SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
TINJAUAN PUSTAKA
Buah Duwet (Syzygium cumini)
Buah duwet merupakan buah dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae).
Buah ini memiliki nama ilmiah Syzygium cumini, yang juga memiliki sinonim
dengan Syzygium jambolanum, Eugenia cumini, atau Eugenia jambolana (BPPT
2005). Klasifikasi ilmiah buah duwet adalah:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium cumini
Buah duwet dikenal dengan beberapa nama, di Indonesia, seperti Juwet,
Jambu keling, Jamblang, dan Jambolan. Di India, duwet dikenal dengan Jambool
dan di Amerika dikenal sebagai Java plum.
Gambar 1 Buah duwet
Buah duwet berbentuk lonjong sampai bulat telur, sering agak bengkok.
Ukuran buah berkisar antara 1 hingga 5 cm, dengan kulit buah tipis, licin, dan
mengkilap. Warna buah yang telah matang adalah merah tua sampai ungu
kehitaman, kadang-kadang putih. Duwet sering tumbuh dalam gerombolan
besar. Daging buah berwarna putih, kuning kelabu, sampai agak merah ungu
5
dan hampir tak berbau. Buah duwet memiliki banyak sari buah dengan rasa
sepat masam sampai masam manis. Bentuk biji lonjong dan dapat berukuran
sampai 3,5 cm (BPPT 2005). Buah duwet berwarna hijau sebelum masak. Warna
hijau kemudian berubah menjadi merah, hingga pada akhirnya menjadi ungu
sampai hitam pada saat buah benar-benar masak.
BPPT (2005) menggambarkan bahwa tanaman buah duwet biasa
ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan jati. Duwet tumbuh di
dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Pohon dengan tinggi 10-20 m ini,
berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak. Daun tunggal,
tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat
telur terbalik, tepi rata, pertulangan menyirip, dan permukaan atasnya mengkilap.
Panjang daun 7-16 cm dengan lebar 5-9 cm dan berwarna hijau. Bunga tumbuh
di ketiak daun dan di ujung percabangan. Mahkota bunga berbentuk bulat telur
dengan banyak benang sari, berwarna putih, dan berbau harum. Pohon duwet
juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan
(misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind
break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.
Buah duwet biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga
kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah duwet yang masak
dicampurkan dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambah juga dengan
gula pasir, kemudian dikocok di dalam wadah tertutup sehingga lunak dan
berkurang rasa sepatnya. Selain dimakan segar, buah yang banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C ini, juga dapat dijadikan sari buah, jeli
atau minuman beralkohol.
Buah duwet mengandung berbagai zat gizi yang baik bagi tubuh. Zat-zat
yang bermanfaat dari buah duwet tidak hanya berasal dari daging buah,
melainkan juga berasal dari biji dan kulit buahnya. Salah satu manfaat buah
duwet adalah untuk mengurangi kerapuhan pembuluh darah kapiler penyebab
luka diabetes yang lama sembuhnya. Manfaat lain duwet adalah menjaga kadar
kolesterol darah tetap normal (Anonim 2010), mengobati asma, diare, dan nyeri
lambung (BPPT 2005).
Buah duwet memiliki berbagai manfaat kesehatan karena aktivitas
antioksidan yang tinggi. Sifat antioksidan buah berasal dari antosianin yang
menyebabkan warna ungu pada buah ini. Penelitian yang dilakukan oleh Sari et.
al. (2009) menunjukkan bahwa dalam 100 gram buah duwet segar mengandung
6
161 miligram antosianin (3430mg/100g kulit buah kering). Kandungan gizi dalam
setiap 100 gram buah duwet, ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi 100 gram buah duwet masak
Zat gizi
Kandungan gizi
Satuan Jumlah
Energi Kkal 60,00
Karbohidrat gram 15,56
Protein gram 0,72
Lemak gram 0,23
Air gram 83,13
Vitamin A IU 3,00
Vitamin B3 mg 0,26
Vitamin C mg 14,30
Kalsium mg 19,00
Zat besi mg 0,19
Fosfor mg 17,00
Magnesium mg 15,00
Kalium mg 79,00
Natrium mg 14,00
Sumber: USDA Nutrient database (2010)
Buah duwet, menurut BPPT (2005), selain mengandung zat gizi seperti
yang digambarkan di Tabel 1, mengandung minyak atsiri, fenol
(methylxanthoxylin), alkaloid (jambosine), asam organik, triterpenoid, resin yang
berwarna merah tua mengandung asam elagat dan tannin.
Kadar antosianin pada buah duwet dipengaruhi tingkat kematangan buah.
Lestario et. al. (2003) meneliti kandungan antosianin pada buah duwet yang
dibagi dalam tujuh tingkat kematangan, mulai buah berwarna hijau, hingga buah
berwarna hitam. Kandungan antosianin pada beberapa tingkat kematangan,
menurut penelitian Lestario et. al. (2003), ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kadar antosianin buah duwet pada beberapa tingkat kematangan
Tingkat kematangan
Antosianin
(mg/g buah kering beku)
Hijau 1,68±0,03
Hijau-merah 3,05±0,10
Merah muda 4,32±0,08
Merah 5,96±0,07
Ungu cerah 7,85±0,12
Ungu gelap 12,16±0,08
Hitam 29,39±0,36
Sumber: Lestario et. al. 2003
Penelitian Lestario et. al. (2003) menunjukkan bahwa kadar antosianin
pada buah duwet semakin tinggi sejalan dengan peningkatan kematangan buah.
Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna buah duwet yang semakin ungu
7
sejalan dengan semakin masaknya buah duwet. Seperti halnya kadar antosianin
yang semakin tinggi pada masing-masing tingkat kematangan buah duwet,
aktivitas antioksidan buah duwet juga meningkat seiring dengan kematangan
buah. Pada tingkat kematangan maksimal, aktivitas antioksidan buah duwet
hampir sama dengan tingkat aktivitas antioksidan sintetis BHT. Pada penelitian
Lestario et. al. (2003), peningkatan aktivitas antioksidan antosianin ditunjukkan
dengan penurunan tingkat oksidasi asam linoleat yang menghasilkan peroksida.
Tabel 3 menujukkan tingkat aktivitas antioksidan pada beberapa tingkat
kematangan buah duwet.
Tabel 3 Aktivitas antioksidan pada beberapa tingkat kematangan buah duwet
Tingkat kematangan
Aktivitas antioksidan
(% pencegahan oksidasi asam linoleat)
Hijau 29,68±0,59
Merah 47,81±0,54
Ungu 64,75±0,11
BHT 79,45±0,57
Sumber: Lestario et. al.2003
Antioksidan
Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, tubuh manusia tidak dapat
menghindari paparan radikal bebas atau oksidan yang membahayakan
kesehatan. Radikal bebas merupakan atom atau molekul dengan satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Komponen-komponen reaktif dan produknya
ini terbentuk melalui berbagai proses fisiologis dan biokimia seperti respirasi
mitokondria, aktifasi fagosit, maupun aktivitas oksidasi oleh enzim (Basu et.
al.1999).
Radikal bebas derivat oksigen dan prooksidan lain memiliki peranan
penting dalam pembentukan komponen esensial dan aktivasi biologis dari
komponen-komponen penting. Namun, di saat bersamaan, radikal bebas bersifat
toksik dan dapat menyebabkan kerusakan sel melalui oksidasi lipid, protein dan
DNA. Selain itu, fungsi sel imun juga dapat terganggu dengan adanya aktivitas
radikal bebas. Salah satu zat yang memperkecil bahaya dari radikal bebas
adalah antioksidan. Antioksidan mengganggu produksi radikal bebas atau
membantu inaktivasi radikal bebas saat terbentuk (Basu et. al. 1999).
Antioksidan dipercaya mampu menangkal oksidasi dari radikal bebas
yang dapat merusak komponen sel (Webb 2007) dan menyebabkan penyakit-
penyakit degeneratif (MacDougall et. al. 2002), seperti penyakit jantung koroner,
kanker, diabetes, katarak, dan arthritis. Barus (2007) juga menyebutkan peran
8
positif lain dari antioksidan untuk membantu sistem pertahanan tubuh bila ada
unsur pencetus penyakit memasuki dan menyerang tubuh.
Berbagai jenis protein dan enzim yang disintesis dalam tubuh dapat
memiliki fungsi antioksidan (Basu et. al. 1999). Begitu pula dengan beberapa
jenis vitamin dan mineral, seperti vitamin C, vitamin E, dan selenium, memiliki
fungsi antioksidan atau merupakan bagian yang penting dari sebuah sistem
antioksidan. Beberapa antioksidan lain tidak dinyatakan sebagai zat gizi esensial.
Namun, sekarang disadari bahwa zat-zat gizi yang awalnya bukan merupakan
zat gizi esensial namun memiliki aktivitas antioksidan dapat berperan dalam
menjaga kesehatan yang optimal dengan menurunkan tingkat oksidasi dari
radikal bebas. Beberapa antioksidan potensial pada makanan tidak dinyatakan
sebagai zat gizi esensial. Senyawa tersebut antara lain karotenoid, flavonoid,
fenol, dan polifenol (Webb 2007).
Senyawa-senyawa yang memberikan sifat antioksidan dapat digunakan
secara terpisah. Namun, sering kali senyawa-senyawa ini digunakan secara
bersamaan untuk memberikan perlindungan yang optimal (MacDougall et. al.
2002). Namun demikian, belum ada batasan yang pasti asupan harian senyawa
antioksidan untuk mencegah timbulnya penyakit (Basu et. al. 1999).
Senyawa Fenol
Senyawa fenol banyak ditemukan pada tanaman. Senyawa ini memiliki
cincin aromatis dengan satu atau dua buah gugus hidroksil (Basu et. al. 1999).
Pada tumbuhan, senyawa fenol berperan sebagai pertahanan terhadap
serangga. Sintesis senyawa fenol pada tumbuhan berhubungan dengan
serangan serangga, paparan sinar ultraviolet, dan pertumbuhan mikroorganisme.
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa fenol memiliki peran dalam mencegah
serangan serangga, oksidasi oleh cahaya, dan infeksi bakteri maupun jamur
(Asami et. al. 2003).
Salah satu kelompok senyawa fenol yang paling banyak ditemui adalah
flavonoid. Flavonoid berperan dalam memberikan rasa dan warna pada berbagai
buah dan sayuran. Di dalam tubuh, flavonoid dan senyawa fenol lainnya memiliki
berbagai manfaat biologis, termasuk antioksidan, antiinflamasi, menghambat
pertumbuhan mikroba, dan mencegah timbulnya tumor (Prior 2003). Senyawa
flavonoid dan asam fenolat, secara in vitro, terbukti berpotensi sebagai
antioksidan. Akan tetapi, terdapat kemungkinan sifat pro-oksidan pada senyawa
ini apabila berinteraksi dengan ion logam pada kondisi tertentu.
9
Senyawa flavonoid yang sering dijumpai meliputi katekin (sering dijumpai
dalam teh) dan anthosianidin yang sebagian besar merupakan pigmen warna
pada sayuran dan buah. Asupan harian flavonoid diperkirakan antara 20 mg
hingga 1 g (Basu et. al. 1999). Beberapa senyawa flavonoid dan asam fenolat
serta sumbernya antara lain: katekin (teh dan minuman anggur), flavonon (buah-
buahan sitrus), flavonol (bawang merah, buah zaitun, teh, minuman anggur, dan
apel), antosianidin (buah-buahan berwarna), dan asam kafeat (tomat, plum, ceri).
Salah satu komponen flavonoid yang paling umum terdapat pada tumbuh-
tumbuhan adalah antosianin, yang merupakan derivat dari antosianidin.
Antosianin
Antosianin merupakan komponen flavonoid yang paling umum terdapat
pada tumbuhan. Antosianin memiliki lima subkelas, yaitu peralgonidin, cyanidin,
peonidin, malvidin, dan delphinidin (Rein 2005). Antosianin merupakan pigmen
larut air yang menyebabkan warna merah, ungu, dan biru pada tanaman. Warna
yang berbeda ini dipengaruhi oleh pH dan interaksi antosianin dengan kelas
flavonoid lain yang tidak berwarna dalam tumbuhan (dikenal dengan co-
pigmentation). Antosianin merupakan derivat dari anthosianidin yang tidak
beraroma dan hampir tidak berasa. Antosianin terdiri dari dua struktur dasar
aglikon, satu atau lebih gugusan gula, dan terkadang juga memiliki gugusan asil
(MacDougall et. al. 2002). Bagian gula pada antosianin, biasanya berupa
glukosa, rhamnosa, xylosa, galaktosa, arabinosa, dan fruktosa (Ozela,
Stringheta, and Chauca 2007). Struktur kimia dasar pada lima sub kelas
antosianin ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Struktur kimia dasar antosianin
10
Pada tanaman bunga, warna merah cerah dan ungu merupakan cara
menarik serangga yang membantu penyerbukan. Pada tanaman buah, kulit buah
yang berwarna juga menarik perhatian serangga yang mungkin memakan buah
dan menyebarkan bijinya. Pada jaringan fotosintesis, antosianin berperan
sebagai tabir surya yang melindungi sel dari kerusakan dengan menyerap
cahaya ultraviolet. Antosianin terdapat pada daun muda yang berwarna merah,
pada daun saat musim panas, dan daun-daun hijau yang berubah merah pada
saat musim dingin. Prior (2003) menyebutkan bahwa antosianin memiliki manfaat
antioksidan dengan berperan sebagai donor elektron atau transfer atom hidrogen
pada radikal bebas.
Antosianin merupakan kelas flavonoid yang paling umum pada tanaman.
Sumber antosianin yang biasa digunakan dalam industri biasanya adalah
anggur, elderberry dan blackcurrant. Kadar antosianin dalam buah dapat berkisar
antara 0,25 mg hingga 500 mg per 100 gram buah segar (Prior 2003).
MacDougall et. al. (2002) menyebutkan beberapa sumber lain yang belakangan
digunakan, seperti kol merah dan wortel hitam. Dua komoditas ini, menurut
MacDougall et. al. (2002), memiliki antosianin yang lebih stabil terhadap pH dan
cahaya dibandingkan dengan sumber-sumber antosianin yang terlebih dahulu
digunakan. Kandungan antosianin pada beberapa jenis buah dan sayur
ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan antosianin pada beberapa jenis buah dan sayur
Bahan Pangan
Antosianin
(mg/100g)
Marion Blackberry 317
[1]
Strawberry 97
[2]
Raspberry 365
[2]
Blueberry 365
[2]
Cherry 177
[2]
Duwet 161
[3]
Anggur merah 88
[4]
Kol ungu 355
[5]
Sumber:
[1]
Siriwoharn et. al (2004);
[2]
Hosseinian dan Beta (2007);
[3]
Sari et. al. (2009);
[4]
Munos-Espada et. al. (2004);
[5]
Kim
& Wampler (2009)
Antosianin, seperti halnya pigmen alami lainnya, memiliki stabilitas yang
rendah. Degradasi dapat terjadi selama ekstraksi, pemurnian, pengolahan, dan
penyimpanan pigmen. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin
antara lain struktur kimia pigmen, keasaman (pH), suhu, dan jenis pelarut. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Laleh et. al. (2006) menunjukkan bahwa
peningkatan pH, suhu, dan paparan cahaya dapat merusak molekul antosianin.
Salah satu karakteristik utama antosianin adalah perubahan warna yang
11
merespon adanya perubahan pH lingkungan. Warna dan stabilitas antosianin
pada larutan sangat tergantung pada pH. Antosianin paling stabil pada pH
rendah dan perlahan kehilangan warnanya seiring dengan peningkatan pH dan
menjadi hampir tak berwarna pada pH 4,0 sampai 5,0. Menurut Rein (2005),
antosianin lebih stabil pada larutan asam daripada pada larutan netral atau alkali.
Namun kehilangan warna dapat bersifat reversibel. Corak warna merah akan
kembali dengan adanya peningkatan derajat keasaman (Ozela, Stringheta, and
Chauca 2007).
Stabilitas antosianin juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Proses
pemanasan merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerusakan antosianin.
Rahmawati (2011) mengemukakan bahwa proses pemanasan terbaik untuk
mencegah kerusakan antosianin adalah pemanasan pada suhu tinggi dalam
jangka waktu pendek (High Temperature Short Time). Paparan cahaya juga
dapat memperbesar degradasi pada molekul antosianin. Penyebab utama
kehilangan pigmen warna berhubungan dengan hidrolisis antosianin (Ozela,
Stringheta, and Chauca 2007). Dalam penelitiannya, Ozela, Stringheta, and
Chauca (2007) menemukan bahwa pH juga memiliki pengaruh yang sangat
besar pada stabilitas antosianin baik pada keadaan ada atau tidak adanya
cahaya. Keberadaan oksigen dan interaksi dengan komponen lain seperti gula
dan asam askorbat juga mempengaruhi stabilitas antosianin.
Antosianin memiliki manfaat kesehatan bagi tubuh dan digunakan
sebagai komponen aktif dari beberapa produk kesehatan (MacDougall et. al.
2002). Manfaat tersebut, menurut Ozela, Stringheta, and Chauca (2007),
termasuk perlindungan terhadap kerusakan hati, penurunan tekanan darah,
peningkatan kemampuan penglihatan, zat anti peradangan dan antiseptik,
menghambat mutasi akibat mutagen yang berasal dari makanan yang dimasak,
dan menekan poliferasi sel kanker. Berbagai aktivitas fisiologis antosianin dapat
memberikan dampak yang signifikan dalam mencegah kanker, diabetes, serta
penyakit kardiovaskular dan syaraf. MacDougall et. al. (2002) juga menyebutkan
antosianin memiliki manfaat anti alergi dan antitrombotic.
Vitamin C
Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu vitamin larut air.
Vitamin C mempunyai efek multifungsi, tergantung pada kondisinya. Vitamin C
dapat berfungsi sebagai antioksidan, proantioksidan, pengikat logam, pereduksi
dan penangkap oksigen. Fungsi lain vitamin C yang penting adalah mendukung
12
penyerapan dan metabolisme zat besi (Bender 2003). Dalam bentuk larutan
yang mengandung logam, vitamin C bersifat sebagai proantioksidan dengan
mereduksi logam yang menjadi katalis aktif untuk oksidasi dalam tingkat keadaan
rendah. Bila tidak ada logam, vitamin C sangat efektif sebagai antioksidan pada
konsentrasi tinggi (Barus 2009). Vitamin C merupakan antioksidan kuat dalam
oksidasi LDL (Noroozi et. al. 1998) dan memegang peranan penting dalam
menurunkan oksidasi fosfolipid akibat radikal bebas. Pencegahan penyakit
jantung dengan konsumsi buah dan sayuran juga berkaitan dengan kandungan
vitamin C pada keduanya. Kandungan vitamin C setiap 100 g buah duwet adalah
14,3 mg (USDA 2010). Konsumsi 100 g buah duwet setiap hari mampu
memenuhi 16% kebutuhan vitamin C pria dewasa, 19% kebutuhan vitamin C
wanita dewasa, dan 35% kebutuhan vitamin C pada anak-anak.
Vitamin C tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia. Namun demikian,
tubuh sangat memerlukan vitamin C untuk membangun dan menjaga jaringan
yang kuat. Kebutuhan ini terutama untuk jaringan seperti jaringan tulang, sendi,
gigi, dentin, tendon, dan dinding kapiler. Sebagian besar protein yang terdapat
pada jaringan fibrosa adalah kolagen. Untuk membentuk kolagen, asam amino
prolin harus mengalami reaksi hidroksilasi menjadi hidroksiprolin. Reaksi ini
membutuhkan asam askorbat. Jika kebutuhan asam askorbat terpenuhi dengan
baik, kolagen dan jaringan yang terbentuk dari kolagen akan berkembang
dengan cepat (Nix 2005).
Kebutuhan tubuh seseorang terhadap vitamin C bervariasi dipengaruhi
beberapa hal, termasuk usia dan jenis kelamin. Faktor fisiologis seperti
kehamilan dan menyusui juga menambah kebutuhan vitamin C seseorang.
Berikut ini ditampilkan tabel yang memuat kecukupan vitamin C pada beberapa
kelompok usia pada keadaan normal.
Tabel 5 Angka kecukupan Vitamin C
Jenis Kelamin Usia
Angka Kecukupan
Vitamin C
(mg)
Anak
0-6 bl 40
7-12 bl 50
1-3 th 40
4-9 th 45
Laki-laki
10-12 th 50
13-15 th 75
>16 th 90
Perempuan
10-12 th 50
13-15 th 65
>16 th 75
Sumber: WKNPG 2004
13
Seperti vitamin larut air lainnya, kelebihan konsumsi vitamin C akan
dibuang dari tubuh melalui urin. Namun demikian, konsumsi vitamin C dalam
sangat banyak juga tidak disarankan. Batas paling tinggi konsumsi vitamin C
adalah 2000 mg per hari (Nix 2005). Konsumsi yang melebihi batas paling tinggi
menyulitkan kerja ginjal untuk mengeluarkannya bersama urin.
Kekurangan vitamin C dalam darah dapat menyebabkan beberapa
penyakit seperti: asma, kanker, diabetes, dan penyakit hati. Selain itu vitamin C
dapat memperkecil terbentuknya penyakit katarak dan penyakit mata (Barus
2009). Nix (2005) juga menyebutkan bahwa kekurangan vitamin C dapat
menyebabkan pendarahan pada jaringan, tulang, dan sendi. Tulang menjadi
mudah retak dan penyembuhan luka pun lebih lama.
Minuman Sari Buah Duwet
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau
penghancuran buah segar yang telah masak. Pada prinsipnya dikenal 2 (dua)
macam sari buah, yaitu:
1. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang
diperoleh dari pemerasan daging buah, dilanjutkan dengan
penambahan air dan gula pasir.
2. Sari buah pekat yaitu cairan yang dihasilkan dari pemerasan daging
buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara
pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan
dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung
diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup
dengan 5 bagian air) (Esti 2000).
Minuman sari buah duwet dibuat tanpa proses pemekatan. Oleh karena itu,
minuman sari buah duwet tergolong ke dalam sari buah encer.
Bahan Penyusun Minuman Sari Buah Duwet
Minuman sari buah duwet dibuat dengan bahan utama buah duwet
masak berwarna ungu gelap. Selain buah duwet masak sebagai bahan utama,
bahan lain yang digunakan adalah sukrosa, garam, asam sitrat, dan natrium
benzoat.
Sukrosa. Sukrosa atau sakarosa disebut juga sebagai gula tebu. Dalam
bahan pangan, sukrosa diperoleh dari gula pasir dan gula merah. Secara
komersial, gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi
sedangkan gula merah dibuat melalui proses penyulingan yang tidak sempurna.
14
Pada pembuatan sirup, sebagian sukrosa akan terpecah menjadi glukosa dan
fruktosa (Almatsier 2001). Pembuatan minuman sari buah duwet menggunakan
sukrosa yang berasal dari gula pasir. Selain sebagai pemanis, sukrosa
digunakan karena memiliki fungsi pengawet karena menghambat pertumbuhan
bakteri dengan pemakaian minimal 3 persen (Esti 2000).
Garam. Garam dapur (NaCl) dalam keadaan murni tidak berwarna, tetapi
kadang berwarna kuning kecoklatan yang berasal dari kotoran di dalamnya.
Garam dapur dapat diperoleh dari air laut. Kandungan garam dapur dalam air
laut sekitar 3 persen (Esti 2000).
Asam sitrat. Asam sitrat (C6H8O7) merupakan asam organik lemah yang
dapat ditemukan pada daun dan buah tumbuh-tumbuhan bergenus Citrus. Asam
sitrat berbentuk kristal atau serbuk putih, mudah larut dalam air, spirtus, dan
etanol. Asam sitrat tidak berbau dan memiliki rasa asam. Jika dipanaskan, asam
sitrat meleleh kemudian terurai dan selanjutnya terbakar hingga menjadi arang.
Asam sitrat memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan
bakteri, kapang dan jamur. Dalam jumlah molar yang sama, asam sitrat memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri, kapang,
dan jamur dibandingkan dengan asam laktat dan asam asetat. Asam sitrat dapat
digunakan pada produk susu, buah kering, jeli buah, minuman buah, dan selai.
Asam sitrat dapat juga digunakan sebagai pengontrol pH pada jus buah kaleng
dan flavor agent pada tuna kalengan. Asam sitrat ditemukan pada jaringan dalam
siklus Kreb. WHO/FAO tidak memberikan batasan asupan harian untuk asam
sitrat pada manusia (Fennema et. al. 2002).
Natrium Benzoat. Natrium benzoat merupakan bentuk asam benzoat
yang umum dipasarkan. Rumus kimia natrium benzoat adalah NaC6H5CO2.
Natrium benzoat terbentuk dari proses netralisasi asam benzoat oleh natrium
hidroksida. Bentuk fisik natrium benzoat berbentuk serbuk atau kristal putih,
halus, sedikit berbau, rasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi (300o
C)
akan meleleh lalu terbakar (Esti 2000). Natrium benzoat digunakan sebagai
bahan pengawet. FDA membatasi penggunaan bahan ini sebesar 0,1% berat
bahan makanan. Pada sari buah, penggunaan maksimal natrium benzoat adalah
1000 mg/L (Winarno 1992).
Mekanisme pengawetan oleh natrium benzoat yang diutarakan oleh
Krebs et. al. (1983) adalah dengan absorbsi asam benzoat ke dalam sel. Jika pH
15
intraseluler berubah menjadi lebih rendah dari lima, proses fermentasi aerob
pada glukosa akan menurun hingga 95%.
Pembuatan minuman sari buah duwet
Buah duwet yang digunakan pada pembuatan minuman sari buah ini
merupakan buah duwet matang dengan warna ungu gelap. Buah duwet
dipisahkan antara daging dan biji buahnya. Daging buah duwet kemudian
dihancurkan menghasilkan bubur buah duwet. Bubur buah dicampurkan dengan
9 bagian air. Sebelum ditambahkan pada bubur buah, terlebih dahulu air
dicampur dengan asam sitrat sebanyak 3 persen berat campuran air dan bubur
buah. Campuran air dan bubur buah kemudian ditambahkan gula pasir, garam,
dan natrium benzoat.
Hasil dari proses di atas menghasilkan minuman sari buah duwet. Sari
buah duwet dipasteurisasi pada suhu 72o
C selama 15 detik. Tahap terakhir,
minuman sari buah dikemas dalam gelas plastik dan segel plastik.
Pasteurisasi
Penanganan produk akhir mempengaruhi masa simpan produk. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk memperpanjang masa simpan adalah
pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan proses pemanasan yang digunakan untuk
memperpanjang umur simpan produk pangan dengan cara mengurangi jumlah
mikroorganisme dalam produk tanpa mempengaruhi sifat-sifat fisiko kimiawi dan
organoleptiknya. Karena proses ini tidak merusak seluruh mikroorganisme,
pengaruhnya bersifat sementara. Produk yang dipasteurisasi harus disimpan
dalam suhu dingin dan hanya untuk waktu yang pendek (Makfoeld et. al. 2006).
Teknik pasteurisasi, menurut Makfoeld (2006) dapat dilakukan dengan
kombinasi suhu dan waktu yang berbeda, yaitu.
1. Proses suhu tinggi waktu pendek (high temperature short time, HTST).
Pada proses ini, produk dipanaskan pada suhu 72-80o
C dalam waktu 15
detik.
2. Pasteurisasi suhu rendah yang dilakukan pada suhu 62o
C dalam waktu
30 menit.
Pembuatan minuman sari buah duwet menggunakan teknik pasteurisasi
HTST, dilakukan selama 15 detik pada suhu 72-80o
C. Sesuai hal yang
dikemukakan Rahmawati (2011) bahwa proses pemanasan terbaik untuk
mencegah kerusakan antosianin adalah pemanasan pada suhu tinggi dalam
jangka waktu pendek (High Temperature Short Time).
16
Uji Organoleptik
Uji inderawi telah berkembang sejak manusia memberikan penilaian
terhadap makanan, air, dan berbagai produk lain yang dapat digunakan atau
dikonsumsi. Perkembangan di dunia pemasaran mencetuskan uji inderawi yang
lebih bersifat formal. Seorang pembeli, dengan harapan sebagian kecil produk
mewakili seluruhnya, akan menguji sampel produk sebelum membelinya. Penjual
pun mulai memberikan harga produknya berdasarkan penilaian terhadap kualitas
produknya (Meilgaard, Civille, dan Carr 1999).
Literatur yang berkembang menggunakan istilah “Uji Organoleptik” untuk
menjelaskan penilaian objektif terhadap atribut inderawi. Walaupun pada
kenyataannya penilaian yang dilakukan seringkali subjektif. Atribut inderawi yang
dimaksud meliputi penampilan, aroma, konsistensi atau tekstur, dan rasa. Atribut
inderawi lain yang dapat disertakan adalah suara (noise) untuk mengukur
kerenyahan makanan (Meilgaard, Civille, dan Carr 1999).
Mutu produk pangan dapat sangat ditentukan oleh penilaian inderawi dari
konsumen. Uji organoleptik menggunakan indera manusia sebagai alat utama
untuk mengukur daya terima suatu produk. Uji ini dapat memberikan indikasi
kebusukan dan penurunan mutu dari produk (Nurhayati 2010).

More Related Content

What's hot

Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakFormulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakershahasan
 
15669 39958-1-pb
15669 39958-1-pb15669 39958-1-pb
15669 39958-1-pbraka42
 
Paper benalu muthi
Paper benalu muthiPaper benalu muthi
Paper benalu muthiKesuma Yudha
 
kuynit curcuma longa
kuynit curcuma longakuynit curcuma longa
kuynit curcuma longaraka42
 
Efek fisiologis sitokinin
Efek fisiologis sitokininEfek fisiologis sitokinin
Efek fisiologis sitokininPuan Habibah
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianZakiyul Mu'min
 

What's hot (9)

Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakFormulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
15669 39958-1-pb
15669 39958-1-pb15669 39958-1-pb
15669 39958-1-pb
 
Tugas tcm batra
Tugas tcm batraTugas tcm batra
Tugas tcm batra
 
M22 kelompok 7 hormon tumbuhan
M22 kelompok 7 hormon tumbuhanM22 kelompok 7 hormon tumbuhan
M22 kelompok 7 hormon tumbuhan
 
Paper benalu muthi
Paper benalu muthiPaper benalu muthi
Paper benalu muthi
 
kuynit curcuma longa
kuynit curcuma longakuynit curcuma longa
kuynit curcuma longa
 
Efek fisiologis sitokinin
Efek fisiologis sitokininEfek fisiologis sitokinin
Efek fisiologis sitokinin
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitian
 

Viewers also liked

I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaLailatul Rofiah
 
tugasbhsinggris
tugasbhsinggristugasbhsinggris
tugasbhsinggrispentolan
 
کاربرد آفت کش های غیر شیمیایی درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزی
کاربرد آفت کش های غیر شیمیایی  درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزیکاربرد آفت کش های غیر شیمیایی  درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزی
کاربرد آفت کش های غیر شیمیایی درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزیKimiasabzavar Co.
 
Notebook english V
Notebook english VNotebook english V
Notebook english VRudyOC
 
I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaLailatul Rofiah
 
To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...
To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...
To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...Jonah Aburrow-Jones
 
Curriculu vi
Curriculu viCurriculu vi
Curriculu vipentolan
 
شركت كيمياسبزآور و محصولات
شركت كيمياسبزآور و محصولاتشركت كيمياسبزآور و محصولات
شركت كيمياسبزآور و محصولاتKimiasabzavar Co.
 
US Coffee Inc, History
US Coffee Inc, HistoryUS Coffee Inc, History
US Coffee Inc, HistoryU.S. Coffee
 
Mỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốc
Mỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốcMỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốc
Mỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốcpatricia611
 
معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات
معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات
معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات Kimiasabzavar Co.
 
curiculum vitae
curiculum vitaecuriculum vitae
curiculum vitaepentolan
 
Curriculum v
Curriculum vCurriculum v
Curriculum vpentolan
 

Viewers also liked (20)

Jurnal reading
Jurnal readingJurnal reading
Jurnal reading
 
I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustaka
 
tugasbhsinggris
tugasbhsinggristugasbhsinggris
tugasbhsinggris
 
Relati
RelatiRelati
Relati
 
کاربرد آفت کش های غیر شیمیایی درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزی
کاربرد آفت کش های غیر شیمیایی  درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزیکاربرد آفت کش های غیر شیمیایی  درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزی
کاربرد آفت کش های غیر شیمیایی درکنترل آفات و بیماری های محصولات کشاورزی
 
biodata
biodatabiodata
biodata
 
Notebook english V
Notebook english VNotebook english V
Notebook english V
 
tugas
tugastugas
tugas
 
I12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustakaI12des bab ii tinjauan pustaka
I12des bab ii tinjauan pustaka
 
To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...
To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...
To have your cake and eat it: Planning for a future EHR while meeting today's...
 
Curriculu vi
Curriculu viCurriculu vi
Curriculu vi
 
شركت كيمياسبزآور و محصولات
شركت كيمياسبزآور و محصولاتشركت كيمياسبزآور و محصولات
شركت كيمياسبزآور و محصولات
 
US Coffee Inc, History
US Coffee Inc, HistoryUS Coffee Inc, History
US Coffee Inc, History
 
Mỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốc
Mỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốcMỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốc
Mỡ máu cao – có thể điều trị không cần thuốc
 
binggris
binggrisbinggris
binggris
 
wasdsd
wasdsdwasdsd
wasdsd
 
معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات
معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات
معرفي آفت كش هاي غير شيميايي و كشاورزي ارگانيك ، شركت كيمياسبزآور و محصولات
 
curiculum vitae
curiculum vitaecuriculum vitae
curiculum vitae
 
Curriculum v
Curriculum vCurriculum v
Curriculum v
 
Ppt nanda
Ppt nandaPpt nanda
Ppt nanda
 

Similar to I12des bab ii tinjauan pustaka

Similar to I12des bab ii tinjauan pustaka (20)

ppt kelompok 3 pangan funsional.pptx
ppt kelompok 3 pangan funsional.pptxppt kelompok 3 pangan funsional.pptx
ppt kelompok 3 pangan funsional.pptx
 
Sayur dan Buah
Sayur dan BuahSayur dan Buah
Sayur dan Buah
 
Seminar iptek
Seminar iptekSeminar iptek
Seminar iptek
 
Proposal penelitian husni
Proposal penelitian husniProposal penelitian husni
Proposal penelitian husni
 
Proposal penelitian husni
Proposal penelitian husniProposal penelitian husni
Proposal penelitian husni
 
1. Isoflavon,antioksidan sbg pangfus.pdf
1. Isoflavon,antioksidan sbg pangfus.pdf1. Isoflavon,antioksidan sbg pangfus.pdf
1. Isoflavon,antioksidan sbg pangfus.pdf
 
metabolit sekunder pada daun buas buas
metabolit sekunder pada daun buas buasmetabolit sekunder pada daun buas buas
metabolit sekunder pada daun buas buas
 
Kacang panjang
Kacang panjangKacang panjang
Kacang panjang
 
Tugas Gizi Kesehatan_Story Telling
Tugas Gizi Kesehatan_Story TellingTugas Gizi Kesehatan_Story Telling
Tugas Gizi Kesehatan_Story Telling
 
Khasiat daun teh
Khasiat daun tehKhasiat daun teh
Khasiat daun teh
 
Paper delima rini madhawati
Paper delima rini madhawatiPaper delima rini madhawati
Paper delima rini madhawati
 
Pengaruh pemberian teh biji rambutan terhadap penyakit diabetes mellitus (ken...
Pengaruh pemberian teh biji rambutan terhadap penyakit diabetes mellitus (ken...Pengaruh pemberian teh biji rambutan terhadap penyakit diabetes mellitus (ken...
Pengaruh pemberian teh biji rambutan terhadap penyakit diabetes mellitus (ken...
 
Kacang panjang
Kacang panjangKacang panjang
Kacang panjang
 
Kacang panjang
Kacang panjangKacang panjang
Kacang panjang
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanamanfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
JURNAL FIBRA
JURNAL FIBRAJURNAL FIBRA
JURNAL FIBRA
 

Recently uploaded

regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 

Recently uploaded (15)

regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 

I12des bab ii tinjauan pustaka

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA Buah Duwet (Syzygium cumini) Buah duwet merupakan buah dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Buah ini memiliki nama ilmiah Syzygium cumini, yang juga memiliki sinonim dengan Syzygium jambolanum, Eugenia cumini, atau Eugenia jambolana (BPPT 2005). Klasifikasi ilmiah buah duwet adalah: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium cumini Buah duwet dikenal dengan beberapa nama, di Indonesia, seperti Juwet, Jambu keling, Jamblang, dan Jambolan. Di India, duwet dikenal dengan Jambool dan di Amerika dikenal sebagai Java plum. Gambar 1 Buah duwet Buah duwet berbentuk lonjong sampai bulat telur, sering agak bengkok. Ukuran buah berkisar antara 1 hingga 5 cm, dengan kulit buah tipis, licin, dan mengkilap. Warna buah yang telah matang adalah merah tua sampai ungu kehitaman, kadang-kadang putih. Duwet sering tumbuh dalam gerombolan besar. Daging buah berwarna putih, kuning kelabu, sampai agak merah ungu
  • 2. 5 dan hampir tak berbau. Buah duwet memiliki banyak sari buah dengan rasa sepat masam sampai masam manis. Bentuk biji lonjong dan dapat berukuran sampai 3,5 cm (BPPT 2005). Buah duwet berwarna hijau sebelum masak. Warna hijau kemudian berubah menjadi merah, hingga pada akhirnya menjadi ungu sampai hitam pada saat buah benar-benar masak. BPPT (2005) menggambarkan bahwa tanaman buah duwet biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan jati. Duwet tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Pohon dengan tinggi 10-20 m ini, berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, tepi rata, pertulangan menyirip, dan permukaan atasnya mengkilap. Panjang daun 7-16 cm dengan lebar 5-9 cm dan berwarna hijau. Bunga tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan. Mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan banyak benang sari, berwarna putih, dan berbau harum. Pohon duwet juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan (misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu. Buah duwet biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah duwet yang masak dicampurkan dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambah juga dengan gula pasir, kemudian dikocok di dalam wadah tertutup sehingga lunak dan berkurang rasa sepatnya. Selain dimakan segar, buah yang banyak mengandung vitamin A dan vitamin C ini, juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau minuman beralkohol. Buah duwet mengandung berbagai zat gizi yang baik bagi tubuh. Zat-zat yang bermanfaat dari buah duwet tidak hanya berasal dari daging buah, melainkan juga berasal dari biji dan kulit buahnya. Salah satu manfaat buah duwet adalah untuk mengurangi kerapuhan pembuluh darah kapiler penyebab luka diabetes yang lama sembuhnya. Manfaat lain duwet adalah menjaga kadar kolesterol darah tetap normal (Anonim 2010), mengobati asma, diare, dan nyeri lambung (BPPT 2005). Buah duwet memiliki berbagai manfaat kesehatan karena aktivitas antioksidan yang tinggi. Sifat antioksidan buah berasal dari antosianin yang menyebabkan warna ungu pada buah ini. Penelitian yang dilakukan oleh Sari et. al. (2009) menunjukkan bahwa dalam 100 gram buah duwet segar mengandung
  • 3. 6 161 miligram antosianin (3430mg/100g kulit buah kering). Kandungan gizi dalam setiap 100 gram buah duwet, ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Kandungan gizi 100 gram buah duwet masak Zat gizi Kandungan gizi Satuan Jumlah Energi Kkal 60,00 Karbohidrat gram 15,56 Protein gram 0,72 Lemak gram 0,23 Air gram 83,13 Vitamin A IU 3,00 Vitamin B3 mg 0,26 Vitamin C mg 14,30 Kalsium mg 19,00 Zat besi mg 0,19 Fosfor mg 17,00 Magnesium mg 15,00 Kalium mg 79,00 Natrium mg 14,00 Sumber: USDA Nutrient database (2010) Buah duwet, menurut BPPT (2005), selain mengandung zat gizi seperti yang digambarkan di Tabel 1, mengandung minyak atsiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid (jambosine), asam organik, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam elagat dan tannin. Kadar antosianin pada buah duwet dipengaruhi tingkat kematangan buah. Lestario et. al. (2003) meneliti kandungan antosianin pada buah duwet yang dibagi dalam tujuh tingkat kematangan, mulai buah berwarna hijau, hingga buah berwarna hitam. Kandungan antosianin pada beberapa tingkat kematangan, menurut penelitian Lestario et. al. (2003), ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Kadar antosianin buah duwet pada beberapa tingkat kematangan Tingkat kematangan Antosianin (mg/g buah kering beku) Hijau 1,68±0,03 Hijau-merah 3,05±0,10 Merah muda 4,32±0,08 Merah 5,96±0,07 Ungu cerah 7,85±0,12 Ungu gelap 12,16±0,08 Hitam 29,39±0,36 Sumber: Lestario et. al. 2003 Penelitian Lestario et. al. (2003) menunjukkan bahwa kadar antosianin pada buah duwet semakin tinggi sejalan dengan peningkatan kematangan buah. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna buah duwet yang semakin ungu
  • 4. 7 sejalan dengan semakin masaknya buah duwet. Seperti halnya kadar antosianin yang semakin tinggi pada masing-masing tingkat kematangan buah duwet, aktivitas antioksidan buah duwet juga meningkat seiring dengan kematangan buah. Pada tingkat kematangan maksimal, aktivitas antioksidan buah duwet hampir sama dengan tingkat aktivitas antioksidan sintetis BHT. Pada penelitian Lestario et. al. (2003), peningkatan aktivitas antioksidan antosianin ditunjukkan dengan penurunan tingkat oksidasi asam linoleat yang menghasilkan peroksida. Tabel 3 menujukkan tingkat aktivitas antioksidan pada beberapa tingkat kematangan buah duwet. Tabel 3 Aktivitas antioksidan pada beberapa tingkat kematangan buah duwet Tingkat kematangan Aktivitas antioksidan (% pencegahan oksidasi asam linoleat) Hijau 29,68±0,59 Merah 47,81±0,54 Ungu 64,75±0,11 BHT 79,45±0,57 Sumber: Lestario et. al.2003 Antioksidan Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, tubuh manusia tidak dapat menghindari paparan radikal bebas atau oksidan yang membahayakan kesehatan. Radikal bebas merupakan atom atau molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Komponen-komponen reaktif dan produknya ini terbentuk melalui berbagai proses fisiologis dan biokimia seperti respirasi mitokondria, aktifasi fagosit, maupun aktivitas oksidasi oleh enzim (Basu et. al.1999). Radikal bebas derivat oksigen dan prooksidan lain memiliki peranan penting dalam pembentukan komponen esensial dan aktivasi biologis dari komponen-komponen penting. Namun, di saat bersamaan, radikal bebas bersifat toksik dan dapat menyebabkan kerusakan sel melalui oksidasi lipid, protein dan DNA. Selain itu, fungsi sel imun juga dapat terganggu dengan adanya aktivitas radikal bebas. Salah satu zat yang memperkecil bahaya dari radikal bebas adalah antioksidan. Antioksidan mengganggu produksi radikal bebas atau membantu inaktivasi radikal bebas saat terbentuk (Basu et. al. 1999). Antioksidan dipercaya mampu menangkal oksidasi dari radikal bebas yang dapat merusak komponen sel (Webb 2007) dan menyebabkan penyakit- penyakit degeneratif (MacDougall et. al. 2002), seperti penyakit jantung koroner, kanker, diabetes, katarak, dan arthritis. Barus (2007) juga menyebutkan peran
  • 5. 8 positif lain dari antioksidan untuk membantu sistem pertahanan tubuh bila ada unsur pencetus penyakit memasuki dan menyerang tubuh. Berbagai jenis protein dan enzim yang disintesis dalam tubuh dapat memiliki fungsi antioksidan (Basu et. al. 1999). Begitu pula dengan beberapa jenis vitamin dan mineral, seperti vitamin C, vitamin E, dan selenium, memiliki fungsi antioksidan atau merupakan bagian yang penting dari sebuah sistem antioksidan. Beberapa antioksidan lain tidak dinyatakan sebagai zat gizi esensial. Namun, sekarang disadari bahwa zat-zat gizi yang awalnya bukan merupakan zat gizi esensial namun memiliki aktivitas antioksidan dapat berperan dalam menjaga kesehatan yang optimal dengan menurunkan tingkat oksidasi dari radikal bebas. Beberapa antioksidan potensial pada makanan tidak dinyatakan sebagai zat gizi esensial. Senyawa tersebut antara lain karotenoid, flavonoid, fenol, dan polifenol (Webb 2007). Senyawa-senyawa yang memberikan sifat antioksidan dapat digunakan secara terpisah. Namun, sering kali senyawa-senyawa ini digunakan secara bersamaan untuk memberikan perlindungan yang optimal (MacDougall et. al. 2002). Namun demikian, belum ada batasan yang pasti asupan harian senyawa antioksidan untuk mencegah timbulnya penyakit (Basu et. al. 1999). Senyawa Fenol Senyawa fenol banyak ditemukan pada tanaman. Senyawa ini memiliki cincin aromatis dengan satu atau dua buah gugus hidroksil (Basu et. al. 1999). Pada tumbuhan, senyawa fenol berperan sebagai pertahanan terhadap serangga. Sintesis senyawa fenol pada tumbuhan berhubungan dengan serangan serangga, paparan sinar ultraviolet, dan pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa fenol memiliki peran dalam mencegah serangan serangga, oksidasi oleh cahaya, dan infeksi bakteri maupun jamur (Asami et. al. 2003). Salah satu kelompok senyawa fenol yang paling banyak ditemui adalah flavonoid. Flavonoid berperan dalam memberikan rasa dan warna pada berbagai buah dan sayuran. Di dalam tubuh, flavonoid dan senyawa fenol lainnya memiliki berbagai manfaat biologis, termasuk antioksidan, antiinflamasi, menghambat pertumbuhan mikroba, dan mencegah timbulnya tumor (Prior 2003). Senyawa flavonoid dan asam fenolat, secara in vitro, terbukti berpotensi sebagai antioksidan. Akan tetapi, terdapat kemungkinan sifat pro-oksidan pada senyawa ini apabila berinteraksi dengan ion logam pada kondisi tertentu.
  • 6. 9 Senyawa flavonoid yang sering dijumpai meliputi katekin (sering dijumpai dalam teh) dan anthosianidin yang sebagian besar merupakan pigmen warna pada sayuran dan buah. Asupan harian flavonoid diperkirakan antara 20 mg hingga 1 g (Basu et. al. 1999). Beberapa senyawa flavonoid dan asam fenolat serta sumbernya antara lain: katekin (teh dan minuman anggur), flavonon (buah- buahan sitrus), flavonol (bawang merah, buah zaitun, teh, minuman anggur, dan apel), antosianidin (buah-buahan berwarna), dan asam kafeat (tomat, plum, ceri). Salah satu komponen flavonoid yang paling umum terdapat pada tumbuh- tumbuhan adalah antosianin, yang merupakan derivat dari antosianidin. Antosianin Antosianin merupakan komponen flavonoid yang paling umum terdapat pada tumbuhan. Antosianin memiliki lima subkelas, yaitu peralgonidin, cyanidin, peonidin, malvidin, dan delphinidin (Rein 2005). Antosianin merupakan pigmen larut air yang menyebabkan warna merah, ungu, dan biru pada tanaman. Warna yang berbeda ini dipengaruhi oleh pH dan interaksi antosianin dengan kelas flavonoid lain yang tidak berwarna dalam tumbuhan (dikenal dengan co- pigmentation). Antosianin merupakan derivat dari anthosianidin yang tidak beraroma dan hampir tidak berasa. Antosianin terdiri dari dua struktur dasar aglikon, satu atau lebih gugusan gula, dan terkadang juga memiliki gugusan asil (MacDougall et. al. 2002). Bagian gula pada antosianin, biasanya berupa glukosa, rhamnosa, xylosa, galaktosa, arabinosa, dan fruktosa (Ozela, Stringheta, and Chauca 2007). Struktur kimia dasar pada lima sub kelas antosianin ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 2 Struktur kimia dasar antosianin
  • 7. 10 Pada tanaman bunga, warna merah cerah dan ungu merupakan cara menarik serangga yang membantu penyerbukan. Pada tanaman buah, kulit buah yang berwarna juga menarik perhatian serangga yang mungkin memakan buah dan menyebarkan bijinya. Pada jaringan fotosintesis, antosianin berperan sebagai tabir surya yang melindungi sel dari kerusakan dengan menyerap cahaya ultraviolet. Antosianin terdapat pada daun muda yang berwarna merah, pada daun saat musim panas, dan daun-daun hijau yang berubah merah pada saat musim dingin. Prior (2003) menyebutkan bahwa antosianin memiliki manfaat antioksidan dengan berperan sebagai donor elektron atau transfer atom hidrogen pada radikal bebas. Antosianin merupakan kelas flavonoid yang paling umum pada tanaman. Sumber antosianin yang biasa digunakan dalam industri biasanya adalah anggur, elderberry dan blackcurrant. Kadar antosianin dalam buah dapat berkisar antara 0,25 mg hingga 500 mg per 100 gram buah segar (Prior 2003). MacDougall et. al. (2002) menyebutkan beberapa sumber lain yang belakangan digunakan, seperti kol merah dan wortel hitam. Dua komoditas ini, menurut MacDougall et. al. (2002), memiliki antosianin yang lebih stabil terhadap pH dan cahaya dibandingkan dengan sumber-sumber antosianin yang terlebih dahulu digunakan. Kandungan antosianin pada beberapa jenis buah dan sayur ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Kandungan antosianin pada beberapa jenis buah dan sayur Bahan Pangan Antosianin (mg/100g) Marion Blackberry 317 [1] Strawberry 97 [2] Raspberry 365 [2] Blueberry 365 [2] Cherry 177 [2] Duwet 161 [3] Anggur merah 88 [4] Kol ungu 355 [5] Sumber: [1] Siriwoharn et. al (2004); [2] Hosseinian dan Beta (2007); [3] Sari et. al. (2009); [4] Munos-Espada et. al. (2004); [5] Kim & Wampler (2009) Antosianin, seperti halnya pigmen alami lainnya, memiliki stabilitas yang rendah. Degradasi dapat terjadi selama ekstraksi, pemurnian, pengolahan, dan penyimpanan pigmen. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin antara lain struktur kimia pigmen, keasaman (pH), suhu, dan jenis pelarut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Laleh et. al. (2006) menunjukkan bahwa peningkatan pH, suhu, dan paparan cahaya dapat merusak molekul antosianin. Salah satu karakteristik utama antosianin adalah perubahan warna yang
  • 8. 11 merespon adanya perubahan pH lingkungan. Warna dan stabilitas antosianin pada larutan sangat tergantung pada pH. Antosianin paling stabil pada pH rendah dan perlahan kehilangan warnanya seiring dengan peningkatan pH dan menjadi hampir tak berwarna pada pH 4,0 sampai 5,0. Menurut Rein (2005), antosianin lebih stabil pada larutan asam daripada pada larutan netral atau alkali. Namun kehilangan warna dapat bersifat reversibel. Corak warna merah akan kembali dengan adanya peningkatan derajat keasaman (Ozela, Stringheta, and Chauca 2007). Stabilitas antosianin juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Proses pemanasan merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerusakan antosianin. Rahmawati (2011) mengemukakan bahwa proses pemanasan terbaik untuk mencegah kerusakan antosianin adalah pemanasan pada suhu tinggi dalam jangka waktu pendek (High Temperature Short Time). Paparan cahaya juga dapat memperbesar degradasi pada molekul antosianin. Penyebab utama kehilangan pigmen warna berhubungan dengan hidrolisis antosianin (Ozela, Stringheta, and Chauca 2007). Dalam penelitiannya, Ozela, Stringheta, and Chauca (2007) menemukan bahwa pH juga memiliki pengaruh yang sangat besar pada stabilitas antosianin baik pada keadaan ada atau tidak adanya cahaya. Keberadaan oksigen dan interaksi dengan komponen lain seperti gula dan asam askorbat juga mempengaruhi stabilitas antosianin. Antosianin memiliki manfaat kesehatan bagi tubuh dan digunakan sebagai komponen aktif dari beberapa produk kesehatan (MacDougall et. al. 2002). Manfaat tersebut, menurut Ozela, Stringheta, and Chauca (2007), termasuk perlindungan terhadap kerusakan hati, penurunan tekanan darah, peningkatan kemampuan penglihatan, zat anti peradangan dan antiseptik, menghambat mutasi akibat mutagen yang berasal dari makanan yang dimasak, dan menekan poliferasi sel kanker. Berbagai aktivitas fisiologis antosianin dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mencegah kanker, diabetes, serta penyakit kardiovaskular dan syaraf. MacDougall et. al. (2002) juga menyebutkan antosianin memiliki manfaat anti alergi dan antitrombotic. Vitamin C Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu vitamin larut air. Vitamin C mempunyai efek multifungsi, tergantung pada kondisinya. Vitamin C dapat berfungsi sebagai antioksidan, proantioksidan, pengikat logam, pereduksi dan penangkap oksigen. Fungsi lain vitamin C yang penting adalah mendukung
  • 9. 12 penyerapan dan metabolisme zat besi (Bender 2003). Dalam bentuk larutan yang mengandung logam, vitamin C bersifat sebagai proantioksidan dengan mereduksi logam yang menjadi katalis aktif untuk oksidasi dalam tingkat keadaan rendah. Bila tidak ada logam, vitamin C sangat efektif sebagai antioksidan pada konsentrasi tinggi (Barus 2009). Vitamin C merupakan antioksidan kuat dalam oksidasi LDL (Noroozi et. al. 1998) dan memegang peranan penting dalam menurunkan oksidasi fosfolipid akibat radikal bebas. Pencegahan penyakit jantung dengan konsumsi buah dan sayuran juga berkaitan dengan kandungan vitamin C pada keduanya. Kandungan vitamin C setiap 100 g buah duwet adalah 14,3 mg (USDA 2010). Konsumsi 100 g buah duwet setiap hari mampu memenuhi 16% kebutuhan vitamin C pria dewasa, 19% kebutuhan vitamin C wanita dewasa, dan 35% kebutuhan vitamin C pada anak-anak. Vitamin C tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia. Namun demikian, tubuh sangat memerlukan vitamin C untuk membangun dan menjaga jaringan yang kuat. Kebutuhan ini terutama untuk jaringan seperti jaringan tulang, sendi, gigi, dentin, tendon, dan dinding kapiler. Sebagian besar protein yang terdapat pada jaringan fibrosa adalah kolagen. Untuk membentuk kolagen, asam amino prolin harus mengalami reaksi hidroksilasi menjadi hidroksiprolin. Reaksi ini membutuhkan asam askorbat. Jika kebutuhan asam askorbat terpenuhi dengan baik, kolagen dan jaringan yang terbentuk dari kolagen akan berkembang dengan cepat (Nix 2005). Kebutuhan tubuh seseorang terhadap vitamin C bervariasi dipengaruhi beberapa hal, termasuk usia dan jenis kelamin. Faktor fisiologis seperti kehamilan dan menyusui juga menambah kebutuhan vitamin C seseorang. Berikut ini ditampilkan tabel yang memuat kecukupan vitamin C pada beberapa kelompok usia pada keadaan normal. Tabel 5 Angka kecukupan Vitamin C Jenis Kelamin Usia Angka Kecukupan Vitamin C (mg) Anak 0-6 bl 40 7-12 bl 50 1-3 th 40 4-9 th 45 Laki-laki 10-12 th 50 13-15 th 75 >16 th 90 Perempuan 10-12 th 50 13-15 th 65 >16 th 75 Sumber: WKNPG 2004
  • 10. 13 Seperti vitamin larut air lainnya, kelebihan konsumsi vitamin C akan dibuang dari tubuh melalui urin. Namun demikian, konsumsi vitamin C dalam sangat banyak juga tidak disarankan. Batas paling tinggi konsumsi vitamin C adalah 2000 mg per hari (Nix 2005). Konsumsi yang melebihi batas paling tinggi menyulitkan kerja ginjal untuk mengeluarkannya bersama urin. Kekurangan vitamin C dalam darah dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti: asma, kanker, diabetes, dan penyakit hati. Selain itu vitamin C dapat memperkecil terbentuknya penyakit katarak dan penyakit mata (Barus 2009). Nix (2005) juga menyebutkan bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan pendarahan pada jaringan, tulang, dan sendi. Tulang menjadi mudah retak dan penyembuhan luka pun lebih lama. Minuman Sari Buah Duwet Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran buah segar yang telah masak. Pada prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari buah, yaitu: 1. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh dari pemerasan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir. 2. Sari buah pekat yaitu cairan yang dihasilkan dari pemerasan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air) (Esti 2000). Minuman sari buah duwet dibuat tanpa proses pemekatan. Oleh karena itu, minuman sari buah duwet tergolong ke dalam sari buah encer. Bahan Penyusun Minuman Sari Buah Duwet Minuman sari buah duwet dibuat dengan bahan utama buah duwet masak berwarna ungu gelap. Selain buah duwet masak sebagai bahan utama, bahan lain yang digunakan adalah sukrosa, garam, asam sitrat, dan natrium benzoat. Sukrosa. Sukrosa atau sakarosa disebut juga sebagai gula tebu. Dalam bahan pangan, sukrosa diperoleh dari gula pasir dan gula merah. Secara komersial, gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi sedangkan gula merah dibuat melalui proses penyulingan yang tidak sempurna.
  • 11. 14 Pada pembuatan sirup, sebagian sukrosa akan terpecah menjadi glukosa dan fruktosa (Almatsier 2001). Pembuatan minuman sari buah duwet menggunakan sukrosa yang berasal dari gula pasir. Selain sebagai pemanis, sukrosa digunakan karena memiliki fungsi pengawet karena menghambat pertumbuhan bakteri dengan pemakaian minimal 3 persen (Esti 2000). Garam. Garam dapur (NaCl) dalam keadaan murni tidak berwarna, tetapi kadang berwarna kuning kecoklatan yang berasal dari kotoran di dalamnya. Garam dapur dapat diperoleh dari air laut. Kandungan garam dapur dalam air laut sekitar 3 persen (Esti 2000). Asam sitrat. Asam sitrat (C6H8O7) merupakan asam organik lemah yang dapat ditemukan pada daun dan buah tumbuh-tumbuhan bergenus Citrus. Asam sitrat berbentuk kristal atau serbuk putih, mudah larut dalam air, spirtus, dan etanol. Asam sitrat tidak berbau dan memiliki rasa asam. Jika dipanaskan, asam sitrat meleleh kemudian terurai dan selanjutnya terbakar hingga menjadi arang. Asam sitrat memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri, kapang dan jamur. Dalam jumlah molar yang sama, asam sitrat memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri, kapang, dan jamur dibandingkan dengan asam laktat dan asam asetat. Asam sitrat dapat digunakan pada produk susu, buah kering, jeli buah, minuman buah, dan selai. Asam sitrat dapat juga digunakan sebagai pengontrol pH pada jus buah kaleng dan flavor agent pada tuna kalengan. Asam sitrat ditemukan pada jaringan dalam siklus Kreb. WHO/FAO tidak memberikan batasan asupan harian untuk asam sitrat pada manusia (Fennema et. al. 2002). Natrium Benzoat. Natrium benzoat merupakan bentuk asam benzoat yang umum dipasarkan. Rumus kimia natrium benzoat adalah NaC6H5CO2. Natrium benzoat terbentuk dari proses netralisasi asam benzoat oleh natrium hidroksida. Bentuk fisik natrium benzoat berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, rasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi (300o C) akan meleleh lalu terbakar (Esti 2000). Natrium benzoat digunakan sebagai bahan pengawet. FDA membatasi penggunaan bahan ini sebesar 0,1% berat bahan makanan. Pada sari buah, penggunaan maksimal natrium benzoat adalah 1000 mg/L (Winarno 1992). Mekanisme pengawetan oleh natrium benzoat yang diutarakan oleh Krebs et. al. (1983) adalah dengan absorbsi asam benzoat ke dalam sel. Jika pH
  • 12. 15 intraseluler berubah menjadi lebih rendah dari lima, proses fermentasi aerob pada glukosa akan menurun hingga 95%. Pembuatan minuman sari buah duwet Buah duwet yang digunakan pada pembuatan minuman sari buah ini merupakan buah duwet matang dengan warna ungu gelap. Buah duwet dipisahkan antara daging dan biji buahnya. Daging buah duwet kemudian dihancurkan menghasilkan bubur buah duwet. Bubur buah dicampurkan dengan 9 bagian air. Sebelum ditambahkan pada bubur buah, terlebih dahulu air dicampur dengan asam sitrat sebanyak 3 persen berat campuran air dan bubur buah. Campuran air dan bubur buah kemudian ditambahkan gula pasir, garam, dan natrium benzoat. Hasil dari proses di atas menghasilkan minuman sari buah duwet. Sari buah duwet dipasteurisasi pada suhu 72o C selama 15 detik. Tahap terakhir, minuman sari buah dikemas dalam gelas plastik dan segel plastik. Pasteurisasi Penanganan produk akhir mempengaruhi masa simpan produk. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperpanjang masa simpan adalah pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan proses pemanasan yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk pangan dengan cara mengurangi jumlah mikroorganisme dalam produk tanpa mempengaruhi sifat-sifat fisiko kimiawi dan organoleptiknya. Karena proses ini tidak merusak seluruh mikroorganisme, pengaruhnya bersifat sementara. Produk yang dipasteurisasi harus disimpan dalam suhu dingin dan hanya untuk waktu yang pendek (Makfoeld et. al. 2006). Teknik pasteurisasi, menurut Makfoeld (2006) dapat dilakukan dengan kombinasi suhu dan waktu yang berbeda, yaitu. 1. Proses suhu tinggi waktu pendek (high temperature short time, HTST). Pada proses ini, produk dipanaskan pada suhu 72-80o C dalam waktu 15 detik. 2. Pasteurisasi suhu rendah yang dilakukan pada suhu 62o C dalam waktu 30 menit. Pembuatan minuman sari buah duwet menggunakan teknik pasteurisasi HTST, dilakukan selama 15 detik pada suhu 72-80o C. Sesuai hal yang dikemukakan Rahmawati (2011) bahwa proses pemanasan terbaik untuk mencegah kerusakan antosianin adalah pemanasan pada suhu tinggi dalam jangka waktu pendek (High Temperature Short Time).
  • 13. 16 Uji Organoleptik Uji inderawi telah berkembang sejak manusia memberikan penilaian terhadap makanan, air, dan berbagai produk lain yang dapat digunakan atau dikonsumsi. Perkembangan di dunia pemasaran mencetuskan uji inderawi yang lebih bersifat formal. Seorang pembeli, dengan harapan sebagian kecil produk mewakili seluruhnya, akan menguji sampel produk sebelum membelinya. Penjual pun mulai memberikan harga produknya berdasarkan penilaian terhadap kualitas produknya (Meilgaard, Civille, dan Carr 1999). Literatur yang berkembang menggunakan istilah “Uji Organoleptik” untuk menjelaskan penilaian objektif terhadap atribut inderawi. Walaupun pada kenyataannya penilaian yang dilakukan seringkali subjektif. Atribut inderawi yang dimaksud meliputi penampilan, aroma, konsistensi atau tekstur, dan rasa. Atribut inderawi lain yang dapat disertakan adalah suara (noise) untuk mengukur kerenyahan makanan (Meilgaard, Civille, dan Carr 1999). Mutu produk pangan dapat sangat ditentukan oleh penilaian inderawi dari konsumen. Uji organoleptik menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk mengukur daya terima suatu produk. Uji ini dapat memberikan indikasi kebusukan dan penurunan mutu dari produk (Nurhayati 2010).