Suku Dayak mempunyai berbagai sistem kepercayaan dan ekonomi. Mereka memeluk agama seperti Islam, Kristen, Katolik, dan kepercayaan tradisional Kaharingan. Sistem ekonomi mereka didasarkan pada pertanian seperti padi, buah-buahan, dan berburu. Mereka juga terkenal dengan kerajinan anyaman.
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
4@y@x.pptx
1.
2. Sistem Kepercayaan/Religi Suku Dayak
Masyarakat Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di
Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi: agama Islam, Kristen, Katolik, dan Kaharingan
(pribumi). Kata Kaharingan diambil dari Danum Kaharingan yang berarti air kehidupan. Masyarakat
Dayak percaya pada roh-roh:
1.Sangiang nayu-nayu (roh baik);
2.Taloh, kambe (roh jahat).
Dalam syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir emas.
Upacara pembakaran mayat disebut tiwah.
3. Sistem Kekerabatan Suku Bangsa Dayak
Sistem kekerabatan masyarakat Dayak yaitu menghitung hubungan
masyarakat melalui laki-laki dan sebagian perempuan. Perkawinan yang
ideal adalah perkawinan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara
sekandung . Masyarakat Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah
dengan laki-laki bangsa lain asalkan laki-laki itu tunduk dengan adat
istiadat.
4. Sistem Ekonomi Suku Dayak
Bercocok tanam di ladang adalah mata pencaharian masyarakat Dayak. Selain bertanam padi
mereka menanam ubi kayu, nanas, pisang, cabai, dan buah-buahan. Adapun yang banyak ditanam
di ladang ialah durian dan pinang. Selain bercocok tanam mereka juga berburu rusa untuk
makanan sehari-hari.
Masyarakat Dayak terkenal dengan seni menganyam kulit, rotan, tikar, topi, yang dijual ke Kuala
Kapuas, Banjarmasin, dan Sampit.
7. Bisa kita lihat kondisi dapur orang Dayak terutama Dayak
Ngaju. Umumnya dapur rumah-rumah Dayak Ngaju
berada dibelakang dan tepat dibelakang dapur itu akan
ada suatu tempat mencuci, menjemur pakaian, tempat
mandi, tempat membersihkan lauk atau memotong
hewan.
8. DAMPUHAN
Sebelum mengenal kompor, orang Dayak Ngaju mengenal tempat memasak / perapian dengan bahan bakar
kayu yang disebut dengan DAMPUHAN atau PANGGITANG, dibagian atas DAMPUHAN ini disusunlah kayu-kayu
bakar, tempat menyusun kayu bakar ini disebut PAHE. Untuk memegang penggorengan/wajan yang panas
jaman dahulu orang Dayak menggunakan bambu yang dibuat menjadi semacam jepitan atau disebut KAPIT.