2. Analisis Struktural Puisi
Makna di dalam sajak (puisi) ditentukan dari
koherensi unsur-unsurnya.
Analisis yang melihat bahwa unsur-unsur
struktur sajak saling berhubungan erat, saling
menentukan artinya analisis struktural
Analisis yang melihat struktur tanda-tanda
yang bermakna dan bersistem analisis
semiotik
Analisis dengan melihat hubungan
antarteksnya dengan sajak yang terbit
sebelumnya, yang menunjukkan adanya
hubungan antar teks analisis intertekstual
3. Analisis Struktural
Sajak adalah sebuah struktur. Terdiri dari
susunan unsur yang bersistem, yang antar
unsurnya terjadi hubungan yang timbal-balik,
saling menentukan.
Tiap unsur mempunyai fungsi tertentu berdasarkan
aturan dalam struktur itu dan mempunyai fungsi
tertentu berdasarkan letaknya dalam struktur.
4. Ide dasar strukturalisme
Ide kesatuan
• Struktur merupakan kesatuan yang bulat, bagian
yang menyusunnya tidak dapat berdiri sendiri di
luar struktur
Ide transformasi
• Struktur mampu melakukan prosedur
transformasional
Ide pengaturan diri sendiri
• Struktur tidak membutuhkan bantuan dari luar
untuk mensahkan prosedur transformasinya.
5. Analisis struktur sajak
Analisis sajak ke dalam unsur-
unsurnya dan fungsinya dalam
struktur sajak dan penguraian
bahwa tiap unsur mempunyai makna
hanya dalam kaitannya dengan
unsur lainnya, bahkan juga
berdasarkan letaknya dalam struktur
6. Analisis Semiotik
Bahasa sebagai medium karya sastra
merupakan sistem semiotik/ketandaan
(ketandaan yang mempunyai arti)
Lambang-lambang/tanda-tanda kebahasaan
itu berupa satuan-satuan bunyi yang
mempunyai arti dalam konvensi masyarakat.
Sistem tanda: semiotik
Ilmu yang mempelajari sistem tanda:
semiologi
8. Jenis-Jenis Tanda Menurut
Hubungan Petanda dan Penanda
• Hubungan antara penanda dan petanda
bersifat persamaan bentuk yang alamiah.
• Merupakan imitasi dari bentuk aslinya.
Ikon
• Menunjukkan hubungan alamiah antara
penanda dan petanda yang berhubungan
kausal
Indeks
• Tidak menunjukkan hubungan alamiah
antara penanda & petanda. Didasarkan
pada konvensi yang ada di masyarakat.
Simbol
9. Makna sajak tidak semata-mata dari arti
bahasanya, melainkan dari arti bahasa
dan suasana, perasaan, intensitas arti, arti
tambahan (konotasi), daya liris, pengertian
yang ditimbulkan tanda-tanda
kebahasaan/tanda-tanda lain yang
ditimbulkan konvensi sastra (tipografi,
enjambement, sajak, baris sajak, ulangan,
dll)
10. Model Pembacaan Semiotik
Pembacaan Heuristik
• Pembacaan berdasarkan
struktur kebahasaan atau
secara semiotik adalah
berdasarkan konvensi
sistem semiotik tingkat
pertama
• Pembacaan heuristik pada
puisi dapat dilakukan
dengan parafrase dengan
menggunakan bahasa yang
lebih logis (pemaknaan
yang sesuai dengan
sintaksis/tata bahasa)
Pembacaan Hermeneutik
• Pembacaan hermeneutik
adalah pembacaan yang
dilakukan secara berulang-
ulang (retroaktif) atau
berdasarkan sistem
semiotik tingkat kedua
(konvensi sastra)
• Pembacaan hermeneutik ini
berkaitan dengan konvensi
sastra yang memberikan
makna itu di antaranya
konvensi ketaklangsungan
ekspresi puisi
11. Hal ini mengisyaratkan bahwa Sistem tanda
pada puisi mempunyai makna berdasarkan
konvensi-konvensi sastra. Konvensi tersebut,
antara lain:
Konvensi kebahasaan (bahasa kiasan, sarana
retorika, dan gaya bahasa).
Konvensi yang menunjukkan ketaklangsungan
ekspresi puisi (penyimpangan arti,
penggantian arti, dan penciptaan arti).
Konvensi visual (bait, baris sajak,
enjambemen, rima, tipografi, dan homologue
(Jabrohim, 2003: 70).
13. Latar Belakang Sejarah dan Sosial
Budaya Sastra
Sebuah karya sastra tidak lepas dari
penulisnya.
Dalam menganalisis karya sastra tidak bisa
lepas dari latar belakang kemasyarakatan dan
budayanya.
Untuk dapat memberikan makna sepenuhnya
pada sebuah sajak, selain dianalisis
strukturalnya dan dihubungakan dengan
kerangka sejarahnya, maka analisis tidak bisa
lepas dari kerangka sosial budayanya (Teeuw)
14. Karya sastra mencerminkan
masyarakatnya. Sastrawan merupakan
anggota dari masyarakat, tidak bisa lepas
dari pengaruh sosial-budaya
masyarakatnya.
Latar sosial-budaya terwujud dalam tokoh
yang dikemukakan, sistem
kemasyarakatan, adat istiadat, pandangan
masyarakat, kesenian dan benda-benda
budaya yang terungkap dalam karya
sastra.
15. BAJANG-BAJANG
(OKA RUSMINI)
Kau tersenyum
Ada yang berubah pada tubuh
Dan bau perawan milikmu
Sang Dewi mulai mengisi bilik hati
Beratus petuah kutelan
Kubiarkan masuk tenggorokan
Dan mencoba merasa berarti
Canang, tipat dampul, dan beratus juta banten
Menisik kemahiran milikmu
Dan kau harus mengingat ragam itu
Metanding dengan bau aneh, wangi aneh
Kau bicara dengan alat itu untuk mengintip diri-Nya
Betara surya, betara bayu, betara…
Kau hafal semua itu
Khusyuk kau serahkan diri
Untuk bumi, untuk griya, untuk Tuniang
Untuk aji, untuk biang…
semuanya