SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
TUGAS INDIVIDU
KEBIJAKAN PENDIDIKAN
MADRASAH PADA ERA OTONOMI
DAERAH
Oleh
SUYUDI
NIM : 1210246991
PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
KEBIJAKAN PENDIDIKAN
MADRASAH PADA ERA OTONOMI DAERAH
Secara substansi, negara menjamin atas terselenggaranya pendidikan bagi seluruh
rakyat Indonesia, tanpa mengenal sekolah umum atau sekolah agama (madrasah dan
pesantren). Kedua bentuk lembaga pendidikan tersebut diakui keberadaannya dan dilindungi
oleh undang-undang di NKRI. Artinya, dalam perundang-undangan yang lebih tinggi dari
sekedar Permen, NKRI mengakui bahwa madrasah merupakan tanggung jawab negara.
Ekses dari reformasi disamping melahirkan Sistem otonomi daerah juga melahirkan
UUSPN No. 20 Tahun 2003, PP No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan dan PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Dan
Penyelenggaraan Pendidikan. Lahirnya kebijakan hukum ini berdampak signifikan bagi
keberadaan serta perkembangan madrasah. Tetapi pada tataran implementatifnya banyak
terjadi diskriminatif terhadap keberadaan madrasah.
Terpinggirnya madrasah dari persaingan sesungguhnya juga dikarenakan dua faktor,
yaitu :
1. faktor internal:
Pertama, meliputi manajemen madrasah yang pada umumnya belum mampu
menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan
berkualitas.
Kedua, faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah.
Ketiga, adalah faktor kepemimpinan, artinya tidak sedikit kepala-kepala madrasah yang
tidak memiliki visi, dan misi.
2. Sedangkan faktor eksternal:
pertama, adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap madrasah.
kedua, dapat dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang madrasah selama ini lebih
didominasi oleh pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional. madrasah tidak
dianggap bagian dari sektor pendidikan, lantaran urusannya tidak di bawah
Kemendiknas. Faktor
ketiga, adalah adanya diskriminasi masyarakat terhadap madrasah. Ada sebagian
masyarakat selama ini memandang madrasah adalah pendidikan nomor dua dan
merupakan alternatif terakhir setelah lembaga pendidikan di lingkungan Diknas.
Kebijakan otonomi daerah yang cenderung diskriminatif terhadap madrasah
disebabkan oleh beberapa faktor;
Pertama, karena aturan perundang-undangan otonomi daerah yang dipahami secara
sempit oleh pemerintahan daerah Kabupaten/Kota.
Kedua, kurangnya koordinasi antar lembaga-lembaga pemerintah daerah atau antar
satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) baik koordinasi internal maupun eksternal dengan
kementerian Agama yang membawahi pendidikan madrasah.
Ketiga, faktor dominasi politik praktis yang seringkali mempengaruhi kebijakan
daerah.
Kebijakan Menteri dalam negeri yang keliru
Permendagri No 39 tahun 2012 yang merupakan perubahan atas Permendagri No 32 tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari dana
APBD, mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah dapat memberikan bantuan pendidikan
pada madrasah apabila APBD mampu memberikan bantuan tersebut.
Hal ini selaras dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2), serta UU No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Secara substansi, negara menjamin atas terselenggaranya pendidikan bagi seluruh rakyat
Indonesia, tanpa mengenal sekolah umum atau sekolah agama (madrasah dan pesantren).
Kedua bentuk lembaga pendidikan tersebut diakui keberadaannya dan dilindungi oleh
undang-undang di NKRI. Artinya, dalam perundang-undangan yang lebih tinggi dari sekedar
Permen, NKRI mengakui bahwa madrasah merupakan tanggung jawab negara.
Tatkala kemapanan tersebut terbangun sejak lama, di penghujung tahun 2012 dunia
pendidikan madrasah digoyang melalui rencana pemerintah melalui kebijakan Menteri Dalam
Negeri yang menginstruksikan agar pemerintah daerah tidak lagi memberikan bantuan
kepada madrasah melalui dana APBD.
Pernyataan Mendagri yang demikian sangat tidak popular dan sangat tidak bijak tersebut
perlu dipertanyakan. Apakah pernyataan tersebut karena ketidaktahuannya atau
ketidakmampuannya dalam memahami madrasah sebagai salah satu bentuk lembaga
pendidikan yang ada di Indonesia dengan perannya yang demikian besar bagi memajukan
bangsa ini jauh sebelum Indonesia merdeka.
Jika kebijakan ini dilakukan karena ketidaktahuan atau ketidakmampuannya dalam
memahami persoalan, ada dua pilihan yang perlu dilakukannya, yaitu: Pertama, bertanya
dengan ilmuwan yang ahli di bidangnya agar jangan keliru dalam membuat kebijakan.
Kedua, mundur dari jabatan karena ketidakmampuannya. Hal ini justru lebih terpuji.
Padahal, bila ditilik dari hasil Ujian Nasional (UN), kualitas lulusan madrasah mampu
melampaui lulusan sekolah umum. Kebijakan yang menganaktirikan madrasah ini sangat
menyinggung perasaan umat Islam di Indonesia.
Ada beberapa persoalan yang muncul akibat kebijakan yang tidak populer ini, antara lain:
Pertama, keberlangsungan madrasah yang sudah tertatih-tatih akan semakin terjerembab
dalam ketidakmampuan finansial. Sebab, keberadaannya tidak memperoleh perhatian dari
negara.
Bila hal ini terjadi, berarti negara berada pada garis berseberangan dengan UUD 1945 dan
UU 20/2003 tentang Sisdiknas. Padahal, bila ada peraturan yang bertentangan dengan UUD
1945, berarti peraturan tersebut dipertanyakan keabsahannya. Kedua, munculnya
ketidakadilan.
Sebab, tatkala peraturan pelarangan berlaku bagi madrasah, namun tidak bagi lembaga
pendidikan keagamaan yang dikelola oleh umat lain.
Dengan dalih bahwa hanya “madrasah” yang dilarang memperoleh bantuan dari dana APBD,
maka lembaga pendidikan keagamaan yang tidak “madrasah” akan tetap memperoleh
bantuan. Ketiga, hilangnya sejarah dan dinafikannya kontribusi madrasah sebagai salah satu
lembaga pendidikan pribumi yang telah mencerdaskan ratusan ribu anak bangsa di negeri ini.
Peraturan yang sarat dengan nuansa politis dan ketidakmampuan pembuat kebijakan ini
menjadi isu yang hangat dibincangkan di media massa di penghujung tahun 2012, namun sepi
aksi dari kalangan intelektual.
Pemerintah perlu mengkaji ulang alasan larangan memberikan bantuan dari dana APBD
kepada madrasah. Sebab, tatkala dunia pendidikan negeri ini terkoyak dengan banyaknya
tawuran antarpelajar dan dekadensi moral, justru hal tersebut terjadi pada lembaga
pendidikan di luar madrasah.
Sedangkan melalui pola pendidikan dan kurikulum yang ditawarkan, madrasah mampu
menanamkan akhlak terhadap siswanya dengan pendidikan karakter yang mulia.
Dengan pola yang diterapkan, kondisi yang membuat pendidikan terkoyak justeru mampu
diminimalkan oleh pendidikan madrasah.
Padahal, pendidikan nasional sedang mengumandangkan teriakan pendidikan karakter.
Tatkala madrasah mampu membantu negara dalam membangun karakter generasi, justeru
keberhasilannya tersebut dihargai pemerintah dengan larangan pemerintah daerah
memberikan bantuan kepada madrasah dari dana APBD. Sungguh negeri yang lucu akibat
dikelola oleh pembuat kebijakan yang lucu.
Sudah saatnya negeri ini meninggalkan tradisi yang aneh dan tidak cerdas menuju tradisi
yang semakin cerdas dan bernas. Apatah lagi bila kebijakan tersebut justeru bertentangan dan
paradoks dengan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa “berikanlah sebuah urusan kepada yang
ahlinya. Tatkala sebuah urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa
kehancurannya”.
Sudah begitu banyak kehancuran yang telah Allah perlihatkan di negeri ini akibat urusan
yang diserahkan pada orang yang tidak ahlinya.
Jangan ditambah lagi kehancuran baru akibat lontaran kebijakan yang menampakkan
ketidakcerdasan dan ketidakmampuan. Wa Allahua’lam bi al-shawwab.
Kebijakan Madrasah Era Otonomi

More Related Content

Similar to Kebijakan Madrasah Era Otonomi

LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANharjunode
 
Artikel pendidikan
Artikel  pendidikan Artikel  pendidikan
Artikel pendidikan Bang Zaenal
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy ameliaSiiPoppy
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy ameliaSiiPoppy
 
Bab i pengantar pendidikan pancasila
Bab i pengantar pendidikan pancasilaBab i pengantar pendidikan pancasila
Bab i pengantar pendidikan pancasilaSyaiful Ahdan
 
PAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdf
PAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdfPAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdf
PAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdfLiraAgustriani
 
Isu isu desentralisasi pendidikan
Isu isu desentralisasi pendidikanIsu isu desentralisasi pendidikan
Isu isu desentralisasi pendidikanAndy Wrx
 
Politik pendidikan
Politik pendidikanPolitik pendidikan
Politik pendidikanAntho jie
 
Sekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah AnakSekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah AnakLestari Moerdijat
 
Isu penambahbaikan sistem pendidikan Islam
Isu penambahbaikan sistem pendidikan IslamIsu penambahbaikan sistem pendidikan Islam
Isu penambahbaikan sistem pendidikan IslamMuhammad Syahir
 
Tugas Besar Pancasila Mini Project Citizen
Tugas Besar Pancasila Mini Project CitizenTugas Besar Pancasila Mini Project Citizen
Tugas Besar Pancasila Mini Project CitizenMuhammadHafizh375853
 
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...Nugroho Ariwibowo
 
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2ciyengaprilorenza
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...musniumar
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasilamusniumar
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANIDadang DjokoKaryanto
 

Similar to Kebijakan Madrasah Era Otonomi (20)

LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
 
Artikel pendidikan
Artikel  pendidikan Artikel  pendidikan
Artikel pendidikan
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy amelia
 
Poppy amelia
Poppy ameliaPoppy amelia
Poppy amelia
 
Bab i pengantar pendidikan pancasila
Bab i pengantar pendidikan pancasilaBab i pengantar pendidikan pancasila
Bab i pengantar pendidikan pancasila
 
PAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdf
PAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdfPAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdf
PAPER KWN, UAS, VERONIKA YUNI S. 152863.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Isu isu desentralisasi pendidikan
Isu isu desentralisasi pendidikanIsu isu desentralisasi pendidikan
Isu isu desentralisasi pendidikan
 
Politik pendidikan
Politik pendidikanPolitik pendidikan
Politik pendidikan
 
Sekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah AnakSekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
 
Isu penambahbaikan sistem pendidikan Islam
Isu penambahbaikan sistem pendidikan IslamIsu penambahbaikan sistem pendidikan Islam
Isu penambahbaikan sistem pendidikan Islam
 
jajal
jajaljajal
jajal
 
Tugas Besar Pancasila Mini Project Citizen
Tugas Besar Pancasila Mini Project CitizenTugas Besar Pancasila Mini Project Citizen
Tugas Besar Pancasila Mini Project Citizen
 
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhada...
 
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
 
Inovasi pendidikan smster 4 2012
Inovasi pendidikan smster 4 2012Inovasi pendidikan smster 4 2012
Inovasi pendidikan smster 4 2012
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
 
Ppt kel 2
Ppt kel 2Ppt kel 2
Ppt kel 2
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
 

More from Mas Yudi

Ad art pgri
Ad art pgriAd art pgri
Ad art pgriMas Yudi
 
Lirik lagu nasyid
Lirik lagu nasyidLirik lagu nasyid
Lirik lagu nasyidMas Yudi
 
(0031) pos un tahun 2015, 13 maret 2015
(0031)  pos un tahun 2015, 13 maret  2015(0031)  pos un tahun 2015, 13 maret  2015
(0031) pos un tahun 2015, 13 maret 2015Mas Yudi
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learningMas Yudi
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaranMas Yudi
 
Instrumen supervisi-akademik
Instrumen supervisi-akademikInstrumen supervisi-akademik
Instrumen supervisi-akademikMas Yudi
 
Kebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKAN
Kebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKANKebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKAN
Kebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKANMas Yudi
 

More from Mas Yudi (7)

Ad art pgri
Ad art pgriAd art pgri
Ad art pgri
 
Lirik lagu nasyid
Lirik lagu nasyidLirik lagu nasyid
Lirik lagu nasyid
 
(0031) pos un tahun 2015, 13 maret 2015
(0031)  pos un tahun 2015, 13 maret  2015(0031)  pos un tahun 2015, 13 maret  2015
(0031) pos un tahun 2015, 13 maret 2015
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
Instrumen supervisi-akademik
Instrumen supervisi-akademikInstrumen supervisi-akademik
Instrumen supervisi-akademik
 
Kebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKAN
Kebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKANKebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKAN
Kebijakan madrasah tugas sumardi KEBIJAKAN
 

Recently uploaded

PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 

Recently uploaded (20)

PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 

Kebijakan Madrasah Era Otonomi

  • 1. TUGAS INDIVIDU KEBIJAKAN PENDIDIKAN MADRASAH PADA ERA OTONOMI DAERAH Oleh SUYUDI NIM : 1210246991 PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013
  • 2. KEBIJAKAN PENDIDIKAN MADRASAH PADA ERA OTONOMI DAERAH Secara substansi, negara menjamin atas terselenggaranya pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa mengenal sekolah umum atau sekolah agama (madrasah dan pesantren). Kedua bentuk lembaga pendidikan tersebut diakui keberadaannya dan dilindungi oleh undang-undang di NKRI. Artinya, dalam perundang-undangan yang lebih tinggi dari sekedar Permen, NKRI mengakui bahwa madrasah merupakan tanggung jawab negara. Ekses dari reformasi disamping melahirkan Sistem otonomi daerah juga melahirkan UUSPN No. 20 Tahun 2003, PP No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dan PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan. Lahirnya kebijakan hukum ini berdampak signifikan bagi keberadaan serta perkembangan madrasah. Tetapi pada tataran implementatifnya banyak terjadi diskriminatif terhadap keberadaan madrasah. Terpinggirnya madrasah dari persaingan sesungguhnya juga dikarenakan dua faktor, yaitu : 1. faktor internal: Pertama, meliputi manajemen madrasah yang pada umumnya belum mampu menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan berkualitas. Kedua, faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah. Ketiga, adalah faktor kepemimpinan, artinya tidak sedikit kepala-kepala madrasah yang tidak memiliki visi, dan misi. 2. Sedangkan faktor eksternal: pertama, adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap madrasah. kedua, dapat dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang madrasah selama ini lebih didominasi oleh pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional. madrasah tidak
  • 3. dianggap bagian dari sektor pendidikan, lantaran urusannya tidak di bawah Kemendiknas. Faktor ketiga, adalah adanya diskriminasi masyarakat terhadap madrasah. Ada sebagian masyarakat selama ini memandang madrasah adalah pendidikan nomor dua dan merupakan alternatif terakhir setelah lembaga pendidikan di lingkungan Diknas. Kebijakan otonomi daerah yang cenderung diskriminatif terhadap madrasah disebabkan oleh beberapa faktor; Pertama, karena aturan perundang-undangan otonomi daerah yang dipahami secara sempit oleh pemerintahan daerah Kabupaten/Kota. Kedua, kurangnya koordinasi antar lembaga-lembaga pemerintah daerah atau antar satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) baik koordinasi internal maupun eksternal dengan kementerian Agama yang membawahi pendidikan madrasah. Ketiga, faktor dominasi politik praktis yang seringkali mempengaruhi kebijakan daerah. Kebijakan Menteri dalam negeri yang keliru Permendagri No 39 tahun 2012 yang merupakan perubahan atas Permendagri No 32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari dana APBD, mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah dapat memberikan bantuan pendidikan pada madrasah apabila APBD mampu memberikan bantuan tersebut. Hal ini selaras dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2), serta UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara substansi, negara menjamin atas terselenggaranya pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa mengenal sekolah umum atau sekolah agama (madrasah dan pesantren). Kedua bentuk lembaga pendidikan tersebut diakui keberadaannya dan dilindungi oleh undang-undang di NKRI. Artinya, dalam perundang-undangan yang lebih tinggi dari sekedar Permen, NKRI mengakui bahwa madrasah merupakan tanggung jawab negara. Tatkala kemapanan tersebut terbangun sejak lama, di penghujung tahun 2012 dunia pendidikan madrasah digoyang melalui rencana pemerintah melalui kebijakan Menteri Dalam
  • 4. Negeri yang menginstruksikan agar pemerintah daerah tidak lagi memberikan bantuan kepada madrasah melalui dana APBD. Pernyataan Mendagri yang demikian sangat tidak popular dan sangat tidak bijak tersebut perlu dipertanyakan. Apakah pernyataan tersebut karena ketidaktahuannya atau ketidakmampuannya dalam memahami madrasah sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dengan perannya yang demikian besar bagi memajukan bangsa ini jauh sebelum Indonesia merdeka. Jika kebijakan ini dilakukan karena ketidaktahuan atau ketidakmampuannya dalam memahami persoalan, ada dua pilihan yang perlu dilakukannya, yaitu: Pertama, bertanya dengan ilmuwan yang ahli di bidangnya agar jangan keliru dalam membuat kebijakan. Kedua, mundur dari jabatan karena ketidakmampuannya. Hal ini justru lebih terpuji. Padahal, bila ditilik dari hasil Ujian Nasional (UN), kualitas lulusan madrasah mampu melampaui lulusan sekolah umum. Kebijakan yang menganaktirikan madrasah ini sangat menyinggung perasaan umat Islam di Indonesia. Ada beberapa persoalan yang muncul akibat kebijakan yang tidak populer ini, antara lain: Pertama, keberlangsungan madrasah yang sudah tertatih-tatih akan semakin terjerembab dalam ketidakmampuan finansial. Sebab, keberadaannya tidak memperoleh perhatian dari negara. Bila hal ini terjadi, berarti negara berada pada garis berseberangan dengan UUD 1945 dan UU 20/2003 tentang Sisdiknas. Padahal, bila ada peraturan yang bertentangan dengan UUD 1945, berarti peraturan tersebut dipertanyakan keabsahannya. Kedua, munculnya ketidakadilan. Sebab, tatkala peraturan pelarangan berlaku bagi madrasah, namun tidak bagi lembaga pendidikan keagamaan yang dikelola oleh umat lain. Dengan dalih bahwa hanya “madrasah” yang dilarang memperoleh bantuan dari dana APBD, maka lembaga pendidikan keagamaan yang tidak “madrasah” akan tetap memperoleh bantuan. Ketiga, hilangnya sejarah dan dinafikannya kontribusi madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan pribumi yang telah mencerdaskan ratusan ribu anak bangsa di negeri ini.
  • 5. Peraturan yang sarat dengan nuansa politis dan ketidakmampuan pembuat kebijakan ini menjadi isu yang hangat dibincangkan di media massa di penghujung tahun 2012, namun sepi aksi dari kalangan intelektual. Pemerintah perlu mengkaji ulang alasan larangan memberikan bantuan dari dana APBD kepada madrasah. Sebab, tatkala dunia pendidikan negeri ini terkoyak dengan banyaknya tawuran antarpelajar dan dekadensi moral, justru hal tersebut terjadi pada lembaga pendidikan di luar madrasah. Sedangkan melalui pola pendidikan dan kurikulum yang ditawarkan, madrasah mampu menanamkan akhlak terhadap siswanya dengan pendidikan karakter yang mulia. Dengan pola yang diterapkan, kondisi yang membuat pendidikan terkoyak justeru mampu diminimalkan oleh pendidikan madrasah. Padahal, pendidikan nasional sedang mengumandangkan teriakan pendidikan karakter. Tatkala madrasah mampu membantu negara dalam membangun karakter generasi, justeru keberhasilannya tersebut dihargai pemerintah dengan larangan pemerintah daerah memberikan bantuan kepada madrasah dari dana APBD. Sungguh negeri yang lucu akibat dikelola oleh pembuat kebijakan yang lucu. Sudah saatnya negeri ini meninggalkan tradisi yang aneh dan tidak cerdas menuju tradisi yang semakin cerdas dan bernas. Apatah lagi bila kebijakan tersebut justeru bertentangan dan paradoks dengan perundang-undangan yang lebih tinggi. Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa “berikanlah sebuah urusan kepada yang ahlinya. Tatkala sebuah urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. Sudah begitu banyak kehancuran yang telah Allah perlihatkan di negeri ini akibat urusan yang diserahkan pada orang yang tidak ahlinya. Jangan ditambah lagi kehancuran baru akibat lontaran kebijakan yang menampakkan ketidakcerdasan dan ketidakmampuan. Wa Allahua’lam bi al-shawwab.