SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
FUNGSI BESSEL




                 Disusun oleh :
        Aditya Nur Rohma (M0109002)
           Fiqih Sofiana (M0109030)
         Hilda Anggriyana (M0109035)
       Suvya Nur Chamidah (M09109064)




              Jurusan Matematika
 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
            Universitas Sebelas Maret
                   Surakarta
                      2011
Bentuk umum persamaan diferensial Bessel yaitu :
                              x 2 y' ' xy '( x 2  p 2 ) y  0 …(1).
       Dari persamaan (1) kedua ruas dibagi dengan x 2 , sehingga diperoleh :
                                     1     x2  p2
                                y' ' y '         y  0 … (2).
                                     x        x2
       Dengan mengambil
                                     1               x2  p2
                             A( x)       ; B( x)           …(3),
                                     x                  x2
diperoleh titik singular, selanjutnya akan diselidiki apakah titik singular x0  0 .
                                                       1
                             ( x  x0 ) A( x)  ( x  0) 1
                                                       x
                                                        2 x  p
                                                           2     2
                             ( x  x0 ) B( x)  ( x  0) (
                                       2
                                                               2
                                                                   )  x2  p2
                                                             x

            Pada x  0 , ( x  x0 ) A( x) dan ( x  x0 ) 2 B( x) keduanya analitik sehingga x  0
merupakan titik singular regular pada x  x0 .
                                               
                       ( x  x0 ) A( x)    m ( x  x0 ) m  1   0  1
                                           m 0
                                                   
                       ( x  x0 ) 2 B( x)    m ( x  x0 ) m  x 2  p 2   0   p 2
                                                m 0


            Diperoleh persamaan indicial, yaitu
                                       r 2  ( 0  1)   0  0
                                                   r 2  (1  1)  p 2  0
                                                   r 2  p2  0
                                                   r 2  p2
                                                   r  p
                                                                            
sehingga diperoleh solusi y1    m ( x  x0 ) m r1   m x m r
                                         m 0                               m 0


       Selanjutnya mencari turunan pertama dan kedua untuk menyelesaikan persamaan
diferensial (1), diperoleh :
                                                                                  
y'   (m  r ) m x m r 1  xy '  x  (m  r ) m x m r 1   (m  r ) m x m r
     m 0                                  m 0                                    m 0
                                                                      
y ' '   (m  r )(m  r  1) m x m r 2  x 2 y ' '  x 2  (m  r )(m  r  1) m x m r 2
     m 0                                                            m 0



                                                                 
                                                                (m  r )(m  r  1) m x m r
                                                                m 0
                                                               
( x 2  p 2 ) y  x 2 y  p 2 y  x 2  m x m r  p 2  m x m r
                                    m 0                       m 0
                     
                                       x 2 m x m  r   p 2 m x m  r
                                       m 0                  m 0
                                                            
                                        m x m  r  2   p 2 m x m  r
                                       m 0                 m 0
                                                            
                                        m  2 x m  r   p 2 m x m  r
                                       m2                  m 0

sehingga
x 2 y' ' xy '( x 2  p 2 ) y  0
                                                                        

[(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m x mr   m2 x mr  0
m 0                                                                 m2
                                                                                …(4)


        Pada persamaan (4) kedua ruas dibagi dengan x r , selanjutnya koefisien-koefisien
dari x m dikumpulkan sehingga diperoleh :
                                                                    

[(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m x m   m2 x m  0
m 0                                                               m2

    
                                                                
 [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m    m2  x m  0
 m 0                                             m2       
                                                  
                                                             
 [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m   m2   0
 m 0                                             m2       
((0  r )(0  r  1)  (0  r )  p ) 0  ((1  r )(1  r  1)  (1  r )  p 2 )1 
                                   2

                                                                               

                             [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m   m2  0
                             m2                                               m2


                                                                                    
                                                        
(r 2  r  r  p 2 ) 0  ((r  1) 2  p 2 )1   ((r  m) 2  p 2 ) m   m2  0
                                                       m2

karena  0  0 maka r 2  p 2  r   p
                      ((r  1) 2  p 2 )1  0  1  0
sehingga diperoleh rumus rekursif yaitu ((m  r ) 2  p 2 ) m   m2

       Penyelesaian terhadap akar r1  p , maka rumus rekursif menjadi
(m  r  p)(m  r  p) m   m2
(m  p  p)(m  p  p) m   m2
                m(m  2 p) m   m2               untuk m  2,3,4,...      …(5)
karena 1  0 sehingga diperoleh  3  0 ,  5  0 , … ,  2 k 1  0 untuk k  1,2,... dengan
syarat (2 p  m)  0 untuk m  2,3,4,...

        Untuk mencari persamaan  m , dengan mengganti variabel m  2m pada persamaan
(5), sehingga diperoleh
2m(2m  2 p) 2 m   2 m2
2 2 m(m  p) 2 m   2 m2
                               1
                 2m                 2 m2 untuk m  1,2,3,...             …(6)
                           2 m(m  p)
                             2
selanjutnya diperoleh
                 0                   0
2                        
            2(2  2 p)           4(1  p)
                 2                   2                     0
4                                        
            4(4  2 p)           8(2  p)         32(1  p)(2  p)
                 4                   4                          0
6                                         
            6(6  2 p)           12(3  p)          384(1  p)(2  p)(3  p)
                                                                                      2 m2                       2 m2
dapat ditulis secara umum untuk n genap, yaitu  2 m                                               
                                                                                 2m(2m  2 p)             2 m(m  2 p)
                                                                                                              2




        Dengan mengingat kembali hubungan rekursif fungsi gamma
                                           ( p  2)
( p  2)  ( p  1)( p  1)  ( p  1) 
                                           ( p  1)
                                                                                                      ( p  3)
( p  3)  ( p  2)( p  2)  ( p  2)( p  1)( p  1)  ( p  2)( p  1) 
                                                                                                      ( p  1)
( p  4)  ( p  3)( p  3)  ( p  3)( p  2)( p  1)( p  1)
                                                    ( p  4)
                         ( p  3)( p  2)( p  1) 
                                                    ( p  1
selanjutnya diperoleh
          0                          ( p  1)
2               2 0            20
        4(1  p)     2 (1  p)        2 ( p  2)
             0                     0               ( p  1)
4                                               04
      32(1  p)(2  p) 2!2 ( p  2)( p  1) 2!2 ( p  3)
                               4


                    0                     ( p  1)
6                                   06
        384(1  p)(2  p)(3  p)         3!2 ( p  4)

            Dengan demikian bentuk solusi dari y untuk r  p adalah
      
y    m x m r
     m 0

                       0 ( p  1)                0 ( p  1)                0 ( p  1)
    0 x p                           x 2 p                    x 4 p                      x 6 p  ...
                  1!2 ( p  2)
                        2
                                                  2!2 ( p  3)
                                                     4
                                                                             3!2 6 ( p  4)
            x
                p
                               1             1         x
                                                             2
                                                                    1         x 
                                                                                  4

     0 2   ( p  1) 
             p
                                                                           
           2            (1)( p  1) (2)( p  2)  2 
                                                              (3)( p  3)  2  

                                        1
            Dengan mengambil  0               , selanjutnya diperoleh fungsi Bessel jenis
                                    2 ( p  1)          p


pertama orde p, dapat ditulis secara umum yaitu :
                                                                                         2 m p
                                                     
                                                                  (1) m          x
                                           J p ( x)                             
                                                     m 0 ( m  1)( m  p  1)  2 


            Sedangkan fungsi Bessel jenis kedua orde –p yang diperoleh dengan cara yang sama
yaitu :
2m p
                                                   (1) m
                                                   
                                                                   x
                         J  p ( x)                              
                                      m 0 ( m  1)( m  p  1)  2 
namun jenis kedua lebih umum dinyatakan dalam ungkapan fungsi yang lain yaitu :
                              ( )           ( )                 ( )            ( )
dimana A dan B konstanta, sedangkan            ( )dan ( ) adalah fungsi Neuman dan fungsi
Weber yaitu :
                                                    ( ) J p (x)      J  p (x)
                           ( )          ( )
                                                            ( )

Jadi, penyelesaian umum persamaan fungsi Bessel adalah
    1. Jika p merupakan bilangan bulat, maka penyelesaian umum persamaan fungsi Bessel
        untuk setiap x  0 yaitu y( x)  c1 J p ( x)  c2 J  p ( x) .
    2. Jika p merupakan bukan bilangan bulat, maka bukan penyelesaian umum.
        Misal bilangan bulat p  n , J n (x) dan J n (x) adalah bergantung linear karena
       J n ( x)  (1) n J n ( x) untuk n  1,2,3,... .

Contoh Soal :

   1. Buktikan bahwa                ( )                          ( ) , untuk n= 1,2,3,…

     Jawab:         ( )         ∑                                                       ( )
                                               (                ) (                 )

       =∑           (       ) (               )
                                                   ( )                    + ∑                 (       ) (         )
                                                                                                                      ( )

     Karena (                       ) invinit untuk m= 0,1,2,…,n-1, maka

       ∑                                      ( )
                (       ) (               )

     Jadi,

             ( )        ∑                                                     ( )             ,misalkan m= k+p
                                     (         ) (                        )


             ( )        ∑                                                                     (       )
                                     (                 ) ((           )
                                                                                        ( )
                                                                                    )


                                               (        )                                (        )
                    ∑                                                              ( )
                                (             ) ((               )             )


                                                   (        )    ( )
                    (       ) ∑                (            ) (                     )


                    (       )        ( )

                                                                 (Terbukti)
2. Selesaikan PD

                        (                    )
                        (               )


                integer.

   Penyelesaiannya :                                  ( )                 ( )

                                    (       )     ( )
      ( )    ∑
                                (               ) (               )


                                (       )        ( )
            ∑
                                (               ) (          )


                            (           )       ( )
            ∑
                                             (          )


            ( ⁄ )                   ( ⁄ )                    ( ⁄ )
              ( ⁄ )                         ( ⁄ )                ( ⁄ )


             ( ⁄ )                      ( ⁄ )                     ( ⁄ )
                ( ⁄ )                           ( ⁄ )                    ( ⁄ )


            ( ⁄ )                   ( ⁄ )                   ( ⁄ )
                √                           √                     √


            ( ⁄ )
                            (                                         )
                √


            ( ⁄ )
                √



            √




                    (       )       ( )
( )    ∑
                (               ) (                    )
(   )   ( )
          ∑
                            (         )


          ( ⁄ )         ( ⁄ )             ( ⁄ )
              ( )               ( )          ( )


          ( ⁄ )             ( ⁄ )           ( ⁄ )
                    (                                   )
              √


          ( ⁄ )
                    (                               )
              √


          ( ⁄ )
              √



          √



          √

Jadi penyelesaiannya adalah


      √                 √

More Related Content

What's hot

Latihan perbaikan
Latihan perbaikanLatihan perbaikan
Latihan perbaikanMedi Harja
 
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanBab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanCliquerz Javaneze
 
Tm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulus
Tm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulusTm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulus
Tm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulusMohd Halim
 
Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )
Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )
Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )Kelinci Coklat
 
Aplikasi turunan-stt
Aplikasi turunan-sttAplikasi turunan-stt
Aplikasi turunan-sttLiza II
 
Differensial fungsi sederhana
Differensial fungsi sederhana Differensial fungsi sederhana
Differensial fungsi sederhana Eko Mardianto
 
materi limit kuliah mahasiswa limit
materi limit kuliah mahasiswa limitmateri limit kuliah mahasiswa limit
materi limit kuliah mahasiswa limitchusnaqumillaila
 
F.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalF.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalDidi Agus
 
Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)amy_soul89
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Muhammad Ali Subkhan Candra
 
Unrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskritUnrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskritPamor Gunoto
 
Modul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensiModul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensiSoim Ahmad
 

What's hot (20)

Metode cincin
Metode cincinMetode cincin
Metode cincin
 
Persentasi mtk
Persentasi mtkPersentasi mtk
Persentasi mtk
 
Latihan perbaikan
Latihan perbaikanLatihan perbaikan
Latihan perbaikan
 
Metode cakram
Metode cakramMetode cakram
Metode cakram
 
Diferensial
DiferensialDiferensial
Diferensial
 
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanBab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
 
fungsi (math)
fungsi (math)fungsi (math)
fungsi (math)
 
Tm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulus
Tm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulusTm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulus
Tm9 diferensial-fungsi tokoh kalkulus
 
Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )
Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )
Bab 3. Limit dan Kekontinuan ( Kalkulus 1 )
 
13. limit fungsi smk n2 ds
13. limit fungsi smk n2 ds13. limit fungsi smk n2 ds
13. limit fungsi smk n2 ds
 
Aplikasi turunan-stt
Aplikasi turunan-sttAplikasi turunan-stt
Aplikasi turunan-stt
 
Differensial fungsi sederhana
Differensial fungsi sederhana Differensial fungsi sederhana
Differensial fungsi sederhana
 
Kalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsiKalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsi
 
materi limit kuliah mahasiswa limit
materi limit kuliah mahasiswa limitmateri limit kuliah mahasiswa limit
materi limit kuliah mahasiswa limit
 
F.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalF.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-final
 
Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)
 
Optimasi bersyarat metode
Optimasi bersyarat metodeOptimasi bersyarat metode
Optimasi bersyarat metode
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 
Unrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskritUnrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskrit
 
Modul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensiModul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensi
 

Similar to Fungsi besselk

Similar to Fungsi besselk (20)

Kalkulus
Kalkulus Kalkulus
Kalkulus
 
Bab iii transformasi z
Bab iii   transformasi zBab iii   transformasi z
Bab iii transformasi z
 
Variabel random
Variabel randomVariabel random
Variabel random
 
Soal13
Soal13Soal13
Soal13
 
Teopel.syukron.Prob.diskrit
Teopel.syukron.Prob.diskritTeopel.syukron.Prob.diskrit
Teopel.syukron.Prob.diskrit
 
Transformasi geometri
Transformasi geometriTransformasi geometri
Transformasi geometri
 
Skenario pembelajaran limit fungsi (repaired).rev
Skenario pembelajaran limit fungsi (repaired).revSkenario pembelajaran limit fungsi (repaired).rev
Skenario pembelajaran limit fungsi (repaired).rev
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
 
Analisis regresi-1
Analisis regresi-1Analisis regresi-1
Analisis regresi-1
 
Skenario pembelajaran limit fungsi repaired
Skenario pembelajaran limit fungsi  repaired Skenario pembelajaran limit fungsi  repaired
Skenario pembelajaran limit fungsi repaired
 
Skenario pembelajaran limit fungsi repaired
Skenario pembelajaran limit fungsi  repaired Skenario pembelajaran limit fungsi  repaired
Skenario pembelajaran limit fungsi repaired
 
Skenario pembelajaran limit fungsi repaired
Skenario pembelajaran limit fungsi  repaired Skenario pembelajaran limit fungsi  repaired
Skenario pembelajaran limit fungsi repaired
 
Transformasi
TransformasiTransformasi
Transformasi
 
Kelompok 5
Kelompok 5Kelompok 5
Kelompok 5
 
Skenario pembelajaran limit fungsi (repaired).rev
Skenario pembelajaran limit fungsi (repaired).revSkenario pembelajaran limit fungsi (repaired).rev
Skenario pembelajaran limit fungsi (repaired).rev
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
 
Matek topik 12_13_14_joel
Matek topik 12_13_14_joelMatek topik 12_13_14_joel
Matek topik 12_13_14_joel
 
Analisis statistika-multivariate
Analisis statistika-multivariateAnalisis statistika-multivariate
Analisis statistika-multivariate
 
Bab 3-turunan
Bab 3-turunanBab 3-turunan
Bab 3-turunan
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
 

Fungsi besselk

  • 1. FUNGSI BESSEL Disusun oleh : Aditya Nur Rohma (M0109002) Fiqih Sofiana (M0109030) Hilda Anggriyana (M0109035) Suvya Nur Chamidah (M09109064) Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011
  • 2. Bentuk umum persamaan diferensial Bessel yaitu : x 2 y' ' xy '( x 2  p 2 ) y  0 …(1). Dari persamaan (1) kedua ruas dibagi dengan x 2 , sehingga diperoleh : 1 x2  p2 y' ' y ' y  0 … (2). x x2 Dengan mengambil 1 x2  p2 A( x)  ; B( x)  …(3), x x2 diperoleh titik singular, selanjutnya akan diselidiki apakah titik singular x0  0 . 1 ( x  x0 ) A( x)  ( x  0) 1 x 2 x  p 2 2 ( x  x0 ) B( x)  ( x  0) ( 2 2 )  x2  p2 x Pada x  0 , ( x  x0 ) A( x) dan ( x  x0 ) 2 B( x) keduanya analitik sehingga x  0 merupakan titik singular regular pada x  x0 .  ( x  x0 ) A( x)    m ( x  x0 ) m  1   0  1 m 0  ( x  x0 ) 2 B( x)    m ( x  x0 ) m  x 2  p 2   0   p 2 m 0 Diperoleh persamaan indicial, yaitu r 2  ( 0  1)   0  0 r 2  (1  1)  p 2  0 r 2  p2  0 r 2  p2 r  p   sehingga diperoleh solusi y1    m ( x  x0 ) m r1   m x m r m 0 m 0 Selanjutnya mencari turunan pertama dan kedua untuk menyelesaikan persamaan diferensial (1), diperoleh :    y'   (m  r ) m x m r 1  xy '  x  (m  r ) m x m r 1   (m  r ) m x m r m 0 m 0 m 0   y ' '   (m  r )(m  r  1) m x m r 2  x 2 y ' '  x 2  (m  r )(m  r  1) m x m r 2 m 0 m 0    (m  r )(m  r  1) m x m r m 0   ( x 2  p 2 ) y  x 2 y  p 2 y  x 2  m x m r  p 2  m x m r m 0 m 0
  • 3.    x 2 m x m  r   p 2 m x m  r m 0 m 0      m x m  r  2   p 2 m x m  r m 0 m 0      m  2 x m  r   p 2 m x m  r m2 m 0 sehingga x 2 y' ' xy '( x 2  p 2 ) y  0   [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m x mr   m2 x mr  0 m 0 m2 …(4) Pada persamaan (4) kedua ruas dibagi dengan x r , selanjutnya koefisien-koefisien dari x m dikumpulkan sehingga diperoleh :   [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m x m   m2 x m  0 m 0 m2      [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m    m2  x m  0  m 0 m2       [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m   m2   0  m 0 m2  ((0  r )(0  r  1)  (0  r )  p ) 0  ((1  r )(1  r  1)  (1  r )  p 2 )1  2   [(m  r )(m  r  1)  (m  r )  p 2 ] m   m2  0 m2 m2    (r 2  r  r  p 2 ) 0  ((r  1) 2  p 2 )1   ((r  m) 2  p 2 ) m   m2  0 m2 karena  0  0 maka r 2  p 2  r   p ((r  1) 2  p 2 )1  0  1  0 sehingga diperoleh rumus rekursif yaitu ((m  r ) 2  p 2 ) m   m2 Penyelesaian terhadap akar r1  p , maka rumus rekursif menjadi (m  r  p)(m  r  p) m   m2 (m  p  p)(m  p  p) m   m2 m(m  2 p) m   m2 untuk m  2,3,4,... …(5) karena 1  0 sehingga diperoleh  3  0 ,  5  0 , … ,  2 k 1  0 untuk k  1,2,... dengan syarat (2 p  m)  0 untuk m  2,3,4,... Untuk mencari persamaan  m , dengan mengganti variabel m  2m pada persamaan (5), sehingga diperoleh 2m(2m  2 p) 2 m   2 m2 2 2 m(m  p) 2 m   2 m2 1  2m    2 m2 untuk m  1,2,3,... …(6) 2 m(m  p) 2
  • 4. selanjutnya diperoleh 0 0 2    2(2  2 p) 4(1  p) 2 2 0 4     4(4  2 p) 8(2  p) 32(1  p)(2  p) 4 4 0 6     6(6  2 p) 12(3  p) 384(1  p)(2  p)(3  p)  2 m2  2 m2 dapat ditulis secara umum untuk n genap, yaitu  2 m    2m(2m  2 p) 2 m(m  2 p) 2 Dengan mengingat kembali hubungan rekursif fungsi gamma ( p  2) ( p  2)  ( p  1)( p  1)  ( p  1)  ( p  1) ( p  3) ( p  3)  ( p  2)( p  2)  ( p  2)( p  1)( p  1)  ( p  2)( p  1)  ( p  1) ( p  4)  ( p  3)( p  3)  ( p  3)( p  2)( p  1)( p  1) ( p  4) ( p  3)( p  2)( p  1)  ( p  1 selanjutnya diperoleh 0   ( p  1) 2    2 0   20 4(1  p) 2 (1  p) 2 ( p  2) 0 0  ( p  1) 4    04 32(1  p)(2  p) 2!2 ( p  2)( p  1) 2!2 ( p  3) 4 0  ( p  1) 6     06 384(1  p)(2  p)(3  p) 3!2 ( p  4) Dengan demikian bentuk solusi dari y untuk r  p adalah  y    m x m r m 0  0 ( p  1)  0 ( p  1)  0 ( p  1)  0 x p  x 2 p  x 4 p  x 6 p  ... 1!2 ( p  2) 2 2!2 ( p  3) 4 3!2 6 ( p  4)  x p  1 1  x 2 1  x  4   0 2   ( p  1)  p        2  (1)( p  1) (2)( p  2)  2   (3)( p  3)  2   1 Dengan mengambil  0  , selanjutnya diperoleh fungsi Bessel jenis 2 ( p  1) p pertama orde p, dapat ditulis secara umum yaitu : 2 m p  (1) m  x J p ( x)     m 0 ( m  1)( m  p  1)  2  Sedangkan fungsi Bessel jenis kedua orde –p yang diperoleh dengan cara yang sama yaitu :
  • 5. 2m p (1) m   x J  p ( x)     m 0 ( m  1)( m  p  1)  2  namun jenis kedua lebih umum dinyatakan dalam ungkapan fungsi yang lain yaitu : ( ) ( ) ( ) ( ) dimana A dan B konstanta, sedangkan ( )dan ( ) adalah fungsi Neuman dan fungsi Weber yaitu : ( ) J p (x) J  p (x) ( ) ( ) ( ) Jadi, penyelesaian umum persamaan fungsi Bessel adalah 1. Jika p merupakan bilangan bulat, maka penyelesaian umum persamaan fungsi Bessel untuk setiap x  0 yaitu y( x)  c1 J p ( x)  c2 J  p ( x) . 2. Jika p merupakan bukan bilangan bulat, maka bukan penyelesaian umum. Misal bilangan bulat p  n , J n (x) dan J n (x) adalah bergantung linear karena J n ( x)  (1) n J n ( x) untuk n  1,2,3,... . Contoh Soal : 1. Buktikan bahwa ( ) ( ) , untuk n= 1,2,3,… Jawab: ( ) ∑ ( ) ( ) ( ) =∑ ( ) ( ) ( ) + ∑ ( ) ( ) ( ) Karena ( ) invinit untuk m= 0,1,2,…,n-1, maka ∑ ( ) ( ) ( ) Jadi, ( ) ∑ ( ) ,misalkan m= k+p ( ) ( ) ( ) ∑ ( ) ( ) (( ) ( ) ) ( ) ( ) ∑ ( ) ( ) (( ) ) ( ) ( ) ( ) ∑ ( ) ( ) ( ) ( ) (Terbukti)
  • 6. 2. Selesaikan PD ( ) ( ) integer. Penyelesaiannya : ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ∑ ( ) ( ) ( ) ( ) ∑ ( ) ( ) ( ) ( ) ∑ ( ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) √ √ √ ( ⁄ ) ( ) √ ( ⁄ ) √ √ ( ) ( ) ( ) ∑ ( ) ( )
  • 7. ( ) ( ) ∑ ( ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ) ( ) ( ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ⁄ ) ( ) √ ( ⁄ ) ( ) √ ( ⁄ ) √ √ √ Jadi penyelesaiannya adalah √ √