SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
1
PERUBAHAN LAHAN VEGETASI KABUPATEN BARITO KUALA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAND SURFACE TEMPERATURE
Riska Pratiwi
Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Kampus Tembalang, Semarang,
Email : na.rpratiwi@gmail.com
Abstrak
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan dan
merupakan salah satu daerah tujuan urbanisasi dari berbagai tempat terutama dari Pulau Jawa.
Sehingga pertambahan jumlah pendudukan di Kabupaten ini meningkat setiap tahunnya. Walau
tidak begitu signifikan tetapi pertambahan penduduk ini mengakibatkan semakin meningkatnya
jumlah pemukiman, area industri dan perdangan serta perubahan tutupan lahan. Perubahan
seperti ini akan membawa perubahan dalam suhu udara rata-rata, dimana berkurangnya
vegetasi yang tergantikan oleh lahan-lahan terbangun akan memicu kontrasnya radiansi
permukaan dan suhu udara di daerah tersebut jika dibandingkan dengan daerah desa
(Weng, 2004).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan tutupan
lahan dan vegetasi melalui NDVI terhadap perubahan suhu permukaan melalui LST
berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat. Teknologi penginderaan jauh dilakukan untuk
memperoleh data spasial dalam waktu singkat dengan akurasi yang tinggi.
Pada penelitian ini analisis dilakukan dengan menggunakan citra Landsat 2014 dan 2016
dimana waktu perekamannya pada bulan juni. Sehingga nantinya akan dilakukan perbandingan
perubahan tutupan lahan dan perubahahan suhu pada kedua tahun tersebut. Selain itu juga untuk
melihat seberapa besar korelasi antara perubahan tutupan lahan dengan perubahan suhu pada
daerah tersebut.
Kata Kunci : Perubahan Suhu Permukaan, LST, NDVI, Tutupan Lahan, Teknologi Penginderaan Jauh.
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk di suatu
daerah akan menyebabkan semakin
berkurangnya lahan vegetasi yang digunakan
untuk berbagai macam aktivitas seperti
pembangunan, pembuatan jalan dan lain
sebagainya. Pada beberapa tahun terakhir,
kegiatan urbanisasi semakin meningkat, tidak
terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia.
Peningkatan urbanisasi ini akan berdampak
dengan penambahan penduduk di daerah kota,
dan akan membawa beberapa perubahan,
seperti perubahan penggunaan lahan
menjadi lahan-lahan terbangun atau
permukaan yang sulit berevaporasi.
Perubahan seperti ini akan membawa
perubahan dalam suhu udara rata-rata di kota,
dimana berkurangnya vegetasi yang
tergantikan oleh lahan-lahan terbangun akan
memicu kontrasnya radiansi permukaan dan
suhu udara di daerah kota jika
dibandingkan dengan daerah desa (Weng,
2004).
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu
kabupaten yang menjadi incaran para
penduduk urbanisasi. Hal tersebut
menyebabkan setiap tahunnya pertambahan
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
2
jumlah penduduk dan berkurangnya lahan
vegetasi karena digunakan untuk berbagai
macam untu meningkatkan kualitas hidup
penduduk di daerah tersebut.
Land Surface Temperature (LST)
merupakan radiasi temperature permukaan
tanah yang dipengaruhi oleh kondisi albedo,
uap air, dan tutupan lahan. Studi mengenai
Land Surface ini banyak yang mengambil
kasus di kota-kota besar dan kota
metropolitan lainnya. Lahan yang lebih
sering terjadi dan perubahan suhunya juga
lebih besar daripada di kota-kota kecil
lainnya. Semua kota apapun ukurannya
membentuk iklim tersendiri berbeda dengan
iklim makro regional di mana kota itu berada,
meskipun karakteristik iklim mikro urban
tergantung pada iklim lebih besar (Kopec,
1970).
Berdasarkan hal tersebut, metode NDVI
dapat digunakan untuk melakukan ekstraksi
penggunaan lahan yang dapat digunakan
sebagai analisis untuk perubahan suhu
permukaan. Salah satu data penginderaan
jauh yang mampu memberikan data termal
adalah data Landsat, seperti Landsat 8. Dari
data termal ini kemudian dapat diolah untuk
menghasilkan Land Surface Temperature
(LST), dan dengan menggunakan
perhitungan nilai radiansi untuk
menghasilkan nilai suhu permukaan.
Sehingga nantinya bisa dilihat nilai korelasi
antar nilai NDVI dan nilai LST.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
Perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan tutupan lahan di
Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2014
dan 2016?
2. Bagaimana perubahan suhu permukaan di
Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2014
dan 2016?
3. Bagaimana pengaruh perubahan suhu
permukaan dan tutupan lahan di
Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2014
dan 2016?
I.3 Batasan Masalah
Untuk menjelaskan permasalahan yang
akan dibahas pada penelitian ini sehingga
tidak terlalu jauh dari kajian masalah. Maka
penelitian ini ada beberapa hal yang
membatasi dalam pembuatannya, yaitu
sebagai berikut :
1. Penelitian perubahan tutupan lahan dan
suhu permukaan ini hanya dibatasi di
Kabupaten Barito Kuala menggunakan
citra Landsat tahun 2014 dan tahun 2016.
2. Pada penelitian ini suhu permukaan
merupakan sebaran suhu permukaan
bumi berdasarkan kerapatan vegetasi dan
penggunaan lahan yang nampak pada
citra satelit.
3. Kerapatan vegetasi yang digunakan
dalam penelitian berasal dari nilai
perhitungan NDVI (Normalized
Difference Vegetation Index) yang dilihat
dalam satuan piksel (30mx30m) dan
dibagi menjadi lima kelas yaitu : badan
air, vegetasi jarang, vegetasi cukup rapat,
vegetasi rapat, dan vegetasi sangat rapat.
4. Perubahan suhu permukaan atau
klasifikasi LST dibagi menjadi 6 kelas
yaitu : 14c-16c, 16c-18c, 18c-20c, 20c-
22c, 22c-24c, dan 24c-26c
5. Analisa dilakukan berdasarkan
perubahan tutupan lahan dengan data
suhu permukaan Kabupaten Barito Kuala
pada tahun 2014 dan tahun 2016.
I.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mendapatkan data perubahan tutupan
lahan pada tahun 2014 dan tahun 2016
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
3
2. Mendapatkan data perubahan suhu pada
tahun 2014 dan tahun 2016
3. Mendapatkan hasil analisis berupa
korelasi antara perubahan tutupan lahan
dan perubahan suhu
II. Tinjauan Pusataka
II.1 Tutupan Lahan
Tutupan lahan adalah perwujudan fisik
(visual) dari vegetasi, benda alam dan unsur-
unsur budaya yang ada di permukaan Bumi
tanpa memperhatikan kegiatan manusia
terhadap objek tersebut (Justice dan
Townshend, 1981). Land cover sendiri
umumnya didapatkan dari hasil klasifikasi
citra satelit dan hasil klasifikasi tersebut
banyak digunakan sebagai dasar penelitian
untuk analisis penggunaan lahan atau
dinamika perubahan lahan di suatu area.
Selain hal tersebut, hasil klasifikasi citra
berupa land cover juga dapat dijadikan
sebagai dasar pengamatan pertumbuhan
pembangunan suatu area. bumi. Informasi
yang diperoleh dari citra satelit tersebut dapat
digabungkan dengan data-data lain yang
mendukung ke dalam suatu sistem informasi
geografis (SIG). hambatan dalam pemantauan
penutupan lahan dapat dikurangi dengan
adanya teknologi penginderaan jauh (remote
sensing) (Sulistiyono, 2008).
II.2 Suhu
Suhu menurut Handoko (1994)
merupakan gambaran umum keadaan energi
suatu benda. Pembahasan suhu yang berkaitan
dengan kedaan suhu kota, mengarah pada
fenomena Heat Island. Dimana fenomena
heat island ini merupakan suatu keadaan
dimana suhu udara di kota yang lebih banyak
bangunan lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu udara daerah di sekelilingnya yang lebih
terbuka seperti pinggiran kota atau pedesaan.
Pada umumnya suhu udara tertinggi akan
terdapat di pusat kota dan menurun secara
bertahap ke arah pinggir kota sampai ke desa
(Khusaini, 2008). Berdasarkan beberapa
pengamatan, suhu tahunan rata-rata di kota
lebih besar sekitar 3Β°C dibandingkan di
pedesaan.
II.3 Citra Landsat
Teknologi penginderaan jauh satelit
dipelopori oleh NASA Amerika Serikat
dengan diluncurkannya satelit sumberdaya
alam yang pertama, yang disebut ERTS-1
(Earth Resources Technology Satellite) pada
tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada
tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV
(Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi
Spectral Scanner) yang mempunyai resolusi
spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2
yang kemudian setelah diluncurkan berganti
nama menjadi Landsat 1, Landsat 2,
diteruskan dengan seri-seri berikutnya, yaitu
Landsat 3, 4, 5, 6, 7 dan terakhir adalah
Landsat 8 yang diorbitkan bulan Februari
2013.
II.4 Land Surface Temperature
Sensor Landsat TM (Landsat 5), ETM+
(Landsat 7) dan TIRS (Landsat 8) mampu
merekam data radiansi panas permukaan bumi
pada spektrum inframerah termal. Informasi
radiansi panas pada spektrum thermal sangat
dipengaruhi oleh suhu permukaan dan
emisivitas obyek. Makin tinggi temperatur
suatu obyek, makin tinggi intensitas
radiansinya. Informasi radiansi ditangkap
sensor termal dan disimpan dalam bentuk
digital number (DN) dengan range 0 sampe
255 (8bit) untuk data TM/ETM+ dan 0 sampai
65536 a. (16 bit) untuk data TIRS.
Dengan demikian, maka DN diatas
memungkinkan untuk dikonversi menjadi
peta suhu permukaan. Tahapan yang
dilakukan antara lain, mengubah DN menjadi
nilai radiansi, mengaplikasikan koreksi
atmosferik (later), mengkonversi radiansi ke
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
4
temperatur permukaan, dan terakhir
mengkonversi temperatur permukaan dari
satuan kelvin ke satuan celcius.
II.4 NDVI (Normal Difference Vegetation
Index)
Indeks vegetasi adalah besaran nilai
kehijauan vegetasi yang diperoleh dari
pengolahan sinyal digital data nilai kecerahan
(brightness) beberapa kanal data sensor
satelit. Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan
proses pembandingan antara tingkat
kecerahan kanal cahaya merah (red) dan kanal
cahaya inframerah dekat (near infrared).
Fenomena penyerapan cahaya merah oleh
klorofil dan pemantulan cahaya inframerah
dekat oleh jaringan mesofil yang terdapat
pada daun akan membuat nilai kecerahan
yang diterima sensor satelit pada kanal-kanal
tersebut akan jauh berbeda. Pada daratan non-
vegetasi, termasuk diantaranya wilayah
perairan, pemukiman penduduk, tanah kosong
terbuka, dan wilayah dengan kondisi vegetasi
yang rusak, tidak akan menunjukkan nilai
rasio yang tinggi (minimum). Sebaliknya pada
wilayah bervegetasi sangat rapat, dengan
kondisi sehat, perbandingan kedua kanal
tersebut akan sangat tinggi (maksimum). Nilai
perbandingan kecerahan kanal cahaya merah
dengan cahaya inframerah dekat atau
NIR/RED, adalah nilai suatu indeks vegetasi
(yang sering disebut ”simple ratio”) yang
sudah tidak dipakai lagi. Hal ini disebabkan
karena nilai dari rasio NIR/RED akan
memberikan nilai yang sangat besar untuk
tumbuhan yang sehat . Oleh karena itu,
dikembangkanlah suatu algoritma indeks
vegetasi yang baru dengan normalisasi, yaitu
NDVI (Normalized Difference Vegetation
Index) seperti berikut ini :
𝑁𝐷𝑉𝐼 =
𝑁𝐼𝑅 βˆ’ 𝑅𝑒𝑑
𝑁𝐼𝑅 + 𝑅𝑒𝑑
NDVI mempunyai nilai yang hanya
berkisar antara -1 (non-vegetasi) hingga 1
(vegetasi). Setelah NDVI diperoleh, langkah
selanjutnya adalah membuat skala warna
(color map) tingkat vegetasi agar diperoleh
informasi lebih lanjut.
III. Pelaksanaan Penelitian
III.1 Lokasi Penenelitian
Lokasi penenlitian ini dilakukan di
Kabupaten Barito Kuala. Barito Kuala adalah
salah satu Pemerintah Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota
kabupaten ini terletak di Marabahan.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.284
kmΒ² dan berpenduduk sebanyak 276.066 jiwa.
Kabupaten Barito Kuala yang ber-ibukota
Marabahan terletak paling barat dari Provinsi
Kalimantan Selatan dengan batas-batas:
sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara
dan Kabupaten Tapin, sebelah selatan Laut
Jawa, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan
Tengah. Dengan letak astronomis berada pada
2Β°29’50” - 3Β°30’18” Lintang Selatan dan
114Β°20’50” - 114Β°50’18” Bujur Timur.
Gambar III-1 Barito Kuala
III.2 Data dan Peralatan
III.2.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Citra Satelit Landsat 8 tahun 2014 dan
tahun 2016.
2. Peta Batas Administrasi Kabupaten Barito
Kuala.
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
5
III.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang digunakan dalam
pengolahan data adalah perangkat
komputer yang memiliki spesifikasi
a. Processor : Intel Core TM B950
b. Kapasitas RAM : 2.00 Gb
c. System Type : 64 bit OS
d. Harddisk : 500 GB HDD
e. Sistem Operasi : Microsoft Windows
7 Ultimate
2. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang digunakan dalam
pengolahan data yaitu:
a. ENVI 5.1
b. ArcGIS 10.2
c. Microsoft Office 2013
III.3 Metode Penelitian
Pada penelitian ini langkah pekerjaan
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data
Pada tahapan ini yang dikerjakan adalah
mengumpulkan data masukan yang
diperlukan untuk proses pekerjaan yang akan
dilakukan. Pada praktikum kali ini yang
dibutuhkan sebagai data masukan adalah Data
dari citra Landsat 8 untuk perubahan suhu dan
perubahan vegetasi nya. Selain data citra
Landsat diperlukan juga data berupa shapefile
administrasi Kabuapten Barito Kuala.
2. Pengolahan data dengan menggunakan
ENVI.
Pengolahan data menggunakan software
ENVI 5.1 .Pengolahan untuk NDVI dan Land
Surface Temperature dilakukan dengan
mengubah format citra dari digital number
(DN) menjadi Reflectance (untuk NDVI) dan
Radiance (untuk permukaan suhu). Kemudian
dengan menggunakan Band Math kita
merubah nilai piksel dari citra. Persamaan
yang diinputkan berbeda untuk NDVI dan
suhu permukaan. Proses tersebut dilakukan
untuk kedua citra.
3. Analisis Informasi yang telah diperoleh
Dari pengolahan data akan diperoleh 4 citra
hasil pengolahan yaitu 2 citra NDVI dengan
tanggal berbeda dan 2 citra suhu permukaan
dengan tanggal yang berbeda juga. Kemudian
dengan menggunakan Band Math akan
dihitung perubahan lahan vegetasi dan suhu
permukaan. Perubahan tersebut akan dibuat
menjadi satu untuk mengetahui korelasi
antara perubahan suhu dan perubahan
vegetasi di Kabupaten Barito Kuala
4. Menarik kesimpulan
Dari hasil korelasi yang diperoleh, maka
dapat ditarik kesimpulan apakah perubahan
lahan vegetasi menyebabkan perubahan suhu
permukaan di Kabupaten Barito Kuala.
Penarikan kesimpulan ini menjadi jawaban
dari rumusan masalah yang diangkat.
5. Menyajikan peta
Data hasil pengolahan dan analisis
kemudian disajikan kedalam arcGIS agar
menjadi informasi yang lebih mudah
dipahami oleh pengguna peta.
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil dan Pembahasan NDVI
Hasil dari pengolahan NDVI dengan
ENVI 5.1 adalah kerapatan vegetasi yang
terbagi menjadi 5 kelas seperti badan air,
vegetasi jarang, vegetasi cukup rapat, vegetasi
rapat dan vegetasi sangat rapat. Band yang
digunakan dalam pengolahan NDVI ini
adalah band 4 ( Red ) dan band 5 ( NIR ) yang
sebelumnya telah dirubah menjadi reflectance
melalui Band Math. Setelah itu dilakukan
perhitungan NDVI dengan rumus yang telah
ditentukan. Perhitungan NDVI ini dilakukan
pada kedua citra yaitu tahun 2014 dan tahun
2016 sehingga didapatkan hasil luasan
kerapatn vegetasi yang bisa dibandingkan
seperti gambar di bawah ini.
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
6
Gambar IV-1 Hasil Luasan NDVI 2014
Gambar IV-2 Hasil Luasan NDVI 2016
Dilihat dari hasil luasan NDVI tahun
2014 dan tahun 2016 dengan satuan hektar (
Ha ) terjadi perubahan luasan seperti vegetasi
jarang yang berubah dari 13744,207069 Ha
menjadi 19121,210205. Vegetasi Jarang ini
bisa diartikan sebagai lahan terbangun,
sehingga dapat disimpulkan bahwa di
Kabupaten Barito Kuala mengalami kenaikan
jumlah pembangunan yang disebabkan
semakin banyaknya penduduk yang
bermukim di sana dan pertumbuhan penduduk
yang signifikan Tapi bisa dilihat juga pada
vegetasi sangat rapat juga mengalami
kenaikan, yaitu dari 2320, 142109 Ha menjadi
7606, 527621. Hal ini disebabkan karena
Kalimantan merupakan salah satu pulau
penghasil buah sawit terbanyak. Seperti pada
Provinsi Kalimantan Selatan khusunya
Kabupaten Barito Kuala yang mengalami
kenaikan pertumbuhan jumlah tanaman sawit
setiap tahunnya. Sehingga lahan disana selain
untuk dibangun untuk dijadikan tempat
tinggal, area industri serta yang lainnya juga
dijadikan sebagai lahan sawit. Dan hal inilah
yang menyebabkan vegetasi sangat rapat
bertambah dari tahun 2014 ke tahun 2016.
Untuk melihat secara jelas berapa besar
perubahan kerapat vegetasi dari tahun 2014 ke
tahun 2016 bisa dilihat melalui peta seperti di
bawah ini
Gambar IV-3 Hasil NDVI 2014
Gambar IV-4 Hasil NDVI 2016
Pada kedua tersebut terlihat jelas
perubahan warna terutama warna orange
yang menjelaskan vegetasi jarang. Pada peta
tahun 2016 warna tersebut lebih banyak
mendominasi daerah Barito Kuala
dibandingkan dengan tahun 2014.
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
7
IV.2 Hasil dan Pembahasan LST
Hasil dari pengolahan LST ( Land
Surface Temperature ) dengan ENVI 5.1
adalah suhu permukaan yang terbagi menjadi
6 kelas sepertidaerah dengan suhu 14c – 16c,
16c – 18c, 18c – 20c, 20c – 22c, 22c – 24c,
dan 24c – 26 c. Band yang digunakan dalam
pengolahan LST ini adalah band 10 atau band
11 yang sebelumnya telah dirubah menjadi
radiance melalui Band Math. Setelah itu
dilakukan perhitungan LST dengan rumus
yang telah ditentukan yang kemudian dirubah
menjadi suhu celcius setelah dikurangi 273.
Perhitungan LST ini dilakukan pada kedua
citra yaitu tahun 2014 dan tahun 2016
sehingga didapatkan hasil luasan perubahan
suhu yang bisa dibandingkan seperti gambar
di bawah ini.
Gambar IV-5 Hasil Luasan LST 2014
Gambar IV-6 Hasil Luasan LST 2016
Dilihat dari hasil luasan perubahan suhu
dari tahun 2014 ke tahun 2014 ada yang
mengalami kenaikan dan penurunan. Seperti
pada suhu tertinggi yaitu pada suhu 24c – 26
c dengan luasan 9308,79 Ha di tahun 2014
menjadi 5698863,63 Ha di tahun 2016.
Kenaikan jumlah luasan daerah pada suhu ini
bisa dibilang terjadi sangat signifikan.
Kenaikan suhu ini bisa disebabkan karena
pembangunan yang juga semakin banyak.
Tapi bisa dilihat juga pada suhu terendah yaitu
suhu 14c -16c dengan luasan 582, 39 Ha di
tahun 2014 menjadi 1634,49 Ha di tahun
2016. Hal ini disebakan oleh pertambahan
jumlah lahan sawit setiap tahunnya.Sehingga
pada daerah tertentu suhu yang paling rendah
justru bertambah luas areanya. Begitu juga
dengan suhu tertinggi.
Untuk melihat secara jelas berapa
besar perubahan suhu permukaan dari tahun
2014 ke tahun 2016 bisa dilihat melalui peta
seperti di bawah ini.
Gambar IV-7 Hasil LST 2014
Gambar IV-8 Hasil LST 2016
Pada kedua tersebut terlihat jelas
perubahan warna terutama warna merah yang
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
8
menjelaskansuhu permukaan dengan rentang
24c – 26c. Pada peta tahun 2016 warna
tersebut lebih banyak mendominasi daerah
Barito Kuala dibandingkan dengan tahun
2014.
IV.3 Hasil dan Pembahasan Korelasi
antara NDVI dan LST
Korelasi antara NDVI dan LST ini bisa
dilihat dari perhitungan statistik pada ENVI
5.1. Sebelum dilakukan korelasi NDVI dan
LST dijadikan satu raster dengan
pengurangan NDVI pada tahun 2014 dengan
tahun 2016. Dan hal yang sama juga
dilakukan pada LST. Setelah itu dilakukan
penggabungan kedua raster tersebut dengan
menggunakan layer stacking yang juga ada
pada ENVI 5.1 . Setelah tergabung kemudian
dilakukan perhitungan statistik, sehingga
menghasilkan korelasi seperti di bawah ini.
Gambar IV-9 Hasil Kovarian
Kovarian merupakan salah satu jenis
nilai yang digunakan dalam statistik untuk
mendeskripsikan hubungan linier antara dua
variabel, yang semakin dekat nilai mengikuti
kecenderungan yang sama diatas rata-rata
nilai data, semakin kecil pula selisih variabel
kurva.
Untuk hasil kovarian dari rentang -1
sampai 1 nilainya adalah 0,136433 sehingga
nilai tersebut sudah melewati setengah dari
batas tengah dari -1 dan 1 yang bisa
disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut
yaitu NDVI dan LST memiliki korelasi yang
cukup saling berpengaruh.
Dan untuk hasil korelasi dari NDVI
dan LST adalah sebagai berikut.
Gambar IV-10 Hasil Korelasi
Untuk hasil korelasi dari rentang -1
sampai 1 nilainya adalah 0,404357 sehingga
nilai tersebut sudah melewati setengah dari
batas tengah dari -1 dan 1 yang bisa
disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut
yaitu NDVI dan LST memiliki korelasi yang
saling berpengaruh.
Sehingga perubahan yang terjadi pada
NDVI juga akan berpengaruh pada perubahan
LST dari kedua citra tersebut yaitu tahun 2014
dan tahun 2016.
V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terjadi perubahan kerapatan vegetasi
yaitu NDVI pada tahun 2014 dan tahun
2016. Perubahan ini terjadi pada vegetasi
jarang yang semakin bertambah di tahun
2016 yang disebabkan oleh semakin
banyaknya lahan terbangun di Kabupaten
Barito Kuala. Tapi terjadi perubahan juga
pada vegetasi sangat rapat yang semakin
bertambah yang disebabkan oleh
bertambahnya lahan sawit pada daerah
tersebut.
2. Untuk LST juga terjadi perubahan dari
tahun 2014 ke tahun 2016 yaitu pada suhu
tertinggi dengan rentang suhu dari 24c –
26c. Hal ini disebabkan karena semakin
banyaknya lahan terbangun pada
Kabupaten Barito Kuala. Tapi juga terjadi
perubahan pada suhu terendah dengan
rentang 14c – 16 c yang semakin
bertambah pada tahun 2016. Dan
disebabkan oleh semakin banyaknya
tanaman sawit yang ditanam pada daerah
tersebut.
Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan
Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature
9
3. Hasil dari NDVI dan LST mempunyai
korelasi yang saling mempengaruhi. Hal
tersebut bisa dilihat dari nilai kovarian
dan korelasi yang mendekati angkat 1
dari rentang nilai -1 hingga 1.
V.2 Saran
Saran yang bisa diberikan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Diperlukan studi literatur yang lebih
mendalam mengenai NDVI dan LST agar
analisis dari hasil yang didapatkan sesuai
denga teori yang telah ada.
2. Diperlukan latihan yang banyak dengan
berbagai macam software pengolahan
citra digital sehingga memudahkan pada
saat pengolahan.
Daftar Pustaka
Khusaini, N.I. 2008.Pengaruh Perubahan
Tutupan Lahan Terhadap Distribusi
Permukaan Di Kota Bogor Dengan
Menggunakan Citra Satelit Landsat Dan
Sistem Informasi Geografis. IPB: Bogor.
Nugroho, D.S. 2011. Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan Kota Semarang Dengan
Menggunakan Teknologi
Penginderaan Jauh (Studi Kasus : Kecamatan
Semarang Tengah dan Kecamatan Semarang
Utara).Universitas Diponegoro: Semarang.
Triyanti. 2008.Pola Suhu Permukaan Kota
Semarang Tahun 2001 dan 2006. Universitas
Indonesia: Depok.

More Related Content

What's hot

PPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanPPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanJuwita Hutajulu
Β 
Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043ferosiscaa
Β 
PENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANG
PENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANGPENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANG
PENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANGRepository Ipb
Β 
Ruang lingkup geografi
Ruang lingkup geografiRuang lingkup geografi
Ruang lingkup geografinabil098
Β 
Presentasi Rosma
Presentasi RosmaPresentasi Rosma
Presentasi RosmaHelmas Tanjung
Β 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...infosanitasi
Β 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
Β 
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianKerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianAndesSastraYunaf
Β 
aspek aspek geografi
aspek aspek geografiaspek aspek geografi
aspek aspek geografiTika Noprija
Β 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...infosanitasi
Β 
objek studi geografi- daen dels tarigan
objek studi geografi- daen dels tariganobjek studi geografi- daen dels tarigan
objek studi geografi- daen dels tariganDaen Dels Tarigan
Β 
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahHubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahAfifi Rahmadetiassani
Β 
Laporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhLaporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhYoga Hepta Gumilar
Β 
Analisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkunganAnalisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkunganrizky primadani
Β 
Konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografi
Konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografiKonsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografi
Konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografiAriza Ekky
Β 

What's hot (18)

PPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanPPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluan
Β 
Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043Kolokium pinardo k2e008043
Kolokium pinardo k2e008043
Β 
Pengantar Geologi dan Tata Lingkungan
Pengantar Geologi dan Tata LingkunganPengantar Geologi dan Tata Lingkungan
Pengantar Geologi dan Tata Lingkungan
Β 
PENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANG
PENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANGPENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANG
PENGEMBANGAN GEOINDIKATOR UNTUK PENATAAN RUANG
Β 
Ruang lingkup geografi
Ruang lingkup geografiRuang lingkup geografi
Ruang lingkup geografi
Β 
Presentasi Rosma
Presentasi RosmaPresentasi Rosma
Presentasi Rosma
Β 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Β 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
Β 
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianKerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitian
Β 
aspek aspek geografi
aspek aspek geografiaspek aspek geografi
aspek aspek geografi
Β 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Β 
objek studi geografi- daen dels tarigan
objek studi geografi- daen dels tariganobjek studi geografi- daen dels tarigan
objek studi geografi- daen dels tarigan
Β 
Tugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologiTugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologi
Β 
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahHubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Β 
Laporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhLaporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan Jauh
Β 
Analisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkunganAnalisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkungan
Β 
Revisi peta gempa
Revisi peta gempaRevisi peta gempa
Revisi peta gempa
Β 
Konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografi
Konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografiKonsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografi
Konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek geografi
Β 

Similar to LST

Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)Rahmi Yunianti
Β 
latihan semdraf.pptx
latihan semdraf.pptxlatihan semdraf.pptx
latihan semdraf.pptxPolisiGendut1
Β 
Laporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgLaporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgAfriyani Zulyanti
Β 
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfProfil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfKhairullah Khairullah
Β 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
Β 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
Β 
Laporan klimatik kel 4 a
Laporan klimatik kel 4 aLaporan klimatik kel 4 a
Laporan klimatik kel 4 aaudya nurfadillah
Β 
Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013
Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013
Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013Tri Maruto Aji
Β 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Luhur Moekti Prayogo
Β 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianjufrikarim
Β 
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Eka WifayaΓ±ti
Β 
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATEARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATEDede Saputra
Β 
Bahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim Global
Bahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim GlobalBahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim Global
Bahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim GlobalPurwandaru Widyasunu
Β 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012NurdinUng
Β 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
Β 
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdfS3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdfHeriansyahPutra5
Β 
Estimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI Jakarta
Estimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI JakartaEstimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI Jakarta
Estimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI JakartaAzmi Rahman
Β 
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!jong arsitek
Β 
Urban heat island makalah
Urban heat island makalahUrban heat island makalah
Urban heat island makalahrupaka
Β 
Draft peraturan gempa
Draft peraturan gempaDraft peraturan gempa
Draft peraturan gempaNufrizal H
Β 

Similar to LST (20)

Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)
Β 
latihan semdraf.pptx
latihan semdraf.pptxlatihan semdraf.pptx
latihan semdraf.pptx
Β 
Laporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgLaporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkg
Β 
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfProfil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Β 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Β 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Β 
Laporan klimatik kel 4 a
Laporan klimatik kel 4 aLaporan klimatik kel 4 a
Laporan klimatik kel 4 a
Β 
Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013
Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013
Perubahan iklim dan perkebunan teh 2013
Β 
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Β 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Β 
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Estimasi Indeks Kerentanan Tanah menggunakan Metode HVSR
Β 
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATEARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
ARAHAN MITIGASI BENCANA PASCA ERUPSI GUNUNG GAMALAMA DI KOTA TERNATE
Β 
Bahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim Global
Bahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim GlobalBahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim Global
Bahan Kuliah Agroklimatologi Bab Perubahan Iklim Global
Β 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Β 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Β 
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdfS3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
Β 
Estimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI Jakarta
Estimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI JakartaEstimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI Jakarta
Estimasi Curah Hujan menggunakan Citra Landsat 8 di Provinsi DKI Jakarta
Β 
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
Β 
Urban heat island makalah
Urban heat island makalahUrban heat island makalah
Urban heat island makalah
Β 
Draft peraturan gempa
Draft peraturan gempaDraft peraturan gempa
Draft peraturan gempa
Β 

LST

  • 1. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 1 PERUBAHAN LAHAN VEGETASI KABUPATEN BARITO KUALA DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAND SURFACE TEMPERATURE Riska Pratiwi Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Kampus Tembalang, Semarang, Email : na.rpratiwi@gmail.com Abstrak Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan dan merupakan salah satu daerah tujuan urbanisasi dari berbagai tempat terutama dari Pulau Jawa. Sehingga pertambahan jumlah pendudukan di Kabupaten ini meningkat setiap tahunnya. Walau tidak begitu signifikan tetapi pertambahan penduduk ini mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pemukiman, area industri dan perdangan serta perubahan tutupan lahan. Perubahan seperti ini akan membawa perubahan dalam suhu udara rata-rata, dimana berkurangnya vegetasi yang tergantikan oleh lahan-lahan terbangun akan memicu kontrasnya radiansi permukaan dan suhu udara di daerah tersebut jika dibandingkan dengan daerah desa (Weng, 2004). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan tutupan lahan dan vegetasi melalui NDVI terhadap perubahan suhu permukaan melalui LST berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat. Teknologi penginderaan jauh dilakukan untuk memperoleh data spasial dalam waktu singkat dengan akurasi yang tinggi. Pada penelitian ini analisis dilakukan dengan menggunakan citra Landsat 2014 dan 2016 dimana waktu perekamannya pada bulan juni. Sehingga nantinya akan dilakukan perbandingan perubahan tutupan lahan dan perubahahan suhu pada kedua tahun tersebut. Selain itu juga untuk melihat seberapa besar korelasi antara perubahan tutupan lahan dengan perubahan suhu pada daerah tersebut. Kata Kunci : Perubahan Suhu Permukaan, LST, NDVI, Tutupan Lahan, Teknologi Penginderaan Jauh. I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk di suatu daerah akan menyebabkan semakin berkurangnya lahan vegetasi yang digunakan untuk berbagai macam aktivitas seperti pembangunan, pembuatan jalan dan lain sebagainya. Pada beberapa tahun terakhir, kegiatan urbanisasi semakin meningkat, tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan berdampak dengan penambahan penduduk di daerah kota, dan akan membawa beberapa perubahan, seperti perubahan penggunaan lahan menjadi lahan-lahan terbangun atau permukaan yang sulit berevaporasi. Perubahan seperti ini akan membawa perubahan dalam suhu udara rata-rata di kota, dimana berkurangnya vegetasi yang tergantikan oleh lahan-lahan terbangun akan memicu kontrasnya radiansi permukaan dan suhu udara di daerah kota jika dibandingkan dengan daerah desa (Weng, 2004). Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten yang menjadi incaran para penduduk urbanisasi. Hal tersebut menyebabkan setiap tahunnya pertambahan
  • 2. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 2 jumlah penduduk dan berkurangnya lahan vegetasi karena digunakan untuk berbagai macam untu meningkatkan kualitas hidup penduduk di daerah tersebut. Land Surface Temperature (LST) merupakan radiasi temperature permukaan tanah yang dipengaruhi oleh kondisi albedo, uap air, dan tutupan lahan. Studi mengenai Land Surface ini banyak yang mengambil kasus di kota-kota besar dan kota metropolitan lainnya. Lahan yang lebih sering terjadi dan perubahan suhunya juga lebih besar daripada di kota-kota kecil lainnya. Semua kota apapun ukurannya membentuk iklim tersendiri berbeda dengan iklim makro regional di mana kota itu berada, meskipun karakteristik iklim mikro urban tergantung pada iklim lebih besar (Kopec, 1970). Berdasarkan hal tersebut, metode NDVI dapat digunakan untuk melakukan ekstraksi penggunaan lahan yang dapat digunakan sebagai analisis untuk perubahan suhu permukaan. Salah satu data penginderaan jauh yang mampu memberikan data termal adalah data Landsat, seperti Landsat 8. Dari data termal ini kemudian dapat diolah untuk menghasilkan Land Surface Temperature (LST), dan dengan menggunakan perhitungan nilai radiansi untuk menghasilkan nilai suhu permukaan. Sehingga nantinya bisa dilihat nilai korelasi antar nilai NDVI dan nilai LST. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perubahan tutupan lahan di Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2014 dan 2016? 2. Bagaimana perubahan suhu permukaan di Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2014 dan 2016? 3. Bagaimana pengaruh perubahan suhu permukaan dan tutupan lahan di Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2014 dan 2016? I.3 Batasan Masalah Untuk menjelaskan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini sehingga tidak terlalu jauh dari kajian masalah. Maka penelitian ini ada beberapa hal yang membatasi dalam pembuatannya, yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian perubahan tutupan lahan dan suhu permukaan ini hanya dibatasi di Kabupaten Barito Kuala menggunakan citra Landsat tahun 2014 dan tahun 2016. 2. Pada penelitian ini suhu permukaan merupakan sebaran suhu permukaan bumi berdasarkan kerapatan vegetasi dan penggunaan lahan yang nampak pada citra satelit. 3. Kerapatan vegetasi yang digunakan dalam penelitian berasal dari nilai perhitungan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) yang dilihat dalam satuan piksel (30mx30m) dan dibagi menjadi lima kelas yaitu : badan air, vegetasi jarang, vegetasi cukup rapat, vegetasi rapat, dan vegetasi sangat rapat. 4. Perubahan suhu permukaan atau klasifikasi LST dibagi menjadi 6 kelas yaitu : 14c-16c, 16c-18c, 18c-20c, 20c- 22c, 22c-24c, dan 24c-26c 5. Analisa dilakukan berdasarkan perubahan tutupan lahan dengan data suhu permukaan Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2014 dan tahun 2016. I.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendapatkan data perubahan tutupan lahan pada tahun 2014 dan tahun 2016
  • 3. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 3 2. Mendapatkan data perubahan suhu pada tahun 2014 dan tahun 2016 3. Mendapatkan hasil analisis berupa korelasi antara perubahan tutupan lahan dan perubahan suhu II. Tinjauan Pusataka II.1 Tutupan Lahan Tutupan lahan adalah perwujudan fisik (visual) dari vegetasi, benda alam dan unsur- unsur budaya yang ada di permukaan Bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap objek tersebut (Justice dan Townshend, 1981). Land cover sendiri umumnya didapatkan dari hasil klasifikasi citra satelit dan hasil klasifikasi tersebut banyak digunakan sebagai dasar penelitian untuk analisis penggunaan lahan atau dinamika perubahan lahan di suatu area. Selain hal tersebut, hasil klasifikasi citra berupa land cover juga dapat dijadikan sebagai dasar pengamatan pertumbuhan pembangunan suatu area. bumi. Informasi yang diperoleh dari citra satelit tersebut dapat digabungkan dengan data-data lain yang mendukung ke dalam suatu sistem informasi geografis (SIG). hambatan dalam pemantauan penutupan lahan dapat dikurangi dengan adanya teknologi penginderaan jauh (remote sensing) (Sulistiyono, 2008). II.2 Suhu Suhu menurut Handoko (1994) merupakan gambaran umum keadaan energi suatu benda. Pembahasan suhu yang berkaitan dengan kedaan suhu kota, mengarah pada fenomena Heat Island. Dimana fenomena heat island ini merupakan suatu keadaan dimana suhu udara di kota yang lebih banyak bangunan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara daerah di sekelilingnya yang lebih terbuka seperti pinggiran kota atau pedesaan. Pada umumnya suhu udara tertinggi akan terdapat di pusat kota dan menurun secara bertahap ke arah pinggir kota sampai ke desa (Khusaini, 2008). Berdasarkan beberapa pengamatan, suhu tahunan rata-rata di kota lebih besar sekitar 3Β°C dibandingkan di pedesaan. II.3 Citra Landsat Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat dengan diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan dengan seri-seri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6, 7 dan terakhir adalah Landsat 8 yang diorbitkan bulan Februari 2013. II.4 Land Surface Temperature Sensor Landsat TM (Landsat 5), ETM+ (Landsat 7) dan TIRS (Landsat 8) mampu merekam data radiansi panas permukaan bumi pada spektrum inframerah termal. Informasi radiansi panas pada spektrum thermal sangat dipengaruhi oleh suhu permukaan dan emisivitas obyek. Makin tinggi temperatur suatu obyek, makin tinggi intensitas radiansinya. Informasi radiansi ditangkap sensor termal dan disimpan dalam bentuk digital number (DN) dengan range 0 sampe 255 (8bit) untuk data TM/ETM+ dan 0 sampai 65536 a. (16 bit) untuk data TIRS. Dengan demikian, maka DN diatas memungkinkan untuk dikonversi menjadi peta suhu permukaan. Tahapan yang dilakukan antara lain, mengubah DN menjadi nilai radiansi, mengaplikasikan koreksi atmosferik (later), mengkonversi radiansi ke
  • 4. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 4 temperatur permukaan, dan terakhir mengkonversi temperatur permukaan dari satuan kelvin ke satuan celcius. II.4 NDVI (Normal Difference Vegetation Index) Indeks vegetasi adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari pengolahan sinyal digital data nilai kecerahan (brightness) beberapa kanal data sensor satelit. Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan proses pembandingan antara tingkat kecerahan kanal cahaya merah (red) dan kanal cahaya inframerah dekat (near infrared). Fenomena penyerapan cahaya merah oleh klorofil dan pemantulan cahaya inframerah dekat oleh jaringan mesofil yang terdapat pada daun akan membuat nilai kecerahan yang diterima sensor satelit pada kanal-kanal tersebut akan jauh berbeda. Pada daratan non- vegetasi, termasuk diantaranya wilayah perairan, pemukiman penduduk, tanah kosong terbuka, dan wilayah dengan kondisi vegetasi yang rusak, tidak akan menunjukkan nilai rasio yang tinggi (minimum). Sebaliknya pada wilayah bervegetasi sangat rapat, dengan kondisi sehat, perbandingan kedua kanal tersebut akan sangat tinggi (maksimum). Nilai perbandingan kecerahan kanal cahaya merah dengan cahaya inframerah dekat atau NIR/RED, adalah nilai suatu indeks vegetasi (yang sering disebut ”simple ratio”) yang sudah tidak dipakai lagi. Hal ini disebabkan karena nilai dari rasio NIR/RED akan memberikan nilai yang sangat besar untuk tumbuhan yang sehat . Oleh karena itu, dikembangkanlah suatu algoritma indeks vegetasi yang baru dengan normalisasi, yaitu NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) seperti berikut ini : 𝑁𝐷𝑉𝐼 = 𝑁𝐼𝑅 βˆ’ 𝑅𝑒𝑑 𝑁𝐼𝑅 + 𝑅𝑒𝑑 NDVI mempunyai nilai yang hanya berkisar antara -1 (non-vegetasi) hingga 1 (vegetasi). Setelah NDVI diperoleh, langkah selanjutnya adalah membuat skala warna (color map) tingkat vegetasi agar diperoleh informasi lebih lanjut. III. Pelaksanaan Penelitian III.1 Lokasi Penenelitian Lokasi penenlitian ini dilakukan di Kabupaten Barito Kuala. Barito Kuala adalah salah satu Pemerintah Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Marabahan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.284 kmΒ² dan berpenduduk sebanyak 276.066 jiwa. Kabupaten Barito Kuala yang ber-ibukota Marabahan terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan letak astronomis berada pada 2Β°29’50” - 3Β°30’18” Lintang Selatan dan 114Β°20’50” - 114Β°50’18” Bujur Timur. Gambar III-1 Barito Kuala III.2 Data dan Peralatan III.2.1 Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Citra Satelit Landsat 8 tahun 2014 dan tahun 2016. 2. Peta Batas Administrasi Kabupaten Barito Kuala.
  • 5. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 5 III.2.2 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang digunakan dalam pengolahan data adalah perangkat komputer yang memiliki spesifikasi a. Processor : Intel Core TM B950 b. Kapasitas RAM : 2.00 Gb c. System Type : 64 bit OS d. Harddisk : 500 GB HDD e. Sistem Operasi : Microsoft Windows 7 Ultimate 2. Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data yaitu: a. ENVI 5.1 b. ArcGIS 10.2 c. Microsoft Office 2013 III.3 Metode Penelitian Pada penelitian ini langkah pekerjaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data Pada tahapan ini yang dikerjakan adalah mengumpulkan data masukan yang diperlukan untuk proses pekerjaan yang akan dilakukan. Pada praktikum kali ini yang dibutuhkan sebagai data masukan adalah Data dari citra Landsat 8 untuk perubahan suhu dan perubahan vegetasi nya. Selain data citra Landsat diperlukan juga data berupa shapefile administrasi Kabuapten Barito Kuala. 2. Pengolahan data dengan menggunakan ENVI. Pengolahan data menggunakan software ENVI 5.1 .Pengolahan untuk NDVI dan Land Surface Temperature dilakukan dengan mengubah format citra dari digital number (DN) menjadi Reflectance (untuk NDVI) dan Radiance (untuk permukaan suhu). Kemudian dengan menggunakan Band Math kita merubah nilai piksel dari citra. Persamaan yang diinputkan berbeda untuk NDVI dan suhu permukaan. Proses tersebut dilakukan untuk kedua citra. 3. Analisis Informasi yang telah diperoleh Dari pengolahan data akan diperoleh 4 citra hasil pengolahan yaitu 2 citra NDVI dengan tanggal berbeda dan 2 citra suhu permukaan dengan tanggal yang berbeda juga. Kemudian dengan menggunakan Band Math akan dihitung perubahan lahan vegetasi dan suhu permukaan. Perubahan tersebut akan dibuat menjadi satu untuk mengetahui korelasi antara perubahan suhu dan perubahan vegetasi di Kabupaten Barito Kuala 4. Menarik kesimpulan Dari hasil korelasi yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan apakah perubahan lahan vegetasi menyebabkan perubahan suhu permukaan di Kabupaten Barito Kuala. Penarikan kesimpulan ini menjadi jawaban dari rumusan masalah yang diangkat. 5. Menyajikan peta Data hasil pengolahan dan analisis kemudian disajikan kedalam arcGIS agar menjadi informasi yang lebih mudah dipahami oleh pengguna peta. IV. Hasil dan Pembahasan IV.1 Hasil dan Pembahasan NDVI Hasil dari pengolahan NDVI dengan ENVI 5.1 adalah kerapatan vegetasi yang terbagi menjadi 5 kelas seperti badan air, vegetasi jarang, vegetasi cukup rapat, vegetasi rapat dan vegetasi sangat rapat. Band yang digunakan dalam pengolahan NDVI ini adalah band 4 ( Red ) dan band 5 ( NIR ) yang sebelumnya telah dirubah menjadi reflectance melalui Band Math. Setelah itu dilakukan perhitungan NDVI dengan rumus yang telah ditentukan. Perhitungan NDVI ini dilakukan pada kedua citra yaitu tahun 2014 dan tahun 2016 sehingga didapatkan hasil luasan kerapatn vegetasi yang bisa dibandingkan seperti gambar di bawah ini.
  • 6. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 6 Gambar IV-1 Hasil Luasan NDVI 2014 Gambar IV-2 Hasil Luasan NDVI 2016 Dilihat dari hasil luasan NDVI tahun 2014 dan tahun 2016 dengan satuan hektar ( Ha ) terjadi perubahan luasan seperti vegetasi jarang yang berubah dari 13744,207069 Ha menjadi 19121,210205. Vegetasi Jarang ini bisa diartikan sebagai lahan terbangun, sehingga dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Barito Kuala mengalami kenaikan jumlah pembangunan yang disebabkan semakin banyaknya penduduk yang bermukim di sana dan pertumbuhan penduduk yang signifikan Tapi bisa dilihat juga pada vegetasi sangat rapat juga mengalami kenaikan, yaitu dari 2320, 142109 Ha menjadi 7606, 527621. Hal ini disebabkan karena Kalimantan merupakan salah satu pulau penghasil buah sawit terbanyak. Seperti pada Provinsi Kalimantan Selatan khusunya Kabupaten Barito Kuala yang mengalami kenaikan pertumbuhan jumlah tanaman sawit setiap tahunnya. Sehingga lahan disana selain untuk dibangun untuk dijadikan tempat tinggal, area industri serta yang lainnya juga dijadikan sebagai lahan sawit. Dan hal inilah yang menyebabkan vegetasi sangat rapat bertambah dari tahun 2014 ke tahun 2016. Untuk melihat secara jelas berapa besar perubahan kerapat vegetasi dari tahun 2014 ke tahun 2016 bisa dilihat melalui peta seperti di bawah ini Gambar IV-3 Hasil NDVI 2014 Gambar IV-4 Hasil NDVI 2016 Pada kedua tersebut terlihat jelas perubahan warna terutama warna orange yang menjelaskan vegetasi jarang. Pada peta tahun 2016 warna tersebut lebih banyak mendominasi daerah Barito Kuala dibandingkan dengan tahun 2014.
  • 7. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 7 IV.2 Hasil dan Pembahasan LST Hasil dari pengolahan LST ( Land Surface Temperature ) dengan ENVI 5.1 adalah suhu permukaan yang terbagi menjadi 6 kelas sepertidaerah dengan suhu 14c – 16c, 16c – 18c, 18c – 20c, 20c – 22c, 22c – 24c, dan 24c – 26 c. Band yang digunakan dalam pengolahan LST ini adalah band 10 atau band 11 yang sebelumnya telah dirubah menjadi radiance melalui Band Math. Setelah itu dilakukan perhitungan LST dengan rumus yang telah ditentukan yang kemudian dirubah menjadi suhu celcius setelah dikurangi 273. Perhitungan LST ini dilakukan pada kedua citra yaitu tahun 2014 dan tahun 2016 sehingga didapatkan hasil luasan perubahan suhu yang bisa dibandingkan seperti gambar di bawah ini. Gambar IV-5 Hasil Luasan LST 2014 Gambar IV-6 Hasil Luasan LST 2016 Dilihat dari hasil luasan perubahan suhu dari tahun 2014 ke tahun 2014 ada yang mengalami kenaikan dan penurunan. Seperti pada suhu tertinggi yaitu pada suhu 24c – 26 c dengan luasan 9308,79 Ha di tahun 2014 menjadi 5698863,63 Ha di tahun 2016. Kenaikan jumlah luasan daerah pada suhu ini bisa dibilang terjadi sangat signifikan. Kenaikan suhu ini bisa disebabkan karena pembangunan yang juga semakin banyak. Tapi bisa dilihat juga pada suhu terendah yaitu suhu 14c -16c dengan luasan 582, 39 Ha di tahun 2014 menjadi 1634,49 Ha di tahun 2016. Hal ini disebakan oleh pertambahan jumlah lahan sawit setiap tahunnya.Sehingga pada daerah tertentu suhu yang paling rendah justru bertambah luas areanya. Begitu juga dengan suhu tertinggi. Untuk melihat secara jelas berapa besar perubahan suhu permukaan dari tahun 2014 ke tahun 2016 bisa dilihat melalui peta seperti di bawah ini. Gambar IV-7 Hasil LST 2014 Gambar IV-8 Hasil LST 2016 Pada kedua tersebut terlihat jelas perubahan warna terutama warna merah yang
  • 8. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 8 menjelaskansuhu permukaan dengan rentang 24c – 26c. Pada peta tahun 2016 warna tersebut lebih banyak mendominasi daerah Barito Kuala dibandingkan dengan tahun 2014. IV.3 Hasil dan Pembahasan Korelasi antara NDVI dan LST Korelasi antara NDVI dan LST ini bisa dilihat dari perhitungan statistik pada ENVI 5.1. Sebelum dilakukan korelasi NDVI dan LST dijadikan satu raster dengan pengurangan NDVI pada tahun 2014 dengan tahun 2016. Dan hal yang sama juga dilakukan pada LST. Setelah itu dilakukan penggabungan kedua raster tersebut dengan menggunakan layer stacking yang juga ada pada ENVI 5.1 . Setelah tergabung kemudian dilakukan perhitungan statistik, sehingga menghasilkan korelasi seperti di bawah ini. Gambar IV-9 Hasil Kovarian Kovarian merupakan salah satu jenis nilai yang digunakan dalam statistik untuk mendeskripsikan hubungan linier antara dua variabel, yang semakin dekat nilai mengikuti kecenderungan yang sama diatas rata-rata nilai data, semakin kecil pula selisih variabel kurva. Untuk hasil kovarian dari rentang -1 sampai 1 nilainya adalah 0,136433 sehingga nilai tersebut sudah melewati setengah dari batas tengah dari -1 dan 1 yang bisa disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut yaitu NDVI dan LST memiliki korelasi yang cukup saling berpengaruh. Dan untuk hasil korelasi dari NDVI dan LST adalah sebagai berikut. Gambar IV-10 Hasil Korelasi Untuk hasil korelasi dari rentang -1 sampai 1 nilainya adalah 0,404357 sehingga nilai tersebut sudah melewati setengah dari batas tengah dari -1 dan 1 yang bisa disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut yaitu NDVI dan LST memiliki korelasi yang saling berpengaruh. Sehingga perubahan yang terjadi pada NDVI juga akan berpengaruh pada perubahan LST dari kedua citra tersebut yaitu tahun 2014 dan tahun 2016. V. Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terjadi perubahan kerapatan vegetasi yaitu NDVI pada tahun 2014 dan tahun 2016. Perubahan ini terjadi pada vegetasi jarang yang semakin bertambah di tahun 2016 yang disebabkan oleh semakin banyaknya lahan terbangun di Kabupaten Barito Kuala. Tapi terjadi perubahan juga pada vegetasi sangat rapat yang semakin bertambah yang disebabkan oleh bertambahnya lahan sawit pada daerah tersebut. 2. Untuk LST juga terjadi perubahan dari tahun 2014 ke tahun 2016 yaitu pada suhu tertinggi dengan rentang suhu dari 24c – 26c. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya lahan terbangun pada Kabupaten Barito Kuala. Tapi juga terjadi perubahan pada suhu terendah dengan rentang 14c – 16 c yang semakin bertambah pada tahun 2016. Dan disebabkan oleh semakin banyaknya tanaman sawit yang ditanam pada daerah tersebut.
  • 9. Perubahan Lahan Vegetasi Kabupaten Barito Kuala dan Pengaruhnya terhadap Land Surface Temperature 9 3. Hasil dari NDVI dan LST mempunyai korelasi yang saling mempengaruhi. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai kovarian dan korelasi yang mendekati angkat 1 dari rentang nilai -1 hingga 1. V.2 Saran Saran yang bisa diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diperlukan studi literatur yang lebih mendalam mengenai NDVI dan LST agar analisis dari hasil yang didapatkan sesuai denga teori yang telah ada. 2. Diperlukan latihan yang banyak dengan berbagai macam software pengolahan citra digital sehingga memudahkan pada saat pengolahan. Daftar Pustaka Khusaini, N.I. 2008.Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Distribusi Permukaan Di Kota Bogor Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Dan Sistem Informasi Geografis. IPB: Bogor. Nugroho, D.S. 2011. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kota Semarang Dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh (Studi Kasus : Kecamatan Semarang Tengah dan Kecamatan Semarang Utara).Universitas Diponegoro: Semarang. Triyanti. 2008.Pola Suhu Permukaan Kota Semarang Tahun 2001 dan 2006. Universitas Indonesia: Depok.