Dokumen tersebut membahas sejarah pembukuan hadits, mulai dari masa Nabi Muhammad SAW hingga abad ke-3 Hijriyah. Pada awalnya hadits ditulis secara terpisah, kemudian dihimpun menjadi kitab-kitab hadits pada abad ke-2 dan 3 H. Akan tetapi, hadits-hadits shahih belum dipisahkan dengan hadits yang lemah. Masalah yang muncul adalah pemalsuan hadits oleh beberapa golongan untuk kepent
2. Sejarah pembukuan hadits
• Pada abad pertama Hijriyah, mulai dari zaman
Rasulullah SAW, masa khulafa rasyidin dan
sebagian besar zaman umawiyah, yakni hingga
akhir abad pertama Hijrah, hadits-hadits itu
berpindah dari mulut ke mulut
• Ketika kendali khalifah dipegang oleh ‘Umar ibn
Abdil Aziz yang dinobatkan pada tahun 99 H
sebagai seorang khalifah dari dinasti umawiyah
yang terkenal adil, sehingga beliau dipandang
sebagai khalifa rasyidin yang kelima, tergeraklah
hati untuk membukukan hadits. Beliau khawatir
apabila tidak segera dibukukan hadits dari para
perawinya, memungkinkan hadits-hadits
tersebut itu akan lenyap dari muka bumi ini.
4. Masa – masa hadist di bukukan
• Masa pembentukan hadist
• Masa penggalian
• Masa penghimpunan
• Masa penyusunan
• Masa pembukuan hadits
5. • Golongan politik : permulaan abad II H, dari
golongan Abbasiyah, syiah dan lain-lain yang
bertujuan merebut kekuasan dari dinasti
Umayah.
• Golongan tukang cerita : mereka mengarang
hadits palsu untuk menambah hebat
ceritanya dan untuk mendapat kepercayaan
dari orang-orang.
• Golongan zindik : mereka mengarang hadits
palsu untuk membuat fitnah dan kekacauan
di golongan umat Islam.
3 golongan yang memalsukan hadits
6. Kendala pembukuan hadits
• Karena adanya orang-orang yang membuat
hadits palsu
• Ulama’ tidak/belum memperhatikan dhoif,
shahih/hasan, yang penting itu sumbernya
dari Rasulullah SAW
• Memisahkan hadits maudu’ saja, yang lain
tidak
• Untuk memverifikasi kebenaran orangnya,
ketika hal ini sudah, ya sudah, yang lain
tidak diurus.
7. Masalah-masalah dalam Penulisan
dan Pembukuan Hadits
Mulai timbulnya pemalsuan hadits
muncul orang-orang yang
membuat hadits-hadits palsu. Hal
itu terjadi sesudah Ali r.a. wafat
8. Para ulama untuk membela syari’at dan
memelihara agama Islam. Mereka
berusaha menyaring dan menepis
hadits-hadits yang diriwayatkannya itu.
Hadits-hadits yang shahih mereka ambil
dan hadits-hadits yang diduga palsu
(dho’if) mereka tinggalkan. Para ulama
menerangkan kejelekan pemalsuan
hadits dan menyuruh manusia untuk
berhati-hati, serta menerangkan hadits
palsu dan motif pembuatan hadits
palsu.
Langkah-langkah yang diambil
untuk memelihara hadits