1. BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan kepada peningkatan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun
tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara
optimal, pembelajaran bahasa Indonesia dikemas dalam empat komponen kemampuan berbahasa
dan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan( menyimak ), berbicara , membaca, dan
menulis.
Aspek menyimak dan membaca termasuk kemampuan reseptif, sedangkan berbicara dan
menulis termasuk kemampuan produktif. Bagi pembelajar bahasa Indonesia, khususnya peserta
didik ( siswa ) SMP untuk menguasai kompetensi menyimak dan membaca saja tidak mudah,
apalagi kemampuan berbicara dan menulis.
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran bahasa Indonesia untuk
SMP kelas VIII, aspek kebahasaan, ada enam Kompetensi Dasar ( KD) menulis, yaitu: Kelas
VIII semester 1; Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar ( KD 4.1 ),
Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan
menggunakan bahasa baku ( KD 4.2 ) . Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang
tepat dan menggunakan bahasa yang efektif ( KD 4.3 ). Kelas VIII semester 2;
Menulis
rangkuman isi buku pengetahuan populer (KD 12.1 ) . Menulis teks berita secara singkat, padat,
dan jelas ( KD 12.2 ) . Menulis slogan / poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan
kalimat yang bervariasi, serta persuasif ( KD 12.3 ).
Menilik KD-KD tentang keterampilan menulis tersebut, idealnya keterampilan menulis
siswa kelas VIII itu sudah tinggi, termasuk KD tentang menulis teks berita. Masalahnya, sampai
saat ini keterampilan menulis
siswa kelas VIII SMP negeri 11 Surakarta khususnya KD
Menulis teks berita masih rendah.
Rendahnya keterampilan menulis teks berita tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain : Kegiatan pembelajaran menulis di sekolah belum menunjukkan pembelajaran yang
optimal. Ketidakoptimalan tersebut antara lain disebabkan strategi yang digunakan oleh guru
1
kurang tepat. Guru masih mendominasi kelas karena kurang memberi kesempatan kepada siswa
untuk berkreasi, mengekspresikan diri secara bebas. Ketika pembelajaran menulis teks berita,
topik/tema menulis ditentukan oleh guru. Hak otonomi siswa untuk berkreasi, mengekspresikan,
melukiskan jati dirinya atau lingkungan sekitarnya sesuai pengalamannya menjadi terkekang.
Siswa mengalami kesulitan ketika harus menulis teks berita. Siswa tidak tahu tentang apa
yang harus ia lakukan untuk mengerjakan tugas tersebut. Mereka kesulitan menemuka data yang
aktual dan faktual serta menarik untuk bahan menulis teks berita.Mereka juga tidak tahu
1
2. bagaimana dan dari mana harus memulai menulis teks berita. Belum lagi, perasaan takut salah,
takut berbeda dengan apa yang diinstrusikan oleh gurunya.
Pola pembelajaran menulis yang dikembangkan sangat berstruktur dan mekanis, mulai dari
penentuan topik, penentuan kerangka karangan, pengembangan kerangka karangan, semuanya
sama ( seragam ). Dengan adanya penyeragaman topik, penyeragaman pola tulisan,
menyebabkan kreativitas siswa menjadi kurang berkembang. Peserta didik kadang - kadang ada
yang merasa materi tersebut asing karena skemata/informasi awal tentang tema/topik yang akan
ditulis tersebut kurang memadai. Akibatnya, pembelajaran menulis teks berita menjadi kering,
tidak menarik, tidak alamiah, dan tidak bermakna. Siswa akan kehilangan gairah dalam
mengikuti pembelajaran menulis sehingga keterampilan
menulis siswa khususnya dalam
menulis teks berita rendah. Tompkins (1994: 105), menyatakan terlalu menuntut kesempurnaan
hasil tulisan dari peserta didik justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis.
Dalam kondisi awal, melalui pengamatan dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia
dan dengan siswa kelas VIII A SMPN 11 Surakarta, pembelajaran menulis teks berita kurang
memaksimalkan kemampuan siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada: (1) siswa kesulitan dalam
menemukan topik yang menarik dalam menulis berita; (2) siswa kurang mempunyai data yang
aktual dan faktual sebagai bahan untuk mengorganisasikan isi berita: (3) rumusan teras berita
kurang lengkap, belum mampu menjawab 5 W + 1 H; (4) tubuh berita kurang menginformasikan
data-data yang aktual dan faktual; (5) isi berita cenderung berupa cerita bahkan mengarah ke
opini.
Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dihadapi para peserta didik adalah kesulitan
memperoleh data yang aktual, faktual, dan menarik sebagai bahan menulis berita. Salah satu
penyebabnya adalah kurangnya keterlibatan dan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk
mengalami langsung dalam proses menulis teks berita. Eanes (1997:484) berpendapat bahwa
pembelajaran menulis yang baik haruslah memberi model proses dan praktik yang terarah dan
sistematis.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu strategi pembelajaran alternatif. Strategi
yang dipilih adalah strategi 5 M yang merupakan kependekan dari mengamati, menanyakan,
mendata, mengonsep, dan mempublikasikan. Strategi 5 M adalah suatu strategi membimbing
menulis teks berita yang berlangsung alamiah, sebagaimana wartawan, mulai dari
mengamati/memilih topik sampai merealisasikannya menjadi teks berita yang layak. Dalam
aplikasinya di kelas, srtategi 5 M sejalan dengan CTL karena pembelajaran menulis teks berita
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami secara langsung dalam proses menulis.
Penerapan strategi 5 M dalam pembelajaran menulis teks berita memberi manfaat: (1)
siswa mempunyai kebebasan dalam memilih dan menuangkan ide dan gagasan, (2) siswa
mempunyai kepastian langkah dalam proses menulis teks berita, (3) antara siswa dan guru
terjalin interaksi yang leluasa.
3. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan kolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia
kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta untuk melakukan penelitian tindakan kelas, untuk
meningkaktan kompetensi menulis teks berita dengan menerapkan Strategi 5 M .
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah penerapan Strategi 5 M untuk meningkatkan kompetensi menulis teks
berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran
2010 /2011?
2. Apakah penerapan Strategi 5 M dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
menulis teks berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II
tahun pelajaran 2010/ 2011 ?
3. Apakah penerapan Strategi 5 M dapat meningkatkan kompetensi menulis teks berita
pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2010/
2011 ?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Mendiskripsikan dan menjelaskan penerapan Strategi 5 M untuk meningkatkan
kompetensi menulis teks berita pada siswa kelas VIII A SMPN 11 Surakarta
Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.
b. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks berita melalui penerapan
strategi 5 M pada siswa kelas
VIII A SMPN 11 Surakarta Semester II Tahun
Pelajaran 2010/2011.
c. Meningkatkan kompetensi menulis teks berita melalui penerapan Strategi 5 M pada
siswa kelas VIII A SMPN 11 Surakarta Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.
D.
Manfaat Penelitian
Kegiatan dan laporan hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
a. Bagi guru bahasa Indonesia SMP, hasil penelitian ini dapat memberi masukan untuk
meningkatkan kualitas praktik pembelajaran menulis teks berita di SMP agar menjadi
lebih efektif. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru mata pelajaran
bahasa Indonesia untuk lebih mengembangkan kemampuan memilih dan menerapkan
strategi mengajar yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita.
b. Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan pemikiran dalam
rangka perbaikan kualitas pembelajaran sekaligus juga kualitas sekolah. Dapat
dijadikan referensi dan bahan pertimbangan dalam merancang perangkat pembelajaran,
dan proses penilaian pembelajaran yang lebih baik.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1. Hakikat Kompetensi
Kata kompetensi berhubungan erat dengan kata kompeten.Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa
Indonesia
kata
kompeten
a
berarti
:
(1)
cakap
(mengetahui),(2)
berwenang,berkuasa,(memutuskan, menentukan) sesuatu (Depdikbud,1993:453). Sedangkan kata
kompetensi n (Depdikbud,1993:453), berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (
memutuskan ) sesuatu.
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan
Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.
Robert
A.
Roe
(2001)
mengemukakan
definisi
dari
Kompetensi
yaitu:
Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence
integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and
skills and is acquired through work experience and learning by doing “ Kompetensi dapat
digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.
Drs. Budiman Sanusi Mpsi, Direktur Psikologi dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
(PPSDM), mengatakan Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, keterampilan, perilaku,
dan sikap yang ditampilkan oleh orang-orang yang sukses/berhasil dalam mengerjakan suatu
tugas dengan prestasi kerja yang optimal.
Menurut Watson Wyatt dalam Ruky (2003:106) competency merupakan kombinasi dari
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi
pribadi karyawan terhadap organisasinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kompetensi adalah sebuah pernyataan terhadap apa yang
seseorang harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya
dan
sikap
sesuai
dengan
standar
yang
dipersyaratkan.(
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/definisi-kompetensi-2/)
2.
Hakikat Menulis
Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan lambang-lambang
grafik sebagai medianya. Pesan itu adalah isi atau makna yang terkandung dalam lambang grafik
tersebut. Makna yang dikembangkan oleh lambang-lambang grafik itu ialah makna suatu bahasa
yang dapat dipahami oleh orang lain apabila orang lain tersebut membaca lambang-lambang
5. grafik itu. Menulis bersifat ekspresif karena menulis menjadi sarana untuk mengekspresikan diri
melalui komunikasi tidak langsung, secara tertulis, yang menggambarkan suatu bahasa yang
dapat dipahami seseorang (Tarigan, 1982:21). Sejalan dengan pendapat itu, Pappas (1994:215)
mengemukakan bahwa menulis merupakan sebuah proses aktivitas yang bersifat aktif,
konstruktif, dan membuat pengertian.
Berdasarkan pendapat Tarigan dan Pappas tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan aktivitas menghasilkan lambang-lambang grafis bunyi bahasa yang dipahami, yang
disebut dengan tulisan. Tulisan itu kemudian digunakan untuk mengekspresikan diri, untuk
mengkomunikasikan berbagai informasi kepada orang lain secara tidak langsung.
Menulis merupakan aktivitas berpikir, Syafi’ie (1988:43). Menulis harus mampu
mengembangkan cara-cara berpikir yang rasional dan kritis. Tanpa melibatkan proses berpikir
yang rasional dan kritis akan sulit menghasilkan karangan yang baik. Senada dengan itu,
menurut Cox (1999:309) menulis merupakan suatu cara untuk mengetahui dan menemukan apa
yang diketahui oleh seseorang yang terekam dalam pikirannya. Menulis merupakan proses
berpikir yang mencakup bagaimana ide-ide dimunculkan dan difokuskan pada ide-ide yang
relevan dan saling terkait. Ide-ide tersebut dituangkan ke dalam teks yang koheren dan kohesif.
Berdasarkan pendapat Syafi’ie dan Cox tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam menulis,
seseorang mengarahkan pikirannya untuk menata, merangkai berbagai pengetahuan yang
dimiliki, baik pengetahuan tentang informasi dikemukakan, maupun pengetahuan kebahasaan
yang dimilikinya. Keterampilan menulis berkaitan dengan aspek kognitif, maksudnya adalah
ketika seseorang menulis, maka aspek kognitifnya menjadi aktif.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, secara umum dapatlah disimpulkan bahwa
menulis adalah proses berbahasa bersifat aktif, produktif, dan ekspresif dengan menggunakan
bahasa yang efektif agar dapat dipahami oleh pembaca. Menulis juga merupakan suatu
keterampilan, untuk menguasai keterampilan tersebut perlu dipelajari dan dimahirkan melalui
latihan-latihan menulis secara berkesinambungan sehingga menulis menjadi suatu kebiasaan.
3.
Proses Menulis
Telah dikemukakan bahwa menulis merupakan proses penyampaian gagasan kepada
pembaca dengan menggunakan tulisan. Sebagai proses, kegiatan menulis memerlukan tahapantahapan tertentu. Mc Crimon (1972:3) membagi tahapan proses menulis menjadi:
a. Tahap pramenulis adalah kegiatan yang dilakukan oleh penulis sebelum memulai
penulisan konsep awal tulisannya. Pada tahap pramenulis, penulis mencoba memahami
secara jelas apa yang ingin ia kerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Pada tahap
menulis konsep, penulis mengembangkan apa yang telah diputuskan pada tahap
pramenulis dengan menggunakan rincian yang lebih jelas. Tahap pramenulis mencakup
kegiatan mengumpulkan gagasan dan informasi, penelitian dengan ide-ide baru, dan
akhirnya memilih cara yang tepat atau peta yang menggambarkan kerangka tulisan.
b. Tahap saat menulis, perhatian utama penulis lebih terfokuskan pada isi, sedangkan
aspek mekanik dan ejaan merupakan prioritas kedua. Tahap saat menulis juga
6. memperhatikan tujuan menulis dan siapa pembaca yang cenderung mengkomsumsi
tulisan tersebut.
c. Tahap pascamenulis mengacu kepada kegiatan pemeriksaan/perbaikan hasil tulisan.
Penulis membaca kembali dan mengevaluasi tulisannya. Mempublikasikan merupakan
tahapan akhir dari proses menulis, yang menyangkut kegitan sharing tulisan dengan
orang lain.
Salah satu bentuk mempublikasikan adalah membaca dengan suara keras kepada kelompok
pembaca, menempelkan pada tempat yang disediakan, dimuat dalam majalah, jurnal, atau media
lain.
Lebih rinci dari pendapat di atas, Tomkins (1994:10) mengemukakan bahwa proses
menulis meliputi kegiatan pramenulis, pengkonsepan, merevisi, menyunting, dan publikasi. Pada
tahap pramenulis, kegiatan yang dilakukan adalah memilih topik, mempertimbangkan tujuan,
bentuk, dan pembaca. Pada tahap pengkonsepan penulis menyusun konsep secara kasar dan lebih
menekankan perhatian pada isi dibanding aspek mekanik. Pada tahap revisi kegiatan yang
dilakukan yaitu memeriksa dan memperbaiki tulisan secara komprehensip yang menekankan
pada isi tulisan. Pada tahap menyunting aktivitas yang dilakukan meliputi memberikan koreksi
pada komposisis tulisan, mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan mekanik, serta menulis
konsep berikutnya hingga menjadi konsep final. Pada tahap publikasi aktivitas yang dilakukan
adalah membaca dan memajangkan tulisan pada tempat yang disediakan.
Jika dicermati, ternyata kegiatan menulis merupakan suatu proses yang dilakukan secara
berulang dan berkelanjutan. Kegiatan ini dimulai dari upaya penemuan dan pengorganisasian
gagasan, dilanjutkan dengan pembuatan konsep, perbaikan isi dan kebahasaan, serta
mempublikasikan baik secara lisan maupun secara tertulis.
4.
Hakikat Berita
Berita adalah laporan tertulis tentang peristiwa, tindakan, atau masalah aktual, faktual, dan
menarik, disajikan mengikuti formula apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana, serta
diaktualisasikan dalam bentuk judul berita, teras berita, dan tubuh berita.
Membicarakan berita berati juga membicarakan pers. Pers atau press berarti menekan atau
mengepres. Pada awalnya mencetak berita belum menggunakan alat mesin cetak modern,
melainkan hanya menggunakan tangan manusia. Kertas-kertas di pres dengan huruf-huruf timbul
satu demi satu. Naskah yang akan diterbitkan dalam media massa dipres terlebih dahulu. Itulah
sebabnya mengapa pekerja dimedia cetak yang dikenal sekarang dalam dunia jurnalistik disebut
pers (Widodo, 1997:6; Djuroto, 2000:10)
Berita adalah suatu penyampaian mengenai keadaan, kejadian, atau peristiwa antarmanusia
dengan tujuan memberitahukanan. Berita pers adalah berita yang disampaikan atau
mengemukakan suatu keadaan/kejadian seluas-luasnya dan sejelas-jelasnya. Pemberitaan yang
lengkap harus mampu memenuhi syarat 5 W dan 1 H (Ensiklopedi Indonesia, 1980:452). Berita
harus benar-benar objektif, berdasarkan fakta, dan dalam penyampaiannya harus menghindari
dari opini, analisisn yang dicampuradukkan dengan fakta /peristiwa.
7. Berita disebut juga NEWS singkatan dari Nort= utara, East= timur, West= barat, dan South=
selatan. Dengan demikian berita, berita adalah segala sesuatu yang ada di utara, terjadi di timur,
terjadi di barat, dan terjadi di Selatan, yang mampu menarik perhatian pembaca (Widodo,
1997:18). Senada dengan itu, Romli (2003:5) mengatakan bahwa berita adalah laporan tercepat
dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar
pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.
Berdasarkan pengertian di atas, berita merupakan peristiwa yang dilaporkan oleh wartawan
yang mengandung unsur peristiwa yang aktual, penting, lengkap, dan menarik. Dikatakan
demikian, karena tidak semua peristiwa layak diberitakan. Seorang penulis berita hendaknya
mampu membedakan mana peristiwa yang mempunyai nilai berita dan mana peristiwa yang
biasa-biasa saja.
5.
Syarat-Syarat Berita
Syarat-syarat dalam menulis berita yaitu:
a. Fakta
(fact),
berita
yang
ditulis
harus
merupakan
fakta.
Dalam
dunia
jurnalisik/kewartawanan, fakta terdiri menjadi tiga hal, yaitu: (i) kejadian nyata (real
event), (ii) pendapat (opinium), dan (iii) pernyaan sumber berita.
b. Obyektif (objektive), berita yang ditulis harus sesuai dengan keadaannya. Dalam
menulis berita, tidak boleh dibumbui apalagi menyimpang dari keadaan yang
sebenarnya. Dengan demikian, tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.
c. Berimbang (balance), berita-berita yang ditulis harus adil atau berimbang. Hal ini perlu
karena wartawan mengabdi pada kebenaran ilmu, atau kebenaran berita itu sendiri,
bukan mengabdi pada sumber berita. Apalagi dalam menulis berita yang bersifat
konflik, prinsip ini harus benar-benar dilaksanakan.
d. Lengkap (complete), berita yang ditulis harus lengkap. Jika berita yang ditulis oleh
wartawan sudah lengkap, pembaca tidak akan bertanya. Suatu berita dikatakan lengkap
bila mengandung unsur 5W + 1 H, yaitu: a. What (apa) = peristiwa apa yang terjadi; b.
Where (di mana) = di mana peristiwa a terjadi; c. When ( kapan) = kapan peristiwa itu
terjadi; d. Who ( siapa) = siapa yang terlibat dalam peristiwa/kejadian; e. Why
(mengapa) = mengapa peristiwa itu terjadi; f. How (bagaimana) = bagaimana peristiwa
itu terjadi.
e. Akurat (accurate), yakni berita yang ditulis harus tepat dan akurat. Berita itu benar,
tidak terdapat kesalahan. Segala sesuatu yang tepat, benar, dan akurat akan tersaji
dengan mantap. Selain itu, berita-berita yang tepat akan mendatangkan wibawa dari
para pembaca baik terhadap media maupun terhadap penulis/wartawan (Widodo,
1997:36-39).s
6.
Susunan Berita
Disamping berbeda dari segi isi, berita pun memiliki susunan tersendiri, unik dan berbeda
dengan susunan tulisan lain. Susunan tulisan berita dikenal dengan istilah ’piramida terbalik’.
8. Piramida terbalik menggambarkan bangunan-bangunan informasi dimulai dari yang paling
penting, diikuti oleh hal-hal yang dianggap kurang begitu penting.
Bentuk susunan piramida terbalik mempunyai beberapa keuntungan, yakni: (1) menarik
perhatian pembaca karena dimulai dari hal yang paling penting, (2) efesiensi waktu membaca
karena dengan hanya membaca bagian teras berita, pembaca sudah dapat mendapat gambaran
tentang isi berita, (3) praktis bagi redaktur, terutama dalam pengaturan tata letak dan
pemotongan teks berita (Widodo, 1997:40)
1. Judul berita (head)
2. Teras berita (lead)
3. Tubuh berita (body)
4. Ekor (tail)
Gambar 2.1 Bangun penulisan berita piramida terbalik (sumber: Widodo, 1997:4)
Unsur-unsur yang membangun piramida terbalik dijelaskan sebagai berikut:
1.
Judul Berita
Judul berita itu penting. Kendatipun demikian tidak boleh bombastis atau sensasi.
Judul berita harus mencerminkan isi. Menyusun kepala berita tugas redaksi walaupun
berita-berita yang ditulis wartawan boleh diberi judul/kepala berita, namun penentuan akhir
tetap ada pada tangan editor.
Judul berita mempunyai fungsi menarik perhatian pembaca. Gagal menulis judul,
berarti gagal pula menarik perhatian pembaca. Judul yang kurang menarik cenderung
dilewatkan oleh pembaca walaupun news value nya tinggi. Selain itu, judul juga berfungsi :
1. Sebagai identitas berita. Judul berita dapat dijadikan pembeda/pemisah antara berita
yang satu dengan berita yang lain. Para surat kabar dengan sadar tidak akan memuat
berita yang sama dalam satu edisi atau terbitannya.
2. Pencerminan isi berita. Kepala /judul berita merupakan pencerminan isi, oleh karena itu
judul berita sebaiknya merupakan bagian terpenting atau intisari dari sebuah berita.
Mengintisarikan beritaberati sekaligus mencerminkan isi berita. Isi berita tidak harus
mengutip kalimat dalam berita (Widodo, 1997:52)
2.
Teras Berita
Teras berita disebut juga lead yang terdiri dari satu paragraf. Pada bagian ini disajikan
pengantar berita yang memberikan inti substansi berita dan gambaran umum situasi berita.
Teras berita dianggap bagian yang paling penting karena sifatnya yang ingin menonjolkan
9. semua unsur pokok dari peristiwa yang dilaporkan, namun secara singkat. Pada bagian ini
idealnya memuat komponen 5 W + 1 H.
3.
Tubuh Berita
Tubuh berita yang disebut juga body, merupakan rincian atau memuat semua unsur
berita yang sudah dikemukakan dalam teras berita. Selain itu, tubuh berita sebagai tempat
mengungkapkan secara lengkap dan bertahap unsur-unsur bagaimana dan mengapa yang
tidak mungkin secara tuntas dibicarakan dalam teras berita. Sebagai ilustrasi, jika lead
merupakan janji, maka body merupakan pemenuhan akan janji itu. Lebih lanjut, apabila
dalam lead para pembaca mendapatkan informasi mendasar tentang realitas yang
menimbulkan sejumlah pertanyaan baru dalam benak pembaca, maka dalam body harus
memberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan itu.
4.
Ekor Berita
Ekor berita merupakan struktur paling bawah dari sebuah berita. Struktur piramida
terbalik mempunyai makna bahwa dalam struktur teratas merupakan unsur terpenting, dan
semakin ke bawah nilainya semakin kurang penting. Pola ini dimaksudkan jika sebuah
wacana berita dipandang oleh editor terlalu panjang, keterbatasan kolom, dan terpaksa
harus diperpendek, maka pemotongan berjenjang dilakukan dari lapisan yag paling
bawah/ekor berita. Meskipun demikian, pemotongan tersebut tidak sampai merusak
susunan informasi yang perlu diberitakan (Widodo, 1997:41).
7.
Karakteristik Bahasa Berita
Bahasa berita merupakan ragam bahasa jurnalistik yang menyajikan suatu informasi faktual
yang ditujukan kepada masyarakat pembaca yang heterogen baik dari segi tingkat pendidikan,
disiplin ilmu, maupun motif dan minat dalam membaca tulisan berita tersebut. Bagi pembaca
yang terpenting adalah mendapat informasi yang lengkap dan utuh. Oleh karena itu bahasa berita
haruslah sederhana, mudah dipahami, singkat, padat, dan komunikatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi menulis
teks berita adalah kemampuan untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan-
keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun
pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang
dilakukan dalam kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan lambang-lambang grafik
dalam bentuk
laporan tertulis tentang peristiwa, tindakan, atau masalah aktual, faktual, dan
menarik, disajikan mengikuti formula apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana, serta
diaktualisasikan dalam bentuk judul berita, teras berita, tubuh berita, dan ekor berita.
8.
Landasan Pemgembangan Strategi 5 M
Profil strategi pembelajaran menulis yang akan digunakan sebagai treatment menghasilkan
sebuah berita, yaitu strategi 5 M. Model pembelajaran dengan strategi 5 M berangkat dari
Metode Pembelajaran Kontekstual / Contextual Teaching and Learning
( CTL ) ,sebuah
pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang merupakan konstruksi kognitif melalui kegiatan
manusia. Pembelajaran lebih bermakna jika peserta didik mampu mengembangkan
10. intelektualnya dan memahami prinsip kerja ilmu pengetahuan, yaitu: faktual, analitis, sistematis,
dan objektif. Filsafat pengetahuan konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan itu adalah
konstruksi manusia itu sendiri (Battencourt, dalam Suparno, 1997:7). Pengetahuan bukan
gambaran dunia nyata, melainkan pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif
melalui kegiatan-kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan
struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Proses pembentukan ini berjalan terus
menerus, berubah setiap kali mengadakan reorganisasi karena ada pemahaman yang baru.
Prinsip-prinsip konstruktivisme adalah: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik
secara personal, maupun secara sosial, (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke murid,
kecuali dari proses keaktifan murid itu sendiri untuk menalar, (3) murid aktif mengkonstruksi
terus menerus, selalu mencari perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap,
serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4) guru hanya membantu menyediakan sarana dan situasi
agar konstruksi siswa dapat berjalan mulus (Suparno, 1997:49).
Model pembelajaran dengan strategi 5 M juga bertolak dari srtategi pembelajaran inkuiri
model Suchman. Pembelajaran yang dikembangkan oleh Suchman ini bersandar pada premis
bahwa strategi inkuiri digunakan untuk memecahkan masalah dari tidak tahu menjadi mengerti
melalui tahap-tahap tertentu (Gunter,1990:136). Pembelajaran dengan strategi inkuiri merupakan
proses membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya. Guru merupakan mitra
belajar yang aktif sebagai tempat bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan,
memberi kesempatan pada siswa, mengungkapkan ide-ide dan konsepnya secara kritis.
Berkaitan dengan hal di atas Bruner (dalam Dahar, 1988:122) juga menjelaskan bahwa
tindakan dalam belajar meliputi tiga tahap, yakni: (1) pemerolehan informasi baru, yakni proses
dimana siswa memperoleh pengetahuan baru sebagai pengganti atau penyempurnaan
pengetahuan sebelumnya. (2) transformasi/mengolah, yakni terjadinya proses manipulasi
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan melalui tahap menganalisa informasi dan menyusunnya
sedemikian rupa atau mentransformasi ke dalam bentuk yang lebih umum atau koseptual. (3)
evaluasi adalah menilai untuk melihat lebih jauh manakah pengetahuan yang sudah diperoleh
dan ditransformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Strategi 5 M, jika dihubungkan dengan proses menulis, kegiatan-kegiatan mengamati ,
menanyakan dan mengumpulkan data merupakan kegiatan pramenulis. Sedangkan penyusunan
konsep, perevisian, dan penyuntingan merupakan rangkaian menulis proses berikutnya, dan pada
akhirnnya sampailah pada tahap mempublikasikan. Proses menulis tersebut diikuti secara ketat
pada praktik pembelajaran menulis berita.
Pembelajaran menulis dengan Strategi 5 M juga mempunyai esensi yang sama dengan
pendekatan kontekstual. Pendekatan kontektual merupakan konsep belajar dimana guru berusaha
menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan anggota masyarakat. (Nurhadi, 2003:4)
11. Modifikasi sratategi 5 M berawal dari proses mengamati, bertanya, dan mengumpulkan
data yang diadopsi dari strategi belajar inkuiri (Suchman, 1968;dan pembelajaran kontekstual
Jhon Dewey, 1916) Kemudian dihubungkan dengan belajar penemuan (learning discovery) yang
dikembagkan Bruner (1966). Pengembangan konstruksi pengetahuan itu menurut Ausubel selalu
dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain, pengetahuan baru terbentuk dari
asimilasi antara pengetahuan lama berupa skemata dengan informasi baru. Pengonsepan
merupakan langkah berikutnya dalam proses menulis yang meliputi pengonsepan awal, revisi,
dan penyuntingan. Proses terakhir strategi 5 M adalah mempublikasikan. Pada tahap
mempublikasikan dan pengonsepan diadopsi dari menulis proses (Tomkins, 1994). Dalam
implementasinya di kelas strategi 5 M sejalan dengan cooperatif learning.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi 5 M merupakan modifikasi
dari strategi inkuiri model Suchman kemudian dikaitkan dengan menulis proses Tomkins.
Srtategi 5 M juga didukung oleh teori belajar penemuan model Bruner, dan teori belajar
bermakna model Ausubel. Langkah-langkah pembelajaran srtategi 5 M dijiwai oleh
pembelajaran kontekstual, dan berinduk pada teori belajar konstruktivisme.
9.
Karakteristik Strategi 5 M
Strategi 5 M adalah sebuah srtategi pembelajaran menulis teks berita yang mengarahkan
siswa bekerja secara alamiah sebagaimana seorang wartawan, mulai dari kegiatan mengamati,
memburu data hingga merealisasikannya menjadi teks berita. Strategi 5 M menggambarkan
proses menulis teks berita yang terdiri atas: (1) Mengamati, yaitu mengamati dan memilih
peristiwa yang layak dijadikan berita, (2) Menanyakan, yaitu membuat pertanyaan untuk
menggali rincian topik dan sebagai dasar untuk melakukan wawancara, (3) Mendata, yakni
proses mengumpulkan data sebagai bahan untuk menulis teks berita, (4) Mengkonsep, yakni
menulis konsep awal dan konsep akhir teks berita, dan (5) Mempublikasikan, yakni
mempublikasikan teks berita dengan cara membacakan teks berita dan memajang teks berita
pada tempat yang sudah disediakan.
Sebagai sebuah strategi belajar, 5 M memiliki ciri sebagai berikut:
a. Siswa belajar secara ilmiah dan belajar dalam konteks kehidupan nyata.
b. Siswa mencari, menemukan, dan memilih sendiri topik yang akan ditulis sesuai dengan
minat, pengetahuan, dan pengalamannya.
c. Siswa mengembangkan, menggali rincian topik berita dengan cara bertanya
dan
bertanya. Pertanyaan yang dikembangkan menggunakan kata ”bantu tanya”.
d. Pelaksanaan pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas yang dibatasi oleh
dinding dan tembok, serta lebih memberdayakan potensi siswa dengan kegiatan bekerja
kelompok.
e. Siswa berkesempatan memburu data pada sumber berita secara langsung.
f. Siswa berkesempatan menulis secara langsung mengikuti proses menulis, mulai dari
menyusun konsep awal kemudian merevisi, menyunting, dan akhirnya menulis menjadi
konsep final.
12. g. Siswa berkesempatan membaca dan mengoreksi tulisan teman lebih banyak dan
berkesempatan merefleksi diri, sehingga pada akhirnya peserta didik menyadari
kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan pada proses menulis.
h. Siswa berkesempatan untuk tampil dan berkomentar di depan kelas.
i. Siswa berkesempatan untuk ikut melakukan penilaian, baik pada penilaian proses
maupun pada penilaian hasil.
j. Siswa berkesempatan belajar mulai dari menemukan topik berita, mengembangkan
rincian topik dengan bertanya, menulis dan mengklasifikasikan data tentang rincian
topik, dan mengaktualisasikan data tersebut ke dalam bentuk teks berita.
B.
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal Kegiatan pembelajaran menulis belum menunjukkan pembelajaran
yang optimal. Strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat. Guru masih mendominasi kelas
dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, mengekspresikan diri secara
bebas. Ketika pembelajaran menulis teks berita, topik/tema menulis ditentukan oleh guru. Hak
otonomi siswa untuk berkreasi, mengekspresikan, melukiskan jati dirinya atau lingkungan
sekitarnya sesuai pengalamannya menjadi terkekang.Akibatnya nilai kompetensi menulis teks
berita rendah.
Pada kondisi awal, kegiatan pembelajaran menulis teks berita tidak melibatkan siswa
secara langsung dalam memilih topik. Siswa duduk dalam kelas sambil merenung,
mengkhayalkan peristiwa apa yang pernah dialami/dilihat. Guru mengarahkan siswa
menuangkan pengalaman tersebut dalam teras berita dan tubuh berita. Teks berita yang
dihasilkan siswa kurang menarik, kurang komunikatif dan cenderung berupa cerita bahkan opini.
Pada siklus I guru mengambil tindakan dengan menerapkan Strategi pembelajaran 5 M
.Guru menjelaskan konsep menulis berita dengan media surat kabar dan teknik pengamatan
langsung ( mengamati ).Siswa disuruh mengamati topik- topik di surat kabar,untuk dijadikan
topik yang dapat diamati di luar kelas. Topik yang dimaksud misalnya pelajaran komputer, guru
komputer, pelajaran kesenian, berbagai peristiwa/kegiatan UKS, koperasi sekolah, kedisiplinan,
olimpiade seni budaya dan MIPA tingkat nasional, PPDB offline dan sebagainya.Setelah
mendapatkan topik yang akan
ditulis, siswa dapat bertanya( menanyakan ) dengan cara
wawancara kepada nara sumber. Selanjutnya para siswa mendata hasil wawancara dan
mengonsepnya menjadi berita yang terdiri dari judul bertita, teras berita, tubuh berita dan ekor
berita. Tahap terakhir dari kegiatan ini adalah mempublikasikan. Berita yang sudah ditulis
siswa dipajang di papan tulis depan kelas.Selama proses penulisan diadakan pengamatan dan
penilaian.Hasilnya dianlisis dan dilakukan refleksi.
Berdasarkan refleksi di siklus pertama,lalu merencanakan kegiatan di siklus kedua, dengan
memperbaiki kekurangan- kekurangan pada siklus pertama.Perbaikan ini dilakukan baik pada
tahap pramenulis, tahap menulis maupun pascamenulis.
13. Kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut.
GURU:
KONDISI
AWAL
- Guru belum menggunakan
strategi 5M
- Guru masih mendominasi
kelas dengan metode
ceramah dan penugasan
Peserta Didik:
Hasil kompetensi menulis
berita masih rendah
Siklus I:
Dalam pembelajaran
kompetensi menulis
berita, guru menggunakan
strategi 5M
TINDAKAN
Dalam pembelajaran, guru
menggunakan strategi 5M
yang mengacu pada
pendekatan kontekstual
Siklus II:
Dalam pembelajaran
kompetensi menulis berita,
guru menggunakan strategi
5M dengan memperbaiki
kekurangan di siklus I
KONDISI
AKHIR
Melalui penerapan strategi
5M, kompetensi menulis
berita akan meningkat
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis Tindakan
4. Penerapan Strategi 5 M dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks
berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran
2010/ 2011 .
5. 2. Penerapan Strategi Pembelajaran 5 M dapat meningkatkan kompetensi menulis
teks berita pada siswa kelas VIII A SMP N 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran
2010/ 2011 .
14. BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
1.
Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama enam bulan
dimulai pada bulan
Februari 2011 dan berakhir pada akhir bulan Agustus 2011. Rincian kegiatan penelitian
tersebut meliputi persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan
(perencanaan, tindakan, monitoring, evaluasi, dan refleksi) penyusunan laporan penelitian,
seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan, penggandaan dan pengiriman laporan.
2.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 11 Surakarta, pada siswa kelas VIII A tahun
pelajaran 2010/2011 . Adapun alasan peneliti memilih kelas
VIII A sebagai sasaran
penelitian adalah sebagai berikut:
Kelas VIII A merupakan kelas yang kemampuan menulis beritanya masih perlu
ditingkatkan. Kelas penelitian terdiri atas 36 orang siswa (20 laki-laki dan 16 perempuan).
Kondisi siswa di kelas ini cenderung homogen baik dari sisi kemampuan maupun latar
belakang sosial ekonomi. Kelas penelitian adalah kelas reguler yang secara umum
kemampuan akademisnya sedang. (KKM untuk mata pelajaran bahasa Indonesia = 70)
B.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru bahasa Indonesia SMP Negeri 11
Surakarta. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A .Siswa kelas VIII
A dijadikan setting kelas, sedangkan guru bahasa Indonesia yang dijadikan subjek penelitian
adalah Bapak SS.
C.
Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran menulis teks berita,
kompetensi siswa dalam menulis teks berita, serta kemampuan guru dalam menyusun Rencana
Pembelajaran Pembelajaran ( RPP ) dan melaksanakan pembelajaran ( termasuk penggunaan
strategi pembelajaran ) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang
meliputi :
a. Informan atau narasumber, yaitu siswa dan guru,
b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran menulis teks berita,dan
aktivitas lain yang bertalian dengan pembelajaran menulis teks berita, dan
c. Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, ( RPP ) ,hasil tulisan siswa dan buku penilaian.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan
pengamatan, wawancara atau diskusi,kajian dokumen dan tes, yang masing-masing secara
singkat akan dijelaskan secara singkat di bawah ini.
15. a. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap guru ketika
kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Pengamatan yang dilakukan peneliti difokuskan pada kegiatan guru
dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan strategi 5
M. Sementara pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran menulis teks berita dengan strategi 5 M tersebut.
b. Wawancara atau diskusi
Wawancara atau diskusi dilakukan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun
kajian
dokumen.Wawancara
atau
diskusi
dilakukan
antara
peneliti
dan
guru.Wawancara dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama
terhadap kegiatan belajar mengajar ( KBM ) dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis teks berita. Dari
hasil wawancara serta pengamatan dan kajian dokumen, dilakukan identifikasi
permasalahan-permasalahan yang ada kaitannya dengan pembelajaran menulis teks
berita serta faktor-faktor penyebabnya.
Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara juga dilakukan setelah
pengamatan dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, juga atas dasar
pengkajian dokumen, dalam setiap siklus yang ada. Pada akhir setiap kegiatan diskusi
disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan
keefektivan penerapan Strategi 5 M dan peningkatan kompetensi menulis teks berita.
c. Kajian Dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip atau dokumen yang ada,
seperti kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang dibuat guru, buku
atau materi pelajaran, hasil tulisan siswa, dan nilai yang diberikan guru.
d. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh
siswa setelah pemberian tindakan.Tes menulis teks berita yang diberikan pada awal
penelitian ( kondisi awal ) berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan atau
kelemahan siswa dalam menulis teks berita.Tes menulis teks berita di setiap akhir
siklus berfungsi untuk mengetahui peningkatan mutu kompetensi menulis teks berita.
Dengan demikian tes berfungsi untuk mengetahui tingkat perkembangan kompetensi
menulis teks berita sesuai dengan siklus yang ada.
E.
Validitas Data
Data yang telah terkumpul perlu diperiksa validitasnya. Teknik yang digunakan untuk
memeriksa validitas data adalah triangulasi dan review informan kunci. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan validitas data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu ( Lexy J.
Moleong, 1995: 178 ).
Teknik triangulasi antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode
pengumpulan data.Teknik ini berfungsi untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang dihadapi
16. siswa dalam kegiatan menulis teks berita dan faktor –faktor penyebabnya. Hal – hal yang
dilakukan peneliti adalah:
1. Mendokumentasi hasil tulisan siswa tentang teks berita dan selanjutnya menganalisis
hasil tulisan untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih dilakukan siswa.
2. Melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang
hambatan – hambatan yang dialami siswa dalam menulis teks berita, fasilitas
pembelejaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan pembelajaran menulis
teks berita, dan penilaian yang dilakukan oleh guru.
Review informan kunci dilakukan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dengan guru
bahasa Indonesia.
F.
Teknik Analisis Data
Ada dua teknik dalam menganalisis data, yaitu :
1. Teknik statistik diskriptif komparatif.
Teknik ini digunakan untuk menganalisis data kuantitatif berupa nilai kompetensi
menulis teks berita baik pada tahap awal maupun akhir setiap siklus. Misalnya
membandingkan rerata nilai kompetensi sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah
siklus II dan seterusnya.
2. Teknik analisis kritis
Teknik ini digunakan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan
guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria yang telah disepakati dalam
penerapan strategi 5 M.
G.
Indikator Kinerja
Peningkatan kompetensi menulis teks berita peserta didik kelas VIII A dari nilai rata-rata
65 menjadi 75 dan tidak ada peserta didik yang memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan
minimal.
H.
Prosedur Penelitian
Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc
Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart ini terdiri dari empat komponen, yaitu 1) rencana, 2)
tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. (Soedarsono, 1997:16). Dengan demikian prosedur penelitian
ini memiliki siklus, rencana – tindakan – observasi – refleksi dan revisi dan seterusnya sehingga
tercapai tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang paling efektif.
Sesuai dengan model penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini, digunakan model
Kemmis dan Mc Taggart, yang terdiri dari kegiatan 1) rencana, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4)
refleksi.
17. Alur tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Perencanaan
Tindakan
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Tindakan
Refleksi
Pengamatan
Siklus I
Siklus II
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model proses dan
terdiri atas dua siklus. Kegiatan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1) rencana,
2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Jadi kegiatan penelitian tindakan kelas ini mengikuti
prosedur sebagai berikut:
1. Proses Penelitian Siklus I
Siklus ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran kompetensi menulis teks
berita agar lebih meningkat.
a. Perencanaan
Kondisi awal dijumpai
masalah
rendahnya prestasi belajar siswa dalam
kompetensi menulis teks berita. Peneliti merencanakan pelaksanaan pembelajaran
dengan strategi 5 M.
b. Tindakan
Tindakan dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran5 M. Peserta didik
berkelompok laki-laki dan perempuan dengan anggota 5-6 peserta didik. Siswa
berdiskusi secara berkelompok untuk menyusun teks berita bedasarkan pengamatan
( mengamati ) topik berita di surat kabar yang disediakan guru.Setelah menentukan
topik berita, mereka keluar kelas untuk menemui narasumber dan melakukan
wawancara ( menanyakan ).Tahap selanjutnya adalah mendata hasil wawancara,
yang selanjutnya disusun dalam draf teks berita dengan sistematika : judul berita,
teras berita, tubuh berita dan ekor berita ( Widodo, 1997:4).Kegiatan ini
termasuk tahap mengonsep berita.Setelah konsep selesai. Maka tahap terakhir
adalah mempublikasikan.Berita yang sudah selesai ditulis dipajang di papan tulis
depan kelas.
18. c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap tindakan dan hasil unjuk kerja siswa dan
mencatat kendala yang dijumpai dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan menganalisis, mengevaluasi, dan mencari solusi untuk
memecahkan kendala tersebut.
2. Proses Penelitian Siklus II
Siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi menulis teks berita dengan
menerapkan strategi 5 M, dengan meyempurnakan kekurangan di siklus I. Alur kegiatan
juga mengikuti prosedur penelitian di siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
19. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti., dkk. 2001. Materi Pokok Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka
Anonim. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta. Pustaka Yustisa.
Definisi Kompetensi. 2009. Diunduh pada 20 Maret 2011. : http://wartawarga.gunadarma.ac.id
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bagian Proyek
Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program
Djuhari, O. Setiawan & Suherli.2001. Panduan Membuat Karya Tulis: Resensi, Laporan Buku,
Skripsi, Tesis, Artikel, Makalah, Berita, Essei, dll. Bandung: Yrama Widya.
Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC
Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT Gramedia.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contekxtual Teaching and Learning/CTL). Malang:
Universitas Negeri Malang.
Porter, Bobbi De & Mike Hernanacki. 1994. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.
Sudjana S, H. Djuju.2000. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif. Bandung: Falah
Suparno, Paul.1997. Filsafat dalam Pendidikan . Yogyakarta: Kanisus
Suparno.2001. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Kontekstual. Makalah
disajikan dalam symposium Guru di Wisma Raya, Bogor, 2 – 6 November
Tibbets, A. M. & Tibbets Charlene.1991. Rhetoric Strategis Of Hanbbook. New York:
Harpercollins Publisher, Inc
Tompkins, G.E. Horkison. .1991. Teaching Writing: Balancing Procces and Product. New York:
Macmillan College Publishing Company
Yamin, Martinis.2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.
20. PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI MENULIS TEKS BERITA
DENGAN STRATEGI 5M
SISWA KELAS VIII A SMP N 11 SURAKARTA
Proposal Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas
Oleh :
Sriyati
S 841102014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011