1. KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kita
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Permasalahan Pendidikan di
Indonesia (Faktor Lingkungan Ekonomi adalah penyebab utama masalah pendidikan formal
utamanya pada jenjang Sekolah Menengah Atas)” sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar
Ilmu Pendidikan. Tak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Siswanto
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang telah membimbing
saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan makalah
ini.
Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca. Untuk itu, kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan dalam
penyusunan makalah untuk kedepannya.
Semarang, Juni 2013
Penyusun
2. BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa,
mendidik adalah kata kerja sedangkan pendidikan adalah kata benda. Jika kita mendidik, kita
melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang
mendidik di satu pihak dan dididik di lain pihak. Dengan kata lain, mendidik adalah suatu
kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang manusia atau lebih. Sehubungan
dengan hal itu, Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya
upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek),
dan tubuh anak. (Munib, Achmad: 2012)
Tahukah Anda faktor penyebab masalah pendidikan di Indonesia? Setiap orang pasti
pernah merasakan kekurangan uang dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing memiliki
pengalamannya sendiri. Tapi kekurangan uang di sini tidak sama artinya dengan kemiskinan.
Uang bisa menjadi tolok ukur akan kekayaan, sedangkan miskin bisa menjadi tolok ukur dari
ketidakkayaan alias kemiskinan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab masalah
pendidikan di Indonesia.
Kemiskinan juga menjadi sumber masalah bagi kehidupan sosial juga budaya.
Kemiskinan adalah sebuah situasi di mana kehidupan seseorang serba kekurangan. Bukan
lagi tak punya uang untuk membeli barang yang diinginkan tetapi memang tidak pernah
memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer sehari-harinya.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta relevansi pendidikan untuk menghadapi
tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Usaha untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut dilakukan melalui program
Wajib Belajar 9 Tahun. Program yang telah dimulai dari tahun 1994 tersebut berhasil
dituntaskan dengan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP mencapai 98,2% pada
tahun 2010.
Konsekuensi dari keberhasilan program Wajib Belajar 9 Tahun tersebut adalah
meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP yang harus ditampung oleh pendidikan menengah.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan atau PDSP, Kemdikbud (2011) menyatakan bahwa dari
4,2 juta lulusan SMP, hanya sekitar 3 juta yang melanjutkan ke Sekolah Menengah (SM) dan
sisanya sebesar 1,2 juta siswa tidak melanjutkan. Sementara pada waktu yang bersamaan
sekitar 159.805 siswa SM mengalami putus sekolah, yang sebagian besar disebabkan karena
alasan ketidakmampuan membayar biaya pendidikan. (Kemendikbud: 2013)
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, Pemerintah mencanangkan program
Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang dimulai pada tahun 2013. Salah satu tujuan
PMU adalah memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat terutama yang tidak
mampu secara ekonomi untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah.
Untuk mencapai tujuan PMU tersebut, pemerintah telah menyusun program Bantuan
Operasional Sekolah Menengah Atas (BOS SMA). Pada tahun 2013, telah disiapkan
3. anggaran sebesar 2,3 triliun rupiah yang akan disalurkan kepada SMA Negeri dan Swasta
diseluruh Indonesia. Tujuan digulirkannya program BOS SMA ini adalah membantu sekolah
memenuhi biaya operasional non personalia dan membantu siswa miskin memenuhi
kebutuhan biaya pendidikan dalam kerangka program PMU.
Rumusan Masalah
1. Apa faktor utama masalah pendidikan di Indonesia?
2. Apa itu program Bantuan Operasional Sekolah Menengah Atas (BOS SMA)?
3. Bagaimana BOS SMA bisa membantu anak-anak kurang mampu dalam hal finansial untuk
bisa mendapatkan pendidikan yang layak
4. BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor utama masalah pendidikan di Indonesia.
Tahukah Anda faktor penyebab masalah pendidikan di Indonesia? Setiap orang pasti
pernah merasakan kekurangan uang dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing memiliki
pengalamannya sendiri. Tapi kekurangan uang di sini tidak sama artinya dengan kemiskinan.
Uang bisa menjadi tolok ukur akan kekayaan, sedangkan miskin bisa menjadi tolok ukur dari
ketidakkayaan alias kemiskinan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab masalah
pendidikan di Indonesia. Kemiskinan juga menjadi sumber masalah bagi kehidupan sosial
juga budaya. Kemiskinan adalah sebuah situasi di mana kehidupan seseorang serba
kekurangan. Bukan lagi tak punya uang untuk membeli barang yang diinginkan tetapi
memang tidak pernah memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer sehariharinya.
Serba kekurangan ini juga menyebabkan kurangnya akses menuju pendidikan, kesehatan,
kemampuan membuat keputusan dan kekurangan lainnya. Karena akses ke berbagai bidang
serba kurang menyebabkan mereka yang berada dalam kemiskinan juga terkurung oleh
kebodohan. Ini adalah salah satu masalah pendidikan yang harus dicermati oleh pemerintah.
Masalah pendidikan ini bukan semata urusan pribadi melainkan masalah bersama, antara
rakyat dan para pemimpinnya. Kita semua tahu memerangi kemiskinan itu bukan dengan
mengirimkan uang tunai pada mereka yang miskin, melainkan dengan edukasi yang tepat
sehingga mereka mampu berpikir dan memutuskan pilihan yang lebih baik bagi hidupnya
sekarang. Pemberian dana tunai tidak akan pernah mengurangi jumlah angka kemiskinan.
Mereka tidak akan berpikir malah menjadi menikmati pemberian yang didapat dengan mudah
tanpa harus bekerja keras. Hal ini adalah masalah pendidikan yang utama bagi kemiskinan.
Mengurangi kemiskinan dengan memberikan pendidikan yang layak.
Kemiskinan sebagai Masalah Pendidikan. Ada beberapa hal yang membuat kemiskinan
menjadi faktor penting penyebab munculnya masalah pendidikan. Orang yang miskin belum
tentu bodoh. Mereka hanya berada dalam situasi lemah ekonomi sehingga menghalangi
keinginan mereka untuk bisa bersekolah dan mendapat pendidikan yang seharusnya. Orang
bodoh cenderung miskin, baik secara fisik ataupun mental. Secara fisik, mereka tidak
memiliki kemampuan atau keahlian tertentu yang berguna untuk hidupnya. Orang bodoh
biasanya berakar dari kemalasan. Mereka yang malas mencari tahu hal atau pengetahuan baru
berarti membiarkan diri mereka berada dalam lingkaran kebodohan. Tidak mengetahui
semaraknya dunia luar yang sangat berwarna. Hal-hal seperti ini berkaitan erat dengan
masalah pendidikan.
Masalah pendidikan seperti apa yang menjadi perhatian utama saat ini? Kemiskinan
adalah yang utama. Biaya pendidikan yang mahal sekarang ini menjadi penghalang bagi
rakyat miskin yang ingin mengecap pendidikan sama seperti mereka yang hidup
berkecukupan. Siapa yang mampu menyekolahkan anaknya jika untuk memenuhi kebutuhan
makan sehari-hari saja sulit. Pemerintah sudah seharusnya menganggarkan dana untuk
pendidikan lebih besar dari sebelumnya. Dan dana itu disalurkan secara jujur dan benar
kepada pihak yang berhak. Ada banyak anak dari keluarga miskin yang memiliki kecerdasan
di atas rata-rata namun mereka terpaksa tidak bisa mengecap pendidikan di sekolah sampai
5. selesai karena harus membantu orangtua mencari nafkah. Miris sekali, melihat pemandangan
seperti ini. (Anneahira: 2012)
Di saat anak berbakat yang bisa mengharumkan nama negara seharusnya bersekolah
dengan layak, di sisi lain anak yang berasal dari keluarga mampu malah menyia-nyiakan
kesempatan yang dia miliki dengan berhura-hura dan melupakan pelajaran. Masalah seperti
ini termasuk dalam masalah pendidikan yang harus diperhatikan dengan seksama oleh
banyak pihak. Pemerintah sudah seharusnya memberi beasiswa bagi anak cerdas yang berasal
dari keluarga tidak mampu. Mereka berhak mengecap pendidikan setinggi-tingginya.
Kesempatan, hanya itu yang diharapkan oleh mereka.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa orang miskin belum tentu bodoh tetapi
orang bodoh cenderung miskin. Kemiskinan membawa mereka pada ketidakberuntungan.
Orang yang mengetahui kondisi mereka seakan menganggap bahwa mereka bodoh dan tidak
mengerti apa pun, padahal sebenarnya hal itu salah besar. Masalah pendidikan yang layak
adalah satu isu yang kerapkali disuarakan oleh mereka, namun hingga saat ini sepertinya
pemerintah belum bisa memaksimalkan kekuatannya untuk memerangi masalah pendidikan
berupa kemiskinan dan memberikan pendidikan layak untuk orang miskin.
2. Program Bantuan Operasional Sekolah Menengah Atas (BOS SMA).
Tahun 2013 ini pemerintah resmi menggulirkan BOS SMA dan SMK. Berikut ini
diuraikan penjelasan BOS untuk SMA.
Pengertian:
BOS SMA adalah program Pemerintah berupa pemberian dana langsung ke SMA baik
Negeri maupun Swasta dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah dihitung
berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan; Dana
BOS SMA digunakan untuk membantu sekolah memenuhi biaya operasional non personalia;
BOS SMA memberikan dana untuk membantu sekolah memenuhi biaya operasional sekolah.
Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pengalokasian dana bantuan
operasional sekolah tersebut, sekolah diwajibkan untuk membebaskan (fee waive) dan/atau
membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar iuran sekolah dan biayabiaya untuk kegiatan ekstrakulikuler siswa; Jumlah siswa yang dibebaskan atau mendapat
keringanan biaya pendidikan menjadi kebijakan (diskresi) sekolah dengan
mempertimbangkan faktor jumlah siswa miskin yang ada, dana yang diterima dan besarnya
biaya sekolah.
Tujuan:
Mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan
masyarakat, sedangkan secara khusus bertujuan:
Membantu biaya operasional sekolah.
Mengurangi angka putus sekolah SMA.
Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) siswa SMA.
Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affirmative action) bagi siswa miskin di bidang
pendidikan SMA melalui membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee)
tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin.
6. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin SMA untuk
mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.
Pemanfaatan dana:
BOS SMA digunakan sekolah untuk membantu memenuhi kebutuhan biaya operasional
sekolah non personalia sesuai dengan Permendiknas No. 69 Tahun 2009, meliputi antara lain:
Pembelian / penggandaan buku teks pelajaran;
Pembelian alat tulis sekolah yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran;
Penggandaan soal dan penyediaan lembar jawaban siswa dalam kegiatan ulangan dan
ujian;
Pembelian peralatan pendidikan;
Pembelian bahan habis pakai;
Penyelenggaraan kegiatan pembinaan siswa/ekstrakulikuler;
Pemeliharaan dan perbaikan ringan sarana prasarana sekolah;
Langganan daya dan jasa lainnya;
Kegiatan penerimaan siswa baru;
Penyusunan dan pelaporan;
Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pengalokasian dana bantuan
operasional sekolah tersebut, sekolah diwajibkan untuk membebaskan (fee waive) dan/atau
membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar iuran sekolah dan biayabiaya untuk kegiatan ekstrakulikuler siswa
3. BOS SMA membantu anak-anak kurang mampu mendapatkan pendidikan.
Sebenarnya pendidikan itu tidak bisa diklaim bahwa jenjang tertentu lebih penting dari
jenjang lain: PAUD lebih penting dari SMA/MA atau SMP lebih penting dari SMA/MA.
Setiap jenjang memiliki peran tersendiri dalam membangun karakter siswa.
Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan Program Pendidikan Menengah Universal (PMU),
Kemdikbud meluncurkan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk SMA di
seluruh Indonesia. Program BOS SMA yang merupakan program utama (icon) PMU ini
diharapkan mampu membantu memenuhi biaya operasional sekolah dan memberikan layanan
pendidikan yang terjangkau dan bermutu terutama bagi siswa miskin.
BOS SMA adalah program Pemerintah berupa pemberian dana langsung ke sekolah
dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa
masing-masing sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan. Dana BOS SMA digunakan
untuk membantu sekolah memenuhi biaya operasional sekolah non personalia.
Diyakini BOS SMA sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin. Sekolah
diwajibkan untuk membebaskanbiaya sekolah 100% (fee waive) dan/atau siswa membayar
25%, 50%, atau 75% dari keseluruhan biaya sekolah yang dibebankan kepada siswa
miskin(discount fee). Jumlah siswa yang dibebaskan atau mendapat keringanan biaya
pendidikan menjadi kebijakan (diskresi) sekolah dengan mempertimbangkan faktor jumlah
siswa miskin yang ada, dana yang diterima dan besarnya biaya sekolah.Untuk tahun 2013,
satuan biaya (unit cost) program BOS SMA sebesar Rp. 560.000/siswa/tahun.
7. Dana sebesar ini idealnya digunakan untuk membuat proses pembelajaran berlangsung
secara kondusif. Apapun program yang dibuat mestinya membuat kenyamanan belajar siswa
dan guru. Dan untuk melaksanakan itu, kepala sekolah dan para guru harus memiliki jiwa
„peneliti‟ karena akan mencari informasi tentang „kebutuhan, keinginan, harapan, motivasi,
kekurangan‟ siswa dan guru secara komprehensif bukan main „agak-agak‟ seperti yang
disaran Brindley (1984) dalam melakukan „analisis kebutuhan‟ (need analysis).
Dana BOS yang berasal dari Pemerintah/APBN adalah dana bantuan yang diperuntukkan
bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar
sembilan tahun. Bantuan yang bertujuan meringankan beban masyarakat terhadap biaya
pendidikan siswa dalam rangka wajib belajar 9 tahun itu merupakan hak setiap siswa yang
disalurkan melalui sekolah untuk mendanai biaya operasional. Begitu besar arti dan
manfaatnya bagi dunia pendidikan, ternyata besar pula potensi kemungkinan kekurangan dan
kelemahannya.
Pentingnya program BOS SMA
Program BOS SMA merupakan salah satu program utama (icon) pemerintah yang
bertujuan mendukung keberhasilan program PMU yang dirintis pada tahun 2013. Seluruh
stakeholder pendidikan wajib memperhatikan pentingnya program BOS SMA yaitu:
1. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin untuk
mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu.
2. Merupakan sarana penting untuk meningkatkan akses layanan pendidikan menengah
yang terjangkau dan bermutu.
3. Mempersempit gap partisipasi sekolah antar kelompok penghasilan (kaya-miskin), dan
antar wilayah (kota-desa).
4. Menyediakan sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin putus sekolah
karena tidak mampu membayar iuran sekolah dan biaya ekstrakulikuler sekolah.
5. Mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah serta masyarakat yang
mampu, untuk memberikan subsidi kepada siswa miskin (subsidi silang).
Kemungkinan kelemahan dan kerugian dana BOS
Selain manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari dana BOS, terdapat kemungkinan
kelemahan dan kekurangannya. Penyebab utama dari kerugian dan kelemahan ini dapat
terjadi karena kelalaian dan kurangnya/lemahnya pengawasan dan tanggung jawab masingmasing pihak. Di bawah ini adalah rinciannya:
1. Pemerintah dan perencana kebijakan APBN harus “pusing” memikirkan dan
menyediakan pengalokasian dana BOS yang 20% dari keseluruhan APBN.
2. Ajang baru untuk mengembangkan tradisi nasional korupsi bagi kepala sekolah dan
pengurus BOS yang nakal. Misalnya markup dan biaya untuk hal-hal yang difiktifkan
3. Tambahan tugas ekstra bagi kepala sekolah dan guru yang dihunjuk/dipilih sebagai
pegurus BOS.
4. Kemungkinan munculnya profesi ganda (PNS-businesman) oknum pegawai UPTD/dinas
pendidikan yang nakal. Biasanya mengatasnamakan kedinasan dalam membuat kesepakatan
agar pihak sekolah order barang/jasa keperluan sekolah melalui mereka dengan harga yang
terbilang tidak murah
5. Kemungkinan prestasi belajar siswa menurun, Kenapa? Karena sebelum ada dana BOS,
siswa dipunguti biaya untuk biaya operasional sekolah. Karena uang tersebut adalah hasil
8. keringat orang tuanya maka siswa diwanti-wanti untuk belajar bersungguh-sungguh. Setiap
malam orang tuanya memastikan siswa mengulang pelajarannya di rumah. Setelah ada dana
BOS mungkin perlahan-lahan semangat belajar itu bisa berubah.
6. Siswa tidak merasa “memiliki” buku-buku dan penunjang pelajaran lainnya di sekolah,
karena diberikan secara gratis. Ini terlihat dari cepat rusaknya barang-barang tersebut
sebelum tahun pelajaran berakhir, bahkan ada yang hilang
7. Minimnya sosialisasi secara offline membuat masyarakat masih banyak yang bingung
tentang dana BOS.
Idealnya, sebelum sekolah mengelola dana ini mestinya melakukan: school review,
benchmarking, quality assurance dan quality control.
Pertama, School review: Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama
khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai
efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. School review dilakukan untuk mencari informasi
tentang keunggulan dan kekurangan sekolah secara komprehensif.
Kedua, Benchmarking: Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan
dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu,
kelompok ataupun lembaga. Sekolah membuat skala prioritas terhadap program yang akan
dilaksanakan
Ketiga, Quality assurance: Apapun hasil kinerja guru dan siswa harus berujung pada
reward and punishment. Yang selama ini terjadi adalah perlakuan yang sama terhadap sebuah
keberhasilan atau kegagalan. Hampir tidak ada beda antara guru yang berhasil dengan guru
yang gagal. Idealnya ada komitmen antara sekolah dan pengawas dsb dengan guru/siswa.
Kalau berhasil, maka guru akan diasuransi mendapatkan sesuatu (reward) dan kalau gagal
mendapatkan hukuman (punishment). Kalau ini dilakukan pastilah akan muncul motivasi
tinggi guru untuk berkreasi.
Keempat, Quality control: Tentu saja keberhasilan sebuah program akan tergantung pada
kontrol dari pihak yang berkompeten. Pengontrolan program dana BOS sekolah akan berhasil
bila disupervisi oleh „orang-orang‟ yang „berilmu tinggi‟ yang berani berdiskusi terbuka
dengan para guru. Disarankan supervisor bercirikan: (1) „orang‟ yang menguasai bidangnya,
„orang „berkeringat‟ mendapatkan ilmu itu, bukan orang „ditunjuk‟ oleh pihak atasan; (2)
berpangalaman menjadi guru, guru pada satuan pendidikan yang dievaluasi; (3)
„kemampuannya‟ minimal satu tingkat diatas guru. Ini bisa dilihat dari: (a) pangkat dan
golongan, minimal berpangkat satu „grid‟ diatas guru. Kalau guru berpangkat IV/a, assessor
mestinya minimal IV/b; (b) seberapa banyak PTK yang pernah dibuat; (c) seberapa banyak
KI dipublikasikan; dll.; (4) berani mengajak para guru berdiskusi terbuka tentang proses
pembelajaran.
Jadi inti dari program BOS harus disusun dan dibuat berdasarkan data (grounded theory)
bukan hanya hayalan belaka. Sekolah dalam menyusun program dibuat berdasarkan data hasil
penelitian pendahuluan (preliminary study) terhadap anak didiknya dalam rangka melakukan
analisis situasi (situasional analysis) terhadap sekolah untuk mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi implementasi program itu. (Guru Kelas.com: 2012)
9. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah finansial masyarakat menjadi masalah inti dalam pendidikan di Indonesia.
Dalam rangka pelaksanaan Program Pendidikan Menengah Universal (PMU), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
untuk SMA di seluruh Indonesia. Program BOS SMA yang merupakan program utama (icon)
PMU ini diharapkan mampu membantu memenuhi biaya operasional sekolah dan
memberikan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu terutama bagi siswa miskin.
BOS SMA adalah program Pemerintah berupa pemberian dana langsung ke sekolah
dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa
masing-masing sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan. Dana BOS SMA digunakan
untuk membantu sekolah memenuhi biaya operasional sekolah non personalia.
Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pengalokasian dana BOS SMA
tersebut, sekolah diwajibkan untuk membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount
fee) siswa miskin dari kewajiban membayar iuran sekolah dan biaya-biaya untuk kegiatan
ekstrakulikuler siswa. Jumlah siswa yang dibebaskan atau mendapat keringanan biaya
pendidikan menjadi kebijakan (diskresi) sekolah dengan mempertimbangkan faktor jumlah
siswa miskin yang ada, dana yang diterima dan besarnya biaya sekolah.
Pelaksanaan program BOS SMA mengikuti pedoman yang disusun oleh Pemerintah,
dengan mengutamakan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yaitu dilaksanakan
secara swakelola dan partisipatif, transparan, akuntabel, demokratis, efektif efisien, tertib
administrasi dan pelaporan, serta saling percaya.
10. DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Kemendikbud. 2013. Petunjuk Teknis BOS SMA 2013.
http://www.anneahira.com/masalah-pendidikan.htm
http://jambiupdate.com/artikel-bantuan-operasional-sekolah-bos-sma-untuk-siapa.html
http://www.gurukelas.com/2012/04/manfaat-dana-bos-dan-potensikerugiankelemahannya.html