Sistem ekonomi pada masa pemerintahan Rasulullah SAW didasarkan pada prinsip-prinsip Alquran. Rasulullah SAW mendirikan masjid, merehabilitasi Muhajirin, membuat konstitusi Madinah, menciptakan kedamaian, membangun jalur perdagangan dan pasar, serta memerintahkan pengeluaran zakat untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Sumber pendapatan utama negara berasal dari zakat dan ushur, sedangkan sumber
1. Sistem Perekonomian Pada masa Pemerintahan Rasulullah SAW
M Luthfi Abdurrasyid
Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia
Email : 16522192@students.uii.ac.id
1. PENDAHULUAN
Secara umum, ekonomi adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan
bagaimana proses dan cara memperoleh dan mendayagunakan produksi, distribusi, dan
konsumsi. Ekonomi berkaitan dengan perilaku manusia yang didasarkan pada landasan
serta prinsip-prinsip yang menjadi dasar acuan. Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi
ilmu pengetahuan modern baru yang muncul pada tahun 1970-an, akan tetapi pemikiran
tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu diturunkan melalui Nabi Muhammad
SAW. Rujukan atau landasan utama pemikiran ekonomi Islam adalah Al Qur’an dan hadits
( Yuyun, 2014).
Pemikiran ekonomi Islam muncul bersamaan dengan diturunkannya Al Qur’an dan
masa kehidupan Rasulullah pada akhir abad 6 M hingga awal abad 7 M.[1] Pelaksanaan
sistem ekonomi Islam telah ada dan dilaksanakan oleh Rasulullah SAW sebagai seorang
Rasul tauladan bagi umat muslim. Bahkan bangsa Arab telah terkenal sebagai bangsa
pedagang sebelum periode Rasulullah Saw (Yuyun, 2014).
Kegiatan Dakwah Rasulullah dalam mengembangkan Islam dapat dibagi menjadi
dua periode, yaitu periode Mekkah dan Periode Madinah. Dalam periode Mekkah, kegiatan
dakwah Rasulullah SAW banyak dihadapkan kepada tekanan kaum kafir quraisy dan
praktis selama perode Mekkah Rasulullah SAW tidak menjalankan peran sebagai
pemimpin negara. Peran Rasulullah sebagai pemimpin negara dimulai pada periode
Madinah. Dalam perode ini, Rasulullah menjalankan fungsinya sebagai seorang
negarawan, seperti kegiatan beliau dalam menata kehidupan sosial masyarakat, mengatur
tata perekonomian negara dan meningkatkan kemakmuran masyarakat sebagai warga
negara (Catatan Syamsuatir, 2015).
Kedatangan Rasulullah ke Madinah, yang sebelumnya bernama Yatsrib, seolah
mempertemukan dua hal yang saling membutuhkan. Rasulullah, selama di Mekkah, seolah
2. tidak menemukan lahan yang subur untuk mengembangkan dakwahnya. Sementara
sebelum kedatangan Rasulullah SAW, situasi kota Yatsrib sangat tidak menentu karena
tidak mempunyai pemimpin yang berdaulat secara penuh. Hukum dan pemerintahan di
kota ini tidak pernah berdiri dengan tegak dan masyarakat senantiasa hidup dalam
ketidakpastian. Aus dan Khazraj yang merupakan dua kabilah terbesar di kota Yatsrib
senantiasa terlibat dalam pertikaian untuk memperebutkan kekuasaan. Mereka juga
berjanji akan selalu menjaga keselamatan diri nabi dan para pengikutnya serta ikut
memelihara dan mengembangkan ajaran Islam (Catatan Syamsuatir, 2015).
Setelah diangkat sebagai kepala negara, Rasulullah Saw segera melakukan
perubahan drastis dalam menata kehidupan masyarakat Madinah. Hal utama yang
dilakukan Rasulullah Saw adalah membangun sebuah kehidupan sosial, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat, institusi, maupun pemerintahan, yang bersih dari berbagai tradisi,
ritual, dan norma yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. Seluruh aspek kehidupan
masyarakat disusun berdasarkan nilai-nilai Qur’ani, seperti persaudaraan, persamaan,
kebebasan dan keadilan (Bahrul Ulum, 2015).
2. MASA KEPEMIMPINAN
Madinah merupakan negara yang baru terbentuk yang tidak memiliki harta warisan
sedikit pun. Hal ini merupakan implikasi nyata dari kehidupan masyarakat Madinah di
masa lalu yang selalu dihiasi oleh berbagai peperangan antar suku yang tidak pernah
berhenti, hingga Islam hadir di tengah-tengah mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kondisi masyarakat Madinah masih sangat tidak menentu dan memprihatinkan yang
mengindikasikan bahwa negara tidak dapat dimobilisasi dalam waktu dekat. Oleh karena
itu, Rasulullah harus memikirkan jalan untuk mengubah keadaan secara perlahan-lahan
dengan mengatasi berbagai masalah utama tanpa tergantung pada faktor keuangan (Bahrul
Ulum, 2015). Dalam hal ini, strategi yang dilakukan oleh Rasulullah adalah dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membangun Masjid
Setibanya di kota Madinah, tugas pertama yang dilakukan oleh Rasulullah adalah
mendirikan masjid yang merupakan asas utama dan terpenting dalam pembentukan
3. masyarakat muslim. Tanah yang digunakan untuk membangun masjid diperoleh
dari sumbangan Abu Bakar r.a yang membeli tanah milik dua anak yatim piatu
seharga sepuluh dinar selain sebagai tempat ibadah masjid yang kemudian dikenal
sebagai masjid Nabawi ini juga berfungsi sebagai Islami Centre. Rasulullah
menyadari bahwa komitmen terhadap sistem akidah dan tatanan Islam baru akan
tumbuh dan berkembang dari kehidupan sosial yang dijiwai oleh semangat yang
lahir dari aktivitas masjid kaum muslim akan sering bertemu dan berkomunikasi
sehingga tali ukhuwwah dan mahabah semakin terjalin kuat dan kokoh Rasul juga
menyadari bahwa kegiatan ekonomi merupakan bagian yang tidak boleh diabaikan
(Samsul, 2016).
b. Merehabilitasi Muhajirin Mekkah di Madinah
Tugas kedua Rasulullah adalah memecahkan permasalahan Muhajirin (pengungsi
dari Mekkah) yang hanya membawa sedikit persediaan baik yang sudah tiba di
Madinah maupun yang masih dalam perjalanan. Mata pencaharian mereka yang
bergantung pada bidang pertanian dan tidak ada bantuan keuangan namun
Rasulullah dapat menyelesaikannya dengan cara baru beliau menanamkan tali
persaudaraan antara individu-individu dari kelompok Anshar dari Madinah dengan
Muhajirin. Persaudaraan yang ditegakkan oleh Rasulullah saw diantara para
sahabatnya tersebut bukan sekedar syiar yang diucapkan tetapi merupakan
kenyataan yang terlihat dalam realitas kehidupan dan menyangkut segala bentuk
hubungan yang berlangsung antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar (Samsul,
2016).
c. Membuat Konstitusi Negara
Tugas berikutnya yang dilakukan Rasulullah saw adalah menyusun konstitusi
negara yang menyatakan tentang Kedaulatan Madinah ini, pemerintah menegaskan
bahwa setiap orang dilarang melakukan berbagai aktifitas yang dapat mengganggu
stabilitas kehidupan manusia dan alam. Rasul saw menekankan perlunya toleransi
terhadap penganut agama lain, kebebasan untuk beribadah, perlindungan terhadap
tempat-tempat ibadah dan perlakuan yang sama di depan hukum. Pada tingkatan
ini, yang dilakukan oleh Rasul adalah bagaimana membangun sebuah sistem di
4. Madinah, sebagai upaya perlembagaan masyarakat dalam sebuah institusi yang
lebih formal, yaitu negara (Nurjanah, 2014).
d. Menciptakan Kedamaian dalam Negara
Untuk kedamaian dalam negeri, Madinah dinyatakan sebagai tempat anti
pelanggaran, “di antara kedua Harrahs-nya (daerah pegunungan berapi di sekitar
Madinah), padang rumput tidak boleh dipotong, pepohonannya tidak boleh
ditebang, dan tidak diperbolehkan membawa masuk senjata untuk perkelahian,
kekerasan, ataupun peperangan (Nurjanah, 2014).
e. Membuat Jalur perdagangan
Nabi Muhammad SAW, beserta umat Islam juga membangun jembatan-jembatan
yang menghubungkan lembah yang satu dengan lembah lainnnya. Dengan
demikian, masyarakat setempat dapat berhubungan dengan masyarakat dari lembah
yang berbeda (Zudi, 2013).
f. Mendirikan Pasar
Mengetahui bahwa pasar di Madinah dikuasai orang-orang Yahudi, dan mereka
berusaha untuk menghalangi terhadap masuknya para pedagang Muslim, maka
Rasulullah pun merespon dengan segera membangun pasar baru. Maka terjadilah
proses perubahan penguasaan asset-aset ekonomi dari kaum Yahudi kepada kaum
Muslimin. Meski demikian, pasar kaum Muslimin ini terbuka bagi siapa saja. Tidak
bisa seseorang melakukan monopoli dan praktek-praktek yang merugikan lainnya
(Zudi, 2013).
g. Memerintahkan mengeluarkan zakat
Pada tahun kedua hijriyah, Allah SWT mewajibkan kaum Muslimin menuna ikan
zakat fitrah pada setiap bulan Ramadhan. Besar zakat ini adalah satu sha’ kurma,
tepung, keju lembut, atau kismis; atau setengah sha’ gandum, untuk setiap Muslim,
baik budak atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan, muda atau tua, serta
dibayarkan sebelum pelaksanaan shalat ‘Id. Setelah kondidi perekonomian kaum
muslimin stabil, tahap selanjutnya Allah SWT mewajibkan zakat mal (harta) pada
tahun ke 9 H (Zudi, 2013).
5. 1. Sistem Ekonomi
Seperti di Madinah merupakan negara yang baru terbentuk dengan kemampuan daya
mobilitas yang sangat rendah dari sisi ekonomi.Oleh karena itu,peletakan dasar-dasar
sistem keuangan negara yang di lakukan oleh Rasulallah Saw.merupakan langkah yang
sangat signifikan,sekaligus berlian dan spektakuler pada masa itu,sehingga Islam
sebagai ssebuah agama dan negara dapat brkembang dengan pesat dalam jangka waktu
yang relatif singkat. Sistem ekonomi yag di terapkan oleh Rasulallah Saw.berakar dari
prinsip-prinsip Qur’ani.Alqur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam telah
menetapkan berbagai aturan sebagai hidayah(petunjuk)bagi umat manusia dalam
aktivitas di setiap aspek kehidupannya,termasuk di bidang ekonomi.Prinsip Islam yang
paling mendasar adalah kekuasan tertinggi hanya milik Allah semata dan manusia
diciptakan sebagai khalifah-Nya di muka bumi, Dalam pandangan Islam,kehidupan
manusia tidak bisa di pisahkan menjdai kehidupan ruhiyah dan jasmaniyah,melainkan
sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan,bahkan setelah kehidupan
dunia ini,Dengan kata lain,Islam tidak mengenal kehidupan yang hanya memikirkan
materi duniawi tanpa memikirkan kehidupan akhirat (Farida, 2013).
2. Sistem keuangan dan pajak
Pada tahun-tahun awal sejak dideklarasikan sebagai sebuah negara, Madinah hampir
tidak memiliki sumber pemasukan ataupun pengeluaran negara. Seluruh tugas negara
dilaksanakan kaum musimin secara bergotong royong dan sukarela. Mereka
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya sendiri. Mereka memperoleh
pendapatan dari bebagai sumber yang tidak terikat (Ilmu Syariah, 2011).
Tidak hanya masa sekarang saja adanya sumber anggaran negara semisal pajak,
zakat, kharaj dsb tetapi di Madinah juga pada masa rasulullah sudah ada yang
namanya sumber anggaran pendapatan negara semisal pajak, zaka, kharaj dsb.
Pajak (dharibah) itu sebenarnya merupakan harta yang di fardhukan oleh Alloh
kepada kaum muslimin dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Dimana Alloh
telah menjadikan seorang imam sebagai pemimpin bagi mereka yang bisa
mengambil harta dan menafkahkannya sesuai dengan objek-obyek tertentu. Dalam
mewajibkan pajak tidak mengenal bertambahnya kekayaan dan larangan tidak
boleh kaya dan untuk mengumpulkan pajak tidak akan memperhatikan ekonomi
6. apapun. Namun pajak tersebut dipungut semata berdasarkan standar cukup. Tidak
hanya harta yang ada di baitul mal, untuk memenuhi seluruh keperluan yang
dibutuhkan sehingga pajak tersebut di pungut berdasarkan kadar kebutuhan belanja
negara (Ilmu Syariah, 2011).
3. Sumber pendapatan primer dan sekunder
Sumber pendapatan primer merupakan pendapatan utama bagi Negara dimasa
Rasulullah Saw adalah zakat dan ushur[3]. Keduanya berbeda dengan pajak dan tidak
diperlakukan seperti pajak. Zakat dan ushur merupakan kewajiban agama dan termasuk
salah satu pilar Islam. Dan pengeluaran untuk zakat tidak dapat dibelanjakan untuk
pengeluaran umum Negara. Lebih jauh lagi, zakat secara fundamental adalah pajak
lokal. Dalam hadist Bukhori disebutkan, Rasulullah Saw berkata kepada muadz, ketika
ia mengirimnya ke Yaman sebagai pengumpul dan pemberi zakat. “katakanlah kepada
mereka (penduduk Yaman) bahwa Allah telah mewajibkan mereka untuk membayar
zakat yang akan diambil dari orang kaya diantara mereka, dan memberikannya kepada
orang miskin diantara mereka”. Demikianlah bahwa, pemerintah pusat berhak
menerima keuntungan hanya bila terjadi surplus yang tidak dapat didistribusukan lagi
kepada orang-orang yang berhak. Pencatatan seluruh penerimaan Negara pada masa
Rasulullah tidak ada. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan pada pengumpul
zakat, karena setiap orang pada umumnya telah terlatih dalam masalah pengumpulan
zakat (Ekonomi Dunia Islam, 2013).
Sumber pendapatan sekunder sebagai berikut:
a. Uang tebusan untuk para tawanan perang (hanya khusus pada perang Badar, pada
perang lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang).
b. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukkan kota Makkah, untuk pembayaran uang
pembebesan kaum muslimin dari Judhaima atau sebelum pertempuran hawazin
sebesar 30.000 dirham ( 20.000 dirham menurut bukhari) dari Abdullah bin Rabi’ah
dan meminjam beberapa pakaian dan hewan tunggangan dari Sofyan bin Umaiyah.
c. Khums atas rikaz (harta karun temuan pada periode sebelum Islam).
d. Amwal fadhilah yaitu harta yang berasal dari harta benda kaum muslin yang
meninggal tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang
meninggalkan negerinya.
7. e. Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan oleh seorang muslim untuk
kepentingan agama Allah dan pendapatannya disimpan di Bitul mal.
f. Nawaib adalah pajak khusus yang dibebankan kaum muslimin yang kaya raya
dalam rangka menutupi pengeluaran Negara selama masa darurat.
g. Jizyah yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non muslim.
h. Kharaj, yaitu pajak tanah yang dipunggut dari kaum non muslim ketika wilayah
khaibar ditaklukkan.
i. Zakat fitrah, zakat yang ditarik dibulan Ramadhan dan dibagikan sebelum sholat
idul fitri.
j. Shadaqah, seperti kurban dan kaffarat. Kaffarat adalah denda atas kesalahan yang
dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu dimusin haji.
k. Ghanimah, harta rampasan perang atas musuh yang kalah.
l. Fay’, harta yang ditinggalkan oleh pemiliknya tanpa peperangan.
4. Lembaga Keuangan Negara (Baitul Maal).
Lima abad yang lampau tidak ada konsep yang jelas mengenai cara mengurus keuangan
dan kekayaan Negara dibelahan dunia manapun. Pemerintah suatu Negara adalah
badan yang dipercaya untuk menjadi pengurus tunggal kekayaan Negara dan
keuangannya. Rasulullah adalah kepala Negara pertama yang memperkenalkan konsep
keuangan Negara diabad ke-7, yaitu semua hasil pengumpulan Negara harus
dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudiaan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan
Negara. Hasil pengumpulan itu adalah milik Negara bukan milik individu. Dan tempat
pengumpulan ini disebut Baitu maal atau bendahara Negara (Ekonomi Dunia Islam,
2013).
Semasa Rasulullah masih hidup, masjid Nabawi digunakan sebagai kantor pusat
Negara sekaligus menjadi tempat tinggalnya dan Baitul Maal. Namun binatang-
binatang tidak bisa disimpan di Baitul Maal, akan tetapi ditempatkan di padang terbuka
sesuai dengan alamnya. Pemasukan yang diterima Negara disimpan dimasjid dalam
jangka waktu yang singkat, dan kemudian didistribusikan kepada masyarakat yang
membutuhkan tanpa ada sisa. Dalam buku-buku budaya dan sejarah terdapat 40 nama
sahabat yang biasa dikatakan dalam istilah modern disebut pegawai Rasulullah, namun
8. tidak disebutkan adanya seorang bendahara Negara. Karena hal ini hanya
dimungkinkan terjadi didalam lingkungan yang memiliki pengawasan yang ketat
(Ekonomi Dunia Islam, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Yuyun Yus Yunigar. 2014. Sistem Perekonomian pada masa Rasulullah SAW. 26 September
2014. http://yuyunyusyunigar.blogspot.co.id/2014/09/sistem-ekonomian-pada-masa-
rasulullah.html
Catatan Syamsuatir. 2015. Perekonomian pada masa Rasulullah dan Al-Khulafa Al-Rasyidin. 02
Maret 2015. http://catatansyamsuatir.blogspot.co.id/2015/03/perekonomian-pada-masa-
rasulullah-dan.html
Bahrul Ulum. 2015. Sistem Ekonomi pada masa Rasulullah SAW. 24 Februari 2015.
http://ilmudanalquran.blogspot.co.id/2015/02/sistem-ekonomi-pada-masa-rasulullah-saw.html
Riwayat. 2008. Kepemimpinan Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Shiddiq. 03 April 2008.
https://riwayat.wordpress.com/2008/04/03/kepemimpinan-rasulullah-saw-dan-abu-bakar-
shiddiq-ra/
Samsul. 2016. Makalah ekonomi masa Rasulullah. 01 Mei 2016.
http://jurnalekonomisamsul.blogspot.co.id/2016/05/makalah-ekonomi-masa-rasulullah.html
Nurjanah. 2014. Konsep ekonomi Islam masa Nabi Muhammad SAW. 03 Juni 2014.
http://nurjanahlia.blogspot.co.id/2014/06/konsep-ekonomi-islam-masa-nabi-muhammad.html
9. Zudi. 2013. Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW Periode Madinah. 12 Mei 2013.
http://zudi-pranata.blogspot.co.id/2013/05/memahami-sejarah-nabi-muhammad-saw.html
Chery. 2011. Makalah sejarah pemikiran ekonomi islam pada masa Rasulullah dan
Khulafaurrasyidin. 08 Desember 2011. http://chimoettttt-
economicislam.blogspot.co.id/2011/12/makalah-sejarah-pemikiran-ekonomi-islam.html
Farida. 2013. Sejarah pemikiran ekonomi islam pada masa Rasulullah. 16 Februari 2013.
https://faridafauziyah.wordpress.com/2013/02/16/sejarah-pemikiran-ekonomi-islam-pada-masa-
rasulullah/
Ilmu Syariah. 2011. Sistem Keuangan Pada Masa Rasulullah. 08 Desember 2011. http://jasri-
muslim.blogspot.co.id/2011/12/sistem-keuangan-pada-masa-rasulullah.html
Ekonomi Dunia Islam. 2013. Sumber Keuangan dalam Ekonomi Islam. 04 Februari 2013.
http://ekonomiduniaislam.blogspot.co.id/2013/02/sumber-keuangan-dalam-ekonomi-islam.html