SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
p
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR l& TAHUN 2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, nomenklatur Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BP2TPM) berubah
menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP);
b. bahwa dalam upaya peningkatan pelayanan publik di bidang
pelayanan perizinan dan untuk mengakomodir perubahan
kewenangan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka perlu melakukan
penambahan dan perubahan jumlah layanan perizinan yang
disatukan/diintegrasikan melalui penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang dilaksanakan oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4843);
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4846);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5038);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4585);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5357);
10. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu;
12. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor
18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016
Nomor 1 Seri D);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
2. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
3. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
-3-
4. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
yang selanjutnya disingkat DPMPTSP adalah Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
5. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu yang selanjutnya disebut Kepala DPMPTSP adalah
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
6. Perangkat Daerah Teknis yang selanjutnya disebut PD Teknis
adalah Badan dan Dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang melakukan fasilitasi,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian sesuai tugas
pokok dan fungsinya.
7. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
8. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat
PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu
kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai
dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu
pintu.
9. Pendelegasian Wewenang adalah penyerahan tugas, hak,
kewajiban, dan pertanggungjawaban Perizinan dan Non
Perizinan, termasuk penandatangannya atas nama pemberi
wewenang.
10. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan
perundang-undangan.
11. Non Perizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan,
fasilitas fiskal, dan informasi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
12. Perizinan yang Bersifat Strategis adalah perizinan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki
karakteristik tertentu dengan kriteria meliputi perizinan yang
membutuhkan kajian komprehensif dari banyak pihak terkait,
jangka waktu tertentu, berdampak sangat luas terhadap
lingkungan hidup, konservasi, pemanfaatan penataan ruang
provinsi dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
13. Tatalaksana Perizinan adalah prosedur, syarat formal, dan
proses kerja yang harus dipenuhi oleh penyelenggara PTSP
dalam rangka penetapan keputusan perizinan.
14. Pemohon adalah orang perseorangan, badan usaha, badan
hukum maupun bukan badan hukum, yang mengajukan
permohonan perizinan dan nonperizinan.
15. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur-
unsur Perangkat Daerah Teknis terkait yang mempunyai
wewenang untuk memberikan saran pertimbangan atau
rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu
permohonan perizinan kepada Kepala DPMPTSP.
16. Standar Pelayanan yang selanjutnya disingkat SP adalah tolak
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji dari Penyelenggara pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat,
mudah, terjangkau dan terukur.
-4 -
17. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP
adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi
pemerintahan, bagaimana dan kapan harus dilakukan,
dimana dan oleh siapa dilakukan.
18. Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.
19. Honorer adalah pegawai non Pegawai Negeri Sipil yang bekerja
pada Pemerintah Daerah dan upahnya dibayar atau digaji dari
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
20. Calo atau Perantara adalah orang yang menjadi perantara dan
memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu
berdasarkan upah maupun tidak menerima upah.
21. Koordinator Perizinan adalah petugas yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil atau Honorer atau masyarakat, yang bertugas
membantu mengoordinasikan dan menghimpun secara
kolektif permohonan pelayanan perizinan sektor kelautan dan
perikanan di lapangan.
22. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
elektronik yang selanjutnya disingkat SPIPISE adalah sistem
pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi
antara Pemerintah yang memiliki kewenangan perizinan dan
nonperizinan dengan pemerintah daerah.
23. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Provinsi kepada orang pribadi atau
badan usaha.
24. Mai Administrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan
hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk
tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut
termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan
kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan
orang perseorangan.
BAB II
ASAS DAN PRINSIP
Pasal 2
Penyelenggaraan PTSP berasaskan:
a. kepastian hukum;
b. keterbukaan;
c. akuntabilitas;
d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; dan
e. efisiensi berkeadilan;
Pasal 3
Prinsip penyelenggaraan PTSP meliputi:
a. kesederhanaan;
b. kejelasan;
- 5-
c. kepastian waktu;
d. akurasi;
e. keamanan/kepastian hukum;
f. tanggung jawab;
g. kelengkapan sarana dan prasarana;
h. kemudahan akses;
i. kedisiplinan, kesopanan, keramahan (profesionalisme); dan
j. kenyamanan.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai dasar Penyelenggaraan
PTSP pada DPMPTSP berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh
Pemerintah Provinsi.
Pasal 5
Penyelenggaraan PTSP pada DPMPTSP bertujuan untuk:
a. mewujudkan tatalaksana Perizinan dan Nonperizinan yang
mudah, murah, transparan, cepat, tepat, pasti, efisien, efektif, dan
partisipatif sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik;
b. meningkatkan pertumbuhan investasi melalui peningkatan
pelayanan publik dalam bidang birokrasi Perizinan dan
Nonperizinan;
c. memberikan informasi kepada penerima Perizinan dan
Nonperizinan tentang ketentuan pengaturan tatalaksana Perizinan
dan Nonperizinan yang dilakukan oleh DPMPTSP; dan
d. mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan pembangunan daerah.
BAB IV
HUBUNGAN KERJA
DALAM PENYELENGGARAAN PTSP
Bagian Kesatu
DPMPTSP
Pasal 6
(1) DPMPTSP mempunyai tugas menyelenggarakan PTSP.
(2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) DPMPTSP mempunyai fungsi:
a. pemberian informasi pelayanan Perizinan;
b. penerimaan permohonan berkas;
c. pelaksanaan verifikasi dan validasi terhadap kelengkapan
berkas sebagai persyaratan yang harus dipenuhi Pemohon
izin;
d. pengoordinasian Tim Teknis PTSP dan pendampingan survei
lapangan bersama dengan anggota Tim Teknis PTSP terhadap
-6-
izin baru atau izin perpanjangan yang mengalami perubahan
spesifikasi;
e. pemrosesan dan pengolahan berkas serta pengadministrasian
dokumen Perizinan dan Nonperizinan sesuai norma dan SP
terutama berkaitan dengan persyaratan Perizinan, biaya, dan
waktu penyelesaiannya;
f. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi pelayanan Perizinan
dengan PD Teknis dan instansi terkait lainnya;
g. penandatanganan naskah dokumen Perizinan sesuai saran
pertimbangan atau kajian teknis dari Tim Teknis PTSP;
h. penerbitan, penolakan dan pencabutan Perizinan, serta
penyampaian tembusan atau salinannya ke PD Teknis; dan
i. penyediaan layanan pengaduan masyarakat.
Bagian Kedua
Tim Teknis
Pasal 7
(1) Untuk mendukung dan mengoptimalkan penyelenggaraan PTSP,
dibentuk Tim Teknis PTSP.
(2) Tim Teknis PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
dan ditetapkan oleh Gubernur atas usulan dari Kepala PD Teknis
yang terdiri dari pejabat PD Teknis terkait yang mempunyai
kompetensi dan kemampuan sesuai dengan bidangnya serta
sesuai dengan jenis Perizinan.
(3) Tim Teknis PTSP bertugas:
a. melaksanakan pemeriksaan teknis di lapangan terhadap
permohonan Perizinan yang memerlukan kajian teknis dan
penelitian/survei lapangan;
b. membuat kajian teknis dan berita acara pemeriksaan sesuai
bidangnya;
c. memberikan saran pertimbangan atau rekomendasi mengenai
diterima atau ditolaknya suatu permohonan Perizinan dan
Nonperizinan kepada Kepala DPMPTSP;
d. menuangkan uraian spesifikasi besaran Retribusi ke dalam
kajian teknis dan/atau saran pertimbangan, khusus bagi
setiap Perizinan yang dikenakan Retribusi;
e. melaksanakan konsultasi dan koordinasi yang diperlukan
dengan Kepala PD Teknis dan Aparatur PD Teknis;
f. memberikan laporan tertulis atau tembusan terhadap setiap
hasil saran pertimbangan atau rekomendasi Tim Teknis PTSP
kepada Kepala PD Teknis terkait;
g. merekapitulasi setiap Perizinan yang telah dikeluarkan oleh
DPMPTSP untuk keperluan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian secara fungsional bagi PD Teknis, maupun
keperluan data pembanding bagi DPMPTSP; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diperlukan dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya sebagai anggota Tim Teknis PTSP,
Tim Teknis bertanggung jawab kepada Kepala DPMPTSP melalui
Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu selaku Koordinator
Tim Teknis PTSP.
- 7-
(5) Anggota Tim Teknis PTSP dapat mengusulkan secara lisan atau
tertulis mengenai petugas dari PD Teknis yang bersangkutan
sebagai pendamping yang diikutsertakan dalam survei lapangan
kepada Kepala DPMPTSP maupun kepada Kepala PD Teknis yang
bersangkutan, dengan memperhatikan efektifitas dan daya guna
petugas, serta tingkat resiko atau dampak perizinan yang akan
dilakukan survei lapangan.
(6) Untuk mengoptimalkan pemantauan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap kinerja/tugas dan peningkatan kompetensi
aparatur anggota Tim Teknis PTSP, Gubernur dapat membentuk
Tim Pembina PTSP yang terdiri dari unsur-unsur Kepala PD
Teknis yang bersangkutan dan pihak-pihak terkait lainnya, yang
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
Bagian Ketiga
PD Teknis
Pasal 8
(1) PD Teknis mempunyai tugas memperlancar dan memberikan
dukungan teknis terhadap penyelenggaraan PTSP.
(2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) PD Teknis mempunyai fungsi:
a. pelaksanaan tindak lanjut layanan pengaduan PTSP berkaitan
dengan aspek teknis secara cepat dan tepat;
b. perencanaan dan perumusan arah kebijakan Perizinan sesuai
bidangnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c. pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan izin dan/atau nonizin secara fungsional, sesuai
dengan kewenangan serta tugas pokok dan fungsinya.
BAB V
PENDELEGASIAN WEWENANG
Pasal 9
(1) Dengan Peraturan Gubernur ini, Gubernur mendelegasikan
wewenang pelayanan dan pemberian Perizinan dan Nonperizinan
secara administrasi yang menjadi kewenangan Pemerintah
Provinsi kepada Kepala DPMPTSP.
(2) Pendelegasian wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pemrosesan administrasi permohonan Perizinan dan
Nonperizinan, pengoordinasian anggota Tim Teknis PTSP dari PD
Teknis, sampai dengan penandatanganan perizinannya atas nama
pemberi wewenang, atau ditentukan lain oleh perundang-
undangan.
(3) Daftar jenis Perizinan dan Nonperizinan yang didelegasikan
Gubernur kepada Kepala DPMPTSP adalah sebagai berikut:
a. Sektor Penanaman Modal, terdiri atas :
1. Izin prinsip penanaman modal;
2. Izin prinsip perluasan penanaman modal;
3. Izin prinsip perubahan penanaman modal;
4. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Penanaman
Modal;
- 8 -
5. Izin usaha penanaman modal;
6. Izin usaha perluasan penanaman modal;
7. Izin usaha perubahan penanaman modal;
8. Izin usaha penggabungan perusahaan penanaman modal
(merger); dan
9. Izin Pembukaan Kantor Cabang.
b. Sektor Kehutanan, terdiri atas :
i: Izin pengusahaan pariwisata alam yang dilakukan di
dalam taman hutan raya, meliputi :
a) Usaha penyediaan jasa wisata alam; dan/atau
b) Usaha penyediaan sarana wisata alam.
2. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK)
dari Gubernur kapasitas produksi 2000 s.d. 6000
m3/ tahun;
3. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu atau Hasil Hutan
Bukan Kayu pada Hutan Negara;
4. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan izin
pendirian lembaga konservasi dari Menteri Kehutanan
(contoh : kebun binatang, taman safari);
5. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan Izin
Pengusahaan Pariwisata Alam dari Menteri Kehutanan (di
dalam suaka margasatwa, taman nasional, kecuali zona
inti dan taman wisata alam); dan
6. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan Izin
Pengusahaan Taman Buru.
c. Sektor Perhubungan, terdiri atas :
1. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Dalam Trayek (Izin
Trayek Angkutan Umum dan Angkutan Khusus, skala
kewenangan Provinsi) meliputi :
a) Surat Keputusan Izin Trayek; dan/atau
b) Kartu Pengawasan Izin Trayek.
2. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam
Trayek (Izin Operasi Angkutan, skala kewenangan
Provinsi) meliputi :
a) Surat Keputusan Izin Operasi; dan/atau
b) Kartu Pengawasan Izin Operasi.
3. Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT);
4. Surat Izin Usaha Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal
Laut (SIUPEMKL);
5. Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM);
6. Surat Izin Usaha Perusahaan Depo Peti Kemas
(SIUPDPK);
7. Izin Usaha Angkutan Laut yang Beroperasi Lintas
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi.
8. Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat
(SIUPPER);
9. Surat Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan
Pelayaran Rakyat atau Kantor Cabang Perusahaan
Angkutan Laut;
10. Surat Izin Usaha Tally di Pelabuhan;
-
-9 -
11. Rekomendasi Rencana Induk Pelabuhan;
_
12. Rekomendasi Penetapan Lokasi Terminal Khusus;
13. Rekomendasi Penetapan DLkr/DLKp Pelabuhan
Pengumpul Regional;
14. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Pengumpul
Regional;
15. Surat Izin Kerja Keruk di Pelabuhan Pengumpul Regional;
16. Surat Izin Kerja Reklamasi di Pelabuhan Pengumpul
Regional;
17. Rekomendasi Surat Izin Kerja Keruk Pelabuhan
Pengumpul Nasional dan Untuk Kegiatan Penambangan
di Laut;
18. Rekomendasi Surat Izin Kerja Reklamasi Pelabuhan
Pengumpul Nasional dan Untuk Kegiatan Penambangan
di Laut;
19. Surat Izin Usaha Ekpedisi Muatan Pesawat Udara
(SIUEMPU);
20. Rekomendasi ketinggian bangunan/ menara di daerah
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP); dan
21. Persetujuan / Izin Terbang (Flight Aprovval) Perusahaan
Angkutan Udara untuk penerbangan tidak berjadwal
antar Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi, dengan
kapasitas penumpang tertentu (di bawah 30 kursi (seat).
d. Sektor Kelautan dan Perikanan, terdiri atas :
1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), untuk Bidang
Perikanan Tangkap;
2. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), untuk ukuran kapal
di atas 5GT s.d. 30GT (>5GT s.d. 30GT);
3. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), untuk ukuran
kapal di atas 5GT s.d. 30GT (>5GT s.d. 30GT);
4. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Pembudidayaan Ikan;
dan
5. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Pembudidayaan
Ikan.
e. Sektor Perindustrian dan Perdagangan, terdiri atas :
1. Izin Usaha Industri (IUI) skala investasi di atas Rp. 10
Milyar tidak termasuk tanah dan bangunan;
2. Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (B2)
bagi PENGECER TERDAFTAR;
3. Angka Pengenal Importir (API); dan
4. Rekomendasi untuk mendapatkan Surat Izin Usaha
Perdagangan Bahan Berbahaya (B2) bagi DISTRIBUTOR
TERDAFTAR.
f. Sektor Kesehatan, terdiri atas:
1. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT);
2. Izin Pengakuan Cabang Pedagang Besar Farmasi (PBF);
3. Izin Pengakuan Cabang Penyalur Alat Kesehatan;
4. Izin Mendirikan Rumah Sakit Kelas B;
=
5. Izin Operasional Rumah Sakit Kelas B;
- 10-
6. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Umum Madya;
7. Rekomendasi Pemeriksaaan Tempat Penyalur Alat
Kesehatan;
8. Rekomendasi Pemenuhan Persyaratan Kelengkapan
Administrasi Pedagang Besar Farmasi (PBF);
9. Rekomendasi Pemenuhan Persyaratan Kelengkapan
. Industri Obat Tradisional (IOT); dan
10. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
(STRTTK);
g. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terdiri atas :
1. Pengesahan Perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga
Kerja Asing (RPTKA); dan
2. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) lintas Kabupaten/Kota.
h. Sektor Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral,
terdiri atas :
1. Izin Pengeboran atau Penggalian Air Tanah;
2. Izin Pemakaian Air Tanah;
3. Izin Pengusahaan Air Tanah;
4. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL);
5. Izin Operasi Tenaga Listrik;
6. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (IUJPTL);
7. Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik Untuk
Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia dan
Informatika;
8. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan Izin
Ketenagalistrikan yang Izinnya merupakan kewenangan
Pemerintah Pusat;
9. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Bukan
Logam dan Batuan;
10. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral
Logam;
11. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral
Bukan Logam dan Batuan;
12. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral
Logam;
13. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
Mineral Bukan Logam dan Batuan;
14. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
Mineral Logam;
15. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan;
16. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi Mineral Logam;
17. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
Mineral Bukan Logam dan Batuan;
18. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
Mineral Logam;
19. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan;
20. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi Mineral Logam;
21. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Afiliasi;
22. Izin Prinsip Pengolahan dan/atau Pemurnian;
- 11 -
23. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus
Pengolahan dan Pemurnian;
24. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus
Pengangkutan dan Penjualan;
25. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus
Penjualan;
26. Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Mineral Bukan Logam
dan Batuan;
27. Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Mineral Logam;
28. Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP);
29. Izin Surat Keterangan Terdaftar (SKT); dan
30. Izin Fasilitas Teknis Penunjang Kegiatan Pertambangan.
i. Sektor Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, terdiri atas :
1. Izin Pengusahaan Sumber Daya Air; dan
2. Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Ruang Milik Jalan.
j. Sektor Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, terdiri atas :
1. Izin Usaha Perkebunan lintas Kabupaten/Kota;
2. Izin Usaha Produksi Benih Tanaman Perkebunan; dan
3. Rekomendasi Kesesuaian dengan Perencanaan
Pembangunan Perkebunan Provinsi dari Gubernur.
k. Sektor Lingkungan Hidup, terdiri atas :
1. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Keputusan
Ketidaklayakan Lingkungan Hidup;
2. Izin Lingkungan;
3. Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL);
4. Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) Skala Provinsi; dan
5. Rekomendasi untuk mendapatkan Izin Pengumpulan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Skala
Nasional.
1. Sektor Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, terdiri atas :
i: Izin Koperasi Simpan Pinjam;
2. Rekomendasi Pendirian Kantor Cabang Pelayanan
Koperasi; dan
3. Rekomendasi Pengesahan Badan Hukum Koperasi.
m. Sektor Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri atas :
1: Rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang.
n. Sektor Pendidikan, terdiri atas :
1. Izin Mendirikan Sekolah SMA;
2. Izin Mendirikan Sekolah SMK;
3. Izin Mendirikan Sekolah SLB; dan
-
4. Izin Membuka Program Keahlian untuk SMK.
- 12 -
o. Sektor Sosial, terdiri atas :
1. Pendaftaran Lembaga Kesejahteraan Sosial;
2. Rekomendasi Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah
(UGB); dan
3.' Rekomendasi Penyelenggaraan Pengumpulan Uang atau
Barang.
(4) Gubernur dapat menambah dan/atau mengurangi daftar jenis
Perizinan dan Nonperizinan yang didelegasikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Untuk jenis-jenis Perizinan dan Nonperizinan yang belum
teridentifikasi dan belum terdaftar di dalam daftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) setelah teridentifikasi wajib dilaporkan
oleh PD Teknis kepada Gubernur, dan pelayanannya tetap
dilaksanakan oleh PD Teknis, sampai dengan ditetapkannya jenis
Perizinan dan Nonperizinan tersebut ke dalam daftar Peraturan
Gubernur ini.
(6) Kewenangan dan kewajiban dalam pembinaan, pengawasan dan
pengendalian Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkan
oleh DPMPTSP, secara fungsional tetap berada pada PD Teknis
yang bersangkutan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
BAB VI
PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN
Bagian Kesatu
Mekanisme Umum Pelayanan
Pasal 10
(1) Perizinan dan Nonperizinan yang diterbitkan oleh Kepala
DPMPTSP wajib dilaksanakan sesuai SP dan SOP mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) SP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut
dengan Keputusan Gubernur.
Bagian Kedua
Prosedur Pelayanan
Pasal 11
(1) Untuk memperoleh Perizinan dan Nonperizinan dari Pemerintah
Provinsi, setiap Pemohon wajib mengajukan permohonan
dilengkapi dengan persyaratan kepada Kepala DPMPTSP.
(2) Permohonan Perizinan dan Nonperizinan dapat diajukan secara
manual atau secara elektronik melalui SPIPISE atau sistem
informasi pelayanan Perizinan secara elektronik lainnya.
(3) Permohonan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan langsung oleh Pemohon atau dalam hal
yang bersangkutan berhalangan atau tidak memungkinkan untuk
mengurus Perizinan dan Nonperizinan dapat diwakili oleh kuasa
Pemohon, yang dinyatakan dengan Surat Kuasa dan dilampirkan
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penerima Kuasa.
(4) Persyaratan yang diperlukan untuk proses Perizinan dan
Nonperizinan mengacu pada SP yang berlaku.
- 13 -
(5) Pendaftaran permohonan Perizinan dan Nonperizinan
dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Pemohon mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
penjelasan persyaratan, formulir Perizinan dan Nonperizinan,
biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan melalui loket informasi atau
diunduh pada website DPMPTSP;
b. Pemohon mengisi formulir dan melengkapi persyaratan;
c. formulir dan kelengkapan persyaratan dapat disampaikan
melalui:
1. loket pendaftaran; atau
2. Koordinator Perizinan.
d. petugas pendaftaran memeriksa kelengkapan persyaratan
sesuai dengan daftar persyaratan;
e. apabila berkas tidak lengkap dan/atau tidak sesuai dengan
daftar persyaratan, petugas pendaftaran mengembalikan
berkas permohonan dan persyaratan, untuk
diperbaiki/dilengkapi kembali oleh Pemohon; dan
f. apabila berkas telah memenuhi persyaratan dan lengkap,
petugas pendaftaran meregistrasi dan meng-input data
awal/ header untuk diteruskan kepada petugas verifikasi dan
validasi, dan selanjutnya petugas pendaftaran memberikan
resi/ tanda terima penerimaan berkas kepada Pemohon,
dengan ketentuan apabila nantinya menurut hasil verifikasi
dan validasi petugas pemrosesan menyatakan bahwa
berkas tidak memenuhi persyaratan, maka berkas akan
dikembalikan kepada Pemohon.
(6) Hasil verifikasi dan validasi berkas permohonan dilanjutkan
kepada petugas pemrosesan untuk edit status pada data base
secara elektronik kemudian dilakukan proses Perizinan dan
Nonperizinan dengan ketentuan:
a. dalam hal hasil verifikasi dan validasi menyatakan
bahwa berkas memenuhi persyaratan tanpa pemeriksaan
lapangan dan/atau tanpa pengkajian oleh Tim Teknis PTSP,
naskah Izin dan/atau Nonizin dapat diproses untuk
ditandatangani Kepala DPMPTSP; dan
b. dalam hal hasil verifikasi dan validasi menyatakan
bahwa berkas memenuhi persyaratan administrasi tetapi
memerlukan pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian, Tim
Teknis PTSP melakukan pemeriksaan lapangan dan/atau
pengkajian didampingi oleh unsur petugas DPMPTSP, yang
dikoordinasikan oleh Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu.
(7) Dalam hal berkas permohonan Perizinan dan Nonperizinan
memerlukan kajian dari Tim Teknis PTSP, ditempuh langkah
operasional sebagai berikut:
a. petugas pemrosesan pada Bidang Pelayanan Perizinan
Terpadu DPMPTSP menyampaikan permintaan tertulis
melalui surat Kepala DPMPTSP atau Kepala Bidang Pelayanan
Perizinan Terpadu DPMPTSP selaku Koordinator Tim Teknis
PTSP kepada Tim Teknis PTSP untuk melakukan pemeriksaan
teknis;
b. Tim Teknis PTSP menyusun penjadwalan dan perencanaan
untuk melakukan pemeriksaan lapangan;
c. Tim Teknis PTSP didampingi oleh unsur petugas DPMPTSP
melakukan pemeriksaan lapangan dan/atau pembahasan,
- 14-
yang dilanjutkan dengan pembuatan Berita Acara
Pemeriksaan Lapangan oleh Tim Teknis PTSP;
d. hasil pemeriksaan teknis yang dilakukan oleh Tim
Teknis PTSP dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan
saran pertimbangan atau kajian teknis atau dokumen lain
yang dipersamakan, yang disampaikan kepada Kepala
DPMPTSP dengan tembusan kepada Kepala PD Teknis yang
bersangkutan;
e. hasil saran pertimbangan atau kajian teknis dari Tim Teknis
PTSP menjadi dasar bagi DPMPTSP untuk menerbitkan atau
menolak penerbitan izin;
f. petugas pemrosesan pada Bidang Pelayanan Perizinan
Terpadu DPMPTSP melaksanakan pengolahan dan penerbitan
dokumen Perizinan dan Nonperizinan atau dokumen
penolakan/penangguhan, untuk ditandatangani Kepala
DPMPTSP;
g. selanjutnya Petugas pemrosesan pada Bidang Pelayanan
Perizinan Terpadu DPMPTSP melakukan tindakan
administrasi atas surat Perizinan dan Nonperizinan atau
penolakan/penangguhan yang telah ditandatangani Kepala
DPMPTSP berupa penomoran dan pengarsipan; dan
h. petugas pemrosesan meneruskan surat Perizinan dan
Nonperizinan atau penolakan/penangguhan kepada Petugas
loket pengambilan, untuk disampaikan kepada Pemohon
melalui telepon dan/atau Short Message Service (SMS).
(8) Perizinan dan Nonperizinan yang tidak dibebani kewajiban
membayar Retribusi dan sudah ditandatangani oleh Kepala
DPMPTSP disampaikan kepada petugas loket pengambilan
dokumen, selanjutnya diinformasikan melalui telepon dan/atau
Short Message Service (SMS) kepada Pemohon bahwa proses
Perizinan dan Nonperizinan telah selesai dan dokumen sudah
dapat diberikan/disampaikan kepada Pemohon.
(9) Khusus Perizinan dan Nonperizinan yang dikenakan kewajiban
membayar Retribusi, pengambilan dokumen Perizinan harus
disertakan tanda bukti pembayaran atau Surat Setoran
Retribusi Daerah (SSRD) atau Surat Tanda Setoran (STS) sesuai
dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang telah
ditetapkan Petugas/Pejabat yang ditunjuk.
(10) Pembayaran Retribusi dilakukan melalui loket pembayaran
PTSP yang telah disediakan atau melalui bank yang ditunjuk.
(11) Berdasarkan bukti pembayaran dan/atau resi penerimaan
berkas yang telah diregistrasi, Pemohon mengambil Perizinan
dan Nonperizinan ke loket pengambilan dokumen.
(12) Bagan alur prosedur pelayanan Perizinan dan Nonperizinan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur
ini.
Bagian Ketiga
Penandatanganan Perizinan
Pasal 12
(1) Setiap Perizinan dan Nonperizinan yang telah didelegasikan oleh
Gubernur kepada Kepala DPMPTSP, ditandatangani oleh Kepala
DPMPTSP atas nama Gubernur.
- 15-
(2) Dalam hal Kepala DPMPTSP berhalangan sementara atau
berhalangan hadir lebih dari 2 (dua) hari kerja sampai dengan
maksimal 14 (empat belas) hari kerja karena penugasan dan/atau
kepentingan lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan,
maka penandatanganan naskah dokumen Perizinan dan
Nonperizinan dilakukan secara elektronik berupa tanda tangan
scan komputer.
(3) Setiap penandatanganan secara elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib diregistrasi atau dilakukan
pencatatan oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu pada
DPMPTSP atau pejabat lain yang ditunjuk pada buku register
tanda tangan elektronik.
(4) Dalam hal Kepala DPMPTSP berhalangan tetap lebih dari 14
(empat belas) hari kerja karena penugasan dan/atau kepentingan
lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan, maka
penandatanganan naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan
dilakukan oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu
DPMPTSP atau pejabat lain yang ditunjuk.
Bagian Keempat
Penolakan dan Pencabutan Perizinan
Pasal 13
(1) Kepala DPMPTSP dapat melakukan penolakan terhadap
permohonan Perizinan dan Nonperizinan dari pihak pemohon.
(2) Penolakan permohonan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disertai dengan alasan yang bersifat
faktual dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan, diantaranya:
a. hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas tidak
memenuhi persyaratan administrasi; dan
b. hasil saran pertimbangan atau kajian teknis oleh Tim Teknis
PTSP tidak memenuhi persyaratan untuk diterbitkan
perizinannya.
(3) Pihak Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
melakukan upaya hukum berkaitan dengan penolakan
permohonan Perizinan dan Nonperizinan.
(4) Pemohon dapat mengajukan keberatan atas penolakan akibat
adanya keberatan dari pihak lain.
Pasal 14
(1) Kepala DPMPTSP dapat melakukan pencabutan Perizinan dan
Nonperizinan yang telah diterbitkannya.
(2) Pencabutan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan atas permintaan Pemohon sendiri
dan/atau terdapat pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dalam hal terjadi pelanggaran ketentuan dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan penerbitan izin, maka Kepala PD Teknis
mengusulkan pencabutan Perizinan dan Nonperizinan kepada
Kepala DPMPTSP.
- 16-
Bagian Kelima
Penyelesaian Permasalahan Perizinan dan Nonperizinan
Pasal 15
Permasalahan yang timbul sebagai akibat izin yang diterbitkan, maka
penyelesaian permasalahan tersebut diselesaikan oleh PD Teknis
terkait, dengan difasilitasi oleh DPMPTSP.
Bagian Keenam
Waktu Pelayanan dan Jam Pelayanan Harian
Pasal 16
(1) Waktu Pelayanan PTSP ditetapkan selama 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu.
(2) Ketentuan mengenai waktu pelayanan dan jam pelayanan harian
PTSP, ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Kepala
DPMPTSP.
BAB VII
DOKUMEN PERIZINAN
Bagian Kesatu
Legalisasi dan Duplikat/ Salinan Naskah Dokumen
Pasal 17
(1) Dalam hal pemegang Perizinan dan Nonperizinan membutuhkan
legalisasi atas dokumen Perizinan dan Nonperizinan yang telah
diterbitkan, yang bersangkutan berhak mengajukan permohonan
legalisasi.
(2) Permohonan legalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada petugas pendaftaran dengan
melampirkan/menunjukkan dokumen yang asli untuk
dilegalisasi, kemudian diteruskan kepada petugas
verifikasi/validasi.
(3) Petugas verifikasi/validasi selanjutnya meneruskan kepada
Kepaia Badan/Kepala Bidang/Kepala Seksi/Petugas yang
ditunjuk untuk dimintakan tanda tangan dan stempel DPMPTSP.
Pasal 18
(1) Dalam hal naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan hilang
atau rusak, pemegang Perizinan dan Nonperizinan berhak
mengajukan permohonan untuk mendapatkan duplikat/salinan
naskah dokumen kepada Kepala DPMPTSP.
(2) Permohonan untuk mendapatkan duplikat/salinan naskah
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
melalui petugas pendaftaran dengan melampirkan surat
keterangan kehilangan dari kepolisian.
(3) Petugas pendaftaran meneruskan permohonan kepada petugas
verifikasi/validasi untuk dilakukan pemeriksaan, dengan
ketentuan:
a. dalam hal berkas permohonan tidak memenuhi persyaratan
dan/atau diragukan kebenarannya, Kepala DPMPTSP dapat
- 17 -
melakukan penolakan terhadap permohonan yang
bersangkutan; dan
dalam hal berkas permohonan memenuhi persyaratan, Kepala
DPMPTSP menerbitkan duplikat/salinan naskah dokumen
Perizinan dan Nonperizinan.
Bagian Kedua
Perpanjangan atau Daftar Ulang
Pasal 19
(1) Perpanjangan atau daftar ulang naskah dokumen Perizinan dan
Nonperizinan, dilaksanakan melalui prinsip penyederhanaan
prosedur dan kemudahan bagi proses pelayanan perpanjangan
dan daftar ulang, sepanjang tidak mengalami perubahan
spesifikasi.
(2) Sepanjang tidak ditentukan lain dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan, pengajuan permohonan perpanjangan atau
daftar ulang naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan
dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum habis masa
berlakunya.
(3) Dalam hal pengajuan permohonan perpanjangan atau daftar
ulang naskah dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah habis masa berlakunya, maka permohonan
yang bersangkutan diperlakukan sebagai permohonan baru.
Pasal 20
(1) Dalam hal tanggal perpanjangan atau daftar ulang yang tertera di
dalam naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan bertepatan
dengan hari libur nasional, perpanjangan atau daftar ulang
dilakukan pada hari kerja berikutnya, sehari setelah hari libur
nasional berakhir.
(2) Perpanjangan atau daftar ulang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak dapat diperhitungkan sebagai alasan untuk
mengenakan denda Retribusi, atau telah terjadinya pelanggaran.
Bagian Ketiga
Bentuk, Jenis Format dan Tata Naskah Dokumen
Pasal 21
(1) Bentuk dan jenis format Perizinan dan Nonperizinan ditetapkan
oleh Kepala DPMPTSP dengan mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) DPMPTSP dapat melakukan standarisasi tata naskah Perizinan
dan Nonperizinan atas pertimbangan efisiensi dan efektifitas
pelayanan, yang ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan
Gubernur.
- 18 -
BAB VIII
LAYANAN INFORMASI DAN LAYANAN PENGADUAN
Bagian Kesatu
Layanan Informasi
Pasal 22
(1) Dalam rangka memberikan dukungan informasi terhadap
penyelenggaraan PTSP, diselenggarakan layanan informasi yang
dapat diakses oleh masyarakat secara cepat, mudah dan
sederhana.
(2) Layanan informasi yang disediakan oleh PTSP DPMPTSP,
diantaranya meliputi profil DPMPTSP, SP, Maklumat Pelayanan,
pengelolaan layanan pengaduan masyarakat, dan lain sebagainya
yang diperlukan.
(3) Informasi layanan PTSP dapat diperoleh masyarakat secara
langsung di loket informasi front office PTSP, dan secara tidak
langsung melalui media penyampaian informasi, maupun melalui
sistem informasi secara elektronik.
Bagian Kedua
Layanan Pengaduan
Pasal 23
(1) Pemohon pengguna jasa dapat menyampaikan pengaduan atas
layanan PTSP melalui layanan pengaduan PTSP, dalam hal
penyelenggaraan PTSP oleh DPMPTSP tidak dilaksanakan sesuai
SP dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Layanan Pengaduan PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara lisan dan/atau tulisan melalui media yang
disediakan, paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
pemohon pengguna jasa menerima pelayanan Perizinan dan
Nonperizinan.
(3) DPMPTSP wajib menanggapi dan menindaklanjuti pengaduan
atas layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
secara cepat dan tepat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
diterimanya pengaduan atas layanan.
(4) Prosedur layanan pengaduan PTSP dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemohon pengguna jasa menyampaikan pengaduan atas
layanan yang diterimanya secara langsung lisan dan/atau
tulisan ke loket layanan pengaduan PTSP, maupun secara
tidak langsung melalui media telepon, email, faximile, SMS,
kotak saran/pengaduan, sistem informasi secara elektronik,
dan Iain-lain;
b. petugas layanan pengaduan PTSP menerima pengaduan,
kemudian meregistrasi dan melakukan entry data atas
pengaduan, selanjutnya membuat dan memberikan resi tanda
terima nomor pengaduan kepada Pemohon pengguna jasa;
c. tim penanganan pengaduan yang terdiri dari petugas layanan
pengaduan PTSP, unsur petugas DPMPTSP yang terkait, Tim
Teknis PTSP, dan dapat mengikutsertakan unsur PD Teknis,
melakukan analisa penyebab selanjutnya menetapkan
tindakan penyelesaian dan menginformasikannya kepada
Pemohon pengguna jasa;
- 19 -
d. tim penanganan pengaduan melakukan tindakan
penyelesaian yang diperlukan, selanjutnya melaksanakan
verifikasi hasil akhirnya dan menyampaikannya kepada
Pemohon pengguna jasa;
e. jika Pemohon pengguna jasa puas dengan hasil akhir
penyelesaiannya, maka proses penanganan pengaduan
dinyatakan selesai;
f. jika Pemohon pengguna jasa belum puas maka proses siklus
penanganan pengaduan diulang kembali sebagaimana dari
huruf c hingga huruf e hingga selesai.
(5) Bagan alur prosedur layanan pengaduan PTSP, tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Gubernur ini.
BAB IX
INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
Pasal 24
(1) PTSP melaksanakan survei kepuasan masyarakat melalui
penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) guna mengukur
perubahan tingkat kepuasan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan.
(2) Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh DPMPTSP
maupun bekerjasama dengan pihak lain, dengan mekanisme
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Survei kepuasaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(4) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun berdasarkan indikator yang terdiri dari:
a. prosedur, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan
alur pelayanan;
b. persyaratan, yaitu kesesuaian persyaratan teknis dan
administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan
sesuai dengan jenis pelayanannya;
c. kejelasan petugas, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yang memberikan pelayanan, meliputi nama, jabatan serta
kewenangan dan tanggung jawabnya;
d. kedisiplinan petugas, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu
kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
e. tanggung jawab petugas, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan dan
penyelesaian pelayanan kepada masyarakat;
f. kemampuan petugas, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan dan menyelesaikan
pelayanan kepada masyarakat;
g. kecepatan, yaitu target waktu pelayanan yang dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh
penyelenggara pelayanan;
h. keadilan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
i. kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku
petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
- 20 -
secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan
menghormati;
j. kewajaran biaya, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya oleh penyelenggara pelayanan;
k. kepastian biaya, yaitu kesesuaian diantara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;
1. kepastian jadwal, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
m. kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana
pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat
memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan; dan
n. keamanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan
unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang
digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk
mendapatkan pelayanan terhadap risiko yang diakibatkan
dari penyelenggaraan pelayanan.
BABX
RETRIBUSI
Pasal 25
(1) Untuk melakukan pemungutan Retribusi kepada Pemohon
Perizinan dan Nonperizinan yang jenis perizinannya dikenakan
Retribusi, maka petugas/pejabat yang ditunjuk wajib
membuatkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Petugas/pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berasal dari Tim Teknis PTSP atau dari PD Teknis
maupun dari DPMPTSP selaku PD penyelenggara PTSP.
(3) Pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan mekanisme sesuai ketentuan Peraturan
Daerah dan/atau Peraturan Gubernur yang berlaku secara
khusus mengatur mengenai Retribusi.
BAB XI
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Hak Penyelenggara atau Pelaksana PTSP
Pasal 26
Penyelenggara atau Pelaksana PTSP memiliki hak:
a. memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan
tugasnya;
b. melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang
tidak' sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan;
c. menolak permintaan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; dan
d. mendapatkan insentif/tunjangan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan keuangan daerah.
-21 -
Bagian Kedua
Kewajiban dan Larangan Bagi Aparatur
Terkait Penyelenggaraan PTSP
Pasal 27
(1) Setiap Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di lingkungan
Pemerintah Provinsi, wajib mendukung terselenggaranya PTSP.
(2) Setiap petugas penyelenggara atau pelaksana PTSP termasuk
anggota Tim Teknis PTSP dan pegawai PD Teknis, dalam
melaksanakan tugasnya wajib berpedoman kepada SP dan SOP
yang berlaku.
(3) Setiap petugas penyelenggara atau pelaksana PTSP termasuk
anggota Tim Teknis PTSP dan pegawai PD Teknis, dilarang
melakukan tindakan Mai Administrasi.
(4) Setiap petugas penyelenggara atau pelaksana PTSP termasuk
anggota Tim Teknis PTSP dan pegawai PD Teknis, dilarang:
a. melakukan pungutan liar; dan
b. menerima imbalan dalam bentuk apapun dari Pemohon
Perizinan dan Nonperizinan yang patut diduga terkait langsung
atau tidak langsung dengan penyelenggaraan Perizinan dan
Nonperizinan.
(5) Setiap Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di lingkungan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di
lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dilarang
menjadi Calo atau perantara maupun menjadi Penerima Kuasa
dalam pengurusan Perizinan dan Nonperizinan pada
penyelenggaraan PTSP.
(6) Tidak dikategorikan sebagai larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), yaitu bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengurus
Perizinan dan Nonperizinan yang terkait langsung dengan usaha
pribadinya sendiri yang dimilikinya secara sah, dan/atau dalam
rangka melaksanakan kewajibannya sebagai Warga Negara
Indonesia.
(7) Kepala PD Teknis, dilarang menerbitkan Perizinan dan
Nonperizinan yang telah didelegasikan Gubernur kepada Kepala
DPMPTSP.
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Masyarakat Pemohon Perizinan
Pasal 28
Masyarakat Pemohon Perizinan dan Nonperizinan berhak:
a. mengetahui informasi mengenai SP;
b. mengawasi pelaksanaan SP;
c. mendapatkan tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;
d. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara PTSP untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan Perizinan dan
Nonperizinan yang diberikan tidak sesuai dengan SP;
e. memberitahukan kepada petugas pelaksana PTSP untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak
sesuai dengan SP;
f. mengadukan petugas pelaksana PTSP yang melakukan
penyimpangan SP dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
pimpinan penyelenggara PTSP dan Ombudsman; dan
g. mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan
tujuan pelayanan.
-22 -
Pasal 29
Masyarakat Pemohon Perizinan dan Nonperizinan berkewajiban:
a. mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan
dalam SP;
b. ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas
pelayanan; dan
c. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan.
BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 30
(1) Pegawai Negeri Sipil maupun Honorer, dan petugas penyelenggara
atau pelaksana PTSP yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5) dan ayat (7), dikenakan sanksi berdasarkan tingkat
pelanggaran yang dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian.
(2) Dalam hal pegawai yang melanggar merupakan pegawai dari
DPMPTSP, maka Pejabat yang memberikan/menjatuhkan sanksi
adalah Gubernur atau Sekretaris Daerah atau Kepala DPMPTSP
atau pejabat lainnya yang berwenang, disesuaikan dengan
pangkat, golongan dan jabatan pegawai yang melanggar, untuk
selanjutnya dilakukan pembinaan oleh atasan langsung yang
bersangkutan.
(3) Dalam hal pegawai yang melanggar merupakan pegawai dari PD
Teknis atau Instansi lainnya, maka Kepala DPMPTSP
menyampaikan secara tertulis perihal pelanggaran dimaksud
kepada pimpinan atau kepala instansi yang bersangkutan, untuk
selanjutnya diproses guna diberikan/dijatuhkan sanksi oleh
pejabat yang berwenang.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 31
Pembinaan atas penyelenggaraan PTSP dilakukan oleh Gubernur.
Pasal 32
(1) Pengawasan umum terhadap proses penyelenggaraan PTSP
dilakukan oleh atasan langsung secara berjenjang.
(2) Pengawasan fungsional terhadap terhadap proses
penyelenggaraan PTSP dilakukan oleh Inspektorat Daerah
Provinsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap penyelenggaraan
PTSP, Gubernur dapat membentuk Tim Pengawas PTSP yang
diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan anggota yang terdiri dari
unsur-unsur Inspektorat Daerah, Badan Perencanaan
Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah, Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah,
Biro Hukum Sekretariat Daerah, dan Biro Organisasi Sekretariat
Daerah.
(4) Tim pengawas PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
- 23 -
(5) Tim Pengawas PTSP mempunyai tugas sebagai berikut:
a. melakukan supervisi dan dukungan atas penyelenggaraan
PTSP, melalui tindakan pencegahan mal administrasi oleh
petugas penyelenggara PTSP;
b. mendorong upaya peningkatan kualitas layanan PTSP melalui
pemantauan berkala maupun insidentil atas penyelenggaraan
PTSP;
c. mendorong pengintegrasian layanan berbagai jenis Perizinan
dan Nonperizinan terutama yang berkaitan dengan
kemudahan berusaha dari PD Teknis ke PTSP DPMPTSP; dan
d. menginventarisasi hasil supervisi yang telah dilakukan oleh
Tim beserta dengan data-data mengenai berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan PTSP
dan selanjutnya menyampaikannya disertai dengan usulan
alternatif pemecahan permasalahan tersebut kepada
Gubernur.
BAB XIV
PELAPORAN
Pasal 33
(1) Kepala DPMPTSP membuat laporan berkala mengenai
penyelenggaraan PTSP setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada
Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. Jenis-jenis Perizinan dan Nonperizinan yang diterbitkan; dan
b. Rekapitulasi jumlah Perizinan dan Nonperizinan per sektor.
BAB XV
PEMBIAYAAN
Pasal 34
Pembiayaan penyelenggaraan PTSP bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
(1) Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkan dan
ditandatangani sebelum Peraturan Gubernur ini diundangkan,
dinyatakan tetap berlaku.
(2) Pencabutan Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkan
oleh Kepala PD Teknis sebelum Peraturan Gubernur ini berlaku,
dilaksanakan oleh Kepala PD Teknis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
-24-
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku:
1. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 44 Tahun
2014.tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Berita Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014 Nomor 23 Seri E);
2. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Kepulauan
Bangka Belitung Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2015 Nomor 3 Seri E); dan
3. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan Gubernur Kepulauan
Bangka Belitung Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2016 Nomor 5 Seri E).
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 37
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal 3' Maret2017
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
AWANDI
Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal 3j Maret2017
GUBERNUR
KEPULAJJAN^BMTQvKA-BELITUNG,
RUSTAM EFFENDI
BERITA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2017
NOMOR )^ SERI E
PEMOHON
Mencari
Informasi
:£
Berkas
Permohonan
Pengembalian
Berkas
Informasi
Perizinanselesai
BiayaPerizinan
PERIZINAN/
PENOLAKAN
LOKETINFORMASI
Memberikan
Informasi
Tidak
Informasi
PerizinanSelesai
LAMPIRANI
PERATURANGUBERNURKEPULAUANBANGKABELITUNG
NOMORTAHUN2017
TANGGALFEBRUARI2017
BAGANALURPROSEDURPELAYANANPERIZINAN
BAGIANPELAYANAN(FRONTOFFICE)
LOKET
PENDAFTARAN
PemeriksaanBerkas
Permohonan
Registrasi/Input
Data
BerkasTidak
Lulus
LOKETPEMBAYARAN
Pembayaran
Perizinan
Bukti
Pembayaran
LOKETPENGAMBILAN
Penyerahan
Perizinan/
Penolakan
TUNG,
USTAMEFFENDI
PENGGUNAJASA
Menyampaikanpengaduan:
melaluitelephone,email,
faximile,sms,kotak
pengaduan,website,
langsung,dll
MenerimaResi/Nomor
Pengaduan
MenerimaInformasi
LAMPIRANII
PERATURANGUBERNURKEPULAUANBANGKABELITUNG
NOMOR
TANGGAL
TAHUN2017
FEBRUARI2017
BAGANALURPROSEDURLAYANANPENGADUANPTSP
LOKETPENGADUANTIMPENANGANANPENGADUAN
MenerimaPengaduanAnalisapenyebab
Menetapkantindakan
EntryDataI
Analisapenyebab
Melakukantindakan
Verifikasi
Tidak
SELESAI
JUSTAMEFFENDI

More Related Content

What's hot

Perka bkpm ri no 14 tahun 2015
Perka bkpm ri no 14 tahun 2015Perka bkpm ri no 14 tahun 2015
Perka bkpm ri no 14 tahun 2015HusniMubarak25
 
No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...
No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...
No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...ppbkab
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010transparansiacehtamiang
 
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain
Perda Nomor  5  2014  lembaga lain Perda Nomor  5  2014  lembaga lain
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain santoni toni
 
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...ppbkab
 
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docxProses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docxMuhammad Rafi Kambara
 
Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010Beryl Syamwil
 
Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010
Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010
Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010Usman Yasin
 
Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...
Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...
Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...Pemerintah Provinsi Jawa Timur
 
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013moliiceman
 
Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...
Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...
Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...ppbkab
 
LKPD Bengkulu Utara 2009
LKPD Bengkulu Utara 2009LKPD Bengkulu Utara 2009
LKPD Bengkulu Utara 2009Usman Yasin
 
Perka bkpm ri no 15 tahun 2015
Perka bkpm ri no 15 tahun 2015Perka bkpm ri no 15 tahun 2015
Perka bkpm ri no 15 tahun 2015HusniMubarak25
 
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...ppbkab
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011transparansiacehtamiang
 
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...Pemerintah Provinsi Jawa Timur
 
No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...
No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...
No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...ppbkab
 

What's hot (20)

Sk pengesahan renstra 2016 2021
Sk pengesahan renstra 2016 2021Sk pengesahan renstra 2016 2021
Sk pengesahan renstra 2016 2021
 
Perka bkpm ri no 14 tahun 2015
Perka bkpm ri no 14 tahun 2015Perka bkpm ri no 14 tahun 2015
Perka bkpm ri no 14 tahun 2015
 
Efektivitas kelembagaan ptsp (marsono )
Efektivitas  kelembagaan  ptsp (marsono )Efektivitas  kelembagaan  ptsp (marsono )
Efektivitas kelembagaan ptsp (marsono )
 
No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...
No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...
No. 2 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 13 thn 2008 tentang penyelenggara...
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
 
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain
Perda Nomor  5  2014  lembaga lain Perda Nomor  5  2014  lembaga lain
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain
 
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
 
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docxProses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
 
Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010
 
Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010
Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010
Laporan BPK APBD Kota Bengkulu Tahun 2010
 
Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...
Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...
Inventarisasi Aset Hasil Serah Terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasara...
 
Bab i edit
Bab i editBab i edit
Bab i edit
 
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
 
Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...
Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...
Peraturan bupati-no.-49-ttg-standar-operasional-prosedur-sop-pelayanan-perizi...
 
LKPD Bengkulu Utara 2009
LKPD Bengkulu Utara 2009LKPD Bengkulu Utara 2009
LKPD Bengkulu Utara 2009
 
Perka bkpm ri no 15 tahun 2015
Perka bkpm ri no 15 tahun 2015Perka bkpm ri no 15 tahun 2015
Perka bkpm ri no 15 tahun 2015
 
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
 
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
 
No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...
No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...
No. 15 ttg pembentukan org dan tata kerja lembaga penyiaran publik lokal radi...
 

Similar to Pergub nomor 18 tahun 2017

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...Yuni
 
Perda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
Perda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahaPerda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
Perda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahakabupaten_pakpakbharat
 
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahaNo. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahappbkab
 
Prosedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi Banten
Prosedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi BantenProsedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi Banten
Prosedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi Bantenushfia
 
BENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptxBENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptxbandi2340
 
03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptx
03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptx03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptx
03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptxMarioMario435914
 
POLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdf
POLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdfPOLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdf
POLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdfGumalarubiah
 
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilikPermenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilikNandang Sukmara
 
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilikPermenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilikNandang Sukmara
 
Perda tentang perubhn_retribusi_jasa_umum
Perda tentang perubhn_retribusi_jasa_umumPerda tentang perubhn_retribusi_jasa_umum
Perda tentang perubhn_retribusi_jasa_umumPA_Klaten
 
Konsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptx
Konsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptxKonsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptx
Konsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptxIBRAHIMNAJIBRUSLAN
 
4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptx
4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptx4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptx
4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptxdream1717
 
SK Tim Reformasi Birokrasi
SK Tim Reformasi BirokrasiSK Tim Reformasi Birokrasi
SK Tim Reformasi Birokrasibagorghst
 
Standar_Operasional_Prosedur__SOP__Data
Standar_Operasional_Prosedur__SOP__DataStandar_Operasional_Prosedur__SOP__Data
Standar_Operasional_Prosedur__SOP__DataAi Risa
 
Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018
Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018
Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018nufir2203
 
Pp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvs
Pp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvsPp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvs
Pp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvsKantorHukum1
 
2011 Ret jasa umum final stj menkeu+prov
2011 Ret jasa umum final stj menkeu+prov2011 Ret jasa umum final stj menkeu+prov
2011 Ret jasa umum final stj menkeu+provPA_Klaten
 
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingPerda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingArifuddin Ali
 

Similar to Pergub nomor 18 tahun 2017 (20)

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
 
Perda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
Perda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahaPerda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
Perda no. 3 thn 2012 Tentang perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
 
Perda 9 tahun 2014 retribusi
Perda 9 tahun 2014 retribusiPerda 9 tahun 2014 retribusi
Perda 9 tahun 2014 retribusi
 
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahaNo. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
 
PERBUP 49 2019.pdf
PERBUP 49 2019.pdfPERBUP 49 2019.pdf
PERBUP 49 2019.pdf
 
Prosedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi Banten
Prosedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi BantenProsedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi Banten
Prosedur Perizinan Online (SIPEKA) DPMPTSP Provinsi Banten
 
BENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptxBENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptx
 
03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptx
03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptx03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptx
03_paparan_wtp_kabkota_Bapak_slamet.pptx
 
POLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdf
POLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdfPOLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdf
POLA TATA KELOLA PUSKESMAS 1.pdf
 
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilikPermenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
 
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilikPermenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
Permenpan2009 012 pedoman penilaian penyelenggaraan pelayanan pubilik
 
Perda tentang perubhn_retribusi_jasa_umum
Perda tentang perubhn_retribusi_jasa_umumPerda tentang perubhn_retribusi_jasa_umum
Perda tentang perubhn_retribusi_jasa_umum
 
Konsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptx
Konsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptxKonsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptx
Konsep Dasar Akuntansi Manajemen Keuangan Daerah,PPT.pptx
 
4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptx
4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptx4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptx
4-Slide Irjen Kemendagri_Rakornas APIP 23-08-2016.pptx
 
SK Tim Reformasi Birokrasi
SK Tim Reformasi BirokrasiSK Tim Reformasi Birokrasi
SK Tim Reformasi Birokrasi
 
Standar_Operasional_Prosedur__SOP__Data
Standar_Operasional_Prosedur__SOP__DataStandar_Operasional_Prosedur__SOP__Data
Standar_Operasional_Prosedur__SOP__Data
 
Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018
Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018
Pp 24 Tahun 2018 tgl 21 Juni 2018
 
Pp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvs
Pp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvsPp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvs
Pp 24 2018_oss_dan_lampiran_hvs
 
2011 Ret jasa umum final stj menkeu+prov
2011 Ret jasa umum final stj menkeu+prov2011 Ret jasa umum final stj menkeu+prov
2011 Ret jasa umum final stj menkeu+prov
 
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingPerda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
 

Recently uploaded

Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 

Recently uploaded (8)

Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 

Pergub nomor 18 tahun 2017

  • 1. p GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, nomenklatur Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BP2TPM) berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP); b. bahwa dalam upaya peningkatan pelayanan publik di bidang pelayanan perizinan dan untuk mengakomodir perubahan kewenangan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka perlu melakukan penambahan dan perubahan jumlah layanan perizinan yang disatukan/diintegrasikan melalui penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang dilaksanakan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
  • 2. 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357); 10. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 12. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 Nomor 1 Seri D); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung. 3. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
  • 3. -3- 4. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat DPMPTSP adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 5. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut Kepala DPMPTSP adalah Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 6. Perangkat Daerah Teknis yang selanjutnya disebut PD Teknis adalah Badan dan Dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang melakukan fasilitasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian sesuai tugas pokok dan fungsinya. 7. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 8. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu. 9. Pendelegasian Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban Perizinan dan Non Perizinan, termasuk penandatangannya atas nama pemberi wewenang. 10. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan. 11. Non Perizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 12. Perizinan yang Bersifat Strategis adalah perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki karakteristik tertentu dengan kriteria meliputi perizinan yang membutuhkan kajian komprehensif dari banyak pihak terkait, jangka waktu tertentu, berdampak sangat luas terhadap lingkungan hidup, konservasi, pemanfaatan penataan ruang provinsi dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. 13. Tatalaksana Perizinan adalah prosedur, syarat formal, dan proses kerja yang harus dipenuhi oleh penyelenggara PTSP dalam rangka penetapan keputusan perizinan. 14. Pemohon adalah orang perseorangan, badan usaha, badan hukum maupun bukan badan hukum, yang mengajukan permohonan perizinan dan nonperizinan. 15. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur- unsur Perangkat Daerah Teknis terkait yang mempunyai wewenang untuk memberikan saran pertimbangan atau rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan perizinan kepada Kepala DPMPTSP. 16. Standar Pelayanan yang selanjutnya disingkat SP adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji dari Penyelenggara pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.
  • 4. -4 - 17. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. 18. Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. 19. Honorer adalah pegawai non Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Pemerintah Daerah dan upahnya dibayar atau digaji dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 20. Calo atau Perantara adalah orang yang menjadi perantara dan memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah maupun tidak menerima upah. 21. Koordinator Perizinan adalah petugas yang berstatus Pegawai Negeri Sipil atau Honorer atau masyarakat, yang bertugas membantu mengoordinasikan dan menghimpun secara kolektif permohonan pelayanan perizinan sektor kelautan dan perikanan di lapangan. 22. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara elektronik yang selanjutnya disingkat SPIPISE adalah sistem pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara Pemerintah yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan dengan pemerintah daerah. 23. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Provinsi kepada orang pribadi atau badan usaha. 24. Mai Administrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan. BAB II ASAS DAN PRINSIP Pasal 2 Penyelenggaraan PTSP berasaskan: a. kepastian hukum; b. keterbukaan; c. akuntabilitas; d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; dan e. efisiensi berkeadilan; Pasal 3 Prinsip penyelenggaraan PTSP meliputi: a. kesederhanaan; b. kejelasan;
  • 5. - 5- c. kepastian waktu; d. akurasi; e. keamanan/kepastian hukum; f. tanggung jawab; g. kelengkapan sarana dan prasarana; h. kemudahan akses; i. kedisiplinan, kesopanan, keramahan (profesionalisme); dan j. kenyamanan. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4 Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai dasar Penyelenggaraan PTSP pada DPMPTSP berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi. Pasal 5 Penyelenggaraan PTSP pada DPMPTSP bertujuan untuk: a. mewujudkan tatalaksana Perizinan dan Nonperizinan yang mudah, murah, transparan, cepat, tepat, pasti, efisien, efektif, dan partisipatif sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik; b. meningkatkan pertumbuhan investasi melalui peningkatan pelayanan publik dalam bidang birokrasi Perizinan dan Nonperizinan; c. memberikan informasi kepada penerima Perizinan dan Nonperizinan tentang ketentuan pengaturan tatalaksana Perizinan dan Nonperizinan yang dilakukan oleh DPMPTSP; dan d. mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan daerah. BAB IV HUBUNGAN KERJA DALAM PENYELENGGARAAN PTSP Bagian Kesatu DPMPTSP Pasal 6 (1) DPMPTSP mempunyai tugas menyelenggarakan PTSP. (2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPMPTSP mempunyai fungsi: a. pemberian informasi pelayanan Perizinan; b. penerimaan permohonan berkas; c. pelaksanaan verifikasi dan validasi terhadap kelengkapan berkas sebagai persyaratan yang harus dipenuhi Pemohon izin; d. pengoordinasian Tim Teknis PTSP dan pendampingan survei lapangan bersama dengan anggota Tim Teknis PTSP terhadap
  • 6. -6- izin baru atau izin perpanjangan yang mengalami perubahan spesifikasi; e. pemrosesan dan pengolahan berkas serta pengadministrasian dokumen Perizinan dan Nonperizinan sesuai norma dan SP terutama berkaitan dengan persyaratan Perizinan, biaya, dan waktu penyelesaiannya; f. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi pelayanan Perizinan dengan PD Teknis dan instansi terkait lainnya; g. penandatanganan naskah dokumen Perizinan sesuai saran pertimbangan atau kajian teknis dari Tim Teknis PTSP; h. penerbitan, penolakan dan pencabutan Perizinan, serta penyampaian tembusan atau salinannya ke PD Teknis; dan i. penyediaan layanan pengaduan masyarakat. Bagian Kedua Tim Teknis Pasal 7 (1) Untuk mendukung dan mengoptimalkan penyelenggaraan PTSP, dibentuk Tim Teknis PTSP. (2) Tim Teknis PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan ditetapkan oleh Gubernur atas usulan dari Kepala PD Teknis yang terdiri dari pejabat PD Teknis terkait yang mempunyai kompetensi dan kemampuan sesuai dengan bidangnya serta sesuai dengan jenis Perizinan. (3) Tim Teknis PTSP bertugas: a. melaksanakan pemeriksaan teknis di lapangan terhadap permohonan Perizinan yang memerlukan kajian teknis dan penelitian/survei lapangan; b. membuat kajian teknis dan berita acara pemeriksaan sesuai bidangnya; c. memberikan saran pertimbangan atau rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan Perizinan dan Nonperizinan kepada Kepala DPMPTSP; d. menuangkan uraian spesifikasi besaran Retribusi ke dalam kajian teknis dan/atau saran pertimbangan, khusus bagi setiap Perizinan yang dikenakan Retribusi; e. melaksanakan konsultasi dan koordinasi yang diperlukan dengan Kepala PD Teknis dan Aparatur PD Teknis; f. memberikan laporan tertulis atau tembusan terhadap setiap hasil saran pertimbangan atau rekomendasi Tim Teknis PTSP kepada Kepala PD Teknis terkait; g. merekapitulasi setiap Perizinan yang telah dikeluarkan oleh DPMPTSP untuk keperluan pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara fungsional bagi PD Teknis, maupun keperluan data pembanding bagi DPMPTSP; dan h. melaksanakan tugas lain yang diperlukan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Dalam melaksanakan tugasnya sebagai anggota Tim Teknis PTSP, Tim Teknis bertanggung jawab kepada Kepala DPMPTSP melalui Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu selaku Koordinator Tim Teknis PTSP.
  • 7. - 7- (5) Anggota Tim Teknis PTSP dapat mengusulkan secara lisan atau tertulis mengenai petugas dari PD Teknis yang bersangkutan sebagai pendamping yang diikutsertakan dalam survei lapangan kepada Kepala DPMPTSP maupun kepada Kepala PD Teknis yang bersangkutan, dengan memperhatikan efektifitas dan daya guna petugas, serta tingkat resiko atau dampak perizinan yang akan dilakukan survei lapangan. (6) Untuk mengoptimalkan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kinerja/tugas dan peningkatan kompetensi aparatur anggota Tim Teknis PTSP, Gubernur dapat membentuk Tim Pembina PTSP yang terdiri dari unsur-unsur Kepala PD Teknis yang bersangkutan dan pihak-pihak terkait lainnya, yang ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. Bagian Ketiga PD Teknis Pasal 8 (1) PD Teknis mempunyai tugas memperlancar dan memberikan dukungan teknis terhadap penyelenggaraan PTSP. (2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PD Teknis mempunyai fungsi: a. pelaksanaan tindak lanjut layanan pengaduan PTSP berkaitan dengan aspek teknis secara cepat dan tepat; b. perencanaan dan perumusan arah kebijakan Perizinan sesuai bidangnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan c. pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan izin dan/atau nonizin secara fungsional, sesuai dengan kewenangan serta tugas pokok dan fungsinya. BAB V PENDELEGASIAN WEWENANG Pasal 9 (1) Dengan Peraturan Gubernur ini, Gubernur mendelegasikan wewenang pelayanan dan pemberian Perizinan dan Nonperizinan secara administrasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi kepada Kepala DPMPTSP. (2) Pendelegasian wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemrosesan administrasi permohonan Perizinan dan Nonperizinan, pengoordinasian anggota Tim Teknis PTSP dari PD Teknis, sampai dengan penandatanganan perizinannya atas nama pemberi wewenang, atau ditentukan lain oleh perundang- undangan. (3) Daftar jenis Perizinan dan Nonperizinan yang didelegasikan Gubernur kepada Kepala DPMPTSP adalah sebagai berikut: a. Sektor Penanaman Modal, terdiri atas : 1. Izin prinsip penanaman modal; 2. Izin prinsip perluasan penanaman modal; 3. Izin prinsip perubahan penanaman modal; 4. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal;
  • 8. - 8 - 5. Izin usaha penanaman modal; 6. Izin usaha perluasan penanaman modal; 7. Izin usaha perubahan penanaman modal; 8. Izin usaha penggabungan perusahaan penanaman modal (merger); dan 9. Izin Pembukaan Kantor Cabang. b. Sektor Kehutanan, terdiri atas : i: Izin pengusahaan pariwisata alam yang dilakukan di dalam taman hutan raya, meliputi : a) Usaha penyediaan jasa wisata alam; dan/atau b) Usaha penyediaan sarana wisata alam. 2. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dari Gubernur kapasitas produksi 2000 s.d. 6000 m3/ tahun; 3. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu atau Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Negara; 4. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan izin pendirian lembaga konservasi dari Menteri Kehutanan (contoh : kebun binatang, taman safari); 5. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam dari Menteri Kehutanan (di dalam suaka margasatwa, taman nasional, kecuali zona inti dan taman wisata alam); dan 6. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan Izin Pengusahaan Taman Buru. c. Sektor Perhubungan, terdiri atas : 1. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Dalam Trayek (Izin Trayek Angkutan Umum dan Angkutan Khusus, skala kewenangan Provinsi) meliputi : a) Surat Keputusan Izin Trayek; dan/atau b) Kartu Pengawasan Izin Trayek. 2. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek (Izin Operasi Angkutan, skala kewenangan Provinsi) meliputi : a) Surat Keputusan Izin Operasi; dan/atau b) Kartu Pengawasan Izin Operasi. 3. Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT); 4. Surat Izin Usaha Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (SIUPEMKL); 5. Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM); 6. Surat Izin Usaha Perusahaan Depo Peti Kemas (SIUPDPK); 7. Izin Usaha Angkutan Laut yang Beroperasi Lintas Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi. 8. Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER); 9. Surat Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Pelayaran Rakyat atau Kantor Cabang Perusahaan Angkutan Laut; 10. Surat Izin Usaha Tally di Pelabuhan;
  • 9. - -9 - 11. Rekomendasi Rencana Induk Pelabuhan; _ 12. Rekomendasi Penetapan Lokasi Terminal Khusus; 13. Rekomendasi Penetapan DLkr/DLKp Pelabuhan Pengumpul Regional; 14. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Pengumpul Regional; 15. Surat Izin Kerja Keruk di Pelabuhan Pengumpul Regional; 16. Surat Izin Kerja Reklamasi di Pelabuhan Pengumpul Regional; 17. Rekomendasi Surat Izin Kerja Keruk Pelabuhan Pengumpul Nasional dan Untuk Kegiatan Penambangan di Laut; 18. Rekomendasi Surat Izin Kerja Reklamasi Pelabuhan Pengumpul Nasional dan Untuk Kegiatan Penambangan di Laut; 19. Surat Izin Usaha Ekpedisi Muatan Pesawat Udara (SIUEMPU); 20. Rekomendasi ketinggian bangunan/ menara di daerah Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP); dan 21. Persetujuan / Izin Terbang (Flight Aprovval) Perusahaan Angkutan Udara untuk penerbangan tidak berjadwal antar Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi, dengan kapasitas penumpang tertentu (di bawah 30 kursi (seat). d. Sektor Kelautan dan Perikanan, terdiri atas : 1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), untuk Bidang Perikanan Tangkap; 2. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), untuk ukuran kapal di atas 5GT s.d. 30GT (>5GT s.d. 30GT); 3. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), untuk ukuran kapal di atas 5GT s.d. 30GT (>5GT s.d. 30GT); 4. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Pembudidayaan Ikan; dan 5. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Pembudidayaan Ikan. e. Sektor Perindustrian dan Perdagangan, terdiri atas : 1. Izin Usaha Industri (IUI) skala investasi di atas Rp. 10 Milyar tidak termasuk tanah dan bangunan; 2. Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (B2) bagi PENGECER TERDAFTAR; 3. Angka Pengenal Importir (API); dan 4. Rekomendasi untuk mendapatkan Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (B2) bagi DISTRIBUTOR TERDAFTAR. f. Sektor Kesehatan, terdiri atas: 1. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT); 2. Izin Pengakuan Cabang Pedagang Besar Farmasi (PBF); 3. Izin Pengakuan Cabang Penyalur Alat Kesehatan; 4. Izin Mendirikan Rumah Sakit Kelas B; = 5. Izin Operasional Rumah Sakit Kelas B;
  • 10. - 10- 6. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Umum Madya; 7. Rekomendasi Pemeriksaaan Tempat Penyalur Alat Kesehatan; 8. Rekomendasi Pemenuhan Persyaratan Kelengkapan Administrasi Pedagang Besar Farmasi (PBF); 9. Rekomendasi Pemenuhan Persyaratan Kelengkapan . Industri Obat Tradisional (IOT); dan 10. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK); g. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terdiri atas : 1. Pengesahan Perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA); dan 2. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) lintas Kabupaten/Kota. h. Sektor Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral, terdiri atas : 1. Izin Pengeboran atau Penggalian Air Tanah; 2. Izin Pemakaian Air Tanah; 3. Izin Pengusahaan Air Tanah; 4. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL); 5. Izin Operasi Tenaga Listrik; 6. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (IUJPTL); 7. Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika; 8. Rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan Izin Ketenagalistrikan yang Izinnya merupakan kewenangan Pemerintah Pusat; 9. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Bukan Logam dan Batuan; 10. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam; 11. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan; 12. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral Logam; 13. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Bukan Logam dan Batuan; 14. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam; 15. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan; 16. Penyesuaian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral Logam; 17. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Bukan Logam dan Batuan; 18. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam; 19. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan; 20. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral Logam; 21. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Afiliasi; 22. Izin Prinsip Pengolahan dan/atau Pemurnian;
  • 11. - 11 - 23. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus Pengolahan dan Pemurnian; 24. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus Pengangkutan dan Penjualan; 25. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus Penjualan; 26. Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Mineral Bukan Logam dan Batuan; 27. Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Mineral Logam; 28. Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP); 29. Izin Surat Keterangan Terdaftar (SKT); dan 30. Izin Fasilitas Teknis Penunjang Kegiatan Pertambangan. i. Sektor Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, terdiri atas : 1. Izin Pengusahaan Sumber Daya Air; dan 2. Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Ruang Milik Jalan. j. Sektor Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, terdiri atas : 1. Izin Usaha Perkebunan lintas Kabupaten/Kota; 2. Izin Usaha Produksi Benih Tanaman Perkebunan; dan 3. Rekomendasi Kesesuaian dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan Provinsi dari Gubernur. k. Sektor Lingkungan Hidup, terdiri atas : 1. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Keputusan Ketidaklayakan Lingkungan Hidup; 2. Izin Lingkungan; 3. Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL); 4. Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Skala Provinsi; dan 5. Rekomendasi untuk mendapatkan Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Skala Nasional. 1. Sektor Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, terdiri atas : i: Izin Koperasi Simpan Pinjam; 2. Rekomendasi Pendirian Kantor Cabang Pelayanan Koperasi; dan 3. Rekomendasi Pengesahan Badan Hukum Koperasi. m. Sektor Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri atas : 1: Rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang. n. Sektor Pendidikan, terdiri atas : 1. Izin Mendirikan Sekolah SMA; 2. Izin Mendirikan Sekolah SMK; 3. Izin Mendirikan Sekolah SLB; dan - 4. Izin Membuka Program Keahlian untuk SMK.
  • 12. - 12 - o. Sektor Sosial, terdiri atas : 1. Pendaftaran Lembaga Kesejahteraan Sosial; 2. Rekomendasi Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah (UGB); dan 3.' Rekomendasi Penyelenggaraan Pengumpulan Uang atau Barang. (4) Gubernur dapat menambah dan/atau mengurangi daftar jenis Perizinan dan Nonperizinan yang didelegasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. (5) Untuk jenis-jenis Perizinan dan Nonperizinan yang belum teridentifikasi dan belum terdaftar di dalam daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) setelah teridentifikasi wajib dilaporkan oleh PD Teknis kepada Gubernur, dan pelayanannya tetap dilaksanakan oleh PD Teknis, sampai dengan ditetapkannya jenis Perizinan dan Nonperizinan tersebut ke dalam daftar Peraturan Gubernur ini. (6) Kewenangan dan kewajiban dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkan oleh DPMPTSP, secara fungsional tetap berada pada PD Teknis yang bersangkutan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. BAB VI PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN Bagian Kesatu Mekanisme Umum Pelayanan Pasal 10 (1) Perizinan dan Nonperizinan yang diterbitkan oleh Kepala DPMPTSP wajib dilaksanakan sesuai SP dan SOP mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) SP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. Bagian Kedua Prosedur Pelayanan Pasal 11 (1) Untuk memperoleh Perizinan dan Nonperizinan dari Pemerintah Provinsi, setiap Pemohon wajib mengajukan permohonan dilengkapi dengan persyaratan kepada Kepala DPMPTSP. (2) Permohonan Perizinan dan Nonperizinan dapat diajukan secara manual atau secara elektronik melalui SPIPISE atau sistem informasi pelayanan Perizinan secara elektronik lainnya. (3) Permohonan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan langsung oleh Pemohon atau dalam hal yang bersangkutan berhalangan atau tidak memungkinkan untuk mengurus Perizinan dan Nonperizinan dapat diwakili oleh kuasa Pemohon, yang dinyatakan dengan Surat Kuasa dan dilampirkan Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penerima Kuasa. (4) Persyaratan yang diperlukan untuk proses Perizinan dan Nonperizinan mengacu pada SP yang berlaku.
  • 13. - 13 - (5) Pendaftaran permohonan Perizinan dan Nonperizinan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: a. Pemohon mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penjelasan persyaratan, formulir Perizinan dan Nonperizinan, biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan Perizinan dan Nonperizinan melalui loket informasi atau diunduh pada website DPMPTSP; b. Pemohon mengisi formulir dan melengkapi persyaratan; c. formulir dan kelengkapan persyaratan dapat disampaikan melalui: 1. loket pendaftaran; atau 2. Koordinator Perizinan. d. petugas pendaftaran memeriksa kelengkapan persyaratan sesuai dengan daftar persyaratan; e. apabila berkas tidak lengkap dan/atau tidak sesuai dengan daftar persyaratan, petugas pendaftaran mengembalikan berkas permohonan dan persyaratan, untuk diperbaiki/dilengkapi kembali oleh Pemohon; dan f. apabila berkas telah memenuhi persyaratan dan lengkap, petugas pendaftaran meregistrasi dan meng-input data awal/ header untuk diteruskan kepada petugas verifikasi dan validasi, dan selanjutnya petugas pendaftaran memberikan resi/ tanda terima penerimaan berkas kepada Pemohon, dengan ketentuan apabila nantinya menurut hasil verifikasi dan validasi petugas pemrosesan menyatakan bahwa berkas tidak memenuhi persyaratan, maka berkas akan dikembalikan kepada Pemohon. (6) Hasil verifikasi dan validasi berkas permohonan dilanjutkan kepada petugas pemrosesan untuk edit status pada data base secara elektronik kemudian dilakukan proses Perizinan dan Nonperizinan dengan ketentuan: a. dalam hal hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan tanpa pemeriksaan lapangan dan/atau tanpa pengkajian oleh Tim Teknis PTSP, naskah Izin dan/atau Nonizin dapat diproses untuk ditandatangani Kepala DPMPTSP; dan b. dalam hal hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan administrasi tetapi memerlukan pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian, Tim Teknis PTSP melakukan pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian didampingi oleh unsur petugas DPMPTSP, yang dikoordinasikan oleh Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu. (7) Dalam hal berkas permohonan Perizinan dan Nonperizinan memerlukan kajian dari Tim Teknis PTSP, ditempuh langkah operasional sebagai berikut: a. petugas pemrosesan pada Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu DPMPTSP menyampaikan permintaan tertulis melalui surat Kepala DPMPTSP atau Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu DPMPTSP selaku Koordinator Tim Teknis PTSP kepada Tim Teknis PTSP untuk melakukan pemeriksaan teknis; b. Tim Teknis PTSP menyusun penjadwalan dan perencanaan untuk melakukan pemeriksaan lapangan; c. Tim Teknis PTSP didampingi oleh unsur petugas DPMPTSP melakukan pemeriksaan lapangan dan/atau pembahasan,
  • 14. - 14- yang dilanjutkan dengan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Lapangan oleh Tim Teknis PTSP; d. hasil pemeriksaan teknis yang dilakukan oleh Tim Teknis PTSP dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan saran pertimbangan atau kajian teknis atau dokumen lain yang dipersamakan, yang disampaikan kepada Kepala DPMPTSP dengan tembusan kepada Kepala PD Teknis yang bersangkutan; e. hasil saran pertimbangan atau kajian teknis dari Tim Teknis PTSP menjadi dasar bagi DPMPTSP untuk menerbitkan atau menolak penerbitan izin; f. petugas pemrosesan pada Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu DPMPTSP melaksanakan pengolahan dan penerbitan dokumen Perizinan dan Nonperizinan atau dokumen penolakan/penangguhan, untuk ditandatangani Kepala DPMPTSP; g. selanjutnya Petugas pemrosesan pada Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu DPMPTSP melakukan tindakan administrasi atas surat Perizinan dan Nonperizinan atau penolakan/penangguhan yang telah ditandatangani Kepala DPMPTSP berupa penomoran dan pengarsipan; dan h. petugas pemrosesan meneruskan surat Perizinan dan Nonperizinan atau penolakan/penangguhan kepada Petugas loket pengambilan, untuk disampaikan kepada Pemohon melalui telepon dan/atau Short Message Service (SMS). (8) Perizinan dan Nonperizinan yang tidak dibebani kewajiban membayar Retribusi dan sudah ditandatangani oleh Kepala DPMPTSP disampaikan kepada petugas loket pengambilan dokumen, selanjutnya diinformasikan melalui telepon dan/atau Short Message Service (SMS) kepada Pemohon bahwa proses Perizinan dan Nonperizinan telah selesai dan dokumen sudah dapat diberikan/disampaikan kepada Pemohon. (9) Khusus Perizinan dan Nonperizinan yang dikenakan kewajiban membayar Retribusi, pengambilan dokumen Perizinan harus disertakan tanda bukti pembayaran atau Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) atau Surat Tanda Setoran (STS) sesuai dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang telah ditetapkan Petugas/Pejabat yang ditunjuk. (10) Pembayaran Retribusi dilakukan melalui loket pembayaran PTSP yang telah disediakan atau melalui bank yang ditunjuk. (11) Berdasarkan bukti pembayaran dan/atau resi penerimaan berkas yang telah diregistrasi, Pemohon mengambil Perizinan dan Nonperizinan ke loket pengambilan dokumen. (12) Bagan alur prosedur pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini. Bagian Ketiga Penandatanganan Perizinan Pasal 12 (1) Setiap Perizinan dan Nonperizinan yang telah didelegasikan oleh Gubernur kepada Kepala DPMPTSP, ditandatangani oleh Kepala DPMPTSP atas nama Gubernur.
  • 15. - 15- (2) Dalam hal Kepala DPMPTSP berhalangan sementara atau berhalangan hadir lebih dari 2 (dua) hari kerja sampai dengan maksimal 14 (empat belas) hari kerja karena penugasan dan/atau kepentingan lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan, maka penandatanganan naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan dilakukan secara elektronik berupa tanda tangan scan komputer. (3) Setiap penandatanganan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib diregistrasi atau dilakukan pencatatan oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu pada DPMPTSP atau pejabat lain yang ditunjuk pada buku register tanda tangan elektronik. (4) Dalam hal Kepala DPMPTSP berhalangan tetap lebih dari 14 (empat belas) hari kerja karena penugasan dan/atau kepentingan lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan, maka penandatanganan naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan dilakukan oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu DPMPTSP atau pejabat lain yang ditunjuk. Bagian Keempat Penolakan dan Pencabutan Perizinan Pasal 13 (1) Kepala DPMPTSP dapat melakukan penolakan terhadap permohonan Perizinan dan Nonperizinan dari pihak pemohon. (2) Penolakan permohonan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disertai dengan alasan yang bersifat faktual dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan, diantaranya: a. hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas tidak memenuhi persyaratan administrasi; dan b. hasil saran pertimbangan atau kajian teknis oleh Tim Teknis PTSP tidak memenuhi persyaratan untuk diterbitkan perizinannya. (3) Pihak Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan upaya hukum berkaitan dengan penolakan permohonan Perizinan dan Nonperizinan. (4) Pemohon dapat mengajukan keberatan atas penolakan akibat adanya keberatan dari pihak lain. Pasal 14 (1) Kepala DPMPTSP dapat melakukan pencabutan Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkannya. (2) Pencabutan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas permintaan Pemohon sendiri dan/atau terdapat pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal terjadi pelanggaran ketentuan dan kewajiban sesuai dengan ketentuan penerbitan izin, maka Kepala PD Teknis mengusulkan pencabutan Perizinan dan Nonperizinan kepada Kepala DPMPTSP.
  • 16. - 16- Bagian Kelima Penyelesaian Permasalahan Perizinan dan Nonperizinan Pasal 15 Permasalahan yang timbul sebagai akibat izin yang diterbitkan, maka penyelesaian permasalahan tersebut diselesaikan oleh PD Teknis terkait, dengan difasilitasi oleh DPMPTSP. Bagian Keenam Waktu Pelayanan dan Jam Pelayanan Harian Pasal 16 (1) Waktu Pelayanan PTSP ditetapkan selama 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. (2) Ketentuan mengenai waktu pelayanan dan jam pelayanan harian PTSP, ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Kepala DPMPTSP. BAB VII DOKUMEN PERIZINAN Bagian Kesatu Legalisasi dan Duplikat/ Salinan Naskah Dokumen Pasal 17 (1) Dalam hal pemegang Perizinan dan Nonperizinan membutuhkan legalisasi atas dokumen Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkan, yang bersangkutan berhak mengajukan permohonan legalisasi. (2) Permohonan legalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada petugas pendaftaran dengan melampirkan/menunjukkan dokumen yang asli untuk dilegalisasi, kemudian diteruskan kepada petugas verifikasi/validasi. (3) Petugas verifikasi/validasi selanjutnya meneruskan kepada Kepaia Badan/Kepala Bidang/Kepala Seksi/Petugas yang ditunjuk untuk dimintakan tanda tangan dan stempel DPMPTSP. Pasal 18 (1) Dalam hal naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan hilang atau rusak, pemegang Perizinan dan Nonperizinan berhak mengajukan permohonan untuk mendapatkan duplikat/salinan naskah dokumen kepada Kepala DPMPTSP. (2) Permohonan untuk mendapatkan duplikat/salinan naskah dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui petugas pendaftaran dengan melampirkan surat keterangan kehilangan dari kepolisian. (3) Petugas pendaftaran meneruskan permohonan kepada petugas verifikasi/validasi untuk dilakukan pemeriksaan, dengan ketentuan: a. dalam hal berkas permohonan tidak memenuhi persyaratan dan/atau diragukan kebenarannya, Kepala DPMPTSP dapat
  • 17. - 17 - melakukan penolakan terhadap permohonan yang bersangkutan; dan dalam hal berkas permohonan memenuhi persyaratan, Kepala DPMPTSP menerbitkan duplikat/salinan naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan. Bagian Kedua Perpanjangan atau Daftar Ulang Pasal 19 (1) Perpanjangan atau daftar ulang naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan, dilaksanakan melalui prinsip penyederhanaan prosedur dan kemudahan bagi proses pelayanan perpanjangan dan daftar ulang, sepanjang tidak mengalami perubahan spesifikasi. (2) Sepanjang tidak ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, pengajuan permohonan perpanjangan atau daftar ulang naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum habis masa berlakunya. (3) Dalam hal pengajuan permohonan perpanjangan atau daftar ulang naskah dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah habis masa berlakunya, maka permohonan yang bersangkutan diperlakukan sebagai permohonan baru. Pasal 20 (1) Dalam hal tanggal perpanjangan atau daftar ulang yang tertera di dalam naskah dokumen Perizinan dan Nonperizinan bertepatan dengan hari libur nasional, perpanjangan atau daftar ulang dilakukan pada hari kerja berikutnya, sehari setelah hari libur nasional berakhir. (2) Perpanjangan atau daftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diperhitungkan sebagai alasan untuk mengenakan denda Retribusi, atau telah terjadinya pelanggaran. Bagian Ketiga Bentuk, Jenis Format dan Tata Naskah Dokumen Pasal 21 (1) Bentuk dan jenis format Perizinan dan Nonperizinan ditetapkan oleh Kepala DPMPTSP dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) DPMPTSP dapat melakukan standarisasi tata naskah Perizinan dan Nonperizinan atas pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan, yang ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
  • 18. - 18 - BAB VIII LAYANAN INFORMASI DAN LAYANAN PENGADUAN Bagian Kesatu Layanan Informasi Pasal 22 (1) Dalam rangka memberikan dukungan informasi terhadap penyelenggaraan PTSP, diselenggarakan layanan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat secara cepat, mudah dan sederhana. (2) Layanan informasi yang disediakan oleh PTSP DPMPTSP, diantaranya meliputi profil DPMPTSP, SP, Maklumat Pelayanan, pengelolaan layanan pengaduan masyarakat, dan lain sebagainya yang diperlukan. (3) Informasi layanan PTSP dapat diperoleh masyarakat secara langsung di loket informasi front office PTSP, dan secara tidak langsung melalui media penyampaian informasi, maupun melalui sistem informasi secara elektronik. Bagian Kedua Layanan Pengaduan Pasal 23 (1) Pemohon pengguna jasa dapat menyampaikan pengaduan atas layanan PTSP melalui layanan pengaduan PTSP, dalam hal penyelenggaraan PTSP oleh DPMPTSP tidak dilaksanakan sesuai SP dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Layanan Pengaduan PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara lisan dan/atau tulisan melalui media yang disediakan, paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak pemohon pengguna jasa menerima pelayanan Perizinan dan Nonperizinan. (3) DPMPTSP wajib menanggapi dan menindaklanjuti pengaduan atas layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), secara cepat dan tepat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya pengaduan atas layanan. (4) Prosedur layanan pengaduan PTSP dilaksanakan sebagai berikut: a. Pemohon pengguna jasa menyampaikan pengaduan atas layanan yang diterimanya secara langsung lisan dan/atau tulisan ke loket layanan pengaduan PTSP, maupun secara tidak langsung melalui media telepon, email, faximile, SMS, kotak saran/pengaduan, sistem informasi secara elektronik, dan Iain-lain; b. petugas layanan pengaduan PTSP menerima pengaduan, kemudian meregistrasi dan melakukan entry data atas pengaduan, selanjutnya membuat dan memberikan resi tanda terima nomor pengaduan kepada Pemohon pengguna jasa; c. tim penanganan pengaduan yang terdiri dari petugas layanan pengaduan PTSP, unsur petugas DPMPTSP yang terkait, Tim Teknis PTSP, dan dapat mengikutsertakan unsur PD Teknis, melakukan analisa penyebab selanjutnya menetapkan tindakan penyelesaian dan menginformasikannya kepada Pemohon pengguna jasa;
  • 19. - 19 - d. tim penanganan pengaduan melakukan tindakan penyelesaian yang diperlukan, selanjutnya melaksanakan verifikasi hasil akhirnya dan menyampaikannya kepada Pemohon pengguna jasa; e. jika Pemohon pengguna jasa puas dengan hasil akhir penyelesaiannya, maka proses penanganan pengaduan dinyatakan selesai; f. jika Pemohon pengguna jasa belum puas maka proses siklus penanganan pengaduan diulang kembali sebagaimana dari huruf c hingga huruf e hingga selesai. (5) Bagan alur prosedur layanan pengaduan PTSP, tercantum dalam Lampiran II Peraturan Gubernur ini. BAB IX INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Pasal 24 (1) PTSP melaksanakan survei kepuasan masyarakat melalui penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) guna mengukur perubahan tingkat kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan. (2) Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh DPMPTSP maupun bekerjasama dengan pihak lain, dengan mekanisme sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Survei kepuasaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (4) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan indikator yang terdiri dari: a. prosedur, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan; b. persyaratan, yaitu kesesuaian persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; c. kejelasan petugas, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan, meliputi nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya; d. kedisiplinan petugas, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku; e. tanggung jawab petugas, yaitu kejelasan wewenang dan tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan kepada masyarakat; f. kemampuan petugas, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan dan menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat; g. kecepatan, yaitu target waktu pelayanan yang dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh penyelenggara pelayanan; h. keadilan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani; i. kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
  • 20. - 20 - secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati; j. kewajaran biaya, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya oleh penyelenggara pelayanan; k. kepastian biaya, yaitu kesesuaian diantara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan; 1. kepastian jadwal, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; m. kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan; dan n. keamanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap risiko yang diakibatkan dari penyelenggaraan pelayanan. BABX RETRIBUSI Pasal 25 (1) Untuk melakukan pemungutan Retribusi kepada Pemohon Perizinan dan Nonperizinan yang jenis perizinannya dikenakan Retribusi, maka petugas/pejabat yang ditunjuk wajib membuatkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Petugas/pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari Tim Teknis PTSP atau dari PD Teknis maupun dari DPMPTSP selaku PD penyelenggara PTSP. (3) Pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan mekanisme sesuai ketentuan Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Gubernur yang berlaku secara khusus mengatur mengenai Retribusi. BAB XI HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Hak Penyelenggara atau Pelaksana PTSP Pasal 26 Penyelenggara atau Pelaksana PTSP memiliki hak: a. memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya; b. melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak' sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan; c. menolak permintaan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; dan d. mendapatkan insentif/tunjangan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
  • 21. -21 - Bagian Kedua Kewajiban dan Larangan Bagi Aparatur Terkait Penyelenggaraan PTSP Pasal 27 (1) Setiap Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di lingkungan Pemerintah Provinsi, wajib mendukung terselenggaranya PTSP. (2) Setiap petugas penyelenggara atau pelaksana PTSP termasuk anggota Tim Teknis PTSP dan pegawai PD Teknis, dalam melaksanakan tugasnya wajib berpedoman kepada SP dan SOP yang berlaku. (3) Setiap petugas penyelenggara atau pelaksana PTSP termasuk anggota Tim Teknis PTSP dan pegawai PD Teknis, dilarang melakukan tindakan Mai Administrasi. (4) Setiap petugas penyelenggara atau pelaksana PTSP termasuk anggota Tim Teknis PTSP dan pegawai PD Teknis, dilarang: a. melakukan pungutan liar; dan b. menerima imbalan dalam bentuk apapun dari Pemohon Perizinan dan Nonperizinan yang patut diduga terkait langsung atau tidak langsung dengan penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan. (5) Setiap Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dilarang menjadi Calo atau perantara maupun menjadi Penerima Kuasa dalam pengurusan Perizinan dan Nonperizinan pada penyelenggaraan PTSP. (6) Tidak dikategorikan sebagai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), yaitu bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengurus Perizinan dan Nonperizinan yang terkait langsung dengan usaha pribadinya sendiri yang dimilikinya secara sah, dan/atau dalam rangka melaksanakan kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia. (7) Kepala PD Teknis, dilarang menerbitkan Perizinan dan Nonperizinan yang telah didelegasikan Gubernur kepada Kepala DPMPTSP. Bagian Ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat Pemohon Perizinan Pasal 28 Masyarakat Pemohon Perizinan dan Nonperizinan berhak: a. mengetahui informasi mengenai SP; b. mengawasi pelaksanaan SP; c. mendapatkan tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan; d. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara PTSP untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan Perizinan dan Nonperizinan yang diberikan tidak sesuai dengan SP; e. memberitahukan kepada petugas pelaksana PTSP untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan SP; f. mengadukan petugas pelaksana PTSP yang melakukan penyimpangan SP dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pimpinan penyelenggara PTSP dan Ombudsman; dan g. mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.
  • 22. -22 - Pasal 29 Masyarakat Pemohon Perizinan dan Nonperizinan berkewajiban: a. mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam SP; b. ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan; dan c. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan. BAB XII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 30 (1) Pegawai Negeri Sipil maupun Honorer, dan petugas penyelenggara atau pelaksana PTSP yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (7), dikenakan sanksi berdasarkan tingkat pelanggaran yang dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian. (2) Dalam hal pegawai yang melanggar merupakan pegawai dari DPMPTSP, maka Pejabat yang memberikan/menjatuhkan sanksi adalah Gubernur atau Sekretaris Daerah atau Kepala DPMPTSP atau pejabat lainnya yang berwenang, disesuaikan dengan pangkat, golongan dan jabatan pegawai yang melanggar, untuk selanjutnya dilakukan pembinaan oleh atasan langsung yang bersangkutan. (3) Dalam hal pegawai yang melanggar merupakan pegawai dari PD Teknis atau Instansi lainnya, maka Kepala DPMPTSP menyampaikan secara tertulis perihal pelanggaran dimaksud kepada pimpinan atau kepala instansi yang bersangkutan, untuk selanjutnya diproses guna diberikan/dijatuhkan sanksi oleh pejabat yang berwenang. BAB XIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 31 Pembinaan atas penyelenggaraan PTSP dilakukan oleh Gubernur. Pasal 32 (1) Pengawasan umum terhadap proses penyelenggaraan PTSP dilakukan oleh atasan langsung secara berjenjang. (2) Pengawasan fungsional terhadap terhadap proses penyelenggaraan PTSP dilakukan oleh Inspektorat Daerah Provinsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap penyelenggaraan PTSP, Gubernur dapat membentuk Tim Pengawas PTSP yang diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan anggota yang terdiri dari unsur-unsur Inspektorat Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah, Biro Hukum Sekretariat Daerah, dan Biro Organisasi Sekretariat Daerah. (4) Tim pengawas PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
  • 23. - 23 - (5) Tim Pengawas PTSP mempunyai tugas sebagai berikut: a. melakukan supervisi dan dukungan atas penyelenggaraan PTSP, melalui tindakan pencegahan mal administrasi oleh petugas penyelenggara PTSP; b. mendorong upaya peningkatan kualitas layanan PTSP melalui pemantauan berkala maupun insidentil atas penyelenggaraan PTSP; c. mendorong pengintegrasian layanan berbagai jenis Perizinan dan Nonperizinan terutama yang berkaitan dengan kemudahan berusaha dari PD Teknis ke PTSP DPMPTSP; dan d. menginventarisasi hasil supervisi yang telah dilakukan oleh Tim beserta dengan data-data mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan PTSP dan selanjutnya menyampaikannya disertai dengan usulan alternatif pemecahan permasalahan tersebut kepada Gubernur. BAB XIV PELAPORAN Pasal 33 (1) Kepala DPMPTSP membuat laporan berkala mengenai penyelenggaraan PTSP setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. Jenis-jenis Perizinan dan Nonperizinan yang diterbitkan; dan b. Rekapitulasi jumlah Perizinan dan Nonperizinan per sektor. BAB XV PEMBIAYAAN Pasal 34 Pembiayaan penyelenggaraan PTSP bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 35 (1) Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkan dan ditandatangani sebelum Peraturan Gubernur ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku. (2) Pencabutan Perizinan dan Nonperizinan yang telah diterbitkan oleh Kepala PD Teknis sebelum Peraturan Gubernur ini berlaku, dilaksanakan oleh Kepala PD Teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 24. -24- BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 36 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku: 1. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 44 Tahun 2014.tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014 Nomor 23 Seri E); 2. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 Nomor 3 Seri E); dan 3. Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 Nomor 5 Seri E). dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 37 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diundangkan di Pangkalpinang pada tanggal 3' Maret2017 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, AWANDI Ditetapkan di Pangkalpinang pada tanggal 3j Maret2017 GUBERNUR KEPULAJJAN^BMTQvKA-BELITUNG, RUSTAM EFFENDI BERITA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2017 NOMOR )^ SERI E