1. Teks menjelaskan bahwa usia manusia sangat singkat, hanya sekitar 63 tahun atau setara dengan 1,5 jam menurut hitungan akhirat. Ini untuk menguji manusia apakah taat atau tidak pada Allah.
2. Memiliki keyakinan agama yang kuat seperti kehidupan akhirat, kematian, dan eksistensi setan dapat membantu manusia berperilaku taat pada aturan Allah.
3. Manusia harus me
1. U S I A
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu
hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (As Sajdah : 5).
”Allah bertanya : ”Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab :
”Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang
menghitung”. Allah berfirman : ”Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui”. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al
Mu’minun :112 – 114).
Berapa lama manusia hidup di dunia?
Memperhatikan usia Rasulullah Saw, yaitu 63 tahun, dapat diambil asumsi bahwa rata-rata usia
manusia adalah 63 tahun. Dengan ketentuan yang telah Allah firmankan dalam As Sajdah : 5, yang
menyebutkan bahwa satu hari akhirat sama dengan seribu tahun dunia, maka usia manusia hanya
63/1.000 hari akhirat, atau kurang lebih hanya 1,5 jam akhirat. Betapa singkatnya!!!!!!
Mengapa Allah memberi usia yang pendek tersebut?
Waktu yang singkat tersebut untuk menguji manusia sejauh mana ketaatan manusia pada kehendak-
kehendakNya, yaitu agar menjadi jelas, siapa yang akan menempati surga dan siapa yang akan
menjadi penghuni kekal neraka. Bila manusia diberi usia panjang, tentulah akan lebih menderita,
karena ujian yang diterimapun akan menjadi lama. Karena hidup yang sangat singkat inilah, tentunya
amat rugi orang-orang yang tidak berperilaku sebagaimana yang diinginkanNya. Memang sulit,
bahkan mungkin mustahil, dapat begitu saja berperilaku hidup sesuai dengan aturan main Allah, bila
manusia tidak mempunyai bekal yang cukup. Bekal yang diperlukan adalah keyakinan Ilahiah.
Sebagaimana Rasulullah bersabda : ”Sebaik-baik yang tertanam di dalam hati itu adalah keyakinan”.
Semakin banyak dan dalam keyakinan-keyakinan yang dimiliki, maka semakin memudahkan
manusia untuk berperilaku hidup sesuai dengan aturan main yang ditentukanNya. Adapun yang
menjadi bahan dasar terbentuknya keyakinan Ilahiah itu adalah ilmu. Dan agar ilmu itu dapat menjadi
suatu keyakinan, maka harus digodok lebih lanjut dengan tafakur. Pentingnya tafakur ini dapat
diketahui dari besarnya balasan yang diterima dari Allah, sebagimana disampaikan oleh Rasulullah
Saw: ”Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun”.
Keyakinan, kunci untuk memudahkan berperilaku hidup sesuai aturan Allah
1. Keyakinan akan adanya akhirat
”Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; Allah
mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (An
Nahl : 60).
Manusia yang haqqul yakin dengan adanya kehidupan akhirat, yaitu tempat dimana harus
mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya sewaktu di dunia, pastilah akan mempunyai akhlak
yang baik. Karena keyakinannya akan menjadi perisai bagi dirinya untuk tidak melakukan
perbuatan yang menyimpang dari yang ditentukan Allah, seperti bersikap sombong, culas, zholim,
kikir, budaya mumpung yang tidak terpuji dan lain sebagainya. Seorang tokoh sufi yang bernama
2. Abdullah bin Khubaiq berkata : ”Janganlah kamu bersedih hati kecuali karena sesuatu yang akan
mencelakakanmu esok (di akhirat); dan janganlah pula kamu bersenang hati, kecuali karena
sesuatu yang akan menyenangkanmu di alam keabadian nanti”.
2. Keyakinan akan mati
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang
bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya
sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam
(mentaati) Allah” (Luqman : 33).
Manusia yang mempunyai keyakinan yang tinggi bahwa dirinya suatu waktu pasti akan mati, akan
terlindung dari sifat-sifat yang amat mencintai dunia. Karena sesungguhnyalah, rusaknya akhlak
manusia dimulai dari rasa cinta yang berlebihan terhadap dunia. Nabi Muhammad Saw bersabda
: ”Barangsiapa mencintai dunia, maka Allah tidak akan menolongnya dalam hal apapun.
Disamping itu, Allah akan menetapkan di dalam hatinya empat hal : kesusahan yang
berkepanjangan, kesibukan yang tiada henti, kefakiran yang untuk selamanya dan angan-angan
yang tidak ada batasnya”.
Agar kecintaan yang berlebihan terhadap dunia ini dapat dikendalikan, Rasulullah Saw
memberikan kiat, yaitu : ”Perbanyaklah mengingat hal yang dapat menghancurkan segala macam
kelezatan”. Dalam hadits lain, seorang sahabat bertanya : ” Ya Rasulullah apakah ada orang yang
dikumpulkan bersama syuhada di akhirat?”, menjawab Rasulullah : ”Ya ada, yaitu orang yang
selalu mengingat mati duapuluh kali dalam sehari1” (Rawi Baihaqi).
3. Keyakinan akan adanya setan
”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena
sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala” (Fatir : 6).
Manusia yang mempunyai keyakinan bahwa selama hidupnya di dunia akan selalu dihasut oleh
setan (baik setan yang berasal dari manusia maupun jin atau perwujudan nafsu jeleknya sendiri),
maka hatinya akan selalu siap siaga untuk melawan himbauan yang sesat.
4. Keyakinan bahwa di dunia hanya penentu kehidupan selanjutnya
”Maha Suci Allah yang ditanganNyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Al Mulk : 1 – 2).
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (Al ’Ankabut : 64).
Manusia yang mempunyai keyakinan bahwa hidup ini adalah semata-mata arena pengujian bagi
ketaatannya dalam mengabdi kepada Allah Yang Maha Pencipa, akan mudah berperilaku sesuai
dengan keinginan Allah, meskipun ia mengalami ujian demi ujian. Rasulullah bersabda : ”Hidup ini
adalah perjuangan, yaitu perjuangan untuk dapat selalu taat melaksanakan perintah-perintahNya
dan menjauhi segala larangan-laranganNya”.
3. Kerugian bagi manusia yang tidak memanfaatkan usia
”Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya” (Asy Syams : 9 – 10).
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Daftar Pustaka :
- Ir. Permadi Alibasyah, Sentuhan Kalbu Melalui Kultum (Kuliah Tujuh Menit), Yayasan Mutiara Tauhid, 2002.