SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
BAB II

                                    TELAAH TEORI



    A. Atletik

       Dalam dunia olahraga, dikenal banyak                    sekali   cabang     olahraga,
    antara lain adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat
    cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena
    gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga
    lainnya. Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa
    Yunani,      yaitu Athlon yang           artinya      pertandingan,        perlombaan,
    pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya
    dinamakan Athleta (Atlet). Dengan demikian dapatlah dikemukakan,
    bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau
    diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan
    lempar.1

       Atletik       merupakan          dasar          untuk       melakukan         bentuk-
    bentuk gerakan yang terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya.
    Dengan mengikuti kegiatan latihan atletik, akan dapat diperoleh berbagai
    pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan,
    karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan,
    kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi
    gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab
    (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60).2

       Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat yaitu nomor
    lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Lompat



1
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud
2
Ibid, Hal. 60



                                              4
5



jauh merupakan salah satu nomor atletik yang wajib diajarkan di SD, SMP
dan SMA.




B. Lompat Jauh

   Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang
olahraga atletik, nomor ini meruakan jenis lompatan yaitu pencapaian
jarak terjauh menjadi tujuan utama dari nomor ini. Dengan demikian
semua potensi dan aspek teknis penunjang diarahkan untuk mencapai
jarak yang sejauh-jauhnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih
(1995:67) menjelaskan bahwa: yang menjadi tujuan dari lompat jauh
adalah mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Maka untuk dpat mencapai
jarak lompatan itu dengan terlebih dahulu harus sudah memahami
unsure-unsur pokok pada lompatan”.

   Lompat jauh merupakan salah satu aktivitas pengembangan akan
kemampuan daya gerak yang dilakukan, dari satu tempat ke tempat
lainnya. Dalam lompat jauh terdapat tiga macam gaya yaitu : Lompat
Jauh gaya Jongkok (tuck), gaya menggantung (hang style), dan gaya
jalan di udara (walking in the air). Gaya-gaya lompat jauh mengatur sikap
badan sewaktu melayang di udara. Oleh karena itu teknik lompat
jauh sering disebut juga gaya lompat jauh.


Perlu diketahui bahwa yang menyebabkan adanya perbedaan adanya
perbedaan dari ketiga gaya tersebut sebenarnya hanya terdapat pada sat
badan melayang di udara saja. Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara
melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama.
6




Mengenai      unsur-unsur   yang   berpengaruh    terhadap   kemampuan
seseorang dalam melakukanlompat jauh meliputi daya ledak, kekuatan,
kelincahan, keseimbangan dan lain-lain.


Drs. Eddy Suparman menjelaskan bahwa unsur pokok dalam lompat jauh
adalah sebagai berikut :

1.     Harus dapat membangkitkan daya momentum yang sebesar-
besarnya.
2.   Harus dapat memindahkan momentum gaya horizontal dan vertical.

3.    Harus dapat mempersatukan gaya tersebut dengan tenaga badan
pada saat melakukan tolakan.

4.   Harus dapat menggunakan titik berat badan seefisien mungkin.

Teknik Lompat Jauh


     Tinjauan secara teknik pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu
: Cara melakukan awalan, Tolakan (Tumpuan), Melayang di udara dan
Pendaratan.


a.   Awalan


     Awalan adalah suatu gerakan dalam lompat jauh dilakukan dengan lari
secepat-cepatnya yang dilakukan untuk mendapatkan kecepatan setinggi-
tingginya sebelum melakukan tolakan. Dapat juga dikatakan, awalan
adalah usaha mendapatkan kecepatan horizontal setinggi-tingginya yang
diubah menjadi kecepatan vertikal saat melakukan tolakan (Drs. Eddy
Suparman, 1999).
7



   Menurut (Drs. Eddy Suparman, (1995 : 44) hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan awalan adalah :
1. Jarak awalan tergantung dari kemampuan masing-masing atlet bagi
pelompat dalam jerak pendek sudah mampu mencapai kecepatan
maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat / pendek saja
(sekitar 30-35 meter atau kurang dari ini). Sedangkan bagi atlet lain yang
jarak relatif jauh baru mencapai kecepatan maksimal, maka jarak awalan
harus lebih jauh lagi (sekitar 30-45 meter atau lebih jauh dari itu). Bagi
pemulasudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancar-ancar
tersebut.
2. Posisi saat berdiri pada titik awalan kaki dapat sejajar atau salah satu
kaki ke depan. Hal ini tergantung dari kebiasaan masing-masing atlet.
3. Cara     pengambilan    awalan     mulai   pelan,    kemudian     cepat
(sprint).Kecepatan ini harus dipertahankan sampai menjelang bertumpu /
menolak.
4. Setelah mencapai kecepatan maksimal, maka kira-kira 3-4 langkah
terakhir bertumpu (take off) gerakan lari dilepas begitu saja tanpa
mengurangi kecepatan yang telah dicapai sebelumnya. Pada 3-4 langkah
terakhir ini perhatian dan tenaga yang dicurahkan untuk melakukan
tumpuan pada papan / balok tumpu.


   Cara mengambil awalan dalam Lompat Jauh antara lain dilakukan
dengan jalan sebagai berikut:
1. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya
dari permulaan tempat berdiri (tempat/tanda pada waktu akan melakukan
awalan) ke papan tolakan sampai tempat pada papan tolakan diukur
jaraknya.
2. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya
dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan ke tempat permulaan
akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur.
8



3. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya
dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan dari papan tolakan ke
tempat permulaan akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur
walaupun sudah menetapkan ukuran untuk mengambil awalan dengan
tepat. Untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan terjadi kegagalan
melakukan tolakan, biasanya si pelompat membuat dua buah tanda yaitu
tanda I dan II.


b.    Tolakan


     Tolakan adalah perpindahan dari kecepatan horizontal ke kecepatan
vertical yang dilakukan dengan cepat dan kuat untuk mengangkat tubuh
ke atas melayang di udara (1998 : 45).   Dalam melompat jauh, biasanya
kita melakukan tolakan terkuat dengan kaki, dibantu dengan ayunan kaki
dan ayunan kedua tangan ke depan ke arah atas.


     Jika si pelompat dapat menggabungkan kecepatan awal dengan
kekuatan tolakan kaki, ia akan membawa seluruh tubuh ke atas ke arah
depan melayang di udara. Jadi si pelompat dapat membawa titik berat
badan ke atas, melayang di udara ke arah depan dengan waktu lama.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada saat melakukan tolakan diantaranya :
1. Tolakan dilakukan dengan kaki yang kuat. Bagian telapak kaki yang
kuat untuk bertumpu adalah cenderung pada bagian tumit terlebih dahulu
dan berakhir pada bagian ujung kaki.
2. Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang
3. Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan
4. Saat bertumpu, kedua lengan ikut diayunkan ke depan atas.
5. Pada kaki ayun diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut
ditekuk.
9




c. Sikap Badan di Udara


        Sesuai dengan pendapat (Drs. Eddy Suparman, 1995) yang
mengkhususkan gaya jongkok sebagai penelitian teknik badan saat di udara
setelah kaki kiri bertumpu. Maka kaki kanan diayun dengan cepat ke arah
depan. Pada saat mencapai titik tertinggi sikap badan, kaki seperti duduk
atau jongkok. Setelah bergerak turun kedua kaki dijulurkan ke depan, badan
cenderung ke depan dan perhatian tertuju pada pendaratan.


Cara melakukannya sebagai berikut :
     1. Bersamaan melakukan tolakan, kaki diayun ke depan ke arah atas.
     2. Saat badan melayang di udara, kaki diturunkan. Bersamaan dengan
     itu, pinggul didorong ke depan, kapala ditengadahkan, dada dibusungkan
     dan kedua tangan ke atas arah belakang.
     3. Saat akan mendarat, kedua kaki diayunkan ke depan, badan
     dibungkukkan dan kepala ditundukkan siap untuk mendarat.


d.   Pendaratan
     Pendaratan merupakan tahap akhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Drs. Eddy Suparman, 1999) adalah
sebagai berikut :
     1. Harus dilakukan dengan sadar agar gerakan yang tidak perlu dapat
     dihindari
     2. Untuk menghindari rasa sakit atau cedera pendaratan sebaiknya
     dilakukan dengan kedua belah kaki sejajar dan tumit terlebih dahulu
     mendarat di pasir dengan posisi mengepit
     3. Sebelum tumit menyentuh pasir, kedua kaki harus benar-benar
     diluruskan/dijulurkan ke depan. Usahakan agar jarak antara   kedua kaki
10



jangan terlalu berjauhan, karena semakin lebar jarak antara kedua kaki
berarti akan semakin mengurangi jauhnya lompatan
4. Untuk menghindari agar tidak jauh duduk pada pantat, maka setelah
tumit berpijak di pasir, kedua lutut segera ditekuk dan badan dibiarkan
condong terus jauh ke depan
5. Setelah melakukan pendaratan jangan keluar atau kembali ke tempat
awalan melewati/menginjak daerah pendaratan dengan papan tumpuan


Faktor Yang Mempengaruhi Lompat Jauh


   Faktor yang mempengaruhi prestasi lompat jauh menurut Suharto
dalam bukunya dalam bukunya "Kesegaran Jasmani dan Peranannya
disebutkan :
1. Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk memindahkan sebagian
tubuh atau seluruhnya dari awalan sampai dengan pendaratan. Atau
bertumpu pada papan / balok sewaktu melakukan lompatan, kecepatan
banyak ditentukan kekuatan dan fleksibelitas
2. Kekuatan (Strenght) adalah jumlah tenaga yang dapat dihasilkan oleh
kelompok otot pada kontraksi maksimal pada saat melakukan pekerjaan
atau latihan dalam melakukan lompatan
3. Daya ledak adalah kemampuan otot dalam melakukan tolakan tubuh
melayang di udara saat lepas dari balok tumpu
4. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu
sikap tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai
selesai melakukan lompatan
5. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerakan
motorik secara benar
6. Koordinasi adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang atlet untuk
dapat mengkoordinasikan gerakan maju dengan kebutuhan naik.
11



   Faktor non teknis juga dapat berpengaruh dalam hal ini, faktor yang
mempengaruhi tersebut antara lain :
1. Motivasi dari orang tua
2. Guru dan pelatih yang propesional
3. Adanya dana yang cukup
4. Lingkungan yang baik
5. Organisasi yang baik
6. Dukungan masyarakat



C. Teknik Lompat Jauh
   Lompat jauh mempunyai empat fase gerakan, yaitu awalan, tolakan,
   melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang
   membedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada
   saat melayang diudara. Uraian mengenai keempat fase gerakan
   dalam lompat jauh adalah sebagai berikut:


   a. Awalan
         Awalan adalah langkah utama yang diperlukan oleh pelompat
   untuk memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti
   dikatakan Aip Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan
   permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada
   waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Jarak awalan yang biasa
   dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam perlombaan
   lompat jauh adalah : 1) untuk putra antara 40 m sampai 50 m; 2) untuk
   putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam
   pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya
   disesuaikan dengan kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m
   sampai 20 m atau antara 15 m sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih
   (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya serta
   jangan   merubah    langkah   pada   saat   melompat.   Menurut   Aip
12



        Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan yang
        besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan
        menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari
        awalan, bukan hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi
        ketepatan langkah juga sangat dibutuhkan sebelum melakukan
        tolakan.3


        b. Tumpuan atau Tolakan
                Tumpuan atau tolakan adalah gerakan       menolak    sekuat-
        kuatnya dengan kaki yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan
        horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan secara cepat. Menurut
        Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu menolak sekuat-kuatnya
        pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi dan ke depan).
        Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan berarti
        jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical.


                Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360)
        mengemukakan sebagai berikut : untuk membantu tolakan ke atas,
        lengan harus diayun ke atas dan kaki yang melangkah diayunkan
        setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa momentum dari bagian
        dipindahkan kepada keseluruhan). Ayunan kaki ke atas mengunci
        sendi panggul karena kerjanya Ligamenta iliofemoral.


                Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong
        kedepan, titik berat badan harus terletak agak dimuka titik sumber
        tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat pelompat menumpu, letak titik
        berat badan ditentukan oleh panjang langkah terakhirsebelum
        melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68).



3
Ibid, Hal. 91
13



        Dikatakan pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada
        balok tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu
        diteruskan dengan seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus
        kedepan agak ke atas.


        c. Melayang di Udara
                   Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan
        dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi keatas. Menurut Aip
        Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan gerakan badan di udara sangat
        erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan.
        Karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si
        pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi
        (gaya penarik bumi).4


                   Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu
        menolak harus dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya tarik
        bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh
        kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
        tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan
        cara-cara melompat serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil
        lompatan. Perubahan dan perbaikan bentuk tersebut dinamakan “gaya
        lompatan” yang sifatnya individual. Pada nomor lompat (khususnya
        lompat jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan itu tidak
        akan mempengaruhi parabola dari titik berat badan, tetapi berguna
        untuk menjaga keseimbangan serta pandaratan yang lebih baik.


                   Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara
        adalah badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara
        serta dalam keadaan seimbang. Dalam hal yang sama Yusuf

4
Ibid, Hal. 91-93
14



        Adisasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan
        harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga
        keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna.
        Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak
        selama melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada lompat
        jauh, waktu melayang di udara berprinsip pada 3 hal sebagai berikut :
        1) bergerak ke depan semakin cepat semakin baik: 2) menolak secara
        tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di
        udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan
        hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja.


                 Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip
        Syarifuddin (1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan)
        keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan
        badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada
        waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan kemudian
        mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua
        tangan ke depan.5


                 Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada
        selama mungkin diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk
        mempersiapkan pendaratan. Sehubungan dengan itu diusahakan
        jangan sampai menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang telah
        dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang lebih lama.


        d. Mendarat
        Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh
        tanah      secara   bersama-sama   dengan   lutut dibengkokkan   dan
        mengeper sehingga memungkinkan jatuhnya badan kearah depan.

5
Aip Syarifuddin, Loc.Cit
15



        Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat
        titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan membungkukkan
        badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran
        tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga
        memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan di atas
        kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian
        gerakan lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk
        lompat jauh gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di
        udara adalah sama, yaitu : pada waktu akan mendarat kedua kaki
        dibawa ke depan lurus dengan cara mengangkat paha ke atas, badan
        dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat
        dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut
        ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh dibelakang,
        kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 :
        95). 6


                 Gerakan mendarat dapat disimpulkan     sebagai   berikut    :
        sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam
        keadaan lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke
        depan. Gerakan tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin
        terjadi perpindahan posisi titik berat badan yang semula berada di
        belakang kedua kaki berpindah ke depan, sehingga terjadi gerakan
        yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian tubuh
        akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih
        jelasnya, gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan
        lompat jauh gaya jongkok dari take-off sampai sikap mendarat.




6
Ibid, Hal. 95
16



    D. Kordinasi Gerak

       Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrok gerak dengan
    tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus (Grana dan Kalenak,
    1991:253). Menurut Schmidt(1988:265) dalam Sukadiyanto, koordinasi
    adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama
    lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak.
    Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang,
    dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efesien.

    E. Kecepatan Berlari

       Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara
    berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk
    menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.7




    F. Karakterisitk Siswa Sekolah Menengah

       Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia
    yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.Masa
    remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat
    ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat
    dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa.

       Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu
    antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa
    remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21
    tahun termasuk masa remaja akhir.



7
Dr. Widyaastuti, M. (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya.
17



            Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah
      adalah sebagai berikut.

      a) Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
      b) Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
      c) Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa
            asing.
      d) Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan
            keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan
            untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan
            bantuan dari orang tua.
      e) Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau
            norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang
            dewasa.
      f) Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi
            (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
      g) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
      h) Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.
      i) Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.

      Siswa Sekolah Menengah Atas dalam kedudukannya sebagai peserta
dipandang oleh sebagian ahli psikologi individu yang berada pada tahap yang
tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ketidakjelasan
ini karena mereka berada pada periode transisi dari periode anak-anak
menuju ke periode orang dewasa. Masa itu, mereka melalui masa yang
disebut masa remaja atau masa pubertas. Umumnya mereka sudah tidak
mau diakatakan sebagai anak-anak, namun jika disebut orang dewasa
tersebut.

   Menurut Hurlock (1982) ada perubahan-perubahan yang sama yang
hampir bersifat menyeluruh pada masa remaja, yaitu :
18



1) Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat
   perubahan fisik dan psikologis.
2) Perubahan tubuh minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
   sosial untuk dimainkan menimbulkan masalah baru.
3) Berubahnya minat dan pola perilaku, nilai-nilai juga berubah.
4) Sebagian remaja bersikap mendua (amivalen) terhadap setiap
   perubahan.

Keseluruhan ini, pada akhirnya berdampaka pada perkembangan aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor.

a. Perkembangan Aspek Kognitif

   Proses pembelajaran dimulai pada ranah kognitif, yaitu dimulai dari
proses mengenal (melihat, mendengar, atau meraba) dilannjutkan dengan
mengingat (menghafal) kemudian memahami informasi apa yang telah
diperoleh. Informasi dapat berupa fakta, prosedur, konsep atau prinsip.
Bloom (Suciati, 2001) mengelompokan kemampuan kognitif ke dalam
enam    kelompok,     yaitu   pengetahuan/   pengenalan,     pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Informasi yang diterima pada
saat proses belajar, akan disimpan pada ranah kognitif sehingga
menghasilkan pengetahuan dan kecakapan. Belajar dan mengingat fakta
memerlukan kecakapan kognitif tertentu, sedangkan belajar konsep akan
menghasilkan pengetahuan dan membutuhkan kecakapan kognitif seperti
kemampuan restrukturisasi.

   Menurut Piaget ( Sunarto & Hartono, 1999) bahwa sebagian besar
anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam
batas-batas tertentu (berfikir operasional formal). Usia ini remaja
mendeteksi efisiensi intelektual yang maksimal, akan tetapi karena
kurangnya    pengalaman       sehingga   membatasi    pengetahuan    dan
kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Banyak hal yang
19



dapat dipelajari melalui pengalaman, namun mereka kadang kala
mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-konsep
abstrak dan mungkin tidak mampu memahami sepenuhnya.

   Pengetahuan dan kecakapan berfikir akan digunakan pada saat aksi
fisik (kecakapan psikomotor) atau reaksi terhadap sesuatu (kecakapan
afektif). Pengetahuan dan kecakapan berfikir dapat digunakan untuk
perkembangan selanjutnya yaitu dalam hal analisis, sintesis, dan
evaluasi. Berfikir operasional formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu
deduktif-hipotesis dan berfikir kombinatoris.

b. Pengembangan Aspek Afektif

   Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem
nilai, dan sikap hati yang menunjukan penerimaan atau penolakan
terhadap sesuatu. Krathwohl, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001)
mengklasifikasikan kemampuan ini ke dalam lima kelompok, yaitu
pengenalan/penerimaan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai,
pengorganisasian, dan pengalaman. Secara klasikal, masa remaja
dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. (Hurlock, 1982)

   Pola emosi reamja sama dengan pola emosi masa anak-anak.
Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan
derajatnya, khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap
ungkapan emosi mereka. Hurlock (1982) menjelaskan adanya dua faktor
penyebabnya yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi
emosional yang tidak muncul pada kehidupan tidak berarti tidak adam dan
reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari.
20



   Ranah afektif atau perasaan sebenarnya sama dengan sikap, tetapi
dalam tingkatan yang berbeda. Materi pembelajaran harus dapat
menyeluruh ranah afektif, sehingga setelah proses belajar mengajar
terjadi,   siswa    memiliki   kecakapan     sikap   tertentu   sesuai dengan
karakterisitik mata pelajaran yang baru dipelajari.

   Kecakapan afektif merupakan sikap terhadap sesuatu dan terhadap
orang      lain   yang   sedang   dihadapi     termasuk    kecakapan    dalam
mengendalikan diri (emosi dan perasaan). Kecakapan afektif merupakan
gabungan anatara dua jenis tingkah laku yaitu : (1) reaksi reflektif
terhadap stimulus tertentu atau sering disebut dengan sikap, (2) aksi dan
reaksi sukarela, terencana dalam mencapai tujuan dan menerapkan
kecakapan pengendalian diri.

c. Aspek Psikomotor

   Aspek psikomotor berkaitan dengan kecakapan fisik atau tindakan
yang memerlukan koordinasi syaraf dan otak. Harrow (Suciati, 2001)
mengelompokan kemampuan ini menjadi lima kelompok, yaitu meniru,
memanipulasi, akurasi gerak, artikulasi, dan naturalisasi/ otonomisasi.

   Perkembangan psikomotorik yang dilalui peserta didik pada usia
remaja memiliki kekhususan yang antara lain ditandai dengan perubahan-
perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri
kelamin sekunder.

   Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala umum
dalam pertumbuhan peserta didik pada usia remaja. Perubahan-
perubahan fisik tersebut bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran
tubuh dan berubahnya proporsi tubuh. Perubahan-perubahan fisik yang
dialami peserta didik pada uisa remaja (usia SMA) mempengaruhi
perkembangan tingkah laku mereka, yang ditampakan pada perilaku yang
21



canggung dalam proses penyesuaian diri mereka, isolasi diri dari
pergaulan, perilaku emosional, dan lain-lain.



G. Hipotesis
1. Pembelajaran      kordinasi    gerak     mempengaruhi   peningkatan
   keberhasilan dalam lompat jauh.
2. Pembelajaran kecepatan mempengaruhi peningkatan keberhasilan
   dalam lompat jauh.
3. Jadi, pembelajaran kordinasi gerak dan kecepatan mempengaruhi
   peningkatan keberhasilan dalam lompat jauh.

More Related Content

What's hot (19)

lompat jauh
lompat jauhlompat jauh
lompat jauh
 
Lompat jangkit
Lompat jangkitLompat jangkit
Lompat jangkit
 
Atletik
AtletikAtletik
Atletik
 
Xii lompat jauh - Ainun Syarifatul Fitri SMAN 1 Dumai
Xii lompat jauh - Ainun Syarifatul Fitri SMAN 1 DumaiXii lompat jauh - Ainun Syarifatul Fitri SMAN 1 Dumai
Xii lompat jauh - Ainun Syarifatul Fitri SMAN 1 Dumai
 
PENJAS tentang Lari
PENJAS tentang LariPENJAS tentang Lari
PENJAS tentang Lari
 
Makalah Lari
Makalah LariMakalah Lari
Makalah Lari
 
Lompat jauh
Lompat jauhLompat jauh
Lompat jauh
 
Kelas3 semester2
Kelas3 semester2Kelas3 semester2
Kelas3 semester2
 
Makalah lari cepat
Makalah lari cepatMakalah lari cepat
Makalah lari cepat
 
Makalah atletik lari
Makalah atletik lariMakalah atletik lari
Makalah atletik lari
 
Atletik (lari dan jalan) lina
Atletik (lari dan jalan) linaAtletik (lari dan jalan) lina
Atletik (lari dan jalan) lina
 
Materi pelajaran penjas
Materi pelajaran penjasMateri pelajaran penjas
Materi pelajaran penjas
 
Lompat jangkit
Lompat jangkitLompat jangkit
Lompat jangkit
 
Lari lempar dan lompat
Lari lempar dan lompatLari lempar dan lompat
Lari lempar dan lompat
 
Fajar
FajarFajar
Fajar
 
Lompat Jauh
Lompat JauhLompat Jauh
Lompat Jauh
 
Soalan spot
Soalan spotSoalan spot
Soalan spot
 
Nota & soalan lompat jauh.
Nota & soalan lompat jauh.Nota & soalan lompat jauh.
Nota & soalan lompat jauh.
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
 

Similar to Bab ii

261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docx261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docxObenRegar
 
Kelas3 semester1
Kelas3 semester1Kelas3 semester1
Kelas3 semester1arman11111
 
Makalah lompat jauh
Makalah lompat jauhMakalah lompat jauh
Makalah lompat jauhWarnet Raha
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Warnet Raha
 
PPT_ATLETIK.pptx
PPT_ATLETIK.pptxPPT_ATLETIK.pptx
PPT_ATLETIK.pptxNEPERNIARTI
 
Makalah atletik lari
Makalah atletik lariMakalah atletik lari
Makalah atletik lariWarnet Raha
 
Tugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjokTugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjokMila Putri
 
Bab 5 akt. atletik
Bab 5  akt. atletikBab 5  akt. atletik
Bab 5 akt. atletikBudi Hermono
 
ATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptx
ATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptxATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptx
ATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptxsmansel11ptk
 
Makalah Olahraga Lari
Makalah Olahraga LariMakalah Olahraga Lari
Makalah Olahraga LariEsti Dyah
 
EBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdf
EBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdfEBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdf
EBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdfsajili1
 

Similar to Bab ii (20)

Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
 
261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docx261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docx
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Kelas3 semester1
Kelas3 semester1Kelas3 semester1
Kelas3 semester1
 
Makalah lompat jauh
Makalah lompat jauhMakalah lompat jauh
Makalah lompat jauh
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
 
Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,Makalah bulu tangkis,,,,
Makalah bulu tangkis,,,,
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
 
PPT_ATLETIK.pptx
PPT_ATLETIK.pptxPPT_ATLETIK.pptx
PPT_ATLETIK.pptx
 
Atletik
AtletikAtletik
Atletik
 
MATERI PJOK ATLETIK.pptx
MATERI PJOK  ATLETIK.pptxMATERI PJOK  ATLETIK.pptx
MATERI PJOK ATLETIK.pptx
 
Makalah atletik lari
Makalah atletik lariMakalah atletik lari
Makalah atletik lari
 
Makalah atletik lari
Makalah atletik lariMakalah atletik lari
Makalah atletik lari
 
Tugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjokTugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjok
 
Bab 5 akt. atletik
Bab 5  akt. atletikBab 5  akt. atletik
Bab 5 akt. atletik
 
ATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptx
ATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptxATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptx
ATLETIK CABANG LLEMPAR ( TOLAK PELURU).pptx
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Makalah Olahraga Lari
Makalah Olahraga LariMakalah Olahraga Lari
Makalah Olahraga Lari
 
EBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdf
EBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdfEBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdf
EBOOK KEBUGARAN JASMANI.pdf
 

More from Pramudito Hutomo

RPP daring SMP materi Covid 19
RPP daring SMP materi Covid 19RPP daring SMP materi Covid 19
RPP daring SMP materi Covid 19Pramudito Hutomo
 
Pengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan OlahragaPengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan OlahragaPramudito Hutomo
 
Pembelajaran berbasis komputer dan jaringan
Pembelajaran berbasis komputer dan jaringanPembelajaran berbasis komputer dan jaringan
Pembelajaran berbasis komputer dan jaringanPramudito Hutomo
 
Aplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bola
Aplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bolaAplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bola
Aplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bolaPramudito Hutomo
 
Tugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klender
Tugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klenderTugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klender
Tugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klenderPramudito Hutomo
 
Senam xii ips ma al falah klender
Senam xii ips ma al falah klenderSenam xii ips ma al falah klender
Senam xii ips ma al falah klenderPramudito Hutomo
 
Pencak silat xii ips ma al falah klender
Pencak silat xii ips ma al falah klenderPencak silat xii ips ma al falah klender
Pencak silat xii ips ma al falah klenderPramudito Hutomo
 
Renang xii ips ma al falah klender
Renang xii ips ma al falah klenderRenang xii ips ma al falah klender
Renang xii ips ma al falah klenderPramudito Hutomo
 
Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)
Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)
Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)Pramudito Hutomo
 
Kesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalKesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalPramudito Hutomo
 
Kesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalKesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalPramudito Hutomo
 

More from Pramudito Hutomo (20)

RPP Penjas daring SMP
RPP Penjas daring SMP RPP Penjas daring SMP
RPP Penjas daring SMP
 
RPP daring SMP materi Covid 19
RPP daring SMP materi Covid 19RPP daring SMP materi Covid 19
RPP daring SMP materi Covid 19
 
Pengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan OlahragaPengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pengelolaan Organisasi Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
 
Pembelajaran berbasis komputer dan jaringan
Pembelajaran berbasis komputer dan jaringanPembelajaran berbasis komputer dan jaringan
Pembelajaran berbasis komputer dan jaringan
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
 
Cognitive neuroscinece
Cognitive neuroscineceCognitive neuroscinece
Cognitive neuroscinece
 
Aplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bola
Aplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bolaAplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bola
Aplikasi metode metode dalam pembelajaran sepak bola
 
Tugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klender
Tugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klenderTugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klender
Tugas penjasorkes (1) xii ips ma al falah klender
 
Senam xii ips ma al falah klender
Senam xii ips ma al falah klenderSenam xii ips ma al falah klender
Senam xii ips ma al falah klender
 
Pencak silat xii ips ma al falah klender
Pencak silat xii ips ma al falah klenderPencak silat xii ips ma al falah klender
Pencak silat xii ips ma al falah klender
 
Renang xii ips ma al falah klender
Renang xii ips ma al falah klenderRenang xii ips ma al falah klender
Renang xii ips ma al falah klender
 
Kepramukaan
KepramukaanKepramukaan
Kepramukaan
 
Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)
Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)
Laporan observasi tempat fitness (GOLD'S GYM MOI)
 
Kesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalKesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awal
 
Kesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalKesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awal
 
BACK EXERCISE
BACK EXERCISEBACK EXERCISE
BACK EXERCISE
 
Back excercise new
Back excercise newBack excercise new
Back excercise new
 
Tugas presentasi rpp
Tugas presentasi rppTugas presentasi rpp
Tugas presentasi rpp
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Cover tegak
Cover tegakCover tegak
Cover tegak
 

Bab ii

  • 1. BAB II TELAAH TEORI A. Atletik Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya. Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya dinamakan Athleta (Atlet). Dengan demikian dapatlah dikemukakan, bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar.1 Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk- bentuk gerakan yang terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan latihan atletik, akan dapat diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60).2 Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat yaitu nomor lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Lompat 1 Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud 2 Ibid, Hal. 60 4
  • 2. 5 jauh merupakan salah satu nomor atletik yang wajib diajarkan di SD, SMP dan SMA. B. Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik, nomor ini meruakan jenis lompatan yaitu pencapaian jarak terjauh menjadi tujuan utama dari nomor ini. Dengan demikian semua potensi dan aspek teknis penunjang diarahkan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih (1995:67) menjelaskan bahwa: yang menjadi tujuan dari lompat jauh adalah mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Maka untuk dpat mencapai jarak lompatan itu dengan terlebih dahulu harus sudah memahami unsure-unsur pokok pada lompatan”. Lompat jauh merupakan salah satu aktivitas pengembangan akan kemampuan daya gerak yang dilakukan, dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam lompat jauh terdapat tiga macam gaya yaitu : Lompat Jauh gaya Jongkok (tuck), gaya menggantung (hang style), dan gaya jalan di udara (walking in the air). Gaya-gaya lompat jauh mengatur sikap badan sewaktu melayang di udara. Oleh karena itu teknik lompat jauh sering disebut juga gaya lompat jauh. Perlu diketahui bahwa yang menyebabkan adanya perbedaan adanya perbedaan dari ketiga gaya tersebut sebenarnya hanya terdapat pada sat badan melayang di udara saja. Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama.
  • 3. 6 Mengenai unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukanlompat jauh meliputi daya ledak, kekuatan, kelincahan, keseimbangan dan lain-lain. Drs. Eddy Suparman menjelaskan bahwa unsur pokok dalam lompat jauh adalah sebagai berikut : 1. Harus dapat membangkitkan daya momentum yang sebesar- besarnya. 2. Harus dapat memindahkan momentum gaya horizontal dan vertical. 3. Harus dapat mempersatukan gaya tersebut dengan tenaga badan pada saat melakukan tolakan. 4. Harus dapat menggunakan titik berat badan seefisien mungkin. Teknik Lompat Jauh Tinjauan secara teknik pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu : Cara melakukan awalan, Tolakan (Tumpuan), Melayang di udara dan Pendaratan. a. Awalan Awalan adalah suatu gerakan dalam lompat jauh dilakukan dengan lari secepat-cepatnya yang dilakukan untuk mendapatkan kecepatan setinggi- tingginya sebelum melakukan tolakan. Dapat juga dikatakan, awalan adalah usaha mendapatkan kecepatan horizontal setinggi-tingginya yang diubah menjadi kecepatan vertikal saat melakukan tolakan (Drs. Eddy Suparman, 1999).
  • 4. 7 Menurut (Drs. Eddy Suparman, (1995 : 44) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan awalan adalah : 1. Jarak awalan tergantung dari kemampuan masing-masing atlet bagi pelompat dalam jerak pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat / pendek saja (sekitar 30-35 meter atau kurang dari ini). Sedangkan bagi atlet lain yang jarak relatif jauh baru mencapai kecepatan maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh lagi (sekitar 30-45 meter atau lebih jauh dari itu). Bagi pemulasudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancar-ancar tersebut. 2. Posisi saat berdiri pada titik awalan kaki dapat sejajar atau salah satu kaki ke depan. Hal ini tergantung dari kebiasaan masing-masing atlet. 3. Cara pengambilan awalan mulai pelan, kemudian cepat (sprint).Kecepatan ini harus dipertahankan sampai menjelang bertumpu / menolak. 4. Setelah mencapai kecepatan maksimal, maka kira-kira 3-4 langkah terakhir bertumpu (take off) gerakan lari dilepas begitu saja tanpa mengurangi kecepatan yang telah dicapai sebelumnya. Pada 3-4 langkah terakhir ini perhatian dan tenaga yang dicurahkan untuk melakukan tumpuan pada papan / balok tumpu. Cara mengambil awalan dalam Lompat Jauh antara lain dilakukan dengan jalan sebagai berikut: 1. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya dari permulaan tempat berdiri (tempat/tanda pada waktu akan melakukan awalan) ke papan tolakan sampai tempat pada papan tolakan diukur jaraknya. 2. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan ke tempat permulaan akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur.
  • 5. 8 3. Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan dari papan tolakan ke tempat permulaan akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur walaupun sudah menetapkan ukuran untuk mengambil awalan dengan tepat. Untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan terjadi kegagalan melakukan tolakan, biasanya si pelompat membuat dua buah tanda yaitu tanda I dan II. b. Tolakan Tolakan adalah perpindahan dari kecepatan horizontal ke kecepatan vertical yang dilakukan dengan cepat dan kuat untuk mengangkat tubuh ke atas melayang di udara (1998 : 45). Dalam melompat jauh, biasanya kita melakukan tolakan terkuat dengan kaki, dibantu dengan ayunan kaki dan ayunan kedua tangan ke depan ke arah atas. Jika si pelompat dapat menggabungkan kecepatan awal dengan kekuatan tolakan kaki, ia akan membawa seluruh tubuh ke atas ke arah depan melayang di udara. Jadi si pelompat dapat membawa titik berat badan ke atas, melayang di udara ke arah depan dengan waktu lama. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tolakan diantaranya : 1. Tolakan dilakukan dengan kaki yang kuat. Bagian telapak kaki yang kuat untuk bertumpu adalah cenderung pada bagian tumit terlebih dahulu dan berakhir pada bagian ujung kaki. 2. Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang 3. Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan 4. Saat bertumpu, kedua lengan ikut diayunkan ke depan atas. 5. Pada kaki ayun diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut ditekuk.
  • 6. 9 c. Sikap Badan di Udara Sesuai dengan pendapat (Drs. Eddy Suparman, 1995) yang mengkhususkan gaya jongkok sebagai penelitian teknik badan saat di udara setelah kaki kiri bertumpu. Maka kaki kanan diayun dengan cepat ke arah depan. Pada saat mencapai titik tertinggi sikap badan, kaki seperti duduk atau jongkok. Setelah bergerak turun kedua kaki dijulurkan ke depan, badan cenderung ke depan dan perhatian tertuju pada pendaratan. Cara melakukannya sebagai berikut : 1. Bersamaan melakukan tolakan, kaki diayun ke depan ke arah atas. 2. Saat badan melayang di udara, kaki diturunkan. Bersamaan dengan itu, pinggul didorong ke depan, kapala ditengadahkan, dada dibusungkan dan kedua tangan ke atas arah belakang. 3. Saat akan mendarat, kedua kaki diayunkan ke depan, badan dibungkukkan dan kepala ditundukkan siap untuk mendarat. d. Pendaratan Pendaratan merupakan tahap akhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Drs. Eddy Suparman, 1999) adalah sebagai berikut : 1. Harus dilakukan dengan sadar agar gerakan yang tidak perlu dapat dihindari 2. Untuk menghindari rasa sakit atau cedera pendaratan sebaiknya dilakukan dengan kedua belah kaki sejajar dan tumit terlebih dahulu mendarat di pasir dengan posisi mengepit 3. Sebelum tumit menyentuh pasir, kedua kaki harus benar-benar diluruskan/dijulurkan ke depan. Usahakan agar jarak antara kedua kaki
  • 7. 10 jangan terlalu berjauhan, karena semakin lebar jarak antara kedua kaki berarti akan semakin mengurangi jauhnya lompatan 4. Untuk menghindari agar tidak jauh duduk pada pantat, maka setelah tumit berpijak di pasir, kedua lutut segera ditekuk dan badan dibiarkan condong terus jauh ke depan 5. Setelah melakukan pendaratan jangan keluar atau kembali ke tempat awalan melewati/menginjak daerah pendaratan dengan papan tumpuan Faktor Yang Mempengaruhi Lompat Jauh Faktor yang mempengaruhi prestasi lompat jauh menurut Suharto dalam bukunya dalam bukunya "Kesegaran Jasmani dan Peranannya disebutkan : 1. Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk memindahkan sebagian tubuh atau seluruhnya dari awalan sampai dengan pendaratan. Atau bertumpu pada papan / balok sewaktu melakukan lompatan, kecepatan banyak ditentukan kekuatan dan fleksibelitas 2. Kekuatan (Strenght) adalah jumlah tenaga yang dapat dihasilkan oleh kelompok otot pada kontraksi maksimal pada saat melakukan pekerjaan atau latihan dalam melakukan lompatan 3. Daya ledak adalah kemampuan otot dalam melakukan tolakan tubuh melayang di udara saat lepas dari balok tumpu 4. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu sikap tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai selesai melakukan lompatan 5. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerakan motorik secara benar 6. Koordinasi adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang atlet untuk dapat mengkoordinasikan gerakan maju dengan kebutuhan naik.
  • 8. 11 Faktor non teknis juga dapat berpengaruh dalam hal ini, faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain : 1. Motivasi dari orang tua 2. Guru dan pelatih yang propesional 3. Adanya dana yang cukup 4. Lingkungan yang baik 5. Organisasi yang baik 6. Dukungan masyarakat C. Teknik Lompat Jauh Lompat jauh mempunyai empat fase gerakan, yaitu awalan, tolakan, melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang membedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada saat melayang diudara. Uraian mengenai keempat fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai berikut: a. Awalan Awalan adalah langkah utama yang diperlukan oleh pelompat untuk memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti dikatakan Aip Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : 1) untuk putra antara 40 m sampai 50 m; 2) untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m sampai 20 m atau antara 15 m sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat melompat. Menurut Aip
  • 9. 12 Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan yang besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari awalan, bukan hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi ketepatan langkah juga sangat dibutuhkan sebelum melakukan tolakan.3 b. Tumpuan atau Tolakan Tumpuan atau tolakan adalah gerakan menolak sekuat- kuatnya dengan kaki yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan secara cepat. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu menolak sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi dan ke depan). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical. Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360) mengemukakan sebagai berikut : untuk membantu tolakan ke atas, lengan harus diayun ke atas dan kaki yang melangkah diayunkan setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa momentum dari bagian dipindahkan kepada keseluruhan). Ayunan kaki ke atas mengunci sendi panggul karena kerjanya Ligamenta iliofemoral. Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong kedepan, titik berat badan harus terletak agak dimuka titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat pelompat menumpu, letak titik berat badan ditentukan oleh panjang langkah terakhirsebelum melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68). 3 Ibid, Hal. 91
  • 10. 13 Dikatakan pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus kedepan agak ke atas. c. Melayang di Udara Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi keatas. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi (gaya penarik bumi).4 Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil lompatan. Perubahan dan perbaikan bentuk tersebut dinamakan “gaya lompatan” yang sifatnya individual. Pada nomor lompat (khususnya lompat jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan itu tidak akan mempengaruhi parabola dari titik berat badan, tetapi berguna untuk menjaga keseimbangan serta pandaratan yang lebih baik. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang. Dalam hal yang sama Yusuf 4 Ibid, Hal. 91-93
  • 11. 14 Adisasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di udara berprinsip pada 3 hal sebagai berikut : 1) bergerak ke depan semakin cepat semakin baik: 2) menolak secara tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja. Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifuddin (1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua tangan ke depan.5 Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada selama mungkin diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mempersiapkan pendaratan. Sehubungan dengan itu diusahakan jangan sampai menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang telah dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang lebih lama. d. Mendarat Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah secara bersama-sama dengan lutut dibengkokkan dan mengeper sehingga memungkinkan jatuhnya badan kearah depan. 5 Aip Syarifuddin, Loc.Cit
  • 12. 15 Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat jauh gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di udara adalah sama, yaitu : pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke depan lurus dengan cara mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh dibelakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 : 95). 6 Gerakan mendarat dapat disimpulkan sebagai berikut : sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik berat badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan, sehingga terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih jelasnya, gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok dari take-off sampai sikap mendarat. 6 Ibid, Hal. 95
  • 13. 16 D. Kordinasi Gerak Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrok gerak dengan tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus (Grana dan Kalenak, 1991:253). Menurut Schmidt(1988:265) dalam Sukadiyanto, koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak. Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efesien. E. Kecepatan Berlari Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.7 F. Karakterisitk Siswa Sekolah Menengah Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. 7 Dr. Widyaastuti, M. (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya.
  • 14. 17 Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut. a) Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. b) Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder. c) Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing. d) Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua. e) Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa. f) Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan. g) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil. h) Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu. i) Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas. Siswa Sekolah Menengah Atas dalam kedudukannya sebagai peserta dipandang oleh sebagian ahli psikologi individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi dari periode anak-anak menuju ke periode orang dewasa. Masa itu, mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas. Umumnya mereka sudah tidak mau diakatakan sebagai anak-anak, namun jika disebut orang dewasa tersebut. Menurut Hurlock (1982) ada perubahan-perubahan yang sama yang hampir bersifat menyeluruh pada masa remaja, yaitu :
  • 15. 18 1) Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. 2) Perubahan tubuh minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dimainkan menimbulkan masalah baru. 3) Berubahnya minat dan pola perilaku, nilai-nilai juga berubah. 4) Sebagian remaja bersikap mendua (amivalen) terhadap setiap perubahan. Keseluruhan ini, pada akhirnya berdampaka pada perkembangan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. a. Perkembangan Aspek Kognitif Proses pembelajaran dimulai pada ranah kognitif, yaitu dimulai dari proses mengenal (melihat, mendengar, atau meraba) dilannjutkan dengan mengingat (menghafal) kemudian memahami informasi apa yang telah diperoleh. Informasi dapat berupa fakta, prosedur, konsep atau prinsip. Bloom (Suciati, 2001) mengelompokan kemampuan kognitif ke dalam enam kelompok, yaitu pengetahuan/ pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Informasi yang diterima pada saat proses belajar, akan disimpan pada ranah kognitif sehingga menghasilkan pengetahuan dan kecakapan. Belajar dan mengingat fakta memerlukan kecakapan kognitif tertentu, sedangkan belajar konsep akan menghasilkan pengetahuan dan membutuhkan kecakapan kognitif seperti kemampuan restrukturisasi. Menurut Piaget ( Sunarto & Hartono, 1999) bahwa sebagian besar anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu (berfikir operasional formal). Usia ini remaja mendeteksi efisiensi intelektual yang maksimal, akan tetapi karena kurangnya pengalaman sehingga membatasi pengetahuan dan kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Banyak hal yang
  • 16. 19 dapat dipelajari melalui pengalaman, namun mereka kadang kala mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-konsep abstrak dan mungkin tidak mampu memahami sepenuhnya. Pengetahuan dan kecakapan berfikir akan digunakan pada saat aksi fisik (kecakapan psikomotor) atau reaksi terhadap sesuatu (kecakapan afektif). Pengetahuan dan kecakapan berfikir dapat digunakan untuk perkembangan selanjutnya yaitu dalam hal analisis, sintesis, dan evaluasi. Berfikir operasional formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu deduktif-hipotesis dan berfikir kombinatoris. b. Pengembangan Aspek Afektif Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Krathwohl, Bloom, dan Masia (Suciati, 2001) mengklasifikasikan kemampuan ini ke dalam lima kelompok, yaitu pengenalan/penerimaan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan pengalaman. Secara klasikal, masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. (Hurlock, 1982) Pola emosi reamja sama dengan pola emosi masa anak-anak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajatnya, khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Hurlock (1982) menjelaskan adanya dua faktor penyebabnya yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi emosional yang tidak muncul pada kehidupan tidak berarti tidak adam dan reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari.
  • 17. 20 Ranah afektif atau perasaan sebenarnya sama dengan sikap, tetapi dalam tingkatan yang berbeda. Materi pembelajaran harus dapat menyeluruh ranah afektif, sehingga setelah proses belajar mengajar terjadi, siswa memiliki kecakapan sikap tertentu sesuai dengan karakterisitik mata pelajaran yang baru dipelajari. Kecakapan afektif merupakan sikap terhadap sesuatu dan terhadap orang lain yang sedang dihadapi termasuk kecakapan dalam mengendalikan diri (emosi dan perasaan). Kecakapan afektif merupakan gabungan anatara dua jenis tingkah laku yaitu : (1) reaksi reflektif terhadap stimulus tertentu atau sering disebut dengan sikap, (2) aksi dan reaksi sukarela, terencana dalam mencapai tujuan dan menerapkan kecakapan pengendalian diri. c. Aspek Psikomotor Aspek psikomotor berkaitan dengan kecakapan fisik atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otak. Harrow (Suciati, 2001) mengelompokan kemampuan ini menjadi lima kelompok, yaitu meniru, memanipulasi, akurasi gerak, artikulasi, dan naturalisasi/ otonomisasi. Perkembangan psikomotorik yang dilalui peserta didik pada usia remaja memiliki kekhususan yang antara lain ditandai dengan perubahan- perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri kelamin sekunder. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala umum dalam pertumbuhan peserta didik pada usia remaja. Perubahan- perubahan fisik tersebut bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh. Perubahan-perubahan fisik yang dialami peserta didik pada uisa remaja (usia SMA) mempengaruhi perkembangan tingkah laku mereka, yang ditampakan pada perilaku yang
  • 18. 21 canggung dalam proses penyesuaian diri mereka, isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosional, dan lain-lain. G. Hipotesis 1. Pembelajaran kordinasi gerak mempengaruhi peningkatan keberhasilan dalam lompat jauh. 2. Pembelajaran kecepatan mempengaruhi peningkatan keberhasilan dalam lompat jauh. 3. Jadi, pembelajaran kordinasi gerak dan kecepatan mempengaruhi peningkatan keberhasilan dalam lompat jauh.