3. KONDISI UMUM
DI MASA TABI’IN
3
Sejak masa Khalifah Utsman bin Affan, Al-
Qur’an telah dikumpulkan dalam satu
mushaf. Sehingga kekhawatiran tercampur
dengan hadis sudah berkurang.
Ketika terjadi peristiwa fitnah kubra sekitar
tahun 40 Hijriyah, mulai muncul pemalsuan
hadis dilakukan untuk kepentingan politik-
kolektif.
Pada masa akhir periode khulafau rasyidin,
para sahabat ahli hadis telah menyebar ke
berbagai wilayah negara Islam, sehingga
tabi’in yang mempelajari hadis semakin
bertambah.
4. KOTA-KOTA
PUSAT PEMBINAAN PERIWAYATAN HADIS 4
Madinah al-Munawwarah
Di antara para sahabat yang menetap di Madinah
adalah Abu Hurairah, Aisyah r.a., Abdullah ibn Umar
dan Abu Said al-Khudri, Zaid bin Tsabit dan lain
sebagainya.
Tokoh dari kalangan Tabiin yaitu Said bin Musayyab,
Urwah bin Zubair bin Al Syihab Al Zuhri, Ubaidillah bin
Utbah bin Masud, Salim bin Abdullah bin Umar, Qasim
bin Muhammad bin Abu Bakar, dan Nafi maula ibnu
Umar.
Makkah al-Mukaramah
Para tabi’in di Makkah berada di bawah asuhan para
sahabat seperti Muadz bin Jabal, Abdullah bin
Abbas, Itab bin Usaid, khalid bin Usaid, Al hakam bin
abi Al Ash, Utsman bin Abi thalhah.
Sehingga muncullah para ulama hadis dari
kalangan tabiin seperti Mujahid bin Jabr, Atha bin
Abi Rabah, Thawus bin kaisan, Ikrimah maula ibnu
Abbas dan lainnya.
KUFAH
Di antara para sahabat yang menetap di Madinah
adalah Ali bin Abi Thalib, Said bin Abi Waqqash, Said
bin Zaid bin Amr bin Nufail, Abdullah bin Masud dan
lain lain.
Tokoh dari kalangan tabiin yaitu Kamil bin Zaid Al
Nakhai, Amir bin Syurahil Al Syabi, Said bin Jubair al
Asadi, Ibrahim Al Nakhai, dan lain lain
5. KOTA-KOTA
PUSAT PEMBINAAN PERIWAYATAN HADIS 5
Bashrah
Di antara para sahabat yang menetap di
Bashrah adalah Anas bin Malik, Abu Musa
Al Asyari, Abdullah bin Abbas, lain lain.
Tokoh dari kalangan Tabiin yaitu Al Hasan
Al Bashri dan Muhammad bin Sirin
Syam
Di antara para sahabat yang menetap di
Syam adalah Muadz bin Jabal, Abu
Darda, Ubaidah bin Shamit, dan lain
lain.
Tokoh dari kalangan Tabiin yaitu Abu
Idris, Qabishah bin Zuaib, dan Makhul
bin Abi Muslim
Mesir
Di antara para sahabat yang menetap
di Mesir adalah Abdullah bin Amr bin Al
Ash, Uqbah bin Amir, dan lain lain.
Tokoh dari kalangan tabiin adalah Yazid
bin Abi Hubaib, Abu Bashrah Al Ghifari,
dan lain lain.
6. PERIWAYATAN HADIS
DI MASA TABI’IN
6
Ada yang dalam bentuk catatan atau
tulisan dan ada juga yang harus dihafal
Ada yang dalam bentuk yang sudah
terpolakan dalam ibadah dan amaliah
para sahabat, lalu Tabi’in menyaksikan
dan mengikutinya.
Para Tabi’in menerima hadis Nabi dari
sahabat dalam berbagai bentuk,
1.
2.
7. PERIWAYATAN HADIS
DI MASA TABI ` AL TABI`IN
7
Masa Tabi’ al-Tabi’in dimulai dengan berakhirnya
masa tabi’in, tabi’in terakhir adalah tabi’in yang
bertemu dengan sahabat yang meninggal paling
akhir.
Menurut Ajjaj al-Khatib bahwa akhir masa tabiin
yang merupakan awal masa tabi al-tabiin adalah
sekitar tahun 150 H dan berakhir masa tabi at-
tabi’in pada tahun 220 H.
8. PERIWAYATAN HADIS
DI MASA TABI ` AL TABI`IN
8
Cara periwayatan hadis pada masa Tabi’ al-Tabi’in
adalah riwayat bi lafzhi, yakni tidak meriwayatkannya
secara makna.
Sehingga ketika pembukuan hadis mulai dilakukan
di akhir masa tabi’in maka pada masa ini telah
menggunakan metode yang lebih baik dan
sistematis, seperti kitab Al Muwaththo karya Imam
Malik bin Anas <w. 179 H>
9. MASA PEMBUKUAN HADIS
SECARA RESMI
9
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (99 - 101 H)
memerintahkan secara resmi dan massal
kepada para gubernur untuk membukukan
hadis.
Khalifah menginstruksikan kepada qadhi-nya di
Madinah yang bernama Abu Bakar ibn Hazm (w.
120 H) supaya membukukan hadis. Kitab hadis
yang ditulis Ibn Hazm merupakan kitab hadis
pertama, ditulis berdasarkan perintah kepala
negara
Adapun yang membukukan hadis yang ada di
Madinah secara keseluruhan adalah ibnu Shihab
al-Zuhri (w. 124 H)
10. PENERUS PEMBUKUAN HADIS
10
Setelah generasi ibnu Shihab al-Zuhri dan Abu Bakar
ibn Hazm berakhir, muncul generasi selanjutnya yang
kemudian melanjutkan upaya pembukuan. Para
ulama yang melanjutkan kegiatan pembukuan antara
lain,
ibn Zuraij al-Bisyri (150 H) di Makkah, Muhammad ibn Ishaq (151
H) dan Malik ibn Anas (179 H) di Madinah, Said ibn Abi Arubah
(156 H), Rabi’ ibn Sya’bi (160 H), dan Hammad ibn Salamah (167
H) di Bashrah, Sufyan al-Tsauri (161 H) di Kufah, al-Auza’i (157 H)
di Syam, Hasyim (173 H) dan Ma’mar ibn Rasyid (153 H) di
Yaman, Jarir ibn Abdul Hamid (188 H) dan Ibn al-Mubarak (181 H)
di Khurasan, Hasyim ibn Basyir (104-173 H) di Wasith, Jarir ibn
Abd al-Hamid (110-188 H) di Ray, dan Abdullah ibn Wahhab (125-
197 H) di Mesir.
Mereka mengembangkan pengajaran hadis di kota-kota
dimana mereka berdiam diri, sehingga tempat itulah kemudian
menjadi pusat-pusat pengembangan kajian hadis
11. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PEMBUKUAN HADIS 11
ABAD KE II
Pembukuan hadis pada abad ke II
masih memasukkan perkataan sahabat
dan fatwa tabi’in di samping hadis dari
Nabi Muhammad SAW. Kesemuanya
dibukukan secara bersamaan. Sejak saat
ini muncul istilah hadis Marfu, Mauquf
dan Maqthu’. Seperti Kitab Al
Muwaththo karya Imam Malik
ABAD KE III
masa pertengahan abad ke III H menjadi masa
keemasan pembukuan hadis. Pada masa ini hadis
sudah dipisahkan dari perkataan sahabat dan fatwa
tabi’in, juga dari segi penyusunan materi hadisnya
sudah disusun secara sistematis dalam bab-bab
tertentu di dalam satu kitab, seperti Sunan at-
Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibn Majah, dan
Sunan al-Nasa’i.
Pada masa ini juga lahir kitab hadis yang secara
khusus memuat hadis-hadis yang shahih, misalnya
Shahih Bukhari, Shahih Muslim.
ABAD KE IV SAMPAI ABAD KE IX
Karakteristik penulisan hadis pada masa
ini adalah penyempurnaan dari masa
sebelumnya, seperti munculnya karya
kitab hadis berbentuk Mu’jam
(Ensiklopedi), Shahih (himpunan Shahih
saja), mustadrak (susulan shahih), al-Jam’u
(gabungan antara dua atau beberapa
kitab hadis), ikhtishar (resume), istikhraj
dan syarah (ulasan).