KEAMANAN INFORMASI DAN PRIVASI PERPUSTAKAAN ONLINE.pptx
1. KEAMANAN INFORMASI DAN
PRIVASI PERPUSTAKAAN
ONLINE
CREATED BY: NURIAN
DOSEN PENGAMPU: Pak Fauzan
Hidayatullah, S.I.P, M.I.P
2. PENDAHULUAN
PERPUSTAKAAN, yang berkaitan erat dengan koleksi buku atau informasi yang
diletakkan di rak rak buku, kini telah berkembang pesat dengan memanfaatkan peran
teknologi. Telah banyak perpustakaan yang mengubah koleksi tercetaknya ke dalam format
digital. Tidak hanya pihak perpustakaan saja yang dibuat mudah, namun para pengguna pun
juga dimudahkan karena tidak harus berkunjung ke perpustakaan secara fisik.
Di Indonesia sendiri, telah ada beberapa perpustakaan yang berbentuk digital,
meski sebenarnya kurang tepat pula penyebutan tersebut dikarenakan perpustakaan di
Indonesia tidak ada yang benar benar murni sebagai perpustakaan digital, melainkan masih
dipadukan dengan perpustakaan konvensional. Terlepas dari penyebutan “perpustakaan
digital” di Indonesia tepat atau tidak, setidaknya terdapat lebih dari 5 perpustakaan di
Indonesia yang sudah atau pernah berbasis digital. Perpustakaan tersebut antara lain
Indonesia Digital Library Network (IDLN) yang diluncurkan pada Juni 2001 yang sayangnya
saat ini sudah tidak dapat di akses kembali, Spektra Virtual Library (SVL) yang dibentuk pada
tahun 1996, namun saat penulis mencoba masuk ke alamat website, ternyata laman tidak
ditemukan, serta GARBA RUJUKAN DIGITAL INDONESIA (GARUDA) yang saat ini masih dapat
diakses melalui https://garuda.kemdikbud.go.id (Wulandari 2012). Terdapat pula beberapa
perpustakaan digital yang dapat diunduh dan diakses melalui aplikasi, seperti iPusnas,
iJakarta, iKaltim, PustakaGita, dan Ruang Buku Kominfo.
3. 1. Apa itu perpustakaan digital?
Menurut Basuki (n.d) dalam modulnya perpustakaan adalah institusi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional
dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.
Sedangkan kata digital memiliki makna merekam atau menyimpan informasi
sebagai serangkaian angka 1 dan 0, untuk menunjukkan keberadaan sinyal (Cambridge
Dictionary 2021). Kata digital sendiri berasal dari Yunani, yaitu digitus yang artinya jari
jemari. Umumnya, manusia memiliki jari jari di tangan kanan dan kiri, masing masing
terdapat 5 jari, yang apabila dijumlahkan, menjadi 10. Angka 10 sendiri, terdiri dari
dua angka, yaitu angka 1 dan 0. Kedu agka ini bisa disebut dengan bilangan binary
digit (Syafnidawaty, 2020). Sedangkan dalam KBBI, kata digital memiliki makna sesuatu
yang berhubungan dengan angka angka untuk sistem perhitungan tertentu.
Perpustakaan digital adalah institusi yang menghimpun koleksi dalam suatu
format tertentu yang dikelola secar profesional dengan menggunakan sistem
otomatisasi melalui perhitungan tertentu untuk memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat dengan cepat. Atau dapat pula diartikan dengan definisi yang lebih
sederhana, yaitu suatu lembaga yang menyimpan dan mengelola informasi dengan
memanfaatkan perangkat teknologi dalam lingkup virtual (bukan secara fisik)
4. 2. Apa itu keamanan informasi?
Pada dasarnya, keamanan informasi adalah tindakan pencegahan dari akses,
gangguan,pengungkapakan, penggunaan, perekaman, inspeksi, modifikasi atau
perusakan informasi yang dilakukan secara tidak sah, yang tujuan utama nya ialah
memastikan suatu informasi yang disimpan tidak disalahgunakan. (GeeksforGeeks
2021). Keamanan informasi ini tidak hanya diterapkan untuk informasi non digital saja,
namun informasi berbasis digital pun juga hendaknya diterapkan sistem keamanan
informasi. Hal ini seperti yang disampaikan Kurniawan (2018) yang mendefinsikan
keamanan informasi sebagai penjaga terhadap informasi dan data berupa fasilitas baik
komputer atau pun non komputer yang disalahgunakan oleh pihak yang tidak
berwenang.
Bagi perusahaan atau pun instansi ,keamanan informasi tidak hanya
digunakan sebagai cara untuk menjaga suatu informasi tetap aman, namun juga cara
bagi sebuah perusahaan agar tetap berfungsi apabila informasi perusahaan tersebut
mengalami kebobolan (Kurniawan 2018).
5. TIGAASPEK YANG HARUS DI PENUHI DARI KEAMANAN
INFORMASI, YAITU:
Confidentiallity (kerahasiaan), yaitu sebuah informasi hanya dapat di akses oleh
orang orang yang memiliki wewenang.
Integrity (integritas), yaitu sebuah informasi tidak dapat di ubah oleh siapapun
yang tidak memiliki wewenang
Availability (ketersediaan), yaitu sebuah informasi tersedia saat dibutuhkan (BSN
2014)
non-repudiation (ketidakdapatan untuk menyangkal), yaitu satu pihak tidak dapat
menolak untuk menerima pesan
authenticity (keaslian), yaitu setiap informasi yang diberikan berasal dari sumber
terpercaya
accountability, yaitu apa bila suatu informasi terdapat permintaan perubahan
maka harus ada persetujuan dari otoritas yang lebih tinggi
6. (Fang, et al 2020) menjelaskan non-repudiation
dengan pengertian yang lebih detail, yaitu
pelaku tidak dapat menyangkal transaksi
(informasi) yang dilakukannya. Tujuan dari non-
repudiation ini adalah untuk menghimpun,
memelihara,menyimpan serta menguji bukti
yang tidak bisa dibantah mengenai informasi
yang dikirim pelaku ke penerima.
7. Terkait confidentiality (kerahasiaan), Pendit
dalam jurnal yang dituliskan mengungkapkan,
kerahsiaan dalam dunia digital juga dapat
diartikan sebagai pembatasan akses konten
kepada pengguna dengan tujuan untuk
menghindari pembajakan atau penjiplakan.
8. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan teknik studi kepustakaan (literature review), yaitu teknik penelitian yang
mengacu pada penelitian penelitian terdahulu, beberapa pendapat para ahli, serta sumber
sumber terpercaya lainnya yang diperoleh penulis dengan mengkaji hasil penelitian
penelitian tersebut secara detail tanpa tinjauan langsung ke lapangan. Literature review
dapat pula diartikan sebagai pemaparan mengenai teori, temuan, dan/atau bahan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk dijadikan acuan atau dasar dari
penelitian yang akan dilakukan (Syafnidawaty, Literature Riview 2020).
Penelitian yang menggunakan metode ini sebenarnya bisa saja hanya menuliskan
hasil penelitian penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Namun pada umumnya,
pemaparan penelitian yang menggunakan metode ini tetap menuliskan pola penelitian
yang di lakukan serta menggabungkan ringkasan dan sintetis .
Tujuan dari penelitian yang menggunakan metode literature review sendiri
adalah agar peneliti mengetahui kontribusi ke ilmuan pada topik atau isu yang akan di
teliti. Dengan menerapkan metode literature riview pada penelitian ini, penulis berharap
dapat lebih memahami permasalahan keaamanan informasi pada perpustakaan digital.
9. SISTEM KEAMANAN INFORMASI DI
PERPUSTAKAAN DIGITAL
Sistem keamanan informasi di perpustakaan digital adalah sistem yang
dirancang untuk melindungi semua koleksi perpustakaan terhadap pihak pihak lain
yang tidak bertanggung jawab karena melakukan berbagai tindakan kejahatan seperti
vandalisme bahkan pencurian terhadap koleksi perpustakaan.
Keamanan informasi yang paling utama adalah dari admistrator atau
pengelolah informasi itu sendiri, dalam hal ini adalah pustakawan. Mereka yang
memasang , mengelolah dan menghubungkan jaringan haruslah orang orang yang
jujur . Pekerjaan administrator yang benar adalah mengatur jaringan dan sistem file
agar dapat diakse sesuai oleh pengguna. Merekalah yang membuat kata sandi,
memasang sistem pengaman, menjalankan program dan memahami seluk beluk
permasalahan dalam jaringan. Mereka pula yang melakukan backup (mencadangkan)
suatu informasi agar saat terjadi permasalahan terhadap suatu informasi , informasi
tersebut dapat di gunakan .
10. ANCAMAN KEAMANAN
PERPUSTAKAAN DIGITAL
Perubahan format penyimpanan informasi dari cetak ke noncetak di
perpustakaan digital bukan hanya berupa koleksi umum saja , namun juga termasuk
informasi personal dari user [ pengguna/pemustaka]. Alasannya adalah untuk dapat
mengakses konten, pengguna di perlukan mengisi atau menunjukan identitas diri [fox
and ELSherbiny 2011].
Pada perpustakaan digital, layanan yang diberikan dapat berupa
mengumpulkan data identitas pengguna layanan perpustakaan, dan lain lain.dikutip
dari IFLA statement on privacy in the libray Environment, [2015 , hal . 1]. Majelis
umum PBB pada tahun 2013 dan 2014 telah menyuarakan kebijakan terkait privasi
untuk semua negara , yaitu menghormati dan melindungi hak privasi, termasuk dalam
konteks komunikasi digital , yang pernyataan tersebut diadopsi dari resolusi
mengenai right to privacy in the digital age [ hak privasi di era digital]. Karena itu ,
perpustakaan digital dapat memilih data pribadi apa yang dikumpulkan dari
pengguna . Mereka dapat pula meminta penyedia layanan komersial atau menolak
layanan yang berlebihan bila hal tersebut dapat membahayakan privasi pengguna.
Namun, peran perpustakaan mungkin saja terbatas untuk mendapatkan pengetahuan
praktik pengumpulan data yang di lakukan oleh layanan komersial atau lembaga
pemerintah dalam mengelola data privasi pengguna tersebut.
11. Menurut [ arms 2000] , pada dasarnya , internet sendiri tidak aman . Justru
internet yang paling banyak terjadi kejahatan . Orang dapat dengan mudah mengamati
infirmasi yang datang dan pergi melalui jaringan. Sever web dan aurar elektronik adalh
contoh program yang paling sering di gunakan oleh perpustakaan digital dan merupakan
program yang paling tidak aman .
Dikarenakan internet tidak aman, keaamanan informasi paling sederhana bisa
dimulai dari penggunaan komputer individu , yang secara fisik keamanaan pada komputer
individu dapat di lakukan dengan pembatasan akses terhadap komputer tersebut, misalnya
dengan nama login dan kata sandi. Apabila komputer dapat diakses oleh banayak
pengguna , maka diperlukan pihak yang dapat mengontrol untuk menambah atau
mengurangi informasi [koleksi].
Namun, terkait penggunaan komputer ini, ancaman yang terjadi bisa dar internal
maupun eksternal. Ancaman internal tidak hanya dari pustakawan sajs, namun bisa dari
mitra, konsultan, vendor, kontraktor, dan karyawan lainnya yang turut mengelola
perpustakaan digital. Sedangkan contoh ancaman dari pihak eksternal adalah pesaing
perpustakaan digital dengan mengotak atik sistem perpustakaan digital tersebut.
12. PENCEGAHAN ANCAMAN
KEAMANAN INFORMASI
Untuk mencegah kehilangan data, backup atau membuat cadangan suatu informasi
adalah cara yang paling sering digunakan oleh instansi atau lembaga (Anday,et al.,
2012). Namun backup saja tidak cukup. Menurut Fetscherin & Schmid dalam jurnal
yang ditulis oleh ( Fox and ElSherbiny 2011), terdapat beberapa cara untuk melindungi
informasi dalam sebuah teknologi, yaitu:
• Encryption (enkripsi)
• Penggunaan kata sandi
• Pemindaian sidik jari
• Watermarking
• Tanda tangan digital
• Copy detection system
• Sistem pembayaran
13. Encryption adalah istilah yang berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kryptos yang
artinya adalah tersembunyi. Menurut Olufohunsi (2019), encryption atau enkripsi
adalah proses merubah bentuk pesan yang awalnya berbentuk plaintext (pesan yang
dapat di mengerti manusia) menjadi ciphertext (pesan yang tidak dimengerti manusia)
dengan menggunakan algoritma enkripsi (Bassel).
Penggunaan kata sandi dapat pula menjadi cara untuk mencegah kehilangan
informasi. Namun, penggunaan kata sandi ini justru yang paling sering menjadi objek
penyerangan oleh hacker. Para hacker yang sudag ahli, dapat dengan mudah
menemukan kata sandi dengan menebak informasi pengguna atau mencari tahu
kebiasaan pengguna.
Selain penggunaan kata sandi, cara lain yang dapat dilakukan dengan tujuan
serupa adalah dengan pemindaian sidik jari.
14. Terkait profesionalisme seorang pustakawan di era digital, (Safitri 2017) mengungkapkan
terdapat 14 skills (kemampuan) yang diperlukan untuk menguasai perangkat teknologi
informasi, yaitu:
1. Menguasai desain database dan manajemen database
2. Menguasai data warehousing
3. Memahami proses penerbitan elektronik
4. Menguasai perangkat kerasa
5. Menguasai arsitektur informasi
6. Memahami sumber informasi elektronik
7. Integrasi informasi
8. Menguasai desain internet dan ekstranet
9. Menguasai aplikasi software (perangkat lunak)
10. Menguasai pemograman
11. Workflow (alur kerja)
12. Memahami pemrosesan teks
13. Menguasai metadata
14. Menguasai manajemen informasi melalui perangkat lunak
15. KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa keamanan informasi perpustakaan digital belum
sepenuhnya aman. Terdapat banyak ancaman yang dapat membuat informasi yang
dihimpun rusak atau bahkan hilang. Pada tahun 2022, ancaman keamanan informasi
yang perlu mendapat perhatian khusus adalah ransomware, phishing, dan mata uang
kripto. Untuk mencegah dan mengatasi hal tersebut, SDM yang mengelola
perpustakaan digital diharapkan dapat meningkatkan profesionalismenya dengan
diikutsertakan berbagai pelatihan, seperti pelatihan penggunaan komputer,
penggunaan software, kursus bahasa pemograman, dan penggandaan informasi, baik
yang diadakan di dalam maupun di luar negeri