1. .:: Ketika Kesyirikan
Merajalela.
September 15th, 2011 by
Redaksi HASMI.
Di Poskan Oleh :
SALMAN AL-FARISI (ABU ABDILLAH)
Sungguh aneh bin ajaib kalau
ada seseorang yang mengatakan
bahwa pada saat ini dakwah
yang menyerukan kepada tauhid
dan mengingatkan pada syirik
adalah sudah tidak relevan.
2. Sebab di zaman yang modern
seperti ini sudah banyak orang
yang mempercayai adanya
Tuhan dan sangat jarang
ditemui ada orang yang
menyembah patung, bintang,
matahari, berhala dan
sebagainya. Mereka juga
mengatakan bahwa sekarang ini
kita harus memfokuskan dan
memperhatikan bagaimana kita
harus melawan orang-orang
kafir dan merebut kekuasaan.
Pandangan seperti ini muncul
karena memang dangkalnya
3. ilmu dan pemahaman yang ada
pada orang tersebut, tidak
faham apa itu pengertian tauhid
dan syirik dengan benar, serta
tidak faham dengan inti dakwah
setiap rosul. Bukan berarti
bahwa melawan orang kafir itu
tidak penting. Tidak, sekali-kali
tidak! Dengan tulisan ini
semoga dapat mendudukkan
masalah ini secara benar dan
dapat menyadarkan kaum
muslimin dari keterlenaannya.
.:: Tauhid Bukan Sekedar
Percaya Adanya Tuhan.
4. Sebagian kaum muslimin yang
beranggapan bahwa apabila
seorang itu telah mengakui
adanya Tuhan, maka dia sudah
dikatakan bertauhid. Mereka
lupa bahwa ini hanyalah bagian
dari tauhid, bahkan hanya
bagian kecil darinya. Dan
belumlah seseorang itu
dianggap bertauhid hanya
dengan bagian yang ini saja.
Sedangkan bagian tauhid yang
lain bahkan yang paling pokok
di antaranya justru tidak faham.
Setiap orang wajib mengesakan
5. Allah
dalamrububiyah, uluhiyah dan a
sma wa shifat-Nya. Jika
ketinggalan satu saja dari ketiga
tauhid tersebut belumlah dia
dikatakan sebagai seorang yang
bertauhid.
Lihatlah kaum musyrik quroisy,
bukankah mereka juga
mengakui adanya Allah, bahkan
bukankah mereka juga
menyembah Allah? Kenapa
mereka masih diperangi oleh
Rasulullah? Allah
berfirman: “Katakanlah:
6. „Siapakah yang memberi rezki
kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup, dan
siapakah yang mengatur segala
urusan?‟ Maka mereka akan
menjawab: „Allah‟. Maka
katakanlah: „Mengapa kamu
tidak betakwa (kepada-
Nya)?” (Yunus: 31)
7. .:: Syirik Bukan Sekedar
Sujud Kepada Patung.
Syirik adalah menyamakan
selain Allah dengan Allah
dalam perkara yang menjadi
kekhususan atau hak bagi Allah.
Dari definisi ini, maka jelaslah
bagi kita syirik itu tidak hanya
sebatas menyembah dan sujud
kepada berhala, patung,
matahari dan lain-lain, namun
lebih luas daripada ini.
Kita lihat juga kaum musyrik
yang diperangi oleh
8. Rasulullah Shallallahu „alaihi
wassalam dulu, apakah mereka
murni benar-benar menyembah
atau sujud kepada berhala dan
yang lainnya hanya karena
mereka batu dan pohon?
Ternyata tidak, Allah
menceritakan ucapan
mereka: “Tidaklah kami
menyembah mereka melainkan
agar mereka dapat
mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-
dekatnya.” (Az-Zumar: 3).
Mereka menyembah berbagai
9. sesembahan tersebut dengan
harapan akan memerantarai
pada Allah.
Syirik juga tidak terhenti di sini,
ada juga syirik dalam ketaatan.
Tatkala Rasulullah shollAllahu
„alaihi wassalammembacakan
ayat: “Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-
rahib mereka sebagai tandingan
(tuhan) selain Allah.” (At-
Taubah: 31).
Sahabat Adi bin Abi Hatim
yang pada waktu itu baru masuk
10. Islam menyanggah:“Tidaklah
kami itu menyembah mereka”.
Maka Rasulullah
menjawab: “Bukankah mereka
mengharamkan apa yang
dihalalkan oleh Allah lalu
kalian pun ikut mengharamkan,
dan bukankah mereka
menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Allah lalu
kalian pun ikut
menghalalkan?” Maka Adi bin
Abi Hatim pun
menjawab: “Benar”. Rasulullah
berkata: “Itulah peribadahan
11. kepada mereka”. Lalu sekarang,
betapa banyak kaum muslimin
yang mereka ikut menghalalkan
yang semestinya harom dengan
landasan hawa nafsu? Na’udzu
billah.
Syirik tidak hanya terbatas pada
amalan badan, namun juga
amalan hati dan lisan. Allah
berfirman: “Dan diantara
manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah.
12. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya
kepada Allah.” (Al Baqoroh:
165)
.:: Realita yang Ada di
Masyarakat Sekarang Ini.
Sungguh aneh masyarakat kita
sekarang ini, mereka akan
begitu sangat marah apabila ada
orang non islam yang
mempropagandakan agama
mereka dan mengajak orang
lain kepada agama mereka.
Namun pada saat yang sama,
13. dia telah membiarkan dirinya,
anak-anaknya dan keluarganya
untuk diseret dan dipengaruhi
oleh kesyirikan serta dijauhkan
dari aqidah yang lurus, yakni
dengan membiarkan di
rumahnya sebuah televisi yang
tiap harinya selalu dijejali
dengan acara-cara kesyirikan.
Seolah-olah mereka
mengatakan: “Mari silakan
masuk, ajari dan pengaruhi
keluarga kami dengan acara-
acara syirik, bid‟ah dan maksiat
kalian”. Na’udzu
14. billah!! Bukankah ini terjadi
karena tidak fahamnya mereka
terhadap apa itu syirik, ancaman
dan bahayanya? Ataukah
mereka juga telah merasa aman
dan jauh akan terjatuh di
dalamnya?
Anak-anak kita sudah terbiasa
disuguhi dengan film tentang
peri, hantu, dukun, sihir, jimat-
jimat dan film misteri yang
penuh kesyirikan. Sementara
anak mudanya tenggelam dalam
ramalan bintang/zodiak.
Sadarlah wahai saudaraku! itu
15. semua adalah termasuk amalan-
amalan kesyirikan.
.:: Dengan Dalih Budaya dan
Adat Istiadat.
Lebih ironi lagi, ternyata kita
juga hidup disuatu masyarakat
yang diantara adat istiadat dan
budaya mereka merupakan
amalan-amalan kesyirikan.
Ketika kita mengingatkan
mereka ternyata mereka malah
balik menuduh bahwa kita
adalah orang yang kaku dan
tidak faham terhadap esensi dan
16. transformasi nilai. Namun
sayang ketika mereka berusaha
untuk dijelaskan dan diajak
untuk “sedikit” berpikir, hati
mereka sudah diliputi oleh dua
penyakit yaitu taqlid (ikut-
ikutan) dan ta‟ashshub (fanatik).
Kalau begitu, bagaimana
kebenaran ini akan sampai?
Allah berfirman: “Dan apabila
dikatakan kepada mereka:
„Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah,‟ mereka
menjawab: „(Tidak), tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah
17. kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami.‟ (Apakah
mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?” (Al-
Baqoroh: 170)
Kita lihat di sana ada acara
nyadran, sekaten, ngelarung,
sedekah bumi/laut, suronan dan
lain-lain, yang mana acara-acara
itu di masyarakat kita sudah
mendarah daging, bahkan sudah
menjadi komoditi bisnis dan
18. mata pencaharian. Sungguh
ironi, mereka beralasan bahwa
ini adalah budaya nenek
moyang yang harus
dilestarikan. Allahu
akbar!!Inilah alasan yang
menjadi jurus pamungkas kaum
musyrikin zaman
Rasulullah shollAllahu „alaihi
wassalam tatkala mulut mereka
tidak mampu lagi menjawab
hujjah Allah, Na’udzu billah.
Mengingat akan parahnya
keadaan ini, maka sudah
menjadi tugas kita semua untuk
19. saling mengingatkan dan terus
untuk mengingatkan. Agar
ummat islam dunia dan
indonesia khususnya, dapat
bangkit dari keterpurukan
rohani.
Allah Subhanahu wa Ta‟ala
berfirman :
“Dan tetaplah beri peringatan,
karena peringatan itu
memberikan manfaat terhadap
orang-orang yang
beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
(Redaksi-HASMI).