SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
3 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. bahwa
penulis telah menyelesaikan tugas yang berjudul “Pemerkosaan” dalam bentuk
makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu
dalam menyelesaikan penulisan ini.
Padang, 17 November 2014
Kelompok 2
4 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.................................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................2
3. Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Perkosaan.......................................................................3
2. Motivasi Perkosaan..........................................................................4
3. Macam-macam Bentuk Perkosaan...................................................4
4. Perempuan yang Rentan Terhadap Perkosaan.................................5
5. Faktor-faktor Terjadinya Perkosaan.................................................6
6. Dampak yang Terjadi.......................................................................6
7. Pencegahan Perkosaan.....................................................................7
8. Cara Menghindari Perkosaan...........................................................8
9. Cara Membantu Anak-Anak Terhindar dari Bahaya Perkosaan......8
10. Tindakan Perempuan pada Saat Tindak Perkosaan.........................8
11. Cara Bela Diri untuk Melemahkan Lawan.......................................9
12. Sikap Terhadap Korban Perkosaan..................................................9
13. Resiko Kesehatan pada Korban Perkosaan......................................9
14. Tindakan pada Saat Serangan Seksual...........................................10
15. Upaya Penanggulangan Masalah...................................................10
16. Tugas Tenaga Kesehatan dalam Kasus Tindak Perkosaan............11
17. Upaya Promotif..............................................................................12
18. Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindakan
perkosaan........................................................................................12
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN....................................................................................13
2. SARAN................................................................................................13
.
DAFTAR PUSTAKA
5 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak menghadapi
masalah kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara
individual. Masyarakat mulai merasa resah dengan adanya berbagai kerusuhan
yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Kondisi seperti ini membuat
perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk menjadi korban kekerasan.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan
tetapi dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan
ekonomi, dan juga kekerasan seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Hayati
(2000) yang mengatakan bahwa kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk
perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga
menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis terhadap orang
yang menjadi sasarannya.
Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia , menunjukkan bahwa
pelaku tidak hanya menyangkut pelanggaran hukum namun terkait pula dengan
akibat yang akan dialami oleh korban dan timbulnya rasa takut masyarakat secara
luas. Akibat dari ini di Indonesia secara normatif tidak mendapatkan perhatian
selayaknya, hal ini disebabkan oleh karena hukum pidana (KUHP) masih
menempatkan kasus perkosaan ini sama dengan kejahatan konvensional lainnya,
yaitu berakhir sampai dengan dihukumnya pelaku. Kondisi ini terjadi oleh karena
KUHP masih mewarisi nilai-nilai pembalasan dalam KUHP.
Dari sudut pandang ini maka menghukum pelaku menjadi tujuan utama
dalam proses peradilan pidana, oleh karena itu semua komponen dalam proses
peradilan pidana mengarahkan perhatian dan segala kemampuannya untuk
menghukum si pelaku dengan harapan bahwa dengan dihukumnya pelaku dapat
mencegah terulangnya tindak pidana tersebut dan mencegah pelaku lain untuk
tidak melakukan perbuatan yang sama ini dan masyarakat merasa tentram karena
dilindungi oleh hukum, seperti yang ada dalam KUHP pada pasal 285 yaitu
6 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
“Barang siapa yang dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan
yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun”
Adapun yang dimaksud dengan tindakan perkosaan adalah tindakan yang
melanggar hukum. Tindakan perkosaan tersebut telah merugikan orang lain yaitu
orang yang telah diperkosa tersebut. Seperti yang sudah ada dalam KUHP
Ancaman hukuman dalam pasal 285 ini ialah pria yang memaksa wanita, dimana
wanita tersebut bukan istrinya dan pria tersebut telah bersetubuh dengan dia
dengan ancaman atau perkosaan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas apa yang dimaksud dengan tindak
pidana perkosaan. Maka masyarakat harus bisa berhati-hati dan lebih waspada
terhadap tindak pidana perkosaan dan kasus pemerkosaan menjadi masalah yang
harus segera dibenahi di Indonesia agar tidak merusak citra dan moral bangsa
Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Apa itu perkosaan ?
Bagaimana dampak perkosaan terhadap sosial ?
Bagaimana dampak perkosaan terhadap psikologis?
Bagaiamana cara penyembuhannya?
3. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu perkosaan.
Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap sosial.
Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap psikologis.
Untuk mengetahui cara penyembuhannya.
7 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perkosaan
Pemerkosaan adalah penetrasi alat kelamin wanita oleh penis
dengan paksaan, baik oleh satu maupun oleh beberapa orang pria atau
dengan ancaman. Perkosaan yang dilakukan dengan kekerasan dan
sepenuhnya tidak dikehendaki secara sadar oleh korban jarang terjadi.
Perkosaan adalah bentuk hubungan seksual yang dilangsungkan
bukan berdasarkan kehendak bersama. Karena bukan berdasarkan
kehendak bersama, hubungan seksual didahului oleh ancaman dan
kekerasan fisik atau dilakukan terhadap korban yang tidak berdaya,
dibawah umur atau yang mengalami keterbelakangan mental.
Perkosaan adalah tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau
alat lain kedalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa
persetujuannya.
Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang
perempuan disiksa dipukuli sampai pingsan atau ketika perempuan
meronta, melawan, berupaya melarikan setiap diri atau korban hendak
bunuh diri, akan tetapi meskipun perempuan tidak melawan, apapun yang
dilakukan perempuan, bila perbuatan tersebut bukan pilihan/keinginan
perempuan berarti termasuk tindak perkosaan, bukan kesalahan wanita.
Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istri
termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.
Seorang Perempuan mempunyai pilihan untuk menolak atau
menyetujui pendekatan seksual dalam setiap hubungan seksual. Saat
8 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
perempuan menolak, pria mempunyai pilihan untuk menghormati
kehendak perempuan tersebut dan menerima keputusannya atau berupaya
agar perempuan mengubah keputusannya dengan bujukan/rayuan bahkan
dengan paksaan. Walaupun wanita mengenal pria tersebut dan
mengiyakan, akan tetapi bila karena tidak ada jalan lain untuk
menolaknya, maka hal hal itu termasuk perkosaan.
2. Motivasi Perkosaan
a) Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai
korban dengan cara mengancam (dengan senjata, secara fisik
menyakiti perempuan, verbal dengan menggertak) dan dengan
penetrasi sebagai symbol kemenangan.
b) Memperkokoh kekuasaan. Hal ini bertujuan untuk meneror dan
menaklukkan korban karena dengan cara lain korban belum dianggap
tunduk pada pelaku. Padahal kejadian yang sesungguhnya karena
adanya perasaan lemah, tidak mampu, tidak berdaya dari pelaku.
Misalnya kasus seorang wanita yang menolak cinta seorang pemuda,
kemudian pemuda tersebut memperkosanya agar mau dijadikan istri.
c) Sebagai cara untuk meluapkan rasa marah, penghianatan, balas
dendam, menghancurkan lawan baik masalah individu maupun
masalah kelompok tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun
kepuasaan seksual tidak penting.
d) Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat penderitaan
bagi orang lain.
3. Macam-macam Bentuk Perkosaan
a) Perkosaan oleh orang yang kita kenal
 Perkosaan oleh suami/bekas suami
9 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Merasa bahwa istri sudah menjadi hak milik suami
sehingga ia merasa sekehendak hatinya memperlakukan
istri.
 Perkosaan oleh pacar/dating rape
Merasa sudah mencukupi kebutuhan wanita sehingga
laki-laki punya hak atas wanita tersebut atau merasa
sudah melamar wanita tadi sehingga merasa sudah
menjadi miliknya.
 Perkosaan oleh teman kerja/atasan
 Pelecehan seksual pada anak
b) Pelecehan oleh orang yang tidak dikenal
 Perkosaan oleh sekelompok pelaku (diperkosa lebih
dari 1 orang)
 Perkosaan dipenjara (diperkosa oleh polisi/sipir/penjaga
penjara)
 Perkosaan saat perang (tentara/gerilyawan sering
menggunakan perkosaan untuk menakut-nakuti wanita)
4. Perempuan yang Rentan Terhadap Perkosaan
a) Kekurangan pada fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau
permasalahan yang berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk
diatas kursi roda, bisu, tuli, buta atau keterlambatan mental. Mereka
tidak mampu mengadakan perlawanan.
b) Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah/tempat tinggal, anak
jalanan/gelandangan, didaerah peperangan.
10 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
c) Korban tindak kekerasan suami/pacar.
5. Faktor-faktor Terjadinya Perkosaan
Siapapun dapat menjadi korban perkosaan mulai dari anak-anak
dibawah umur, gadis remaja, perempuan yang telah menikah, perempuan
yang hidup di desa, yang hidup di kota, bahkan nenek-nenekpun yang
menjadi korban. Data selama ini menunjukkan pemerkosaan lebih sering
dilakukan oleh seseorang yang telah mengenal korban kecuali dalam
situasi peperangan atau konflik bersenjata dimana pemerkosaan dijadikan
sebagai senjata perang oleh pihak-pihak yang saling berseteru dan pelaku
pemerkosaan adalah pasukan perang yang memerkosa secara masal
perempuan dari sekelompok musuhnya yang jelas tidak mereka kenali.
Salah satu motif dibalik kekerasan seksual adalah perwujudan dan
manifestasi dari ungkapan “power over” atau menguasai dari seorang
lelaki terhadap perempuan yang dijadikan targetnya.
6. Dampak yang Terjadi
a) Dampak perkosaan bagi korban perkosaan biasanya pada
wanita dan keluarganya dimana peristiwa diperkosa merupakan
tragedy yang sangat menyakitkan dan sulit dilupakan sepanjang
hidup mereka. Bahkan sering kali menyebabkan trauma yang
berkepanjangan. Peristiwa ini melahirkan rasa malu dan aib
selama hidup yang akhirnya menimbulkan rasa rendah diri,
terutama pada saat harus menjalani kehidupan sosial mereka
selanjutnya.
b) Biasanya perkosaan pada perempuan juga melibatkan
kekerasan fisik, sehingga mungkin saat terjadi luka dan rasa
sakit di beberapa bagian tubuh, seperti di daerah genital.
c) Perkosaan mengalami gangguan emosi dan psikologis.
11 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Beberapa juga dapat mengalami trauma, meskipun diawal
mereka mencoba untuk mengelak bahwa mereka telah
diperkosa dan mencoba melanjutkan hidup seperti biasa seolah
tidak terjadi apa-apa. Setelah perkosaan umumnya yang timbul
adalah kemarahan, ketakutan, perasaan tidak aman, depresi,
insomnia (susah tidur), sering mimpi buruk, menghindari
kontak seksual dan sebagainya. Hal-hal ini dapat terus terjadi
hingga beberapa bulan lamanya atau bertahun-tahun lamanya
atau bertahun-tahun setelah perkosaan terjadi, bahkan ada yang
menderita seumur hidupnya. Kejadian tertentu dapat memicu
untuk mengingat kembali kasus perkosaan yang dahulu terjadi.
7. Pencegahan Perkosaan
a) Berpakaian santun, berprilaku, bersolek tidak mengundang perhatian
pria
b) Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan banyak
teman, tidak berduaan
c) Di tempat kerja bersama teman/berkelompok, tidak berduaan dengan
sesama pegawai atau atasan
d) Tidak menerima tamu laki-laki kerumah, bila dirumah seorang diri
e) Berjalan-jalan bersama banyak teman, terlebih diwaktu malam hari
f) Bila merasa diikuti orang ambil jalan kearah yang berlainan
g) Berteriak sekencang mungkin bila diserang
h) Jangan ragu mencegah dengan mengatakan “tidak” walaupun atasan
yang punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat dicintai.
i) Ketika berpergian hindari sendirian, tidak menginap, bila orang
tersebut merayu tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat
anda merasa rishi, tidak nyaman, dan cepatlah meninggalkannya
j) Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan sesuatu
tindakan yang mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, diajak ke
tempat sepi
12 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
k) Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti : hipnotis, obat-
obatan dalam minuman,, permen, snack atau hidangan makanan
l) Saat di temapt baru jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi,
hansip atau instasi
m) Menjaga jarak/space interpersonal dengan lawan jenis
8. Cara menghindari perkosaan dari orang yang dikenal dengan belajar
percaya pada perasaan/insting, meningkatkan kewaspadaan bila :
a) Mempunyai perasaan tidak enak bahwa ada sesuatu yang tidak wajar
b) Merasa takut/khawartir atau ingin segera meninggalkannya
c) Merasa tidak nyaman dengan kata-kata yang diucapkan oleh orang itu
d) Merasa rishi kontak fisik dengan orang tersebut
e) Lebih baik menyakiti hati laki-laki daripada menjadi korban perkosaan
9. Cara membantu anak-anak terhindar dari bahaya perkosaan
a) Mengajari bila seseorang akan menyentuhnya yang mengarah seksual
b) Tidak mencampur anak gadis dan anak laki-laki
c) Memastikan anak-anak tahu bagaimana cara mencari bantuan
d) Mempercayai bila anak mengatakan takut dengan seseorang atau yang
lebih dewasa
10. Tindakan Perempuan pada Saat Tindak Perkosaan
a) Perempuan harus mempunyai keberanian, ketegasan untuk berkata,
dan keyakinan dalam mengadakan perlawanan
b) Berteriak sekencang mungkin agar orang lain mengetahui kejadian
dan bisa memberi bantuan dan menjadi saksi bila mengadukan masalah
pada polisi
c) Berusaha melawan pelaku dengan bela diri semampunya
d) Berdoa
13 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
11. Cara Bela Diri Untuk Melemahkan Lawan
a) Bila pelaku dari arah belakang. Gunakan siku anda dan sodokkan ke
perutnya
b) Colokkan jari-jari anda ke dalam matanya
c) Kepalkan tangan untuk memukul kepalanya
d) Hidungnya dipukul sekeras mungkin
e) Gigit telinganya sekeras mungkin
f) Tendang kuat-kuat tungkai kaki bagian depan
g) Gunakan lutut bila pelaku dari arah depan
12. Sikap Terhadap Korban Perkosaan
a) Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan
kesalahannya
b) Menumbuhkan gairah hidup
c) Menghargai kemauannya untuk menjaga privasi dan kemanannya
d) Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi
13. Resiko Kesehatan pada Korban Perkosaan
a) Kehamilan. Dapat dicegah dengan minum kontrasepsi darurat pada 24
jam pertama
b) Terjangkit infeksi menular seksual
c) Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman
jiwa
d) Hubungan seksual denag suami mengalami gangguan, memerlukan
waktu terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah ternoda
e) Gejala psikologis ringan hingga gangguan psikologis berat. Pada
waktu singkat perempuan korban perkosaan menyalahkan diri sendiri
sebab merasa dirinya yang menyebabkan perkosaan terjadi, terlebih
pandangan budaya biasanya selalu menyalahkan wanita. Selain itu juga
14 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
terjadi insomnia/gangguan tidur, anoreksia/tidak nafsu makan,
kecemasan mendalam, perasaan malu untuk bersosialisasi. Gejala
psikologi tersebut dapat berkembang bila penanganan tidak adekuat
seiring dengan makin bertambah waktu yaitu perasaan tidak punya
daya upaya, marah yang membara merasa diri tidak dihargai, timbul
gejala psikosomatis seperti : mual, muntah, sakit kepala badan sakit.
Selain itu dapat timbul ketakutan yang luar biasa/fobia, mengurung
diri. Gejala psikologi ini tiap perempuan berbeda, tergantung dari tpe
kebribadian terbuka atau tertutup, dukungan dari keluarga dan
lingkungan, persepsi diri dengan apa yang dialami pengalaman dalam
mengahadapi stress.
14. Tindakan pada Saat Serangan Seksual
a) Hindari menangis dan minta belas kasihan
b) Hindari kepanikan,tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah
c) Berjuang untuk pembelaab diri seperti : menendang,, teriak menawar,
melakukan strategi perlawanan
d) Amati ciri khusus pelaku
15. Upaya Penanggulangan Masalah
 Segera memeriksakan diri secara medis, apakah terjadi luka secara
fisik.
Hal ini sangat penting dilakukan agar dokter dapat
mengumpulkan bukti-bukti fisik perkosaan yang sangat diperlukan
jika korban tadi akan melakukan tuntutan.
Meskipun setelah perkosaan korban merasa fisiknya baik-
baik saja, tetapi pemeriksaan laboratorium sebaiknya tetap
15 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
dilakukan mengingat adanya kemungkinan kehamilan, terkena
infeksi menular seksual atau bahkan HIV.
Pemeriksaan setelah perkosaan harus dilakukan sesegera
mungkin karena bukti sperma yang dapat memberatkan pelaku
akan hilang setelah delapan jam. Selain itu sebaiknya sebelum
pemeriksaan korban tidak mandi terlebih dahulu karena dapat
menghilangkan bukti-bukti fisik. Memang sulit jika seorang
perempuan yang menjadi korban harus menjalani hal-hal semacam
itu. Pemeriksaan juga akan mencari bukti fisik pemerkosaan yang
tertinggal ditubuh atau pakaian korban, seperti darah atau rambut
pelaku.
 Selain menangani keadaan fisik korban perkosaan, hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan psikologi korban juga sangat penting
untuk diperhatikan.
Hal yang paling mereka butuhkan tentunya adalah
dukungan dari orang-orang terdekatnya dalam menjalani segala
pemeriksaan yang telah disebutkan diatas. Mengingat kondisi
psikologi juga penting, beberapa rumah sakit bahkan
menambahkan tenaga-tenaga pekerja social untuk mendampingi
korban saat itu adalah dukungan dan pendamping dari keluarga dan
orang-orang terdekatnya sendiri.
16. Tugas Tenaga Kesehatan dalam Kasus Tindak Perkosaan
a) Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati
b) Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya,
misalnya mengobati cidera, pemebriat kontrasepsi darurat
c) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya
terjadi
16 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
d) Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e) Memberikan konseling damalm membuat keputusan
f) Membantu memberitahukan pada keluarga
17. Upaya Promotif
a) Meningkatkan keterampilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan
tindak perkosaan untuk mengatasi masalahk kesehatan dan dalam
memberi dukungan bila ingin melapor ke polisi
b) Pengusaan seni atau keterampilan bela driri bagi para wanita
c) Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja
d) Sosialisasi hokum yang terkait
18. Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindakan
perkosaan
a) Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan
b) Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan
c) Pasal 506 KUHP tentang mucikari
d) Undang-undang perlindungan anak (UUPA) no 23 tahun 2003
e) Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tngga (KDRT)
17 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya
paksaan baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata
karena ada kesempatan, namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang
dikenakan korban menimbulkan hasrat pada sipelaku untuk melakukan tindakan
pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan karena rendahnya rasa
nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki
pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan
yang menjadi korban perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik,
akan tetapi dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis,
kekerasan ekonomi, dan juga kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah
semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang
lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan
psikologis
2. Saran
Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh
kita semua karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat
merusak citra dan moral bangsa.
Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam
menaggulangi tindak pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan
sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai
dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing
serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
18 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
DAFTAR PUSTAKA

More Related Content

Viewers also liked

Duong thang ss voi mp
Duong thang ss voi mpDuong thang ss voi mp
Duong thang ss voi mp
Hoa Phượng
 
Bai 6 cau lenh dieu kien
Bai 6 cau lenh dieu kienBai 6 cau lenh dieu kien
Bai 6 cau lenh dieu kien
Hoa Phượng
 
dịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻ
dịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻdịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻ
dịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻ
claude540
 
Tiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuong
Tiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuongTiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuong
Tiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuong
Hoa Phượng
 

Viewers also liked (13)

Duong thang ss voi mp
Duong thang ss voi mpDuong thang ss voi mp
Duong thang ss voi mp
 
Bai 6 cau lenh dieu kien
Bai 6 cau lenh dieu kienBai 6 cau lenh dieu kien
Bai 6 cau lenh dieu kien
 
Energy Storage Management in Grid Connected Solar Photovoltaic System
Energy Storage Management in Grid Connected Solar Photovoltaic SystemEnergy Storage Management in Grid Connected Solar Photovoltaic System
Energy Storage Management in Grid Connected Solar Photovoltaic System
 
Know how facebook can influence your business growth
Know how facebook can influence your business growthKnow how facebook can influence your business growth
Know how facebook can influence your business growth
 
Презентация Re therm
Презентация Re thermПрезентация Re therm
Презентация Re therm
 
Sound light
Sound lightSound light
Sound light
 
Digging Deep: Discover and Excavate Your Data Artifacts
Digging Deep: Discover and Excavate Your Data ArtifactsDigging Deep: Discover and Excavate Your Data Artifacts
Digging Deep: Discover and Excavate Your Data Artifacts
 
Experimental Studies on Performance and Emission Characteristics of Fish Oil ...
Experimental Studies on Performance and Emission Characteristics of Fish Oil ...Experimental Studies on Performance and Emission Characteristics of Fish Oil ...
Experimental Studies on Performance and Emission Characteristics of Fish Oil ...
 
Ziua Europei în Moldova 2015
Ziua Europei în Moldova 2015Ziua Europei în Moldova 2015
Ziua Europei în Moldova 2015
 
dịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻ
dịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻdịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻ
dịch vụ làm phim quảng cáo giá rẻ
 
Geld verdienen in 10 minuten per dag, minimale inspanning, maximaal rendement!
Geld verdienen in 10 minuten per dag, minimale inspanning, maximaal rendement!Geld verdienen in 10 minuten per dag, minimale inspanning, maximaal rendement!
Geld verdienen in 10 minuten per dag, minimale inspanning, maximaal rendement!
 
Case Solution for MTR Corporation Limited: Measuring Investor Expectations
Case Solution for MTR Corporation Limited: Measuring Investor ExpectationsCase Solution for MTR Corporation Limited: Measuring Investor Expectations
Case Solution for MTR Corporation Limited: Measuring Investor Expectations
 
Tiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuong
Tiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuongTiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuong
Tiet48 cac truong hop dong dang cua tam giac vuong
 

Similar to Kespro (perkosaan)

Kekerasan dalam pacaran.doc
Kekerasan dalam pacaran.docKekerasan dalam pacaran.doc
Kekerasan dalam pacaran.doc
opunkz28
 
Makalah diskriminasi terhadap anak usia dini ini
Makalah diskriminasi terhadap anak usia dini iniMakalah diskriminasi terhadap anak usia dini ini
Makalah diskriminasi terhadap anak usia dini ini
Arvin Saptyan
 
Bedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptx
Bedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptxBedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptx
Bedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptx
MuhammadGymnastiar3
 

Similar to Kespro (perkosaan) (20)

Kespro
KesproKespro
Kespro
 
Kekerasan remaja
Kekerasan remajaKekerasan remaja
Kekerasan remaja
 
Kekerasan dalam pacaran.doc
Kekerasan dalam pacaran.docKekerasan dalam pacaran.doc
Kekerasan dalam pacaran.doc
 
Kejahatan sosial
Kejahatan sosialKejahatan sosial
Kejahatan sosial
 
RUU TPKS
RUU TPKSRUU TPKS
RUU TPKS
 
Viktimologi
ViktimologiViktimologi
Viktimologi
 
Bab1
Bab1Bab1
Bab1
 
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 1
 
Makalah TENTANG HAM
Makalah TENTANG HAMMakalah TENTANG HAM
Makalah TENTANG HAM
 
Makalah diskriminasi terhadap anak usia dini ini
Makalah diskriminasi terhadap anak usia dini iniMakalah diskriminasi terhadap anak usia dini ini
Makalah diskriminasi terhadap anak usia dini ini
 
Bedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptx
Bedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptxBedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptx
Bedah Kasus Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.pptx
 
Advokasi Kebijakan
Advokasi KebijakanAdvokasi Kebijakan
Advokasi Kebijakan
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022
 
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
 
Pemberdayaan_Perempuan.pptx
Pemberdayaan_Perempuan.pptxPemberdayaan_Perempuan.pptx
Pemberdayaan_Perempuan.pptx
 
Makalah kdrt
Makalah kdrtMakalah kdrt
Makalah kdrt
 
manual-book-sudah-dong.pdf
manual-book-sudah-dong.pdfmanual-book-sudah-dong.pdf
manual-book-sudah-dong.pdf
 
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdfCapacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
Kekerasan Dalam Pacaran
Kekerasan Dalam PacaranKekerasan Dalam Pacaran
Kekerasan Dalam Pacaran
 

More from Febrian Dini

ASUHAN BAYI USIA 2-6 HARI
ASUHAN BAYI USIA 2-6 HARIASUHAN BAYI USIA 2-6 HARI
ASUHAN BAYI USIA 2-6 HARI
Febrian Dini
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
Febrian Dini
 
Asuhan bayi usia 2 6
Asuhan bayi usia 2 6Asuhan bayi usia 2 6
Asuhan bayi usia 2 6
Febrian Dini
 
Deteksi dini pada infeksi masa nifas
Deteksi dini pada infeksi masa nifasDeteksi dini pada infeksi masa nifas
Deteksi dini pada infeksi masa nifas
Febrian Dini
 
kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)
Febrian Dini
 
Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)
Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)
Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)
Febrian Dini
 
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Febrian Dini
 

More from Febrian Dini (7)

ASUHAN BAYI USIA 2-6 HARI
ASUHAN BAYI USIA 2-6 HARIASUHAN BAYI USIA 2-6 HARI
ASUHAN BAYI USIA 2-6 HARI
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
 
Asuhan bayi usia 2 6
Asuhan bayi usia 2 6Asuhan bayi usia 2 6
Asuhan bayi usia 2 6
 
Deteksi dini pada infeksi masa nifas
Deteksi dini pada infeksi masa nifasDeteksi dini pada infeksi masa nifas
Deteksi dini pada infeksi masa nifas
 
kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)kesehatan reproduksi (perkosaan)
kesehatan reproduksi (perkosaan)
 
Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)
Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)
Asuhan Kebidanan Nifas (Deteksi Dini Pada Masa Nifas)
 
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
 

Kespro (perkosaan)

  • 1. 3 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. bahwa penulis telah menyelesaikan tugas yang berjudul “Pemerkosaan” dalam bentuk makalah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan- kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan penulisan ini. Padang, 17 November 2014 Kelompok 2
  • 2. 4 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang.................................................................................1 2. Rumusan Masalah............................................................................2 3. Tujuan Penulisan..............................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Perkosaan.......................................................................3 2. Motivasi Perkosaan..........................................................................4 3. Macam-macam Bentuk Perkosaan...................................................4 4. Perempuan yang Rentan Terhadap Perkosaan.................................5 5. Faktor-faktor Terjadinya Perkosaan.................................................6 6. Dampak yang Terjadi.......................................................................6 7. Pencegahan Perkosaan.....................................................................7 8. Cara Menghindari Perkosaan...........................................................8 9. Cara Membantu Anak-Anak Terhindar dari Bahaya Perkosaan......8 10. Tindakan Perempuan pada Saat Tindak Perkosaan.........................8 11. Cara Bela Diri untuk Melemahkan Lawan.......................................9 12. Sikap Terhadap Korban Perkosaan..................................................9 13. Resiko Kesehatan pada Korban Perkosaan......................................9 14. Tindakan pada Saat Serangan Seksual...........................................10 15. Upaya Penanggulangan Masalah...................................................10 16. Tugas Tenaga Kesehatan dalam Kasus Tindak Perkosaan............11 17. Upaya Promotif..............................................................................12 18. Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindakan perkosaan........................................................................................12 BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN....................................................................................13 2. SARAN................................................................................................13 . DAFTAR PUSTAKA
  • 3. 5 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak menghadapi masalah kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara individual. Masyarakat mulai merasa resah dengan adanya berbagai kerusuhan yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Kondisi seperti ini membuat perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk menjadi korban kekerasan. Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga kekerasan seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Hayati (2000) yang mengatakan bahwa kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis terhadap orang yang menjadi sasarannya. Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia , menunjukkan bahwa pelaku tidak hanya menyangkut pelanggaran hukum namun terkait pula dengan akibat yang akan dialami oleh korban dan timbulnya rasa takut masyarakat secara luas. Akibat dari ini di Indonesia secara normatif tidak mendapatkan perhatian selayaknya, hal ini disebabkan oleh karena hukum pidana (KUHP) masih menempatkan kasus perkosaan ini sama dengan kejahatan konvensional lainnya, yaitu berakhir sampai dengan dihukumnya pelaku. Kondisi ini terjadi oleh karena KUHP masih mewarisi nilai-nilai pembalasan dalam KUHP. Dari sudut pandang ini maka menghukum pelaku menjadi tujuan utama dalam proses peradilan pidana, oleh karena itu semua komponen dalam proses peradilan pidana mengarahkan perhatian dan segala kemampuannya untuk menghukum si pelaku dengan harapan bahwa dengan dihukumnya pelaku dapat mencegah terulangnya tindak pidana tersebut dan mencegah pelaku lain untuk tidak melakukan perbuatan yang sama ini dan masyarakat merasa tentram karena dilindungi oleh hukum, seperti yang ada dalam KUHP pada pasal 285 yaitu
  • 4. 6 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i “Barang siapa yang dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun” Adapun yang dimaksud dengan tindakan perkosaan adalah tindakan yang melanggar hukum. Tindakan perkosaan tersebut telah merugikan orang lain yaitu orang yang telah diperkosa tersebut. Seperti yang sudah ada dalam KUHP Ancaman hukuman dalam pasal 285 ini ialah pria yang memaksa wanita, dimana wanita tersebut bukan istrinya dan pria tersebut telah bersetubuh dengan dia dengan ancaman atau perkosaan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas apa yang dimaksud dengan tindak pidana perkosaan. Maka masyarakat harus bisa berhati-hati dan lebih waspada terhadap tindak pidana perkosaan dan kasus pemerkosaan menjadi masalah yang harus segera dibenahi di Indonesia agar tidak merusak citra dan moral bangsa Indonesia. 2. Rumusan Masalah Apa itu perkosaan ? Bagaimana dampak perkosaan terhadap sosial ? Bagaimana dampak perkosaan terhadap psikologis? Bagaiamana cara penyembuhannya? 3. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui apa itu perkosaan. Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap sosial. Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap psikologis. Untuk mengetahui cara penyembuhannya.
  • 5. 7 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Perkosaan Pemerkosaan adalah penetrasi alat kelamin wanita oleh penis dengan paksaan, baik oleh satu maupun oleh beberapa orang pria atau dengan ancaman. Perkosaan yang dilakukan dengan kekerasan dan sepenuhnya tidak dikehendaki secara sadar oleh korban jarang terjadi. Perkosaan adalah bentuk hubungan seksual yang dilangsungkan bukan berdasarkan kehendak bersama. Karena bukan berdasarkan kehendak bersama, hubungan seksual didahului oleh ancaman dan kekerasan fisik atau dilakukan terhadap korban yang tidak berdaya, dibawah umur atau yang mengalami keterbelakangan mental. Perkosaan adalah tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain kedalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya. Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang perempuan disiksa dipukuli sampai pingsan atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya melarikan setiap diri atau korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun perempuan tidak melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan tersebut bukan pilihan/keinginan perempuan berarti termasuk tindak perkosaan, bukan kesalahan wanita. Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istri termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah. Seorang Perempuan mempunyai pilihan untuk menolak atau menyetujui pendekatan seksual dalam setiap hubungan seksual. Saat
  • 6. 8 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i perempuan menolak, pria mempunyai pilihan untuk menghormati kehendak perempuan tersebut dan menerima keputusannya atau berupaya agar perempuan mengubah keputusannya dengan bujukan/rayuan bahkan dengan paksaan. Walaupun wanita mengenal pria tersebut dan mengiyakan, akan tetapi bila karena tidak ada jalan lain untuk menolaknya, maka hal hal itu termasuk perkosaan. 2. Motivasi Perkosaan a) Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai korban dengan cara mengancam (dengan senjata, secara fisik menyakiti perempuan, verbal dengan menggertak) dan dengan penetrasi sebagai symbol kemenangan. b) Memperkokoh kekuasaan. Hal ini bertujuan untuk meneror dan menaklukkan korban karena dengan cara lain korban belum dianggap tunduk pada pelaku. Padahal kejadian yang sesungguhnya karena adanya perasaan lemah, tidak mampu, tidak berdaya dari pelaku. Misalnya kasus seorang wanita yang menolak cinta seorang pemuda, kemudian pemuda tersebut memperkosanya agar mau dijadikan istri. c) Sebagai cara untuk meluapkan rasa marah, penghianatan, balas dendam, menghancurkan lawan baik masalah individu maupun masalah kelompok tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun kepuasaan seksual tidak penting. d) Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat penderitaan bagi orang lain. 3. Macam-macam Bentuk Perkosaan a) Perkosaan oleh orang yang kita kenal  Perkosaan oleh suami/bekas suami
  • 7. 9 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i Merasa bahwa istri sudah menjadi hak milik suami sehingga ia merasa sekehendak hatinya memperlakukan istri.  Perkosaan oleh pacar/dating rape Merasa sudah mencukupi kebutuhan wanita sehingga laki-laki punya hak atas wanita tersebut atau merasa sudah melamar wanita tadi sehingga merasa sudah menjadi miliknya.  Perkosaan oleh teman kerja/atasan  Pelecehan seksual pada anak b) Pelecehan oleh orang yang tidak dikenal  Perkosaan oleh sekelompok pelaku (diperkosa lebih dari 1 orang)  Perkosaan dipenjara (diperkosa oleh polisi/sipir/penjaga penjara)  Perkosaan saat perang (tentara/gerilyawan sering menggunakan perkosaan untuk menakut-nakuti wanita) 4. Perempuan yang Rentan Terhadap Perkosaan a) Kekurangan pada fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan yang berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli, buta atau keterlambatan mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan. b) Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah/tempat tinggal, anak jalanan/gelandangan, didaerah peperangan.
  • 8. 10 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i c) Korban tindak kekerasan suami/pacar. 5. Faktor-faktor Terjadinya Perkosaan Siapapun dapat menjadi korban perkosaan mulai dari anak-anak dibawah umur, gadis remaja, perempuan yang telah menikah, perempuan yang hidup di desa, yang hidup di kota, bahkan nenek-nenekpun yang menjadi korban. Data selama ini menunjukkan pemerkosaan lebih sering dilakukan oleh seseorang yang telah mengenal korban kecuali dalam situasi peperangan atau konflik bersenjata dimana pemerkosaan dijadikan sebagai senjata perang oleh pihak-pihak yang saling berseteru dan pelaku pemerkosaan adalah pasukan perang yang memerkosa secara masal perempuan dari sekelompok musuhnya yang jelas tidak mereka kenali. Salah satu motif dibalik kekerasan seksual adalah perwujudan dan manifestasi dari ungkapan “power over” atau menguasai dari seorang lelaki terhadap perempuan yang dijadikan targetnya. 6. Dampak yang Terjadi a) Dampak perkosaan bagi korban perkosaan biasanya pada wanita dan keluarganya dimana peristiwa diperkosa merupakan tragedy yang sangat menyakitkan dan sulit dilupakan sepanjang hidup mereka. Bahkan sering kali menyebabkan trauma yang berkepanjangan. Peristiwa ini melahirkan rasa malu dan aib selama hidup yang akhirnya menimbulkan rasa rendah diri, terutama pada saat harus menjalani kehidupan sosial mereka selanjutnya. b) Biasanya perkosaan pada perempuan juga melibatkan kekerasan fisik, sehingga mungkin saat terjadi luka dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh, seperti di daerah genital. c) Perkosaan mengalami gangguan emosi dan psikologis.
  • 9. 11 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i Beberapa juga dapat mengalami trauma, meskipun diawal mereka mencoba untuk mengelak bahwa mereka telah diperkosa dan mencoba melanjutkan hidup seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Setelah perkosaan umumnya yang timbul adalah kemarahan, ketakutan, perasaan tidak aman, depresi, insomnia (susah tidur), sering mimpi buruk, menghindari kontak seksual dan sebagainya. Hal-hal ini dapat terus terjadi hingga beberapa bulan lamanya atau bertahun-tahun lamanya atau bertahun-tahun setelah perkosaan terjadi, bahkan ada yang menderita seumur hidupnya. Kejadian tertentu dapat memicu untuk mengingat kembali kasus perkosaan yang dahulu terjadi. 7. Pencegahan Perkosaan a) Berpakaian santun, berprilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria b) Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan banyak teman, tidak berduaan c) Di tempat kerja bersama teman/berkelompok, tidak berduaan dengan sesama pegawai atau atasan d) Tidak menerima tamu laki-laki kerumah, bila dirumah seorang diri e) Berjalan-jalan bersama banyak teman, terlebih diwaktu malam hari f) Bila merasa diikuti orang ambil jalan kearah yang berlainan g) Berteriak sekencang mungkin bila diserang h) Jangan ragu mencegah dengan mengatakan “tidak” walaupun atasan yang punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat dicintai. i) Ketika berpergian hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut merayu tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa rishi, tidak nyaman, dan cepatlah meninggalkannya j) Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan sesuatu tindakan yang mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, diajak ke tempat sepi
  • 10. 12 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i k) Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti : hipnotis, obat- obatan dalam minuman,, permen, snack atau hidangan makanan l) Saat di temapt baru jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi, hansip atau instasi m) Menjaga jarak/space interpersonal dengan lawan jenis 8. Cara menghindari perkosaan dari orang yang dikenal dengan belajar percaya pada perasaan/insting, meningkatkan kewaspadaan bila : a) Mempunyai perasaan tidak enak bahwa ada sesuatu yang tidak wajar b) Merasa takut/khawartir atau ingin segera meninggalkannya c) Merasa tidak nyaman dengan kata-kata yang diucapkan oleh orang itu d) Merasa rishi kontak fisik dengan orang tersebut e) Lebih baik menyakiti hati laki-laki daripada menjadi korban perkosaan 9. Cara membantu anak-anak terhindar dari bahaya perkosaan a) Mengajari bila seseorang akan menyentuhnya yang mengarah seksual b) Tidak mencampur anak gadis dan anak laki-laki c) Memastikan anak-anak tahu bagaimana cara mencari bantuan d) Mempercayai bila anak mengatakan takut dengan seseorang atau yang lebih dewasa 10. Tindakan Perempuan pada Saat Tindak Perkosaan a) Perempuan harus mempunyai keberanian, ketegasan untuk berkata, dan keyakinan dalam mengadakan perlawanan b) Berteriak sekencang mungkin agar orang lain mengetahui kejadian dan bisa memberi bantuan dan menjadi saksi bila mengadukan masalah pada polisi c) Berusaha melawan pelaku dengan bela diri semampunya d) Berdoa
  • 11. 13 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i 11. Cara Bela Diri Untuk Melemahkan Lawan a) Bila pelaku dari arah belakang. Gunakan siku anda dan sodokkan ke perutnya b) Colokkan jari-jari anda ke dalam matanya c) Kepalkan tangan untuk memukul kepalanya d) Hidungnya dipukul sekeras mungkin e) Gigit telinganya sekeras mungkin f) Tendang kuat-kuat tungkai kaki bagian depan g) Gunakan lutut bila pelaku dari arah depan 12. Sikap Terhadap Korban Perkosaan a) Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan kesalahannya b) Menumbuhkan gairah hidup c) Menghargai kemauannya untuk menjaga privasi dan kemanannya d) Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi 13. Resiko Kesehatan pada Korban Perkosaan a) Kehamilan. Dapat dicegah dengan minum kontrasepsi darurat pada 24 jam pertama b) Terjangkit infeksi menular seksual c) Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman jiwa d) Hubungan seksual denag suami mengalami gangguan, memerlukan waktu terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah ternoda e) Gejala psikologis ringan hingga gangguan psikologis berat. Pada waktu singkat perempuan korban perkosaan menyalahkan diri sendiri sebab merasa dirinya yang menyebabkan perkosaan terjadi, terlebih pandangan budaya biasanya selalu menyalahkan wanita. Selain itu juga
  • 12. 14 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i terjadi insomnia/gangguan tidur, anoreksia/tidak nafsu makan, kecemasan mendalam, perasaan malu untuk bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut dapat berkembang bila penanganan tidak adekuat seiring dengan makin bertambah waktu yaitu perasaan tidak punya daya upaya, marah yang membara merasa diri tidak dihargai, timbul gejala psikosomatis seperti : mual, muntah, sakit kepala badan sakit. Selain itu dapat timbul ketakutan yang luar biasa/fobia, mengurung diri. Gejala psikologi ini tiap perempuan berbeda, tergantung dari tpe kebribadian terbuka atau tertutup, dukungan dari keluarga dan lingkungan, persepsi diri dengan apa yang dialami pengalaman dalam mengahadapi stress. 14. Tindakan pada Saat Serangan Seksual a) Hindari menangis dan minta belas kasihan b) Hindari kepanikan,tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah c) Berjuang untuk pembelaab diri seperti : menendang,, teriak menawar, melakukan strategi perlawanan d) Amati ciri khusus pelaku 15. Upaya Penanggulangan Masalah  Segera memeriksakan diri secara medis, apakah terjadi luka secara fisik. Hal ini sangat penting dilakukan agar dokter dapat mengumpulkan bukti-bukti fisik perkosaan yang sangat diperlukan jika korban tadi akan melakukan tuntutan. Meskipun setelah perkosaan korban merasa fisiknya baik- baik saja, tetapi pemeriksaan laboratorium sebaiknya tetap
  • 13. 15 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i dilakukan mengingat adanya kemungkinan kehamilan, terkena infeksi menular seksual atau bahkan HIV. Pemeriksaan setelah perkosaan harus dilakukan sesegera mungkin karena bukti sperma yang dapat memberatkan pelaku akan hilang setelah delapan jam. Selain itu sebaiknya sebelum pemeriksaan korban tidak mandi terlebih dahulu karena dapat menghilangkan bukti-bukti fisik. Memang sulit jika seorang perempuan yang menjadi korban harus menjalani hal-hal semacam itu. Pemeriksaan juga akan mencari bukti fisik pemerkosaan yang tertinggal ditubuh atau pakaian korban, seperti darah atau rambut pelaku.  Selain menangani keadaan fisik korban perkosaan, hal-hal yang berkaitan dengan keadaan psikologi korban juga sangat penting untuk diperhatikan. Hal yang paling mereka butuhkan tentunya adalah dukungan dari orang-orang terdekatnya dalam menjalani segala pemeriksaan yang telah disebutkan diatas. Mengingat kondisi psikologi juga penting, beberapa rumah sakit bahkan menambahkan tenaga-tenaga pekerja social untuk mendampingi korban saat itu adalah dukungan dan pendamping dari keluarga dan orang-orang terdekatnya sendiri. 16. Tugas Tenaga Kesehatan dalam Kasus Tindak Perkosaan a) Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati b) Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya mengobati cidera, pemebriat kontrasepsi darurat c) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi
  • 14. 16 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i d) Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis e) Memberikan konseling damalm membuat keputusan f) Membantu memberitahukan pada keluarga 17. Upaya Promotif a) Meningkatkan keterampilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan tindak perkosaan untuk mengatasi masalahk kesehatan dan dalam memberi dukungan bila ingin melapor ke polisi b) Pengusaan seni atau keterampilan bela driri bagi para wanita c) Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja d) Sosialisasi hokum yang terkait 18. Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindakan perkosaan a) Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan b) Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan c) Pasal 506 KUHP tentang mucikari d) Undang-undang perlindungan anak (UUPA) no 23 tahun 2003 e) Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tngga (KDRT)
  • 15. 17 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan, namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat pada sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut. Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis 2. Saran Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh kita semua karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat merusak citra dan moral bangsa. Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam menaggulangi tindak pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
  • 16. 18 | K e s e h a t a n R e p r o d u k s i DAFTAR PUSTAKA