SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
Download to read offline
Perpajakan dalam PBJP melalui Swakelola
Webinar Zoom Meeting’s Mudji Santosa Co
Daring, 4 April 2022
Mandar Trisno Hadisaputra
B
I
O
D
A
T
A
Mandar Trisno Hadisaputra
Widyaiswara Ahli Muda
BDK Makassar
081388209959
mtrisnoh@gmail.com
Pengalaman :
• Tim Probity Advice, LKPP, 2019
• Pemberi Keterangan Ahli PBJ LKPP, 2013
• Mediator LKPP, 2018
• Trainer Pengadaan Barang/Jasa, LKPP, 2011
• Pokja ULPD Kemenkeu 2013 -2020
• Pejabat Pembuat Komitmen KPPN Sijunjung 2013-
2014
• Panitia Pengadaan 2004 – 2012
• Pegawai Ditjen Perbendaharaan 1996 - 2018
@trisnoh75
“Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya dimulai dari identifikasi
kebutuhan, sampai dengan serah terima
hasil pekerjaan”
Pengadaan Barang dan Jasa
OTULINE
MATERI
OUTLINE MATERI
Pajak Pertambahan Nilai
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe I
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe II
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe IV
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe III
Pajak Pertambahan Nilai
Subjek dan Objek Pajak
Subjek pajak adalah perseorangan atau sebuah badan usaha yang ditetapkan
menjadi pelaku pajak tersebut
Objek pajak adalah penghasilan atau disebut juga setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dikonsumsi atau meningkatkan harta
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Subjek dan Objek Pajak
No Uraian Subjek Pajak Objek Pajak Pemungut/Pemotong
1 PPN Pengusaha Kena Pajak Penyerahan BKP/JKP PKP / Instansi Pemerintah
2 PPh 21 OP penerima penghasilan Penghasilan yang diterima Pemberi kerja
3 PPh 22 WP Badan / Penyedia • Pembayaran pembelian barang
• Impor dan ekspor barang
Instansi pemerintah, badan
usaha
4 PPh 23 WP DN & BUT Sewa atas harta, penghasilan jasa Instansi pemerintah, badan. OP
dengan SK Penunjukan dari KPP
5 PPh Final
(4 ayat 2)
WP Badan dan OP • Jasa konstruksi
• Sewa tanah/bangunan
• Instansi pemerintah
• WP Badan/OP penyedia jasa
Ringkasan Subjek dan Objek Pajak pada belanja pemerintah (APBN, APBD, APB Desa)
Definisi dan Karakteristik
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di
daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi.
Pajak Objektif, pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik objek berupa
barang dan jasa ataupun objek lainnya
Pajak Tidak Langsung, dikenakan terhadap orang atau badan yang harus
menanggungnya, tetapi dapat diharapkan pihak lain untuk membayarnya
Pajak Konsumsi DN, sebagai pajak atas konsumsi, PPN dijadikan alat
untuk membentuk pola konsumsi dengan mengenakan pada sebagian
yang lain dan mengcualikan pada sebagian lain
Tarif Tunggal, Tarif PPN adalah 10%, kecuali ekspor 0%
Multi Stage Levy, dikenakan di setiap rantai produksi/distribusi
PPN
Indirect Substraction Methode, PPN yang kurang (lebih) dibayar dihitung
berdasarkan jumlah PPN yang dipungut dengan PPN yang dibayar
Memperdagangkan barang
Pemberian
pelayanan jasa
Menyiapkan – menghasilkan -
menyalurkan
Objek PPN
PPN
Objek Pajak
1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan
2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di dalam daerah
Pabean
3. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean
Dikecualikan dari pemungutan PPN dan PPn BM
1. Pembayaran ≤ Rp. 2 Juta tidak termasuk PPN dan PPn BM dan tidak dipecah
2. Pembayaran dengan KKP
3. Pembayaran untuk pembebasan Tanah
4. Pembayaran atas Penyerahan BKP dan atau JKP yang menurut perundangan –
undangan PPN mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari
pengenaan PPN (UU No.42/2009 Pasal 4 a)
4. Penyerahan BBM / Non BBM oleh Pertamina
5. Pembayaran Rekening Telepon oleh perusahaan telekomunikasi
6. Jasa Angkutan Udara oleh Perusahaan Penerbangan
7. Pembayaran lain yang tidak dikenakan PPN
BKP dan JKP
Barang / Jasa
BKP dan JKP
Non BKP dan
Non JKP
Kena PPN Tidak Dipungut Dibebaskan Tidak kena PPN
Ditanggung
Pemerintah
Mendapat Fasilitas
Tidak Mendapat Fasilitas
Barang Kena Pajak
Barang
Berwujud
Bergerak
Tidak
bergerak
Tidak
berwujud
Dikenai
PPN BKP
Barang Tidak
Kena Pajak
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya
Barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh
rakyat banyak
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, RM,
warung, serta yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering
Uang, emas batangan, dan surat berharga
Negatif List
Pada dasarnya semua barang
dapat dikenai PPN kecuali UU
menetapkan sebaliknya
Ya
Tidak
Jasa Kena Pajak
Dikenai
PPN JKP
Jasa Tidak
Kena Pajak
Pada dasarnya semua jasa
dapat dikenai PPN kecuali UU
menetapkan sebaliknya
Ya
Tidak
Jasa
1. Jasa dibidang kesehatan medik, seperti dokter umum, dokter
spesialis, jasa dibidang pelayanan sosial seperti panti asuhan, jasa
pemakaman;
2. Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko;
3. Jasa pelayanan sosial;
4. Jasa dibidang keagamaan seperti pemberian khotbah/ dakwah;
5. Jasa dibidang pendidikan, jasa dibidang kesenian dan hiburan yang
telah dikenakan pajak tontonan, seperti pementasan kesenian
tradisonil;
6. Jasa dibidang penyiaran, seperti penyiaran radio dan televisi yang
bukan bersifat iklan.
7. Jasa di bidang angkutan umum seperti angkutan umum di darat dan di
air;
8. Jasa di bidang tenaga kerja seperti jasa penyelenggaraan latihan bagi
tenaga kerja;
9. Jasa di bidang perhotelan
10. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan umum.
11. Jasa Keuangan
12. Jasa penyediaan tempat parker
13. Jasa boga atau Katering
14. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
Definisi dan Karakteristik
Produsen Distributor Pengecer Konsumen Akhir
Harga Jual : 10 juta
PPN : 1 Juta
Harga Jual : 13 juta
PPN : 1,3 Juta
Harga Jual : 15 juta
PPN : 1,5 Juta
Kas Negara
Bayar 11 juta Bayar 14,3 juta Bayar 16,5 juta
Setor 1 juta Setor 0,3 juta Setor 0,2 juta 1,5 Juta
PK - PM PK - PM
B
e
b
a
n
P
e
m
b
e
l
i
Pengenaan PPN
Pengusaha
Wajib dikukuhkan
sebagai PKP
Pengenaan PPN
• Pengusaha yang melakukan penyerahan (a,c,f,g,dan h kecuali pengusaha kecil
dalam Batasan yang dikecualikan) wajib dikukuhkan sebagai PKP
• Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak meliputi
baik pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana diatas maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan.
• Penyerahan BKP/JKP yang terutang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
• Barang/Jasa diserahkan merupakan BKP/JKP
• Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean, dan
• Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
Pengusaha Kena Pajak
Mengimpor Barang
Memanfaatkan Barang tidak
berwujud dari luar DP
Memanfaatkan Jasa dari
luar DP
Menghasilkan Barang
Mengekspor Barang
Melakukan usaha perdagangan
Melakukan usaha jasa
• Pengusaha dengan Omzet dalam 1 tahun > 4,8 milyar maka wajib PKP
• Pengusaha dengan Omzet dalam 1 tahun < 4,8 milyar maka dapat memilih
• PKP wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN terutang
Pengukuhan Secara
Jabatan
DJP
1
2
Melapor
PPN tidak dipungut atas penyerahan
barang/jasa yang dilakukan oleh bukan PKP
DPP PPN
• Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai
ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang
• PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan
pajak
Harga Jual Penggantian Nilai Lain
nilai berupa uang, termasuk
semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan
Barang Kena Pajak, tidak
termasuk PPN yang dipungut
menurut UU PPN dan
potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur
Pajak
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh Pengusaha karena
penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak
berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar
atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena
pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP
tidak berwujud karena pemanfaatan BKP tidak berwujud
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Nilao berupa
uang yang
ditetapkan
sebagai DPP
Mekanisme Pemungutan PPN
Pemungut PPN
Penjual Umum; Penjual sebagai Pemungut
Pembeli Khusus : Pembeli sebagai Pemungut
• Instansi pemerintah sebagai Pemungut
PPN
• Penjual membuat faktur pajak
• Instansi pemerintah memungut,
menyetor, dan melaporkan
• Penjual dengan status PKP
• Wajib memungut, membuat faktur
pajak, menyetor, dan melaporkan
Ilustrasi Pemungutan PPN
Objek PPN PKP melakukan penyerahan BKP /
JKP
PPN
Terutang Tarif x DPP
Pemungutan
PPN
• Penjual
• Pembeli
Faktur Pajak
sebagai Bukti
Pemungutan
Diterbitkan Penjual
Pelaporan
dalam SPT
Masa
Faktur
Pada saat Pembayaran
Apakah
pembayaran
diterima terlebih
dahulu?
Penyerahan BKP di dalam daerah
pabean
Penyerahan JKP di dalam daerah
pabean
Impor BKP
Pemanfaatan BKP tidak berwujud
di luar daerah pabean
Pemanfaatan JKP di luar daerah
pabean
Ekspor BKP berwujud
Ekespor BKP tidak berwujud
Ekspoer JKP
Dalam hal pembayaran diterima
sebelum penyerahan BKP / JKP atau
dalam hal pembayaran dilakukan
sebelum dimulainya pemanfaatan
BKP tidak berwujud / JKP dari lar
daerah pabean; saat terutangnya
pajak adalah saat pembayaran
Tidak
Ya
Kode Faktur
Kode Faktur Penggunaan Contoh
01 dipergunakan dalam penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang terutang PPN, yang
dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP dengan sifat umum
Pembelian ATK Rp 2 juta kebawah
02 digunakan PKP yang melakukan transaksi dengan pemungut
PPN bendahara pemerintah (Instansi pemerintah). Transaksi
berupa BKP dan/atau JKP yanh PPNya dipungut oleh
bendahara pemerintah (instansi pemerintah)
Pembelian laptop seharga Rp 5 juta
07 dipergunakan PKP dalam menyerahkan BKP dan/atau JKP
yang mendapatkan fasilitas PPN Tidak Dipungut atau
Ditanggung Pemerintah (DTP)
Pengadaan dengan sumber pembiayaan
PHLN
08 dipergunakan PKP yang menyerahkan BKP dan/atau JKP
dengan fasilitas pembebasan pengenaan PPN
makan ternak, barang hasil pertanian,
bibit atai benih perkebunan, air bersih
perusahaan air minum, listrik, hingga
rumah susun sederhana
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe I
Tipe Swakelola
Swakelola Tipe I
• Swakelola tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi
oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran;
• Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh PA/KPA
• Swakelola tipe I juga dapat dilaksanakan oleh:
1) Badan Layanan Umum (BLU) yang merupakan bagian dari Kementerian/
Lembaga penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk;
2) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang merupakan bagian dari
Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk; atau
3) Perguruan Tinggi Negeri yang merupakan bagian dari Kementerian/
Lembaga penanggung jawab anggaran.
Pembayaran atas tagihan kepada Negara
dilakukan secara langsung dari
Rekening Kas Umum Negara kepada yang
berhak
Dalam hal pembayaran secara langsung
belum dapat dilaksanakan
❖ Untuk kegiatan operasional sehari-hari
perkantoran
❖ Pembayaran yang menurut sifatnya
tidak dapat direncanakan dan jumlah
pengeluarannya relatif kecil, misalnya
pembelian BBM premium, solar, dan
❖ pembayaran lainnya yang berdasarkan
pertimbangan efektifitas dan efisiensi
harus dilakukan melalui Uang
Persediaan
❖ Ketiadaan bank pada suatu daerah
sesuai kondisi geografis
Pembayaran Langsung Uang Persediaan
Pembayaran Swakelola Tipe I
Pembayaran UP
ADK
ADK
SPM-LS SPM-LS
SPP-LS
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
2 4
TAGIHAN
Dokumen
Pendukung
3 5
1
Penerima Hak
PPK
SP2D-LS
6
Bendahara
SPBy
2
1
Pembayaran LS
PPSPM
Pembayaran Swakelola Tipe I
Perpajakan Swakelola Tipe I
Mengacu kepada PMK 231/PMK.03/2019
Kewajiban PPh
P 23
26
Instansi
Pemerintah
Wajib memotong/memungut atas setiap
pembayaran yang merupakan objek potput
Harus membuat bukti
pemotongan/pemungutan PPh
dapat berupa:
•
•
BPN
Bukti pemotongan atau
sesuai
pemungutan
ketentuan perpajakan; atau
• Dokumen tertentu yang
dipersamakan dengan bukti
potong PPh.
Pasal 26
Pasal 21
Pasal 23
Pasal 15
Pasal 22
Pasal 4(2)
Kewajiban PPN
U
mi
Faktur
Pajak
Tagihan
Penyerahan
Pembayaran
Tidak Dilakukan Pemungutan atas :
jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 Penyerahan jasa telekomunikasi
oleh perusahaan telekomunikasi
tidak termasuk PPN dan bukan
merupakan pembayaran yang dipecah
Atas jasa angkutan udara yang
Pembayaran dg Kartu Kredit Pemerintah diserahkan
penerbangan
oleh perusahaan
utk pengadaan tanah
Mendapat fasilitas PPN tidak
tk penyerahan BBM & bahan bakar
nyak oleh Pertamina
dipungut/dibebaskan
PPN&PPnBM yang terutang dipungut, disetor, dan
dilaporkan oleh PKP Rekanan
FP 07/08
BKP / JKP
PKP
Rekanan
Instansi
Pemerintah
FP dibuat pada saat menyampaikan
tagihan berdasarkan dokumen penagihan
menggunakan kode Faktur Pajak 02
Tarif
PPh psl 21 PPh psl 22 PPh psl 23 PPh final 4 (2) PPN
• Penghasilan
teratur
• Penyerahan
barang
Tarif 1,5%
• Sewa penggunaan
harta
• Jasa Teknik,
manajemen,
konsultan, dan
jasa lainnya
Tarif 2%
• Sewa tanah &
bangunan
• Konstruksi
• Peredaran bruto
• Penyerahan B/J
PKP
Tarif 10%
Kewajiban Material Perpajakan
M:
SPT berlaku Jan 2021
Kode Billing Setor SPT Masa
PPh 21/26
Unifikasi SPT
Masa Put
BPN
NTPN
Kas Negara KPP Pratama
Instansi
Pemerintah SPT Masa
PPN 1111
Pelaporan
Penyetoran
Jenis SPT:
1. SPT Masa PPh Pasal 21/26
Jangka waktu penyetoran PPh, PPN, & PPnBM
3. SPT Masa PPN bagi PKP Instansi Pemerintah
1. SPT Masa PPh Pasal 21/26 dan SPT
Max tanggal 10 bulan berikutnya setelah
1. Instansi Pemerintah Pusat & Daerah:
a. Max 7 hari setelah tanggal pembayaran
dg mekanisme Uang Persediaan.
b. Pada hari yang sama dg tanggal
pembayaran dg mekanisme Langsung
2. SPT Masa unifikasi bagi Instansi Pemerintah
Jangka waktu pelaporan:
unifikasi paling lama tanggal 20 bulan
berikutnya
2. SPT Masa PPN paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
2. Instansi Pemerintah Desa
tanggal pembayaran
3. PKP Instansi Pemerintah
Max sebelum SPT Masa PPN dilaporkan
Rp
PPN
PPh Jasa Konstruksi Psl 4 ayat 2
JASA KONSTRUKSI
PPh Bersifat Final
Pelaksana
Kontruksi
Perencana/Pengawas
Kontruksi
Mempunyai
kualifikasi usaha
Tidak Mempunyai
kualifikasi usaha
Dengan
kualifikasi
usaha
Tanpa
kualifikasi
usaha
Kecil / OP Non Kecil
1,75% 2,65 % 4 % 3,5 % 6 %
Pekerjaan Kontruksi
Terintegrasi
Mempunyai
kualifikasi usaha
Tidak Mempunyai
kualifikasi usaha
2,65% 4 %
PPh Pasal 21
LAMA
Lapisan penghasilan Kena Pajak Tarif PPh
S.d. Rp.50.000.000,- 5 %
Di atas Rp.50 juta s.d. Rp.250 juta 15 %
Di atas Rp.250 juta s.d. Rp.500
juta
25 %
Di atas Rp.500.000.000,- 30 %
BARU
Lapisan penghasilan Kena Pajak Tarif PPh
S.d. Rp.60.000.000,- 5 %
Di atas Rp.60 juta s.d. Rp.250 juta 15 %
Di atas Rp.250 juta s.d. Rp.500
juta
25 %
Di atas Rp.500 juta s.d. Rp.5
milyar
30 %
Di atas Rp.5.000.000.000,- 35 %
Pemotongan atas penghasilan
yang bersifat tidak tetap dan tidak teratur
Honorarium dan imbalan lain yang dengan nama apapun yg menjadi beban APBN/
APBD, dikenai PPh Pasal 21 bersifat final dengan tarif:
0%
1. PNS Gol I dan Gol II
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Tamtama dan Bintara
3. Pensiuannya
5%
1. PNS Gol.III
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Perwira Pertama
3. Pensiuannya
15%
1. Pejabat Negara
2. PNS Gol.IV
3. Anggota TNI dan Polri Pangkat Perwira Menengah dan Tinggi
4. Pensiuannya
TMT 01.01.2011
Perhitungan PPh pasal 21 Lainnya
Pegawai tdk tetap,
tenaga lepas,honorer,
yang dibayar bulanan
gaji, uang pensiun,
tunjangan, dan
sejenisnya
kali Tarif Pasal 17
Dikurangi PTKP
Dikali 12
dibagi 12
=PPh Psl 21 sebulan
Penerima Upah harian, mingguan,
satuan, borongan.
< Rp 450.000/hari
TIDAK DIPOTONG
>Rp 450.000/hari; ≤4.500.000=
5% x (upah sehari – Rp 450.000)
Saat >Rp 4.500.000; ≤10.200.000
dlm 1 bln
= 5% x (upah sehari–PTKP/360)
Saat > 10.200.000
dlm 1 bln
= (disetahunkan – PTKP) / 12
Perhitungan PPh pasal 21 Lainnya
Upah satuan
Urip bekerja memasang gebalan rumput. Upah dibayar 150 ribu/meter. Dalam
seminggu (6 HK) dipasang 24 m dengan upah 3.600.000
Perhitungan PPh pasal 21 :
Upah sehari :
Rp.3.600.000 : 6 = 600.000
Upah diatas 450.000
600.000 - 450.000 = 150.000
6 x 150.000 = 900.000
PPh pasal 21
5% x 900.000 = 45.000 (seminggu)
Perhitungan PPh pasal 21 Bukan Pegawai
▪ Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai dan aktuaris
▪ Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, kru film, foto model, peragawan/ti, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lain
▪ Olahragawan
▪ Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
▪ Pengarang, peneliti dan penerjemah
▪ Pemberi Jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, gotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
▪ Agen Iklan
▪ Pengawas atau pengelola proyek
▪ Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara
▪ Petugas Penjaja barang dagangan
▪ Petugas dinas luar asuransi
▪ Distributor perusahaan MLM
Berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
Perhitungan PPh pasal 21 Bukan Pegawai
Bukan Pegawai
1. Tidak mendapat penghasilan di tempat lain
2. Ber-NPWP
(50% Jml bruto-PTKP) x Tarif
Pasal 17 (lapisan tarif berdasar
Jumlah PKP kumulatif)
Tarif Ps 17 X 50% x Jmlh
Bruto
Berkesinambungan
50% Jml bruto x Tarif
Pasal 17 (lapisan tarif
berdasar 50%x Jumlah
bruto kumulatif)
Tidak Berkesinambungan
Memenuhi syarat
Tidak Memenuhi syarat
Perhitungan PPh pasal 21 Bukan Pegawai
Dalam acara sosialisasi pengentasan kemiskinan di pedesaan, Departemen Sosial
mengadakan acara penggung hiburan untuk menghibur masyarakat setempat dengan
mengundang seorang penyanyi ibukota dengan pembayaran honor sebesar Rp.120.000.000,00.
Maka PPh psl 21 yang dikenakan kepada penyanyi tsb sebesar :
- Dasar Pengenaan Pajak = 50 % x Rp 120.000.000,00 = Rp 60.000.000
- Pajak terutang : (5% Rp. 50.000.000,- + 15% x Rp10.000.000,-) ,- = Rp 4.000.000,-
• Penghasilan berupa honor dan imbalan lain yang dibayarkan kepada tenaga ahli
yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris, dikenakan pemotongan PPh pasal
21 dengan tarif Pasal 17 x penghasilan bruto.
• Contoh :
• PPh yang dikenakan kepada seorang arsitek dengan pembayaran sebesar
Rp.10.000.000,00 adalah :
- Dasar Pengenaan 50% x Rp.10.000.000,0 = Rp.5.000.000,00
- Pajak terutang : 5% x 5.000.000 = 250.000
Perhitungan PPh pasal 21 Peserta Kegiatan
1. Peserta Perlombaan dalam segala bidang
2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja
3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu
4. Peserta Pendidikan dan pelatihan
5. Peserta Kegiatan lainnya
Penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun :
uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dan
penghasilan sejenis lainnya
TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :
PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH
DAN TIDAK DAPAT DIPECAH
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
Perhitungan PPh pasal 21 Peserta Kegiatan
 Saudara Retno mengikuti kegiatan bimbingan teknis
merangkai bunga pada SKB Kota parepare. Dia menerima
upah Rp.700.000,-
 PPh pasal 21
5% x Rp.700.000 = Rp.35.000,-
Perhitungan PPh pasal 21 Peserta Kegiatan
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
Contoh :
Penerapan Pemungutan PPN & PPh
Pengadaan ATK
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembayarkan
pembelian ATK pada tanggal 18 Maret 2016 sebesar Rp 33.000.000,00 (harga sudah
termasuk PPN) kepada CV Betacomp dengan NPWP 06.325.456.3-404.000. Atas
pembelian itu CV betacomp menerbitkan faktur dengan kode nomor seri 020.000-
13.00000101.
PPN : Tidak dikenakan
• Harga ATK = Rp 33.000.000,-
• Dasar Pengenaan Pajak: Rp33.000.000,- x 10 / 11
= Rp30.000.000,-
• PPN: 10% x Rp30.000.000,- = Rp3.000.000,-
• PPh psl 22 = 1,5% x Rp 30.000.000,- = Rp 450.000,-
PMK 231/PMK.03/2019
Jasa Pengiriman
Satker Pusdiklat A melakukan perikatan kepada PT Kiriman Kilat
untuk pengiriman paket buku sebesar Rp 100.000.000,-. Terhadap
perikatan itu harus memungut PPN sebesar:
• Harga jasa pengiriman = Rp100.000.000,-
• Dasar Pengenaan Pajak: 10% x Rp100.000.000,-
= Rp10.000.000,-
• PPN: 10% x Rp10.000.000,- = Rp1.000.000,-
• PPh psl 23 = 2% x Rp 100.000.000,- = Rp 2.000.000,-
Jasa Pengiriman
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi harga jual,
penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain. Nilai lain adalah nilai
berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Nilai lain
sesuai PMK 121/PMK.03/2015 (PMK 75/PMK.03/2010) ditetapkan
bermacam-macam antara lain :
1. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen)
dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
2. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah
10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya
ditagih
Jasa Perhotelan
Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum melakukan perikatan kepada PT Maju
Mundur (Hotel Swiss Bell Mangga Besar untuk pengadaan akomodasi kegiatan
Workshop Ahli Kontrak sebesar Rp 250.000.000,-. Terhadap perikatan itu harus
memungut PPN sebesar ??
PPN : Tidak dikenakan
Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai meliputi:
a. jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya (room service, laundry, dan
sejenisnya) di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel, serta fasilitas
yang terkait dengan kegiatan perhotelan (transportasi hotel/kendaraan antar
jemput, fasilitas olahraga dan hiburan) untuk tamu yang menginap; dan
b. jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.
PMK 43/PMK.03/2015
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe II, III, dan IV
Tipe Swakelola II
Swakelola Tipe II
• Swakelola tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan, dan diawasi oleh K/L/PD
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh K/L/PD lain pelaksana
Swakelola;
• Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA, serta Tim Pelaksana
ditetapkan oleh K/L/PD lain pelaksana Swakelola;
• Swakelola tipe II juga dapat dilaksanakan oleh:
1) K/L/PD yang punya TUSI sesuai dengan pekerjaan swakelola yang akan
dilaksanakan;
2) UKPBJ K/L/PD yang ditunjuk sebagai Agen Pengadaan untuk pemilihan
penyedia barang/jasa;
3) BLU/BLUD K/L/PD Lain; atau
4) Perguruan Tinggi Negeri Kementerian/ Lembaga Lain.
ADK
ADK
SPM-LS SPM-LS
SPP-LS
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
2 4
TAGIHAN
Dokumen
Pendukung
3 5
1
Pelaksana
Swakelola
PPK PPSPM
SP2D-LS
6
Kontrak Satker mendaftarkan kontrak ke KPPN
7
Pembayaran I
Pembayaran II
Pembayaran Kontrak Swakelola Tipe II
Perpajakan Swakelola Tipe II
Instansi Pemerintah (Satker/SKPD biasa, BLU/BLUD dan Satker Pengelola PNBP)
bukanlah Subjek Pajak, dalam hal memenuhi ketentuan :
1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang‐undangan;
2. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD;
3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerin
tah Daerah; dan
4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
Sehingga saat pembayaran kontrak swakelola dari Satker penanggung jawab anggaran
tidak dipungut PPN dan PPh. Dalam hal instansi pemerintah menyerahkan barang/jasa
merupakan PKP, maka dikenakan PPN.
Pembayaran I
Perpajakan Swakelola Tipe II
Pembayaran II
Mengacu kepada PMK 231/PMK.03/2019
Perpajakan Swakelola Tipe II (PTNBH)
• PTN Badan Hukum adalah perguruan tinggi negeri yang didirikan oleh Pemerintah
yang berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom.
• PTN Badan Hukum memiliki:
1) kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah;
2) tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri;
3) unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi;
4) hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel;
5) wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri dosen dan tenaga
kependidikan;
6) wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan
7) wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup program studi
Perpajakan Swakelola Tipe II (PTNBH)
• PTN Badan Hukum merupakan subjek pajak dalam negeri karena tidak memenuhi
kriteria unit tertentu dari badan pemerintah yang dikecualikan sebagai subjek dalam
negeri.
• Dalam hal instansi pemerintah menyerahkan barang/jasa merupakan PKP, maka
dikenakan PPN.
Pembayaran I
Pembayaran II
• Bendahara PTN Badan Hukum bukan merupakan bendahara pemerintah, sehingga
tidak melakukan pemungutan PPh Pasal 22 dan PPN atas pembellan barang dan/atau
jasa..
• PTN BH menungut PPh pasal 21, 23, dan PPh final 4 ayat 2.
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe III
Tipe Swakelola III
Swakelola Tipe III
• Swakelola tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh K/L/PD
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Ormas pelaksana
Swakelola;
• Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA serta Tim Pelaksana
ditetapkan oleh pimpinan pelaksana Swakelola;
• Swakelola tipe III juga dapat dilaksanakan oleh:
1) Perguruan Tinggi Swasta;
2) LSM; atau
3) Organisasi profesi.
• Persyaratan penyelenggara Swakelola tipe III berbadan hukum Yayasan atau
berbadan hukum perkumpulan dan memiliki NPWP.
ADK
ADK
SPM-LS SPM-LS
SPP-LS
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
2 4
TAGIHAN
Dokumen
Pendukung
3 5
1
Pelaksana
Swakelola
PPK PPSPM
SP2D-LS
6
Kontrak Satker mendaftarkan kontrak ke KPPN
7
Pembayaran I
Pembayaran II
Pembayaran Kontrak Swakelola Tipe III
Perpajakan Swakelola Tipe III
Ormas adalah Subjek Pajak
• Pembayaran I (Satker/SKPD ke Pokmas)
Saat pembayaran tidak terutang PPN dan berpotensi dikenakan PPh psl 23
• Pembayaran II (Ormas ke Penerima Hak),
Saat pembayaran :
PPN : Siapa yang menyerahkan BKP/JKP ke Pokmas. Dalam hal yang menyerahkan adalah
PKP, maka Penyedia B/J PKP yang memungut PPN. Dalam hal bukan PKP, maka
terutang/dipungut PPN.
PPh : Ormas memungut PPh psl 21 dan PPh psl 23 yang terutang saat pembayaran.
Ormas bukan pemungut PPH psl 22 sehingga tidak memungut PPh psl 22 saat
pembayaran.
Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe IV
Tipe Swakelola IV
Swakelola Tipe IV
• Swakelola tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh K/L/PD penanggung
jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat, dan
dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola;
• Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas ditetapkan oleh pimpinan
Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola; dan
• Persyaratan penyelenggara swakelola tipe IV adalah memiliki surat pengukuhan
dari pejabat yang berwenang (dan tidak memiliki NPWP).
ADK
ADK
SPM-LS SPM-LS
SPP-LS
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
Dokumen
Pendukung
2 4
TAGIHAN
Dokumen
Pendukung
3 5
1
Pelaksana
Swakelola
PPK PPSPM
SP2D-LS
6
Kontrak Satker mendaftarkan kontrak ke KPPN
7
Pembayaran I
Pembayaran II
Pembayaran Kontrak Swakelola Tipe IV
Perpajakan Swakelola Tipe IV
Pokmas bukanlah Subjek Pajak dan bukan Wajib Pajak
• Pembayaran I (Satker/SKPD ke Pokmas)
Saat pembayaran tidak terutang PPN dan PPh
• Pembayaran II (Pokmas ke Penerima Hak),
Saat pembayaran :
PPN : Siapa yang menyerahkan BKP/JKP ke Pokmas. Dalam hal yang menyerahkan adalah
PKP, maka Penyedia B/J PKP yang memungut PPN. Dalam hal bukan PKP, maka
terutang/dipungut PPN.
PPh : Pokmas bukan SP dan WP maka saat membayarkan tidak dapat memungut/
memotong pajak.
Terkait pembayaran yang terutang PPh psl 21, dalam hal penerima penghasilan tidak
memenuhi ketentuan untuk diberikan NPWP, maka terjadi potensial loss penerimaan
negara, maka dapat dipertimbangkan dipungut oleh Bendahara Satker/SKPD.
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf

More Related Content

What's hot

Pengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelola
Pengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelolaPengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelola
Pengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelolaSujatmiko Wibowo
 
Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung Usulan Anggaran tahun 2015
Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung  Usulan Anggaran tahun 2015Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung  Usulan Anggaran tahun 2015
Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung Usulan Anggaran tahun 2015Joko Riswanto
 
Paparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptx
Paparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptxPaparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptx
Paparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptxBappedaLampungUtara
 
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiJoy Irman
 
Contoh hps peralatan komputer
Contoh hps peralatan komputerContoh hps peralatan komputer
Contoh hps peralatan komputerasruldikmen
 
POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021
POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021
POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021Nurul Angreliany
 
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJ
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJMitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJ
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJKhalid Mustafa
 
Penyusunan RKP Desa
Penyusunan RKP DesaPenyusunan RKP Desa
Penyusunan RKP DesaUmi Arifah
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...Muh Saleh
 
Surat permintaan data prestasi akademik smp
Surat permintaan data prestasi akademik smpSurat permintaan data prestasi akademik smp
Surat permintaan data prestasi akademik smpsandya nugraha
 
Sewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usahaSewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usahaDimas Purnomo
 
Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...
Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...
Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...BappedaLampungUtara
 
Materi 7 pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4
Materi 7   pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4Materi 7   pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4
Materi 7 pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4Nurul Angreliany
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Joy Irman
 
Laporan monitoring
Laporan monitoringLaporan monitoring
Laporan monitoringYustus Rona
 
BIMTEK APBDES 2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES  2023 DKB.pptBIMTEK APBDES  2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES 2023 DKB.pptasepmulyana83
 
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)Eka Saputra
 
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan RakyatPembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan RakyatOswar Mungkasa
 
Materi musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpd
Materi musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpdMateri musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpd
Materi musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpdArdi Susanto
 

What's hot (20)

Pengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelola
Pengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelolaPengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelola
Pengadaan Barang dan Jasa dengan SwaKelola
 
Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung Usulan Anggaran tahun 2015
Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung  Usulan Anggaran tahun 2015Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung  Usulan Anggaran tahun 2015
Tata Cara Pembuatan TOR /KAK sebagai data dukung Usulan Anggaran tahun 2015
 
Paparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptx
Paparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptxPaparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptx
Paparan Rakor SPM 31 OKT 2022 opsi 2 (1).pptx
 
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
 
Contoh hps peralatan komputer
Contoh hps peralatan komputerContoh hps peralatan komputer
Contoh hps peralatan komputer
 
KAK PERENCANAAN
KAK PERENCANAANKAK PERENCANAAN
KAK PERENCANAAN
 
POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021
POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021
POKOK POKOK PERUBAHAN PERATURAN PENGADAAN NOMOR 12 TAHUN 2021
 
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJ
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJMitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJ
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJ
 
Penyusunan RKP Desa
Penyusunan RKP DesaPenyusunan RKP Desa
Penyusunan RKP Desa
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
Surat permintaan data prestasi akademik smp
Surat permintaan data prestasi akademik smpSurat permintaan data prestasi akademik smp
Surat permintaan data prestasi akademik smp
 
Sewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usahaSewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usaha
 
Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...
Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...
Mekanisme Pengusulan DAK Fisik Tahun Anggaran 2022 melalui Sistem Informasi K...
 
Materi 7 pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4
Materi 7   pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4Materi 7   pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4
Materi 7 pelaksanaan pbj melalui swakelola versi 4
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
 
Laporan monitoring
Laporan monitoringLaporan monitoring
Laporan monitoring
 
BIMTEK APBDES 2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES  2023 DKB.pptBIMTEK APBDES  2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES 2023 DKB.ppt
 
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
Materi Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes)
 
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan RakyatPembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
 
Materi musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpd
Materi musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpdMateri musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpd
Materi musyawarah desa, teknik persidangan, dan tata tertib bpd
 

Similar to Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf

Similar to Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf (20)

PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bm
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
Mat brev-a
Mat brev-aMat brev-a
Mat brev-a
 
Bab i ppn
Bab i ppnBab i ppn
Bab i ppn
 
Ppn & p pn bm
Ppn & p pn bmPpn & p pn bm
Ppn & p pn bm
 
Pertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptxPertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptx
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
 
Ppn dan ppnbm
Ppn dan ppnbmPpn dan ppnbm
Ppn dan ppnbm
 
Pertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajakPertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajak
 
PPN-PPnBM-27022017.pptx
PPN-PPnBM-27022017.pptxPPN-PPnBM-27022017.pptx
PPN-PPnBM-27022017.pptx
 
PPN dan PPnbm
PPN dan PPnbmPPN dan PPnbm
PPN dan PPnbm
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
PPN A_2023_Sesi 1.pptx
PPN A_2023_Sesi 1.pptxPPN A_2023_Sesi 1.pptx
PPN A_2023_Sesi 1.pptx
 
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahPajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
 
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTNPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
 
Booklet KUP
Booklet KUPBooklet KUP
Booklet KUP
 
BAB 2 PPn DAN PPnBM.pptx
BAB 2 PPn DAN PPnBM.pptxBAB 2 PPn DAN PPnBM.pptx
BAB 2 PPn DAN PPnBM.pptx
 
pajak 3.1.pptx
pajak 3.1.pptxpajak 3.1.pptx
pajak 3.1.pptx
 
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxPerpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakter
 

Recently uploaded

Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (16)

Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 

Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf

  • 1. Perpajakan dalam PBJP melalui Swakelola Webinar Zoom Meeting’s Mudji Santosa Co Daring, 4 April 2022 Mandar Trisno Hadisaputra
  • 2. B I O D A T A Mandar Trisno Hadisaputra Widyaiswara Ahli Muda BDK Makassar 081388209959 mtrisnoh@gmail.com Pengalaman : • Tim Probity Advice, LKPP, 2019 • Pemberi Keterangan Ahli PBJ LKPP, 2013 • Mediator LKPP, 2018 • Trainer Pengadaan Barang/Jasa, LKPP, 2011 • Pokja ULPD Kemenkeu 2013 -2020 • Pejabat Pembuat Komitmen KPPN Sijunjung 2013- 2014 • Panitia Pengadaan 2004 – 2012 • Pegawai Ditjen Perbendaharaan 1996 - 2018 @trisnoh75
  • 3. “Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya dimulai dari identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan” Pengadaan Barang dan Jasa
  • 4. OTULINE MATERI OUTLINE MATERI Pajak Pertambahan Nilai Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe I Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe II Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe IV Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe III
  • 6. Subjek dan Objek Pajak Subjek pajak adalah perseorangan atau sebuah badan usaha yang ditetapkan menjadi pelaku pajak tersebut Objek pajak adalah penghasilan atau disebut juga setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dikonsumsi atau meningkatkan harta kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
  • 7. Subjek dan Objek Pajak No Uraian Subjek Pajak Objek Pajak Pemungut/Pemotong 1 PPN Pengusaha Kena Pajak Penyerahan BKP/JKP PKP / Instansi Pemerintah 2 PPh 21 OP penerima penghasilan Penghasilan yang diterima Pemberi kerja 3 PPh 22 WP Badan / Penyedia • Pembayaran pembelian barang • Impor dan ekspor barang Instansi pemerintah, badan usaha 4 PPh 23 WP DN & BUT Sewa atas harta, penghasilan jasa Instansi pemerintah, badan. OP dengan SK Penunjukan dari KPP 5 PPh Final (4 ayat 2) WP Badan dan OP • Jasa konstruksi • Sewa tanah/bangunan • Instansi pemerintah • WP Badan/OP penyedia jasa Ringkasan Subjek dan Objek Pajak pada belanja pemerintah (APBN, APBD, APB Desa)
  • 8. Definisi dan Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pajak Objektif, pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik objek berupa barang dan jasa ataupun objek lainnya Pajak Tidak Langsung, dikenakan terhadap orang atau badan yang harus menanggungnya, tetapi dapat diharapkan pihak lain untuk membayarnya Pajak Konsumsi DN, sebagai pajak atas konsumsi, PPN dijadikan alat untuk membentuk pola konsumsi dengan mengenakan pada sebagian yang lain dan mengcualikan pada sebagian lain Tarif Tunggal, Tarif PPN adalah 10%, kecuali ekspor 0% Multi Stage Levy, dikenakan di setiap rantai produksi/distribusi PPN Indirect Substraction Methode, PPN yang kurang (lebih) dibayar dihitung berdasarkan jumlah PPN yang dipungut dengan PPN yang dibayar Memperdagangkan barang Pemberian pelayanan jasa Menyiapkan – menghasilkan - menyalurkan
  • 9. Objek PPN PPN Objek Pajak 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di dalam daerah Pabean 3. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean Dikecualikan dari pemungutan PPN dan PPn BM 1. Pembayaran ≤ Rp. 2 Juta tidak termasuk PPN dan PPn BM dan tidak dipecah 2. Pembayaran dengan KKP 3. Pembayaran untuk pembebasan Tanah 4. Pembayaran atas Penyerahan BKP dan atau JKP yang menurut perundangan – undangan PPN mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN (UU No.42/2009 Pasal 4 a) 4. Penyerahan BBM / Non BBM oleh Pertamina 5. Pembayaran Rekening Telepon oleh perusahaan telekomunikasi 6. Jasa Angkutan Udara oleh Perusahaan Penerbangan 7. Pembayaran lain yang tidak dikenakan PPN
  • 10. BKP dan JKP Barang / Jasa BKP dan JKP Non BKP dan Non JKP Kena PPN Tidak Dipungut Dibebaskan Tidak kena PPN Ditanggung Pemerintah Mendapat Fasilitas Tidak Mendapat Fasilitas
  • 11. Barang Kena Pajak Barang Berwujud Bergerak Tidak bergerak Tidak berwujud Dikenai PPN BKP Barang Tidak Kena Pajak Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya Barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat banyak Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, RM, warung, serta yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering Uang, emas batangan, dan surat berharga Negatif List Pada dasarnya semua barang dapat dikenai PPN kecuali UU menetapkan sebaliknya Ya Tidak
  • 12. Jasa Kena Pajak Dikenai PPN JKP Jasa Tidak Kena Pajak Pada dasarnya semua jasa dapat dikenai PPN kecuali UU menetapkan sebaliknya Ya Tidak Jasa 1. Jasa dibidang kesehatan medik, seperti dokter umum, dokter spesialis, jasa dibidang pelayanan sosial seperti panti asuhan, jasa pemakaman; 2. Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko; 3. Jasa pelayanan sosial; 4. Jasa dibidang keagamaan seperti pemberian khotbah/ dakwah; 5. Jasa dibidang pendidikan, jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan, seperti pementasan kesenian tradisonil; 6. Jasa dibidang penyiaran, seperti penyiaran radio dan televisi yang bukan bersifat iklan. 7. Jasa di bidang angkutan umum seperti angkutan umum di darat dan di air; 8. Jasa di bidang tenaga kerja seperti jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja; 9. Jasa di bidang perhotelan 10. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan umum. 11. Jasa Keuangan 12. Jasa penyediaan tempat parker 13. Jasa boga atau Katering 14. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
  • 13. Definisi dan Karakteristik Produsen Distributor Pengecer Konsumen Akhir Harga Jual : 10 juta PPN : 1 Juta Harga Jual : 13 juta PPN : 1,3 Juta Harga Jual : 15 juta PPN : 1,5 Juta Kas Negara Bayar 11 juta Bayar 14,3 juta Bayar 16,5 juta Setor 1 juta Setor 0,3 juta Setor 0,2 juta 1,5 Juta PK - PM PK - PM B e b a n P e m b e l i
  • 15. Pengenaan PPN • Pengusaha yang melakukan penyerahan (a,c,f,g,dan h kecuali pengusaha kecil dalam Batasan yang dikecualikan) wajib dikukuhkan sebagai PKP • Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak meliputi baik pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana diatas maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan. • Penyerahan BKP/JKP yang terutang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : • Barang/Jasa diserahkan merupakan BKP/JKP • Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean, dan • Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
  • 16. Pengusaha Kena Pajak Mengimpor Barang Memanfaatkan Barang tidak berwujud dari luar DP Memanfaatkan Jasa dari luar DP Menghasilkan Barang Mengekspor Barang Melakukan usaha perdagangan Melakukan usaha jasa • Pengusaha dengan Omzet dalam 1 tahun > 4,8 milyar maka wajib PKP • Pengusaha dengan Omzet dalam 1 tahun < 4,8 milyar maka dapat memilih • PKP wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN terutang Pengukuhan Secara Jabatan DJP 1 2 Melapor
  • 17. PPN tidak dipungut atas penyerahan barang/jasa yang dilakukan oleh bukan PKP
  • 18. DPP PPN • Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang • PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak Harga Jual Penggantian Nilai Lain nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP tidak berwujud karena pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Nilao berupa uang yang ditetapkan sebagai DPP
  • 19. Mekanisme Pemungutan PPN Pemungut PPN Penjual Umum; Penjual sebagai Pemungut Pembeli Khusus : Pembeli sebagai Pemungut • Instansi pemerintah sebagai Pemungut PPN • Penjual membuat faktur pajak • Instansi pemerintah memungut, menyetor, dan melaporkan • Penjual dengan status PKP • Wajib memungut, membuat faktur pajak, menyetor, dan melaporkan
  • 20. Ilustrasi Pemungutan PPN Objek PPN PKP melakukan penyerahan BKP / JKP PPN Terutang Tarif x DPP Pemungutan PPN • Penjual • Pembeli Faktur Pajak sebagai Bukti Pemungutan Diterbitkan Penjual Pelaporan dalam SPT Masa
  • 21. Faktur Pada saat Pembayaran Apakah pembayaran diterima terlebih dahulu? Penyerahan BKP di dalam daerah pabean Penyerahan JKP di dalam daerah pabean Impor BKP Pemanfaatan BKP tidak berwujud di luar daerah pabean Pemanfaatan JKP di luar daerah pabean Ekspor BKP berwujud Ekespor BKP tidak berwujud Ekspoer JKP Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP / JKP atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari lar daerah pabean; saat terutangnya pajak adalah saat pembayaran Tidak Ya
  • 22. Kode Faktur Kode Faktur Penggunaan Contoh 01 dipergunakan dalam penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang terutang PPN, yang dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan sifat umum Pembelian ATK Rp 2 juta kebawah 02 digunakan PKP yang melakukan transaksi dengan pemungut PPN bendahara pemerintah (Instansi pemerintah). Transaksi berupa BKP dan/atau JKP yanh PPNya dipungut oleh bendahara pemerintah (instansi pemerintah) Pembelian laptop seharga Rp 5 juta 07 dipergunakan PKP dalam menyerahkan BKP dan/atau JKP yang mendapatkan fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP) Pengadaan dengan sumber pembiayaan PHLN 08 dipergunakan PKP yang menyerahkan BKP dan/atau JKP dengan fasilitas pembebasan pengenaan PPN makan ternak, barang hasil pertanian, bibit atai benih perkebunan, air bersih perusahaan air minum, listrik, hingga rumah susun sederhana
  • 23. Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe I
  • 25. Swakelola Tipe I • Swakelola tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran; • Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh PA/KPA • Swakelola tipe I juga dapat dilaksanakan oleh: 1) Badan Layanan Umum (BLU) yang merupakan bagian dari Kementerian/ Lembaga penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk; 2) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang merupakan bagian dari Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk; atau 3) Perguruan Tinggi Negeri yang merupakan bagian dari Kementerian/ Lembaga penanggung jawab anggaran.
  • 26. Pembayaran atas tagihan kepada Negara dilakukan secara langsung dari Rekening Kas Umum Negara kepada yang berhak Dalam hal pembayaran secara langsung belum dapat dilaksanakan ❖ Untuk kegiatan operasional sehari-hari perkantoran ❖ Pembayaran yang menurut sifatnya tidak dapat direncanakan dan jumlah pengeluarannya relatif kecil, misalnya pembelian BBM premium, solar, dan ❖ pembayaran lainnya yang berdasarkan pertimbangan efektifitas dan efisiensi harus dilakukan melalui Uang Persediaan ❖ Ketiadaan bank pada suatu daerah sesuai kondisi geografis Pembayaran Langsung Uang Persediaan Pembayaran Swakelola Tipe I
  • 27. Pembayaran UP ADK ADK SPM-LS SPM-LS SPP-LS Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung 2 4 TAGIHAN Dokumen Pendukung 3 5 1 Penerima Hak PPK SP2D-LS 6 Bendahara SPBy 2 1 Pembayaran LS PPSPM Pembayaran Swakelola Tipe I
  • 28. Perpajakan Swakelola Tipe I Mengacu kepada PMK 231/PMK.03/2019
  • 29. Kewajiban PPh P 23 26 Instansi Pemerintah Wajib memotong/memungut atas setiap pembayaran yang merupakan objek potput Harus membuat bukti pemotongan/pemungutan PPh dapat berupa: • • BPN Bukti pemotongan atau sesuai pemungutan ketentuan perpajakan; atau • Dokumen tertentu yang dipersamakan dengan bukti potong PPh. Pasal 26 Pasal 21 Pasal 23 Pasal 15 Pasal 22 Pasal 4(2)
  • 30. Kewajiban PPN U mi Faktur Pajak Tagihan Penyerahan Pembayaran Tidak Dilakukan Pemungutan atas : jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 Penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi tidak termasuk PPN dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah Atas jasa angkutan udara yang Pembayaran dg Kartu Kredit Pemerintah diserahkan penerbangan oleh perusahaan utk pengadaan tanah Mendapat fasilitas PPN tidak tk penyerahan BBM & bahan bakar nyak oleh Pertamina dipungut/dibebaskan PPN&PPnBM yang terutang dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh PKP Rekanan FP 07/08 BKP / JKP PKP Rekanan Instansi Pemerintah FP dibuat pada saat menyampaikan tagihan berdasarkan dokumen penagihan menggunakan kode Faktur Pajak 02
  • 31. Tarif PPh psl 21 PPh psl 22 PPh psl 23 PPh final 4 (2) PPN • Penghasilan teratur • Penyerahan barang Tarif 1,5% • Sewa penggunaan harta • Jasa Teknik, manajemen, konsultan, dan jasa lainnya Tarif 2% • Sewa tanah & bangunan • Konstruksi • Peredaran bruto • Penyerahan B/J PKP Tarif 10%
  • 32. Kewajiban Material Perpajakan M: SPT berlaku Jan 2021 Kode Billing Setor SPT Masa PPh 21/26 Unifikasi SPT Masa Put BPN NTPN Kas Negara KPP Pratama Instansi Pemerintah SPT Masa PPN 1111 Pelaporan Penyetoran Jenis SPT: 1. SPT Masa PPh Pasal 21/26 Jangka waktu penyetoran PPh, PPN, & PPnBM 3. SPT Masa PPN bagi PKP Instansi Pemerintah 1. SPT Masa PPh Pasal 21/26 dan SPT Max tanggal 10 bulan berikutnya setelah 1. Instansi Pemerintah Pusat & Daerah: a. Max 7 hari setelah tanggal pembayaran dg mekanisme Uang Persediaan. b. Pada hari yang sama dg tanggal pembayaran dg mekanisme Langsung 2. SPT Masa unifikasi bagi Instansi Pemerintah Jangka waktu pelaporan: unifikasi paling lama tanggal 20 bulan berikutnya 2. SPT Masa PPN paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir 2. Instansi Pemerintah Desa tanggal pembayaran 3. PKP Instansi Pemerintah Max sebelum SPT Masa PPN dilaporkan Rp
  • 33. PPN
  • 34. PPh Jasa Konstruksi Psl 4 ayat 2 JASA KONSTRUKSI PPh Bersifat Final Pelaksana Kontruksi Perencana/Pengawas Kontruksi Mempunyai kualifikasi usaha Tidak Mempunyai kualifikasi usaha Dengan kualifikasi usaha Tanpa kualifikasi usaha Kecil / OP Non Kecil 1,75% 2,65 % 4 % 3,5 % 6 % Pekerjaan Kontruksi Terintegrasi Mempunyai kualifikasi usaha Tidak Mempunyai kualifikasi usaha 2,65% 4 %
  • 35. PPh Pasal 21 LAMA Lapisan penghasilan Kena Pajak Tarif PPh S.d. Rp.50.000.000,- 5 % Di atas Rp.50 juta s.d. Rp.250 juta 15 % Di atas Rp.250 juta s.d. Rp.500 juta 25 % Di atas Rp.500.000.000,- 30 % BARU Lapisan penghasilan Kena Pajak Tarif PPh S.d. Rp.60.000.000,- 5 % Di atas Rp.60 juta s.d. Rp.250 juta 15 % Di atas Rp.250 juta s.d. Rp.500 juta 25 % Di atas Rp.500 juta s.d. Rp.5 milyar 30 % Di atas Rp.5.000.000.000,- 35 %
  • 36. Pemotongan atas penghasilan yang bersifat tidak tetap dan tidak teratur Honorarium dan imbalan lain yang dengan nama apapun yg menjadi beban APBN/ APBD, dikenai PPh Pasal 21 bersifat final dengan tarif: 0% 1. PNS Gol I dan Gol II 2. Anggota TNI dan Polri pangkat Tamtama dan Bintara 3. Pensiuannya 5% 1. PNS Gol.III 2. Anggota TNI dan Polri pangkat Perwira Pertama 3. Pensiuannya 15% 1. Pejabat Negara 2. PNS Gol.IV 3. Anggota TNI dan Polri Pangkat Perwira Menengah dan Tinggi 4. Pensiuannya TMT 01.01.2011
  • 37. Perhitungan PPh pasal 21 Lainnya Pegawai tdk tetap, tenaga lepas,honorer, yang dibayar bulanan gaji, uang pensiun, tunjangan, dan sejenisnya kali Tarif Pasal 17 Dikurangi PTKP Dikali 12 dibagi 12 =PPh Psl 21 sebulan Penerima Upah harian, mingguan, satuan, borongan. < Rp 450.000/hari TIDAK DIPOTONG >Rp 450.000/hari; ≤4.500.000= 5% x (upah sehari – Rp 450.000) Saat >Rp 4.500.000; ≤10.200.000 dlm 1 bln = 5% x (upah sehari–PTKP/360) Saat > 10.200.000 dlm 1 bln = (disetahunkan – PTKP) / 12
  • 38. Perhitungan PPh pasal 21 Lainnya Upah satuan Urip bekerja memasang gebalan rumput. Upah dibayar 150 ribu/meter. Dalam seminggu (6 HK) dipasang 24 m dengan upah 3.600.000 Perhitungan PPh pasal 21 : Upah sehari : Rp.3.600.000 : 6 = 600.000 Upah diatas 450.000 600.000 - 450.000 = 150.000 6 x 150.000 = 900.000 PPh pasal 21 5% x 900.000 = 45.000 (seminggu)
  • 39. Perhitungan PPh pasal 21 Bukan Pegawai ▪ Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris ▪ Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/ti, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lain ▪ Olahragawan ▪ Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator ▪ Pengarang, peneliti dan penerjemah ▪ Pemberi Jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, gotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan ▪ Agen Iklan ▪ Pengawas atau pengelola proyek ▪ Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara ▪ Petugas Penjaja barang dagangan ▪ Petugas dinas luar asuransi ▪ Distributor perusahaan MLM Berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
  • 40. Perhitungan PPh pasal 21 Bukan Pegawai Bukan Pegawai 1. Tidak mendapat penghasilan di tempat lain 2. Ber-NPWP (50% Jml bruto-PTKP) x Tarif Pasal 17 (lapisan tarif berdasar Jumlah PKP kumulatif) Tarif Ps 17 X 50% x Jmlh Bruto Berkesinambungan 50% Jml bruto x Tarif Pasal 17 (lapisan tarif berdasar 50%x Jumlah bruto kumulatif) Tidak Berkesinambungan Memenuhi syarat Tidak Memenuhi syarat
  • 41. Perhitungan PPh pasal 21 Bukan Pegawai Dalam acara sosialisasi pengentasan kemiskinan di pedesaan, Departemen Sosial mengadakan acara penggung hiburan untuk menghibur masyarakat setempat dengan mengundang seorang penyanyi ibukota dengan pembayaran honor sebesar Rp.120.000.000,00. Maka PPh psl 21 yang dikenakan kepada penyanyi tsb sebesar : - Dasar Pengenaan Pajak = 50 % x Rp 120.000.000,00 = Rp 60.000.000 - Pajak terutang : (5% Rp. 50.000.000,- + 15% x Rp10.000.000,-) ,- = Rp 4.000.000,- • Penghasilan berupa honor dan imbalan lain yang dibayarkan kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris, dikenakan pemotongan PPh pasal 21 dengan tarif Pasal 17 x penghasilan bruto. • Contoh : • PPh yang dikenakan kepada seorang arsitek dengan pembayaran sebesar Rp.10.000.000,00 adalah : - Dasar Pengenaan 50% x Rp.10.000.000,0 = Rp.5.000.000,00 - Pajak terutang : 5% x 5.000.000 = 250.000
  • 42. Perhitungan PPh pasal 21 Peserta Kegiatan 1. Peserta Perlombaan dalam segala bidang 2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja 3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu 4. Peserta Pendidikan dan pelatihan 5. Peserta Kegiatan lainnya Penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun : uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dan penghasilan sejenis lainnya
  • 43. TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS : PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH DAN TIDAK DAPAT DIPECAH JUMLAH PENGHASILAN BRUTO Perhitungan PPh pasal 21 Peserta Kegiatan
  • 44.  Saudara Retno mengikuti kegiatan bimbingan teknis merangkai bunga pada SKB Kota parepare. Dia menerima upah Rp.700.000,-  PPh pasal 21 5% x Rp.700.000 = Rp.35.000,- Perhitungan PPh pasal 21 Peserta Kegiatan
  • 48. Pengadaan ATK Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembayarkan pembelian ATK pada tanggal 18 Maret 2016 sebesar Rp 33.000.000,00 (harga sudah termasuk PPN) kepada CV Betacomp dengan NPWP 06.325.456.3-404.000. Atas pembelian itu CV betacomp menerbitkan faktur dengan kode nomor seri 020.000- 13.00000101. PPN : Tidak dikenakan • Harga ATK = Rp 33.000.000,- • Dasar Pengenaan Pajak: Rp33.000.000,- x 10 / 11 = Rp30.000.000,- • PPN: 10% x Rp30.000.000,- = Rp3.000.000,- • PPh psl 22 = 1,5% x Rp 30.000.000,- = Rp 450.000,- PMK 231/PMK.03/2019
  • 49. Jasa Pengiriman Satker Pusdiklat A melakukan perikatan kepada PT Kiriman Kilat untuk pengiriman paket buku sebesar Rp 100.000.000,-. Terhadap perikatan itu harus memungut PPN sebesar: • Harga jasa pengiriman = Rp100.000.000,- • Dasar Pengenaan Pajak: 10% x Rp100.000.000,- = Rp10.000.000,- • PPN: 10% x Rp10.000.000,- = Rp1.000.000,- • PPh psl 23 = 2% x Rp 100.000.000,- = Rp 2.000.000,-
  • 50. Jasa Pengiriman Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Nilai lain sesuai PMK 121/PMK.03/2015 (PMK 75/PMK.03/2010) ditetapkan bermacam-macam antara lain : 1. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau 2. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih
  • 51. Jasa Perhotelan Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum melakukan perikatan kepada PT Maju Mundur (Hotel Swiss Bell Mangga Besar untuk pengadaan akomodasi kegiatan Workshop Ahli Kontrak sebesar Rp 250.000.000,-. Terhadap perikatan itu harus memungut PPN sebesar ?? PPN : Tidak dikenakan Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai meliputi: a. jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya (room service, laundry, dan sejenisnya) di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan (transportasi hotel/kendaraan antar jemput, fasilitas olahraga dan hiburan) untuk tamu yang menginap; dan b. jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel. PMK 43/PMK.03/2015
  • 52. Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe II, III, dan IV
  • 54. Swakelola Tipe II • Swakelola tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan, dan diawasi oleh K/L/PD penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh K/L/PD lain pelaksana Swakelola; • Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA, serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh K/L/PD lain pelaksana Swakelola; • Swakelola tipe II juga dapat dilaksanakan oleh: 1) K/L/PD yang punya TUSI sesuai dengan pekerjaan swakelola yang akan dilaksanakan; 2) UKPBJ K/L/PD yang ditunjuk sebagai Agen Pengadaan untuk pemilihan penyedia barang/jasa; 3) BLU/BLUD K/L/PD Lain; atau 4) Perguruan Tinggi Negeri Kementerian/ Lembaga Lain.
  • 55. ADK ADK SPM-LS SPM-LS SPP-LS Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung 2 4 TAGIHAN Dokumen Pendukung 3 5 1 Pelaksana Swakelola PPK PPSPM SP2D-LS 6 Kontrak Satker mendaftarkan kontrak ke KPPN 7 Pembayaran I Pembayaran II Pembayaran Kontrak Swakelola Tipe II
  • 56. Perpajakan Swakelola Tipe II Instansi Pemerintah (Satker/SKPD biasa, BLU/BLUD dan Satker Pengelola PNBP) bukanlah Subjek Pajak, dalam hal memenuhi ketentuan : 1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang‐undangan; 2. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD; 3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerin tah Daerah; dan 4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. Sehingga saat pembayaran kontrak swakelola dari Satker penanggung jawab anggaran tidak dipungut PPN dan PPh. Dalam hal instansi pemerintah menyerahkan barang/jasa merupakan PKP, maka dikenakan PPN. Pembayaran I
  • 57. Perpajakan Swakelola Tipe II Pembayaran II Mengacu kepada PMK 231/PMK.03/2019
  • 58. Perpajakan Swakelola Tipe II (PTNBH) • PTN Badan Hukum adalah perguruan tinggi negeri yang didirikan oleh Pemerintah yang berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom. • PTN Badan Hukum memiliki: 1) kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah; 2) tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri; 3) unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi; 4) hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel; 5) wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri dosen dan tenaga kependidikan; 6) wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan 7) wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup program studi
  • 59. Perpajakan Swakelola Tipe II (PTNBH) • PTN Badan Hukum merupakan subjek pajak dalam negeri karena tidak memenuhi kriteria unit tertentu dari badan pemerintah yang dikecualikan sebagai subjek dalam negeri. • Dalam hal instansi pemerintah menyerahkan barang/jasa merupakan PKP, maka dikenakan PPN. Pembayaran I Pembayaran II • Bendahara PTN Badan Hukum bukan merupakan bendahara pemerintah, sehingga tidak melakukan pemungutan PPh Pasal 22 dan PPN atas pembellan barang dan/atau jasa.. • PTN BH menungut PPh pasal 21, 23, dan PPh final 4 ayat 2.
  • 60. Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe III
  • 62. Swakelola Tipe III • Swakelola tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh K/L/PD penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola; • Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh pimpinan pelaksana Swakelola; • Swakelola tipe III juga dapat dilaksanakan oleh: 1) Perguruan Tinggi Swasta; 2) LSM; atau 3) Organisasi profesi. • Persyaratan penyelenggara Swakelola tipe III berbadan hukum Yayasan atau berbadan hukum perkumpulan dan memiliki NPWP.
  • 63. ADK ADK SPM-LS SPM-LS SPP-LS Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung 2 4 TAGIHAN Dokumen Pendukung 3 5 1 Pelaksana Swakelola PPK PPSPM SP2D-LS 6 Kontrak Satker mendaftarkan kontrak ke KPPN 7 Pembayaran I Pembayaran II Pembayaran Kontrak Swakelola Tipe III
  • 64. Perpajakan Swakelola Tipe III Ormas adalah Subjek Pajak • Pembayaran I (Satker/SKPD ke Pokmas) Saat pembayaran tidak terutang PPN dan berpotensi dikenakan PPh psl 23 • Pembayaran II (Ormas ke Penerima Hak), Saat pembayaran : PPN : Siapa yang menyerahkan BKP/JKP ke Pokmas. Dalam hal yang menyerahkan adalah PKP, maka Penyedia B/J PKP yang memungut PPN. Dalam hal bukan PKP, maka terutang/dipungut PPN. PPh : Ormas memungut PPh psl 21 dan PPh psl 23 yang terutang saat pembayaran. Ormas bukan pemungut PPH psl 22 sehingga tidak memungut PPh psl 22 saat pembayaran.
  • 65. Perpajakan pada PBJ melalui Swakelola Tipe IV
  • 67. Swakelola Tipe IV • Swakelola tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh K/L/PD penanggung jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola; • Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas ditetapkan oleh pimpinan Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola; dan • Persyaratan penyelenggara swakelola tipe IV adalah memiliki surat pengukuhan dari pejabat yang berwenang (dan tidak memiliki NPWP).
  • 68. ADK ADK SPM-LS SPM-LS SPP-LS Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung Dokumen Pendukung 2 4 TAGIHAN Dokumen Pendukung 3 5 1 Pelaksana Swakelola PPK PPSPM SP2D-LS 6 Kontrak Satker mendaftarkan kontrak ke KPPN 7 Pembayaran I Pembayaran II Pembayaran Kontrak Swakelola Tipe IV
  • 69. Perpajakan Swakelola Tipe IV Pokmas bukanlah Subjek Pajak dan bukan Wajib Pajak • Pembayaran I (Satker/SKPD ke Pokmas) Saat pembayaran tidak terutang PPN dan PPh • Pembayaran II (Pokmas ke Penerima Hak), Saat pembayaran : PPN : Siapa yang menyerahkan BKP/JKP ke Pokmas. Dalam hal yang menyerahkan adalah PKP, maka Penyedia B/J PKP yang memungut PPN. Dalam hal bukan PKP, maka terutang/dipungut PPN. PPh : Pokmas bukan SP dan WP maka saat membayarkan tidak dapat memungut/ memotong pajak. Terkait pembayaran yang terutang PPh psl 21, dalam hal penerima penghasilan tidak memenuhi ketentuan untuk diberikan NPWP, maka terjadi potensial loss penerimaan negara, maka dapat dipertimbangkan dipungut oleh Bendahara Satker/SKPD.