Bahasa indonesia ekspresi diri dan akademik (buku siswa)
Gess
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pengembanagan kemampuan berbahasa merupakan salah satu kunci keberhasilan
peningkatan mata pelajaran dan sebagai bekal untuk memasuki dunia informasi. Mengingat
alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran bahasa indoneesia di sekolah dasar
dalam kurikulum 1994, yaitu ( Kelas I, kelas II, Kelas III ), sepuluh jam perminggu,
sedangkan untuk kelas IV, V ,VI delapan jam perminggu ( Depdikbud, 1994 ).
Apabila melihat kurikulum sekolah dasar 1994, khususnya mata pelajaran bahasa
indonesia akan ditemukan beberapa pembaharuan. Pembaharuan tersebut terutama tampak
pada penggunaan pendekatan komunikatif anintegrativedalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pendapat K. Goodman tentang konsep keterampilan materi
pelajaran bahasa yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu :,keterpaduan antara materi bahasa
dalam pembelajaran bahasa itu sendiri dan keterpaduan antara pembelajaran bahasa dengan
materi pebelajaran mata pelajaran lain. Perubahan lain bukan hanya tampak pada pendekatan
komunikatif yang menekan pembelajaran yang berpusat pada siswa, tetapi sumber belajar
atau sarana, alokasi waktu dan evaluasi yang tidak ditemukan dalam garis-garis besar
program pembelajaran ( GBPP ) akan memberikan keleluasaan bagi guru dalam menyusun
program pembelajaran. Hal ini di dukung oleh keterampilan berbahasa.
Karakteristik lain kurikulum 1994, mata pelajaran bahasa Indonesia juga tampak pada
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia secara baik dan benar.
2. Mengembangkan keterampilan dasar menggunakan bahasa yaitu terampil berbahasa ( siswa
belajar berbahasa ) dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Menggunakan bahan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungannya ( Sukarman, 1997 :78).
Kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia 1994 mengandung komponen terpadu yaitu :
Kebahasaan ( lafal, ejaan, tanda baca, struktur, kosa kata, paragraph dan wacana),
pemahaman ( menyimak, membaca dan penggunaan bahasa berbicara dan menulis).
Namun pengalaman menulis selama ini dengan cara belajar verbal siswa hanya
mendengarkan guru berceramah dari hari ke hari, tidak membuat siswa senang mengikuti
pelajaran, tetapi siswa menjadi jenuh dan tidak ada minat belajar.
Muchlisoh, dkk ( 1998:5 ) mengutip pendapat psikolg, siswa yang hanya belajar dengan
mendengarkan informasi dari guru “ Tidak “ dapat menyerap dan memahami pengetahuan
2. dengan sepenuhnya. Siswa perlu belajar bagaimana menemukan informasi dengan berbagai
cara. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, guru bukanlah satu-satunya orang
yang “ serba tahu “ di dalam kelas.
Sejalan dengan teori belajar bermakna Ausubel ( 1963) dikemukakan bahwa
kebermaknaan belajar di tandai oleh munculnya dua kriteria, yaitu (1) Terjadinya hubungan
Substantif aspek-aspek konsep informasi atau situasi baru dengan komponen yang relevan
yang terdapat di dalam bentuk hubungan-hubungan bersifat derivative, elaborative, korelatif,
maupun yang bersifat kualitatif atau representasional, (2) hasil belajar yang diperoleh bersifat
tahan lama “ Actual “ eksperimental berbasis paa pengalaman pribadi dan minat.
Waktu belajar siswa yang selama ini digunakan guru untuk ceramah, hendaknya
dikembalikan pada siswa agar mereka dapat belajar aktif, kreaitf. Untuk itu guru harus
mempersiapkan kegiatan belajar mengajar yang menarik, merangsang, menantang dan
menyenangkan, melalui cara belajar yang bermakna dan bervariasi agar siswa gemar belajar.
Karena membaca adalah kunci pokok didalam belajar, yang terpenting adalah bagaimana
mengupayakan membaca dan menulis menjadi suatu kegemaran. Budaya membaca perlu
dikembangkan karena mempelajari sesuatu dengan membaca lebih dalam pengalamannya
dari pada mendengarkan informasi.
Adapun yang menjadi dasar mempelajari suatu ilmu pengetahuan adalah mengetahui dan
paham apa yang dipelajari terutama bahasa yang digunakan. Dengan demikian bahasa
merupakan syarat mutlak bagi anak untuk memahaminya. Oleh karena itu alokasi waktu
pelajaran Bahasa Indonesia yang diwajibkan di Sekolah Dasar paling besar dari mata
pelajaran lainnya.
Mengerti dan memahami bahasa yang digunakan di buku-buku membantu siswa untuk
aktif belajar. Pada akhirnya siswa memiliki kegemaran tersendiri untuk belajar ( membaca)
dan tidak terbatas di sekolah saja. Sehubungan dengan kreatfitas guru di sekolah diperlukan
melalui kritik diri ( refleksi) terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk
menumbuhkan minat membaca pada siswa. Kemampuan membaca pada siswa merupakan
dasar untuk belajar lebih giat setelah siswa memiliki minat yang tumbuh dari dalam dirinya
sendiri.
Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan kegiatan manusia untuk mengembangkan
jiwanya. Apabila telah terampil dalam membaca mereka dapat memperoleh pengalaman,
pengetahuan, membentuk pengertian, mengembangkan daya pikir dan imajinasi, serta dapat
membentuk sikap hidup yang baik, sebagai warga Negara yang berguna bagi masyarakat dan
negaranya. (Supriadi, dkk, 1995).
3. Dalam hal ini siswa dituntut sering belajar membaca, untuk sering dan banyak membaca,
diperlukan minat yang besar untuk membaca. Kemampuan membaca siswa hendaknya
diiringi pada upaya meningkatkan minat siswa dalam membaca, sehingga dapat mengubah
“ Learning to read “ secara berangsur-angsur menjadi “ reading to learn”. Sehingga siswa
kelas I mampu dalam keterampilan berbahasa (membaca), Muchlisoh,dkk ( 1992).
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa minat membaca sangat menurun( rendah ),
yang implikasinya terhadap prestasi belajar keterampilan berbahasa Indonesia juga rendah (
Hasil belajar siswa rendah ).
Atas dasar kenyataan itu penulis mengadakan penelitian kelas yang berjudul
“Meningkatkan Ketrerampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat Membaca
Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang
Pada semester II Tahun Pelajaran 2006/2007 “
Dengan maksud setelah selesai melakukan penelitian, indakan kelas ini, melalui refleksi
diri guru dan siswa, diharapkan siswa terampil dalam berbahasa Indonesia sehingga
prestasinya meningkat.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasa maka Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah dengan menumbuhkan minat membaca dapat meningkatkan keterampilan berbahasa
Indonesia?
2. Bagaimana cara menumbuhkan minat membaca agar keterampilan berbahasa Indonesia dapat
meningkat ?
Alokasi waktu penelitian ini selama satu semester, tepatnya semester II tahun Pelajaran
2006/2007 dalam siklus pembelajaran di sekolah dasar dengan pokok bahasan
“Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat Membaca
Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang
Pada semester II Tahun Pelajaran 2006/2007 “
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bahwa dengan menimbulkan “ minat membaca”, dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui cara menumbuhkan minat membaca agar keterampilan berbahasa
Indonesia siswa meningkat.
4. 1.4.Hipotesis Penelitian
Menumbuhkan minat membacasiswa agar dapat meningkatkan berbahasa Indonesia.
1.5.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi siswa, guru,kepala sekolah dan pejabat di
lingkungan Dinas P dan K sebagai berikut :
1. Berguna bagi siswa setelah mengetahui kekurangan dan kelemahannya, minat membaca akan
terus ditingkatkan sehingga prestasi belajar keterampilan berbahasa Indonesia siswa dapat
meningkat.
2. Bagi guru, temuan yang diperoleh dapat bermanfaat sebagai bahan balikan refleksi diri agar
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui menumbuhkan minat membaca dengan
cara yang tepat sehingga keterampil berbahasa Indonesia siswa meningkat.
3. Bagi Kepala Sekolah, bermanfaat sebagai bahan dalam melaksanakan pembinaan bagi guru-guru
dalam mengambil langkah-langkah menumbuhkan minat membaca agar prestasi siswa
meningkat secara optimal.
4. Bagi pejabat di lingkungan Dinas P dan K bermanfaat sebagai bahan balikan dalam
memberikan pembinaan kepada bawahannya agar keterampil berbahasa dan prestasi belajar
siswa meningkat.
1.6.Asumsi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dengan disadari sebagai berikut :
1. Minat membaca siswa kelas I Sekolah Dasar dapat diukur dengan menggunakan alat
pengumpul data pengamatan langsung ( observasi) atau observasi buku raport.
2. Prestasi belajar keterampilan bahasa Indonesia siswa , sebagaimana dalam buku raport
merupakan evaluasi yang memenuhi karakteristik valid dan variable, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan analisis.
1.7.Ruang Lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian tindakan Kelas ini dibatasi sebagai berikut :
Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat Membaca
Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang
Pada Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007.
1.8 Definisi Operasional
5. Dengan berdasarkan perasalahan atau pernyataan penelitian diatas beberapa istilah
yang digunakan dijabarkan operasionalnya demi kejelasan, serta menghindari salah
penafsiran, salah pengertian dalam mengimplementasikan masalah penelitian.
1. Menumbuhkan Minat Membaca
Menumbuhkan adalah mengupayakan suatu perubahan dari pada yang ada pada diri siswa
yang terkait dengan minat ditingkatkan agar motivasi intrinsiknya meningkat.
2. Yang dimaksud “ minat “ adalah kesediaan jiwa yang aktif untuk menerima pengaruh dari
dunia luar dirinya. Minat yang bersifat tetap merupakan motivasi intrins ik.
3. Yang dimaksud membaca adalah membaca lanjutan.
4. Meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.
Adalah usaha-usaha untuk meningkatkan prestasi belajar secara proporsional antara guru,
siswa dan lingkungan satu sama lain yang saling terkait.
Guru harus mengenal dengan mengadakan observasi atau melihat raport siswa. Mengetahui
kondisi siswa seutuhnya sangat perlu untuk mengetahui strategi pembelajaran seperti “
falsafah pisau” semakinsering diasah semakin tajam. Kondisi siswa yang bervariasi perlu
mendapatkan perhatian khusus dari guru. Guru harus mampu mengupayakan kedisiplinan dan
ketertiban. Kedisiplinan adalah kunci untuk mencapai keberhasilan, khususnya kedisplinan
soal waktu. Siswa dibiasakan hidup disiplin, teratur, bertanggung jawab, baik di sekolah
maupun di rumah. Guru harus bias menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
mengadakan evaluasi secara konsisten dengan alat evaluasi yang valid sehingga prestasi
keterampilan berbahasa Indonesia siswa meningkat.
5. Penelitian Tindakan
Yang dimaksud penelitian tindakan adalah penelitian yang dipusatkan pada analisis refleksi
terhadap apa yang secara actual terjadi di dalam kelas.
Dalam hal ini adalah proses (aktivitas guru, aktivitas siswa dan interaksi siswa-siswi, guru-siswa)
dan bahan tugas pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia ( menyimak,
berbicara, membaca dan menulis hal ini satu sama lain yang saling terkait) selama
pembelajaran berlangsung.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pegertian Minat
6. Minat adalah kesediaan jiwa yang aktif, untuk menerima pengaruh dari dunia luar diri
siswa. Minat bersifat tetap, merupakan motivasi intrinsic. Menurut Marsel ada sepuluh
macam minat sebagai berikut :
1. Minat Jasmaniah, adalah suka akan pekerjaan yang memerlukan tenaga jasmani.
2. Minat Mekanik, adalah suka memperbaiki dan merancang hal-hal yang berkaitan dengan
mesin.
3. Minat sosial, adalah suka akan aktivitas kelompok.
4. Minat Domestik, adalah suka menyelenggarakan pekerjaan rumah tangga.
5. Minat Matematis, adalah suka bekerjaan dengan angka-angka.
6. Minat Ilmiah, adalah suka mempelajari gejala-gejala alamiah.
7. Minat Belajar, adalah suka menyelidiki sesuatu itu secara mendalam untuk mengetahui suatu
obyek.
8. Minat Eksperimentasi, adalah suka mencoba sesuatu dan memastikan hasil percobaan.
9. Minat terhadap anak-anak, adalah suka bermain-main dengan anak-anak.
10. Minat terhadap Kepemimpinan, adalah lebih suka memimpin dari pada dipimpin.
Sesuai dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat anak sangat berpengaruh
besar terhadap proses belajar mengajar, khususnya proses belajar membaca, karena dalam
diri anak sebenarnya telah terbentuk konsep diri dan kemampuan diri.
Oleh sebab itu guru mempunyai kewajiban menumbuhkan minat membaca pada siswa
melalui “ motivasi ekstrensik”( pengaruh dari luar siswa ). Meningkatkan motivasi ektresnsik
membaca lanjutan di kelas I agar tumbuh minat membaca sekaligus belajar yang mengacu
pada langkah- langkah awal rencana refleksi dan siklus yang telah direncanakan.
2.2. Membaca
2.2.1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat aktif represif.
Suatu kegiatan aktif represif membaca dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan
berbagai komponen, antara lain :
1. Pengetahuan Kebahasaan
2. Pengetahuan Keduniaan
3. Aspek Afektif
4. Kemampuan Penginderaan
Keterlibatan berbagai komponen tersebut mengakibatkan pengajaran membca harus
dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan kondisi komponen tersebut.
Pengajaran membaca dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian di berbagai lembaga
7. pendidikan formal tentang kegitan membaca. Pengajaran mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda, yakni: (1) Setiap jenjang pendidikan, (2) Keadaan/lokasi penyelenggaraan
pendidikan, (3) Kondisi sosial ekonomi pelaku pendidikan.
Meskipun demikian tujuan dan sasaran akhir dari pengajaran membaca adalah sama. Seperti
dikemukakan Anderson (dalam tarigan, 1984 : 7) bahwa membaca dari segi linguistic
merupakan proses dari penyandian kembali dan pembacaan sandi. Tarigan (1987 : 7)
mengemukakan bahwa membaca suatu proses pengambilan atas ide pengarang melalui kata-kata
atau bahasa tulis. Ada beberapa pandangan ahli tentang pengertian membaca :
1) Membaca merupakan pengembangan keterampilan mulai dari keterampilan memahami kata-kata
kalimat, paragraph dalam bacaan sampai dengan mmahami secara kritis dan evaluasi
terhadap keseluruhan isi bacaan.
2) Membaca merupakan kegiattan visual berupa serangkaian kegiatan gerakan mata dalam
mengikuti baris-baris tulis pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata melihat ulang
kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman.
3) Membaca merupakan kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan
memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki.
4) Membaca merupakan suatu pengolahan informasi yang dilaksanakan pembaca dengan
menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut.
5) Membaca merupakan proses menghubungkan tulisan dengan bunyi sesuai dengan system
tulisan yang digunakan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Membaca merupakan proses mekanik berupa mengkoordinasi kembali rangkaian bunyi
bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata dan kalimat yang bermakna.
2) Proses psikologis berupa kegiatan dalam mengolah informasi.
3) Kegiatan mencari dan menemukan informasi dalam bacaan.
4) Mengidentifikasi, menguraikan dan menetukan makna bacaan dan aktivitas yang melibatkan
pengetahuan, pengalaman dan sikap.
2.2.2. Tujuan Membaca
Dalam (kurikulum 1994 : 4) dikatakan tujuan membaca di sekolah dasar sebagai
berikut :
1) Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan melaksanakan cara
membaca dan menulis dengan baik dan benar.
8. 2) Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil mengubah huruf menjadi
suara.
3) Melatih dan mengembangkan kemampuan menyuarakan huruf dalam kata menjadi suara
yang di dengarnya.
4) Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata isi bacaan yang dibaca atau di tulis
5) Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami, menuliskan,
menggunakan, menikmati dan menghargai keindahan cerita bahawa Indonesia sederhana.
Pendapat lain yang mengemukakan tujuan membaca menurut Walpes ( dalam Nurhadi, 1987
: 136 ) menggolongkan membaca menjadi lima, yaitu sebagai berikut :
1) Membaca untuk memperoleh sesuatu yang praktis.
2) Membaca untuk mendapat rasa lebih dibanding orang lain.
3) Membaca untuk memperkuat nilai- nilai dan keyakinan.
4) Membaca untuk mengganti pengalaman yang sudah usang.
5) Membaca untuk menghindarkan dari kesulitan.
2.2.3.Aspek Keterampilan Membaca
Aspek keterampilan membaca menurut Nurhadi ( 1987 : 12-14) adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan mengenal kata-kata.
2) Tanda baca
3) Makna tersurat
4) Membaca kritis
5) Membaca kreatif
Sedangkan menurut Broughton ( dalam tarigan 1987 : 11-12), aspek keterampilan membaca
sebagai berikut :
1) Membaca merupakan keterampilan yang bersifat mekanik mencakup pengenalan ejaan dan
bunyi.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup pengertian sederhana, makna evaluasi
dan kecepatan membaca fleksibel.
2.2.4 Jenis-Jenis Membaca
Dalam pengajaran bahasa ada dua jenis membaca yaitu membaca permulaan dan
membaca lanjutan.
Jenis-jenis membaca lanjutan menurut Supriyadi, dkk, ( 1995 : 185 ) adalah sebagai berikut :
1. Membaca dalam hati.
9. Tujuan membaca dalam hati adalah agar siswa memahami isi bacaan. Bahan bacaan yang
digunakan adalah buku paket dan buku pelengkap, dapat pula ditambah buku-buku lain
mempertimbangkan keluasan dan ke dalam materi. Untuk mengembangkan kemampuan
siswa memahami bacaan Smith dab Baret mengemukakan “ suatu taksonomi yang dapat
dipakai guru sebagai pedoman dalam menyusun pertanyaan yang dapat mengembangkan
kemampuan siswa memahami bacaan “. Taksonomi itu terdiri dari empat kategori yaitu :
a. Pemahaman Harfiah
Membimbing siswa untuk menemukan informasi yang secara jelas diungkapkan dalam
bacaan.
b. Pemahaman Inferensial
Ditujukan oleh siswa bila dapat menarik kesimpulan dari fakta-fakta tertulis atau hal-hal yang
diketahui dari bacaan.
c. Pemahaman Evaluasi
Apabila siswa menunjukkan pikiran evaluative dengan membandingkan buah pikiran yang
disajikan wacana dengan kriteria yang ada dalam dirinya atau kriteria sumber lain.
d. Pemahaman Apresiasi
Pemahaman apresiasi berhubungan dengan psikologis dan etetis siswa. Selain itu juga
membimbing siswa mengenal teknik-teknik, bentuk gaya dan struktur kata.
2. Membaca Bahasa
Tujuan mebaca bahasa adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang kebahasaan
Indonesia yang diperoleh dari membaca.
3. Membaca Teknik
Membaca teknik bertujuan agar siswa memiliki keterampilan mengubah lambing tulisan
menjadi ucapan yang dapat dipahami baik oleh diri sendiri atau orang lain yang
mendengarkan(Muchlisoh, dkk, 1992) yang perlu mendapat perhatian guru dalam pengajaran
ini ialah intonasi kata, kalimat atau lafal kata fungtuasi (tanda-tanda baca).
4. Membaca Indah
Yang menjadi perhatian utama dalam membaca indah ialah unsur irama informasi, ketepatan
ucapan, intonasi, kalimat seru, kalimat ajakan dan seterusnya. Bahan bacaan yang diperlukan
ialah puisi, prosa, lirik, bacaan dialog atau naskah drama.
10. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
3.1.1. Jenis penelitian
Sunardi Suryabrata (1998) mengklasifikasikan jenis penelitian menjadi tujuh macam,
yakni sebagai berikut :
1. Penelitian Deskriptif
2. Penelitian Historis
3. PenelitianKoresional
4. Penelitian Kausal Komparatif
5. Penelitian Eksperimen
6. Penelitian Grounded
7. Penelitian Tindakan ( Action Research)
3.1.2. Pendekatan Penelitian
11. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan ( Action Research)
berdasarkan pendekatan Naturalistik Kualitatif. Pendekatan ini memandang kenyataan
sebagai sesuatu yang berdimensi jamak, utuh dan merupakan kesatuan serta open minded.
Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang terinci dan fixed sebelumnya.
Rancangan penelitian berkembang selam proses penelitian berlangsung. Peneliti dan obyek
yang diteliti saling berinteraksi, yang proses penelitiannya dilakukan dari “ luar” dan dari
“dalam” dengan melibatkan banyak fudgement.
Dalam pelaksanaannya peneliti sekaligus seorang alat peneliti yang dengan sendirinya
tidak dapat melepaskan sepenuhnya dari unsure subyektifitas. Dengan kata lain dalam
penelitian ini tidak ada alat penelitian yang baku yang telah disiapkan sebelumya.
Penerapan penelitian didalam kelas diharapkan mampu memotivasi guru memiliki
kesadaran diri, melakukan refleksi diri dan kritik diri terhadap aktivitas pembelajaran yang
dilaksanakan ( MC. Niff, 1992, Hopkins, 1985,1993). Maka penelitian tindakan ini
didasarkan pada prinsip situasional yang berkaitan dengan realitas lapangan yang dalam hal
ini adalah suasana kelas. Membiarkan kelas dalam suasana kewajaran, sebagaimana keadaan
sebenarnya , artinya tindakan dan penelitian yang akan dilakukan bertolak dari informasi-informasi
yang actual yang diperoleh dari “realitas” yaitu guru, siswa dan proses-proses
selama pembelajaran berlangsung. Kemudian dijadikan bahan dasar refleksi diri dalam
menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan. Kegiatan ini mengikuti alur pokok sebagai
berikut :
1. Refleksi Awal
2. Perencanaan Tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
4. Refleksi untuk perbaikan selanjutnya dan seterusnya sampai tujuan yang hendak dicapai
berhasil.
3.2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian tindakan ini berperan ganda, yaitu sebagai
peneliti dan praktisi. Sebagai praktisi dan peneliti guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
di kelas I dengan menerapkan berbagai teori dan teknik pembelajaran yang yang relevan
secara kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dalam kegiatan pembelajaran mengangkat masalah-masalah “aktual” yang
dihadapi oleh guru dilapangn, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang
hasilnya dapat dipakai sebagai masukan untuk melakukan “refleksi” atas apa yang terjadi
12. pada tahapan pelaksanaan pembelajaran. Hasil proses ini kemudian melandasi upaya
perbaikan dan penyempurnaan dari perencanaan tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan diatas
dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai kualitas keberhasilan tertentu dapat
dicapai dengan baik.
3.3. Lokasi Penelitian
Pengertian lokasi pada penelitian tindakan ini adalah situasi social yang terdiri dari
dari tempat, pelaku dan kegiatan ( Nasution, 1992). Dengan demikian yang dimaksud lokasi
dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :
1. Aspek Tempat
Adalah lokasi dimana proses interaksi pembelajaran berlangsung. Dalam hal iini kelas I
Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang.
2. Aspek Pelaku
Adalah Guru dan siswa kelas I yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar di dalam kelas.
3. Aspek Kegiatan
Adalah kegiatan yang dilakukan dalam hal ini adalah “ Meningkatkan Keterampilan
Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar
Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II Tahun
Pelajaran 2006/2007 “
3.4.Sumber Data
Sumber data yaitu aspek penelitian yang dapat memberikan informasi yang dapat
membantu perluasan teori (Bogdan dan Biken, 1990). Sumber data dalam penelitian ini
adalah guru dan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon
Kabupaten Malang.
3.5. Prosedur Pengumpulan Data
Sumber data variable pertama dilakukan melalui dua tahap, yaitu :
1. Tahap Pertama
Siswa secara satu persatu membaca wacana yang telah dipersiapkan dalam waktu dua menit.
2. Tahap kedua
Siswa diberi lembar pertanyaan yang menyangkut isi wacana dan dijawab secara tertulis.
Pada tahap pertama dan tahap kedua akan menghasilkan data tentang kemampuan
membaca setelah dimotivasi dengan menumbuhkan minat membaca.
1. Dokumentasi
13. Dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar keterampilan berbahasa Indonesia,
sebelum tumbuh minat. Dengan melihat raport memiliki standar validitas dan obyektifitas
karena telah memenuhi kriteria standar.
2. Obsevasi
Menurut Suharsimi Arikunti (1992 : 128) observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Observasi non sistematis, yaitu dilakukan pengamat dengan tidak menggunakan instrument
pengamatan.
b. Observasi sistematis, yaitu dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai
instrument pengamatan.
3. Catatan Lapangan
Digunakan untuk menilai proses pembelajaran.
3.6.Analisi Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi
terhadap tumbuhnya minat membaca dan hasil belajar dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah terkumpul.
2. Melakukan interpelasi yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
3. Melakukan inferensi yaitu menyimpulkan apakah dalam pembelajaran terjadi peningkatan
tumbuhnya minat membaca dan hasil belajar atau tidak.
4. Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya
atau pelaksanaan di lapangan setelah siklus berhasil berdasarkan inferensi yang telah
ditetapkan.
5. Pengambilan kesimpulan diambil berdasarkan analisis hasil-hasil observasi yang sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan.
Kegiatan analisis data mempergunakan pedoman dibawah ini :
1. Tumbuhnya minat membaca siswa dalam pelajaran dengan indikator:
a. Tidak suka membuang waktu
b.Keaktifan yang tinggi
c. Mengerjakan tepat waktu
d. Mengerjakan sebaik mungkin
e. Bergairah belajar
Adapun kriteria penelitian tumbuhnya minat membaca adalah sebagai berikut :
a. Rumus untuk menentukan prosentase pada setiap indicator adalah jumlah siswa yang masuk
dikalikan 100%.
b. Tumbuhnya minat membaca dengan ketentuan sebagai berikut :
14. 1) Minat membaca dinyatakan tumbuh ( meningkat) jika rata-rata prosentase masing-masing
kegiatan yang dinilai lebih dari atau sama dengan 75%.
2) Minat membaca dinyatakan belum tumbuh atau meningkat jika rata-rata prosentase masing-masing
kegiatan kurang dari 75%.
2 Meningkatkan hasil belajar siswa ditandai dengan indikator hasil belajar (nilai ulangan harian)
menjadi lebih baik daripada sebelum penelitian.
15. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I
Menumbuhkan atau meningkatkan minat membaca dalam keterampilan berbahasa
Indonesia dapat memberikan pengaruh yang positif sehingga siswa merasakan pada dirinya
ada perubahan berupa kemajuan dalam belajarnya karena dirinya telah termotivasi sehingga
minat membaca meningkat dan bergairah untuk belajar.
Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menanyakan secara individual
tentang apa saja yang belum dipahaminya. Pertanyaan siswa secara individual dijawab oleh
guru juga secara indidual. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlomba
mendapatkan nilai yang terbaik. Beberapa hal yang dicatat pada pertemuan siklus I ini antara
lain :
1. Waktu yang dipergunakan mengerjakan pertanyaan belum merata.
2. Kurang telitinya siswa dalam menulis jawaban pertanyaan yang tersedia.
Berikut ini data siswa yang menunjukkan meningkatnya minat siswa pada siklus I pada saat
mengerjakan LKS
Tabel 4.1 Minat Siswa Pada Saat Pengerjaan LKS Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 8 62
2 Aktivitas yang sangat tinggi 8 69
3 Mengerjakan tepat waktu 8 62
4 Mengerjakan sebaik mungkin 8 62
5 Bergairah belajar 8 62
Rata-rata 8.2 63.4
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus ini minat membaca siswa belum
memenuhi harapan(masih dibawah 75%). Pada tahap selanjutnya guru mengajak siswa untuk
16. membahas hasil pengerjaan LKS dengan cara member kebebasan siswa menulis jawaban di
papan tulis.
Selanjutnya pembahasan tentang jawaban yang telah ditulis di papan tulis. Siswa yang
jawabannya salah atau kurang sempurna harus menyempunakan jawabannya. Hal
ini dimaksudkan agar pada kegiatan selanjutnya tidak mengalami kesalahan. Apabila tidak
diperbaiki, kesalahan ini terbawa pada kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Berikut daftar aktivitas yang menunjukkan menngkatnya minat berprestasi
siswa pada siklus pertama pada saat pembahasan LKS.
Tabel 4.2. Minat Siswa pada pembahasan LKS Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 10 76
2 Aktivitas yang sangat tinggi 10 76
3 Mengerjakan tepat waktu 9 69
4 Mengerjakan sebaik mungkin 9 69
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 9.8 75
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I pembahasan LKS minat siswa sudah
cukup baik, rata-rata mencapai 75%.
Pada akhir tahap ini guru memberikan penelitian akan hasil tugas siswa. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan motivasi siswa bahwa semakin sempurna dan teliti jawabannya akan
mendapat nilai yang lebih baik.
Kemudian diadakan ulangan tertulis yang bahannya dari semua bahan yang dipelajari siswa
sebanyak sepuluh soal dengan waktu sepuluh menit. Pada saat mengerjakan evaluasi terlihat
adanya minat dan motivasi siswa untuk lebih berprestasi mengerjakan sebaik-baiknya.
Berikut data aktivitas siswa yang menunjukkan minat belajar siswa pada siklus I
pada saat diskusi kelompok.
Tabel. 4.3. Minat siswa pada Saat Diskusi Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 10 76
17. 2 Aktivitas yang sangat tinggi 10 76
3 Mengerjakan tepat waktu 10 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 10 76
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 10.2 77.8
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa minat dalam mengikuti diskusi Tanya jawab sudah
cukup baik yaitu mencapai nilai rata-rata 77.8%.
Pada saat pengerjaan evaluasi terlihat adanya minta untuk berpartisipasi dengan mengerjakan
sebaik-baiknya.
Tabel 4.4. Minat Siswa Pada Saat Evaluasi Siklus I
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 11 85
2 Aktivitas yang sangat tinggi 10 76
3 Mengerjakan tepat waktu 10 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 10 76
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 10.4 79.6
Dari data diatas tersebut menunjukkan bahwa motivasi (minat) siswa dalam evaluasi ini
cukup baik, mencapai rata-rata 79.6%.
Pada akhir kegiatan guru dan siswa memberikan beberapa kesimpulan kegiatan dan
memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa selama kegiatan dan memberikan
penyempurnaan kegiatan selanjutnya.
1. HASIL BELAJAR
Berdasarkan ulanga harian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa telah ada
peningkatan hasil belajar daripada pertemuan sebelum dilaksanakan penelitian walaupun
kenaikan belum signifikan.
18. Beberapa siswa telah menunjukkan hasil yang nilainya rendah kurang dari 6,00.
Secara rinci dapat dilihat pada table 4.5
Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Belajar Siklus I
No
Nama
MIN
BC
MB
JML
Rata-rata
Urut Induk 1 1541 Afifatun Nisak 60 60 60 180 60 2 1542 Akhorindra F. Bahara 60 70 60 190 63 3 1543 Andhi Firmanda 90 90 90 270 90 4 1544 Anwar Kautsar 80 85 85 250 83 5 1545 Ari Reza M 95 95 95 285 95 6 1546 Danis Alfitasari 95 95 95 285 95 7 1547 Dew Indra Rukmana 65 70 80 217 72 8 1548 Diah Meyta Nur CH 80 85 90 255 85 9 1549 Dinny Ramadani 80 80 85 245 82 10 1550 Dhona Suciliawati 95 95 95 285 95 11 1551 Filza Robby Zoel 95 95 95 285 95 12 1552 Fiqi Andrian 60 70 80 210 70 13 1553 Febrian Tri Susilo 60 70 60 190 63 14 1554 Gunawan Much 60 60 60 180 60 Jumlah 1075 1120 1130 3325 1108 Rata-rata 76.6 80 80.71 237.5 79.14 Keterangan :
MIN : Menyimak
BC : Berbicara
MB : Membaca
Dari hasil evaluasi belajar tersebut nilai rata-rata 78.1 maka dapat disimpilkan bahwa
menumbuhkan minat membaca dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.
2. Rekomendasi Siklus I
Walau pada siklus I ini menunjukkan hasil yang baik tetapi beberapa catatan penyempurnaan
masih perlu dilakukan sebagai berikut :
1) Tata tertib belajar perlu disempurnakan antara lain :
A. Perlu adanya pelaksanaan pembatasan waktu pengerjaan LKS
19. B. Ketelitian siswa dalam penulisan jawaban
C. Kelengkapan jawaban
2) Pada saat Pembahasan LKS
A. Guru sebaiknya menuliskan nomor soal yang akan diisi oleh siswa secara berurutan di papan
tulis kemudian menunjukkan siswa untuk mengisi.
B. Penukaran buku LKS untuk dilakukan pemeriksaan ulang.
3). Pada saat diskusi, tempat duduk siswa sebaiknya berdekatan dengan anggota kelompoknya
untuk mempercepat berkumpulnya kelompok.
4.1.2. Hasil Penelitian Siklus II
Dengan melihat hasil rekomendasi pada siklus I, peneliti telah melakukan
penyempurnaan pada siklus II. Pada saat pembukan pelajaran guru memberikan pengarahan
ulang tentang tat cara belajar yang disempurnakan dari siklus I, meliputi :
Tabel 4.6. Minat siswa Pada Pengerjaan LKS Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 8 85
2 Aktivitas yang sangat tinggi 9 76
3 Mengerjakan tepat waktu 7 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 10 85
5 Bergairah belajar 14 85
Rata-rata 10,6 81,4
Dari data di atas dapat dilihat bahwa siklus II ini terjadi peningkatan minat siswa pada saat
mengerjakan LKS, yaitu sebesar 18% bila dibandingkan dengan siklus I.
Pada saat pembahasan LKS pada siklus II, guru tidak lagi memberikan kebebasan terhadap
siswa untuk menjawab soal di papan tulis, tetapi guru membatasi dengan menuliskannomor-nomor
yang akan dijawab untuk menunjukkan deret-deret siswa yang akan menjawab.
Dengan cara ini pelajaran di papan tulis lebih terorganisasi. Disamping itu guru membatasi
jumlah siswa yang akan mengerjakan di papan tulis. Dengan cara ini dapat diperoleh efisiensi
waktu dan ketentuan pengerjaan di papan tulis dan pembahasan cepat dilaksanakan.
Berikut data aktivitas siswa menunjukkan minat berprestasi siswa pada siklus II, pada
saat pembahasan LKS di papan Tulis.
Tabel 4.7. Minat Berprestasi Pada Pembahasan LKS Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 6 85
20. 2 Aktivitas yang sangat tinggi 8 85
3 Mengerjakan tepat waktu 10 76
4 Mengerjakan sebaik mungkin 9 85
5 Bergairah belajar 15 85
Rata-rata 10.8 83.2
Dari data di atas diperoleh minat belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 8,2% bila
dibandingkan Siklus I.
Siklus II ini diberi waktu 10 menit untuk diskusi kelompok, semangat siswa dalam
melakukan diskusi cukup tinggi. Berikut data aktivitas siswa yang menunjukkan minat
belajar siswa pada siklus II pada saat siswa berdiskusi.
Tabel 4.8. Minat Berprestasi Berdiskusi Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 12 85
2 Aktivitas yang sangat tinggi 15 85
3 Mengerjakan tepat waktu 10 85
4 Mengerjakan sebaik mungkin 15 85
5 Bergairah belajar 16 92
Rata-rata 11,2 86,4
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan siswa dalam melaksanakan diskusi
mengalami peningkatan sebesar 8,6% bila dibandingkan dengan siklus I.
Tabel 4.9. Minat Berprestasi Pada Evaluasi Siklus II
NO Indikator Jumlah Siswa Prosentase %
1. Tidak suka membuang waktu 8 92
2 Aktivitas yang sangat tinggi 12 92
3 Mengerjakan tepat waktu 11 85
4 Mengerjakan sebaik mungkin 9 92
5 Bergairah belajar 12 92
Rata-rata 11,8 90,6
Dari data diatas menunjukkan rata-rata berprestasi siswa mengalami peningkatan sebesar
11% dibandingkan siklus I.
21. Hasil yang diraih siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Keteraturan yang diciptakan oleh guru dalam pembelajaran ini membuahkan hasil positif
berupa peningkatan hasilbelajar dari siklus I ke siklus II.
Tabel 4.5. Hasil evaluasi Belajar Siklus II
No
Nama
MIN
BC
MB
JML
Rata-rata
Urut Induk 1 1541 Afifatun Nisak 75 75 75 225 75 2 1542 Akhorindra F. Bahara 75 75 75 225 75 3 1543 Andhi Firmanda 95 100 95 290 97 4 1544 Anwar Kautsar 85 85 85 225 85 5 1545 Ari Reza M 100 100 95 295 98 6 1546 Danis Alfitasari 100 100 95 295 98 7 1547 Dew Indra Rukmana 75 75 75 225 75 8 1548 Diah Meyta Nur CH 85 85 85 225 85 9 1549 Dinny Ramadani 80 80 85 245 82 10 1550 Dhona Suciliawati 95 95 95 285 95 11 1551 Filza Robby Zoel 95 95 95 285 95 12 1552 Fiqi Andrian 75 75 75 225 75 13 1553 Febrian Tri Susilo 75 75 75 225 75 14 1554 Gunawan Much 75 75 75 225 75 Jumlah 1185 1190 1180 3252 1185 Rata-rata 84,64 85 84,28 251,7 84,64 Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil evaluasi belajar sebesar 5,54% dari
siklus I.
Peningkatan nilai menunjukkan bahwa perbaikan proses pembelajaran membawa dampak
positif terhadap hasil belajar siswa.
4.2. Pembahasan dan Refleksi
4.2.1. Pembahasan
Berdasarkan hasil belajar dan proses belajar yang telah dilaksanakan menunjukkan
ada peningkatan baik proses pembelajaran maupun hasil belajar.
Hasil belajar sebelum diadakan tindakan kelas mencapai nilai rata-rata 63,4% setelah
siklus I dan siklus II rata-rata nilai 81,4% berarti ada peningkatan 18%.
Hasil prestasi sebelum diadakan, tindakan kelas nilai rata-rata mencapai 79,1%,
setelah siklus I dan siklus II, serta rekomendasi mencapai nilai rata-rata 84,6% berarti ada
peningkatan 5,5%.
22. 4.2.2. Refleksi
Sesuai dengan catatn dilapangan dalam proses pembelajaran rekomendasi dan refleksi
berupa perbaikan dan penyempurnaan proses belajar dan mengajar berdampak positif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Hasil proses belajar sebelum tumbuh minat membaca mencapai nilai rata-rata 63,4%.
Setelah termotivasi minat siklus I dan siklus II, refleksi dan rekomendasi nilai rata-rata
mencapai 81,4%, berarti ada peningkatan 18%.
Hasil belajar sebelum siklus I dan siklus II mencapai nilai rata-rata 79,1%, setelah
siklus I dan siklus II, refleksi dan rekomendasi rata-rata mencapai 84,6% berarti ada
peningkatan 5,5%.
Maka menumbuhkan minat embaca dapat meningkatkan keterampilan berbahasa
Indonesia kelas I SDN Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut :
1.Agar keterempilan berbahasa Indonesia meningkat, siswa harus memiliki minat yang tinggi
dalam prosses pembelajaran.
2.Agar hasil belajar siswa bias meningkat secara optimal hendaknya guru menumbuhkan minat
siswa dengan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Ausebel, D.P, 1963. The Psychology of meaning Verbal Learning. New York, grune & Srattim
Arikunto, S. 1983. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Bina Aksara.
Baso, M. 1999.Kapita Selekta Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Alkon Training.
Depdikbud, 1994. Garis-garis Besar program Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Sekolah
Dasar. Jakarta : Dikdasmen.
De Porter,B.M.dkk.2000. Quantum Teaching. Bandung : Kaifa.
23. Hopkins, David. 1985. Teaching’s Guide the Classroom Research. Philadelphia : Open University,
Milton Keynes.
Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mc, Niff, jean. 1992. Action Research, principle and Practice. New York, Rontledge Champman &
Hall, Inc.
Nasution, S. 1992. Metodologi Penulisan Neturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Supriadi, dkk. 1995. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Bagian proyek
peningkatan mutu guru SD, Setara D-II 1995.
Sudjana, N. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar baru.
Lampiran 2
Evaluasi Belajar Siklus I
SIAPA YANG BODOH
Seluruh binatang di hutan menganggap kancil sebagai binatang paling pintar dan
banyak akal. Oleh karena itu, baginda Singa pun sering bertanya kepada Kancil bila ada
masalah yang sulit dipecahkan.
Sudah beberapa hari ini Kancil melihat Baginda Singa akrab dengan Keledai. Ia
tidak senang dan merasa tersaingi. Ketika Baginda Singa sedang sendiri.Kancil mendekat, “
Tuanku akhir-akhir ini Tuanku sering melihat bersama Keledai. Hamba takut kalau Tuanku
tertular kebodohannya.”
“ Terima kasih, Cil. Kalau begitu, aku akan berusaha menjauhinya,” jawab Baginda Singa.
Kancil merasa senang karena hasutannya berhasil. Singa percaya bahwa Keledai bodoh.
Setelah kancil pergi, Baginda Singa berpikir,” Apa benar yang dikatakan kancil? Ah, aku
tidak mau lansung percaya begitu saja ! Aku harus menguji kepintaran kancil dan keledai.
Aku harus menguji kepintaran Kancil dan Keledai. Aku harus mengajukan pertanyaan yang
sulit yang sangat sulit untuk mereka berdua.
Baginda Singa lalu mencari pertanyaan yang akan diajukan kepada mereka. Setelah
ia menemukan pertanyaan yang sulit, Baginda Singa mengundang Kancil dan keledai.
“ Kancil, Keledai sengaja kalian aku undang malam ini. Kita rasakan udara begitu sejuk.
Langit bersih. Bintang bertaburan dan berkelip-kelip. Coba kalian lihat ke atas! Berapa ya
jumlah bintang-bintang itu?”Tanya Baginda Singa.
24. Kancil dan Keledai terus mengamati langit. Kancil beberapa kali menghitung
jumlah bintang, tetapi tidak pernah cocok jumlahnya berbeda terus.
“ kancil, Bagaimana Kamu?” Tanya Baginda Singa. Kancil terdiam. Ia akhirnya
menggelengkan kepala.
“ hamba menyerah, Baginda?”.
“Keledai, bagaimana kamu?” Singa bertanya kepada keledai. Keledai menjawab tenang.
“ Jumlah bintang di langit sama dengan jumlah bulu yang tuan miliki.”
“ Kamu jangan asal menjawab saja,Keledai!” Ujar Singa agak marah.
“ Kalau Tuan tidak percaya, silahkan saja Tuan hitung sendiri!” kata Keledai.
Singa terdiam. Ia berpikir dalam hatinya dan benar kata keledai. Aku juga tidak tahu, berapa
jumlah buluku dan jumlah bintang di langit.
“ Kamu ternyata pintar. Keledai,” puji Baginda Singa.
Keledai tersenyum bangga, Kancil lalu pergi karena malu. Ternyata, ada juga yang lebih
pintar dari dirinya.
Dikutip dari : Buku BBI 3B Hal 130
PERTANYAAN SIKLUS I
JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI!
1. Siapa yang menjadi raja hutan itu?
2. Mengapa kancil merasa tersaingi oleh keledai?
3. Apakah Singa langsung percaya pada laporan Kancil?
4. Apa yang dilakukan Singa untuk menguji kepandaian Keledai?
5. Mengapa Kancil akhirnya pergi meninggalkan Singa dan Keledai?
KUNCI JAWABAN SIKLUS I
1. Singa
2. Karena sudah beberapa hari Singa akrab dengan Keledai
3. Tidak
4. Mengajukan pertanyaan yang sulit
5. Kancil malu kepada Keledai karena Keledai lebih pintar dari dirinya.
25. LAMPIRAN II
EVALUASI BELAJAR SIKLUS II
JASA PETANI DAN NELAYAN
Nasi yang kita makan setiap hari
Siapa penghasilnya
Tentu saja petani
Jangan lupakan jasanya
Ikan segar bergizi
Siapa pula penghasilnya
26. Kutahu pasti
Itu jasa nelayan
Wahai kawan
Jangan lupa petani dan nelayan
Mereka berjasa besar
Mencari bahan makanan
Karya: N. Falia
Dikutip dari: Buku BBI 3B hal 118
PERTANYAAN SIKLUS II
JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI!
1. Mengapa petani dikatakan berjasa?
2. Mengapa Nelayan dikatakan berjasa?
3. Mengapa kita tidak boleh melupakan jasa Petani dan Nelayan?
KUNCI JAWABAN SIKLUS II
1. Karena menghasilkan bahan makanan
2. Karena mencari bahan makanan yang bergizi yaitu ikan
3. Karena mereka mencari bahan makanan