SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
STERILISASI
DEFINISI
 Proses mematikan mikroba
 Ada dua jenis
• Sterilisasi total
• Sterilisasi komersial
STERILISASI KOMERSIAL
Kondisi dimana sebagian besar mikroba telah
mati dan kemungkinan masih terdapat
beberapa mikroba yang tetap hidup setelah
pemanasan
Kondisi dalam kemasan (kaleng/ botol/ retort
pouch) selama penyimpanan tidak
memungkinkan mikroba tumbuh dan
berkembang biak
Mikroba yang membahayakan: inaktif
Mencegah dan menghambat
pertumbuhan m.o. pembusuk dan
patogen :
 Pengemasan hermetis
 pH
 Vakum
PEMANASAN PADA
STERILISASI KOMERSIAL
1. Pemanasan harus cukup. Jika tidak
cukup m.o. yang ada menjadi aktif:
- produk busuk
- timbul racun
- kaleng gembung
2. Dilakukan pada pengalengan dan
pembotolan
- harus tepat dan aman
3. Pemanasan yang diperlukan tergantung
dari pH produk yang diukur pada coldest
point
Acid foods: pH<4,5: 200 F
High acid foods, pH <3,5: suhu lebih rendah
dari acid foods
Low acid foods, pH>4,5: pemanasan lebih
lama
Contoh: daging atau ikan. Waktu proses tergantung
dari kecepatan transfer panas
4. Tujuan pemanasan: inaktivasi m.o.
sesuai dengan tujuan sterilisasi komersial
5. Proses dianggap aman jika C. botulinum
telah inaktif
6. Sterilisasi diikuti pengemasan kondisi
anaerob
Spora m.o. anaerob mempunyai ketahanan
panas lebih rendah dari spora m.o. aerob
sehingga suhu dan proses sterilisasi lebih
rendah
PERALATAN
STERILISASI
Sterilisasi komersial dilakukan dalam
alat yang disebut retort atau autoklaf
atau sterilizer
Retort dirancang harus tahan tekanan
uap
MEDIA PEMANAS
JENIS MEDIA
PEMANAS
KOEFISIEN PINDAH
PANAS (BTU/hr/F/ft2)
Uap jenuh (steam) 170,00
Air panas 105,00
Uap+udara (3:1) 87,5
Udara (100%) 2,96
Kematian Logaritmis
Kematian m.o. terjadi tidak sekaligus tetapi melalui tahap
logaritmis
Pada proses pemanasan Parameter D, Z, dan F
t (menit) Jumlah
hidup
Jumlah
mati
Total mati % mati
0 1.000.000 0 0 0
1 100.000 900.000 900.000 90
2 10.000 90.000 990.000 99
3 1.000 9.000 999.000 99.9
4 100 900 999.900 99.99
5 10 90 999.990 99.999
6 1 9 999.999 99.999
Contoh di atas:
Setiap menit jumlah m.o. berkurang 10X
Suatu perubahan 10X dari jumlah awal
disebut peubah satu log cycle
Dari tabel di atas: setelah 6 menit
pemanasan, spora yang hidup dari
1.000.000 menjadi 1  mengalami 6 log
cycle
Laju kerusakan spora bakteri disebut
dengan istilah harga D (desimal)
D= jumlah waktu yang diperlukan untuk
mengurangi jumlah spora secara desimal
D = waktu (dalam menit) ekspos yang
diperlukan pada suhu tertentu untuk
mengurangi populasi m.o. (spora)
sebanyak 90% dari jumlah awal (satu log
cycle). Dari tabel D=1
Harga D tergantung dari suhu yang
digunakan
Jika suhu yang digunakan 250F disebut
Dr (D retort)
Pada suhu lain disebut Dt
Harga D tergantung dari jenis m.o.
Hubungan antara D dengan suhu
Bersifat logaritmis
Hubungan D dengan suhu (°F) disebut
faktor Z
Faktor Z = jumlah suhu (°F) yang
diperlukan untuk mencapai perubahan
harga D secara logaritmis
PENGARUH SUHU PADA
KEMATIAN SPORA M.O.
SUHU (°F) F HARGA D 3D
232 10,0 30,0
18
250 1,0 3,0
18
268 0,1 0,3
Harga Z=18 F berarti kenaikan suhu 18 F
menyebabkan kematian spora m.o. 10X lebih
cepat
Pada coldest point
Kenaikan suhu retort 18 F: coldest point belum
tentu naik 18 F karena perambatan panas lambat
Perlu perhitungan dengan uji coba heat
penetration rate
Bila waktu yang diperlukan untuk proses
sterilisasi pada suhu tertentu telah diketahui
dengan menggunakan nilai Z, waktu yang
diperlukan untuk memperoleh efek sterilisasi
yang setara pada suhu lain dapat dihitung
KETAHANAN PANAS BAKTERI PEMBENTUK SPORA
YANG DIGUNAKAN DALAM STERILISASI
JENIS M.O. NILAI D250
(menit)
NILAI Z (°C)
B.stearothermophillus 4,0 7,0
B.substilis 0,48-0,76 7,4-13,0
B.cereus 0,0065 9,7
B.megaliticum 0,04 8,8
C.perfringens 10,0
C.sporogenes 0,15 13,0
C.sporogenes (PA 3679) 0,48-1,4 10,6
C.botulinum 0,21 9,9
C.thermosaccharolyticum 3,0-4,0 8,9-12,2
Harga F
Unit standar yang digunakan untuk
mengukur waktu pemanasan yang
setara F0
F0=waktu pemanasan setara pada
suhu 250oF atau 121oC bagi suatu m.o.
dengan harga Z=18oF atau 10oC
Jika suhu sterilisasi/retort bukan 250
Fsimbol Ft=setara suhu t dan nilai Z
yang berbeda
PENENTUAN WAKTU DAN
SUHU STERILISASI
Waktu singkat, suhu tinggi: resiko tinggi
Harus mengerti peraturan/pedoman
proses sterilisasi
 Terutama untuk Low Acid Food
 LACF GMPs
 Pedoman untuk produk kaleng: bisa diterapkan untuk
botol, plastik, retort pouch, aluminium foil, dll
dalam LACF GMPs ada istilah
Scheduled process: suatu proses yang
telah dipilih oleh prosesor sebagai
proses terbaik untuk produk tertentu
Minimum thermal process: penggunaan
panas untuk bahan pangan tertentu
pada suhu dan waktu yang telah
ditentukan
Parameter Penting
Nilai D
Nilai Z
Nilai F
Nilai D
Waktu yang diperlukan pada suhu
tertentu untuk membunuh 90% populasi
m.o. yang ada
Disebut juga:
 Laju kematian konstan
 Konstanta laju kematian
 Decimal reduction time
Nilai Z
Peningkatan suhu yang diperlukan
untuk mencapai perubahan 1 harga D
(1 log cycle perubahan jumlah m.o.)
Z=22oC dan Z= 12oC  Bandingkan
mana yang lebih cepat penurunan
m.o.nya?
Nilai F
Jumlah waktu (dalam menit) pada
suhu tertentu yang diperlukan untuk
menghancurkan sejumlah m.o.
Nilai tersebut tergantung dari suhu
proses dan nilai Z
Konsep 12D
Proses sterilisasi tergantung dari pH
makanan
 Low acid food: 10-12D
 Acid food: 5-7D
Sterilisasi komersial: 12 D
F = D (log No-log Nt)
 No= jumlah m.o. awal
 Nt= jumlah m.o. akhir
F=12 D
Jika m.o. awal dalam 1 kaleng=1
(No=1), maka Nt=10-12. Berarti 1 m.o.
dalam 1X1012 kaleng
Dianggap aman
Process lethality
The organism : Clostridium botulinum (a safe level of
survival probability 10–12, or one survivor in 1012 cans
processed/12 D concept for botulinum cook.
the highest D121 value known for this organism in foods is
0.21 min, the minimum lethality value for a botulinum cook
is F = 0.21×12 = 2.52 min
Most food companies accept a spoilage probability of 10–5
from mesophilic spore Clostridium sporogenes
Max D121 value 1 min; F = 1.00 × 5 = 5.00 min
thermophilic spoilage is a concern, the target value for the
final number of survivors is usually taken as 10–2,
S = number of decimal reduction = logN0/N
Lethality Values (Fo) for Commercial
Sterilization
of Selected Canned Food Products
Process lethality
S = number of decimal reduction = logN0/N
S = FT/DT
Nilai F pada 121.1◦C yang setara dengan pembunuhan
99.999% C. Botulinum adalah 1,2 menit. Hitung Do utk
organisme ini. Berapa nila F0 jika proses menggunakan 12D
dan kandungan spora awal pada produk rata-rata 100 spora.
Inaktivasi 99.999% adalah 5 decimal reductions sehingga S =
5.
D0 = F0/S
= 1.2/5
= 0.24 menit
S = log 100-log 10-12
S=2-(-12)= 14
F0= 0,24x14 = 3,3 menit
Kinetika kematian
mikroorganisme
Waktu pemanasan bergantung kepada
jumlah mikroba awal dan mikroba akhir yang
diinginkan
t= D log(N0/N)
Dengan acuan suhu standar 121oC
F0= D121 Log (N0/N)
F0 = t.10(T-121)/z
Untuk suhu tidak konstan, F0=∫ t.10(T-121)/z
A suspension containing 3 × 105 spores of organism A having a
D value of 1.5 min at 121.1◦C and 8 × 106 spores of organism B
having a D value of 0.8 min at 121.1◦C is heated at a uniform
constant temperature of 121.1◦C. Calculate the heating time for
this suspension at 121.1◦C needed to obtain a probability of
spoilage of 1/1000.
For organism A: t = 1.5 log(3 × 105/0.001) = 12.72 min
For organism B: t = 0.8 log(8 × 106/0.001) = 7.92 min
Thus, the required time is 12.72 minutes.
Sterilizing Value or Lethality of a Process
Contoh. Nilai F pada 121,1◦C selama 1,2 menit
menghasilkan inaktivasi C. botulinum sebanyak
99,999% . Hitung nilai D0 dari mikroba tsb.
Inaktivasi 99,999% merupakan decimal
reductions sebanyak 5 (satu hidup dari 100.000).
S = 5. dengan persamaan
D0 = 1,2/5 = 0,24 menit
Hitung F0 yang didasarkan pada konsep 12D menggunakan D0
C. botulinum sebesar 0,24 menit jika spora awal pada produk
sebanyak 100.
Diketahui mikroba awal 100
S = log 100- log(10-12) = 14
F0= 0,24 x 14 = 3,3 menit
F0 proses sterilisasi sebesar 2.88. Jika tiap kaleng
mengandung 10 spora dari mikroba yang memiliki nilai D0
1,5 menit, hitung kemungkinan kerusakan dari mikroba tsb.
Makanan kaleng diduga mengandung spora 100/kaleng. Hitung
F0 yang menghasilkan kemungkinan kerusakan 1 dalam
100.000 jika D0 1,5 menit. Pada kondisi yang sama, C.
botulinum type B memiliki D0 0,2menit, apakah target F0 tsb
cukup untuk proses 12D, diasumsikan tiap kalenge spora awal
C. Botulinum sebanyak 1.
Silahkan dikerjakan
Suatu proses pemanasan kemungkinan terjadi pembusukan adalah 1
dalam 100.000. Nilai D0 spora adalah 1 menit dan jumlah spora
mikroba awal 100. Untuk verifikasi proses pemanasan ini, inokulum
berupa spora diinokulasi. Hasil verifikasi terjadi kerusakan pada 5
kaleng dari 100 kaleng. Jika diketahui D0 inokulum 1,5 menit, hitung
jumlah inokulum yang harus diberikan.
Pada suatu kasus pembusukan, ditemukan D0 mikroba pembusuk
sebesar 1,35 menit. Pembusukan terjadi sebanyak 1 dalam 100.000
dan spora awal sebanyak 10 per kaleng. Hitung nilai F0 pada proses
pemanasan sehingga terjadi kasus pembusukan tersebut. Pada
verifikasi, jika paket inokulum spora dengan kadar 5x105 dan nilai D0
2,7 menit diinokulasikan ke kaleng yang memiliki berat 200 g, hitung
kadar spora setelah proses pemanasan tersebut.
Proses dgn suhu yang bebeda
Contoh : F0 untuk inaktivasi mikroba sebanyak 99,999%
C. botulinum sebesar 1,1 menit. Hitung F0 untuk inaktivasi
sebesar 12D dan F pada suhu pemanasan 275◦F (135◦C)
dan z = 18◦F
Contoh
Sterilisasi makanan kaleng pada retort untuk
membunuh Cl. Botulinum (Fo= 2,5 menit, Z= 10oC),
apakah data rata-rata proses pada tabel telah
memenuhi syarat?
Fo = t.10(T-121)/z + t.10(T-121)/z +....
Fo = 20x10(71,1-121)/10 + 20x10(98,9-121)/10 + 33x10(110-121)/10
Fo = 2,68 menit
waktu (Menit ke) suhu (oC)
0-20 71,1
20-40 98,9
40-73 110
Contoh
Suatu proses pemanasan makanan catatan suhu
di pusat panasnya (thermal center) adalah sbb:
Waktu (menit) Suhu oF(oC) Waktu (menit) Suhu oF(oC)
0 80 (26,7) 40 225 (107,2)
15 165 (73,9) 50 230,5 (110,3)
25 201 (93,9) 64 235 (112,8)
30 212,5 (100,3)
• Jika nila Fo untuk Cl. Botulinum 2,5 menit dan z:18oF, apakah
proses tersebut diatas telah memenuhi?
Hitung nilai 10(T-250)/z pada berbagai waktu
Menit ke 0; 10(T-250)/z = 10(80-250)/18 = 3,6x10-10
Penyelesaian dengan menggunakan grafik
Waktu Suhu 10(T-250)/z
0 80 3,6 x 10-10
15 165 1,9 x 10-5
25 201 0,00189
30 212,5 0,00825
40 225 0,0408
50 230,5 0,0825
64 235 0,1465
0.0000036 0.000019 0.00189
0.00825
0.0408
0.0825
0.1465
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0 10 20 30 40 50 60 70
10(T-250)/z
Penyelesaian dengan perhitungan
Waktu Suhu 10(T-250)/z
selang waktu Rata 10(T-250)/z
Luas
0 80 3,6 x 10-10
15 165 1,9 x 10-5
25 201 0,00189
30 212,5 0,00825
40 225 0,0408
50 230,5 0,0825
64 235 0,1465
Penyelesaian dengan perhitungan
Waktu Suhu 10(T-250)/z
selang waktu Rata 10(T-250)/z
Luas
0 80 3,6 x 10-10
0 0 x 3,6 x 10-10
0
15 165 1,9 x 10-5
15 15 x 9,5 x 10-6
0,000019
25 201 0,00189 10 10 x 0,00095 0,0095
30 212,5 0,00825 5 5 x 0,00507 0,02535
40 225 0,0408 10 10 x 0,0245 0,245
50 230,5 0,0825 10 10 x 0,06165 0,6165
64 235 0,1465 14 14 x 0,1145 1,603
Jumlah 2,499
Proses Sterilisasi
Sterilisasi dalam kemasan
Sterilisasi suhu ultra tinggi (UHT,
ultrahigh temperature)
Sterilisasi dalam kemasan
Sterilisasi produk pangan dalam kemasan,
seperti kaleng, gelas, atau retort pouch,
Tahapan:
Pengisian
Pengeluaran udara (exhausting),
Penutupan
Sterilisasi
Pendinginan.
Tahap pengisian
Tahap pengisian dilakukan setelah produk
pangan diblansing untuk sayuran dan buah-
buahan atau diberi perlakuan pra-pemasakan
untuk produk hewani.
Pada proses pengisian, medium penghantar
panas sekaligus dimasukkan ke dalam
wadah kemasan.
Medium tersebut selain sebagai penghantar
panas juga berperan sebagai bumbu atau
pemberi rasa seperti larutan garam, larutan
gula, dan saus.
Proses pengeluaran udara atau exhausting
dilakukan sebelum penutupan atau sealing.
Tujuannya adalah mengeluarkan udara dalam
kemasan untuk mencegah pemuaian yang
berlebihan dan penciptaan kondisi vakum
1. Pengisian panas (hot filling).
2. Pengisian produk pangan dalam kondisi dingin
(cold filling) kemudian dilakukan pemanasan
kemasan dan isinya pada suhu 80-95◦C dengan
tutup kemasan sebagian terbuka.
3. Penghilangan udara secara mekanis
menggunakan pompa vakum.
4. Penghilangan udara menggunakan uap air
Pengeluaran Udara
Penutupan
Penutupan kemasan kaleng dilakukan
secara khusus dengan teknik
penutupan ganda atau dikenal dengan
double seamer.
Tujuannya adalah untuk menjamin
bahwa tutup tidak mengalami
kebocoran yang dapat berakibat
kehilangan kondisi vakum dan aseptis.
Sterilisasi suhu ultra tinggi
(UHT, ultra high temperature)
Masalah utama pada sterilisasi produk pangan yang
berwujud padat atau kental adalah laju penetrasi panas
yang rendah sehingga waktu proses lama.
Suhu yang lebih tinggi dengan waktu proses yang lebih
pendek dapat dilakukan jika produk pangan disterilisasi
sebelum dikemas dalam kemasan yang telah disterilisasi.
Metode ini merupakan dasar proses UHT yang juga
disebut pengolahan aseptis (aseptic processing).
Metode ini telah diterapkan untuk produk pangan
berwujud cair susu, jus dan konsentrat buah, krim; dan
produk pangan yang mengandung partikulat diskret
seperti makanan bayi, saus tomat, sayuran dan buah-
buahan, dan sup.
PENGARUH STERILISASI
TERHADAP MUTU PRODUK
1. KERUSAKAN NUTRISI
Vitamin dan AA tertentu rusak oleh
panas
Vitamin: Vitamin A, B6, B2, B1, C, D, E,
asam folat, inositol, asam pantotenat
AA: lisin dan treonin
2. KERUSAKAN PIGMEN
Daging: oksimioglobin menjadi metmioglobin
(merah menjadi coklat)
Pencegahan dengan penambahan nitrit
Reaksi Maillard dan karamelisasi
Klorofil menjadi pheophitin (hijau menjadi
hijau kusam)
Antosianan berinteraksi dengan ion logam:
kusam
Karoten: pengaruh kecil
3. FLAVOR
Cooked flavor dalam susu: denaturasi whey
dan pembentukan lakton dan metil keton dari
lemak
Flavor dari reaksi Maillard, karamelisasi,
oksidasi lemak
Flavor dari pirolisis, deaminasi, dan
dekarboksilasi AA
4. TEKSTUR
Terjadi perubahan karena sterilisasi
Daging: koagulasi dan penurunan WHC
protein  pengerutan dan keras
Buah dan sayuran: lebih lunak karena
pelarutan pektin dan penurunan tekanan
turgor
Induksi tekstur yang diinginkan pada surimi
dan sosis karena koagulasi
5. DAYA CERNA
Terjadi karena
Koagulasi protein
Gelatinisasi pati
Destruksi antigizi
Pelepasan senyawa tertentu dari bentuk
kompleksnya seperti karoten dari
kompleks karoten-protein

More Related Content

What's hot

Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending Nugraha Teguh
 
Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan SuspensiAkfar ikifa
 
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...guest1fb560
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4Titin Indrawati
 
Destilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksiDestilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksiSMAN 4 MERLUNG
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
 
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetriRani Ye
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2marwahhh
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriqlp
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalahaji indras
 
Rancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRhiza Amalia
 

What's hot (20)

Laporan tablet sublingual
Laporan tablet sublingualLaporan tablet sublingual
Laporan tablet sublingual
 
Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending
 
Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan Suspensi
 
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Destilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksiDestilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksi
 
Ungt Iecoris
Ungt Iecoris Ungt Iecoris
Ungt Iecoris
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
Makalah zat pewarna pada makanan
Makalah zat pewarna pada makananMakalah zat pewarna pada makanan
Makalah zat pewarna pada makanan
 
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetri
 
Mixing
MixingMixing
Mixing
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
 
Kelompok 15 ppt farmasi
Kelompok 15 ppt farmasiKelompok 15 ppt farmasi
Kelompok 15 ppt farmasi
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 
Rancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilin
 

Similar to STERILISASI PROSES

Kuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasi
Kuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasiKuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasi
Kuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasiSasmitoh Rahmad Riady
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptadhisusilo2
 
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptxSterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptxerinaaprilia3
 
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtrPeran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtrGusti Rusmayadi
 

Similar to STERILISASI PROSES (12)

Sterilisasi Versi 2015
Sterilisasi Versi 2015Sterilisasi Versi 2015
Sterilisasi Versi 2015
 
Sterilisasi
SterilisasiSterilisasi
Sterilisasi
 
Kuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasi
Kuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasiKuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasi
Kuliah 3-kecukupan-panas-pasteurisasi-dan-sterilisasi
 
Sterilisasi pangan
Sterilisasi panganSterilisasi pangan
Sterilisasi pangan
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
 
Sterilisasi pangan
Sterilisasi panganSterilisasi pangan
Sterilisasi pangan
 
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptxSterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
 
Sterilisi farmasi
Sterilisi farmasiSterilisi farmasi
Sterilisi farmasi
 
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtrPeran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
 
Pengawetan beku
Pengawetan bekuPengawetan beku
Pengawetan beku
 
Jurnal joe butt
Jurnal joe buttJurnal joe butt
Jurnal joe butt
 
Pasteurisasi
PasteurisasiPasteurisasi
Pasteurisasi
 

More from Muhammad Luthfan

Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.pptKuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.pptMuhammad Luthfan
 
Seminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas BrawijayaSeminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas BrawijayaMuhammad Luthfan
 
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02Muhammad Luthfan
 
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891Muhammad Luthfan
 
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630Muhammad Luthfan
 
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806Muhammad Luthfan
 
Introduction to Electrophoresis
Introduction to ElectrophoresisIntroduction to Electrophoresis
Introduction to ElectrophoresisMuhammad Luthfan
 
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02Muhammad Luthfan
 
Analisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORACAnalisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORACMuhammad Luthfan
 
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)Muhammad Luthfan
 
Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)
Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)
Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)Muhammad Luthfan
 
Elisa Class 150629071719-lva1-app6891
Elisa Class 150629071719-lva1-app6891Elisa Class 150629071719-lva1-app6891
Elisa Class 150629071719-lva1-app6891Muhammad Luthfan
 

More from Muhammad Luthfan (20)

Pengumuman.pptx
Pengumuman.pptxPengumuman.pptx
Pengumuman.pptx
 
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.pptKuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
 
Lipid Evaluation (FTP UB)
Lipid Evaluation (FTP UB)Lipid Evaluation (FTP UB)
Lipid Evaluation (FTP UB)
 
Seminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas BrawijayaSeminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas Brawijaya
 
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
 
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
 
Polisakarida Fungsional
Polisakarida FungsionalPolisakarida Fungsional
Polisakarida Fungsional
 
Suplemen makanan
Suplemen makanan Suplemen makanan
Suplemen makanan
 
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
 
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
 
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
 
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
 
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
 
Introduction to Electrophoresis
Introduction to ElectrophoresisIntroduction to Electrophoresis
Introduction to Electrophoresis
 
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
 
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
 
Analisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORACAnalisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORAC
 
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
 
Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)
Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)
Metabolisme vitamin c asam askorbat (versi 2020)
 
Elisa Class 150629071719-lva1-app6891
Elisa Class 150629071719-lva1-app6891Elisa Class 150629071719-lva1-app6891
Elisa Class 150629071719-lva1-app6891
 

Recently uploaded

Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 

Recently uploaded (9)

Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 

STERILISASI PROSES

  • 2. DEFINISI  Proses mematikan mikroba  Ada dua jenis • Sterilisasi total • Sterilisasi komersial
  • 3. STERILISASI KOMERSIAL Kondisi dimana sebagian besar mikroba telah mati dan kemungkinan masih terdapat beberapa mikroba yang tetap hidup setelah pemanasan Kondisi dalam kemasan (kaleng/ botol/ retort pouch) selama penyimpanan tidak memungkinkan mikroba tumbuh dan berkembang biak Mikroba yang membahayakan: inaktif
  • 4. Mencegah dan menghambat pertumbuhan m.o. pembusuk dan patogen :  Pengemasan hermetis  pH  Vakum
  • 5. PEMANASAN PADA STERILISASI KOMERSIAL 1. Pemanasan harus cukup. Jika tidak cukup m.o. yang ada menjadi aktif: - produk busuk - timbul racun - kaleng gembung 2. Dilakukan pada pengalengan dan pembotolan - harus tepat dan aman
  • 6. 3. Pemanasan yang diperlukan tergantung dari pH produk yang diukur pada coldest point Acid foods: pH<4,5: 200 F High acid foods, pH <3,5: suhu lebih rendah dari acid foods Low acid foods, pH>4,5: pemanasan lebih lama Contoh: daging atau ikan. Waktu proses tergantung dari kecepatan transfer panas
  • 7. 4. Tujuan pemanasan: inaktivasi m.o. sesuai dengan tujuan sterilisasi komersial 5. Proses dianggap aman jika C. botulinum telah inaktif 6. Sterilisasi diikuti pengemasan kondisi anaerob Spora m.o. anaerob mempunyai ketahanan panas lebih rendah dari spora m.o. aerob sehingga suhu dan proses sterilisasi lebih rendah
  • 8. PERALATAN STERILISASI Sterilisasi komersial dilakukan dalam alat yang disebut retort atau autoklaf atau sterilizer Retort dirancang harus tahan tekanan uap
  • 9.
  • 10. MEDIA PEMANAS JENIS MEDIA PEMANAS KOEFISIEN PINDAH PANAS (BTU/hr/F/ft2) Uap jenuh (steam) 170,00 Air panas 105,00 Uap+udara (3:1) 87,5 Udara (100%) 2,96
  • 11. Kematian Logaritmis Kematian m.o. terjadi tidak sekaligus tetapi melalui tahap logaritmis Pada proses pemanasan Parameter D, Z, dan F t (menit) Jumlah hidup Jumlah mati Total mati % mati 0 1.000.000 0 0 0 1 100.000 900.000 900.000 90 2 10.000 90.000 990.000 99 3 1.000 9.000 999.000 99.9 4 100 900 999.900 99.99 5 10 90 999.990 99.999 6 1 9 999.999 99.999
  • 12. Contoh di atas: Setiap menit jumlah m.o. berkurang 10X Suatu perubahan 10X dari jumlah awal disebut peubah satu log cycle Dari tabel di atas: setelah 6 menit pemanasan, spora yang hidup dari 1.000.000 menjadi 1  mengalami 6 log cycle
  • 13. Laju kerusakan spora bakteri disebut dengan istilah harga D (desimal) D= jumlah waktu yang diperlukan untuk mengurangi jumlah spora secara desimal D = waktu (dalam menit) ekspos yang diperlukan pada suhu tertentu untuk mengurangi populasi m.o. (spora) sebanyak 90% dari jumlah awal (satu log cycle). Dari tabel D=1
  • 14. Harga D tergantung dari suhu yang digunakan Jika suhu yang digunakan 250F disebut Dr (D retort) Pada suhu lain disebut Dt Harga D tergantung dari jenis m.o.
  • 15. Hubungan antara D dengan suhu Bersifat logaritmis Hubungan D dengan suhu (°F) disebut faktor Z Faktor Z = jumlah suhu (°F) yang diperlukan untuk mencapai perubahan harga D secara logaritmis
  • 16. PENGARUH SUHU PADA KEMATIAN SPORA M.O. SUHU (°F) F HARGA D 3D 232 10,0 30,0 18 250 1,0 3,0 18 268 0,1 0,3
  • 17. Harga Z=18 F berarti kenaikan suhu 18 F menyebabkan kematian spora m.o. 10X lebih cepat Pada coldest point Kenaikan suhu retort 18 F: coldest point belum tentu naik 18 F karena perambatan panas lambat Perlu perhitungan dengan uji coba heat penetration rate Bila waktu yang diperlukan untuk proses sterilisasi pada suhu tertentu telah diketahui dengan menggunakan nilai Z, waktu yang diperlukan untuk memperoleh efek sterilisasi yang setara pada suhu lain dapat dihitung
  • 18. KETAHANAN PANAS BAKTERI PEMBENTUK SPORA YANG DIGUNAKAN DALAM STERILISASI JENIS M.O. NILAI D250 (menit) NILAI Z (°C) B.stearothermophillus 4,0 7,0 B.substilis 0,48-0,76 7,4-13,0 B.cereus 0,0065 9,7 B.megaliticum 0,04 8,8 C.perfringens 10,0 C.sporogenes 0,15 13,0 C.sporogenes (PA 3679) 0,48-1,4 10,6 C.botulinum 0,21 9,9 C.thermosaccharolyticum 3,0-4,0 8,9-12,2
  • 19. Harga F Unit standar yang digunakan untuk mengukur waktu pemanasan yang setara F0 F0=waktu pemanasan setara pada suhu 250oF atau 121oC bagi suatu m.o. dengan harga Z=18oF atau 10oC Jika suhu sterilisasi/retort bukan 250 Fsimbol Ft=setara suhu t dan nilai Z yang berbeda
  • 20. PENENTUAN WAKTU DAN SUHU STERILISASI Waktu singkat, suhu tinggi: resiko tinggi Harus mengerti peraturan/pedoman proses sterilisasi  Terutama untuk Low Acid Food  LACF GMPs  Pedoman untuk produk kaleng: bisa diterapkan untuk botol, plastik, retort pouch, aluminium foil, dll
  • 21. dalam LACF GMPs ada istilah Scheduled process: suatu proses yang telah dipilih oleh prosesor sebagai proses terbaik untuk produk tertentu Minimum thermal process: penggunaan panas untuk bahan pangan tertentu pada suhu dan waktu yang telah ditentukan
  • 23. Nilai D Waktu yang diperlukan pada suhu tertentu untuk membunuh 90% populasi m.o. yang ada Disebut juga:  Laju kematian konstan  Konstanta laju kematian  Decimal reduction time
  • 24. Nilai Z Peningkatan suhu yang diperlukan untuk mencapai perubahan 1 harga D (1 log cycle perubahan jumlah m.o.) Z=22oC dan Z= 12oC  Bandingkan mana yang lebih cepat penurunan m.o.nya?
  • 25.
  • 26. Nilai F Jumlah waktu (dalam menit) pada suhu tertentu yang diperlukan untuk menghancurkan sejumlah m.o. Nilai tersebut tergantung dari suhu proses dan nilai Z
  • 27. Konsep 12D Proses sterilisasi tergantung dari pH makanan  Low acid food: 10-12D  Acid food: 5-7D Sterilisasi komersial: 12 D
  • 28. F = D (log No-log Nt)  No= jumlah m.o. awal  Nt= jumlah m.o. akhir F=12 D Jika m.o. awal dalam 1 kaleng=1 (No=1), maka Nt=10-12. Berarti 1 m.o. dalam 1X1012 kaleng Dianggap aman
  • 29. Process lethality The organism : Clostridium botulinum (a safe level of survival probability 10–12, or one survivor in 1012 cans processed/12 D concept for botulinum cook. the highest D121 value known for this organism in foods is 0.21 min, the minimum lethality value for a botulinum cook is F = 0.21×12 = 2.52 min Most food companies accept a spoilage probability of 10–5 from mesophilic spore Clostridium sporogenes Max D121 value 1 min; F = 1.00 × 5 = 5.00 min thermophilic spoilage is a concern, the target value for the final number of survivors is usually taken as 10–2, S = number of decimal reduction = logN0/N
  • 30. Lethality Values (Fo) for Commercial Sterilization of Selected Canned Food Products
  • 31.
  • 32. Process lethality S = number of decimal reduction = logN0/N S = FT/DT Nilai F pada 121.1◦C yang setara dengan pembunuhan 99.999% C. Botulinum adalah 1,2 menit. Hitung Do utk organisme ini. Berapa nila F0 jika proses menggunakan 12D dan kandungan spora awal pada produk rata-rata 100 spora. Inaktivasi 99.999% adalah 5 decimal reductions sehingga S = 5. D0 = F0/S = 1.2/5 = 0.24 menit S = log 100-log 10-12 S=2-(-12)= 14 F0= 0,24x14 = 3,3 menit
  • 33. Kinetika kematian mikroorganisme Waktu pemanasan bergantung kepada jumlah mikroba awal dan mikroba akhir yang diinginkan t= D log(N0/N) Dengan acuan suhu standar 121oC F0= D121 Log (N0/N) F0 = t.10(T-121)/z Untuk suhu tidak konstan, F0=∫ t.10(T-121)/z
  • 34. A suspension containing 3 × 105 spores of organism A having a D value of 1.5 min at 121.1◦C and 8 × 106 spores of organism B having a D value of 0.8 min at 121.1◦C is heated at a uniform constant temperature of 121.1◦C. Calculate the heating time for this suspension at 121.1◦C needed to obtain a probability of spoilage of 1/1000. For organism A: t = 1.5 log(3 × 105/0.001) = 12.72 min For organism B: t = 0.8 log(8 × 106/0.001) = 7.92 min Thus, the required time is 12.72 minutes.
  • 35. Sterilizing Value or Lethality of a Process Contoh. Nilai F pada 121,1◦C selama 1,2 menit menghasilkan inaktivasi C. botulinum sebanyak 99,999% . Hitung nilai D0 dari mikroba tsb. Inaktivasi 99,999% merupakan decimal reductions sebanyak 5 (satu hidup dari 100.000). S = 5. dengan persamaan D0 = 1,2/5 = 0,24 menit
  • 36. Hitung F0 yang didasarkan pada konsep 12D menggunakan D0 C. botulinum sebesar 0,24 menit jika spora awal pada produk sebanyak 100. Diketahui mikroba awal 100 S = log 100- log(10-12) = 14 F0= 0,24 x 14 = 3,3 menit F0 proses sterilisasi sebesar 2.88. Jika tiap kaleng mengandung 10 spora dari mikroba yang memiliki nilai D0 1,5 menit, hitung kemungkinan kerusakan dari mikroba tsb.
  • 37. Makanan kaleng diduga mengandung spora 100/kaleng. Hitung F0 yang menghasilkan kemungkinan kerusakan 1 dalam 100.000 jika D0 1,5 menit. Pada kondisi yang sama, C. botulinum type B memiliki D0 0,2menit, apakah target F0 tsb cukup untuk proses 12D, diasumsikan tiap kalenge spora awal C. Botulinum sebanyak 1.
  • 38.
  • 39. Silahkan dikerjakan Suatu proses pemanasan kemungkinan terjadi pembusukan adalah 1 dalam 100.000. Nilai D0 spora adalah 1 menit dan jumlah spora mikroba awal 100. Untuk verifikasi proses pemanasan ini, inokulum berupa spora diinokulasi. Hasil verifikasi terjadi kerusakan pada 5 kaleng dari 100 kaleng. Jika diketahui D0 inokulum 1,5 menit, hitung jumlah inokulum yang harus diberikan. Pada suatu kasus pembusukan, ditemukan D0 mikroba pembusuk sebesar 1,35 menit. Pembusukan terjadi sebanyak 1 dalam 100.000 dan spora awal sebanyak 10 per kaleng. Hitung nilai F0 pada proses pemanasan sehingga terjadi kasus pembusukan tersebut. Pada verifikasi, jika paket inokulum spora dengan kadar 5x105 dan nilai D0 2,7 menit diinokulasikan ke kaleng yang memiliki berat 200 g, hitung kadar spora setelah proses pemanasan tersebut.
  • 40. Proses dgn suhu yang bebeda Contoh : F0 untuk inaktivasi mikroba sebanyak 99,999% C. botulinum sebesar 1,1 menit. Hitung F0 untuk inaktivasi sebesar 12D dan F pada suhu pemanasan 275◦F (135◦C) dan z = 18◦F
  • 41. Contoh Sterilisasi makanan kaleng pada retort untuk membunuh Cl. Botulinum (Fo= 2,5 menit, Z= 10oC), apakah data rata-rata proses pada tabel telah memenuhi syarat? Fo = t.10(T-121)/z + t.10(T-121)/z +.... Fo = 20x10(71,1-121)/10 + 20x10(98,9-121)/10 + 33x10(110-121)/10 Fo = 2,68 menit waktu (Menit ke) suhu (oC) 0-20 71,1 20-40 98,9 40-73 110
  • 42. Contoh Suatu proses pemanasan makanan catatan suhu di pusat panasnya (thermal center) adalah sbb: Waktu (menit) Suhu oF(oC) Waktu (menit) Suhu oF(oC) 0 80 (26,7) 40 225 (107,2) 15 165 (73,9) 50 230,5 (110,3) 25 201 (93,9) 64 235 (112,8) 30 212,5 (100,3) • Jika nila Fo untuk Cl. Botulinum 2,5 menit dan z:18oF, apakah proses tersebut diatas telah memenuhi?
  • 43. Hitung nilai 10(T-250)/z pada berbagai waktu Menit ke 0; 10(T-250)/z = 10(80-250)/18 = 3,6x10-10 Penyelesaian dengan menggunakan grafik Waktu Suhu 10(T-250)/z 0 80 3,6 x 10-10 15 165 1,9 x 10-5 25 201 0,00189 30 212,5 0,00825 40 225 0,0408 50 230,5 0,0825 64 235 0,1465
  • 45. Penyelesaian dengan perhitungan Waktu Suhu 10(T-250)/z selang waktu Rata 10(T-250)/z Luas 0 80 3,6 x 10-10 15 165 1,9 x 10-5 25 201 0,00189 30 212,5 0,00825 40 225 0,0408 50 230,5 0,0825 64 235 0,1465
  • 46. Penyelesaian dengan perhitungan Waktu Suhu 10(T-250)/z selang waktu Rata 10(T-250)/z Luas 0 80 3,6 x 10-10 0 0 x 3,6 x 10-10 0 15 165 1,9 x 10-5 15 15 x 9,5 x 10-6 0,000019 25 201 0,00189 10 10 x 0,00095 0,0095 30 212,5 0,00825 5 5 x 0,00507 0,02535 40 225 0,0408 10 10 x 0,0245 0,245 50 230,5 0,0825 10 10 x 0,06165 0,6165 64 235 0,1465 14 14 x 0,1145 1,603 Jumlah 2,499
  • 47. Proses Sterilisasi Sterilisasi dalam kemasan Sterilisasi suhu ultra tinggi (UHT, ultrahigh temperature)
  • 48. Sterilisasi dalam kemasan Sterilisasi produk pangan dalam kemasan, seperti kaleng, gelas, atau retort pouch, Tahapan: Pengisian Pengeluaran udara (exhausting), Penutupan Sterilisasi Pendinginan.
  • 49. Tahap pengisian Tahap pengisian dilakukan setelah produk pangan diblansing untuk sayuran dan buah- buahan atau diberi perlakuan pra-pemasakan untuk produk hewani. Pada proses pengisian, medium penghantar panas sekaligus dimasukkan ke dalam wadah kemasan. Medium tersebut selain sebagai penghantar panas juga berperan sebagai bumbu atau pemberi rasa seperti larutan garam, larutan gula, dan saus.
  • 50. Proses pengeluaran udara atau exhausting dilakukan sebelum penutupan atau sealing. Tujuannya adalah mengeluarkan udara dalam kemasan untuk mencegah pemuaian yang berlebihan dan penciptaan kondisi vakum 1. Pengisian panas (hot filling). 2. Pengisian produk pangan dalam kondisi dingin (cold filling) kemudian dilakukan pemanasan kemasan dan isinya pada suhu 80-95◦C dengan tutup kemasan sebagian terbuka. 3. Penghilangan udara secara mekanis menggunakan pompa vakum. 4. Penghilangan udara menggunakan uap air Pengeluaran Udara
  • 51. Penutupan Penutupan kemasan kaleng dilakukan secara khusus dengan teknik penutupan ganda atau dikenal dengan double seamer. Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa tutup tidak mengalami kebocoran yang dapat berakibat kehilangan kondisi vakum dan aseptis.
  • 52. Sterilisasi suhu ultra tinggi (UHT, ultra high temperature) Masalah utama pada sterilisasi produk pangan yang berwujud padat atau kental adalah laju penetrasi panas yang rendah sehingga waktu proses lama. Suhu yang lebih tinggi dengan waktu proses yang lebih pendek dapat dilakukan jika produk pangan disterilisasi sebelum dikemas dalam kemasan yang telah disterilisasi. Metode ini merupakan dasar proses UHT yang juga disebut pengolahan aseptis (aseptic processing). Metode ini telah diterapkan untuk produk pangan berwujud cair susu, jus dan konsentrat buah, krim; dan produk pangan yang mengandung partikulat diskret seperti makanan bayi, saus tomat, sayuran dan buah- buahan, dan sup.
  • 54. 1. KERUSAKAN NUTRISI Vitamin dan AA tertentu rusak oleh panas Vitamin: Vitamin A, B6, B2, B1, C, D, E, asam folat, inositol, asam pantotenat AA: lisin dan treonin
  • 55. 2. KERUSAKAN PIGMEN Daging: oksimioglobin menjadi metmioglobin (merah menjadi coklat) Pencegahan dengan penambahan nitrit Reaksi Maillard dan karamelisasi Klorofil menjadi pheophitin (hijau menjadi hijau kusam) Antosianan berinteraksi dengan ion logam: kusam Karoten: pengaruh kecil
  • 56. 3. FLAVOR Cooked flavor dalam susu: denaturasi whey dan pembentukan lakton dan metil keton dari lemak Flavor dari reaksi Maillard, karamelisasi, oksidasi lemak Flavor dari pirolisis, deaminasi, dan dekarboksilasi AA
  • 57. 4. TEKSTUR Terjadi perubahan karena sterilisasi Daging: koagulasi dan penurunan WHC protein  pengerutan dan keras Buah dan sayuran: lebih lunak karena pelarutan pektin dan penurunan tekanan turgor Induksi tekstur yang diinginkan pada surimi dan sosis karena koagulasi
  • 58. 5. DAYA CERNA Terjadi karena Koagulasi protein Gelatinisasi pati Destruksi antigizi Pelepasan senyawa tertentu dari bentuk kompleksnya seperti karoten dari kompleks karoten-protein