12 orang (66.7%). Sedangkan mahasiswa yang mengalami keluhan akne vulgaris dengan dengan riwayat keluarga sebanyak 67 orang (89.3%) dan tidak ada riwayat keluarga sebanyak 6 orang (33.3%). Tabel 4. Hubungan riwayat kebersihan diri terhadap kejadian akne vulgaris. Riwayat kebersihan diri Akne (-) Akne (+) P (0.05) Sering Kadang- kadang Tidak pernah Sering Kadang- kadang Tidak pernah N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) Membersihkan wajah secara teratur dengan sabun 15 (24.6%) 5 (17.2%) 0 (0.0%) 46 (75.4%) 24 (82.8%) 3 (100 %) 0.478 Mencuci wajah sebelum tidur setiap malam 12 (26.1%) 8 (19.0%) 0 (0.0%) 34 (81.0%) 34 (81.0%) 5 (100%) 0.351 Menyentuh jerawat secara langsung dengan tangan 10 (27.8%) 6 (12.2%) 4 (50.0%) 26 (72.2%) 43 (87.8%) 4 (50.0%) 0.028 73 20 0 20 40 60 80 Jumlah Keluhan Akne Vulgaris pada mahasiswa Pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Ada Tidak
  • 4. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 Tabel 5. Hubungan kekerapan membersihkan wajah dengan sabun terhadap akne vulgaris. Riwayat kebersihan diri Akne (-) Akne (+) P (0.05) <3kali/ hari 3kali/ hari >3kali/ hari <3kali/ hari 3kali/ hari >3kali/ hari N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) Kekerapan membersihkan wajah dengan sabun 4 (8.9%) 11 (32.4%) 5 (35.7%) 41 (91.1%) 23 (67.6%) 9 (64.3%) 0.016 Pada Tabel 4, responden yang mengalami keluhan akne vulgaris sering membersihkan wajah secara teratur dengan menggunakan sabun sebanyak 46 orang (75.4%). Rata-rata responden yang mengalami keluhan akne vulgaris sering mencuci wajah sebelum tidur setiap malam sebanyak 34 orang (81.0%). Pada tabel 5, didapatkan responden yang mengalami keluhan akne vulgaris dan membersihkan wajah lebih dari tiga kali perhari hanya 9 orang (64.3%). Tabel 6. Hubungan riwayat diet terhadap kejadian akne vulgaris. Riwayat diet Akne (-) Akne (+) P (0.05) Sering Kadang- kadang Tidak pernah Sering Kadang- kadang Tidak pernah N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) Gorengan 8 (21.6%) 12 (22.2%) 0 (0.0%) 29 (78.4%) 42 (77.8%) 2 (100%) 0.754 Kacang- kacangan 6 (33.3%) 12 (19.7%) 2 (14.3%) 12 (66.7%) 49 (80.3%) 12 (85.7%) 0.360 Keju 3 (11.1%) 17 (27.9%) 0 (00.0%) 24 (88.9%) 44 (72.1%) 5 (100%) 0.102 Coklat 8 (21.1%) 10 (19.2%) 2 (66.7%) 30 (78.9%) 42 (80.8%) 1 (33.3%) 0.150 Minuman Soda 0 (00.0%) 16 (26.2%) 4 (16.7%) 8 (100%) 45 (73.8%) 20 (83.3%) 0.189 Berdasarkan tabel 6, didapatkan mayoritas responden yang mengalami keluhan akne vulgaris mengonsumsi gorengan sebanyak 71 orang (76.3%), makanan kacang-kacangan sebanyak 61 orang (65.6%), makanan keju sebanyak 68 orang (73.1 %), makanan coklat sebanyak 72 orang (77.4%) dan minuman soda sebanyak 53 orang (57.0%).
  • 5. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 Tabel 7. Hubungan riwayat siklus menstruasi yang teratur terhadap akne vulgaris Pada tabel 7, mayoritas responden perempuan yang mempunyai keluhan akne vulgaris mempunyai siklus menstruasi yang regular dan teratur setiap bulan menstruasi sebanyak 47 orang (83.9%) lebih banyak daripada responden yang tidak mempunyai siklus menstruasi yang regular sebanyak 9 orang (81.8%). Sedangkan responden perempuan yang tidak mempunyai keluhan akne vulgaris mempunyai siklus menstruasi yang regular dan teratur setiap bulan menstruasi sebanyak 9 orang (16.1%) Tabel 8. Hubungan riwayat perubahan hormon terhadap kejadian akne vulgaris. Riwayat perubahan hormon Akne (-) Akne (+) P (0.05) Sering Kadang- kadang Tidak pernah Sering Kadang- kadang Tidak pernah N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) Seminggu sebelum menstruasi 5 (10.9%) 3 (25.0%) 5 (0.0%) 41 (89.1%) 9 (75.0%) 7 (58.3%) 0.041 Saat menstruasi 3 (7.5%) 4 (26.7%) 6 (40.0%) 37 (92.5%) 11 (73.3%) 9 (60.0%) 0.015 Selepas menstruasi 1 (7.1%) 9 (20.0%) 3 (27.3%) 13 (92.9%) 36 (80.0%) 8 (72.7%) 0.402 Tabel 9. Hubungan jerawat yang timbul selama siklus menstruasi terhadap kejadian akne vulgaris Riwayat perubahan hormon Akne (-) Akne (+) P (0.05) < 5 lesi > 5 lesi Tidak pasti < 5 lesi > 5 lesi Tidak pasti N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) Jerawat yang timbul selama siklus menstruasi 8 (19.0%) 0 (0.0%) 5 (27.8%) 34 (81.0%) 10 (100%) 13 (72.2%) 0.192 47 9 1 9 2 2 0 10 20 30 40 50 Ya Tidak Tidak Pasti Berjerawat Tidak Berjerawat
  • 6. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 Pada tabel 8, dari 70 orang responden wanita pada penelitian ini, didapatkan mayoritas responden yang mengalami keluhan akne vulgaris menyatakan sering menderita akne vulgaris seminggu sebelum menstruasi sebanyak 41 orang (89.1%) dan saat menstruasi sebanyak 37 orang (92.5%). Pada tabel 9, mayoritas responden yang mengalami keluhan akne vulgaris mendapatkan kurang dari 5 lesi akne vulgaris yang timbul selama siklus menstruasi dengan bilangan sebanyak 34 orang (81.0%), lebih dari 5 lesi sebanyak 10 orang (100%). Tabel 10. Hubungan riwayat trauma terhadap kejadian akne vulgaris Riwayat trauma Akne (-) Akne (+) P (0.05) Sering Kadang- kadang Tidak pernah Sering Kadang- kadang Tidak pernah N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) N (%) Menyentuh jerawat 4 (13.3%) 12 (21.8%) 4 (50.0%) 26 (86.7%) 43 (78.2%) 4 (50.0%) 0.081 Memencet jerawat 2 (8.0%) 10 (20.8%) 8 (40.0%) 23 (92.0%) 38 (79.2%) 12 (60.0%) 0.034 Menggaruk kulit wajah 1 (8.3%) 9 (17.3%) 10 (34.5%) 11 (91.7%) 43 (82.7%) 19 (65.5%) 0.097 Menggosok kulit wajah 5 (11.4%) 9 (26.5%) 6 (40.0%) 39 (88.6%) 25 (73.5%) 9 (60.0%) 0.045 Membersih wajah dengan pembersih mengandung skrub 1 (10.0%) 14 (24.1%) 5 (20.0%) 9 (90.0%) 44 (75.9%) 20 (80.0%) 0.590 Pada tabel 10, mayoritas responden yang mengalami keluhan akne vulgaris dengan memencet jerawat sebanyak 61 orang (65.6%) dan menggosok kulit wajah dengan menggunakan handuk atau baju sebanyak 64 orang (68.8%). Manakala sebanyak 26 orang (86.7%) responden yang berjerawat sering menyentuh jerawat. Sebanyak 11 orang (91.7%) responden yang berjerawat sering menggaruk kulit wajah dan 9 orang (90.0%) responden yang berjerawat sering membersihkan wajah dengan pembersih mengandung skrub. Tabel 11. Hubungan riwayat stres terhadap kejadian akne vulgaris Riwayat stres Akne (-) Akne (+) P (0.05) < 16 > 16 < 16 > 16 N (%) N (%) N (%) N (%) Tingkat stress 11 (33.3%) 9 (15.0%) 22 (66.7%) 51 (85.0%) 0.040
  • 7. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 Pada tabel 11, didapatkan mayoritas responden mengalami stres dengan hasil lebih dari 16 sebanyak 60 orang (64.5%). Sebanyak 33 orang (32.3%) responden tidak mengalami stres dengan hasil kurang dari 16. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, pada tabel 1 didapatkan data siswa yang menderita akne vulgaris sebanyak 73 orang (78.5%), sedangkan siswa yang tidak menderita akne vulgaris sebanyak 20 orang (21.5%). Hal ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Tasoula et al (2012) yang mengatakan bahwa akne vulgaris pada umumnya dapat menyerang 80% kalangan remaja dan orang dewasa di berbagai derajat penyakit tersebut. Hal ini terjadi kerana sampel yang diambil pada penelitian ini adalah mahasiswa yang umurnya berada dalam kisaran 19-25 tahun. Menurut Depkes RI (2009), semua responden tergolong dalam kategori masa remaja akhir yaitu antara umur 17 hingga 25 tahun. Menurut Efendi (2003), akne vulgaris merupakan penyakit heredeter akibat adanya peningkatan kepekaan pada unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal dalam darah. Selain itu, faktor genetik juga diduga berperan dalam menentukan bentuk dan gambaran klinis, penyebaran lesi serta durasi penyakit. Pada tabel 3, ditemukan data pada orang yang memiliki riwayat keluarga yaitu 75 orang (80.7%), didapatkan mempunyai keluhan kejadian akne vulgaris pada 67 orang (89.3%) dan tidak mempunyai keluhan akne vulgaris pada 8 orang (10.7%). Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai p=0.000 (p>0.05). Hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil penelitian Tjekyan (2008) dimana responden yang mempunyai riwayat keluarga dengan akne vulgaris ternyata mengalami akne vulgaris sebanyak 80.04% dan secara statistik bermakna atau dengan kata lain riwayat keluarga berpengaruh terhadap kejadian akne vulgaris. Pada tabel 4, ditemukan data pada responden yang sering membersihkan wajah secara teratur yaitu 61 orang (65.6%), didapatkan mempunyai keluhan kejadian akne vulgaris pada 46 orang (75.4%). Hasil penelitian ini tidak bersesuaian dengan kepustakaan Tjekyan (2008), untuk mendapatkan kulit yang bersih diperlukan hanya membersihkan wajah dua kali sehari dengan air dan sabun yang lembut untuk mengurangi minyak yang berlebih di kulit dan juga mengangkat kulit yang mati. Hal ini membawa kepada hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna membersihkan wajah secara teratur menggunakan sabun dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa dengan nilai p=0.478. Hasil uji statistik antara pengaruh mencuci wajah sebelum tidur setiap malam juga menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kejadian akne vulgaris dengan nilai p=0.351. Menurut penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2012), membersihkan wajah sebaiknya dilakukan setelah melakukan aktivitas dan juga sebelum istirahat seperti sebelum tidur. Hal ini kerana untuk memastikan agar kulit sentiasa bersih dari sisa-sisa kosmetik dan juga kotoran. Kulit yang bersih saat istirahat akan dapat membantu menimbulkan perasaan nyaman pada diri seseorang. Pengaruh menyentuh jerawat secara langsung dengan tangan terhadap kejadian akne vulgaris telah memberikan hubungan yang bermakna terhadap kejadian akne vulgaris dengan nilai p=0.028. Pada tabel 5 pula ditemukan hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi membersihkan wajah dengan sabun dengan kejadian akne vulgaris dengan nilai p = 0.016. Hal ini bersesuaian dengan hasil penilitian Tjekyan (2008), didapatkan responden yang menderita akne vulgaris dengan frekuensi membersihkan wajah berhubungan linier dimana semakin sering wajah dibersihkan semakin rendah angka kejadian akne vulgaris dengan hasil hanya 2% sahaja angka kejadian akne vulgaris pada yang membersihkan wajah lebih dari 3 kali perhari.
  • 8. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 Berbagai penelitian menyebutkan bahwa saat ini belum ada bukti makanan tersebut dapat langsung menyebabkan akne. Makanan tersebut dapat mempengaruhi metabolism tubuh sehingga mengaktifkan kelenjar polisebasea untuk menghasilkan sebum dan bila terjadi penyumbatan pada folikelnya maka dapat menjadi awal dari akne, namun metabolisme setiap individu itu berbeda-beda sehingga reaksi yang terjadi pada kelenjar polisebasea juga tidak sama pada setiap individu (Tjekyan, 2008). Menurut Anis (2013), ditemukan adanya hubungan yang signifikan terhadap konsumsi minuman soda dan coklat terhadap kejadian akne vulgaris di dalam penelitian yang dilakukan oleh Munawar Z dkk. Namun hasil dari penelitian ini tidak bersesuaian dengan penilitian Munawar Z dkk. Hasil korelasi kelima-lima makanan menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara diet dan juga kejadian akne vulgaris dimana gorengan p = 0.754, kacang-kacangan p = 0.360, keju p = 0.102, coklat p = 0.150 dan juga minuman soda p = 0.189. Pada tabel 7, mayoritas responden perempuan mempunyai siklus menstruasi yang teratur setiap bulan sebanyak 56 orang (80%), pada responden yang mengalami keluhan akne vulgaris sebanyak 47 orang (83.9%) dan responden yang tidak mempunyai keluhan akne vulgaris sebanyak 9 orang (81.8%). Hasil uji Chi- square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara siklus mentsruasi dengan kejadian akne vulgaris pada responden (p=0.090). Hal ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghodsi et al (2009) yang menyatakan bahwa siklus menstruasi yang teratur tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian akne vulgaris. Pada tabel 8, mayoritas responden perempuan sering mengalami kejadian akne vulgaris seminggu sebelum menstruasi sebanyak 46 orang (65.7%). Namun, didapatkan juga sebanyak 40 responden (57.1%) yang menderita akne vulgaris saat menstruasi. Berdasarkan hasil uji Chi-square, didapatkan ada hubungan yang bermakna antara riwayat perubahan hormon dengan seminggu sebelum menstruasi dan saat menstruasi terhadap akne vulgaris yaitu p=0.041 dan p=0.015. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna diantara riwayat perubahan hormon selepas menstruasi dengan kejadian akne vulgaris dengan nilai p=0.402 didukung dengan kepustakaan hasil studi yang telah dilakukan pada tahun 1991 oleh Vaswani dan Pandhi mengenai hubungan diantara akne vulgaris dengan siklus menstruasi, disebutkan bahwa rata-rata lesi noninflamasi dan lesi inflamasi pada fase menstruasi meningkat dan kemudiannya akan menurun pada fase setelah menstruasi (Ayudiyanti, 2014). Pada tabel 9, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jerawat yang timbul selama siklus menstruasi dengan kejadian akne vulgaris dengan nilai p=0.192. Hal ini diduga karena mayoritas responden wanita menyatakan bahwa kurang dari 5 lesi akne vulgaris yang timbul selama siklus menstruasi sebanyak 42 orang (60.0%), pada responden yang memiliki akne vulgaris sebanyak 34 orang (81.0%) dan responden yang tidak memiliki akne vulgaris sebanyak 8 orang (19.0%). Hasil penelitian ini tidak bersesuaian dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada umumnya 5 hingga 10 lesi yang akan muncul kurang lebih satu minggu sebelum menstruasi (Sultana, 2012). Pada tabel 10, didapatkan hasil data mayoritas responden memencet jerawat sebanyak 73 orang (78.5%) dan menggosok kulit wajah sebanyak 78 orang (83.9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara memencet jerawat dan menggosok kulit wajah terhadap kejadian akne vulgaris dimana memberi nilai p=0.034 dan p=0.045. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa tekanan dan gesekan dapat menginduksi terjadinya komedo dan papul juga beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan menggosok kulit wajahnya dikatakan dapat menambah pembentukan lesi akne vulgaris (Anis, 2013). Trauma yang berulang kali pada kulit akan
  • 9. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 menyebabkan kerusakan pada unit polisebasea hingga dapat mengakibatkan adanya erupsi akne. Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara riwayat trauma dengan menyentuh jerawat (p=0.081), menggaruk kulit wajah (p=0.097) dan membersihkan wajah dengan pembersih yang mengandung skrub (p=0.590) terhadap kejadian akne vulgaris. Adanya trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan dapat meransang timbulnya akne vulgaris (Siregar, 2005). Pada tabel 11, didapatkan mayoritas responden mengalami stres dengan hasil lebih dari 16 sebanyak 60 orang (64.5%), pada responden yang mengalami keluhan akne vulgaris sebanyak 51 orang (85.0%) dan responden yang tidak memiliki keluhan akne vulgaris sebanyak 9 orang (15.0%). Sebanyak 33 orang (32.3%) responden tidak mengalami stress dengan hasil kurang dari 16. Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor stres dengan kejadian akne vulgaris dimana hasil nilai p=0.040. Hal ini terkait dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa adanya stres emosi telah dapat menyebabkan akne vulgaris berulang kembali pada sebagian penderita melalui mekanisme peningkatan produksi hormon androgen dalam tubuh (Effendi, 2003). Menurut Medline Plus, National Institutes of Health Amerika Serikat (2006) juga menyatakan bahwa stres merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris selain dapat memperberat kondisi akne vulgaris sedang diderita. KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulakn bahwa didapatkan daripada 93 orang responden yang diteliti, mayoritas sebanyak 73 orang (78.5%) diantaranya yang sedang mengalami keluhan akne vulgaris dan 20 orang (21.5%) selebihnya tidak mengalami keluhan akne vulgaris. Riwayat keluarga didapatkan berpengaruh terhadap kejadian akne vulgaris. Didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat kebersihan diri (menyentuh jerawat secara langsung dan frekuensi membersihkan wajah dengan sabun) terhadap kejadian akne vulgaris. Didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat perubahan hormon (seminggu sebelum menstruasi dan saat menstruasi) terhadap kejadian akne vulgaris. Tindakan memencet jerawat dan menggosok kulit wajah memberikan hubungan yang bermakna antara riwayat trauma terhadap kejadian akne vulgaris. Didapatkan hubungan yang bermakna antara stres terhadap kejadian akne vulgaris. SARAN Penelitian dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas di beberapa fakultas dan juga universitas sehingga dapat mewakili populasi yang lebih luas pada kalangan umur remaja akhir (17-25 tahun). Diharapkan mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dapat mengetahui dan memahami sekaligus dapat menghindarkan diri dari faktor resiko yang berpengaruh terhadap timbulnya akne vulgaris. Diharapkan dapat dilaksanakan kegiatan promosi kesihatan berupa penyuluhan dan juga pembuatan media kesehatan yang mudah dipahami dan menarik berkaitan dengan faktor resiko terhadap kejadian akne vulgaris dalam kalangan mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA 1. Afriyanti, R.N. 2015. Akne Vulgaris Pada Remaja. J Majority. 4(6); 102-109 2. Anwar A I. 2013. Tata Laksana Akne Vulgaris. Makassar: Dua Satu Press. 3. Ayudiyanti P., Indramaya D. M. 2010. Studi Retrospektif: Faktor Pencetus Akne Vulgaris. Berkala Ilmu Kesihatan Kulit Kelamin. Universitas Airlangga, Indonesia. 26(1); 41- 47. 4. Bhake K, Williams H.C. 2013. Epidemiology of Acne Vulgaris. British Journal Dermatology. 168; 474-485.
  • 10. Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa Disember 2016 5. Efendi, Z., 2003. Peran Kulit dalam Mengatasi Akne Vulgaris. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/hiztolo gi-zukesti3.pdf 6. Ghodsi et al. 2009. Prevalence, Severity, and Severity Risk Factors of Acne in High School Pupils: A Community-Based Study. Journal of Investigative Dermatology. 129; 2136-2141. 7. Kataria U., Chhillar D. 2015. Acne: Ethipathogenesis and its management. International Archives of Integrated Medicine. 2(5); 225-231. 8. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases, National Institutes of Health, 2006. Questions and Answers about Acne. 9. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC. 10. Sultana N. 2012. Knowlegde on Acne Vulgaris and Menstrual Cycle: A Study on Adolescent Girls. ASA University Bangladesh. 6(1); 265-272. 11. Tasoula E et al. 2012.The impact of acne vulgaris on quality of life and psychic health in young adolescents in Greece. Results of a population survey. An Bras Dermatol. 87(6): 862-869. 12. Tjekyan R.M. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Jurnal Media Medika Indonesiana. 43(1); 37-43. 13. Zaenglein AL, Garber EM, Thiboutot DM. 2008. Acne Vulgaris and Acneiform Eruption. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, Eighth Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies.