SlideShare a Scribd company logo
1 of 85
Hal. 1

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

BAB 1
SENYAWA HIDROKARBON
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang mengandung unsur karbon dan
hidrogen. Senyawa ini merupakan dasar untuk mempelajari minyak dan gas
bumi. Senyawa hidrokarbon juga sering dikenal sebagai senyawa organik. Istilah
ini dikenal karena pada mulanya senyawa hidrokarbon diketahui sebagai
pendorong kehidupan manusia, binatang dan tanaman. Dewasa ini banyak
senyawa-senyawa hidrokarbon yang dapat diperoleh dari fraksi minyak dan gas
bumi, dan selanjutnya dikenal dengan istilah petrokimia.
1.1. Struktur atom dan molekul
Atom karbon mempunyai 6 neutron dan 6 proton di dalam inti atomnya dan 6
elektron yang mengorbit di luar inti atom. Jumlah atom ditunjukkan oleh
banyaknya proton dalam inti atom atau banyaknya elektron diluar inti atom.
Sedangkan jumlah masa ditunjukkan oleh banyaknya proton dan neutron dalam
inti atom. Dua elektron berada pada orbit pertama dan empat elektron lainnya
berada pada orbit kedua. Empat elektron yang berada pada orbit kedua disebut
elektron-elektron valensi. Karbon mempunyai empat valensi karena ia
memerlukan empat elektron lagi untuk mengisi orbit paling luar.
Hidrogen juga dapat digunakan sebagai contoh lain untuk melengkapi uraian ini.
Hidrogen hanya mempunyai satu proton di luar inti atomnya yang dapat
dinyatakan sebagai valensinya. Ia memerlukan satu elektron lagi di dalam
orbitnya untuk menstabilkannya.
Berdasarkan pada struktur atom-atom karbon dalam molekul, senyawa-senyawa
hidrokarbon dikelompokkan sebagaimana terlihat dalam gambar (1-1).
a. Senyawa alifatik
Senyawa-senyawa hidrokarbon yang rantai C-nya terbuka atau bercabang
disebut sebagai senyawa alifatik.
Hal. 2

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

a.1. Senyawa alifatik jenuh
Senyawa alifatik yang rantai C-nya hanya terdiri dari ikatan-ikatan tunggal
saja disebut sebagai senyawa alifatk jenuh.
a.2. Senyawa alifatik tak jenuh
Senyawa alifatik yang rantai C-nya disamping terdiri dari ikatan-ikatan
tunggal juga ikatan rangkap dua dan / atau rangkap tiga disebut sebagai
senyawa alifatik tak jenuh. Pengertian tak jenuh menunjukkan bahwa
dalam atom C masih memungkinkan untuk mengikat atom H atau yang
lain.
HIDROKARBON

ALIFATIK
Jenuh

SIKLIK

Tak Jenuh

Karbosiklik

Alisiklik

Heterosiklik

Aromatik

Gb. (1-1): Pengelompokan senyawa hidrokarbon
b. Senyawa siklik
Senyawa-senyawa hidrokarbon yang rantai C-nya melingkar dan lingkarannya
itu mungkin juga bercabang desebut sebagai senyawa siklik. Senyawa siklik
masih dapat dikelompokkan seperti berikut:
b.1. Senyawa karbosiklik
Senyawa siklik yang rantai lingkarannya hanya terdiri dari hidrokarbon
saja disebut sebagai senyawa karbosiklik. Senyawa karbosiklik masih
terbagi menjadi dua, yaitu:
* Senyawa alisiklik
Hal. 3

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Senyawa karbosiklik yang dapat dianggap sebagai senyawa alifatik
dengan rantai C yang melingkar dan ikatan-ikatannya tunggal disebut
sebagai senyawa alisiklik.
* Senyawa aromatik
Senyawa karbosiklik yang rantai lingkarannya hanya terdiri dari enam
atom C dan tiga ikatannya berupa ikatan rangkap dua disebut sebagai
senyawa aromatik.
b.2. Senyawa heterosiklik
Senyawa-senyawa siklik yang lingkarannya berisi juga atom-atom
non-karbon (misalnya N, S atau O).
1.2. Senyawa-senyawa alifatik
Jumlah senyawa-senyawa hidrokarbon alifatik sangat besar, hal ini disebabkan
oleh sifat unsur C yang dapat membentuk bermacam-macam rantai karbon.
Adapun batas panjang rantai C itu tidak diketahui. Dengan jalan sintesis, telah
dapat dibuat suatu senyawa hidrokarbon yang berisi 70 atom C dan besar
kemungkinannya bahwa senyawa-senyawa yang mengandung lebih banyak
atom-atom C masih kekal juga keadaannya.
Berdasarkan perbandingan banyak atom-atom C dan H yang terdapat dalam satu
molekul, maka senyawa-senyawa hidrokarbon terbagi atas dua golongan:
a. Hidrokarbon Jenuh
Yaitu hidrokarbon yang tak dapat mengikat atom-atom H lagi. Jadi batas
kejenuhan dengan atom-atom H telah tercapai.
b. Hidrokarbon tak Jenuh
Yaitu hidrokarbon yang masih dapat mengikat atom-atom H. Hidrokarbon tak
jenuh ini masih pula terbagi atas ikatan rangkapnya.
Hal. 4

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

1.2.1. Alkana/Parafin (CnH2n+2)
Senyawa hidrokarbon jenuh atau alkana dinamakan juga parafin (dari parum
affinis), karena sukar bereaksi dengan senyawa-senyawa lainnya. Kadang-kadang
disebut juga hidrokarbon batas, karena batas kejenuhan dengan atom-atom H telah
tercapai.
Suku pertama dari deretan senyawa ini adalah metana CH 4 (gas rawa atau gas
tambang). Dalam molekul metana ini sebuah atom C langsung terikat pada empat
buah atom H yang seharga. Metana CH4 dapat menurunkan senyawa-senyawa
alifatik lainnya. Jika sebuah atom H dari CH4 diganti dengan atom C maka
terbentuklah suku kedua dari alkana, yaitu etana. Berdasarkan tetravalensi dari
atom C maka atom C yang kedua ini harus mengikat 3 buah atom H, sehingga
rumus molekul etana C2H6. Demikian dari C2H6 ini dapat pula dibentuk senyawa
baru lagi yang mengandung 3 buah atom C dan seterusnya.
Berdasarkan tetravalensi atom C, rumus umum senyawa hidrokarbon jenuh ini
dapat ditentukan. Setiap atom C dapat mengeluarkan 4 ikatan, untuk n atom C
dapat mengeluarkan 4n ikatan. Untuk membentuk rantai C, masing-masing atom
C yang saling mengikat atom C lainnya membutuhkan 2 ikatan, kecuali 2 buah
atom C yang ada di paling ujung kiri dan kanan masing-masing membutuhkan
satu ikatan. Dengan demikian jumlah ikatan yang diperlukan untuk pembentukan
rantai C sebanyak n atom C adalah 2n-2. Jumlah ikatan sisa yang masih dapat
diisi dengan atom-atom H adalah 4n - (2n-2) atau 2n+2. Oleh karena itu rumus
umum hidrokarbon senyawa jenuh ini adalah CnH2n+2.
Jika dari rumus umum tersebut untuk n berturut-turut diisi 1, 2, 3, 4, dan
seterusnya, maka terdapatlah deretan senyawa-senyawa seperti tertulis dibawah
ini. Adapun namanya berasal dari kata bilangan Yunani atau Latin dengan
membubuhi akhiran -ana, kecuali 4 suku yang pertama yang mempunyai nama
khusus.
Hal. 5

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

n

Rumus

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9

CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20

metana
etana
propana
Butane
Pentane
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana

10

C10H22

Dekana

Sebagaimana terlihat dari rumus tersebut, untuk 2 buah suku yang berdekatan
(misalnya suku 2 dan 3, 3 dan 4, 6 dan 7) selalu berselisih sebuah gugusan CH 2.
Senyawa-senyawa yang sifat-sifatnya (kimia) sama dan yang susunannya
berselisih CH2 dinamakan deret sepancaran (homologous compounds).
Radikal Alkil
Jika dari alkana tersebut sebuah atom H dianggap hilang, maka tinggalah suatu
gugusan atom atau radikal yang sesungguhnya tidak dapat berdiri sendiri.
Radikal-radikal itu selanjutnya penting artinya dan pula namanya berakhiran -il.
n

Rumus rdikal

Nama

1
2
3
4
5
6

CH3C2H5C3H7C4H9C5H11C6H13-

Metal
Etil
Propel
Butyl
Pentil
Heksil

Atau pada umumnya disebut radikal alkil dan rumus umumnya ialah C nH2n+1 yang
dapat disingkat R (radikal alkil).
Isomer
Hal. 6

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Senyawa bercabang (isomer) mempunyai rumus molekul yang sama tetapi rumus
bangunnya berbeda dengan senyawa lurus (normal). Oleh karena itu, untuk
menghindari kesalahfahaman, maka dalam hal tertentu harus dinyatakan rumus
bangunnya, dan bahkan jika prlu dituliskan secara lengkap ikatan dari setiap
unsur-unsurnya.

Contoh:

Konferensi Geneva
Pada konferensi Geneva pada tahun 1892 ditetapkan beberapa peraturan atau
kesepakatan untuk pemberian nama senyawa-senyawa hidrokarbon. Tata nama
yang berdasarkan peraturan-peraturan itu disebut Nomenklatur Geneva atau
Nomenklatur Rasional.
Bagi alkana berlaku peraturan-peraturan sebagai berikut:
(1). Akhiran -ana ditetapkan untuk hidrokarbon jenuh.
(2). Empat suku pertama hidrokarbon normal jenuh diberi nama metana, etana,
propana dan butana, sedangkan nama hidrokarbon selanjutnya dibentuk dari
kata bilangan Latin atau Yunani.
(3). Hidrokarbon bercabang dipandang sebagai turunan hidrokarbon normal,
nama untuk hidrokarbon itu dibentuk dari mana hidrokarbon yang rantainya
terpanjang yang dapat ditarik dari rumusnya dengan dibubuhi nama rantai
cabangnya sebagai awalan. Sebagai contoh , isobutana dapat dipandang
Hal. 7

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

sebagai turunan dari propana jika sebuah atom H dari atom C yang kedua
diganti

dengan

gugus

metil,

sehingga

nama

rasionalnya

ialah

2-metil-propana.
Pemberian nomor gugus alkil pada isomer
Untuk menyatakan tempat rantai cabang, maka atom-atom C dari rantai utama
diberi nomor 1, 2, 3, 4 dan seterusnya. Pemberian nomor itu harus diatur
sedemikian rupa sihingga rantai-rantai simpangnya mendapat nomor yang paling
rendah.
Contoh:
2,2,3-trimetilbutana, bukan 2,3,3-trimetilbutana, karena 2,2,3 adalah lebih rendah
dari 2,3,3. Ternyata bahwa jumlah nama isomernya makin banyak jika jumlah
atom C-nya makin banyak.
Contoh:
Pentana C5H12 mempunyai 3 buah isomer, yaitu:

Heksana mempunyai 5 nama isomer, heptana mempunyai 9 nama isomer, oktana
mempunyai 18 nama isomer.
Pengelompokan atom C menurut keterikatannya dengan atom C lain
Atom C yang langsung terikat hanya pada 1 buah atom C lain disebut atom C
primer, jika langsung terikat pada 2 buah atom C lain disebut atom C sekunder,
jika terikat pada 3 buah atom C lain disebut atom C tersier dan jika terikat pada 4
buah atom C lain disebut atom C kuaterner.
Hal. 8

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Contoh:
2,2,3-trimetilpentana mempunyai 5 buah atom C primer, 1 buah atom C sekunder,
1 buah atom C tersier dam 1 buah atom C kuaterner.

Awalan iso dipakai juga pada gugus alkil. Yang kerap dipakai adalah gugus
isopropil dan iso butil, sedangkan iso amil (isopentil) dan isoheksil jarang
dijumpai.

Dalam hubungannya dengan radikal alkil perlu diketahui adanya 4 jenis gugus
butil dengan masing-masing namanya.

Sifat-sifat alkana
Sifat fisik:
(1). Empat suku yang pertama pada temperatur kamar berbentuk gas. Dari suku
ke-5 sampai dengan suku ke-16 pada temperatur kamar (20oC) berbentuk zat
cair, sedangkan suku-suku yang lebih tinggi adalah zat padat.
(2). Titik didih dan titik cairnya makin tinggi jika berat molekulnya makin besar.
Hal. 9

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

(3). Suku-suku yang berbentuk gas berbau, suku-suku yang mudah menguap
berbau bensin, sedang suku-suku tinggi tidak berbau.
(4). Semua alkana sukar larut dalam air.
Sifat kimia:
(1). Pada umumnya semua alkana sukar bereaksi dengan senyawa-senyawa
lainnya.
(2). Pada temperatur biasa chlor dan brom dapat menukar atom-atom hidrogen
dari alkana. Dengan metana umpanya, keempat atom H berturut-turut dapat
ditukar semuanya.
CH4
CH3Cl
CH2Cl2
CHCl3

+
+
+
+

Cl2
Cl2
Cl2
Cl2

→
→
→
→

CH3Cl
CH2Cl2
CHCl3
CCl4

+
+
+
+

HCl
HCl
HCl
HCl

Sebagaimana telah dikatakan penukaran tersebut dinamakan substitusi.
Substitusi

oleh

halogen

dapat

dipercepat,

jika

dipergunakan

katalisator-katalisator seperti sinar matahari atau sedikit yod. Adapun yod
tidak dapat mensubstitusi dengan langsung pada hidrokarbon jenuh.
(3). Asam sulfat berasap dapat mensulfonasi alkana-alkana suku tengah dan suku
tinggi, artinya dapat mengganti sebuah atom H dengan radikal sulfonat
(−SO3H).
(4). Asam nitrat tidak dapat bereaksi dengan alkana, kecuali senyawa-senyawa
yang berisi atom C tersier maka akan dioksidasi menjadi CO2 dan suatu asam
karbon yang jumlah atom-atom C-nya lebih sedikit.
1.2.2. Alkena/Olefin (CnH2n)
Sebagaimana terlihat dalam rumus umumnya, golongan senyawa ini berisi dua
buah atom H lebih sedikit dibandingkan dengan golongan alkana. Berhubung
dengan itu timbullah pertanyaan atom atau atom-atom C yang manakah yang
kehilangan 2 atom H itu.
Hal. 10

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Untuk menentukan rumus bangun alkena perlu diketahui beberapa sifat yang
terpenting dari golongan senyawa ini, yaitu:
(1). Dapat mudah mengadisi satu mol brom atau Chlor dan juga hidrogen.
(2). Mudah dioksidasi oleh larutan kalium permangganat alkalis, sehingga
terbentuk senyawa yang berisi dua gugusan OH dalam molekulnya.
Karena jumlah atom-atom H alkena kurang dua buah, jika dibandingkan dengan
alkana, maka sudah barang tentu ada 2 buah ikatan dari karbon yang tidak
mengikat atom-atom H, sehingga ada tiga kemungkinan bentuk rumus bangun:
(1). Dua ikatan yang tidak berisi atom-atom H itu berasal dari sebuah atom C.

(2). Dua ikatan yang tidak berisi atom-atom H itu berasal dari sebuah atom C
yang berdekatan letaknya.

(3). Dua ikatan yang tidak berisi atom-atom H itu berasal dari 2 buah atom C
yang tidak berdekatan letaknya.

Dari ketiga kemungkinan itu yang benar adalah (2), sebab:
Jika suku pertama dari alkena yaitu etena C2H4 direaksikan dengan larutan
KMnO4 alkalis, maka akan terbentuk glikol.
Hal. 11

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Nomenklatur
Nama suku-suku alkena sesuai dengan nama suku-suku alkana yang
bersangkutan, tetapi akhiran -ana diganti dengan -ena.
C2H4
C3H6
C4H8
C5H10
C6H12

etena
propena
butena
pentena
heksena

etilena
propilena
butilena
amilena
heksilena

Isomer mula-mula terdapat pada butena C4H8 yaitu:

Tempat ikatan rangkap dinyatakan dengan suatu angka yang ditulis dibelakang
namanya antara tanda kurung. Adapun angka itu menunjukkan nomor atom C dari
mana ikatan rangkap itu bermula.
Sifat-sifat alkena
Sifat fisik:
(1). Tiga suku yang pertama adalah gas, suku-suku berikutnya adalah zat cair
yang tidak dapat bercampur dengan air, dan suku-suku tinggi adalah padat.
(2). Dapat terbakar dengan nyala berjelaga (kadar C tinggi).
Sifat kimia:
(1). Mudah mengadisi H2 dengan Pt atau Ni halus sebagai katalisator

(2). Mudah mengadisi Cl2 dan Br2 tanpa memakai katalisator dan pula dapat
berlangsung pada temperatur biasa.
Hal. 12

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Berhubung dengan sifat ini, maka alkena dapat melunturkan aqua bromata.
Persenyawaan 1,2-dichloroetana tersebut juga disebut "Dutch oil", karena
yang mula-mula menemukan persenyawaan tersebut adalah 4 orang ahli
kimia Belanda pada tahun 1795.
(3). Jika alkena dialirkan ke dalam larutan KMnO4 alkalis, maka terbentuklah
alkohol bervalensi 2. Reaksi ini biasa disebut reaksi Bayer.
(4). Alkena dapat mengadisi halogen hidrida. Yang termudah ialah HJ kemudian
HBr sedang HCl sangat lambat dan juga suhunya harus tinggi.

Menurut peraturan Markovnikov halogen selalu terikat pada atom C yang
berisi atom-atom H yang tersedikit.

Jika kedua atom C yang tak jenuh itu berisi atom-atom H sama banyaknya,
maka berlakulah peraturan Saytzew-Wagner yang mengatakan bahwa atom
halogen selalu terikat pada atom C yang mengikat gugus alkil yang termudah.

Dengan cara yang sama dapat diadisi juga:
a. Asam sulfat pekat yang dingin

b. Asam hipochlorit (HOCl)
Hal. 13

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

(5). Alkena dapat berpolimerisasi yaitu beberapa molekul bergabung dan
membentuk molekul baru yang lebih besar. Molekul-molekul zat yang
bergabung disebut monomer dan hasil polimerisasinya dinamakan polimer.
Isobutena (2-metilpropena) dengan H2SO4 sebagai katalisator dapat
berpolimerisasi menjadi iso-oktena dan dengan jalan reduksi iso-oktena
tersebut dapat diubah menjadi iso-oktana (cara pembuatan iso-oktana).

Etilena cair pada temperatur dan tekanan tinggi dengan pengaruh katalisator
tertentu dapat berpolimerisasi menjadi poli-etilen yaitu suatu zat yang dalam
penghidupan sehari-hari biasa disebut "polythene", suatu jenis plastik yang
elastis dan tahan asam serta basa.

Demikian pula vinylchlorida dapat berpolimerisasi juga dan menghasilkan
sejenis plastik yang disebut polivinylchlorida atau disingkat PVC.

1.2.3. Alkuna/Diolefin (CnH2n-2)
Hal. 14

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Suku pertama dari golongan ini adalah etuna C2H2 (ethine atau acetylene) yang
rumus bangunnya.

Jadi dengan ikatan rangkap tiga (triple bond) antara 2 buah atom C yang
berdekatan.
Menurut nomenklatur maka golongan senyawa ini namanya berakhiran -una.
Peraturan-peraturan lainnya seperti pada alkena.

Sifat-sifat alkuna
(1). Gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Bau C2H2 yang timbul pada
pembuatan dari CaC2 itu disebabkan tercampur dengan PH3 karena CaC2-nya
mengandung sedikit Ca3P3 (calsium fosfida).
(2). Mudah terbakar dan biasanya dipakai untuk mengelas autogen.
(3). Mudah larut dalam aseton.
(4). Sebagai senyawa tak jenuh, maka dapat mengadisi H 2, Halogen dan
Hidrohalogenida.
bertingkat-tingkat.

Pada

umumnya

adisi

tersebut

berlangsung
Hal. 15

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

(5). Yang sangat penting artinya untuk berbagai sintesis ialah adisi H 2O pada
C2H2 yang dapat terjadi dengan pengaruh garam merkuri sebagai katalisator
(misal HgSO4). Pada adisi ini mula-mula terbentuk Vinilalkohol yang
seketika mengalami perubahan intramolekuler sehingga terbentuk etanal atau
acetaldehida.

Etanal yang terbentuk itu dapat direduksi menjadi etanol CH3-CH2OH
(alkohol karbida) atau dioksidasi menjadi asam asetat CH 3-COOH (asam
cuka karbida).
(6). C2H2 dapat berpolimerisasi. Jika dialirkan melalui sebatang pipa kaca yang
panas pijar misalnya, maka terbentuk benzena C2H2.
3 C2H2

→

C6H6

1.2.4. Alkanol (CnH2n+1OH)
Alkanol dapat dianggap terbentuk dari alkana (CnH2n+2) jika sebuah atom H diganti
dengan gugusan hidroksil, yanki menjadi CnH2n+1OH.
Nomenklatur
Hal. 16

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Nama suku-suku dari golongan alkanol sesuai dengan nama suku-suku alkana
yang bersangkutan dengan diberi akhiran -ol.
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12

→
→
→
→
→

CH3OH
C2H5OH
C3H7OH
C4H9OH
C5H11OH

metanol (metilalkohol)
etanol (etilalkohol)
propanol (propilalkohol)
butanol (butilalkohol)
pentanol (amilalkohol)

Sesuai dengan tempat OH terikat pada rantai karbon, maka alkohol terbagi atas
tiga golongan, yaitu:
(1). Alkohol primer, yaitu jika gugusan OH terikat pada atom C primer seperti
rumus bangun berikut.

(2). Alkohol sekunder, yaitu jika gugusan OH terikat pada atom C sekunder
seperti rumus bangun berikut.

(3). Alkohol tersier, yaitu jika gugusan OH terikat pada atom C tersier seperti
rumus bangun berikut.

Pada alkanol isomer dapat disebabkan oleh:
(1). Tempat gugusan OH terikat pada rantai utama.
(2). Rantai C bercabang atau tidak.
Contoh:
Hal. 17

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Sebagaimana contoh-contoh tersebut, maka pemberian nomor x (2-metilpropanolx) sesuai dengan nomor urut letak atom C pengikat gugusan OH yang dimulai dari
atom C yang paling ujung kiri atau kanan mana yang terdekat.
Alkanol-alkanol tersebut dapat disebut sebagai berikut:
(1)
(2)

a. propanol-1
b. propanol-2
a. butanol-1
b. butanol-2
c. 2-metilpropanol-1
d. 2-metilpropanol-2

=
=
=
=
=
=

Propilalkohol
Isopropilalkohol
butilalkohol primer
butilalkohol sekunder
Isobutilalkohol
butilalkohol tersier

Sifat-sifat alkanol
Sifat fisik:
(1). Metanol, etanol dan propanol dapat bercampur dengan air dalam semua
perbandingan.
(2). Titik didih dan titik cairnya makin tinggi jika berat molekulnya makin besar.
Sifat kimia:
(1). Oksidasi alkanol
Hal. 18

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Reaksi ini dapat dipakai untuk membedakan alkanol primer, sekunder dan
tersier;

karena

hasil-hasilnya

berlainan.

Alkanol

primer

mula-mula

menghasilkan alkanal dan pada oksidasi selanjutnya maka terbentuk suatu
asam karbon.

Alkanol sekunder menghasilkan alkanon

Adapun alkanon itu tidak dapat dioksidasi lagi tanpa peruraian menjadi
senyawa-senyawa yang jumlah atom C-nya berkurang. Alkanol tersier tidak
dapat dioksidasi tanpa terjadi peruraian.
(2). Jika alkanol yang kering (tidak mengandung air) direaksikan dengan logam
Na atau K terjadi persenyawaan baru yang disebut alkanolat.

Alkanolat tersebut hanya kekal jika tidak ada air. Bila kena air terus
terurai menjadi alkanol dan NaOH.
Hal. 19

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

(3). Gugusan OH dari alkanol mudah diganti dengan halogen jika alkanol
direaksikan dengan fosforhalogenida.
(4). Esterifikasi alkanol dapat berlangsung dengan semua asam anorganik dan
organik.
1.2.5. Alkoksialkana/Eter (CnH2n+1-O-CmH2m+1)
Jika alkanol dapat dianggap sebagai turunan monoalkil dari air, maka eter dapat
diumpamakan sebagai turunan dialkil dari air.

Untuk n = m maka terbentuklah eter tunggal misalnya CH 3-O-CH3 dan jika n ≠ m
maka terdapatlah eter majemuk misalnya CH3-O-C2H5.
Nomenklatur
Menurut nomenklatur Geneva alkoksialkana dipandang sebagai turunan alkana
jika atom H dari alkana diganti dengan gugusan alkoksi CnH2n+1-O-

Isomer dengan metoksipropana adalah:

Karena rumus molekul alkoksialkana CnH2n+2O sama dengan rumus molekul
alkanol, maka kedua golongan senyawa itu pasti isomer satu dari pada yang lain.
Hal. 20

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Metoksimetana misalnya adalah isomer dengan etanol, etoksi etana dengan kedua
propanol, dan selanjutnya.
Sifat-sifat Alkoksialkana
(1). Zat cair yang berbau sedap dan sukar larut dalam air.
(2). Suku-suku rendah mudah menguap dan uapnya sangat mudah terbakar.
(3). Mempunyai titik didih lebih rendah dari pada alkanol yang jumlah atom
C-nya sama.
(4). Tidak dapat bereaksi dengan logam Na dan fosforhalogenida.
(5). Dapat

diuraikan

oleh

hidrogenhalogenida,

teristimewa

HJ

menjadi

alkilhalogenida dan alkanol.

1.2.6. Alkilamina (CnH2n+3N)
Golongan senyawa ini dapat dianggap sebagai turunan dari amonia. Sesuai
dengan jumlah atom H dari NH3 yang ditukar dengan gugusan alkil, maka
golongan senyawa ini terbagi atas:
(1). Amina primer, yaitu apabila hanya sebuah atom H yang diganti dengan
gugusan alkil.
(2). Amina sekunder, yaitu apabila 2 atom H diganti dengan gugusan alkil.
(3). Amina tersier, yaitu apabila semua atom H dari NH 3 diganti dengan gugusangugusan alkil.
Hal. 21

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Seperti pada amonia yang dengan air dapat membentuk NH4OH dan dengan asam
membentuk garam, maka demikian juga sifat alifatik.
NH3
CH3NH2
NH3
CH3NH2

+
+
+
+

HOH
HOH
HCl
HCl

→
→
→
→

NH4OH
CH3NH3OH
NH4Cl
CH3NH3Cl

amonium hidroksida
monometil amonium hidroksida
amonium klorida
monometil amonium klorida

Sifat-sifat amina
(1). Kedua suku yang pertama (metil dan etilamina) pada temperatur biasa
berbentuk gas, suku-suku tengahan adalah cair, sedang suku-suku tinggi
berbentuk padat.
(2). Suku-suku rendah berbau seperti amonia, sedang suku-suku yang padat tak
berbau.
(3). Suku-suku rendah dapat larut dalam air dengan membentuk alkil amonium
hidroksida yang bersifat sebagai basa yang lebih kuat dari pada NH4OH.
(4). Amina primer dapat dipisahkan dari golongan amina lain berdasarkan
perbedaan sifat masing-masing terhadap asam nitrit (HONO).
Isomeri dan nomenklatur
Peristiwa isomerisasi pada senyawa alkilamina ada tiga kemungkinan:
a. disebabkan oleh rantai C yang bercabang atau tidak;
b. tempat atom N terikat pada rantai C;
c. suatu senyawa amina yang rumus molekulnya tertentu mungkin suatu amina
primer, sekunder atau tersier.
Amina primer: C4H9NH2
Hal. 22

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Amina sekunder:

Amina tersier:

1.2.7. Alkanal (R-CHO)
Alkanal (alkilaldehida) dapat dianggap sebagai turunan senyawa hidrokarbon
yang berisi gugusan aldehida (-CHO) pada ujung rantainya, sehingga rumus
umumnya CnH2n+1CHO.
Nama suku-suku golongan senyawa ini berasal dari nama suku-suku yang
bersangkutan dengan mengganti akhiran -ana dengan -anal.
HCHO
CH3CHO
C2H5CHO
C3H7CHO
C4H9CHO
1.2.8. Alkanon (R-CO-R')

= metanal
= etanal
= propanal
= butanal
= pentanal

= formaldehida
= asetaldehida
= propionaldehida
Hal. 23

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Alkanon adalah senyawa karbon yang berisi gugusan karbonil (C=O) yang
langsung terikat pada dua buah radikal alkil. Jadi rumus umumnya adalah
CnH2n+1COCmH2m+1.
Jika n = m maka senyawa ini disebut alkanon tunggal, jika n ≠ m maka disebut
alkanon majemuk.
Menurut nomenklatur Geneva, nama suku-suku golongan senyawa ini berasal dari
nama suku-suku alkana yang bersangkutan dengan mengganti akhiran -ana
dengan akhiran -anon.
CH3COCH3
CH3COC2H5
CH3COC3H7
C2H5COC2H5

= propanon (aseton)
= butanon
= pentanon-2
= pentanon-3

= dimetilketon
= metiletilketon
= metilpropilketon
= dietilketon

1.2.9. Alkanakarbonitril (R-CN)
Senyawa alkanakarbonitril dapat dianggap sebagai ester dari H-CN yang rumus
umumnya CnH2n+1CN.
Nomenklatur dari golongan senyawa ini ada tiga macam yakni:
a. Yang berakhiran sianida
b. Yang berakhiran nitril
c. Yang berakhiran karbonotril
Dalam (a) senyawa tersebut dianggap sebagai turunan dari HCN, jika atom H-nya
diganti dengan gugusan alkil.
Contoh:
C2H5CN = etilsianida.
Dalam (b) senyawa tersebut dianggap sebagai turunan dari suatu alkana, jika
semua atom H dari atom C ujung diganti dengan N.
Contoh:
C2H5CN = propananitril
Hal. 24

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Dalam (c) senyawa tersebut dianggap sebagai turunan dari suatu alkana, jika
sebuah atom H diganti dengan gugus karbonitril (CN).
Contoh:
CH3CN
C2H5CN
C3H7CN

= metilsianida
= etilsianida
= propilsianida

= etananitril
= propananitril
= butananitril

= metanakarbonitril
= etanakarbonitril
= propanakarbonitril

1.2.10. Asam alkanakarboksilat
1.2.10.1. Asam alkanakarboksilat jenuh (CnH2n+1COOH)
Asam alkanakarboksilat dapat dianggap terbentuk dari alkana, jika sebuah atom H
diganti dengan gugusan karboksil (-COOH), sehingga rumus umum golongan
senyawa ini CnH2n+1COOH. Gugusan karboksil tersebut adalah gugus pengenal
bagi asam karboksilat (asam karbon atau asam lemak).
Sebagian besar suku-suku golongan senyawa ini mempunyai nama-nama trivial.
Menurut nomenklatur Geneva ada dua aliran yaitu:
a) Gugus karboksil dianggap sebagai bagian dari rangka rantai karbon, dan
suku-suku deretan asam tersebut diberi nama hidrokarbon berakhiran -oat.
b) Gugus karboksi dari asam dianggap sebagai gugus penukar. Nama asam
disusun dari nama hidrokarbon dengan dibubuhi akhiran karboksilat.
HCOOH = asam metanoat

= asam hidrogen karboksilat

CH3COOH = asam etanoat

= asam formiat (trivial)
= asam metana karboksilat

C2H5COOH = asam propanoat

= asam asetat (trivial)
= asam etana karboksilat

C3H7COOH = asam buatanoat

= asam propionat (trivial)
= asam propana karboksilat

C4H9COOH = asam pentanoat

= asam butirat (trivial)
= asam butana karboksilat

C15H31COOH = asam heksadekanoat

= asam valerat (trivial)
= asam pentadekana karboksilat

C17H35COOH = asam oktadekanoat

= asam palmitat (trivial)
= asam heptadekana karboksilat
Hal. 25

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

= asam stearat (trivial)

1.2.10.2. Asam alkanakarboksilat tak jenuh (CnH2n-1COOH)
Dari golongan senyawa ini, CnH2n-1COOH yang terpenting adalah asam oleat
C17H33COOH. Asam ini banyak sekali terdapat di alam sebagai ester dari gliserol,
teristimewa dalam minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (cocoanut oil), dan
lain-lain.
1.2.10.3. Turunan asam alkanakarboksilat
Turunan-turunan asam alkanakarboksilat adalah sebagai berikut:
a. Alkanakarbohalogenida
b. Anhidrida asam karboksilat
c. Alkanakarbonamida
d. Asam halogenalkanakarboksilat
e. Ester

R-CO-Hal
(R-CO)2O
R-CO-NH2
R-CH-Hal-COOH
R-COO-R’

1.2.11. Alkanol polivalen
Alkanol polivalent yang sederhana adalah alakanol bivalen (alkanadiol) dan
alkanol trivalen (alkanatriol).
CH2OH-CH2OH

= glikol

CH2OH-CHOH-CH2OH

= etanadiol-1,2
= gliserol
= propanatriol-1,2,3

1.2.12. Asam karboksilat jenuh bivalen
Rumus umum golongan senyawa ini adalah CnH2n(COOH)2
Yang terpenting adalah senyawa-senyawa dengan kedua gugusan COOH pada
kedua ujung rantai C, jadi COOH-(CH2)2-COOH.
n=0

COOH-COOH

= asam dikarboksilat
= asam etanadioat
= asam oksalat (trivial)
Hal. 26

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

n=1

COOH-CH2-COOH

= asam metanadikarboksilat
= asam propanadioat

n=2

COOH-(CH2)2-COOH

= asam malonat (trivial)
= asam etanadikarboksilat-1,2
= asam butanadioat-1,2

n=3

COOH-(CH2)3-COOH

= asam suksinat (trivial)
= asam propanadikarboksilat-1,3
= asam pentanadioat-1,5

n=4

COOH-(CH2)4-COOH

= asam glutarat (trivial)
= asam butanadikarboksilat-1,4
= asam heksanadioat-1,6
= asam adipat (trivial)

1.3. Senyawa siklik
Senyawa siklik merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya
melingkar. Yang termasuk senyawa siklik adalah senyawa karbosiklik dan
senyawa heterosiklik.
1.3.1. Senyawa karbosiklik
Senyawa karbosiklik adalah senyawa siklik yang lingkarannya berupa ikatan
atom-atom karbon. Yang termasuk senyawa karbosiklik adalah senyawa alisiklik
dan senyawa aromatik.
1.3.1.1. Senyawa alisiklik
Senyawa alisiklik adalah senyawa siklik (senyawa melingkar) yang dapat
dianggap sebagai senyawa alifatik yang rantai karbonnya melingkar, sering juga
disebut sebagai siklo alkana (sikloparafin) yang rumus umumnya seperti senyawa
alkena yaitu CnH2n.
Hal. 27

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

1.3.1.2. Senyawa Aromatik
Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon melingkar yang ikatan
karbon-nya tidak jenuh. Yang termasuk senyawa ini adalah senyawa benzene dan
alkil benzene (CnH2n-6), naftalene (C10H8) dan antrasene (C14H10).
Beberapa senyawa benzene dan alkil benzene yang penting diantaranya adalah:
Hal. 28

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

1.3.2. Senyawa heterosiklik
Senyawa heterosiklik adalah senyawa siklik yang lingkarannya tidak hanya berisi
atom-atom karbon saja tetapi juga unsur-unsur lain seperti N, S atau O.

BAB 2
KIMIA MINYAK BUMI

2.1.

Komposisi Kimia
Minyak bumi adalah campuran kompleks dari senyawa hidrokarbon dan

senyawa organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang
mengandung logam.
Perbandingan unsur-unsur itu dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan
atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
Karbon

:

83,0

-

87,0 %

Hidrogen

:

10,0

-

14,0 %

Nitrogen

:

0,1 -

2,0 %

Oksigen

:

0,05

-

1,5 %

Sulfur

:

0,05

-

6,0 %

Metals (Ni and V), >1000 ppm
Komposisi minyak bumi terdiri dari 3 komponen, yaitu :
Hal. 29

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

1.
2.

Komponen Non-hidrokarbon

3.
2.2.

Komponen Hidrokarbon
Komponen Metalo-organik

Komponen Hidrokarbon
Komponen hidrokarbon dalam Minyak Bumi diklasifikasikan atas 4

golongan besar, yaitu :
1.

Golongan Parafinik

2.

Golongan Olefinik

3.

Golongan Napthenik

4.

Golongan Aromatik

Klasifikasi hydrocarbon berdasarkan struktur
Hal. 30

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Umumnya golongan Olefinik tidak diketemukan dalam Minyak bumi (Crude oil).
1.

Parafin
Parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rantai lurus atau rantai

cabang, tanpa struktur cincin.
Parafin disebut juga alkena, dengan rumus umum : CnH2n+2
Carbon mempunyai kemampuan untuk mengikat unsure lain atau dengan unsure
karbon sendiri, maka akan membuat rantai karbon yang lurus atau bercabang dan
membentuk cincin. Hal ini karena karbon mempunyai 4 atom yang bisa
melakukan ikatan kimia. Penggunaan bersama elektron dalam ikatan kimia
disebut ikatan kovalen. Dalam hal ini karbon bisa membentuk ikatan tunggal,
ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga
Contoh :
Hal. 31

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

a.

Rantai lurus
CH4

metana

CH3 – CH3

etana

CH3 – CH2 – CH3

proana

CH3 – (CH2 ) 2 – H3

butana

CH3 – (CH2 ) 3 – H3

pentana

Bila satu atom H dari senyawa alkana dihilangkan maka akan diperoleh gugusan
alkil
CH3 –

metil

CH3 – CH2 –

etil

CH3 – CH2 – CH2 –

propil

CH3 – (CH2 ) 2 – H2

butil

Dan seterusnya

b.

Komponen Hidrokarbon
1
2
3
4
CH3 – CH – CH2 – CH3

CH3
CH34 – C – 3 2 – CH3 1
CH 2

CH3
CH3
2 metil butana
2.

2.2. dimetil butana

Olefin
Olefin adalah senyawaan hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai

jumlah atom H lebih sedikit dari Parafin.
Olefin disebut juga alkena, dengan rumus umum : CnH2n
Contoh :
Hal. 32

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

CH2 = CH2

etilana (etana)

CH3 – CH = CH3

propilana (propena)

CH3 – CH2 – CH = CH3

butilna (butena)

CH3 – CH– CH – CH2
CH3 2
3

4

CH3– CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
7

1

6

5

4

3
CH

2
1

CH3
3 metil butilena 1

3 propil heptilena
3

CH2

CH
2
1

C

4

5
CH2

CH2

6
CH3

CH
CH3

3 etil 2 heksena
3.

Naphthen
Naphthen adalah senyawaan hidrokarbon jenuh, yang mempunyai

struktur cincin.
Napthen disebut juga sikloparafin, dengan rumus umum : CnH2n

Contoh :
H2
C
H2C

H3C
CH2
H2C

H2C

CH2
C

H2C

5
4

1

H3C
2
CH2
3
CH2
Hal. 33

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

H2

Sikloheksana

1.1. dimetil Siklopentana

CH3
CH
H2C

CH2

CH3
CH
CH2

H2C

H2C
H2C

CH

CH2
C

CH2

C
C
H
2

CH2
C
H
2

CH3
1.2.4. trimetil Sikloheksana

4.

dekohidronaphthalena

Aromatik
Aromatik adalah senyawaan hidrokarbon yang mempunyai satu inti

benzena atau lebih.
Contoh :
H

H

H

H

H

H
H

Benzena
2.3.

H
Naphthalena

Komponen Non Hidrokarbon

Panathrena
Hal. 34

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Minyak bumi mengandung sejumlah senyawaan non-hidrokarbon,
terutama senyawa-senyawa : (a). Sulfur
Organo-metalik
1.

(b).

Nitrogen (c). Oksigen (d).

(e). Garam-garam Anorganik.

Senyawa Sulfur
Beberapa jenis senyawa Sulfur yang terdapat dalam Minyak bumi adalah

:
1. Hidrogen sulfida

:

H2S

CH3 – SH

:

metil merkaptan

C2H5 – SH

:

etil merkaptan

2. Merkaptan, RSH

3. Sulfida, RSH
CH3 – S – CH3

:

C4H9 – S – C4H9

dimetil sulfida
:

dibutil sulfida

4. Disulfida, RSSR
CH3 – S – S – CH3

:

dimetil disulfide

:

Thio sikloheksana

5. Siklo sulfida
(penta metilena sulfida)
S
6. Alkil sulfat
CH3 – 0

0
S

dimetil sulfat

:

CH3 – 0

:

metil sulfonat asam

0

7. Asam sulfonat
CH3

O
S

CH3

OH
Hal. 35

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

8. Sulfoksida
CH3 – S – CH3

:

dimetil sulfoksida

:

dimetil sulfoksida

:

thiophiene

:

benzothiophena

0
9. Sulfona
0
CH3 – S – CH3
0
10. Thiophene
HC

CH

HC

CH
S

S
Hal. 36

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Gambar Distribusi Beberapa Senyawa Hidrokarbon dalam minyak bumi
2. Senyawa Nitrogen
Beberapa jenis senyawaan Nitrogen yang terdapat dalam Minyak bumi
diantaranya adalah :

N
Pyridine

N
quinoline

N
Pyrrole

N
isoquinoline

N

N
indole

carbazol
Hal. 37

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sekitar 0,1 – 0,9%.
Kandungan teringgi pada minyak bumi tipe aspaltik.
Hubungan antara nitrogen content dan API Gravity

API

Nitrogen, % wt
Begitu pula dengan carbon residue jika karbon residu tinggi, maka tinggi
pula kadungan nitrogennya. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap
katalis dan membentk gum pada produk fuel oil. Kandungan nitrogen
terbanyak pada fraksi titik didih yang tinggi.
3.

Senyawa Oksigen
Oksigen dalam Minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam

karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monoksiklo dan disiklo, dan
phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Napthenat (asam alisiklik) dan
asam alifatik.
H2
C
H2C

H
C
CH2
CH2

H2C

HC

CH

HC

CH

O

O

Penta metilena pyran

furan

4.

Senyawaan Organo-metalik

HC

C

HC

CH

C
C
H

CH
O

benzofuran
Hal. 38

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Terdapatnya logam dalam minyak bumi sebagai organo-metalik berasal
dari Porphyrin dengan menggantikan atom Nitrogen yang berikatan Hidrogen
dengan Kation.
Terdapatnya Vanadium dan Nikel dalam Minyak bumi berbentuk
sebagai komplek metal Porphyrin.
HC
C

HC
HC

CH
C
N

C

C

CH

C

NH
HC

CH

CH

HN

C
N
HC

C
HC

C

CH

CH

Gambar : Struktur Porphine (adalah Porphyrin yang paling sederhana),
merupakan unit struktur dasar dari Porphyrin.
5.

Garam-garam Anorganik
Umumnya, air yang terkandung dalam Minyak bumi (sebagai emulsi)

mengandung senyawaan logam berupa garam-garam Anorganik yang
terlarut. Yaitu terdiri dari garam-garam Khlorida dan Surfur dari K, Mg dan
Ca.
2.4. Komposisi Gas Alam
Komposisi Gas aalam tidak jauh berbeda dengan minyak bumi akan tetapi gas
alam hanya mempunyai struktur paraffin. Yaitu komposisi mulai C1 s/d C4
dengan urutan sebagai berikut :
CH4 = metana
C2H6 = ethana
Hal. 39

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

C3H8 = propane
C4H10 = butane
Composition of natural gas [in weight percent (wt%)]
Location

CH4

C2H6

C3H8

C4H10

United States

89.5–92.5

5.1–2

2.1–0.7

1.6–0.5

Algeria

86.9

9.0

2.6

1.2

Iran

74.9

13.0

7.2

3.1

North Sea

90.8

6.1

0.7

0.1

BAB 3
Hal. 40

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

KARAKTERISTIK MINYAK BUMI

Karakteristik minyak bumi sangat ditentukan oleh susunan molekul senyawaan
hidrokarbon dan nonhidrokarbon. Karakteristik minyak bumi menyangkut sifat
kimia dan sifat fisika. Minyak bumi diklasifikasikan menurut karakterisasi fungsi,
Indeks korelasi, kandungan sulfur, VGC dan Bireau of Mines dan lain–lain.
Berdasarkan atas susunan hidrokarbonnya, minyak bumi diklasifikasikan atas
minyak bumi jenis parafinik, naftenik, aromatik dan naftenik– aromatik atau
campuran. Klasifikasi minyak bumi ini sangat penting artinya untuk mengetahui
sifat-sifat minyak bumi, sehingga berguna untuk memprediksi jenis fraksi dan
jumlahnya serta sifat–sifat produk yang dihasilkan. Misalnya minyak bumi yang
mempunyai SG rendah, banyak mengandung fraksi ringan, sedang SG tinggi
banyak mengandung fraksi berat.
Sebagaimana diketahui bahwa minyak bumi adalah campuran kompleks dari
senyawaan hidrokarbon dan senyawaan nonhidrokarbon yang mengandung
unsur–unsur sulfur, nitrogen, oksigen, halogenida dan logam sebagai senyawaan
minor. Besarnya kandungan masing–masing unsur tersebut di dalam minyak
bumi akan berpengaruh terhadap sifat fisika dan sifat kimia suatu minyak bumi,
dinyatakan sebagai karakteristik minyak bumi dan sifat– sifat produk–produk
yang dihasilkan. Interpretasi data atas minyak bumi yang dilaporkan dari suatu
analisis, digunakan untuk menentukan karakteristik minyak bumi yang berguna
dalam memprediksi jumlah (volume) serta sifat–sifat fisika dari produk.
Karakteristik minyak bumi mencakup sifat-sifat fisika, sifat optikal, sifat termal,
sifat kelistrikan, dan sifat–sifat yang lain.
2.2 Sifat Fisika Minyak Bumi
Sifat fisika minyak bumi ini digunakan untuk mendapatkan informasi dalam
menangani pengangkutan, penyimpanan, penimbunan, pengolahan, pemasaran,
sehingga tidak terjadi gangguan, kecelakaan dan kerugian. Sifat fisika minyak
bumi yang signifikan dalam proses pengolahan mencakup kerapatan (density) dan
Hal. 41

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

berat jenis (specific gravity), viskositas, tekanan uap, titik nyala, titik tuang,
tegangan permukaan dan tegangan interfasial

2.2.1 Density dan Specific Gravity
Density (kerapatan) adalah massa zat cair per satuan volume pada 15oC dan
101,325 kPa dengan satuan standar pengukuran dalam kilogram per meter kubik.
Specific Gravity (berat jenis) adalah perbandingan massa sejumlah volume zat
pada temperatur tertentu terhadap massa air murni dengan volume yang sama
pada temperatur yang sama atau temperatur yang berbeda. Kedua temperatur
acuan harus dinyatakan secara eksplisit. Umumnya temperatur acuan meliputi
60/60oF, 20/20oC, 20/4oC.
Dalam industri perminyakan, density merupakan spesifikasi penting untuk
produk–produk kilang karena dapat digunakan untuk prediksi kandungan
gasoline, dan kerosene dan minyak solar dalam minyak bumi.
Hubungan antara density minyak bumi dan komposisi fraksinasi hanya valid
(dapat dibenarkan) apabila digunakan untuk jenis minyak tertentu sedang untuk
jenis minyak yang berbeda hubungan tersebut tidak berlaku. Namun demikian
sampai saat sekarang masih digunakan untuk estimasi sifat–sifat minyak bumi dan
produk minyak bumi secara kasar. Density suatu minyak bumi dipengaruhi oleh
komposisinya, tetapi hubungan secara kuantitatif sulit untuk memperolehnya.
Umumnya density rendah menunjukkan bahwa kandungan parafin besar,
sebaliknya density besar maka kandungan aromatnya tinggi. Disamping itu
terdapat hubungan antara density dan kadar sulfur, conradson carbon residue,
viskositas, aspaltin dan resin.
Terdapat hubungan antara specific gravity (SG) dan API gravity (o API),
dirumuskan sebagai berikut :
Derajad API =

141,5
– 131,5
SG 60/60

atau

141,5

SG 60/60 = API +131,5
Hal. 42

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Gambar 2–1 Hubungan antara API gravity dengan
Carbon Residue (Conradson)

Gambar 2 – 2 Hubungan antara API gravity dengan Viskositas
2.2.2

Viskositas

Viskositas dinamik (dynamic viscosity) adalah perbandingan antara tegangan
geser yang diberikan dan kecepatan geser suatu cairan. Viskositas dinamik
kadang– kadang disebut koefisien dinamik atau lebih sederhana disebut
viskositas. (SATUAN : Poise)
Jadi viskositas dinamik adalah ukuran tahanan untuk mengalir atau perubahan
bentuk dari suatu cairan. Istilah viskositas dinamik juga dapat digunakan dalam
suatu konteks yang berbeda untuk menunjukkan suatu kuantitas yang tergantung
Hal. 43

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

frekuensi dimana tegangan geser dan kecepatan geser mempunyai ketergantungan
terhadap waktu sinusoidal.
Viskositas kinematik adalah tahanan cairan untuk mengalir karena gaya berat.
Untuk aliran gaya berat pada suatu ketinggian hidrostatik tertentu, ketinggian
tekanan suatu cairan proporsional dengan specific gravitynya. (satuan : centi
stokes)
Viskositas minyak bumi dan produknya menunjukkan sifat volatilitas
(kemudahan menguap). Suatu minyak bumi dan produknya mempunyai
viskositas tinggi berarti minyak itu mengandung hidrokarbon berat (berat molekul
besar), sebaliknya viskositas rendah maka minyak bumi itu banyak mengandung
fraksi ringan.
Kebanyakan produk–produk minyak bumi dan beberapa material bukan minyak
bumi, digunakan seperti minyak bakar untuk keperluan estimasi kondisi optimal
penyimpanan, penanganan dan operasional.
2.2.3

Tegangan Permukaan dan Tegangan Antarmuka

Tegangan permukaan adalah ukuran gaya pada sebuah batas antara dua fasa,
yaitu antara cairan dan cairan, cairan dan padatan atau antara cairan dan gas
(udara). Apabila ukuran gaya pada sebuah batas antara dua cairan yang saling
melarut disebut tegangan antarmuka (interfacial tension).
Tegangan permukaan sangat dipengaruhi oleh temperatur dan berat molekul.
Misalnya seri normal hidrokarbon menaik dengan menurunnya temperatur,
demikian sebaliknya. Tetapi tegangan permukaan akan menaik dengan kenaikan
berat molekul. Uji standar tegangan permukaan adalah ASTMD–971
Makin besar berat molekulnya makin besar pula tegangan permukaan, dan makin
tinggi temperaturnya makin menurun tegangan permukaannya.
Tegangan permukaan minyak bumi dan produknya akan menunjukkan bahwa
fraksi makin berat makin besar pula tegangan permukaannya.
Hal. 44

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Pada satuan cgs, tegangan permukaan dinyatakan dalam erg cm –1, sedang dalam
satuan SI, dinyatakan dalam Nm–1. Kedua besaran itu saling berhubungan
berdasarkan hubungan 1 dyne cm–1 = 10–3 N m–1. (baca N = Newton).
Nilai dari kisaran sempit (narrow range) adalah 24 – 38 dyne cm–1 terdiri dari
fraksi gasoline 26 dyne cm–1, fraksi kerosene 30 dyne cm–1, dan fraksi minyak
lumas 30 dyne cm–1.
Tabel 2 – 1 : Tegangan Permukaan Hidrokarbon

Hidrokarbon

Tegangan permukaan, dyn cm–1
– 18oC

20oC

38oC

93oC

Normal :
Etana

5,5

Propana

12,4

5,2

0,2

Butana

17,2

10,5

4,5

Pentana

20,5

16,0

14,0

8,0

Heksana

22,6

18,4

16,5

10,9

Heptana

24,4

20,3

18,6

13,1

Oktana

25,7

21,8

20,2

14,9

Siklo :
Siklopentana

22,4

Sikloheksana

25,0

Tetralina

35,2

Dekalina

29,9

Aromatik :
Benzena

28,8

Toluena

28,5

Etilbenzena

29,0

Butilbenzena

29,2
Hal. 45

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Umumnya bahan non hidrokarbon dan senyawaan polar yang melarut dalam
minyak akan menurunkan nilai tegangan permukaan.
Telah dikatakan bahwa, tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik dan
menjadi lebih kecil beberapa derajad di bawah temperatur kritik. Pada temperatur
kritik tegangan permukaan adalah nol.
Minyak lumas yang terkontaminasi oleh air dan ausan logam atau korosi logam
selama pemakaian akan menunjukkan tegangan antarmuka akan turun. Oleh
karena itu menurunnya nilai tegangan antarmuka memberikan isyarat bahwa
minyak lumas itu terkontaminasi oleh air, ausan logam atau korosi logam
sehingga sifat oksidasinya juga menurun. Untuk itu nilai tegangan antarmuka
dapat digunakan untuk menentukan kapan minyak lumas harus diganti.

2.2.4

Refractive Index

Refractive index adalah perbandingan anatara kecepatan cahaya dalam vakum
dan kecepatan cahaya dalam bahan. Uji

standar refractive index adalah

ASTMD–1218.
Pengukuran refractive index sebagai karakterisasi hidrokarbon minyak bumi dan
produknya, makin besar berat molekul nilai refractive index menaik, dimulai dari
parafin, naften kemudian aromat. Polisiklo naften dan polisiklo aromat lebih
besar dari masing–masing monosiklonya. Dalam satu seri hidrokarbon, makin
besar berat molekulnya makin besar nilai refractive index-nya khususnya untuk
parafin (Tabel di bawah).
Jadi refractive index dapat memberikan informasi tentang komposisi campuran
hidrokarbon (minyak bumi dan produknya) seperti halnya density, yaitu nilai
terendah menunjukkan parafinik dan yang paling tinggi adalah aromat.
Dengan pengujian refractive index ASTMD–2159, bahwa disamping refractive
index terdapat refractive dispersion dan specific dispersion. Refractive dispersion
adalah perbedaan antara refractive index pada dua panjang gelombang cahaya
yang khusus. Dua garis dari spektrum hidrogen yang digunakan untuk
Hal. 46

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

menghitung refractive dispersion yaitu C (6563 Ao, merah) dan F (4861 Ao, biru).
Specific dispersion adalah selisih dua refractive dispersion pada masing–masing
dua garis spektrum itu dibagi density pada temperatur yang sama.
Specific dispersion =

nF - nC
d

Persamaan d iatas sangat signifikan untuk industri Petrokimia,karena semua
senyawa aromatik, naften dan parafin, mempunyai nilai berat molekul yang
hampir sama, dimana aromatik

tertinggi dan senyawa alifatik tidak jenuh

mempunyai nilai intermedia.
Specific refraction dinyatakan dalam persamaan :
n - 1
(n 2 + 2)d

= C

dimana : n = refractive index
d = density
C = konstanta bebas temperatur
(dapat dilihat pada metode Uji ASTMD – 1218)
Sedang istilah molecular refraction adalah specific refraction dikali dengan berat
molekul
2.2.5

Optis Aktif

Optis aktif untuk minyak bumi dan produknya adalah suatu jenis minyak bumi
misalnya minyak bumi parafinik atau naftenik yang dapat memutar bidang
cahaya polarisasi kekiri atau kekanan. Senayawa hidrokarbon (berupa molekul)
yang dapat memutar bidang cahaya polarisasi adalah senyawa–senyawa yang
mempunyai struktur trans isomer, parafin dan naften. Jadi hanya minyak bumi
jenis parafin dan naften saja yang dapat memutar bidang cahaya polarisasi.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan polarisator.
Hal. 47

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Baik minyak bumi maupun fraksi minyak bumi menunjukkan bahwa makin besar
berat molekulnya, nilai optis aktif menaik, berkisar antara 350 – 400 arc cm

–1

gauss –1 /menit.
Dirumuskan dengan persamaan :
θ = pth
dimana : θ = besar sudut putar, arc cm –1 gauss –1 /menit.
p = tetapan intrinsik bahan
t = tebal bahan yang dilewati cahaya, cm
h = tetapan Planck = 6,62 x 10 –34 Joule detik
2.2.6

Liquefaction dan Solidification

Pada temperatur udara, minyak bumi dan kebanyakan produknya berupa cairan.
Permasalahan yang mungkin timbul adalah terjadinya solidifikasi selama
pemakaian dalam keadaan normal adalah tidak umum. Pengujian titik lebur
(ASTMD–87, ASTMD–127) secara luas diperuntukan bagi pembuat lilin dan
pengguna (konsumen) lilin. Metode pengujian tersebut untuk sampel–sampel
yang mengandung parafin suku tinggi atau kristal lilin. Prediksi titik lebur untuk
senyawa

hidrokarbon

murni

sangatlah

sulit,

akan

tetapi

mempunyai

kecenderungan bahwa menaik dengan membesarnya berat molekul dan bentuk
simetri dalam struktur molekulnya. Bentuk simetri mempunyai pengaruh yang
lebih besar dari pada berat molekul, sedang untuk hidrokarbon cabang
mempunyai titik lebur lebih tinggi dari normal parafin.
n – heksana
2 – metil pentane

m. p. – 95oC
m. p. – 154oC

n – pentane

m. p. – 130oC

2, 3 – dimetil propana

m. p. – 20oC (bentuk simetri)

n – oktana

m. p. – 57oC

2, 2, 3, 3 – tetrametil butana

m. p. – 104oC (bentuk simetri)
Hal. 48

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

• Untuk senyawa siklo :
Senyawa siklo yang tidak tersubstitusi melebur pada temperatur relatif tinggi dari
pada senyawa–senyawa parafin. Bentuk simetrik (isomer simetrik) melebur pada
temperatur lebih rendah dari alifatik dengan berat molekul yang sama.

etana

m. p. – 172oC

Etilena

m. p. – 169,5oC

Antara keduanya mempunyai sedikit perbedaan
siklo heksana

m. p. 6,2oC

siklo heksena

m. p. – 104oC

Antara keduanya mempunyai perbedaan yang besar
Untuk senyawa–senyawa hidrokarbon tidak simetris suku tinggi sulit untuk
dikristalkan, sedang senyawa–senyawa hidrokarbon cabang tidak simetris
terendah adalah oktana dan hampir semua senyawa siklo tersubstitusi sampai
fraksi paling tinggi yaitu fraksi minyak lumas akan mengkristal secara pelan–
pelan dan dalam keadaan dingin berbentuk padatan seperti gelas.
Meskipun karakteristik titik lebur minyak bumi dan produk–produk minyak bumi
penggunaannya sangat terbatas, namun dapat digunakan untuk estimasi
kemurnian atau bahkan estimasi komposisi dari lilin dan proses pendinginan
misalnya solidifikasi ( pembekuan) serta proses–proses pendinginan pada industri
petrokimia.
Solidifikasi dalam minyak bumi dan produk minyak bumi dibedakan atas empat
kategori, yaitu freezing point, congealing point, cloud point dan pour point.
• Titik dingin ( freezing point ) adalah temperatur pada saat senyawa
hidrokarbon berubah bentuk dari cairan menjadi padatan dalam kondisi seperti
disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar freezing point,
adalah ASTMD–1015, D–1016.
• Titik beku ( congealing point ) adalah temperatur pada saat petrolatum berubah
bentuk dari cair yang berhenti mengalir bila dibiarkan mendingin dalam
Hal. 49

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar
congealing, adalah ASTMD–938. Petrolatum adalah produk semipadat hasil
proses pemurnian residu, bersifat lekat dan berwarna putih sampai kuning.
• Titik keruh ( cloud point ) adalah temperatur pada saat lilin parafin atau
senyawaan lain yang dapat diubah menjadi padatan yang terkandung dalam
minyak bumi memperlihatkan kekeruhan

bila minyak didinginkan dalam

kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar
cloud point, adalah ASTMD–2500, D–3117. Pada pendinginan berlanjut,
semua minyak bumi menjadi lebih dan lebih viskus dan mengalir perlahan–
lahan dan lebih perlahan–lahan
• Titik tuang ( pour point ) adalah temperatur terendah pada saat minyak bumi
dapat dituang atau mengalir dalam kondisi seperti disyaratkan bila minyak
bumi didinginkan tanpa gangguan dalam metode uji tertentu. Metode uji
standar pour point, adalah ASTMD–97.
Disamping keempat kategori tersebuat terdapat pula istilah seperti dropping point
dan melting point.
• Titik tetes ( dropping point ) adalah temperatur pada saat gemuk berubah
bentuk dari semipadat menjadi cair dan mulai mengalir dalam kondisi seperti
disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar dropping point,
adalah ASTMD–566, D–2265.
• Titik leleh ( melting point ) adalah temperatur pada saat lilin berubah bentuk
dari semipadat menjadi cair dan mulai menetes dari termometer dalam kondisi
seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu.
Hubungan antara cloud point, pour point dan freezing point untuk produk minyak
bumi yang satu dengan lainnya sangat bervariasi, sehingga arti dan kegunaan
untuk jenis produk yang berbeda juga bervariasi serta bergantung dari penggunaan
produk.
Cloud point dan pour point digunakan untuk prediksi penyimpangan temperatur
dari observed viscosity (viskositas pengamatan pada pengujian dengan peralatan)
suatu minyak dari viscosity yang sebenarnya (Newtonian) pada kisaran
Hal. 50

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

temperatur yang rendah. Cloud point dan pour point juga dapat digunakan untuk
identifikasi untuk penyimpanan minyak atau digunakan untuk perencanaan
penyimpanan minyak pada temperatur rendah.
2.2.7

Volatilitas

Volatilitas atau kemudahan menguap suatu cairan atau gas yang dicairkan dapat
didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menguap dari bentuk cairan menjadi
uap atau gas. Karena, satu dari tiga sifat pembakaran fuel dalam nyala bahwa fuel
harus diubah menjadi bentuk gas, maka volatilitas (kemudahan menguap) dari
fuel cair merupakan sifat yang utama.
Jadi, kecenderungan kemudahan menguap merupakan salah satu sifat pokok fuel
cair, misalnya LPG, natural gasoline, motor gasoline, aviation gasoline, naphtha,
kerosene, gas oil, dan diesel fuel dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode
uji tertentu. Metode uji standar volatility, adalah ASTMD–2715. Sifat pokok yang
lain yang berhubungan dengan volatolity adalah flash point, fire point, vapor
pessure, evaporasi dan distilasi.
Apabila sifat volatility dari fuel cair cenderung rendah (ada sebagian tidak
menguap), ini menunjukkan bahwa dalam fuel itu terdapat komponen titik didih
tinggi. Indikasi ini dapat dilihat dalam data distilasi ASTM.
• Titik nyala ( flash point ) adalah temperatur pada saat produk minyak bumi
saat dipanaskan berubah bentuk dari cair menjadi uap untuk membentuk
sebuah campuran uap dengan udara yang dapat menyala oleh api khusus
dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji
standar flash point, adalah ASTMD–56, D–92, ASTMD–93.
• Titik api ( fire point ) adalah temperatur pada saat produk minyak bumi saat
dipanaskan berubah bentuk dari cair menjadi uap untuk membentuk sebuah
campuran uap dengan udara yang dapat terbakar terus menerus (berlanjut) oleh
api khusus dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu.
Metode uji standar fire point, adalah ASTMD–92.
Hal. 51

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Dari aspek keselamatan, flash point sangat signifikan pada atau sedikit di atas
temperatur maksimum (berkisar dari 30 sampai 60oC) dalam kegiatan
penyimpanan, transportasi, dan dalam penggunaan produk minyak bumi cair baik
dalam wadah terbuka ataupub wadah tertutup. Dalam kisaran temperatur dari 30
sampai 60oC dapat menyebabkan relatif terjadinya bahaya api dan bahaya
ledakan. Untuk produk dengan flash point di bawah 40 oC (104oF), penanganan
terhadap keselamatan harus ekstra hati – hati. Flash point di atas 60oC (140oF),
bahaya keselamatan agak berkurang sehingga flash point kurang signifikan.
Flash point produk minyak bumi digunakan juga oleh pabrik dan oleh pemasaran
untuk mendeteksi terjadinya kontaminasi. Bila flash point rendah dari batasan
spesifikasi menunjukkan bahwa produk terkontaminasi oleh produk minyak
lainnya yang lebih besar volatilitasnya. Pada minyak bumi dan produknya,
volatilitas dapat dikategorikan atas aspek vapor pressure (tekanan uap) dan titik
didih konstituen fraksi.
• Tekanan uap ( vapor pressure ) adalah tekanan yang dilakukan oleh uap dari
cairan pada dinding wadah yang tertutup dalam kondisi yang disyaratkan oleh
metode uji tertentu. Metode uji standar untuk vapor pressure adalah ASTMD–
323.

Vapor pressure menaik dengan menaiknya temperatur, misalnya

gasoline, LPG atau jenis produk yang lain.
• Titik didih ( boiling point cairan ) adalah temperatur dimana tekanan uap
cairan dari baik senyawa murni maupun campuran banyak senyawa sama
dengan 1 atmosfer (14,7 psia). Dalam tiap seri homolog hidrokarbon, titik
didih menaik dengan menaiknya berat molekul dan juga struktur molekul
hidrokarbonnya. Dengan jumlah atom karbon yang sama, parafin cabang
mempunyai titik didh lebih rendah dari normal parafin.
Pada pengujian distilasi minyak bumi dan produknya dinyatakan sebagai
temperatur distilasi untuk sejumlah volume tertentu yang tertampung dalam gelas
ukur dari 100 mL sampel. Atau dapat pula dinyatakan sebagai persen volume
sampel dari jumlah 100 %. Antara temperatur yang satu dan lainnya yang
berdekatan disebut kisaran distilasi (distillation range). Metode uji standar
Hal. 52

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

distilasi adalah distilasi ASTM, meliputi ASTMD–86, D–216, D–285, D–447, D–
2892 dan D–1160 (distilasi pada pengurangan tekanan).
Tabel 2 – 2 : Titik Didih dari Beberapa Senyawa Hidrokarbon
Hidrokarbon (normal)

Titik didih
o

C

o

F

Butana
Pentana

– 0,5
36

18
97

Heksana

68

154

Heptana

98

208

Oktana

126

259

Nonana

151

304

Dekana

174

345

Pentadekana

271

520

Eikosana

343

649

Data dilaporkan dalam istilah – istilah : initial boiling point (IBP), distillation
temperature (temperatur distilasi), end point (titik akhir), dry point (titik kering),
recovery (pemulihan), residue (sisa), total recovery (total pemulihan), distillation
loss (susut distilasi), dan percent evaporated (persen yang teruapkan).
•

Titik didih awal ( initial boiling point ) adalah pembacaan termometer

yang posisi ujungnya tepat pada leher labu distilasi saat tetesan pertama
distilat meninggalkan ujung tabung kondenser. Pembacaan dilakukan pada
sejumlah kondisi pengujian yaitu temperatur kamar, kecepatan pemanasan,
temperatur kondenser dan beberapa yang lain.

2.3 Jenis Minyak bumi
Hal. 53

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Minyak bumi diketemukan jenisnya sangat bervariasi. Walaupun komposisinya
sama, hal ini sangat ditentukan oleh porsi komponen hidrokarbon yang ada
didalamnya. Perbedaannya terlihat pada perbedaan specific gravity (SG) dari
sejumlah minyak bumi yang ada. Sebuah minyak bumi mempunyai API gravity
39,0 dan minyak bumi yang lain 16,0.
Minyak bumi kaya akan senyawaan parafin yaitu dari kelompok minyak bumi
middle east dan minyak bumi banyak mengandung sikloparafin dan aromatik
yaitu dari kelompok Nigeria dan American West Coast. Bila minyak bumi yang
diolah hendak digunakan sebagai umpan reformer, maka dipilih minyak bumi
yang diperkirakan banyak mengandung aromat sebagai produknya, dimana
minyak bumi dari Nigeria lebih baik dari minyak bumi Kuwait.
Untuk tujuan suatu proses dengan diperkirakan jenis produk tertentu, diusahakan
blending antara minyak bumi yang satu dengan lainnya.
2.4 Klasifikasi Minyak bumi
Minyak bumi diklasifikasikan atas beberapa jenis. Klasifikasi minyak bumi ini
sangat penting artinya untuk mengetahui sifat-sifat minyak bumi, sehingga
berguna untuk memprediksi produk-produk yang dihasilkan.

Komponen

hidrokarbon dalam minyak bumi dibedakan atas struktur hidrokarbon dan non
hidrokarbonnya. Perbedaan komposisi ini akan menyebabkan perbedaan sifatsifat minyak bumi, yaitu perbedaan susunan hidrokarbon, SG, API gravity,
volatilitas, flash point, distilasi, dan sebagainya. Oleh karena itu klasifikasi
minyak bumi didasarkan pada perbedaan sifat-sifat tersebut.
Klasifikasi minyak bumi :
1. Klasifikasi berdasarkan specific gravity 60/60 oF (SG 60/60 oF)
2. Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan (volatility)
3. Klasifikasi berdasarkan kadar belerang
4. Klasifikasi menurut US Bureau of Mines (Lane & Garton)
Hal. 54

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

5. Kalsifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik (Nelson, Watson dan
Murphy)
6. Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi (CI)
7. Klasifikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)
2.4.1 Klasifikasi berdasarkan Specific Gravity at 60/60 oF
Specific gravity (SG) minyak bumi berkisar antara 0,8000 – 1,0000. Besarnya SG
untuk tiap minyak bumi sangat erat hubungannya dengan struktur molekul
hidrokarbon, dan pula kandungan Sulfur dan Nitrogen. Makin kecil SG minyak
bumi itu akan menghasilkan produk-produk ringannya makin besar, dan
sebaliknya.
Tabel 2 – 1 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Specific Gravity
SG 60/60 oF (ASTMD-1298)

Minyak bumi
Ringan

< 0,830

Medium ringan

0,830 – 0,850

Medium berat

0,850 – 0,865

Berat

0,865 – 0,905

Sangat berat

> 0,905

2.4.2 Klasifikasi berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility)
Sifat penguapan minyak bumi dijadikan ukuran dalam klasifikasi ini. Sebagai
ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah banyaknya fraksi ringan
dinyatakan dalam % volume yang terkandung dalam minyak bumi itu yang
diperoleh dari hasil distilasi sampai suhu 300 oC.
Fraksi ringan, % vol =

Volume fraksi, mL
Volumesampel

x 100
Hal. 55

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Tabel 2 – 2 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Sifat Penguapan (volatility)
Minyak bumi

Fraksi Ringan (% volume)

Ringan
Sedang

20 – 50

Berat
2.4.3

> 50
< 20

Klasifikasi berdasarkan Kadar Belerang (% wt)

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah kadar Sulfur dalam
minyak bumi, dinyatakan dalam % wt yang terkandung dalam minyak bumi itu
yang diperoleh dari hasil penetapan di laboratorium dengan menggunakan metode
standar ASTMD-1552 (atau dengan metode standar yang lain).
Tabel 2 – 3 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Kadar Sulfur
Minyak bumi

Kadar Sulfur (% wt)

Kadar Sulfur tinggi

> 2,0

Kadar Sulfur sedang

0,1 – 2,0

Kadar Sulfur rendah

< 0,1

2.4.4 Klasifikasi menurut Bureau Of Mines (Lane & Garton)
Pada tahun 1937 Lane dan Garton dari US Bureau of Mines mengemukakan
pendapatnya secara sederhana tentang skema untuk klasifikasi minyak bumi.
Walaupun klasifikasinya kurang lengkap, namun sekarang dapat digunakan
secara umum. Keuntungan utama adalah mempunyai jangkauan sangat luas,
karena dapat mencakup semua minyak bumi, sehingga secara praktis dapat
digunakan untuk klasifikasi. Metode yang digunakan untuk klasifikasi ini
dilakukan dengan cara fraksionasi minyak bumi pada tekanan atmosfer dengan
pengumpulan fraksi pada titik didih fraksi antara 250 dan 275oC.
Hal. 56

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah SG 60/60 oF dari dua
fraksi yang dihasilkan dari distilasi minyak bumi itu yang dilakukan mula-mula
pada tekanan atmosfer dan kemudian pada tekanan absolut 40 mm Hg, yang
terkandung dalam minyak bumi itu

yang diperoleh dari hasil penetapan di

laboratorium dengan menggunakan metode standar ASTMD-285.
Dua fraksi yang dimaksud sebagai hasil distilasi yaitu fraksi kerosene dan fraksi
pelumas, masing-masing diukur SG-nya. Dua fraksi ini disebut Key fraction,
yaitu Key fraction I (Kunci fraksi I) dan Key fraction II (Kunci fraksi II).
- Kunci fraksi I, yaitu fraksi kerosene, dari 250 – 275 oC pada tekanan
atmosfer
- Kunci fraksi II, yaitu fraksi minyak pelumas, dari 275 – 300 oC pada
tekanan 40 mm Hg
SG 60/60 oF dari fraksi 250 – 275 oC menunjukkan sifat-sifat kimia fraksi ringan,
sedang pada SG 60/60 oF dari fraksi 275 – 300 oC menunjukkan sifat-sifat kimia
fraksi berat. Sifat-sifat tersebut tergambarkan sebagai sifat komponen
hidrokarbon, yaitu parafinik, naftenik, aromatik atau bahkan kebanyakan adalah
campuran diantara komponen-komponen tersebut.

Tabel 2 – 4 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut US Bureau of Mines

Kunci fraksi 1

Klas

SG 60/60 oF

Paraffinic

–

API

SG 60/60 oF

< 0,825

1. Parafinic
2.

Kunci fraksi II

o

≥ 40

< 0,876

≥ 30

< 0,825

≥ 40

0,876 –

20 – 30

Intermediate
3.

Intermediate

o

API

0,934
–

0,825 – 0,860

33 – 40

< 876

≥ 30

0,825 – 0,860

33 – 40

0,876 –

20 – 30

Parafinic
4. Intermediate

0,934
Hal. 57

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

0,825 – 0,860

5. Intermediate-

33 – 40

> 0,934

≤ 20

> 0,860

≤ 33

0,876 –

20 – 30

Naphthenic
6.

Naphthenic-

Intermediate

0,934

7. Naphthenic

> 0,860

≤ 33

> 0,934

≤ 20

8. Paraffinic-

< 825

≥ 40

> 0,934

≤ 20

> 0,860

≤ 33

< 876

≥ 30

Naphthenic
9. NaphthenicParaffinic
2.4.5 Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik (Nelson, Watson dan Murphy)
Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah akar pangkat tiga dari
pengukuran titik didih rata-rata suatu minyak bumi dibagi dengan SG 60/60 oF.

Dirumuskan :
3
T
Faktor Karakteristik =
Specific Gravity 60/60 oF
dimana :

T = titik didih rata-rata fraksi, oRankine

Faktor karakteristik (Nelson, Watson dan Murphy) dapat digunakan sebagai
prediksi sifat hidrokarbon dalam minyak bumi dan fraksi-fraksi minyak bumi.
Berdasarkan klasifikasi menurut faktor karakteristik (Nelson, Watson dan
Murphy), minyak bumi dibedakan atas 5 jenis, seperti yang ditunjukkan tabel
berikut.
Tabel 2 – 5 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Faktor Karakteristik
Hal. 58

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Faktor Karakteristik

Klasifikasi

K = 10,1 – 10,5

Aromatik

K = 10,5 - 11,5

Naftenik

K = 11,5 – 12,1

Campuran

K = 12,1 - 12,9

Parafinik

Terdapat hubungan amtara Faktor karakteristik, Specific Gravity, Titik didih ratarata, Volume rata-rata dan Berat molekul rata-rata. Untuk menghitung titik didih
rata-rata
2.4.5

harus diketahui dari harga slope terlebih dahulu.

Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi (Correlation Index)

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah dengan mengukur SG
60/60 oF minyak bumi itu dan menghitung titik didih rata-rata. Oleh Nelson dan
Watson dari Bureau of Mines, klasifikasi minyak bumi berdasarkan Indeks
korelasi dirumuskan :
48,640
C I = 473,7 SG - 456, 8 + -------------T
dimana :

T

= titik didih rata-rata, oKelvin

SG = Specific Gravity 60/60 oF
Berdasarkan klasifikasi menurut Indeks korelasi (Nelson, dan Watson), minyak
bumi mempunyai bilangan C I antara 0 – 100
Dimana :

0 = untuk hidrokarbon Parafinik
100 = untuk hidrokarbon Aromatik

2.4.6

Klasifikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)
Hal. 59

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah dengan mengukur SG
60/60 oF minyak bumi itu dan mengukur viscosity minyak bumi.
VGC digunakan untuk fraksi minyak pelumas, dengan rumusan :
10 G – 1,0752 log (V – 38)
VGC =
1 – log (V – 38)
G = Specific Gravity pada 60/60 oF

eimana :

V = Viscosity dalam SSU 100 oF
Berdasarkan klasifikasi menurut VGC, minyak bumi mempunyai bilangan 0,8 –
1,0
dimana :

0,8 = untuk hidrokarbon Parafinik
1,0 = untuk hidrokarbon Aromatik

2. 5 Karakteristik Minyak bumi
Yang dimaksud dengan karakteristik minyak bumi adalah batasan maksimum atau
minimum suatu parameter minyak bumi yang dikehendaki sebagai umpan proses
pengolahan. Parameter itu meliputi sifat fisika dan sifat kimia. Dengan
terpenuhinya batasan-batasan yang dimaksud, aman pada proses pengolahannya,
aman pada peralatannya serta menghasilkan produk-produk sesuai dengan tujuan
proses. Dan juga untuk perhitungan teknologi ekonomi.

Parameter karakteristik minyak bumi :
• Specific gravity

•

Water and sediments
Hal. 60

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

• oAPI gravity

•

Gross thermal value

• Viscosity at three temperature

•

Aromatic content

• Pour point

•

Mercaptan Sulphur

• Reid vapour pressure

•

Metal content (Fe, V, Pb, Ni, Cu,
Na, etc)

•

Flash point

•

Nitrogen content

•

Total Sulphur

•

Chloride content

•

Total salt content

•

Hydrogen sulfide

•

Characterization factor KUOP

•

Total acid number

•

Wax content

•

Strong acid number

•

Asphaslthenes content

•

Water content

•

Conradson carbon residue

•

Light component (C1, C2, C3, C4,
C5)

•

Ash content

•

Cetane index (calculation)

2.6 Produk-produk dari Minyak bumi
Produk-produk minyak bumi adalah :
(1). Produk Volatil, disebut produk sebagai hidrokarbon ringan.
• LPG Propana (Liquefied Petroleum Gas)
• LPG Butana
• Naphtha ringan (C5 dan nC6 )
(2). Distilat Ringan (Light Distillate)
• Gasoline
• Heavy Naphtha (Bahan dasar Petrokimia dan bahan dasar cat)
• Kerosene dan Jet fuels (bahan bakar pesawat Jet)

(3). Distilat Tengah (Middle Distillate)
Hal. 61

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

• Minyak Diesel (Automotive Diesel)
• Heating Oils
• Gas Oils
(4). Fuels Oils
• Marine diesel
• Bunker fuels (untuk kapal laut)
(5). Minyak Pelumas (Lubricating Oils)
• Motor
• Spindle
• Machine oils
(6). Waxes
• Food and paper coating grade
• Pharmaceutical grade
(7). Bitumen
• Asphalt
• Coke

Produk

Parafinik

Intermediat

Naftenik
Hal. 62

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Bensin

Kerosin

Tidak terlalu

Sedang

Rendah

Rendah

55 – 70

34 – 55

(400oF-EP)

Angka Oktan

42 – 55

Titik asap tinggi

Titik asap sedang

Titik asap rendah

20 – 25
Minyak Diesel

Indeks diesel baik

Indeks diesel

Indeks diesel

51 – 76

sedang

rendah

49 – 65

90 – 106

Indeks Viskositas

Indeks Viskositas

Indeks Viskositas

tinggi

tidak terlalu

rendah, (gelap)

90 – 106

rendah

Kadar Lilin

Tinggi

Sedang

Rendak sekai

(180 – 300oC)

> 10 %

Sampai > 10 %

(0 %)

Pelumas

pada 10 mm Hg.

BAB 3
Hal. 63

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

KOMPOSISI PRODUK-PRODUK MINYAK BUMI

3.1.

Produk-produk Minyak Bumi dan Kegunaannya
Pada proses pengolahan Minyak bumi tidak pernah diperoleh pemisahan

senyawa-senyawa hidrokarbon murni, melainkan berupa campuran yang sangat
kompleks. Produk-produk yang dihasilkan, berupa fraksi-fraksi sebagai berikut :
Fraksi

Titik didih
o

C

Kegunaan
o

F

1.

Fuel gas

-160 - -140

-250 - -40

Bahan bakar refinery

2.

Propana

-40

-40

3.

Butana

-12 - -1

-11 - -30

Menaikkan volatilitas
gasoline

4.
5.

Light naphtha
Gasoline

-1 - 150
-1 - 180

30 - 300
30 - 355

- komponen gasoline
- reformer feed stock

6.

Heavy naphtha

150 - 205

300 - 400

- reformer feed stock
- jet fuel

7.

Kerosene

205 - 260

400 - 400

fuel oil

8.

Stove oil

205 - 290

400 - 550

fuel oil

9.

Light gas oil

260 - 315

500 - 600

- fuel oil furnace

10.

Heavy gas oil

315 - 425

600 - 800

- komponen bahan
dasar diesel

11.

Lubricating oil

> 400

> 750

12.

Vacuum gas oil

425 - 600

800 - 1100

13.

Residue

> 600

> 1100

LPG

Pelumasan
Feed stock untuk
katalikik karakter
- heavy fuel oil
- asphalt.

Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan, seperti tertera diatas, hanya
beberapa produk yang akan dibicarakan komposisinya adalah :
1.

Elpiji (LPG)
Digolongkan menjadi 3 golongan :
Hal. 64

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

a. Elpiji Propana (dominan C3)
b. Elpiji Butana (dominan C4)
c. Elpiji Campuran terdiri dari propana dan butana
Umumnya di Indonesia diproduksi Elpiji campuran, yang komposisinya
terdiri dari :
- etana

-

iso butilena

C4H8

- etilena

C2H4

-

trans 2-butena

C4H8

- propana

C3H8

-

cis 2-butena

C4H8

- propilena

C3H6

-

1,3 butadiena

C4H6

- Iso butana C4H10

-

iso butilena

C5H12

- n-butena

C4H10

-

n-pentana

C5H12

- I-butena
2.

C2H6

C4H8

Gasoline

Gasoline adalah campuran komplek hidrokarbon yang mempunyai titik didih
dibawah 180 oC (355 oF), atau umumnya dibawah 200 oC (390 oF).
Konstituen gasoline terdiri dari struktur molekul C4 – C12, yaitu terdiri dari
parafin, olefin, naphthen dan aromatik. Prosen dari tiap golongan senyawa itu
(parafin, olefin, naphthen dan aromatik) bergantung pada jenis prosesnya.
a. Straight run naphtha

:

terdiri dari n-parafin, iso parafin,
naphthen (dominan) dan aromatik.

b. Thermal kraking

:

terdiri dari n-parafin, isoparafin dan
aromatik

c. Katalitik kraking

:

terdiri dari n-parafin, isoparafin, dan
aromatik (sangat dominan)

d. Alkilasi

:

e. Polimerisasi

:

terdiri dari isoparafin (100 %)
terdiri dari olevin (100 %)
Hal. 65

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Mutu gasoline dinyatakan sebagai “angka oktana” (octane number).
Angka oktana, dinyatakan dengan range skala dari 0 – 100. Makin tinggi angka
oktana suatu gasoline menunjukkan karakteristik antiknocking gasoline, yaitu :
a. menurut ASTMD-2700 dan ASTMD-2723, disebut “motor octane
number” (MON)
b. menurut ASTMD-2699 dan ASTMD-2722, disebut “research octane
number” (RON)
Metoda pengujian yang digunakan untuk penetapan antiknock suatu gasoline
adalah dengan memperbandingkan dengan campuran yang dibuat dari dua
hidrokarbon murni yaitu “n-heptana dan iso oktana (2, 2, 4-trimetil pentana)”.
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 :
CH3

n-heptana

CH3

CH3 – CH – CH2 – C – CH3

:

CH3

iso oktana
(2,

2,

4-trimetil

pentana)
Iso oktana mempunyai angka oktana 100 dan mempunyai ketahanan yang paling
tinggi terhadap knocking, tetapi n-heptana mempunyai angka oktana knocking.
Untuk mempelajari angka oktana dari tiap jenis hidrokarbon, maka dapat
diberikan beberapa ketentuan sebagai berikut :
a. n-parafin mempunyai sifat knocking yang kurang baik, dan angka oktana
menjadi lebih jelek dengan naiknya berat molekul.
b. Iso parafin mempunyai angka oktana yang lebih tinggi dari bentuk
isomer normalnya dan angka oktana menaik dengan bertambahnya rantai
cabang.
c. Olefin mempunyai angka oktana yang lebih tinggi dari normal parafin
dengan jumlah atom C yang sama.
d. Naphthen umumnya lebih baik dari n-parafin, tetapi jarang mempunyai
angka oktana yang tinggi.
e. Aromatik umumnya mempunyai angka oktana yang tinggi.
Hal. 66

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Persen campuran antara n-heptana dan iso oktana, dijadikan sebagai referensi
(pembanding) ukuran besarnya angka oktana. Beberapa persen jumlah iso oktana
yang digunakan untuk dicampur dengan normal heptana, menunjukkan besarnya
angka oktana.
Misalnya, campuran dari 90 % iso oktana dan 10 % n-heptana, mempunyai angka
oktana = 90.
Gasoline yang dihasilkan dari suatu proses prngolahan belum dapat langsung
digunakan, karena masih perlu ditambahkan bahan-bahan kimia (disebut aditiv)
agar mutu gasoline menjadi baik. Untuk menaikkan angka oktana ditambahkan
bahan kimia yaitu TEL = Tetra ethyl lead, Pb (C2H5)4.
2a.

Aviation Gasoline (AVGAS)
Trayek didih 38 – 170 oC (100 – 340 oC (100 – 340 oF). Avgas tidak

mengandung gas hidrokarbon (butana). Terdiri dari beberapa jenis komposisi.
Komposisinya :
- parafin dan isoparafin

:

50 – 60 %

- naphthen

:

20 – 30 %

- aromatik

:

20 – 30 %

- tidak mengandung olefin :

10 %

Sedang pada motor gasoline mengandung sampai 30 % olefin dan 40 %
aromatik.
Sifat dari masing-masing komponen
- parafin

:

(pentana & heksana )
- isoparafin
(isopentana – iso)

mempunyai nilai kalor yang tinggi,
dan senyawa kimia yang stabil

:

mempunyai angka oktana yang tinggi,
baik dalam kondisi campuran gemuk
(rich mixture) maupun campuran
kurus (poor/lean mixture) bahan bakar.
Hal. 67

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

- olefin

:

mempunyai sifat-sifat antiknock yang
relatif

jelek,

pembentuk

gum

dan

penyerbab terjadinya penyalaan awal
- naphthen

:

mempunyai trayek didih yang baik.

- aromatik

:

mempunyai sifat antiknock yang bagus
(excellent antiknock characteristic)

3.

Naptha (Petroleum Solvent)
Trayek didih 150 – 205oC, dapat dibuat dengan cara-cara (1).

Fraksionasi dari straight-run, kraking dan reforming distilat atau fraksionasi Crude
Petroleum, (2). Solvent ekstraksi, (3). Hidrogenasi kraking distilat, (4).
Polimerisasi senyawa-senyawa olefinik dan (5). Proses alkilasi.
Komposisi :
Terdapat 2 macam Naphtha, yaitu Naphtha alifatik dan Naphtha aromatik.
Keduanya digunakan sebagai solvent (pelarut).
-

Alifatik solvent, terdiri dari hidrokarbon parafinik dan siklo parafinik
(naphthenik), yang langsung dapat dihasilkan dari destilasi Crude.

-

Aromatik solvent, terdiri dari hidrokarbon aromatik, umumnya
berupa alkil benzena yang tersubstitusi.

Naphtha yang tidak mengandung hidrokarbon aromatik disebut heavy
alkilat, yang hendak digunakan sebagai solvent alifatik dan juga sebagai
aviation alkilat.
Terdapatnya aromatik dalam Naphtha akan menyebabkan (1). Bau, (2).
Pembentuk gum. Untuk menghilangkan hidrokarbon aromatik dilakukan
dengan cara solvent ekstraksi (yaitu proses Eudeleanu, proses Udex) atau
hidrogenasi dan absorbsi dengan silika gel.
Kegunaan Naphtha :
1) Solvents (diluents) cat
2) Sebagai dry-cleaning solvent
Hal. 68

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

3) Solvent untuk cutback asphalt
4) Solvent dalam industri karet
5) Solvent untuk proses industri ekstraksi.
3a. Solvent Cat
Dikenal 2 macam solvent cat, yaitu :
- Solvent ringan
trayek didih 38 – 150 oC (100 – 300 oF)
- Solvent berat
trayek didih 150 – 230 oC (300 – 450 oF)
3b. Dry-cleaning solvents
Berupa straight run Naphtha dengan kandungan Sulfur rendah (sangat
sesuai bila dibuat dari Crude oil Parafinik) dan juga kandungan
aromatik

rendah (tidak

meninggalkan

bau pada

bahan yang

dibersihkan/dikeringkan). Untuk menghilangkan Sulfur tidak boleh
dihilangkan dengan cara treating dengan asam sulfat.
3c. Solvent untuk cutback asphalt
Sebagai pengencer asphalt sehingga asphalt dapat langsung digunakan
untuk melapisi permukaan jalan, tanpa dilakukan pemanasan terlebih
dahulu.
3d. Solvent dalam industri karet
Sebagai solvent industri karet, membentuk semen karet yang
selanjutnya diproses untuk pembuatan :
-

ban, rubberized cloth, hot water bottles, bathingcaps, gloves,
sepatu dan mainan (toy).

3e. Solvent industri ekstraksi
Hal. 69

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Trayek didih 65 – 120 oC (150 – 250 oF. Komponen yang dominan
adalah n-heksana. Sebagai solvent untuk proses ekstraksi digunakan
dalam industri extracting residual oil (sisa-sisa lemak) dari lemak
kacang (castor beans), lemak biji gandum (wheat).
4.

Kerosene (minyak tanah)
Trayek didih 205 – 260 oC (400 – 500 oF), mempunyai flash point

diatas 25 oC (77 oF), banyak digunakan untuk penerangan lampu, minyak kompor.
Dahulu merupakan produk yang utama (pokok), tetapi setelah berkembangnya
automobile tergeser menjadi salah satu produk mayor setelah produk gasoline.
Komposisi :
Terdiri dari senyawa hidrokarbon jenuh (parafin), harus bebas dari aromatik dan
hidrokarbon tak jenuh dan sebaiknya dengan kandungan Sulfur serendah
mungkin. Dibuat langsung sebagai straight-run fraksi dan bukan dari proses
kraking.
Struktur molekul mengandung C12 atau lebih permolekulnya. Disamping
hidrokarbon jenuh, mengandung pula senyawa-senyawa dengan rumus molekul
sebagai berikut :
a. Tetrahidronaphthalena
R

R1

b. Disikloparafin

c. Indan tersubstitusi (yaitu gabungan antara aromatik dan siklo)
Hal. 70

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

d. Naphthalena (yaitu aromatik di inti).

e. Biphenyl (yaitu dua inti aromatik terisolari).

Salah satu data analisa dari Kerosene, memberikan data komposisi sebagai berikut
:
Tipe hidrokarbon

% Volume

- Parafin
normal

23

cabang

16

monosiklo

32

disiklo

11

trisiklo

0

- Aromatik
mono-inti *
di-inti
•

5.

15
3

Termasuk kedua tipe dari alkilbenzena dan sikloparafin

Fuel Oil
Fuel oil diklasifikasikan atas beberapa cara, namun biasanya terbagi atas

2 (dua) tipe utama, yaitu :
a. distilate fuel oil
Hal. 71

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

b. residual fuel oil
-

Distilate fuel oil dihasilkan dari proses penguapan dan kondensasi selama
distilasi dan mempunyai trayek didih tertentu serta tidak mengandung
komponen minyak bumi yang mempunyai titik didih tinggi (komponen
asphaltik).

-

Residual fuel oil mengandung sejumlah residu dari Crude oil distilasi atau
thermal kraking.

Istilah distilate fuel oil dan residual fuel oil telah kehilangan makna, karena
sekarang fuel oil dibuat untuk tujuan khusus, yang mungkin distilat, residual atau
campuran (blending) dari keduanya.
Istilah-istilah itu misalnya :
- domestic fuel oil
- heavy fuel oil
- diesel fuel oil
yang menunjukkan sesuai dengan penggunaan dari fuel oil itu.
5a.

Domestic fuel oil
Domestic fuel oil digunakan terutama untuk keperluan rumah

tangga. Termasuk domestic fuel oil adalah kerosene, stove oil dan furnace
fuel oil.
Stove oil, seperti halnya juga Kerosene, merupakan straight run fraksi dari
Crude. Sedang fuel oil yang lain, biasanya berasal dari blending dari dua
fraksi atau lebih, dimana salah satunya yang digunakan sebagai blending
adalah cracked gas oil. Sedang fraksi yang lain adalah heavy naphtha,
lightnaphtha atau heavy gas oil.
5b.

Heavy fuel oil
Heavy fuel oil terdiri dari bermacam-macam oil yang mempunyai

titik didih diawali dari distilasi sampai residual oil, pemanasan sampai 260
Hal. 72

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

o

C (500 oF) atau lebih. Heavy fuel oil merupakan hasil blending dari

residual dan distilat, sesuai dengan tujuan kegunaan khusus.
Termasuk heavy fuel oil adalah macam-macam fuel oil yang digunakan
dalam berbagai jenis industri. Bila fuel oil itu digunakan untuk fuel kapal,
heavy fuel oil itu disebut : bunker oil.
5c.

Diesel fuel oil
Diesel fuel oil adalah bahan bakar motor diesel. Sesungguhnya

diesel fuel oil sama dengan furnace fuel oil, hanya kandungan aromatiknya
lebih kecil. Sebab adanya aromatik akan menurunkan mutu dari diesel fuel
oil itu.
Mutu diesel fuel oil dinyatakan dengan “angka setana” (cetane value).
Angka setana adalah suatu ukuran kecenderungan diesel fuel terhadap
ketukan (knocking) dalam mesin diesel.
Angka setana pada sifat penyalaan dari campuran dua senyawa
hidrokarbon, yaitu (1) Setana (heksadekana), C16 H34 dan (2) Hepta metil
nonana, C16 H34.
(1).

Setana (heksadekana), C16 H34
(CH3 – (CH2)14 – CH3

(2).

Heptametil nonana,, C16 H34
CH3 – CH – CH – CH – CH – CH – CH – CH – CH – CH3
CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3

Heksadekana mempunyai angka setana = 100, sedang Heptana metil
nonana mempunyai angka setana = 15. Besarnya angka setana sama
dengan persen volume heksadekana (setana) dalam campurannya dengan
Hepta metil nonana. Mutu penyalaan (ignitition) diuji dengan metoda
ASTMD-613.
Hal. 73

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

6.

Minyak Pelumas (Lubricating oil)
Minyak pelumas mempunyai titik didih yang tinggi yaitu diatas 400 oC

(750 oF). Bahan dasar untuk pembuatan minyak pelumas berasal dari hidrokarbon
yang mempunyai C25 – C40 permolekulnya. Sedang residual stocknya mengandung
C50 – C60 (bahkan sampai C80) permolekulnya.
Sebagai produk minyak bumi, fraksi minyak pelumas terdiri dari ribuan jenis
senyawaan hidrokarbon, yaitu digolongkan atas 3 (tiga) golongan besar, yaitu :
a. hidrokarbon parafinik
b. hidrokarbon napthenik
c. hidrokarbon aromatik.
Sifat-sifat :
-

mempunyai viskositas paling rendah diantara Naftenik dan Aromatik, tetapi
mempunyai indek viskositas paling tinggi.

-

normal parafin dan parafin yang mempunyai sedikit cabang mempunyai titik
beku tinggi, sehingga meninggikan titik tuang (pour point) dari Minyak
Pelumas.
C
C

C
C

C
C

C

C

C
C

C

C
C

Normal-parafin
C

(parafin rantai lurus)

C

C

C

C

C

isoparafin sedikit cabang

C
C
C
C
C
C
C

C
C

C
C

C
C

C
C

C
C

C
Hal. 74

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

C

C

C

C
C

C

C

C
C

C

C
C

isoparafin banyak cabang
C

C
C

-

C

C
C

senyawa parafin mempunyai kestabilan terhadap panas dan oksidasi yang
tinggi.

(b).

Hidrokarbon Naftenik
Merupakan senyawa hidrokarbon jenuh dengan rantai atom C tertutup.

Terbagi atas 2 macam, yaitu :
- Naften dengan rantai alkil pendek
- Naften dengan rantai alkil panjang
Sifat-sifat :
-

mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari parafin, tetapi indek
viskositasnya lebih rendah darai parafin.

-

naften rantai alkil panjang mempunyai indek viskositas tinggi, sedang
naften rantai alkil pendek (disebut : poli-naften) mempunyai indek
viskositas rendah atau medium.

Naften rantai alkil pendek
Hal. 75

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Naften rantai alkil panjang
-

senyawa naften mempunyai mempunyai titik beku rendah dan ketahanannya
terhadap panas dan oksidasi yang tinggi.

(c).

Hidrokarbon Aromatik
Merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan rantai atom C tertutup,

yang dibedakan atas :
- aromat dengan rantai alkil pendek
- aromat dengan rantai alkil panjang
Sifat-sifat :
-

mempunyai viskositas yang paling tinggi diantara ketiganya, tetapi
mempunyai viskositas indek sangat rendah, terutama untuk aromat rantai
alkil pendek (poliaromatik).

-

aromat rantai alkil pendek mempunyai pour point yang sangat bervariasi,
bergantung pada struktur. Sedang aromat rantai alkil panjang mempunyai
pour point rendah.

aromat rantai alkil pendek
-

aromat rantai alkil panjag

senyawa aromat rantai panjang mempunyai daya tahan oksidasi baik, tetapi
aromat rantai alkil pendek sangat mudah teroksidasi. Mempunyai termal
stabilitas (ketahanan terdap panas) yang baik.
Hal. 76

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

6.1.

Ciri – ciri minyak pelumas.
Untuk memperoleh minyak pelumas siap pakai, dilakukan pencampuran

(blending) antar minyak pelumas dasar (base stock) dan beberapa additive. Fungsi
additive adalah untuk memperbaiki mutu minyak pelumas, sehingga aman dalam
pemakaiannya.
Ciri – ciri minyak pelumas yang baik adalah :
1. Viskositas tinggi.
Viskositas tinggi dibutuhkan karena dengan viskositas tinggi, berarti
pelumas itu tetap membentuk lapisan film pada bagian yang dilumasi.
Lebih-lebih apabila pelumas itu digunakan untuk mesin-mesin yang
bekerja pada kondisi operasi berat.
2. Indeks Viskositas tinggi.
Indeks viskositas (VI) tinggi dibutuhkan karena dengan VI tinggi,
berarti

pelumas

itu

tidak

dipengaruhi

oleh

adanya

perubahan/perbedaan temperatur, sehingga pelumasan tetap baik untuk
daerah yang berbeda temperaturnya.
3. Pour Point rendah.
Pour point rendah dibtuhkan karena dengan pour point rendah, berarti
pelumas tetap berfungsi apabila keadaan dingin, khususnya saat mesin
hendak dihidupkan (start).
4. Volatiltas rendah.
Volatilitas rendah dibutuhkan karena dengan volatilitas (kemudahan
menguap) rendah, berarti pelumas yang hlang selama pemakaian dapat
dicegah.
5. Daya tahan terhadap panas (stabilitas thermal) dan oksidasi baik.
Daya tahan terhadap panas (stabilitas thermal) dan oksidasi baik ini
berarti bahwa, pelumas tersebut tetap stabil, tidak mudah terurai oleh
panas dan tak teroksidasi selama pemakaian.
Hal. 77

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

Untuk mendapatkan minyak pelumas yang memenuhi persyaratan daiats,
perlu diperhatikan sifat–sifat dari minyak pelumas dasar (base stock) terlebih
dahulu, sebelum dilakukan penambahan additive.
Sifat-sifat minyak pelumas dasar sangat ditentukan oleh proses
pengolahannya, sedangkan sifat-sifat lainnya yang berhubungan dengan
pemakaian lebih banyak dipengaruhi oleh additive.
6.2.

Hubungan struktur hidrokarbon dengan sifat-sifatnya.
Tabel dibawah ini memberikan hubungan antara sifat-sifat (properties)

dan tipe utama struktur hidrokarbon yang harus terdapat dalam minyak pelumas.
NO
1

Tipe hidrokarbon
Parafin rantai lurus

Sifat utama
-

Viskositas tinggi

-

Viskositas indeks sangat tinggi

-

Daya tahan terhadap oksidasi
baik

Viskositas indeks tinggi

-

Isoparafin sedikit cabang

Pour point tinggi
Viskositas tinggi

-

2

-

Daya tahan terhadap oksidasi
baik
Pour point medium
Viskositas tinggi
Viskositas indeks tinggi

-

Isoparafin banyak cabang

-

3

Daya tahan terhadap oksidasi
baik

NO
4

Tipe hidrokarbon
Naften rantai alkil pendek

Pour point rendah
Sifat utama

-

Viskositas sangat tinggi
Viskositas indeks rendah atau
medium
Hal. 78

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

-

-

Naften
panjang

rantai

alkil

-

Viskositas indeks tinggi

-

5

Daya tahan terhadap oksidasi
baik
Pour point rendah
Viskositas sangat tinggi
Daya tahan terhadap oksidasi
baik

6

Aromatik
pendek

alkil

Pour point tinggi
Viskositas sangat tinggi

-

rantai

-

Viskositas indeks rendah tau
medium

-

Daya tahan terhadap oksidasi
jelek (mudah teroksidasi)

-

Pour

point

bervariasi,

bergantung pada struktur
Aromatik
panjang

rantai

alkil

-

Stabilitas thermal baik
Viskositas sangat tinggi

-

Viskositas indeks tinggi

-

7

Daya tahan terhadap oksidasi
baik

-

Pour point rendah

Diantara ketiga jenis hidrokarbon yang diklasifikasikan atas 7 tipe
tersebut diatas, tampak bahwa tidak seluruhnya diingini berada dalam minyak
pelumas, karena ada hidrokarbon yang mempunyai sifat-sifat kurang baik sebagai
minyak pelumas, sehingga hidrokarbon tersebut harus dihilangkan.
Tipe hidrokarbon yang memenuhi syarat sebagai minyak pelumas adalah
:
1. Isoparafin banyak cabang
2. Naften rantai alkil panjang
3. Aromatik rantai alkil panjang.
Hal. 79

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

BAB 5
Perhitungan / Persamaan Larutan
Rumus dasar larutan
1.

Molaritas, M
Hal. 80

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

M =

2.

mol
Vol.

Normalitas, N
N = a.M ; a = valensi

3.

Molalitas, m
m=

4.

gram 1000
.
Mr
p

Fraksi mol, X
XA =

5.

; p = massa pelarut (gram)

nA
ntotal

Pengenceran
M 1.V1 = M 2 .V2
∆ =V2 −V1
V

= volume air yang ditambahkan
6.

Pencampuran
M camp . =

M 1.V1 + M 2 .V2
V1 + .V2

Asam Basa
1. Teori Asam Basa
a. Arhennius
Asam : zat dalam air terurai menjadi H+ dan sisa asam.
Contoh : HX

H+

+

X-

Basa : zat dalam air terurai menjadi OH – dan logam
Contoh : MOH

M+

+

OH-

b. Bronsted-Lowrey
Asam : zat yang dapat memberi ion H+.
Basa : zat yang menerima ion H+.
NH3 + H2O
Asam : H2O
Basa : NH3

NH4+

+

OH-
Hal. 81

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

c. Lewis
Asam : zat yang menerima sepasang electron bebas
Basa : zat yang memberikan sepasang electron bebas
BF3 + BH3

BH3BH3

Asam : BF3
Basa : NH3
d. Konjugasi
Asam : zat yang kelebihan satu ato H dari basa yang bersangkutan
Basa : zat yang kekurangan satu ato H dari basa yang bersangkutan
NH4+

NH3 + H2O

+

OH-

Asam : H2O
Basa : NH3
2. Eksponen Hidrogen
1. Ionisasi air
H+

Air teionisasi : H2O

+

OH-

Nilai [H+] = [OH-] = 10-7 (pada 1 atm , 25 o C) dan Kw = 10 -14
2. Derajat keasaman (pH) larutan
a. Asam dan basa kuat
Asam kuat (H2SO4, HCl, HI, HBr, HNO3)
[H+] = a . M

; a = jml. atom H

pH = - log [H+]
Basa kuat (KOH, NaOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2)
[OH-] = a . M

; a = jml. gugus OH

pOH = - log [OH-]
pH = pKw - pOH
b. Asam dan basa lemah
Asam lemah

[H ] =
+

Ka.M = α.M

Basa lemah
Hal. 82

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

[OH ] =
−

Kb.M = α.M

α = derajat ionisasi
3. Buffer
a. Garam (asam lemah + basa kuat) dan asamnya
pH = pKa + log

[ garam]
[ asam]

b. Garam (asam kuat + basa lemah) dan basanya
pH = pKb + log

[ garam]
[basa]

4. Hidrolisa
Hidrolisa adalah peristiwa terurainya garam dalm air menjadi ion-ionnya.
a. Garam dari asam kuat dan basa kuat
pH = 7

b. Garam dari asam kuat dan basa lemah
pH =

1
[ garam]
[ pKw + log
]
2
[ Kb]

c. Garam dari asam lemah dan basa kuat
1
[ garam]
pH = [ pKw + log
]
2
[Ka]

d. Garam dari asam lemah dan basa lemah
pH =

1
[ pKw + pKa − pKb]
2

5. Titrasi
a. Indikator
Indikator
Metil Jingga
Metil Merah
Bromthymol biru
Merah Kresol
Fenolftalin

Warna
Asam
merah
merah
kuning
kuning
tak berwarna

b. Titrasi asam basa

Basa
jingga
kuning
biru
merah
merah

Trayek pH
3,1
4,2
6,0
7,4
8,2

- 4,4
- 6,3
- 7,6
- 9,0
- 9,8
Hal. 83

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

- Asam kuat basa kuat
(1). tak bersisa ; pH = 7
(2). Bersisa ; pH = - log N sisa
- Asam kuat basa lemah
(1). Tak bersisa ; pH hidrolisa
(2). Basa tersisa ; pH buffer
(3) Asam tersisa ; pOH = - log Nbasa sisa
- Asam lemah basa kuat
(1). Tak bersisa ; pH hidrolisa
(2). Asam tersisa ; pH buffer
(3) Basa tersisa ; pOH = - log Nbasa sisa
- Asam lemah basa lemah
pH =

1
[ pKw + pKa − pKb]
2

Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif larutan adalah sifat fisis yang menyertai suatu larutan
Sifat koligatif larutan meliputi:
1. Penurunan titik beku (∆Tf)
∆Tf = Kf . m
= Tf o - Tf
2. Kenaikkan titik didih (∆Tb)
∆Td = Kb. m
= Tb – Tb o
3. Penurunan tekanan uap (∆P)
∆P = Po . XA
= Po – P
= Po . (1 – XB)
4. Tekanan osmotik (π)
Hal. 84

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

π = M. R. T
Untuk zat elektrolit harus dikalikan dengan `i = (n – 1 ) α
Keterangan:
∆Tf ,∆Td = penurunan titik beku, kenaikan titik didih(oC)
Kf , Kb = konstanta penurunan titik beku, kenaikkan titik didih
m

= molalitas

Tf o ,Tb o = titik beku dan titik didih pelarut murni (oC)
Tf ,Tb = titik beku dan titik didih larutan (oC)
∆P

= Penurunan tekanan uap(atm)

Po

= Tekanan uap murni (atm)

XA

= Fraksi mol zat terlarut

P

= Tekanan uap larutan (atm)

XB

= Fraksi mol pelarut

π

= tekanan osmotik (atm)

M

= Molaritas (M)

R

= 0,082

T

= Temperature (K)
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Jika terdapat reaksi : XaYb(aq)
Ksp = [Xb+]a . [Ya-]b
Ksp = hasil kali kelarutan

aXb+(aq)

+

bYa-(aq)
Hal. 85

KIMIA MIGAS
DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS

More Related Content

What's hot

Hidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMA
Hidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMAHidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMA
Hidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMABagas Pramana
 
hidrokarbon dan minyak bumi
 hidrokarbon dan minyak bumi hidrokarbon dan minyak bumi
hidrokarbon dan minyak bumimfebri26
 
Kimia organik ppt
Kimia organik pptKimia organik ppt
Kimia organik pptsodikin ali
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonwd_amaliah
 
Worksheet tata nama alkanaa
Worksheet tata nama  alkanaa Worksheet tata nama  alkanaa
Worksheet tata nama alkanaa Affan Salaffudin
 
Model hidrokarbon
Model hidrokarbonModel hidrokarbon
Model hidrokarbonTillapia
 
Makalah alkana alkena alkuna
Makalah alkana alkena alkunaMakalah alkana alkena alkuna
Makalah alkana alkena alkunanoname8371
 
Hidrokarbon revisi
Hidrokarbon revisiHidrokarbon revisi
Hidrokarbon revisiAndi Hafiidh
 
ITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkana
ITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkanaITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkana
ITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkanaFransiska Puteri
 

What's hot (19)

Ujian kompetensi
Ujian kompetensiUjian kompetensi
Ujian kompetensi
 
Lembar Kerja Siswa Kimia
Lembar Kerja Siswa KimiaLembar Kerja Siswa Kimia
Lembar Kerja Siswa Kimia
 
Hidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMA
Hidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMAHidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMA
Hidrokarbon-Kimia Kelas 11/XI SMA
 
Hidrokarbon
HidrokarbonHidrokarbon
Hidrokarbon
 
Hidrokarbon kelas XII semester VI
Hidrokarbon kelas XII semester VIHidrokarbon kelas XII semester VI
Hidrokarbon kelas XII semester VI
 
Hidrokarbon
HidrokarbonHidrokarbon
Hidrokarbon
 
hidrokarbon dan minyak bumi
 hidrokarbon dan minyak bumi hidrokarbon dan minyak bumi
hidrokarbon dan minyak bumi
 
Kimia organik ppt
Kimia organik pptKimia organik ppt
Kimia organik ppt
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbon
 
Alkana ena-una
Alkana ena-unaAlkana ena-una
Alkana ena-una
 
ISOMER
ISOMERISOMER
ISOMER
 
Bab ix kimia
Bab ix kimiaBab ix kimia
Bab ix kimia
 
Worksheet tata nama alkanaa
Worksheet tata nama  alkanaa Worksheet tata nama  alkanaa
Worksheet tata nama alkanaa
 
Model hidrokarbon
Model hidrokarbonModel hidrokarbon
Model hidrokarbon
 
Makalah alkana alkena alkuna
Makalah alkana alkena alkunaMakalah alkana alkena alkuna
Makalah alkana alkena alkuna
 
HIDROKARBON
HIDROKARBONHIDROKARBON
HIDROKARBON
 
Hidrokarbon revisi
Hidrokarbon revisiHidrokarbon revisi
Hidrokarbon revisi
 
ITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkana
ITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkanaITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkana
ITP UNS SEMESTER 2 pendahuluan + alkana
 
Senyawa hidrokarbon
Senyawa hidrokarbonSenyawa hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon
 

Viewers also liked

Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga KobaltBilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga KobaltAnindia Larasati
 
Struktur dan tatanama benzena
Struktur dan tatanama benzenaStruktur dan tatanama benzena
Struktur dan tatanama benzenaAnnik Qurniawati
 
Ikatan Dipol - Dipol dan Ikatan Hidrogen
Ikatan Dipol - Dipol dan Ikatan HidrogenIkatan Dipol - Dipol dan Ikatan Hidrogen
Ikatan Dipol - Dipol dan Ikatan HidrogenMarina Silalahi
 
Definisi sifat fluida
Definisi sifat fluidaDefinisi sifat fluida
Definisi sifat fluidaoilandgas24
 
Reaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonReaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonDM12345
 

Viewers also liked (13)

Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga KobaltBilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
 
Aseton
AsetonAseton
Aseton
 
Struktur dan tatanama benzena
Struktur dan tatanama benzenaStruktur dan tatanama benzena
Struktur dan tatanama benzena
 
Ikatan Dipol - Dipol dan Ikatan Hidrogen
Ikatan Dipol - Dipol dan Ikatan HidrogenIkatan Dipol - Dipol dan Ikatan Hidrogen
Ikatan Dipol - Dipol dan Ikatan Hidrogen
 
K3L Senyawa Kimia
K3L Senyawa KimiaK3L Senyawa Kimia
K3L Senyawa Kimia
 
molekul alisiklik
molekul alisiklikmolekul alisiklik
molekul alisiklik
 
Definisi sifat fluida
Definisi sifat fluidaDefinisi sifat fluida
Definisi sifat fluida
 
Kimia dasar
Kimia dasarKimia dasar
Kimia dasar
 
Kimia Organik
Kimia OrganikKimia Organik
Kimia Organik
 
Reaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonReaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan keton
 
Senyawa karbon
Senyawa karbonSenyawa karbon
Senyawa karbon
 
100 soal kimia
100 soal kimia100 soal kimia
100 soal kimia
 
Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)
 

Similar to Kimia dasar

Alkana kimor kelompok 3
Alkana kimor kelompok 3Alkana kimor kelompok 3
Alkana kimor kelompok 3ibnuali9
 
Modul kimia kelas xi bab 1
Modul kimia kelas xi bab 1Modul kimia kelas xi bab 1
Modul kimia kelas xi bab 1mief04
 
Link ppt hirro karbon
Link ppt hirro karbonLink ppt hirro karbon
Link ppt hirro karbonherliani123
 
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumiDwi Miftakhul
 
Tugas_kimia.docx
Tugas_kimia.docxTugas_kimia.docx
Tugas_kimia.docxTIRASBALYO
 
SENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMK
SENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMKSENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMK
SENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMKEtiSulastri1
 
Makalah hidrokarbon
Makalah hidrokarbonMakalah hidrokarbon
Makalah hidrokarbonkimyuki444
 
kima organik.pptx
kima organik.pptxkima organik.pptx
kima organik.pptxNllyArynti
 
hidrokarbon-160824130420.pdf
hidrokarbon-160824130420.pdfhidrokarbon-160824130420.pdf
hidrokarbon-160824130420.pdfZidnaHaidar
 
Bab 1HC dan Minyak Bumi.pptx
Bab 1HC dan Minyak Bumi.pptxBab 1HC dan Minyak Bumi.pptx
Bab 1HC dan Minyak Bumi.pptxAinunNajmah1
 
Ppt hidrokarbon
Ppt hidrokarbonPpt hidrokarbon
Ppt hidrokarbonsari_sari
 
HIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasii
HIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasiiHIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasii
HIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasiiNurFitriaHayati1
 

Similar to Kimia dasar (20)

Alkana kimor kelompok 3
Alkana kimor kelompok 3Alkana kimor kelompok 3
Alkana kimor kelompok 3
 
Hidrokarbon
HidrokarbonHidrokarbon
Hidrokarbon
 
Modul kimia kelas xi bab 1
Modul kimia kelas xi bab 1Modul kimia kelas xi bab 1
Modul kimia kelas xi bab 1
 
Link ppt hirro karbon
Link ppt hirro karbonLink ppt hirro karbon
Link ppt hirro karbon
 
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
 
Tugas_kimia.docx
Tugas_kimia.docxTugas_kimia.docx
Tugas_kimia.docx
 
Hidrokarbon
Hidrokarbon Hidrokarbon
Hidrokarbon
 
SENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMK
SENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMKSENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMK
SENYAWA SENYAWA HIDROKARBON KELAS XII SMA SMK
 
Hidrokarbon
Hidrokarbon Hidrokarbon
Hidrokarbon
 
ALKENA.pptx
ALKENA.pptxALKENA.pptx
ALKENA.pptx
 
Makalah hidrokarbon
Makalah hidrokarbonMakalah hidrokarbon
Makalah hidrokarbon
 
kima organik.pptx
kima organik.pptxkima organik.pptx
kima organik.pptx
 
Hidrokarbon
HidrokarbonHidrokarbon
Hidrokarbon
 
hidrokarbon-160824130420.pdf
hidrokarbon-160824130420.pdfhidrokarbon-160824130420.pdf
hidrokarbon-160824130420.pdf
 
Bab 1HC dan Minyak Bumi.pptx
Bab 1HC dan Minyak Bumi.pptxBab 1HC dan Minyak Bumi.pptx
Bab 1HC dan Minyak Bumi.pptx
 
Ppt hidrokarbon
Ppt hidrokarbonPpt hidrokarbon
Ppt hidrokarbon
 
HIDROKARBON.ppt
HIDROKARBON.pptHIDROKARBON.ppt
HIDROKARBON.ppt
 
Hidrokarbon
HidrokarbonHidrokarbon
Hidrokarbon
 
Hidrokarbon
HidrokarbonHidrokarbon
Hidrokarbon
 
HIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasii
HIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasiiHIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasii
HIDROKARBON kimia farmasi untuk edukasii
 

Recently uploaded

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Recently uploaded (20)

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

Kimia dasar

  • 1. Hal. 1 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS BAB 1 SENYAWA HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang mengandung unsur karbon dan hidrogen. Senyawa ini merupakan dasar untuk mempelajari minyak dan gas bumi. Senyawa hidrokarbon juga sering dikenal sebagai senyawa organik. Istilah ini dikenal karena pada mulanya senyawa hidrokarbon diketahui sebagai pendorong kehidupan manusia, binatang dan tanaman. Dewasa ini banyak senyawa-senyawa hidrokarbon yang dapat diperoleh dari fraksi minyak dan gas bumi, dan selanjutnya dikenal dengan istilah petrokimia. 1.1. Struktur atom dan molekul Atom karbon mempunyai 6 neutron dan 6 proton di dalam inti atomnya dan 6 elektron yang mengorbit di luar inti atom. Jumlah atom ditunjukkan oleh banyaknya proton dalam inti atom atau banyaknya elektron diluar inti atom. Sedangkan jumlah masa ditunjukkan oleh banyaknya proton dan neutron dalam inti atom. Dua elektron berada pada orbit pertama dan empat elektron lainnya berada pada orbit kedua. Empat elektron yang berada pada orbit kedua disebut elektron-elektron valensi. Karbon mempunyai empat valensi karena ia memerlukan empat elektron lagi untuk mengisi orbit paling luar. Hidrogen juga dapat digunakan sebagai contoh lain untuk melengkapi uraian ini. Hidrogen hanya mempunyai satu proton di luar inti atomnya yang dapat dinyatakan sebagai valensinya. Ia memerlukan satu elektron lagi di dalam orbitnya untuk menstabilkannya. Berdasarkan pada struktur atom-atom karbon dalam molekul, senyawa-senyawa hidrokarbon dikelompokkan sebagaimana terlihat dalam gambar (1-1). a. Senyawa alifatik Senyawa-senyawa hidrokarbon yang rantai C-nya terbuka atau bercabang disebut sebagai senyawa alifatik.
  • 2. Hal. 2 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS a.1. Senyawa alifatik jenuh Senyawa alifatik yang rantai C-nya hanya terdiri dari ikatan-ikatan tunggal saja disebut sebagai senyawa alifatk jenuh. a.2. Senyawa alifatik tak jenuh Senyawa alifatik yang rantai C-nya disamping terdiri dari ikatan-ikatan tunggal juga ikatan rangkap dua dan / atau rangkap tiga disebut sebagai senyawa alifatik tak jenuh. Pengertian tak jenuh menunjukkan bahwa dalam atom C masih memungkinkan untuk mengikat atom H atau yang lain. HIDROKARBON ALIFATIK Jenuh SIKLIK Tak Jenuh Karbosiklik Alisiklik Heterosiklik Aromatik Gb. (1-1): Pengelompokan senyawa hidrokarbon b. Senyawa siklik Senyawa-senyawa hidrokarbon yang rantai C-nya melingkar dan lingkarannya itu mungkin juga bercabang desebut sebagai senyawa siklik. Senyawa siklik masih dapat dikelompokkan seperti berikut: b.1. Senyawa karbosiklik Senyawa siklik yang rantai lingkarannya hanya terdiri dari hidrokarbon saja disebut sebagai senyawa karbosiklik. Senyawa karbosiklik masih terbagi menjadi dua, yaitu: * Senyawa alisiklik
  • 3. Hal. 3 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Senyawa karbosiklik yang dapat dianggap sebagai senyawa alifatik dengan rantai C yang melingkar dan ikatan-ikatannya tunggal disebut sebagai senyawa alisiklik. * Senyawa aromatik Senyawa karbosiklik yang rantai lingkarannya hanya terdiri dari enam atom C dan tiga ikatannya berupa ikatan rangkap dua disebut sebagai senyawa aromatik. b.2. Senyawa heterosiklik Senyawa-senyawa siklik yang lingkarannya berisi juga atom-atom non-karbon (misalnya N, S atau O). 1.2. Senyawa-senyawa alifatik Jumlah senyawa-senyawa hidrokarbon alifatik sangat besar, hal ini disebabkan oleh sifat unsur C yang dapat membentuk bermacam-macam rantai karbon. Adapun batas panjang rantai C itu tidak diketahui. Dengan jalan sintesis, telah dapat dibuat suatu senyawa hidrokarbon yang berisi 70 atom C dan besar kemungkinannya bahwa senyawa-senyawa yang mengandung lebih banyak atom-atom C masih kekal juga keadaannya. Berdasarkan perbandingan banyak atom-atom C dan H yang terdapat dalam satu molekul, maka senyawa-senyawa hidrokarbon terbagi atas dua golongan: a. Hidrokarbon Jenuh Yaitu hidrokarbon yang tak dapat mengikat atom-atom H lagi. Jadi batas kejenuhan dengan atom-atom H telah tercapai. b. Hidrokarbon tak Jenuh Yaitu hidrokarbon yang masih dapat mengikat atom-atom H. Hidrokarbon tak jenuh ini masih pula terbagi atas ikatan rangkapnya.
  • 4. Hal. 4 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 1.2.1. Alkana/Parafin (CnH2n+2) Senyawa hidrokarbon jenuh atau alkana dinamakan juga parafin (dari parum affinis), karena sukar bereaksi dengan senyawa-senyawa lainnya. Kadang-kadang disebut juga hidrokarbon batas, karena batas kejenuhan dengan atom-atom H telah tercapai. Suku pertama dari deretan senyawa ini adalah metana CH 4 (gas rawa atau gas tambang). Dalam molekul metana ini sebuah atom C langsung terikat pada empat buah atom H yang seharga. Metana CH4 dapat menurunkan senyawa-senyawa alifatik lainnya. Jika sebuah atom H dari CH4 diganti dengan atom C maka terbentuklah suku kedua dari alkana, yaitu etana. Berdasarkan tetravalensi dari atom C maka atom C yang kedua ini harus mengikat 3 buah atom H, sehingga rumus molekul etana C2H6. Demikian dari C2H6 ini dapat pula dibentuk senyawa baru lagi yang mengandung 3 buah atom C dan seterusnya. Berdasarkan tetravalensi atom C, rumus umum senyawa hidrokarbon jenuh ini dapat ditentukan. Setiap atom C dapat mengeluarkan 4 ikatan, untuk n atom C dapat mengeluarkan 4n ikatan. Untuk membentuk rantai C, masing-masing atom C yang saling mengikat atom C lainnya membutuhkan 2 ikatan, kecuali 2 buah atom C yang ada di paling ujung kiri dan kanan masing-masing membutuhkan satu ikatan. Dengan demikian jumlah ikatan yang diperlukan untuk pembentukan rantai C sebanyak n atom C adalah 2n-2. Jumlah ikatan sisa yang masih dapat diisi dengan atom-atom H adalah 4n - (2n-2) atau 2n+2. Oleh karena itu rumus umum hidrokarbon senyawa jenuh ini adalah CnH2n+2. Jika dari rumus umum tersebut untuk n berturut-turut diisi 1, 2, 3, 4, dan seterusnya, maka terdapatlah deretan senyawa-senyawa seperti tertulis dibawah ini. Adapun namanya berasal dari kata bilangan Yunani atau Latin dengan membubuhi akhiran -ana, kecuali 4 suku yang pertama yang mempunyai nama khusus.
  • 5. Hal. 5 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS n Rumus Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CH4 C2H6 C3H8 C4H10 C5H12 C6H14 C7H16 C8H18 C9H20 metana etana propana Butane Pentane Heksana Heptana Oktana Nonana 10 C10H22 Dekana Sebagaimana terlihat dari rumus tersebut, untuk 2 buah suku yang berdekatan (misalnya suku 2 dan 3, 3 dan 4, 6 dan 7) selalu berselisih sebuah gugusan CH 2. Senyawa-senyawa yang sifat-sifatnya (kimia) sama dan yang susunannya berselisih CH2 dinamakan deret sepancaran (homologous compounds). Radikal Alkil Jika dari alkana tersebut sebuah atom H dianggap hilang, maka tinggalah suatu gugusan atom atau radikal yang sesungguhnya tidak dapat berdiri sendiri. Radikal-radikal itu selanjutnya penting artinya dan pula namanya berakhiran -il. n Rumus rdikal Nama 1 2 3 4 5 6 CH3C2H5C3H7C4H9C5H11C6H13- Metal Etil Propel Butyl Pentil Heksil Atau pada umumnya disebut radikal alkil dan rumus umumnya ialah C nH2n+1 yang dapat disingkat R (radikal alkil). Isomer
  • 6. Hal. 6 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Senyawa bercabang (isomer) mempunyai rumus molekul yang sama tetapi rumus bangunnya berbeda dengan senyawa lurus (normal). Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahfahaman, maka dalam hal tertentu harus dinyatakan rumus bangunnya, dan bahkan jika prlu dituliskan secara lengkap ikatan dari setiap unsur-unsurnya. Contoh: Konferensi Geneva Pada konferensi Geneva pada tahun 1892 ditetapkan beberapa peraturan atau kesepakatan untuk pemberian nama senyawa-senyawa hidrokarbon. Tata nama yang berdasarkan peraturan-peraturan itu disebut Nomenklatur Geneva atau Nomenklatur Rasional. Bagi alkana berlaku peraturan-peraturan sebagai berikut: (1). Akhiran -ana ditetapkan untuk hidrokarbon jenuh. (2). Empat suku pertama hidrokarbon normal jenuh diberi nama metana, etana, propana dan butana, sedangkan nama hidrokarbon selanjutnya dibentuk dari kata bilangan Latin atau Yunani. (3). Hidrokarbon bercabang dipandang sebagai turunan hidrokarbon normal, nama untuk hidrokarbon itu dibentuk dari mana hidrokarbon yang rantainya terpanjang yang dapat ditarik dari rumusnya dengan dibubuhi nama rantai cabangnya sebagai awalan. Sebagai contoh , isobutana dapat dipandang
  • 7. Hal. 7 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS sebagai turunan dari propana jika sebuah atom H dari atom C yang kedua diganti dengan gugus metil, sehingga nama rasionalnya ialah 2-metil-propana. Pemberian nomor gugus alkil pada isomer Untuk menyatakan tempat rantai cabang, maka atom-atom C dari rantai utama diberi nomor 1, 2, 3, 4 dan seterusnya. Pemberian nomor itu harus diatur sedemikian rupa sihingga rantai-rantai simpangnya mendapat nomor yang paling rendah. Contoh: 2,2,3-trimetilbutana, bukan 2,3,3-trimetilbutana, karena 2,2,3 adalah lebih rendah dari 2,3,3. Ternyata bahwa jumlah nama isomernya makin banyak jika jumlah atom C-nya makin banyak. Contoh: Pentana C5H12 mempunyai 3 buah isomer, yaitu: Heksana mempunyai 5 nama isomer, heptana mempunyai 9 nama isomer, oktana mempunyai 18 nama isomer. Pengelompokan atom C menurut keterikatannya dengan atom C lain Atom C yang langsung terikat hanya pada 1 buah atom C lain disebut atom C primer, jika langsung terikat pada 2 buah atom C lain disebut atom C sekunder, jika terikat pada 3 buah atom C lain disebut atom C tersier dan jika terikat pada 4 buah atom C lain disebut atom C kuaterner.
  • 8. Hal. 8 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Contoh: 2,2,3-trimetilpentana mempunyai 5 buah atom C primer, 1 buah atom C sekunder, 1 buah atom C tersier dam 1 buah atom C kuaterner. Awalan iso dipakai juga pada gugus alkil. Yang kerap dipakai adalah gugus isopropil dan iso butil, sedangkan iso amil (isopentil) dan isoheksil jarang dijumpai. Dalam hubungannya dengan radikal alkil perlu diketahui adanya 4 jenis gugus butil dengan masing-masing namanya. Sifat-sifat alkana Sifat fisik: (1). Empat suku yang pertama pada temperatur kamar berbentuk gas. Dari suku ke-5 sampai dengan suku ke-16 pada temperatur kamar (20oC) berbentuk zat cair, sedangkan suku-suku yang lebih tinggi adalah zat padat. (2). Titik didih dan titik cairnya makin tinggi jika berat molekulnya makin besar.
  • 9. Hal. 9 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS (3). Suku-suku yang berbentuk gas berbau, suku-suku yang mudah menguap berbau bensin, sedang suku-suku tinggi tidak berbau. (4). Semua alkana sukar larut dalam air. Sifat kimia: (1). Pada umumnya semua alkana sukar bereaksi dengan senyawa-senyawa lainnya. (2). Pada temperatur biasa chlor dan brom dapat menukar atom-atom hidrogen dari alkana. Dengan metana umpanya, keempat atom H berturut-turut dapat ditukar semuanya. CH4 CH3Cl CH2Cl2 CHCl3 + + + + Cl2 Cl2 Cl2 Cl2 → → → → CH3Cl CH2Cl2 CHCl3 CCl4 + + + + HCl HCl HCl HCl Sebagaimana telah dikatakan penukaran tersebut dinamakan substitusi. Substitusi oleh halogen dapat dipercepat, jika dipergunakan katalisator-katalisator seperti sinar matahari atau sedikit yod. Adapun yod tidak dapat mensubstitusi dengan langsung pada hidrokarbon jenuh. (3). Asam sulfat berasap dapat mensulfonasi alkana-alkana suku tengah dan suku tinggi, artinya dapat mengganti sebuah atom H dengan radikal sulfonat (−SO3H). (4). Asam nitrat tidak dapat bereaksi dengan alkana, kecuali senyawa-senyawa yang berisi atom C tersier maka akan dioksidasi menjadi CO2 dan suatu asam karbon yang jumlah atom-atom C-nya lebih sedikit. 1.2.2. Alkena/Olefin (CnH2n) Sebagaimana terlihat dalam rumus umumnya, golongan senyawa ini berisi dua buah atom H lebih sedikit dibandingkan dengan golongan alkana. Berhubung dengan itu timbullah pertanyaan atom atau atom-atom C yang manakah yang kehilangan 2 atom H itu.
  • 10. Hal. 10 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Untuk menentukan rumus bangun alkena perlu diketahui beberapa sifat yang terpenting dari golongan senyawa ini, yaitu: (1). Dapat mudah mengadisi satu mol brom atau Chlor dan juga hidrogen. (2). Mudah dioksidasi oleh larutan kalium permangganat alkalis, sehingga terbentuk senyawa yang berisi dua gugusan OH dalam molekulnya. Karena jumlah atom-atom H alkena kurang dua buah, jika dibandingkan dengan alkana, maka sudah barang tentu ada 2 buah ikatan dari karbon yang tidak mengikat atom-atom H, sehingga ada tiga kemungkinan bentuk rumus bangun: (1). Dua ikatan yang tidak berisi atom-atom H itu berasal dari sebuah atom C. (2). Dua ikatan yang tidak berisi atom-atom H itu berasal dari sebuah atom C yang berdekatan letaknya. (3). Dua ikatan yang tidak berisi atom-atom H itu berasal dari 2 buah atom C yang tidak berdekatan letaknya. Dari ketiga kemungkinan itu yang benar adalah (2), sebab: Jika suku pertama dari alkena yaitu etena C2H4 direaksikan dengan larutan KMnO4 alkalis, maka akan terbentuk glikol.
  • 11. Hal. 11 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Nomenklatur Nama suku-suku alkena sesuai dengan nama suku-suku alkana yang bersangkutan, tetapi akhiran -ana diganti dengan -ena. C2H4 C3H6 C4H8 C5H10 C6H12 etena propena butena pentena heksena etilena propilena butilena amilena heksilena Isomer mula-mula terdapat pada butena C4H8 yaitu: Tempat ikatan rangkap dinyatakan dengan suatu angka yang ditulis dibelakang namanya antara tanda kurung. Adapun angka itu menunjukkan nomor atom C dari mana ikatan rangkap itu bermula. Sifat-sifat alkena Sifat fisik: (1). Tiga suku yang pertama adalah gas, suku-suku berikutnya adalah zat cair yang tidak dapat bercampur dengan air, dan suku-suku tinggi adalah padat. (2). Dapat terbakar dengan nyala berjelaga (kadar C tinggi). Sifat kimia: (1). Mudah mengadisi H2 dengan Pt atau Ni halus sebagai katalisator (2). Mudah mengadisi Cl2 dan Br2 tanpa memakai katalisator dan pula dapat berlangsung pada temperatur biasa.
  • 12. Hal. 12 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Berhubung dengan sifat ini, maka alkena dapat melunturkan aqua bromata. Persenyawaan 1,2-dichloroetana tersebut juga disebut "Dutch oil", karena yang mula-mula menemukan persenyawaan tersebut adalah 4 orang ahli kimia Belanda pada tahun 1795. (3). Jika alkena dialirkan ke dalam larutan KMnO4 alkalis, maka terbentuklah alkohol bervalensi 2. Reaksi ini biasa disebut reaksi Bayer. (4). Alkena dapat mengadisi halogen hidrida. Yang termudah ialah HJ kemudian HBr sedang HCl sangat lambat dan juga suhunya harus tinggi. Menurut peraturan Markovnikov halogen selalu terikat pada atom C yang berisi atom-atom H yang tersedikit. Jika kedua atom C yang tak jenuh itu berisi atom-atom H sama banyaknya, maka berlakulah peraturan Saytzew-Wagner yang mengatakan bahwa atom halogen selalu terikat pada atom C yang mengikat gugus alkil yang termudah. Dengan cara yang sama dapat diadisi juga: a. Asam sulfat pekat yang dingin b. Asam hipochlorit (HOCl)
  • 13. Hal. 13 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS (5). Alkena dapat berpolimerisasi yaitu beberapa molekul bergabung dan membentuk molekul baru yang lebih besar. Molekul-molekul zat yang bergabung disebut monomer dan hasil polimerisasinya dinamakan polimer. Isobutena (2-metilpropena) dengan H2SO4 sebagai katalisator dapat berpolimerisasi menjadi iso-oktena dan dengan jalan reduksi iso-oktena tersebut dapat diubah menjadi iso-oktana (cara pembuatan iso-oktana). Etilena cair pada temperatur dan tekanan tinggi dengan pengaruh katalisator tertentu dapat berpolimerisasi menjadi poli-etilen yaitu suatu zat yang dalam penghidupan sehari-hari biasa disebut "polythene", suatu jenis plastik yang elastis dan tahan asam serta basa. Demikian pula vinylchlorida dapat berpolimerisasi juga dan menghasilkan sejenis plastik yang disebut polivinylchlorida atau disingkat PVC. 1.2.3. Alkuna/Diolefin (CnH2n-2)
  • 14. Hal. 14 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Suku pertama dari golongan ini adalah etuna C2H2 (ethine atau acetylene) yang rumus bangunnya. Jadi dengan ikatan rangkap tiga (triple bond) antara 2 buah atom C yang berdekatan. Menurut nomenklatur maka golongan senyawa ini namanya berakhiran -una. Peraturan-peraturan lainnya seperti pada alkena. Sifat-sifat alkuna (1). Gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Bau C2H2 yang timbul pada pembuatan dari CaC2 itu disebabkan tercampur dengan PH3 karena CaC2-nya mengandung sedikit Ca3P3 (calsium fosfida). (2). Mudah terbakar dan biasanya dipakai untuk mengelas autogen. (3). Mudah larut dalam aseton. (4). Sebagai senyawa tak jenuh, maka dapat mengadisi H 2, Halogen dan Hidrohalogenida. bertingkat-tingkat. Pada umumnya adisi tersebut berlangsung
  • 15. Hal. 15 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS (5). Yang sangat penting artinya untuk berbagai sintesis ialah adisi H 2O pada C2H2 yang dapat terjadi dengan pengaruh garam merkuri sebagai katalisator (misal HgSO4). Pada adisi ini mula-mula terbentuk Vinilalkohol yang seketika mengalami perubahan intramolekuler sehingga terbentuk etanal atau acetaldehida. Etanal yang terbentuk itu dapat direduksi menjadi etanol CH3-CH2OH (alkohol karbida) atau dioksidasi menjadi asam asetat CH 3-COOH (asam cuka karbida). (6). C2H2 dapat berpolimerisasi. Jika dialirkan melalui sebatang pipa kaca yang panas pijar misalnya, maka terbentuk benzena C2H2. 3 C2H2 → C6H6 1.2.4. Alkanol (CnH2n+1OH) Alkanol dapat dianggap terbentuk dari alkana (CnH2n+2) jika sebuah atom H diganti dengan gugusan hidroksil, yanki menjadi CnH2n+1OH. Nomenklatur
  • 16. Hal. 16 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Nama suku-suku dari golongan alkanol sesuai dengan nama suku-suku alkana yang bersangkutan dengan diberi akhiran -ol. CH4 C2H6 C3H8 C4H10 C5H12 → → → → → CH3OH C2H5OH C3H7OH C4H9OH C5H11OH metanol (metilalkohol) etanol (etilalkohol) propanol (propilalkohol) butanol (butilalkohol) pentanol (amilalkohol) Sesuai dengan tempat OH terikat pada rantai karbon, maka alkohol terbagi atas tiga golongan, yaitu: (1). Alkohol primer, yaitu jika gugusan OH terikat pada atom C primer seperti rumus bangun berikut. (2). Alkohol sekunder, yaitu jika gugusan OH terikat pada atom C sekunder seperti rumus bangun berikut. (3). Alkohol tersier, yaitu jika gugusan OH terikat pada atom C tersier seperti rumus bangun berikut. Pada alkanol isomer dapat disebabkan oleh: (1). Tempat gugusan OH terikat pada rantai utama. (2). Rantai C bercabang atau tidak. Contoh:
  • 17. Hal. 17 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Sebagaimana contoh-contoh tersebut, maka pemberian nomor x (2-metilpropanolx) sesuai dengan nomor urut letak atom C pengikat gugusan OH yang dimulai dari atom C yang paling ujung kiri atau kanan mana yang terdekat. Alkanol-alkanol tersebut dapat disebut sebagai berikut: (1) (2) a. propanol-1 b. propanol-2 a. butanol-1 b. butanol-2 c. 2-metilpropanol-1 d. 2-metilpropanol-2 = = = = = = Propilalkohol Isopropilalkohol butilalkohol primer butilalkohol sekunder Isobutilalkohol butilalkohol tersier Sifat-sifat alkanol Sifat fisik: (1). Metanol, etanol dan propanol dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan. (2). Titik didih dan titik cairnya makin tinggi jika berat molekulnya makin besar. Sifat kimia: (1). Oksidasi alkanol
  • 18. Hal. 18 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Reaksi ini dapat dipakai untuk membedakan alkanol primer, sekunder dan tersier; karena hasil-hasilnya berlainan. Alkanol primer mula-mula menghasilkan alkanal dan pada oksidasi selanjutnya maka terbentuk suatu asam karbon. Alkanol sekunder menghasilkan alkanon Adapun alkanon itu tidak dapat dioksidasi lagi tanpa peruraian menjadi senyawa-senyawa yang jumlah atom C-nya berkurang. Alkanol tersier tidak dapat dioksidasi tanpa terjadi peruraian. (2). Jika alkanol yang kering (tidak mengandung air) direaksikan dengan logam Na atau K terjadi persenyawaan baru yang disebut alkanolat. Alkanolat tersebut hanya kekal jika tidak ada air. Bila kena air terus terurai menjadi alkanol dan NaOH.
  • 19. Hal. 19 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS (3). Gugusan OH dari alkanol mudah diganti dengan halogen jika alkanol direaksikan dengan fosforhalogenida. (4). Esterifikasi alkanol dapat berlangsung dengan semua asam anorganik dan organik. 1.2.5. Alkoksialkana/Eter (CnH2n+1-O-CmH2m+1) Jika alkanol dapat dianggap sebagai turunan monoalkil dari air, maka eter dapat diumpamakan sebagai turunan dialkil dari air. Untuk n = m maka terbentuklah eter tunggal misalnya CH 3-O-CH3 dan jika n ≠ m maka terdapatlah eter majemuk misalnya CH3-O-C2H5. Nomenklatur Menurut nomenklatur Geneva alkoksialkana dipandang sebagai turunan alkana jika atom H dari alkana diganti dengan gugusan alkoksi CnH2n+1-O- Isomer dengan metoksipropana adalah: Karena rumus molekul alkoksialkana CnH2n+2O sama dengan rumus molekul alkanol, maka kedua golongan senyawa itu pasti isomer satu dari pada yang lain.
  • 20. Hal. 20 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Metoksimetana misalnya adalah isomer dengan etanol, etoksi etana dengan kedua propanol, dan selanjutnya. Sifat-sifat Alkoksialkana (1). Zat cair yang berbau sedap dan sukar larut dalam air. (2). Suku-suku rendah mudah menguap dan uapnya sangat mudah terbakar. (3). Mempunyai titik didih lebih rendah dari pada alkanol yang jumlah atom C-nya sama. (4). Tidak dapat bereaksi dengan logam Na dan fosforhalogenida. (5). Dapat diuraikan oleh hidrogenhalogenida, teristimewa HJ menjadi alkilhalogenida dan alkanol. 1.2.6. Alkilamina (CnH2n+3N) Golongan senyawa ini dapat dianggap sebagai turunan dari amonia. Sesuai dengan jumlah atom H dari NH3 yang ditukar dengan gugusan alkil, maka golongan senyawa ini terbagi atas: (1). Amina primer, yaitu apabila hanya sebuah atom H yang diganti dengan gugusan alkil. (2). Amina sekunder, yaitu apabila 2 atom H diganti dengan gugusan alkil. (3). Amina tersier, yaitu apabila semua atom H dari NH 3 diganti dengan gugusangugusan alkil.
  • 21. Hal. 21 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Seperti pada amonia yang dengan air dapat membentuk NH4OH dan dengan asam membentuk garam, maka demikian juga sifat alifatik. NH3 CH3NH2 NH3 CH3NH2 + + + + HOH HOH HCl HCl → → → → NH4OH CH3NH3OH NH4Cl CH3NH3Cl amonium hidroksida monometil amonium hidroksida amonium klorida monometil amonium klorida Sifat-sifat amina (1). Kedua suku yang pertama (metil dan etilamina) pada temperatur biasa berbentuk gas, suku-suku tengahan adalah cair, sedang suku-suku tinggi berbentuk padat. (2). Suku-suku rendah berbau seperti amonia, sedang suku-suku yang padat tak berbau. (3). Suku-suku rendah dapat larut dalam air dengan membentuk alkil amonium hidroksida yang bersifat sebagai basa yang lebih kuat dari pada NH4OH. (4). Amina primer dapat dipisahkan dari golongan amina lain berdasarkan perbedaan sifat masing-masing terhadap asam nitrit (HONO). Isomeri dan nomenklatur Peristiwa isomerisasi pada senyawa alkilamina ada tiga kemungkinan: a. disebabkan oleh rantai C yang bercabang atau tidak; b. tempat atom N terikat pada rantai C; c. suatu senyawa amina yang rumus molekulnya tertentu mungkin suatu amina primer, sekunder atau tersier. Amina primer: C4H9NH2
  • 22. Hal. 22 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Amina sekunder: Amina tersier: 1.2.7. Alkanal (R-CHO) Alkanal (alkilaldehida) dapat dianggap sebagai turunan senyawa hidrokarbon yang berisi gugusan aldehida (-CHO) pada ujung rantainya, sehingga rumus umumnya CnH2n+1CHO. Nama suku-suku golongan senyawa ini berasal dari nama suku-suku yang bersangkutan dengan mengganti akhiran -ana dengan -anal. HCHO CH3CHO C2H5CHO C3H7CHO C4H9CHO 1.2.8. Alkanon (R-CO-R') = metanal = etanal = propanal = butanal = pentanal = formaldehida = asetaldehida = propionaldehida
  • 23. Hal. 23 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Alkanon adalah senyawa karbon yang berisi gugusan karbonil (C=O) yang langsung terikat pada dua buah radikal alkil. Jadi rumus umumnya adalah CnH2n+1COCmH2m+1. Jika n = m maka senyawa ini disebut alkanon tunggal, jika n ≠ m maka disebut alkanon majemuk. Menurut nomenklatur Geneva, nama suku-suku golongan senyawa ini berasal dari nama suku-suku alkana yang bersangkutan dengan mengganti akhiran -ana dengan akhiran -anon. CH3COCH3 CH3COC2H5 CH3COC3H7 C2H5COC2H5 = propanon (aseton) = butanon = pentanon-2 = pentanon-3 = dimetilketon = metiletilketon = metilpropilketon = dietilketon 1.2.9. Alkanakarbonitril (R-CN) Senyawa alkanakarbonitril dapat dianggap sebagai ester dari H-CN yang rumus umumnya CnH2n+1CN. Nomenklatur dari golongan senyawa ini ada tiga macam yakni: a. Yang berakhiran sianida b. Yang berakhiran nitril c. Yang berakhiran karbonotril Dalam (a) senyawa tersebut dianggap sebagai turunan dari HCN, jika atom H-nya diganti dengan gugusan alkil. Contoh: C2H5CN = etilsianida. Dalam (b) senyawa tersebut dianggap sebagai turunan dari suatu alkana, jika semua atom H dari atom C ujung diganti dengan N. Contoh: C2H5CN = propananitril
  • 24. Hal. 24 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Dalam (c) senyawa tersebut dianggap sebagai turunan dari suatu alkana, jika sebuah atom H diganti dengan gugus karbonitril (CN). Contoh: CH3CN C2H5CN C3H7CN = metilsianida = etilsianida = propilsianida = etananitril = propananitril = butananitril = metanakarbonitril = etanakarbonitril = propanakarbonitril 1.2.10. Asam alkanakarboksilat 1.2.10.1. Asam alkanakarboksilat jenuh (CnH2n+1COOH) Asam alkanakarboksilat dapat dianggap terbentuk dari alkana, jika sebuah atom H diganti dengan gugusan karboksil (-COOH), sehingga rumus umum golongan senyawa ini CnH2n+1COOH. Gugusan karboksil tersebut adalah gugus pengenal bagi asam karboksilat (asam karbon atau asam lemak). Sebagian besar suku-suku golongan senyawa ini mempunyai nama-nama trivial. Menurut nomenklatur Geneva ada dua aliran yaitu: a) Gugus karboksil dianggap sebagai bagian dari rangka rantai karbon, dan suku-suku deretan asam tersebut diberi nama hidrokarbon berakhiran -oat. b) Gugus karboksi dari asam dianggap sebagai gugus penukar. Nama asam disusun dari nama hidrokarbon dengan dibubuhi akhiran karboksilat. HCOOH = asam metanoat = asam hidrogen karboksilat CH3COOH = asam etanoat = asam formiat (trivial) = asam metana karboksilat C2H5COOH = asam propanoat = asam asetat (trivial) = asam etana karboksilat C3H7COOH = asam buatanoat = asam propionat (trivial) = asam propana karboksilat C4H9COOH = asam pentanoat = asam butirat (trivial) = asam butana karboksilat C15H31COOH = asam heksadekanoat = asam valerat (trivial) = asam pentadekana karboksilat C17H35COOH = asam oktadekanoat = asam palmitat (trivial) = asam heptadekana karboksilat
  • 25. Hal. 25 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS = asam stearat (trivial) 1.2.10.2. Asam alkanakarboksilat tak jenuh (CnH2n-1COOH) Dari golongan senyawa ini, CnH2n-1COOH yang terpenting adalah asam oleat C17H33COOH. Asam ini banyak sekali terdapat di alam sebagai ester dari gliserol, teristimewa dalam minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (cocoanut oil), dan lain-lain. 1.2.10.3. Turunan asam alkanakarboksilat Turunan-turunan asam alkanakarboksilat adalah sebagai berikut: a. Alkanakarbohalogenida b. Anhidrida asam karboksilat c. Alkanakarbonamida d. Asam halogenalkanakarboksilat e. Ester R-CO-Hal (R-CO)2O R-CO-NH2 R-CH-Hal-COOH R-COO-R’ 1.2.11. Alkanol polivalen Alkanol polivalent yang sederhana adalah alakanol bivalen (alkanadiol) dan alkanol trivalen (alkanatriol). CH2OH-CH2OH = glikol CH2OH-CHOH-CH2OH = etanadiol-1,2 = gliserol = propanatriol-1,2,3 1.2.12. Asam karboksilat jenuh bivalen Rumus umum golongan senyawa ini adalah CnH2n(COOH)2 Yang terpenting adalah senyawa-senyawa dengan kedua gugusan COOH pada kedua ujung rantai C, jadi COOH-(CH2)2-COOH. n=0 COOH-COOH = asam dikarboksilat = asam etanadioat = asam oksalat (trivial)
  • 26. Hal. 26 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS n=1 COOH-CH2-COOH = asam metanadikarboksilat = asam propanadioat n=2 COOH-(CH2)2-COOH = asam malonat (trivial) = asam etanadikarboksilat-1,2 = asam butanadioat-1,2 n=3 COOH-(CH2)3-COOH = asam suksinat (trivial) = asam propanadikarboksilat-1,3 = asam pentanadioat-1,5 n=4 COOH-(CH2)4-COOH = asam glutarat (trivial) = asam butanadikarboksilat-1,4 = asam heksanadioat-1,6 = asam adipat (trivial) 1.3. Senyawa siklik Senyawa siklik merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya melingkar. Yang termasuk senyawa siklik adalah senyawa karbosiklik dan senyawa heterosiklik. 1.3.1. Senyawa karbosiklik Senyawa karbosiklik adalah senyawa siklik yang lingkarannya berupa ikatan atom-atom karbon. Yang termasuk senyawa karbosiklik adalah senyawa alisiklik dan senyawa aromatik. 1.3.1.1. Senyawa alisiklik Senyawa alisiklik adalah senyawa siklik (senyawa melingkar) yang dapat dianggap sebagai senyawa alifatik yang rantai karbonnya melingkar, sering juga disebut sebagai siklo alkana (sikloparafin) yang rumus umumnya seperti senyawa alkena yaitu CnH2n.
  • 27. Hal. 27 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 1.3.1.2. Senyawa Aromatik Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon melingkar yang ikatan karbon-nya tidak jenuh. Yang termasuk senyawa ini adalah senyawa benzene dan alkil benzene (CnH2n-6), naftalene (C10H8) dan antrasene (C14H10). Beberapa senyawa benzene dan alkil benzene yang penting diantaranya adalah:
  • 28. Hal. 28 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 1.3.2. Senyawa heterosiklik Senyawa heterosiklik adalah senyawa siklik yang lingkarannya tidak hanya berisi atom-atom karbon saja tetapi juga unsur-unsur lain seperti N, S atau O. BAB 2 KIMIA MINYAK BUMI 2.1. Komposisi Kimia Minyak bumi adalah campuran kompleks dari senyawa hidrokarbon dan senyawa organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung logam. Perbandingan unsur-unsur itu dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut : Karbon : 83,0 - 87,0 % Hidrogen : 10,0 - 14,0 % Nitrogen : 0,1 - 2,0 % Oksigen : 0,05 - 1,5 % Sulfur : 0,05 - 6,0 % Metals (Ni and V), >1000 ppm Komposisi minyak bumi terdiri dari 3 komponen, yaitu :
  • 29. Hal. 29 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 1. 2. Komponen Non-hidrokarbon 3. 2.2. Komponen Hidrokarbon Komponen Metalo-organik Komponen Hidrokarbon Komponen hidrokarbon dalam Minyak Bumi diklasifikasikan atas 4 golongan besar, yaitu : 1. Golongan Parafinik 2. Golongan Olefinik 3. Golongan Napthenik 4. Golongan Aromatik Klasifikasi hydrocarbon berdasarkan struktur
  • 30. Hal. 30 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Umumnya golongan Olefinik tidak diketemukan dalam Minyak bumi (Crude oil). 1. Parafin Parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rantai lurus atau rantai cabang, tanpa struktur cincin. Parafin disebut juga alkena, dengan rumus umum : CnH2n+2 Carbon mempunyai kemampuan untuk mengikat unsure lain atau dengan unsure karbon sendiri, maka akan membuat rantai karbon yang lurus atau bercabang dan membentuk cincin. Hal ini karena karbon mempunyai 4 atom yang bisa melakukan ikatan kimia. Penggunaan bersama elektron dalam ikatan kimia disebut ikatan kovalen. Dalam hal ini karbon bisa membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga Contoh :
  • 31. Hal. 31 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS a. Rantai lurus CH4 metana CH3 – CH3 etana CH3 – CH2 – CH3 proana CH3 – (CH2 ) 2 – H3 butana CH3 – (CH2 ) 3 – H3 pentana Bila satu atom H dari senyawa alkana dihilangkan maka akan diperoleh gugusan alkil CH3 – metil CH3 – CH2 – etil CH3 – CH2 – CH2 – propil CH3 – (CH2 ) 2 – H2 butil Dan seterusnya b. Komponen Hidrokarbon 1 2 3 4 CH3 – CH – CH2 – CH3 CH3 CH34 – C – 3 2 – CH3 1 CH 2 CH3 CH3 2 metil butana 2. 2.2. dimetil butana Olefin Olefin adalah senyawaan hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai jumlah atom H lebih sedikit dari Parafin. Olefin disebut juga alkena, dengan rumus umum : CnH2n Contoh :
  • 32. Hal. 32 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS CH2 = CH2 etilana (etana) CH3 – CH = CH3 propilana (propena) CH3 – CH2 – CH = CH3 butilna (butena) CH3 – CH– CH – CH2 CH3 2 3 4 CH3– CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 7 1 6 5 4 3 CH 2 1 CH3 3 metil butilena 1 3 propil heptilena 3 CH2 CH 2 1 C 4 5 CH2 CH2 6 CH3 CH CH3 3 etil 2 heksena 3. Naphthen Naphthen adalah senyawaan hidrokarbon jenuh, yang mempunyai struktur cincin. Napthen disebut juga sikloparafin, dengan rumus umum : CnH2n Contoh : H2 C H2C H3C CH2 H2C H2C CH2 C H2C 5 4 1 H3C 2 CH2 3 CH2
  • 33. Hal. 33 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS H2 Sikloheksana 1.1. dimetil Siklopentana CH3 CH H2C CH2 CH3 CH CH2 H2C H2C H2C CH CH2 C CH2 C C H 2 CH2 C H 2 CH3 1.2.4. trimetil Sikloheksana 4. dekohidronaphthalena Aromatik Aromatik adalah senyawaan hidrokarbon yang mempunyai satu inti benzena atau lebih. Contoh : H H H H H H H Benzena 2.3. H Naphthalena Komponen Non Hidrokarbon Panathrena
  • 34. Hal. 34 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Minyak bumi mengandung sejumlah senyawaan non-hidrokarbon, terutama senyawa-senyawa : (a). Sulfur Organo-metalik 1. (b). Nitrogen (c). Oksigen (d). (e). Garam-garam Anorganik. Senyawa Sulfur Beberapa jenis senyawa Sulfur yang terdapat dalam Minyak bumi adalah : 1. Hidrogen sulfida : H2S CH3 – SH : metil merkaptan C2H5 – SH : etil merkaptan 2. Merkaptan, RSH 3. Sulfida, RSH CH3 – S – CH3 : C4H9 – S – C4H9 dimetil sulfida : dibutil sulfida 4. Disulfida, RSSR CH3 – S – S – CH3 : dimetil disulfide : Thio sikloheksana 5. Siklo sulfida (penta metilena sulfida) S 6. Alkil sulfat CH3 – 0 0 S dimetil sulfat : CH3 – 0 : metil sulfonat asam 0 7. Asam sulfonat CH3 O S CH3 OH
  • 35. Hal. 35 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 8. Sulfoksida CH3 – S – CH3 : dimetil sulfoksida : dimetil sulfoksida : thiophiene : benzothiophena 0 9. Sulfona 0 CH3 – S – CH3 0 10. Thiophene HC CH HC CH S S
  • 36. Hal. 36 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Gambar Distribusi Beberapa Senyawa Hidrokarbon dalam minyak bumi 2. Senyawa Nitrogen Beberapa jenis senyawaan Nitrogen yang terdapat dalam Minyak bumi diantaranya adalah : N Pyridine N quinoline N Pyrrole N isoquinoline N N indole carbazol
  • 37. Hal. 37 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sekitar 0,1 – 0,9%. Kandungan teringgi pada minyak bumi tipe aspaltik. Hubungan antara nitrogen content dan API Gravity API Nitrogen, % wt Begitu pula dengan carbon residue jika karbon residu tinggi, maka tinggi pula kadungan nitrogennya. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan membentk gum pada produk fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak pada fraksi titik didih yang tinggi. 3. Senyawa Oksigen Oksigen dalam Minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monoksiklo dan disiklo, dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Napthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik. H2 C H2C H C CH2 CH2 H2C HC CH HC CH O O Penta metilena pyran furan 4. Senyawaan Organo-metalik HC C HC CH C C H CH O benzofuran
  • 38. Hal. 38 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Terdapatnya logam dalam minyak bumi sebagai organo-metalik berasal dari Porphyrin dengan menggantikan atom Nitrogen yang berikatan Hidrogen dengan Kation. Terdapatnya Vanadium dan Nikel dalam Minyak bumi berbentuk sebagai komplek metal Porphyrin. HC C HC HC CH C N C C CH C NH HC CH CH HN C N HC C HC C CH CH Gambar : Struktur Porphine (adalah Porphyrin yang paling sederhana), merupakan unit struktur dasar dari Porphyrin. 5. Garam-garam Anorganik Umumnya, air yang terkandung dalam Minyak bumi (sebagai emulsi) mengandung senyawaan logam berupa garam-garam Anorganik yang terlarut. Yaitu terdiri dari garam-garam Khlorida dan Surfur dari K, Mg dan Ca. 2.4. Komposisi Gas Alam Komposisi Gas aalam tidak jauh berbeda dengan minyak bumi akan tetapi gas alam hanya mempunyai struktur paraffin. Yaitu komposisi mulai C1 s/d C4 dengan urutan sebagai berikut : CH4 = metana C2H6 = ethana
  • 39. Hal. 39 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS C3H8 = propane C4H10 = butane Composition of natural gas [in weight percent (wt%)] Location CH4 C2H6 C3H8 C4H10 United States 89.5–92.5 5.1–2 2.1–0.7 1.6–0.5 Algeria 86.9 9.0 2.6 1.2 Iran 74.9 13.0 7.2 3.1 North Sea 90.8 6.1 0.7 0.1 BAB 3
  • 40. Hal. 40 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS KARAKTERISTIK MINYAK BUMI Karakteristik minyak bumi sangat ditentukan oleh susunan molekul senyawaan hidrokarbon dan nonhidrokarbon. Karakteristik minyak bumi menyangkut sifat kimia dan sifat fisika. Minyak bumi diklasifikasikan menurut karakterisasi fungsi, Indeks korelasi, kandungan sulfur, VGC dan Bireau of Mines dan lain–lain. Berdasarkan atas susunan hidrokarbonnya, minyak bumi diklasifikasikan atas minyak bumi jenis parafinik, naftenik, aromatik dan naftenik– aromatik atau campuran. Klasifikasi minyak bumi ini sangat penting artinya untuk mengetahui sifat-sifat minyak bumi, sehingga berguna untuk memprediksi jenis fraksi dan jumlahnya serta sifat–sifat produk yang dihasilkan. Misalnya minyak bumi yang mempunyai SG rendah, banyak mengandung fraksi ringan, sedang SG tinggi banyak mengandung fraksi berat. Sebagaimana diketahui bahwa minyak bumi adalah campuran kompleks dari senyawaan hidrokarbon dan senyawaan nonhidrokarbon yang mengandung unsur–unsur sulfur, nitrogen, oksigen, halogenida dan logam sebagai senyawaan minor. Besarnya kandungan masing–masing unsur tersebut di dalam minyak bumi akan berpengaruh terhadap sifat fisika dan sifat kimia suatu minyak bumi, dinyatakan sebagai karakteristik minyak bumi dan sifat– sifat produk–produk yang dihasilkan. Interpretasi data atas minyak bumi yang dilaporkan dari suatu analisis, digunakan untuk menentukan karakteristik minyak bumi yang berguna dalam memprediksi jumlah (volume) serta sifat–sifat fisika dari produk. Karakteristik minyak bumi mencakup sifat-sifat fisika, sifat optikal, sifat termal, sifat kelistrikan, dan sifat–sifat yang lain. 2.2 Sifat Fisika Minyak Bumi Sifat fisika minyak bumi ini digunakan untuk mendapatkan informasi dalam menangani pengangkutan, penyimpanan, penimbunan, pengolahan, pemasaran, sehingga tidak terjadi gangguan, kecelakaan dan kerugian. Sifat fisika minyak bumi yang signifikan dalam proses pengolahan mencakup kerapatan (density) dan
  • 41. Hal. 41 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS berat jenis (specific gravity), viskositas, tekanan uap, titik nyala, titik tuang, tegangan permukaan dan tegangan interfasial 2.2.1 Density dan Specific Gravity Density (kerapatan) adalah massa zat cair per satuan volume pada 15oC dan 101,325 kPa dengan satuan standar pengukuran dalam kilogram per meter kubik. Specific Gravity (berat jenis) adalah perbandingan massa sejumlah volume zat pada temperatur tertentu terhadap massa air murni dengan volume yang sama pada temperatur yang sama atau temperatur yang berbeda. Kedua temperatur acuan harus dinyatakan secara eksplisit. Umumnya temperatur acuan meliputi 60/60oF, 20/20oC, 20/4oC. Dalam industri perminyakan, density merupakan spesifikasi penting untuk produk–produk kilang karena dapat digunakan untuk prediksi kandungan gasoline, dan kerosene dan minyak solar dalam minyak bumi. Hubungan antara density minyak bumi dan komposisi fraksinasi hanya valid (dapat dibenarkan) apabila digunakan untuk jenis minyak tertentu sedang untuk jenis minyak yang berbeda hubungan tersebut tidak berlaku. Namun demikian sampai saat sekarang masih digunakan untuk estimasi sifat–sifat minyak bumi dan produk minyak bumi secara kasar. Density suatu minyak bumi dipengaruhi oleh komposisinya, tetapi hubungan secara kuantitatif sulit untuk memperolehnya. Umumnya density rendah menunjukkan bahwa kandungan parafin besar, sebaliknya density besar maka kandungan aromatnya tinggi. Disamping itu terdapat hubungan antara density dan kadar sulfur, conradson carbon residue, viskositas, aspaltin dan resin. Terdapat hubungan antara specific gravity (SG) dan API gravity (o API), dirumuskan sebagai berikut : Derajad API = 141,5 – 131,5 SG 60/60 atau 141,5 SG 60/60 = API +131,5
  • 42. Hal. 42 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Gambar 2–1 Hubungan antara API gravity dengan Carbon Residue (Conradson) Gambar 2 – 2 Hubungan antara API gravity dengan Viskositas 2.2.2 Viskositas Viskositas dinamik (dynamic viscosity) adalah perbandingan antara tegangan geser yang diberikan dan kecepatan geser suatu cairan. Viskositas dinamik kadang– kadang disebut koefisien dinamik atau lebih sederhana disebut viskositas. (SATUAN : Poise) Jadi viskositas dinamik adalah ukuran tahanan untuk mengalir atau perubahan bentuk dari suatu cairan. Istilah viskositas dinamik juga dapat digunakan dalam suatu konteks yang berbeda untuk menunjukkan suatu kuantitas yang tergantung
  • 43. Hal. 43 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS frekuensi dimana tegangan geser dan kecepatan geser mempunyai ketergantungan terhadap waktu sinusoidal. Viskositas kinematik adalah tahanan cairan untuk mengalir karena gaya berat. Untuk aliran gaya berat pada suatu ketinggian hidrostatik tertentu, ketinggian tekanan suatu cairan proporsional dengan specific gravitynya. (satuan : centi stokes) Viskositas minyak bumi dan produknya menunjukkan sifat volatilitas (kemudahan menguap). Suatu minyak bumi dan produknya mempunyai viskositas tinggi berarti minyak itu mengandung hidrokarbon berat (berat molekul besar), sebaliknya viskositas rendah maka minyak bumi itu banyak mengandung fraksi ringan. Kebanyakan produk–produk minyak bumi dan beberapa material bukan minyak bumi, digunakan seperti minyak bakar untuk keperluan estimasi kondisi optimal penyimpanan, penanganan dan operasional. 2.2.3 Tegangan Permukaan dan Tegangan Antarmuka Tegangan permukaan adalah ukuran gaya pada sebuah batas antara dua fasa, yaitu antara cairan dan cairan, cairan dan padatan atau antara cairan dan gas (udara). Apabila ukuran gaya pada sebuah batas antara dua cairan yang saling melarut disebut tegangan antarmuka (interfacial tension). Tegangan permukaan sangat dipengaruhi oleh temperatur dan berat molekul. Misalnya seri normal hidrokarbon menaik dengan menurunnya temperatur, demikian sebaliknya. Tetapi tegangan permukaan akan menaik dengan kenaikan berat molekul. Uji standar tegangan permukaan adalah ASTMD–971 Makin besar berat molekulnya makin besar pula tegangan permukaan, dan makin tinggi temperaturnya makin menurun tegangan permukaannya. Tegangan permukaan minyak bumi dan produknya akan menunjukkan bahwa fraksi makin berat makin besar pula tegangan permukaannya.
  • 44. Hal. 44 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Pada satuan cgs, tegangan permukaan dinyatakan dalam erg cm –1, sedang dalam satuan SI, dinyatakan dalam Nm–1. Kedua besaran itu saling berhubungan berdasarkan hubungan 1 dyne cm–1 = 10–3 N m–1. (baca N = Newton). Nilai dari kisaran sempit (narrow range) adalah 24 – 38 dyne cm–1 terdiri dari fraksi gasoline 26 dyne cm–1, fraksi kerosene 30 dyne cm–1, dan fraksi minyak lumas 30 dyne cm–1. Tabel 2 – 1 : Tegangan Permukaan Hidrokarbon Hidrokarbon Tegangan permukaan, dyn cm–1 – 18oC 20oC 38oC 93oC Normal : Etana 5,5 Propana 12,4 5,2 0,2 Butana 17,2 10,5 4,5 Pentana 20,5 16,0 14,0 8,0 Heksana 22,6 18,4 16,5 10,9 Heptana 24,4 20,3 18,6 13,1 Oktana 25,7 21,8 20,2 14,9 Siklo : Siklopentana 22,4 Sikloheksana 25,0 Tetralina 35,2 Dekalina 29,9 Aromatik : Benzena 28,8 Toluena 28,5 Etilbenzena 29,0 Butilbenzena 29,2
  • 45. Hal. 45 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Umumnya bahan non hidrokarbon dan senyawaan polar yang melarut dalam minyak akan menurunkan nilai tegangan permukaan. Telah dikatakan bahwa, tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik dan menjadi lebih kecil beberapa derajad di bawah temperatur kritik. Pada temperatur kritik tegangan permukaan adalah nol. Minyak lumas yang terkontaminasi oleh air dan ausan logam atau korosi logam selama pemakaian akan menunjukkan tegangan antarmuka akan turun. Oleh karena itu menurunnya nilai tegangan antarmuka memberikan isyarat bahwa minyak lumas itu terkontaminasi oleh air, ausan logam atau korosi logam sehingga sifat oksidasinya juga menurun. Untuk itu nilai tegangan antarmuka dapat digunakan untuk menentukan kapan minyak lumas harus diganti. 2.2.4 Refractive Index Refractive index adalah perbandingan anatara kecepatan cahaya dalam vakum dan kecepatan cahaya dalam bahan. Uji standar refractive index adalah ASTMD–1218. Pengukuran refractive index sebagai karakterisasi hidrokarbon minyak bumi dan produknya, makin besar berat molekul nilai refractive index menaik, dimulai dari parafin, naften kemudian aromat. Polisiklo naften dan polisiklo aromat lebih besar dari masing–masing monosiklonya. Dalam satu seri hidrokarbon, makin besar berat molekulnya makin besar nilai refractive index-nya khususnya untuk parafin (Tabel di bawah). Jadi refractive index dapat memberikan informasi tentang komposisi campuran hidrokarbon (minyak bumi dan produknya) seperti halnya density, yaitu nilai terendah menunjukkan parafinik dan yang paling tinggi adalah aromat. Dengan pengujian refractive index ASTMD–2159, bahwa disamping refractive index terdapat refractive dispersion dan specific dispersion. Refractive dispersion adalah perbedaan antara refractive index pada dua panjang gelombang cahaya yang khusus. Dua garis dari spektrum hidrogen yang digunakan untuk
  • 46. Hal. 46 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS menghitung refractive dispersion yaitu C (6563 Ao, merah) dan F (4861 Ao, biru). Specific dispersion adalah selisih dua refractive dispersion pada masing–masing dua garis spektrum itu dibagi density pada temperatur yang sama. Specific dispersion = nF - nC d Persamaan d iatas sangat signifikan untuk industri Petrokimia,karena semua senyawa aromatik, naften dan parafin, mempunyai nilai berat molekul yang hampir sama, dimana aromatik tertinggi dan senyawa alifatik tidak jenuh mempunyai nilai intermedia. Specific refraction dinyatakan dalam persamaan : n - 1 (n 2 + 2)d = C dimana : n = refractive index d = density C = konstanta bebas temperatur (dapat dilihat pada metode Uji ASTMD – 1218) Sedang istilah molecular refraction adalah specific refraction dikali dengan berat molekul 2.2.5 Optis Aktif Optis aktif untuk minyak bumi dan produknya adalah suatu jenis minyak bumi misalnya minyak bumi parafinik atau naftenik yang dapat memutar bidang cahaya polarisasi kekiri atau kekanan. Senayawa hidrokarbon (berupa molekul) yang dapat memutar bidang cahaya polarisasi adalah senyawa–senyawa yang mempunyai struktur trans isomer, parafin dan naften. Jadi hanya minyak bumi jenis parafin dan naften saja yang dapat memutar bidang cahaya polarisasi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan polarisator.
  • 47. Hal. 47 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Baik minyak bumi maupun fraksi minyak bumi menunjukkan bahwa makin besar berat molekulnya, nilai optis aktif menaik, berkisar antara 350 – 400 arc cm –1 gauss –1 /menit. Dirumuskan dengan persamaan : θ = pth dimana : θ = besar sudut putar, arc cm –1 gauss –1 /menit. p = tetapan intrinsik bahan t = tebal bahan yang dilewati cahaya, cm h = tetapan Planck = 6,62 x 10 –34 Joule detik 2.2.6 Liquefaction dan Solidification Pada temperatur udara, minyak bumi dan kebanyakan produknya berupa cairan. Permasalahan yang mungkin timbul adalah terjadinya solidifikasi selama pemakaian dalam keadaan normal adalah tidak umum. Pengujian titik lebur (ASTMD–87, ASTMD–127) secara luas diperuntukan bagi pembuat lilin dan pengguna (konsumen) lilin. Metode pengujian tersebut untuk sampel–sampel yang mengandung parafin suku tinggi atau kristal lilin. Prediksi titik lebur untuk senyawa hidrokarbon murni sangatlah sulit, akan tetapi mempunyai kecenderungan bahwa menaik dengan membesarnya berat molekul dan bentuk simetri dalam struktur molekulnya. Bentuk simetri mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada berat molekul, sedang untuk hidrokarbon cabang mempunyai titik lebur lebih tinggi dari normal parafin. n – heksana 2 – metil pentane m. p. – 95oC m. p. – 154oC n – pentane m. p. – 130oC 2, 3 – dimetil propana m. p. – 20oC (bentuk simetri) n – oktana m. p. – 57oC 2, 2, 3, 3 – tetrametil butana m. p. – 104oC (bentuk simetri)
  • 48. Hal. 48 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS • Untuk senyawa siklo : Senyawa siklo yang tidak tersubstitusi melebur pada temperatur relatif tinggi dari pada senyawa–senyawa parafin. Bentuk simetrik (isomer simetrik) melebur pada temperatur lebih rendah dari alifatik dengan berat molekul yang sama. etana m. p. – 172oC Etilena m. p. – 169,5oC Antara keduanya mempunyai sedikit perbedaan siklo heksana m. p. 6,2oC siklo heksena m. p. – 104oC Antara keduanya mempunyai perbedaan yang besar Untuk senyawa–senyawa hidrokarbon tidak simetris suku tinggi sulit untuk dikristalkan, sedang senyawa–senyawa hidrokarbon cabang tidak simetris terendah adalah oktana dan hampir semua senyawa siklo tersubstitusi sampai fraksi paling tinggi yaitu fraksi minyak lumas akan mengkristal secara pelan– pelan dan dalam keadaan dingin berbentuk padatan seperti gelas. Meskipun karakteristik titik lebur minyak bumi dan produk–produk minyak bumi penggunaannya sangat terbatas, namun dapat digunakan untuk estimasi kemurnian atau bahkan estimasi komposisi dari lilin dan proses pendinginan misalnya solidifikasi ( pembekuan) serta proses–proses pendinginan pada industri petrokimia. Solidifikasi dalam minyak bumi dan produk minyak bumi dibedakan atas empat kategori, yaitu freezing point, congealing point, cloud point dan pour point. • Titik dingin ( freezing point ) adalah temperatur pada saat senyawa hidrokarbon berubah bentuk dari cairan menjadi padatan dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar freezing point, adalah ASTMD–1015, D–1016. • Titik beku ( congealing point ) adalah temperatur pada saat petrolatum berubah bentuk dari cair yang berhenti mengalir bila dibiarkan mendingin dalam
  • 49. Hal. 49 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar congealing, adalah ASTMD–938. Petrolatum adalah produk semipadat hasil proses pemurnian residu, bersifat lekat dan berwarna putih sampai kuning. • Titik keruh ( cloud point ) adalah temperatur pada saat lilin parafin atau senyawaan lain yang dapat diubah menjadi padatan yang terkandung dalam minyak bumi memperlihatkan kekeruhan bila minyak didinginkan dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar cloud point, adalah ASTMD–2500, D–3117. Pada pendinginan berlanjut, semua minyak bumi menjadi lebih dan lebih viskus dan mengalir perlahan– lahan dan lebih perlahan–lahan • Titik tuang ( pour point ) adalah temperatur terendah pada saat minyak bumi dapat dituang atau mengalir dalam kondisi seperti disyaratkan bila minyak bumi didinginkan tanpa gangguan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar pour point, adalah ASTMD–97. Disamping keempat kategori tersebuat terdapat pula istilah seperti dropping point dan melting point. • Titik tetes ( dropping point ) adalah temperatur pada saat gemuk berubah bentuk dari semipadat menjadi cair dan mulai mengalir dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar dropping point, adalah ASTMD–566, D–2265. • Titik leleh ( melting point ) adalah temperatur pada saat lilin berubah bentuk dari semipadat menjadi cair dan mulai menetes dari termometer dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Hubungan antara cloud point, pour point dan freezing point untuk produk minyak bumi yang satu dengan lainnya sangat bervariasi, sehingga arti dan kegunaan untuk jenis produk yang berbeda juga bervariasi serta bergantung dari penggunaan produk. Cloud point dan pour point digunakan untuk prediksi penyimpangan temperatur dari observed viscosity (viskositas pengamatan pada pengujian dengan peralatan) suatu minyak dari viscosity yang sebenarnya (Newtonian) pada kisaran
  • 50. Hal. 50 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS temperatur yang rendah. Cloud point dan pour point juga dapat digunakan untuk identifikasi untuk penyimpanan minyak atau digunakan untuk perencanaan penyimpanan minyak pada temperatur rendah. 2.2.7 Volatilitas Volatilitas atau kemudahan menguap suatu cairan atau gas yang dicairkan dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menguap dari bentuk cairan menjadi uap atau gas. Karena, satu dari tiga sifat pembakaran fuel dalam nyala bahwa fuel harus diubah menjadi bentuk gas, maka volatilitas (kemudahan menguap) dari fuel cair merupakan sifat yang utama. Jadi, kecenderungan kemudahan menguap merupakan salah satu sifat pokok fuel cair, misalnya LPG, natural gasoline, motor gasoline, aviation gasoline, naphtha, kerosene, gas oil, dan diesel fuel dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar volatility, adalah ASTMD–2715. Sifat pokok yang lain yang berhubungan dengan volatolity adalah flash point, fire point, vapor pessure, evaporasi dan distilasi. Apabila sifat volatility dari fuel cair cenderung rendah (ada sebagian tidak menguap), ini menunjukkan bahwa dalam fuel itu terdapat komponen titik didih tinggi. Indikasi ini dapat dilihat dalam data distilasi ASTM. • Titik nyala ( flash point ) adalah temperatur pada saat produk minyak bumi saat dipanaskan berubah bentuk dari cair menjadi uap untuk membentuk sebuah campuran uap dengan udara yang dapat menyala oleh api khusus dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar flash point, adalah ASTMD–56, D–92, ASTMD–93. • Titik api ( fire point ) adalah temperatur pada saat produk minyak bumi saat dipanaskan berubah bentuk dari cair menjadi uap untuk membentuk sebuah campuran uap dengan udara yang dapat terbakar terus menerus (berlanjut) oleh api khusus dalam kondisi seperti disyaratkan dalam metode uji tertentu. Metode uji standar fire point, adalah ASTMD–92.
  • 51. Hal. 51 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Dari aspek keselamatan, flash point sangat signifikan pada atau sedikit di atas temperatur maksimum (berkisar dari 30 sampai 60oC) dalam kegiatan penyimpanan, transportasi, dan dalam penggunaan produk minyak bumi cair baik dalam wadah terbuka ataupub wadah tertutup. Dalam kisaran temperatur dari 30 sampai 60oC dapat menyebabkan relatif terjadinya bahaya api dan bahaya ledakan. Untuk produk dengan flash point di bawah 40 oC (104oF), penanganan terhadap keselamatan harus ekstra hati – hati. Flash point di atas 60oC (140oF), bahaya keselamatan agak berkurang sehingga flash point kurang signifikan. Flash point produk minyak bumi digunakan juga oleh pabrik dan oleh pemasaran untuk mendeteksi terjadinya kontaminasi. Bila flash point rendah dari batasan spesifikasi menunjukkan bahwa produk terkontaminasi oleh produk minyak lainnya yang lebih besar volatilitasnya. Pada minyak bumi dan produknya, volatilitas dapat dikategorikan atas aspek vapor pressure (tekanan uap) dan titik didih konstituen fraksi. • Tekanan uap ( vapor pressure ) adalah tekanan yang dilakukan oleh uap dari cairan pada dinding wadah yang tertutup dalam kondisi yang disyaratkan oleh metode uji tertentu. Metode uji standar untuk vapor pressure adalah ASTMD– 323. Vapor pressure menaik dengan menaiknya temperatur, misalnya gasoline, LPG atau jenis produk yang lain. • Titik didih ( boiling point cairan ) adalah temperatur dimana tekanan uap cairan dari baik senyawa murni maupun campuran banyak senyawa sama dengan 1 atmosfer (14,7 psia). Dalam tiap seri homolog hidrokarbon, titik didih menaik dengan menaiknya berat molekul dan juga struktur molekul hidrokarbonnya. Dengan jumlah atom karbon yang sama, parafin cabang mempunyai titik didh lebih rendah dari normal parafin. Pada pengujian distilasi minyak bumi dan produknya dinyatakan sebagai temperatur distilasi untuk sejumlah volume tertentu yang tertampung dalam gelas ukur dari 100 mL sampel. Atau dapat pula dinyatakan sebagai persen volume sampel dari jumlah 100 %. Antara temperatur yang satu dan lainnya yang berdekatan disebut kisaran distilasi (distillation range). Metode uji standar
  • 52. Hal. 52 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS distilasi adalah distilasi ASTM, meliputi ASTMD–86, D–216, D–285, D–447, D– 2892 dan D–1160 (distilasi pada pengurangan tekanan). Tabel 2 – 2 : Titik Didih dari Beberapa Senyawa Hidrokarbon Hidrokarbon (normal) Titik didih o C o F Butana Pentana – 0,5 36 18 97 Heksana 68 154 Heptana 98 208 Oktana 126 259 Nonana 151 304 Dekana 174 345 Pentadekana 271 520 Eikosana 343 649 Data dilaporkan dalam istilah – istilah : initial boiling point (IBP), distillation temperature (temperatur distilasi), end point (titik akhir), dry point (titik kering), recovery (pemulihan), residue (sisa), total recovery (total pemulihan), distillation loss (susut distilasi), dan percent evaporated (persen yang teruapkan). • Titik didih awal ( initial boiling point ) adalah pembacaan termometer yang posisi ujungnya tepat pada leher labu distilasi saat tetesan pertama distilat meninggalkan ujung tabung kondenser. Pembacaan dilakukan pada sejumlah kondisi pengujian yaitu temperatur kamar, kecepatan pemanasan, temperatur kondenser dan beberapa yang lain. 2.3 Jenis Minyak bumi
  • 53. Hal. 53 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Minyak bumi diketemukan jenisnya sangat bervariasi. Walaupun komposisinya sama, hal ini sangat ditentukan oleh porsi komponen hidrokarbon yang ada didalamnya. Perbedaannya terlihat pada perbedaan specific gravity (SG) dari sejumlah minyak bumi yang ada. Sebuah minyak bumi mempunyai API gravity 39,0 dan minyak bumi yang lain 16,0. Minyak bumi kaya akan senyawaan parafin yaitu dari kelompok minyak bumi middle east dan minyak bumi banyak mengandung sikloparafin dan aromatik yaitu dari kelompok Nigeria dan American West Coast. Bila minyak bumi yang diolah hendak digunakan sebagai umpan reformer, maka dipilih minyak bumi yang diperkirakan banyak mengandung aromat sebagai produknya, dimana minyak bumi dari Nigeria lebih baik dari minyak bumi Kuwait. Untuk tujuan suatu proses dengan diperkirakan jenis produk tertentu, diusahakan blending antara minyak bumi yang satu dengan lainnya. 2.4 Klasifikasi Minyak bumi Minyak bumi diklasifikasikan atas beberapa jenis. Klasifikasi minyak bumi ini sangat penting artinya untuk mengetahui sifat-sifat minyak bumi, sehingga berguna untuk memprediksi produk-produk yang dihasilkan. Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi dibedakan atas struktur hidrokarbon dan non hidrokarbonnya. Perbedaan komposisi ini akan menyebabkan perbedaan sifatsifat minyak bumi, yaitu perbedaan susunan hidrokarbon, SG, API gravity, volatilitas, flash point, distilasi, dan sebagainya. Oleh karena itu klasifikasi minyak bumi didasarkan pada perbedaan sifat-sifat tersebut. Klasifikasi minyak bumi : 1. Klasifikasi berdasarkan specific gravity 60/60 oF (SG 60/60 oF) 2. Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan (volatility) 3. Klasifikasi berdasarkan kadar belerang 4. Klasifikasi menurut US Bureau of Mines (Lane & Garton)
  • 54. Hal. 54 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 5. Kalsifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik (Nelson, Watson dan Murphy) 6. Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi (CI) 7. Klasifikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC) 2.4.1 Klasifikasi berdasarkan Specific Gravity at 60/60 oF Specific gravity (SG) minyak bumi berkisar antara 0,8000 – 1,0000. Besarnya SG untuk tiap minyak bumi sangat erat hubungannya dengan struktur molekul hidrokarbon, dan pula kandungan Sulfur dan Nitrogen. Makin kecil SG minyak bumi itu akan menghasilkan produk-produk ringannya makin besar, dan sebaliknya. Tabel 2 – 1 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Specific Gravity SG 60/60 oF (ASTMD-1298) Minyak bumi Ringan < 0,830 Medium ringan 0,830 – 0,850 Medium berat 0,850 – 0,865 Berat 0,865 – 0,905 Sangat berat > 0,905 2.4.2 Klasifikasi berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility) Sifat penguapan minyak bumi dijadikan ukuran dalam klasifikasi ini. Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah banyaknya fraksi ringan dinyatakan dalam % volume yang terkandung dalam minyak bumi itu yang diperoleh dari hasil distilasi sampai suhu 300 oC. Fraksi ringan, % vol = Volume fraksi, mL Volumesampel x 100
  • 55. Hal. 55 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Tabel 2 – 2 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Sifat Penguapan (volatility) Minyak bumi Fraksi Ringan (% volume) Ringan Sedang 20 – 50 Berat 2.4.3 > 50 < 20 Klasifikasi berdasarkan Kadar Belerang (% wt) Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah kadar Sulfur dalam minyak bumi, dinyatakan dalam % wt yang terkandung dalam minyak bumi itu yang diperoleh dari hasil penetapan di laboratorium dengan menggunakan metode standar ASTMD-1552 (atau dengan metode standar yang lain). Tabel 2 – 3 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Kadar Sulfur Minyak bumi Kadar Sulfur (% wt) Kadar Sulfur tinggi > 2,0 Kadar Sulfur sedang 0,1 – 2,0 Kadar Sulfur rendah < 0,1 2.4.4 Klasifikasi menurut Bureau Of Mines (Lane & Garton) Pada tahun 1937 Lane dan Garton dari US Bureau of Mines mengemukakan pendapatnya secara sederhana tentang skema untuk klasifikasi minyak bumi. Walaupun klasifikasinya kurang lengkap, namun sekarang dapat digunakan secara umum. Keuntungan utama adalah mempunyai jangkauan sangat luas, karena dapat mencakup semua minyak bumi, sehingga secara praktis dapat digunakan untuk klasifikasi. Metode yang digunakan untuk klasifikasi ini dilakukan dengan cara fraksionasi minyak bumi pada tekanan atmosfer dengan pengumpulan fraksi pada titik didih fraksi antara 250 dan 275oC.
  • 56. Hal. 56 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah SG 60/60 oF dari dua fraksi yang dihasilkan dari distilasi minyak bumi itu yang dilakukan mula-mula pada tekanan atmosfer dan kemudian pada tekanan absolut 40 mm Hg, yang terkandung dalam minyak bumi itu yang diperoleh dari hasil penetapan di laboratorium dengan menggunakan metode standar ASTMD-285. Dua fraksi yang dimaksud sebagai hasil distilasi yaitu fraksi kerosene dan fraksi pelumas, masing-masing diukur SG-nya. Dua fraksi ini disebut Key fraction, yaitu Key fraction I (Kunci fraksi I) dan Key fraction II (Kunci fraksi II). - Kunci fraksi I, yaitu fraksi kerosene, dari 250 – 275 oC pada tekanan atmosfer - Kunci fraksi II, yaitu fraksi minyak pelumas, dari 275 – 300 oC pada tekanan 40 mm Hg SG 60/60 oF dari fraksi 250 – 275 oC menunjukkan sifat-sifat kimia fraksi ringan, sedang pada SG 60/60 oF dari fraksi 275 – 300 oC menunjukkan sifat-sifat kimia fraksi berat. Sifat-sifat tersebut tergambarkan sebagai sifat komponen hidrokarbon, yaitu parafinik, naftenik, aromatik atau bahkan kebanyakan adalah campuran diantara komponen-komponen tersebut. Tabel 2 – 4 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut US Bureau of Mines Kunci fraksi 1 Klas SG 60/60 oF Paraffinic – API SG 60/60 oF < 0,825 1. Parafinic 2. Kunci fraksi II o ≥ 40 < 0,876 ≥ 30 < 0,825 ≥ 40 0,876 – 20 – 30 Intermediate 3. Intermediate o API 0,934 – 0,825 – 0,860 33 – 40 < 876 ≥ 30 0,825 – 0,860 33 – 40 0,876 – 20 – 30 Parafinic 4. Intermediate 0,934
  • 57. Hal. 57 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 0,825 – 0,860 5. Intermediate- 33 – 40 > 0,934 ≤ 20 > 0,860 ≤ 33 0,876 – 20 – 30 Naphthenic 6. Naphthenic- Intermediate 0,934 7. Naphthenic > 0,860 ≤ 33 > 0,934 ≤ 20 8. Paraffinic- < 825 ≥ 40 > 0,934 ≤ 20 > 0,860 ≤ 33 < 876 ≥ 30 Naphthenic 9. NaphthenicParaffinic 2.4.5 Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik (Nelson, Watson dan Murphy) Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah akar pangkat tiga dari pengukuran titik didih rata-rata suatu minyak bumi dibagi dengan SG 60/60 oF. Dirumuskan : 3 T Faktor Karakteristik = Specific Gravity 60/60 oF dimana : T = titik didih rata-rata fraksi, oRankine Faktor karakteristik (Nelson, Watson dan Murphy) dapat digunakan sebagai prediksi sifat hidrokarbon dalam minyak bumi dan fraksi-fraksi minyak bumi. Berdasarkan klasifikasi menurut faktor karakteristik (Nelson, Watson dan Murphy), minyak bumi dibedakan atas 5 jenis, seperti yang ditunjukkan tabel berikut. Tabel 2 – 5 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut Faktor Karakteristik
  • 58. Hal. 58 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Faktor Karakteristik Klasifikasi K = 10,1 – 10,5 Aromatik K = 10,5 - 11,5 Naftenik K = 11,5 – 12,1 Campuran K = 12,1 - 12,9 Parafinik Terdapat hubungan amtara Faktor karakteristik, Specific Gravity, Titik didih ratarata, Volume rata-rata dan Berat molekul rata-rata. Untuk menghitung titik didih rata-rata 2.4.5 harus diketahui dari harga slope terlebih dahulu. Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi (Correlation Index) Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah dengan mengukur SG 60/60 oF minyak bumi itu dan menghitung titik didih rata-rata. Oleh Nelson dan Watson dari Bureau of Mines, klasifikasi minyak bumi berdasarkan Indeks korelasi dirumuskan : 48,640 C I = 473,7 SG - 456, 8 + -------------T dimana : T = titik didih rata-rata, oKelvin SG = Specific Gravity 60/60 oF Berdasarkan klasifikasi menurut Indeks korelasi (Nelson, dan Watson), minyak bumi mempunyai bilangan C I antara 0 – 100 Dimana : 0 = untuk hidrokarbon Parafinik 100 = untuk hidrokarbon Aromatik 2.4.6 Klasifikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)
  • 59. Hal. 59 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah dengan mengukur SG 60/60 oF minyak bumi itu dan mengukur viscosity minyak bumi. VGC digunakan untuk fraksi minyak pelumas, dengan rumusan : 10 G – 1,0752 log (V – 38) VGC = 1 – log (V – 38) G = Specific Gravity pada 60/60 oF eimana : V = Viscosity dalam SSU 100 oF Berdasarkan klasifikasi menurut VGC, minyak bumi mempunyai bilangan 0,8 – 1,0 dimana : 0,8 = untuk hidrokarbon Parafinik 1,0 = untuk hidrokarbon Aromatik 2. 5 Karakteristik Minyak bumi Yang dimaksud dengan karakteristik minyak bumi adalah batasan maksimum atau minimum suatu parameter minyak bumi yang dikehendaki sebagai umpan proses pengolahan. Parameter itu meliputi sifat fisika dan sifat kimia. Dengan terpenuhinya batasan-batasan yang dimaksud, aman pada proses pengolahannya, aman pada peralatannya serta menghasilkan produk-produk sesuai dengan tujuan proses. Dan juga untuk perhitungan teknologi ekonomi. Parameter karakteristik minyak bumi : • Specific gravity • Water and sediments
  • 60. Hal. 60 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS • oAPI gravity • Gross thermal value • Viscosity at three temperature • Aromatic content • Pour point • Mercaptan Sulphur • Reid vapour pressure • Metal content (Fe, V, Pb, Ni, Cu, Na, etc) • Flash point • Nitrogen content • Total Sulphur • Chloride content • Total salt content • Hydrogen sulfide • Characterization factor KUOP • Total acid number • Wax content • Strong acid number • Asphaslthenes content • Water content • Conradson carbon residue • Light component (C1, C2, C3, C4, C5) • Ash content • Cetane index (calculation) 2.6 Produk-produk dari Minyak bumi Produk-produk minyak bumi adalah : (1). Produk Volatil, disebut produk sebagai hidrokarbon ringan. • LPG Propana (Liquefied Petroleum Gas) • LPG Butana • Naphtha ringan (C5 dan nC6 ) (2). Distilat Ringan (Light Distillate) • Gasoline • Heavy Naphtha (Bahan dasar Petrokimia dan bahan dasar cat) • Kerosene dan Jet fuels (bahan bakar pesawat Jet) (3). Distilat Tengah (Middle Distillate)
  • 61. Hal. 61 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS • Minyak Diesel (Automotive Diesel) • Heating Oils • Gas Oils (4). Fuels Oils • Marine diesel • Bunker fuels (untuk kapal laut) (5). Minyak Pelumas (Lubricating Oils) • Motor • Spindle • Machine oils (6). Waxes • Food and paper coating grade • Pharmaceutical grade (7). Bitumen • Asphalt • Coke Produk Parafinik Intermediat Naftenik
  • 62. Hal. 62 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Bensin Kerosin Tidak terlalu Sedang Rendah Rendah 55 – 70 34 – 55 (400oF-EP) Angka Oktan 42 – 55 Titik asap tinggi Titik asap sedang Titik asap rendah 20 – 25 Minyak Diesel Indeks diesel baik Indeks diesel Indeks diesel 51 – 76 sedang rendah 49 – 65 90 – 106 Indeks Viskositas Indeks Viskositas Indeks Viskositas tinggi tidak terlalu rendah, (gelap) 90 – 106 rendah Kadar Lilin Tinggi Sedang Rendak sekai (180 – 300oC) > 10 % Sampai > 10 % (0 %) Pelumas pada 10 mm Hg. BAB 3
  • 63. Hal. 63 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS KOMPOSISI PRODUK-PRODUK MINYAK BUMI 3.1. Produk-produk Minyak Bumi dan Kegunaannya Pada proses pengolahan Minyak bumi tidak pernah diperoleh pemisahan senyawa-senyawa hidrokarbon murni, melainkan berupa campuran yang sangat kompleks. Produk-produk yang dihasilkan, berupa fraksi-fraksi sebagai berikut : Fraksi Titik didih o C Kegunaan o F 1. Fuel gas -160 - -140 -250 - -40 Bahan bakar refinery 2. Propana -40 -40 3. Butana -12 - -1 -11 - -30 Menaikkan volatilitas gasoline 4. 5. Light naphtha Gasoline -1 - 150 -1 - 180 30 - 300 30 - 355 - komponen gasoline - reformer feed stock 6. Heavy naphtha 150 - 205 300 - 400 - reformer feed stock - jet fuel 7. Kerosene 205 - 260 400 - 400 fuel oil 8. Stove oil 205 - 290 400 - 550 fuel oil 9. Light gas oil 260 - 315 500 - 600 - fuel oil furnace 10. Heavy gas oil 315 - 425 600 - 800 - komponen bahan dasar diesel 11. Lubricating oil > 400 > 750 12. Vacuum gas oil 425 - 600 800 - 1100 13. Residue > 600 > 1100 LPG Pelumasan Feed stock untuk katalikik karakter - heavy fuel oil - asphalt. Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan, seperti tertera diatas, hanya beberapa produk yang akan dibicarakan komposisinya adalah : 1. Elpiji (LPG) Digolongkan menjadi 3 golongan :
  • 64. Hal. 64 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS a. Elpiji Propana (dominan C3) b. Elpiji Butana (dominan C4) c. Elpiji Campuran terdiri dari propana dan butana Umumnya di Indonesia diproduksi Elpiji campuran, yang komposisinya terdiri dari : - etana - iso butilena C4H8 - etilena C2H4 - trans 2-butena C4H8 - propana C3H8 - cis 2-butena C4H8 - propilena C3H6 - 1,3 butadiena C4H6 - Iso butana C4H10 - iso butilena C5H12 - n-butena C4H10 - n-pentana C5H12 - I-butena 2. C2H6 C4H8 Gasoline Gasoline adalah campuran komplek hidrokarbon yang mempunyai titik didih dibawah 180 oC (355 oF), atau umumnya dibawah 200 oC (390 oF). Konstituen gasoline terdiri dari struktur molekul C4 – C12, yaitu terdiri dari parafin, olefin, naphthen dan aromatik. Prosen dari tiap golongan senyawa itu (parafin, olefin, naphthen dan aromatik) bergantung pada jenis prosesnya. a. Straight run naphtha : terdiri dari n-parafin, iso parafin, naphthen (dominan) dan aromatik. b. Thermal kraking : terdiri dari n-parafin, isoparafin dan aromatik c. Katalitik kraking : terdiri dari n-parafin, isoparafin, dan aromatik (sangat dominan) d. Alkilasi : e. Polimerisasi : terdiri dari isoparafin (100 %) terdiri dari olevin (100 %)
  • 65. Hal. 65 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Mutu gasoline dinyatakan sebagai “angka oktana” (octane number). Angka oktana, dinyatakan dengan range skala dari 0 – 100. Makin tinggi angka oktana suatu gasoline menunjukkan karakteristik antiknocking gasoline, yaitu : a. menurut ASTMD-2700 dan ASTMD-2723, disebut “motor octane number” (MON) b. menurut ASTMD-2699 dan ASTMD-2722, disebut “research octane number” (RON) Metoda pengujian yang digunakan untuk penetapan antiknock suatu gasoline adalah dengan memperbandingkan dengan campuran yang dibuat dari dua hidrokarbon murni yaitu “n-heptana dan iso oktana (2, 2, 4-trimetil pentana)”. CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 : CH3 n-heptana CH3 CH3 – CH – CH2 – C – CH3 : CH3 iso oktana (2, 2, 4-trimetil pentana) Iso oktana mempunyai angka oktana 100 dan mempunyai ketahanan yang paling tinggi terhadap knocking, tetapi n-heptana mempunyai angka oktana knocking. Untuk mempelajari angka oktana dari tiap jenis hidrokarbon, maka dapat diberikan beberapa ketentuan sebagai berikut : a. n-parafin mempunyai sifat knocking yang kurang baik, dan angka oktana menjadi lebih jelek dengan naiknya berat molekul. b. Iso parafin mempunyai angka oktana yang lebih tinggi dari bentuk isomer normalnya dan angka oktana menaik dengan bertambahnya rantai cabang. c. Olefin mempunyai angka oktana yang lebih tinggi dari normal parafin dengan jumlah atom C yang sama. d. Naphthen umumnya lebih baik dari n-parafin, tetapi jarang mempunyai angka oktana yang tinggi. e. Aromatik umumnya mempunyai angka oktana yang tinggi.
  • 66. Hal. 66 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Persen campuran antara n-heptana dan iso oktana, dijadikan sebagai referensi (pembanding) ukuran besarnya angka oktana. Beberapa persen jumlah iso oktana yang digunakan untuk dicampur dengan normal heptana, menunjukkan besarnya angka oktana. Misalnya, campuran dari 90 % iso oktana dan 10 % n-heptana, mempunyai angka oktana = 90. Gasoline yang dihasilkan dari suatu proses prngolahan belum dapat langsung digunakan, karena masih perlu ditambahkan bahan-bahan kimia (disebut aditiv) agar mutu gasoline menjadi baik. Untuk menaikkan angka oktana ditambahkan bahan kimia yaitu TEL = Tetra ethyl lead, Pb (C2H5)4. 2a. Aviation Gasoline (AVGAS) Trayek didih 38 – 170 oC (100 – 340 oC (100 – 340 oF). Avgas tidak mengandung gas hidrokarbon (butana). Terdiri dari beberapa jenis komposisi. Komposisinya : - parafin dan isoparafin : 50 – 60 % - naphthen : 20 – 30 % - aromatik : 20 – 30 % - tidak mengandung olefin : 10 % Sedang pada motor gasoline mengandung sampai 30 % olefin dan 40 % aromatik. Sifat dari masing-masing komponen - parafin : (pentana & heksana ) - isoparafin (isopentana – iso) mempunyai nilai kalor yang tinggi, dan senyawa kimia yang stabil : mempunyai angka oktana yang tinggi, baik dalam kondisi campuran gemuk (rich mixture) maupun campuran kurus (poor/lean mixture) bahan bakar.
  • 67. Hal. 67 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS - olefin : mempunyai sifat-sifat antiknock yang relatif jelek, pembentuk gum dan penyerbab terjadinya penyalaan awal - naphthen : mempunyai trayek didih yang baik. - aromatik : mempunyai sifat antiknock yang bagus (excellent antiknock characteristic) 3. Naptha (Petroleum Solvent) Trayek didih 150 – 205oC, dapat dibuat dengan cara-cara (1). Fraksionasi dari straight-run, kraking dan reforming distilat atau fraksionasi Crude Petroleum, (2). Solvent ekstraksi, (3). Hidrogenasi kraking distilat, (4). Polimerisasi senyawa-senyawa olefinik dan (5). Proses alkilasi. Komposisi : Terdapat 2 macam Naphtha, yaitu Naphtha alifatik dan Naphtha aromatik. Keduanya digunakan sebagai solvent (pelarut). - Alifatik solvent, terdiri dari hidrokarbon parafinik dan siklo parafinik (naphthenik), yang langsung dapat dihasilkan dari destilasi Crude. - Aromatik solvent, terdiri dari hidrokarbon aromatik, umumnya berupa alkil benzena yang tersubstitusi. Naphtha yang tidak mengandung hidrokarbon aromatik disebut heavy alkilat, yang hendak digunakan sebagai solvent alifatik dan juga sebagai aviation alkilat. Terdapatnya aromatik dalam Naphtha akan menyebabkan (1). Bau, (2). Pembentuk gum. Untuk menghilangkan hidrokarbon aromatik dilakukan dengan cara solvent ekstraksi (yaitu proses Eudeleanu, proses Udex) atau hidrogenasi dan absorbsi dengan silika gel. Kegunaan Naphtha : 1) Solvents (diluents) cat 2) Sebagai dry-cleaning solvent
  • 68. Hal. 68 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 3) Solvent untuk cutback asphalt 4) Solvent dalam industri karet 5) Solvent untuk proses industri ekstraksi. 3a. Solvent Cat Dikenal 2 macam solvent cat, yaitu : - Solvent ringan trayek didih 38 – 150 oC (100 – 300 oF) - Solvent berat trayek didih 150 – 230 oC (300 – 450 oF) 3b. Dry-cleaning solvents Berupa straight run Naphtha dengan kandungan Sulfur rendah (sangat sesuai bila dibuat dari Crude oil Parafinik) dan juga kandungan aromatik rendah (tidak meninggalkan bau pada bahan yang dibersihkan/dikeringkan). Untuk menghilangkan Sulfur tidak boleh dihilangkan dengan cara treating dengan asam sulfat. 3c. Solvent untuk cutback asphalt Sebagai pengencer asphalt sehingga asphalt dapat langsung digunakan untuk melapisi permukaan jalan, tanpa dilakukan pemanasan terlebih dahulu. 3d. Solvent dalam industri karet Sebagai solvent industri karet, membentuk semen karet yang selanjutnya diproses untuk pembuatan : - ban, rubberized cloth, hot water bottles, bathingcaps, gloves, sepatu dan mainan (toy). 3e. Solvent industri ekstraksi
  • 69. Hal. 69 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Trayek didih 65 – 120 oC (150 – 250 oF. Komponen yang dominan adalah n-heksana. Sebagai solvent untuk proses ekstraksi digunakan dalam industri extracting residual oil (sisa-sisa lemak) dari lemak kacang (castor beans), lemak biji gandum (wheat). 4. Kerosene (minyak tanah) Trayek didih 205 – 260 oC (400 – 500 oF), mempunyai flash point diatas 25 oC (77 oF), banyak digunakan untuk penerangan lampu, minyak kompor. Dahulu merupakan produk yang utama (pokok), tetapi setelah berkembangnya automobile tergeser menjadi salah satu produk mayor setelah produk gasoline. Komposisi : Terdiri dari senyawa hidrokarbon jenuh (parafin), harus bebas dari aromatik dan hidrokarbon tak jenuh dan sebaiknya dengan kandungan Sulfur serendah mungkin. Dibuat langsung sebagai straight-run fraksi dan bukan dari proses kraking. Struktur molekul mengandung C12 atau lebih permolekulnya. Disamping hidrokarbon jenuh, mengandung pula senyawa-senyawa dengan rumus molekul sebagai berikut : a. Tetrahidronaphthalena R R1 b. Disikloparafin c. Indan tersubstitusi (yaitu gabungan antara aromatik dan siklo)
  • 70. Hal. 70 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS d. Naphthalena (yaitu aromatik di inti). e. Biphenyl (yaitu dua inti aromatik terisolari). Salah satu data analisa dari Kerosene, memberikan data komposisi sebagai berikut : Tipe hidrokarbon % Volume - Parafin normal 23 cabang 16 monosiklo 32 disiklo 11 trisiklo 0 - Aromatik mono-inti * di-inti • 5. 15 3 Termasuk kedua tipe dari alkilbenzena dan sikloparafin Fuel Oil Fuel oil diklasifikasikan atas beberapa cara, namun biasanya terbagi atas 2 (dua) tipe utama, yaitu : a. distilate fuel oil
  • 71. Hal. 71 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS b. residual fuel oil - Distilate fuel oil dihasilkan dari proses penguapan dan kondensasi selama distilasi dan mempunyai trayek didih tertentu serta tidak mengandung komponen minyak bumi yang mempunyai titik didih tinggi (komponen asphaltik). - Residual fuel oil mengandung sejumlah residu dari Crude oil distilasi atau thermal kraking. Istilah distilate fuel oil dan residual fuel oil telah kehilangan makna, karena sekarang fuel oil dibuat untuk tujuan khusus, yang mungkin distilat, residual atau campuran (blending) dari keduanya. Istilah-istilah itu misalnya : - domestic fuel oil - heavy fuel oil - diesel fuel oil yang menunjukkan sesuai dengan penggunaan dari fuel oil itu. 5a. Domestic fuel oil Domestic fuel oil digunakan terutama untuk keperluan rumah tangga. Termasuk domestic fuel oil adalah kerosene, stove oil dan furnace fuel oil. Stove oil, seperti halnya juga Kerosene, merupakan straight run fraksi dari Crude. Sedang fuel oil yang lain, biasanya berasal dari blending dari dua fraksi atau lebih, dimana salah satunya yang digunakan sebagai blending adalah cracked gas oil. Sedang fraksi yang lain adalah heavy naphtha, lightnaphtha atau heavy gas oil. 5b. Heavy fuel oil Heavy fuel oil terdiri dari bermacam-macam oil yang mempunyai titik didih diawali dari distilasi sampai residual oil, pemanasan sampai 260
  • 72. Hal. 72 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS o C (500 oF) atau lebih. Heavy fuel oil merupakan hasil blending dari residual dan distilat, sesuai dengan tujuan kegunaan khusus. Termasuk heavy fuel oil adalah macam-macam fuel oil yang digunakan dalam berbagai jenis industri. Bila fuel oil itu digunakan untuk fuel kapal, heavy fuel oil itu disebut : bunker oil. 5c. Diesel fuel oil Diesel fuel oil adalah bahan bakar motor diesel. Sesungguhnya diesel fuel oil sama dengan furnace fuel oil, hanya kandungan aromatiknya lebih kecil. Sebab adanya aromatik akan menurunkan mutu dari diesel fuel oil itu. Mutu diesel fuel oil dinyatakan dengan “angka setana” (cetane value). Angka setana adalah suatu ukuran kecenderungan diesel fuel terhadap ketukan (knocking) dalam mesin diesel. Angka setana pada sifat penyalaan dari campuran dua senyawa hidrokarbon, yaitu (1) Setana (heksadekana), C16 H34 dan (2) Hepta metil nonana, C16 H34. (1). Setana (heksadekana), C16 H34 (CH3 – (CH2)14 – CH3 (2). Heptametil nonana,, C16 H34 CH3 – CH – CH – CH – CH – CH – CH – CH – CH – CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 Heksadekana mempunyai angka setana = 100, sedang Heptana metil nonana mempunyai angka setana = 15. Besarnya angka setana sama dengan persen volume heksadekana (setana) dalam campurannya dengan Hepta metil nonana. Mutu penyalaan (ignitition) diuji dengan metoda ASTMD-613.
  • 73. Hal. 73 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 6. Minyak Pelumas (Lubricating oil) Minyak pelumas mempunyai titik didih yang tinggi yaitu diatas 400 oC (750 oF). Bahan dasar untuk pembuatan minyak pelumas berasal dari hidrokarbon yang mempunyai C25 – C40 permolekulnya. Sedang residual stocknya mengandung C50 – C60 (bahkan sampai C80) permolekulnya. Sebagai produk minyak bumi, fraksi minyak pelumas terdiri dari ribuan jenis senyawaan hidrokarbon, yaitu digolongkan atas 3 (tiga) golongan besar, yaitu : a. hidrokarbon parafinik b. hidrokarbon napthenik c. hidrokarbon aromatik. Sifat-sifat : - mempunyai viskositas paling rendah diantara Naftenik dan Aromatik, tetapi mempunyai indek viskositas paling tinggi. - normal parafin dan parafin yang mempunyai sedikit cabang mempunyai titik beku tinggi, sehingga meninggikan titik tuang (pour point) dari Minyak Pelumas. C C C C C C C C C C C C C Normal-parafin C (parafin rantai lurus) C C C C C isoparafin sedikit cabang C C C C C C C C C C C C C C C C C C
  • 74. Hal. 74 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS C C C C C C C C C C C C isoparafin banyak cabang C C C - C C C senyawa parafin mempunyai kestabilan terhadap panas dan oksidasi yang tinggi. (b). Hidrokarbon Naftenik Merupakan senyawa hidrokarbon jenuh dengan rantai atom C tertutup. Terbagi atas 2 macam, yaitu : - Naften dengan rantai alkil pendek - Naften dengan rantai alkil panjang Sifat-sifat : - mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari parafin, tetapi indek viskositasnya lebih rendah darai parafin. - naften rantai alkil panjang mempunyai indek viskositas tinggi, sedang naften rantai alkil pendek (disebut : poli-naften) mempunyai indek viskositas rendah atau medium. Naften rantai alkil pendek
  • 75. Hal. 75 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Naften rantai alkil panjang - senyawa naften mempunyai mempunyai titik beku rendah dan ketahanannya terhadap panas dan oksidasi yang tinggi. (c). Hidrokarbon Aromatik Merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan rantai atom C tertutup, yang dibedakan atas : - aromat dengan rantai alkil pendek - aromat dengan rantai alkil panjang Sifat-sifat : - mempunyai viskositas yang paling tinggi diantara ketiganya, tetapi mempunyai viskositas indek sangat rendah, terutama untuk aromat rantai alkil pendek (poliaromatik). - aromat rantai alkil pendek mempunyai pour point yang sangat bervariasi, bergantung pada struktur. Sedang aromat rantai alkil panjang mempunyai pour point rendah. aromat rantai alkil pendek - aromat rantai alkil panjag senyawa aromat rantai panjang mempunyai daya tahan oksidasi baik, tetapi aromat rantai alkil pendek sangat mudah teroksidasi. Mempunyai termal stabilitas (ketahanan terdap panas) yang baik.
  • 76. Hal. 76 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS 6.1. Ciri – ciri minyak pelumas. Untuk memperoleh minyak pelumas siap pakai, dilakukan pencampuran (blending) antar minyak pelumas dasar (base stock) dan beberapa additive. Fungsi additive adalah untuk memperbaiki mutu minyak pelumas, sehingga aman dalam pemakaiannya. Ciri – ciri minyak pelumas yang baik adalah : 1. Viskositas tinggi. Viskositas tinggi dibutuhkan karena dengan viskositas tinggi, berarti pelumas itu tetap membentuk lapisan film pada bagian yang dilumasi. Lebih-lebih apabila pelumas itu digunakan untuk mesin-mesin yang bekerja pada kondisi operasi berat. 2. Indeks Viskositas tinggi. Indeks viskositas (VI) tinggi dibutuhkan karena dengan VI tinggi, berarti pelumas itu tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan/perbedaan temperatur, sehingga pelumasan tetap baik untuk daerah yang berbeda temperaturnya. 3. Pour Point rendah. Pour point rendah dibtuhkan karena dengan pour point rendah, berarti pelumas tetap berfungsi apabila keadaan dingin, khususnya saat mesin hendak dihidupkan (start). 4. Volatiltas rendah. Volatilitas rendah dibutuhkan karena dengan volatilitas (kemudahan menguap) rendah, berarti pelumas yang hlang selama pemakaian dapat dicegah. 5. Daya tahan terhadap panas (stabilitas thermal) dan oksidasi baik. Daya tahan terhadap panas (stabilitas thermal) dan oksidasi baik ini berarti bahwa, pelumas tersebut tetap stabil, tidak mudah terurai oleh panas dan tak teroksidasi selama pemakaian.
  • 77. Hal. 77 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS Untuk mendapatkan minyak pelumas yang memenuhi persyaratan daiats, perlu diperhatikan sifat–sifat dari minyak pelumas dasar (base stock) terlebih dahulu, sebelum dilakukan penambahan additive. Sifat-sifat minyak pelumas dasar sangat ditentukan oleh proses pengolahannya, sedangkan sifat-sifat lainnya yang berhubungan dengan pemakaian lebih banyak dipengaruhi oleh additive. 6.2. Hubungan struktur hidrokarbon dengan sifat-sifatnya. Tabel dibawah ini memberikan hubungan antara sifat-sifat (properties) dan tipe utama struktur hidrokarbon yang harus terdapat dalam minyak pelumas. NO 1 Tipe hidrokarbon Parafin rantai lurus Sifat utama - Viskositas tinggi - Viskositas indeks sangat tinggi - Daya tahan terhadap oksidasi baik Viskositas indeks tinggi - Isoparafin sedikit cabang Pour point tinggi Viskositas tinggi - 2 - Daya tahan terhadap oksidasi baik Pour point medium Viskositas tinggi Viskositas indeks tinggi - Isoparafin banyak cabang - 3 Daya tahan terhadap oksidasi baik NO 4 Tipe hidrokarbon Naften rantai alkil pendek Pour point rendah Sifat utama - Viskositas sangat tinggi Viskositas indeks rendah atau medium
  • 78. Hal. 78 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS - - Naften panjang rantai alkil - Viskositas indeks tinggi - 5 Daya tahan terhadap oksidasi baik Pour point rendah Viskositas sangat tinggi Daya tahan terhadap oksidasi baik 6 Aromatik pendek alkil Pour point tinggi Viskositas sangat tinggi - rantai - Viskositas indeks rendah tau medium - Daya tahan terhadap oksidasi jelek (mudah teroksidasi) - Pour point bervariasi, bergantung pada struktur Aromatik panjang rantai alkil - Stabilitas thermal baik Viskositas sangat tinggi - Viskositas indeks tinggi - 7 Daya tahan terhadap oksidasi baik - Pour point rendah Diantara ketiga jenis hidrokarbon yang diklasifikasikan atas 7 tipe tersebut diatas, tampak bahwa tidak seluruhnya diingini berada dalam minyak pelumas, karena ada hidrokarbon yang mempunyai sifat-sifat kurang baik sebagai minyak pelumas, sehingga hidrokarbon tersebut harus dihilangkan. Tipe hidrokarbon yang memenuhi syarat sebagai minyak pelumas adalah : 1. Isoparafin banyak cabang 2. Naften rantai alkil panjang 3. Aromatik rantai alkil panjang.
  • 79. Hal. 79 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS BAB 5 Perhitungan / Persamaan Larutan Rumus dasar larutan 1. Molaritas, M
  • 80. Hal. 80 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS M = 2. mol Vol. Normalitas, N N = a.M ; a = valensi 3. Molalitas, m m= 4. gram 1000 . Mr p Fraksi mol, X XA = 5. ; p = massa pelarut (gram) nA ntotal Pengenceran M 1.V1 = M 2 .V2 ∆ =V2 −V1 V = volume air yang ditambahkan 6. Pencampuran M camp . = M 1.V1 + M 2 .V2 V1 + .V2 Asam Basa 1. Teori Asam Basa a. Arhennius Asam : zat dalam air terurai menjadi H+ dan sisa asam. Contoh : HX H+ + X- Basa : zat dalam air terurai menjadi OH – dan logam Contoh : MOH M+ + OH- b. Bronsted-Lowrey Asam : zat yang dapat memberi ion H+. Basa : zat yang menerima ion H+. NH3 + H2O Asam : H2O Basa : NH3 NH4+ + OH-
  • 81. Hal. 81 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS c. Lewis Asam : zat yang menerima sepasang electron bebas Basa : zat yang memberikan sepasang electron bebas BF3 + BH3 BH3BH3 Asam : BF3 Basa : NH3 d. Konjugasi Asam : zat yang kelebihan satu ato H dari basa yang bersangkutan Basa : zat yang kekurangan satu ato H dari basa yang bersangkutan NH4+ NH3 + H2O + OH- Asam : H2O Basa : NH3 2. Eksponen Hidrogen 1. Ionisasi air H+ Air teionisasi : H2O + OH- Nilai [H+] = [OH-] = 10-7 (pada 1 atm , 25 o C) dan Kw = 10 -14 2. Derajat keasaman (pH) larutan a. Asam dan basa kuat Asam kuat (H2SO4, HCl, HI, HBr, HNO3) [H+] = a . M ; a = jml. atom H pH = - log [H+] Basa kuat (KOH, NaOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2) [OH-] = a . M ; a = jml. gugus OH pOH = - log [OH-] pH = pKw - pOH b. Asam dan basa lemah Asam lemah [H ] = + Ka.M = α.M Basa lemah
  • 82. Hal. 82 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS [OH ] = − Kb.M = α.M α = derajat ionisasi 3. Buffer a. Garam (asam lemah + basa kuat) dan asamnya pH = pKa + log [ garam] [ asam] b. Garam (asam kuat + basa lemah) dan basanya pH = pKb + log [ garam] [basa] 4. Hidrolisa Hidrolisa adalah peristiwa terurainya garam dalm air menjadi ion-ionnya. a. Garam dari asam kuat dan basa kuat pH = 7 b. Garam dari asam kuat dan basa lemah pH = 1 [ garam] [ pKw + log ] 2 [ Kb] c. Garam dari asam lemah dan basa kuat 1 [ garam] pH = [ pKw + log ] 2 [Ka] d. Garam dari asam lemah dan basa lemah pH = 1 [ pKw + pKa − pKb] 2 5. Titrasi a. Indikator Indikator Metil Jingga Metil Merah Bromthymol biru Merah Kresol Fenolftalin Warna Asam merah merah kuning kuning tak berwarna b. Titrasi asam basa Basa jingga kuning biru merah merah Trayek pH 3,1 4,2 6,0 7,4 8,2 - 4,4 - 6,3 - 7,6 - 9,0 - 9,8
  • 83. Hal. 83 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS - Asam kuat basa kuat (1). tak bersisa ; pH = 7 (2). Bersisa ; pH = - log N sisa - Asam kuat basa lemah (1). Tak bersisa ; pH hidrolisa (2). Basa tersisa ; pH buffer (3) Asam tersisa ; pOH = - log Nbasa sisa - Asam lemah basa kuat (1). Tak bersisa ; pH hidrolisa (2). Asam tersisa ; pH buffer (3) Basa tersisa ; pOH = - log Nbasa sisa - Asam lemah basa lemah pH = 1 [ pKw + pKa − pKb] 2 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif larutan adalah sifat fisis yang menyertai suatu larutan Sifat koligatif larutan meliputi: 1. Penurunan titik beku (∆Tf) ∆Tf = Kf . m = Tf o - Tf 2. Kenaikkan titik didih (∆Tb) ∆Td = Kb. m = Tb – Tb o 3. Penurunan tekanan uap (∆P) ∆P = Po . XA = Po – P = Po . (1 – XB) 4. Tekanan osmotik (π)
  • 84. Hal. 84 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS π = M. R. T Untuk zat elektrolit harus dikalikan dengan `i = (n – 1 ) α Keterangan: ∆Tf ,∆Td = penurunan titik beku, kenaikan titik didih(oC) Kf , Kb = konstanta penurunan titik beku, kenaikkan titik didih m = molalitas Tf o ,Tb o = titik beku dan titik didih pelarut murni (oC) Tf ,Tb = titik beku dan titik didih larutan (oC) ∆P = Penurunan tekanan uap(atm) Po = Tekanan uap murni (atm) XA = Fraksi mol zat terlarut P = Tekanan uap larutan (atm) XB = Fraksi mol pelarut π = tekanan osmotik (atm) M = Molaritas (M) R = 0,082 T = Temperature (K) Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Jika terdapat reaksi : XaYb(aq) Ksp = [Xb+]a . [Ya-]b Ksp = hasil kali kelarutan aXb+(aq) + bYa-(aq)
  • 85. Hal. 85 KIMIA MIGAS DIKLAT TEKNIS PRODUKSI MIGAS