Tulisan ini membahas tentang krisis multidimensi yang dihadapi umat Islam saat ini. Islam sebagai agama dengan jumlah penganut terbesar di dunia, namun umat Islam justru mengalami kemunduran dalam berbagai aspek seperti teknologi, ekonomi, politik, dan budaya. Tulisan ini menganalisis faktor-faktor penyebab kemunduran umat Islam, antara lain kegagalan melepaskan diri dari dominasi Barat dan ketergantungan ekonomi terhadap
1. 1
Islam Dalam Krisis Multidimensi
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas
Ikatan Keluarga Pelajar Darunnajah Cabang Mesir 2014
Disusun oleh:
Fateh Abdul Aziz
Fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar Kairo
2012
2. 2
Penulis persembahkan tulisan ini untuk orang-orang terdekat :
Zhabar Zaqulani, dan Teman-teman IKPDN,
Serta segenap anggota rumah yang turut membantu mendukung karya ini.
3. 3
Kata Pengantar
Selamanya puji syukur terucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, yang
dengan rahmatnNya semua terasa mudah. Shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah terakhir dan terikat
bagi seluruh alam.
Berikut ini penulis persembahkan sebuah makalah dengan judul "Islam
dalam Krisis Multidemensi" dalam rangka memenuhi tugas menulis makalah IKPDN
Cabang Mesir. Selanjutnya, saya ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman,
kakak kelas, dan almamater (IKPDN) tercinta atas sumbangsihnya –jasmani maupun
rohani- sehingga dapat terealisasikan makalah saya. Dengan ini, harapan penulis
agar kiranya makalah ini menjadi bahan simak yang bermanfaat bagi khalayak ramai
dan khususnya bagi warga IKPDN Cabang Mesir.
Terakhir sebelum mengakhiri kata di penghujung pengantar, mengingat
pentingnya peran kritik dan saran untuk sebuah pembangunan. Maka, kepada
pembaca budiman saya harapkan untuk tidak segan memberikan kritik dan saran –
selama itu membangun- demi kemajuan bersama.
Kairo,26 maret 2014
Fateh Abdul Aziz
4. 4
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………………..1
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………………………………………….2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………….3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………..4
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………………….5
1.2. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Fakta Kemunduran Islam……………………………………………………………………………………6
2.2. Faktor kemunduran Islam…………………………………………………………………………………..7
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………9
Daftar Pusaka………………………………………………………………………………………………………….11
5. 5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
"Umat yang kebingungan di dunia yang bingung"1
.
Dr. Ahmad Kamal Abu al-Majd
Dalam sebuah data statistik2
analisis demografi dunia (2013) menunjukkan bahwa
pemeluk agama Islam telah mencapai 22.43% dari total 7.021.836.029 jumlah manusia di
seluruh bagian dunia, Islam telah naik merebut kursi pertama dari Kristen sebagai agama
dengan umat terbesar. Menurut perkembangannya, Islam memang agama yang paling cepat
berkembang di dunia3
, ini adalah kabar baik bagi setiap muslim karena secara eksplisit –
dapat mengokohkan keimanan- membuktikan akan kebenaran risalah Islam yang bersifat
universal sesuai dengan firman Allah dalam Qur'an4
. Namun, bersamaan dengan tingkat
pemeluk terbanyak merupakan 'aib' rasanya ketika kita justru menjadi umat terbelakang,
menjadi pion-pion yang diarahkan –mimpi buruk bagi umat yang pernah duduk di
singgasana dunia-, kita dihantui fenomena-fenomena barat yang berkembang maju.
Kuantitas jadi hal yang harus kita pertanyakan, akankah kita adalah buih seperti yang pernah
Nabi Muhammad SAW. sabdakan?.
Harus kita akui secara garis besar umat Islam tengah mengalami krisis dan
kemunduran yang sangat tajam di berbagai dimensi, diantara yang nampak adalah:
teknologi, ekonomi, politik, dan budaya. Kita jauh tertinggal dalam lingkup perkembangan
teknologi, kita lemah dalam perekonomian, betapa kita lihat wilayah Barat mendominasi
kendali ekonomi dunia. Kita juga kurang sadar menghadapi politik Barat yang menyuarakan
HAM, Demokrasi, dan pluralisme yang sebenarnya telah ada pada kita. Lalu tubrukan
budaya; hubungan sosial yang menyulut dekadensi moral dengan seks menjadi pamerannya.
Itu hanya bagian kecil dari krisis yang tengah melanda umat islam, dan fakta tersebut
menuntut kita bersikap kritis, mengapa hal tersebut terjadi?.
I.2. Tujuan
Islam sebagai agama dengan kuantitas pemeluk terbesar dan sejarah peradaban
yang agung, saat ini tidak sebanding dengan realitasnya. Kita terpuruk dan mempertaruhkan
nama agama sebagai penerus.
1
Mahmud Hamdi Zaqzuq, 2004, Reposisi Islam di ERA Globalisasi, Yogyakarta, Pustaka Pesantren, hal.
22.
2
Dikutip dari, "http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/01/13/mzbetu-hari-ini-
islam-jadi-agama-terbesar-di-dunia."
3
Dikutip dari, "http://en.wikipedia.org/wiki/Islam#cite_note-18.", pada tanggal 25 maret 2014, jam
04.22 CLT.
4
(Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.) Q.S Al-
Anbiya : 107
6. 6
Terhadap perkembangan yang ada, sebagai generasi penerus kita diwajibkan untuk
bersikap kritis-konstruktif memandang fenomena-fenomena zaman demi terciptanya
prospektif yang benar, bukan absurd apalagi salah memahami nilai perkembangan zaman.
Dalam tulisan ini, penulis ingin menghimbau betapa polemic agama kita (Islam)
sudah berjalan kian panjang tanpa adanya solusi kongkret untuk menghadapinya. Masalah-
masalah seperti dekadensi moral, dependensi social, politik, ekonomi, dan budaya adalah
bentuk dari kegagalan umat Islam dalam mengarungi samudera kehidupan.
Dalam hal ini Islam tidak patut disalahkan, Islam adalah agama yang syamil dan
mutakamil yang jelas tidak ada keraguannya, karena ia komperhensif –tidak akan tergulung
oleh ruang maupun zaman-. umat Islamlah yang seharusnya bertanggung jawab. Dahulu
Islam pernah mengalami masa kejayaan sebelum akhirnya jatuh hingga sekarang di
panggung dunia, seperti kekalahan umat islam pada perang uhud padahal sebelumnya di
perang badar mengalami kemenangan luar biasa. Allah menegaskan perihal ini dalam al-
Qur'an.
"dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada perang Uhud), padahal kalian
telah menimpakan kekalahan dua kali lipat pada musuh-musuh kalian (pada perang badar)
kalian berkata, "dari mana datangnya (kekalahan) ini?" katakanlah,"itu dari (kesalahan diri
kalian sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.5
"
Atas dasar itu dalam tulisan ini, sengaja penulis berniat memaparkan hal di atas
untuk menjadi bahan introspeksi diri bagi umat untuk membangun hari kedepan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.2. Fakta Kemunduran Umat Islam
Ketika set back kebelakang dalam sebuah fase sejarah peradaban dunia, kita akan
jumpai sebuah fakta menarik dimana Negara-negara kolonial (Barat) pernah mengenyam
suatu masa kemunduran yang mereka sebut sebagai abad pertengahan (1000-1500 M),
sebuah masa gelap di mana bangsa-bangsa eropa melihat dunia dengan pandangan miring
dan terbelakang. Sebagaimana Dr. Yusuf Qardhawi (2001) dalam pengantar bukunya Umat
Islam Menyongsong abad ke-21, bangsa Eropa kala itu masih melihat kebersihan sebagai
pekerjaan setan, pengobatan masih ada di tangan para dukun, dan para rohaniwan
merintangi segala usaha untuk kemajuan dunia. Mereka sibuk dengan menerbitkan
keputusan-keputusan larangan dan bisnis surat pengampunan dosa.
Sedangkan Islam dalam waktu yang sama begitu berperan memengaruhi kemajuan
dunia, Islam menjadi guru besar pada masa itu. Umat Islam dalam masa keemasannya, dari
sana kita sama-sama mengenal sosok Ibnu sina seorang ahli dalam bidang kedokteran yang
bahkan dikenal dengan sebutan "Bapak Kedokteran Modern"6
, atau Khawarizmi dalam
5
Q.S. Ali-Imron:165
6
Wikipedia, diakses dari, " http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_sina", pada tanggal 28 maret 2014,
pukul 01.08 CLT.
7. 7
bidang sains, Al-Farabi dalam ilmu politik, Alhazen (Ibnu haitsam), Ar-Razi, Ibnu Rusyd dan
nama-nama lain yang bahkan masih dikenal sampai saat ini.
Melihat masa keemasan ini dapat kita simpulkan bahwa Islam memang
mengesampingkan nilai kemunduran dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Dalam al-
Qur'an kita dapati sebuah ayat yang menyinggung derajat keilmuan, Allah berfirman : Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat7
. Dalam ayat ini posisi keilmuan disandingkan dengan posisi
orang yang beriman.
Namun pada paruh abad selanjutnya Eropa telah melek, orang-orang barat berguru
kepada cendikiawan-cendikiawan muslim secara langsung maupun lewat tulisan-tulisan
bahkan mencuri hasil penemuannya. Mereka mempelajari metodologi dan bahkan mencuri
teori-teori yang telah dicapai Ilmuwan Muslim8
, kondisipun berbalik kita bisa melihat dari
kronik sejarah rentang abad ke-18 (abad pencerahan)hingga saat ini.
Pada tahun 1873, James Clerk Maxwel menemukan sebuah teori perambatan
gelombang elektromagnetik yang menjadi cikal bakal ditemukannya radio. Banyak orang
tidak percaya akan hal tersebut sebelum akhirnya heinrich Rudolf Hertz membuktikan
dengan eksperimennya antara tahun 1886 dan 1888.
Tidak sampai disitu, orang-orang barat terus mengembangkan metodologi
ekperimental yang mereka dapatkan dari cendikiawan muslim. Betapa kita lihat wright
bersaudara, mereka berfikir keras dan terus mencoba dalam upaya penerbangan pesawat
rakitan mereka yang akhirnya terbang pada tahun 1903, untuk pertama kalinya di dunia. Dan
berkembang hingga saat ini pesawa-pesawat komersial transnegara yang bahkan
mengangkut banyak barang dan manusia.
Bukan hanya melingkup di bidang teknologi, dalam bidang kedokteran misalnya;
dapat kita sakikan berkembang pesat hingga mampu melakukan operasi bedah bahkan trans
gender, Lalu cloning dari pengembangan biologi.
Barat mengalami kemajuan yang progresif, puncak dari kemajuannya adalah dalam
ilmu pengetahuan; politik, social, budaya, ekonomi dan lain-lainnya yang sarat pengaruhnya
dalam kehidupan manusia kini.
Dari data di atas dapat kita tarik benang merah sebagai catatan penting bahwa
betapa umat kita mandeg dan kurang mempunyai andil, umat Islam mengalami stagnasi.
II.2. Faktor Kemunduran Islam
Peradaban adalah siklus. Menganut kaidah mantiq tentang hukum yang terjadi pada
alam bahwa Alam itu mengalami perubahan dan setiap yang berubah adalah baru9
.
Pendeknya, transformasi itu sendiri adalah sebuah kehidupan.
Perubahan di atas memang absolut, Polemik tentang dekandensi yang terjadi
menyeret kita untuk berfikir sekaligus intropeksi diri. Secara implisit menuntut kita untuk
7
Q.S. Al-Mujadillah : 11
8
Forum kompas, 1001 yang terlupakan, diakses dari, " http://forum.kompas.com/sains/40717-101-
ilmuwan-yang-terlupakan.html”, pada tanggal 28 maret 2014, pukul 03.09 CLT.
9
Ubaidullah ibni fadlillah, 2005, At-tadzhib, hal. 17.
8. 8
mengidentifikasi sebab-sebab yang terjadi guna menghindari peluang kecelakaan di
kemudian hari.
Dalam bukunya Dr. Yusuf Qardhawi merincikan 9 kegagalan sepanjang abad ke-20
yang merupakan factor internal yang inheren terhadap kemunduran umat Islam saat ini. 9
faktor tersebut adalah sebagai berikut10
:
1. Hancurnya ke khalifahan
2. Kekalahan melawan proyek Zionisme
3. Kegagalan di Bidang Pembangunan dan Pertumbuhan
4. Kegagalan dalam Usaha Membebaskan Diri dari Dependensi Barat
5. Kegagalan dalam Syura, kebebasan Publik, dan Hak Asasi Manusia
6. Kegagalan dalam mempersatukan Umat
7. Kegagalan dalam Mewujudkan keadilan social
8. Kegagalan dalam Masalah Perempuan
9. Kegagalan di Bidang Pendidikan Moral Umat
Dari 9 faktor di atas adalah factor internal kegagalan umat islam yang beruntun dan
saling berkaitan, sementara penulis mencoba menitik beratkan kepada 2 faktor eksternal
yang menurut kaca mata penulis merupakan titik sasaran dari strategi besar barat dalam
upaya melumpuhkan Umat Islam, yaitu:
1. Dependensi Barat
Dalam rentang sejarah penjajahan –khususnya Negara-negara jajahan yang
mayoritas penduduknya muslim- secara zahir negara-negara muslim memang
berhasil melucuti para koloni dan mengusir mereka dari negaranya. Namun
secara tak kasat pengaruh-pengaruh mereka terus eksis dan berkembang dalam
negara jajahannya; pemikiran-pemikiran politik, dan yang paling kentara adalah
menyangkut masalah ekonomi.
Menyikapi dependensi ekonomi, sejatinya factor ini terjadi atas rencana
Barat dalam mengungkung perkembangan negara-negara muslim dan dunia
ketiga kepada kemajuan –dengan maksud terselubung berupa 'upaya
penundukan'-. Lembaga-lembaga semacam International Monetary Fund (IMF),
World Bank, dan pemerintahan negara-negara Barat, sejak lama rajin
meminjamkan uangnya ke negeri-negeri Muslim. Meskipun secara nominal
berperan membantu pembangunan nasional, manfaat dari pinjaman itu hanya
terasa dalam jangka pendek, dan selanjutnya malah mengakibatkan
ketergantungan ekonomi terhadap lembaga-lembaga kreditur dan
menggantungkan masa depan kepada bantuan internasional11
. Strategi ini
membuat bangsa-bangsa yang bergantung mau tidak mau dituntut untuk
tunduk dan ikut sebagai konsekuensi hutang. Program bantuan luar negeri,
seperti bantuan ekonomi, tenaga ahli, militer, dan pemberian pinjaman, yang
10
Dr. Yusuf Qardhawi, 2001, umat islam menyongsong abad ke-21, solo, era intermedia, hal. 167.
11
Ekonomi Islam, diakses dari, " http://ekonis.wordpress.com/tag/analisa-ekonomi/", pada tanggal
25 maret 2014, pukul 21.00 CLT.
9. 9
mengalir deras dari Negara-negara barat ke Negara Islam, merupakan bagian
dari penciptaan kondisi ketergantungan itu. Dengan ikatan bantuan tersebut,
Barat dapat mengendalikan kebijakan Negara-negara penerima bantuan atau
pinjamannya, atau paling tidak menguasai elite-elite politiknya agar melayani
kepentingan mereka atau minimal tidak memusuhi mereka12
. Dan sedihnya
ekonomi memang masalah seluruh dunia, karena sebab ekonomi
mengakibatkan masalah kemiskinan yang berujung pada masalah kesehatan; gizi
buruk, kekurangan air bersih, dan penyakit-penyakit lainnya.
2. Persatuan Umat
Snouck Hurgronye13
mengatakan,"tidak ada faedahnya kita memerangi
kaum Muslimin atau berkonfrontasi untuk menghancurkan Islam dengan
kekuatan senjata. Itu semua bisa dilakukan dengan mengadu domba mereka
dari dalam dengan menanamkan perselisihan agama, pemikiran, dan mazhab,
dan menumbuhkan keraguan kaum muslimin pada kebersihan pemimpin-
pemimpin mereka."
Persatuan Islam memang sangat mengkhawatirkan bangsa-bangsa non-
islam, wajar saja –pemeluk Islam kian hari kian meluber- jika umat Islam bersatu
pasti tidak terkalahkan karena jumlahnya terbilang besar. Oleh sebab itulah,
barat menyusun strategi devide et impera (politik pecah belah) yang merupakan
langkah kongkret mengkotak-kotakan kekuatan Islam. Mereka menanamkan
sikap saling curiga yang menimbulkan permusuhan antara Negara-negara
muslim, kasus ini Nampak di daerah Arab; irak-iran, irak-kwait adalah contoh
keberhasilannya.
Persatuan merupakan titik kelemahan kaum muslimin sendiri, wajar saja jika
di lain kubu Islam tahun 1995, terdapat agresi antara etnis muslim bosnia –yang
merupakan Negara di eropa dengan mayoritas penduduknya muslim- dengan
katolik Serbia atau yang kita kenal dengan program muslim cleansing.
Sementara saudara se-agamanya dibersihkan, saudara yang lain hanya melihat
dan bersuara tanpa bisa membantu. Semua itu karena umat Islam sendiri belum
punya cukup kekuatan.
BAB III
PENUTUP
III-1. KESIMPULAN
12
Asep Syamsul M. Romli, 2000, Demologi Islam: Upaya barat membasmi kekuatan Islam, Jakarta,
Gema Insani Press, hal. 12-13.
13
Ibrahim Abu Abbah, 1997, Hak dan Batil dalam Pertentangan, Jakarta, Gema Insani Press, hal. 72.
10. 10
Dari apa yang penulis coba paparkan di atas adalah sebagian dari faktor-faktor yang
menciptakan kemunduran umat Islam terus terjadi sampai sekarang, dari factor internal dan
eksternal.
Sejatinya kemunduran atau krisis yang terjadi dalam Islam ini terjadi akibat 2 faktor,
yaitu: pertama, factor internal, akibat kelengahan Umat Islam sendiri dan kedua, adalah
factor eksternal, yang didalangi oleh kekuatan-kekuatan yang memusuhi Islam.
Umat Islam saat ini memang dihadapi tantangan yang luar biasa beratnya, tantangan
dunia kontemporer terus menjadikan umat Islam terus turun tangga dalam pentas dunia.
Bagaimana kita bersuara atas nama islam tanpa kekuatan, sebagaimana Dr. Mahmud Hamdi
Zaqzuq katakan (2004 : 30),"Dunia kita tak akan mengasihani orang-orang yang lemah,
sebagaimana ia tak akan menghormati siapapun selain mereka yang kuat." Dalam artian
tanpa kekuatan kita tak akan didengarkan
Para ulama kita terdahulu telah memberikan contoh bagaimana menghadapi
perkembangan zaman, kita mempunyai peradaban yang agung sebagai dasar kuat bahwa
Islam jelas mengesampingkan nilai-nilai kejumudan, stagnan dan terbelakang. Para ulama
kita dahulu telah menunaikan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai umat Islam
yang menyumbangkan pengaruh besar bagi peradaban dunia. Dengan titik singgung ini, kita
diharuskan memandang jauh kedepan bukan bersikap konservatif, atau permisif tanpa kritis
terhadap krisis yang menjerat. kita harus berpacu bersama, meningkatkan kekurangan-
kekurangan hingga mampu meninggalkan kondisi rumit ini. kita harus bersikap optimis dan
memandang perkembangan yang terjadi secara positif-konstruktif.
Sekarang bukan lagi zaman mukjizat, kita tidak bisa mengharapkan keajaiban dalam
mengatasi permasalahan yang ada. Namun kita dituntut untuk bekerja lebih keras, belajar
dari kekurangan sesuai dengan konteks Qur'an dalam surat ar-ra'd ayat ayat 11 yang
berbunyi :
"sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
11. 11
DAFTAR PUSAKA
1. Romli, Asep Syamsul M. Demonology Islam: Upaya Barat Membasmi Kekuatan
Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
2. Ibnu fadillah, Ubaidullah. At-Tadzhib, 2005.
3. Abbah, Ibrahim Abu. Hak dan Bathil dalam pertentangan. Jakarta: Gema Insani
Press, 1997.
4. Zaqzuq, Hamid Mahmud. Reposisi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2004.
5. Qhardawi, Dr. Yusuf. Umat Islam Menyongsong Abad Ke-21. Solo: Era
Intermedia, 2001.
6. http://ekonis.wordpress.com/tag/analisa-ekonomi/
7. http://En.wikipedia.org
8. http://forum.kompas.com
9. http://Id.wikipedia.org
10. www.republika.co.id.