1. BAHAYA MENERIMA DAN MENYEBARKAN BERITA HOAX/BOHONG
Ma'asyiral Muslimin Wa Zumratal Mu'minin Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
Perkembangan teknologi yang terus menerus semakin pesat membuat media sosial menjadi pilihan
utama masyarakat dalam berkomunikasi. Media sosial adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, kemajuan teknologi ini harus dihadapkan dengan kebebasan setiap orang dalam membuat serta
membagikan informasi. Dalam kurun waktu setahun belakangan ini, Indonesia dihadapkan dengan
maraknya berita hoax di media sosial. Hal ini dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab
untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Kita sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang dari suatu peristiwa kecil,
tetapi dalam pemberitaannya, peristiwa itu begitu besar atau sebaliknya. Terkadang juga berita itu
menyangkut kehormatan seorang muslim. Bahkan tidak jarang, sebuah rumah tangga menjadi retak,
hanya karena sebuah berita yang belum tentu benar. Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang
bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?
Allah Ta'ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [QS. Al-Hujurat :
6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah
menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua
berita yang didapat itu benar dan sesuai dengan fakta. Ingatlah, musuh-musuh kita senantiasa mencari
kesempatan untuk menguasai. Maka wajib atas kita untuk selalu waspada, hingga kita bisa mengetahui
orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Jika Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti”
Maksudnya, janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian mengadakan
pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.
(Dalam ayat ini) Allah memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika berbicara) dia
dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan
juga tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan
jika tidak, maka ditolak.
2. Kemudian Allah Ta'ala menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk mengikuti
berita-berita tersebut dengan lanjutan firman-Nya,
“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”.
“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS. Al-Hujurat : 6]
Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Sungguh, betapa semua kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, renungi, lalu beradab
dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan
orang fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas,
kehormatan yang terkoyakkan, akibat berita yang tidak benar! Berita yang dibuat oleh para musuh Islam
dan musuh umat ini. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat ini, mencabik-
cabiknya dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.
Betapa banyak dua saudara berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-istri berpisah
karena berita yang tidak benar! Betapa banyak kabilah-kabilah, dan kelompok-kelompok saling
memerangi, karena terpicu berita bohong!
Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya
yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan orang-orang mukmin berhati
baik yang selalu menerima berita yang dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-
lebar mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu.
Mereka tidak peduli dengan bencana yang ditimpakan kepada kaum muslimin akibat mengekor orang
munafiq.
Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Al Qur’an telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin, akibat dari
sebagian kaum muslimin yang mengekor kepada orang-orang munafiq yang dengki, sehingga bisa
mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelum kita.
Dalam Lintasan Sejarah Islam, Hoax pernah terjadi dalam banyak peristiwa, antara lain:
1. Nabi Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan keluarganya pernah menjadi korban hoax, ketika
istri beliau, Aisyah Radliyallahu 'anha, dituduh selingkuh, dan beritanya menjadi ‘viral’ di Madinah.
Peristiwa itu dalam sejarah dinamakan hadits al-Ifki. Berita bohong ini menimpa istri Rasulullah
Shallalahu Alaihi Wasallam ‘Aisyah Radliyallahu Anha. Ummul Mu’minin, setelah perang dengan Bani
Mushtaliq pada bulan Sya’ban 5 H. Peperangan ini diikuti kaum munafik, dan turut pula ‘Aisyah
dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. Dalam perjalanan mereka
kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. ‘Aisyah keluar dari sekedupnya untuk
suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia pergi lagi
mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa ‘Aisyah masih ada
dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat dia duduk di tempatnya
dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat di tempat itu
seorang sahabat Nabi, Shafwan bin Mu’aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian
dan dia terkejut seraya mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, isteri Rasul!” ‘Aisyah
3. terbangun. Lalu dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun
unta sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut
pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesarkannya,
maka fitnahan atas ‘Aisyah Radliyallahu Anha. itu pun bertambah luas, sehingga menimbulkan
kegoncangan di kalangan kaum Muslimin.
Akhirnya Allah Ta'ala mengklarifikasi berita itu, dengan menurunkan firman-Nya dalam Al-Quran Surat Al-
Nur,
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-
tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka
yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak
bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita
bohong yang nyata.” (QS. An-Nuur : 11-12)
2. Khalifah Utsman bin Affan tewas ditikam seorang penghafal Al-Quran yang termakan hoax (fitnah)
bahwa sang khalifah melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Peristiwa penikaman ini terjadi pada
bulan Dzulhijjah tahun 35 H./656 M. Nama pelakunya Al-Ghafiqi.
3. Khalifah Ali bin Abi Thalib dibunuh Abdurrahman bin Muljam seorang Khawarij, yang memfitnahnya
sebagai penista hukum Al-Quran karena ingin damai dengan Muawiyah bin Abi Sufyan, mereka
menuduh beliau telah meninggalkan hukum Allah.
4. Di era demokrasi sekarang ini, banyak hoax di medsos, mengancam pilar persatuan dan kerukunan
umat islam dan masyarakat Indonesia khususnya. Bahkan The Arab Spring; ثورات ال ية عرب ,ال demo,
perang saudara, dan pertumpahan darah yang berujung tumbangnya beberapa negara di kawasan
Timur Tengah, adalah (diduga) akibat virus hoax yang disebarkan melalui medsos.
Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Pada dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan. Akan tetapi Allah ungkapkan
tentang cepatnya berita itu tersebar di tengah masyarakat. Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke
mulut tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang didengar, selanjutnya
memutuskan boleh atau tidak berita itu disebar luaskan. Allah Ta'ala berfirman,
ِذْ َلَق ِوْنَهَُ ِأَلَُقتِلَمب َتوَولَنََُو أَلاف َوِهَمب َاِيَلسَْ أَلَل لب ِأِهٌ َلَقَوبَت َِنَُو سَقِّيَف َوَف َو َنقٌ ِ ِأيمٌَ
““(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan
Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. [QS. An-Nur : 15].
4. Allah mendidik kaum mukminin dengan adab ini. Mengajarkan kepada mereka cara menghadapi berita
serta cara memberantasnya, sehingga tidak tersebar di masyarakat. Setelah itu Allah mengingatkan
kaum mukminin, agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak mereka diketahui. Allah juga
mengingatkan mereka, agar tidak mengekor kepada para pendusta penebar berita bohong.
‘an hafizh ibnu ‘ashiim qaala, qaala rasulullah SAW: kafa bil mar’i kaziban an yuhaddisa ma bikulli
sami’a (HR. Muslim)
“Cukuplah seseorang dikatakan pendusta tatkala menceritakan semua yang ia dengarkan (tanpa
tabayun/klarifikasi).” (HR. Muslim).
Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Majelis Ulama Indonesia atau MUI telah merilis fatwa tentang haramnya menyebar berita hoax. Hukum
haram ini terdapat pada Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah
melalui Media Sosial.
Memproduksi, menyebar dan atau membuat dapat diaksesnya konten/informasi tentang hoax, ghibah,
fitnah, namimah, aib, bullying, ujaran kebencian, dan hal-hal lain sejenis terkait pribadi kepada orang lain
dan atau khalayak hukumnya haram, demikian salah satu poin dari Fatwa MUI.
Jadi, apabila kita menerima berita atau konten di media sosial hendaklah kita teliti dahulu jangan
langsung percaya apalagi mengshare kemana-mana. Karena bila kita tidak teliti terhadap hoax, maka kita
bisa jadi salah satu penyebar dosa kebohongan. Cerdaslah dalam bermedia sosial dan semoga Allah
Ta'ala senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Aamiin