webinar kehumasan 1 Mengemas Pesan, Mengolah Konten, Meraih Simpati.pptx
1. Mengemas Pesan,
Mengolah Konten,
Meraih Simpati
Pembekalan LDKTI
Rabu, 26 Oktober 2021
Oleh: Toto Fachrudin, S.IP., M.Med.Kom
(Pemred Radar Banjarmasin/Wakabid
Pendidikan PWI Kalsel)
2. Pentingnya Mengelola Informasi
“Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat
publik menjadi percaya.” Paul Joseph Goebbels (Menteri Propaganda Nazi)
Sepanjang sejarah dunia, pengelolaan dan pengendalian informasi dengan beragam teknik dan strategi
mampu memanipulasi pikiran untuk menguasai manusia.
Di era hujan badai informasi yang begitu masif, mengelola informasi untuk mencapai visi misi perusahaan
menjadi sangat penting.
Karena itu, setiap institusi harus memahami cara mengolah data, mengemas pesan, dan menyampaikan
informasi dengan sasaran publik yang tepat.
Praktisi humas juga harus memahami jenis dan karakter semua saluran media yang akan digunakan agar
penyampaian pesan lebih efektif.
3. Perbedaan Media Konvensional, Digital, dan
Medsos
Perbedaan mendasar antara media konvensional, digital dan medsos
adalah posisi/derajat penggunanya (User).
sudut pandang
media/redaksi, satu arah,
lengkap dan mendalam
Media konvensional
cepat, mudah menguap,
akurasi kurang, tak
mendalam, monosumber
Media digital
produsen dan user sama,
tak ada batas, kreatif dan
menarik, multi media
Media sosial
01 02 03
Dari jutaan konten, user memilih berita apa yang ia baca, lalu mengabaikan yang tak menarik.
Karenanya, sepakar apapun produsen konten digital, ia mesti memakai sudut pandang orang
awam untuk bisa dinikmati banyak orang. Istilahnya kerennya User Experience.
4. Algoritma Media Sosial
Media sosial memang sangat mendewakan
penggunanya. Baik YouTube, Facebook,
Instagram maupun yang lainnya, interaksi para
user jadi penilaian utama. Tak peduli kualitas,
bila suatu konten mendapat banyak interaksi
(like, komen, dsb) dalam waktu singkat, maka
konten tersebut bakal viral disebarluaskan.
Setiap konten yang viral selalu mewakilkan
suatu emosi tertentu, apakah itu positif atau
negatif atau bisa disebut “Mata Angin Emosi.”
Jika suatu konten semakin ditarik ke arah emosi
tertentu, semakin besar peluangnya untuk
viral.
Arah panah ke kiri, memancing user memencet
tombol ‘like’. Sedangkan arah panah ke kanan,
memancing user untuk berkomentar.
5. Ruh Produk Digital
Ruh dari produk digital yang menjadi ciri “keburukan,” bila dikelompokkan
bisa mengantar pada kesuksesan dalam pengelolaan aplikasi atau konten
digital, yaitu:
1. kesombongan,
2. ketamakan,
3. iri hati,
4. kemarahan,
5. hawa nafsu/birahi,
6. kerakusan, dan
7. kemalasan
Beberapa tokoh Internet Marketer berteori bahwa semua
produk digital yang sukses, pasti mengakomodasi setidaknya
satu diantara 7 keburukan tersebut.
Misal: Gojek (kemalasan), Shopee (ketamakan), Bigo (hawa
nafsu), Google (kemalasan), Instagram (kesombongan), twitter
(kemarahan), Binomo (kerakusan) dan lain sebagainya.
Produk jurnalistik pun tak berbeda, kalau bisa mendapat
konten yang mengakomodasi salah satu dari ketujuh sifat itu,
probabilitas viralnya semakin besar.
6. Menciptakan Konten yang Emosional
Menggunakan majas untuk mendramatisir hasil karyanya (konten). Salah satu majas yang umum
digunakan dan ampuh menguras emosi adalah majas ironi. Semakin ironis suatu isu, semakin emosional
juga karya tersebut.
Relate
Topik yang relate adalah topik yang bisa dirasakan pengguna. Semakin banyak yang relate
dengan topik, semakin banyak yang akan bersimpati.
Contoh topik yang sangat relate dengan warga Banua adalah: Religi
Tapi, tidak semua topik yang relate bakal viral, jika emosinya tidak bisa dibangun.
‘AHA’ moment
“Ah benar juga ya!” atau “Oh ternyata begitu!” adalah beberapa contoh yang diucapkan
seseorang ketika mendapatkan ‘aha moment’. User yang penasaran, lalu penasarannya
terjawab bisa mendapatkan ini, maka ia tak akan segan-segan membagikan konten tersebut.
Menyampaikan Isi Hati
Meski kedudukan user setara, tetap saja ia merasa sulit untuk didengarkan. Apabila ia
menemukan seseorang yang mampu menyampaikan pendapatnya dengan lebih baik,
apalagi dengan data yang lebih meyakinkan, maka tombol share bakal segera dipencet.
7. Contoh Isu Viral (beserta analisis)
Contoh isu: Jembatan Basit
Arah mata angin emosi : kanan bawah (marah, jengkel, emosi, dll)
Ruh: Iri hati, kemarahan
Ironi: Ketika Masyarakat biasa berpanas-panas di macet, segelintir orang malah
mempergunakan kekuasaannya untuk menikmati jembatan itu.
Topik yang sangat relate karena berhubungan langsung dengan fasilitas umum
Masjid Merugi saat Pandemi
Arah mata angin emosi : kanan bawah (marah, jengkel, emosi, dll) ada juga yang
merasa kanan atas (menghakimi, merasa benar, dll)
Ruh: Kemarahan, kesombongan
Ironi: Masjid tempat ibadah, bukan tempat bisnis tapi kok bisa rugi?
Isu religi bagi orang Banjar memang sensitif
8. Mempertahankan
Kualitas
Dunia digital memberikan kesetaraan, baik profesional
maupun amatir, pakar maupun awam. Banyak media
digital yang menyadari susahnya membuat konten yang
berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan. Ketika satu
konten bagus berhasil diproduksi pun, belum tentu juga
bisa laku.
Langkah Membuat Konten Berkualitas yang Berpotensi Viral
Kumpulkan data
Temukan ironinya, letakkan di lead berita/narasi
Tentukan tujuan, emosi baiknya dibawa ke arah mana
Tulis dengan kosakata sederhana, pastikan bisa dimengerti
orang awam
Pakai sudut pandang masyarakat yang ingin suaranya
didengar, seakan-akan mewakili isi hati banyak orang.
Anggap diri sebagai penyambung lidah rakyat.
Tak perlu memaksakan ada ‘Aha Moment’. Biarkan secara
natural
Jangan lupa verifikasi dan konfirmasi ke pihak terkait untuk
mempertahankan kualitas
Lead berita harus benar-benar bisa menguras emosi, boleh
ditambahkan majas untuk dramatisasi. Lead adalah bagian
paling penting apakah user lanjut baca atau tidak