Dokter di RSUD Malang, Antarestawati, dilaporkan ke polisi setelah mengunggah foto seorang wanita bernama Khoiriatul Masruroh di grup WhatsApp dengan caption yang dianggap melecehkan. Foto tersebut diberi tulisan "Buka Lapak... 150 ewu/jam" yang membuat Khoiriatul merasa direndahkan dan memutuskan melapor ke polisi. Kasus ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat digunakan untuk berbuat
1. (Akibat WhatsApp, Dokter di RSUD Malang Dijerat UU ITE)
disusun oleh :
Eko Waluyo : 12135828
Kornelis Zalukhu : 12132942
Dhika Fauzi : 12135473
Wiji Lestari : 12137694
Lilis Sumiati : 12136729
Zena Oktavia : 12135413
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer
BINA SARANA INFORMATIKA (BSI)
Jakarta - 2015
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat dan Anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang
kami buat ini menjelaskan tentang “Cyber Crime” dengan mengangkat sebuah
kasus yang terjadi antara Antarestawati dan Khoiriatul Masruroh yang berawal
dari upload foto melalui jejaring sosial yang akhirnya terancam hukuman pidana
UU ITE.
Kami tidak lupa berterima kasih kepada bapak Oktavian sebagai dosen
pembimbing mata kuliah EPTIK yang telah mbimbing dan mengarahkan kami
dalam penyusunan makalah ini juga kepada pihak-pihak yang telah berperan aktif
maupun peran secara tidak langsung dalam kelangsungan penyusunan makalah
ini. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca sekalian.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Mei 2015
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA........................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup ........................................................................... 1
BAB II PENGETAHUAN UMUM CRYBER CRIME ................................ 2
2.1. Pengertian Cybercrime ......................................................... 2
2.2. Pengertian Cyberstalking .................................................... 2
2.3. Kriteria Cyberstalking ....................................................... 3
2.4. Aksi dan Tujuan Cyberstalker ............................................ 4
2.5. Tujuan Cyberstalker ............................................................. 5
2.6. CyberStalking & Aplikasi Jejaring Sosial ........................... 5
BAB III STUDY KASUS .............................................................................. 7
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 9
4.1. Kesimpulan ................................................................................ 9
4.2. Saran .......................................................................................... 9
BAB V DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 11
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi komputer saat ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat, penggunanyapun dari anak-anak sampai orang
dewasa. Dengan semakin majunya bidang teknologi, ancaman atau kejahatanpun
semakin marak.
Cybercrime merupakan istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan
dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat
terjadinya kejahatan. Banyak contoh kejahatan di dunia maya dimana komputer
sebagai alat, untuk itu kita sebagai pengguna mestinya lebih berhati-hati dalam
memanfaatkan teknologi ini supaya tidak terjebak di dalam kejahatan.
Globalisasi membawa manusia pada suatu dunia tanpa batas (borderless
world) dengan arus informasi supercepat (superhighway information) yang
mendunia. Globalisasi dunia memicu revolusi (bukan evolusi) di bidang ICT
(Information and Communication Technology).
Tantangan globalisasi pada perkembangan ICT bagi generasi muda yang paling
mengkhawatirkan adalah Situs Jejaring Sosial.
1.2 Ruang Lingkup
Dalam Penulisan makalah ini, kami membahas sekilas cyber crime secara
umum dan lebih rincinya pada cyberstalking untuk memudahkan dalam
pembahasan dan supaya materi yang kami uraikan lebih spesifik.
5. 2
BAB II
PENGETAHUAN UMUM CYBER CRIME
2.1. Pengertian Cybercrime
“ Cybercrime ” adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada
teknologi internet (cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum di dalam
cyberspace ataupun kepemilikan pribadi. Secara teknik tindak pidana tersebut
dapat dibedakan menjadi off-line crime, semi on-line crime, dan cybercrime.
Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, namun perbedaan utama antara
ketiganya adalah keterhubungan dengan jaringan informasi publik (internet).
Cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan
teknologi komputer dan telekomunikasi.
The Prevention of Crime and The Treatment of Offlenderes di Havana, Cuba
pada tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2 istilah
yang dikenal:
1. Cybercrime dalam arti sempit disebut computer crime, yaitu prilaku
ilegal/ melanggar yang secara langsung menyerang sistem keamanan
komputer dan/atau data yang diproses oleh komputer.
2. Cybercrime dalam arti luas disebut computer related crime, yaitu prilaku
ilegal/melanggar yang berkaitan dengan sistem komputer atau jaringan.
Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan
melawan hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai
sarana/ alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan
ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain.
2.2. Pengertian Cyberstalking
"Cyberstalking" adalah penggunaan internet atau alat elektronik lainnya
untuk melecehkan seseorang, sekelompok orang, atau organisasi.
6. 3
Cyberstalking adalah bentuk terbaru dari perilaku kriminal yang melibatkan
ancaman persisten atau perhatian yang tidak diinginkan menggunakan internet dan
cara lain komunikasi komputer.
Cyberstalking dapat mencakup melecehkan, mengancam, spamming
berlebihan, live chat pelecehan atau dikenal sebagai chatting , pesan yang tidak
pantas pada papan pesan atau buku tamu online, virus berbahaya elektronik
dikirim, email yang tidak diinginkan, dan pencurian identitas elektronik.
Termasuk tuduhan palsu , pemantauan, membuat ancaman, pencurian identas,
kerusakan pada data atau peralatan, atau mengumpulkan informasi dalam rangka
untuk melecehkan. Aksi cyberstalking bisa sangat berbahaya dan menakutkan,
terutama bagi anak dan remaja. Hal ini lantaran informasi identitas pribadi
seseorang yang tidak diketahui di Internet memberikan peluang bagi para
penguntit (talker) untuk berkeliaran bebas menjalankan aksinya. Cyberstalker
(pelaku cyberstalking) bahkan sering melakukan tindakan ekstrim karena mereka
merasa tidak dapat ditangkap atau dihukum karena sulit dideteksi.
2.3. Kriteria Cyberstalking
Bagaimana mengidentifikasi cyberstalking:
Ketika mengidentifikasi cyberstalking "di lapangan", dan khususnya ketika
mempertimbangkan apakah akan melaporkannya kepada otoritas apapun hukum,
fitur berikut atau kombinasi fitur dapat dianggap untuk mengkarakterisasi situasi
mengintai benar : kebencian , direncanakan terlebih dahulu, pengulangan,
kesusahan , obsesi , balas dendam , tidak ada tujuan yang sah, secara pribadi
diarahkan, mengabaikan peringatan untuk berhenti, pelecehan , dan ancaman.
Jika hanya 1x seseorang megejek di dunia maya, itu bukan disebut dengan bully
atau pun talker. Kita harus melihat konteks nya apa! Apakah di kegiatan becanda
antar teman, berdiskusi, itu juga harus dilihat, jika mereka hanya sekedar saling
mengejek(gurauan), bukan disebut cyberstalking.
7. 4
2.4. Aksi dan Tujuan Cyberstalker
2.4.1 Aksi Cyberstalker
Tuduhan Palsu
Banyak cyberstalkers mencoba untuk merusak reputasi
korban. Mereka posting informasi palsu tentang mereka di situs dan
website tertentu. Mereka mungkin mengatur situs mereka sendiri, blog
atau halaman pengguna untuk tujuan kejahatan ini. Mereka memposting
dugaan tentang korban untuk newsgroup, chat room atau situs lainnya
yang memungkinkan kontribusi masyarakat.
Upaya untuk mengumpulkan informasi tentang korban
Cyberstalkers mungkin melakukan pendekatan dengan
teman-teman korban mereka, keluarga dan rekan kerja untuk
mendapatkan informasi pribadi. Mereka dapat memantau informasi di
Internet, atau menyewa seorang detektif swasta.Mereka akan sering
memonitor aktivitas online korban dan berusaha untuk melacak alamat
IP mereka dalam upaya untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut
tentang korban-korban mereka.
Mendorong orang lain untuk melecehkan korban
Banyak cyberstalkers mencoba untuk melibatkan pihak
ketiga dalam pelecehan ini. Mereka mungkin mengklaim korban telah
merugikan penguntit atau keluarganya dalam beberapa cara, misalnya
dengan memposting nama korban dan nomor telepon untuk mendorong
orang lain ikut mengganggu korban.
Salah korbankan mengklaim bahwa korban melecehkan dirinya.
Serangan terhadap data dan peralatan
Mereka mungkin mencoba untuk merusak komputer korban dengan
mengirimkan virus.
Memesan barang dan jasa
8. 5
Mereka memesan barang atau berlangganan majalah atas
nama korban. Ini sering melibatkan langganan untuk melakukan
tindakkan pornografi atau memesan mainan seks kemudian dikirim ke
tempat korban.
Mengatur pertemuan
Para pemuda menghadapi risiko tinggi terutama terhadap
cyberstalkers yang mencoba untuk mengatur pertemuan di antara
mereka.
2.4.2. Tujuan Cyberstalker
Mengawasi aktivitas online korban via spyware, yaitu program yang
dirancang untuk memata-matai komputer atau ponsel seseorang
secara jarak jauh.
Melacak lokasi korban menggunakan teknologi GPS
Mencegat dengan panggilan ponsel atau SMS seseorang
Berkedok sebagai korban
Mengawasi dan menonton aktivitas korban lewat kamera
tersembunyi.
2.5. Target Cyberstalking
1) Laki-laki
2) Perempuan
3) Mitra Intim (ex. mantan kekasih)
4) Massa
5) Perusahaan
2.6. CyberStalking & Aplikasi Jejaring Sosial
Seiring dengan Facebook, situs populer lain seperti Path, WhatsApp, Line telah
memungkinkan cyberstalkers untuk melihat update pada mangsanya dan dalam
9. 6
beberapa kasus, memungkinkan mereka untuk melihat keberadaan korban
mereka. Aplikasi terbaru yang memanfaatkan perangkat lunak global positioning
(GPS) teknologi, seperti Foursquare , membuat tindakan menemukan korban
mereka lebih mudah. Periksa bahaya teknologi GPS dan korelasinya dengan
cyberstalking.
Cyberstalking merupakan sebuah aksi memata-matai atau menguntit
privasi pengguna internet melalui teknologi termasuk komputer, ponsel, kamera
dan teknologi lainnya. Cyberstalking nantinya bisa berujung pada tindakan
pelecehan, rayuan, pesan vulgar atau mengancam, fitnah atau pesan yang tidak
diinginkan. Motifnya beragam, mulai dari balas dendam, marah, sekadar iseng
atau ingin mengontrol seseorang.
Fakta bahwa cyberstalking tidak melibatkan kontak fisik dapat menciptakan
kesalahan persepsi bahwa lebih berbahaya daripada menguntit secara fisik. Hal
ini belum tentu benar. Dengan fungsi Internet yang menjadi bagian integral dari
kehidupan kita pribadi, penguntit profesional dapat mengambil keuntungan dari
kemudahan komunikasi serta peningkatan akses terhadap informasi pribadi.
Dengan kata lain, stalker mungkin tidak mau atau tidak mampu menghadapi
korban secara langsung atau di telepon, ia mungkin memiliki sedikit keraguan
melecehkan atau mengancam dengan mengirim komunikasi elektronik untuk
korban. Akhirnya, seperti pelecehan fisik mengintai, ancaman secara online
mungkin merupakan awal terhadap perilaku yang lebih serius, termasuk
kekerasan fisik.
10. 7
BAB III
STUDY KASUS
(Antarestawati vs Khoiriatul Masruroh)
Antarestawati Acip Tjokro adalah seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit
Umum Derah (RSUD) Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur dilaporkan ke
polisi. Penyebabnya, dokter berusia 31 tahun itu mengunggah foto di aplikasi
WhatsApp tanpa seizin pemiliknya, Khoiriatul Masruroh.
Kasus ini bermula saat Antarestawati mengunggah foto selfie Khoiriatul di grup
WhatsApp, yang beranggotakan sejumlah karyawan RSUD Kanjuruhan. Foto
Khoiriatul yang berkaos hitam klub sepak bola Paris Saint German itu diberi tulisan
"Buka Lapak... 150 ewu (ribu)/ jam."
Khoiriatul Masruroh mengatakan, semula dirinya tidak mengetahui fotonya dipasang
dr Antarestawati di grup WA. Dia mengetahuinya dari salah seorang temannya.
"Sementara, foto saya di upload ke group WA dengan diberikan tulisan Buka Lapak
Rp150 ewu/jam, itu bukan guyonan. Dan itu saya anggap serius dalam melecehkan
saya, padahal saya dengan dr Antarestawati tidak pernah ada masalah sebelumnya,"
tandasnya.
“Sepertinya saya ini wanita murahan yang bisa dibeli dengan uang Rp150 ribu
perjam,” katanya.
Merasa dilecehkan,dia membawa kasus ini ke pihak berwajib. Dia berharap agar
kasus ini bisa diproses secara hukum.
"Foto yang diunggah itu diberi tulisan yang dinilai melecehkan Khoiriatul Masruroh,
korban yang merasa dilecehkan kemudian melaporkan masalah ini pada 12 Maret
11. 8
lalu," kata Kasat Reskrim Polres Malang Ajun Komisaris Polisi Wahyu Hidayat saat
dikonfirmasi di Malang, Minggu (15/3/2015).
Dalam menangani kasus ini, kepolisian menggunakan UU Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal 27, meliputi pelanggaran
kesusilaan dan pencemaran nama baik. Jika terbukti melanggar, sang dokter bisa
dipidana penjara paling lama 6 bulan, dan atau dikenakan denda maksimal Rp 1
miliar.
Khoiriatul dan Antarestawati sempat mendatangi Mapolres Malang untuk menjalani
pemeriksaan. Keduanya datang bersama dalam satu mobil yang dikendarai oleh
suami Antarestawati.
Namun, keduanya kini berdamai disertai surat bermaterai Rp 6.000. Terdapat juga
tanda tangan Kepala Sub Bagian Rekam Medik, Evapor Riyanto serta Wadir
Administrasi dan Keuangan, Mahila Surya Dewi.
"Khoiriatul sudah mempertimbangkan dengan dirinya sendiri dan keluarga. Lalu
menyatakan mencabut laporan. Tidak ada paksaan dari pihak lain" kata Kepala Unit
PPA Iptu Sutiyo, Selasa (24/3/2015).
12. 9
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Cyberstalking merupakan penggunaan internet atau alat elektronik lainnya
untuk melecehkan seseorang, sekelompok orang, atau organisasi.
Cyberstalking adalah bentuk terbaru dari perilaku kriminal yang melibatkan
ancaman persisten atau perhatian yang tidak diinginkan menggunakan
internet dan cara lain komunikasi komputer.
4.2. Saran
1. Gunakanlah layanan internet dengan bijak dan berhati-hati dalam berbagi
apapun ke internet, apalagi yang sifatnya personal. Meskipun apa yang
dikirim tersebut hanya ditujukan kepada orang tertentu yang dipercaya,
peluang tersebarnya konten privat ke ruang publik terlalu besar. Sekali
sebuah konten tersebar luar di internet, susah untuk menghapusnya lagi
karena sudah tersebar dimana-mana.
2. Marilah jadi pengguna internet yang baik. Ajari remaja kita agar
memperlakukan orang lain dengan baik, agar mereka pun diperlakukan
orang lain dengan cara yang sama.
3. Jangan reaktif. Jika seseorang berlaku kurang layak di internet, dan
remaja kita mengetahuinya, sarankan agar mereka tidak dengan mudah
merespon tindakan tersebut. Saling berlaku tidak layak hanya akan
memperpanjang masalah, dan pada akhirnya menyebabkan rantai cyber
stalking terus terjadi. Minta mereka untuk mengabaikan sesuatu yang
dianggap kurang nyaman.
4. Laporkan perilaku tak layak. Jika menemukan perilaku cyberstalking di
internet, minta remaja kita untuk melaporkan kepada orang dewasa yang
13. 10
mengerti dengan persoalannya. Jika di sekolah, bisa melaporkan kepada
guru, atau kepada orang tua jika guru tidak dapat memberi petunjuk
untuk mengatasinya. Jika perlu, laporkan secara online kepada pihak-
pihak yang mungkin bisa membantu. Bahkan kalau sudah keterlaluan,
ajari mereka untuk melaporkan perbuatan tidak menyenangkan kepada
pihak penyelenggara layanan.