Lim4D Link Slot Super Maxwin Anti Nawala Terpercaya
Kajian estetika musik pop bali pada lagu mejangeran karya donbiyu
1. KAJIAN ESTETIKA MUSIK POP BALI PADA LAGU MEJANGERAN
KARYA DONBIYU
Fardian (201721049)
Program studi seni / Program pascasarjana
Pendahuluan
Musik pop bali merupakan sebuah identitas musik atau genre musik pop daerah dengan
perpaduan antara konsep musik tradisional Bali dan musik barat. Bentuk-bentuk musik pop
Bali umumnya berbentuk lagu-lagu 2 bagian, atau 3 bagian sederhana. Berdasarkan sumber
suaranya, lagu-lagu musik pop Bali terdiri dari musik instrumental dan musik vokal. Musik
instrumental pada lagu pop Bali ini adalah musik yang diciptakan menggunakan medium alat
musik saja sebagai sumber suara, sedangkan musik vokal dalam lagu pop Bali adalah adanya
penggunaan unsur syair yang dinyanyikan dengan bahasa Bali. Musik pop Bali menggunakan
Medium musikal nada, ritme, harmoni dan dinamika. penggunaan tangga nada dalam lagu pop
Bali umumnya menggunakan perpaduan tangga nada diantaranya tangga nada diatonis dan titi
laras (pelog & selendro). Ditinjau dari ritme, dalam lagu pop Bali ini umumnya menggunakan
pola-pola ritme musik barat (pop/rock, bossanova, latin,dll.) dan pola ritme musik tradisional
Bali seperti ubit-ubitan. Berdasarkan struktur harmoninya, lagu pop Bali ini banyak
menggunakan sistem harmoni musik barat namun suara yang dihasilkan tetap dapat menyatu
meski pada saat melodi memainkan tangga nada pelog dan selendro.
Seiring perkembangan zaman, anggapan masyarakat terhadap musik pop Bali berbeda.
Beberapa diantaranya menganggap karya-karya dari grup musik populer seperti Joni Agung,
Bayu Cuaca, Lolot Band, Kis Band, Leeyong sinatra, dsb. Sudah cukup dianggap mewakili
lagu pop Bali, padahal secara bentuk musik, karya-karya grup musik tersebut didominasi oleh
penggunaan medium musik Barat. sehingga tidak sepernuhnya tercermin nuansa musik
Baliannya. Hal demikian sejalan oleh pendapat Komang Raka selaku seniman senior yang
berkecimpung dalam dunia musik di Bali, “perkembangan lagu pop Bali saat ini sangat pesat
jika ditinjau dari munculnya lagu berbahasa Bali dengan genre-genre yang beragam. Namun
jika dikaitkan dengan pengertian bahwa lagu pop Bali adalah lagu yang berbasis tradisi Bali,
maka perkembangannya bisa dikatakan menurun” (dalam Lukita, 2016 : 3). Secara tidak
langsung terjadi persoalan menurunnya pemahaman estetis yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
estetis musik pop Bali asli. Estetika musik pop Bali tercerimin dari penyusunan melodi dan
ritmenya. Pada melodi menonjolkan keseimbangan antara perpaduan penggunaan sistem nada
diatonis (musik barat), dan titi laras (pelog/selendro). Pada ritme tercermin konsem ritme musik
2. barat seperti pola pop/rock, latin, bossa nova, dll. Dan ritme musik tradisional seperti pola
irama ubit-ubitan.
Ditengah persoalan lagu-lagu pop Bali yang dianggap menghilangkan nilai-nilai musik
tradisional Bali, maka muncul beberapa karya yang justru mengangkat kembali nilai-nilai
tradisional Bali, salah satunya adalah lagu “Mejangeran” aransemen Donbiyu. Lagu
Mejangeran aransemen Donbiyu ini merupakan sebuah interpretasi seni vokal tradisional Bali
(sekar rare) “Janger” kedalam bentuk musik pop Bali. Ciri musik pop Bali yang terdapat
dalam lagu Mejangeran ini diantaranya terdapat beberapa perpaduan elemen musik tradisional
Bali dan elemen musik barat, yaitu pada melodi terdapat perpaduan antara Titi laras
(pelog/selendro) dengan sistem tangga nada diatonis. Dalam aspek ritmis terdapat perpaduan
antara pola ubit-ubitan dengan pola beat pop/rock.
Meneliti persoalan dalam lagu “Mejangeran” secara khusus dilakukan melalui berbagai
pendekatan, salah satunya melalui pendekatan estetika. Adapun estetika merupakan disiplin
bidang seni yang secara khusus membahas keindahan seni. Definisi estetika sangat luas, dan
telah banyak dikemukakan oleh para ahli diantaranya yaitu, “estetika berarti kemampuan
melihat lewat pengindraan atau pencerapan, presepsi, perasaan, pengalaman, pemandangan”
(Hartoko, 1983:15). Sejalan dengan itu, estetika menurut teori De Witt H. Parker adalah sebuah
karya yang memiliki sisi indah yaitu mempunyai kualitas estetis yang ditekankan pada aspek
bentuk estetik (Aesthetic form). Parker juga mengemukakan, bentuk estetik setidaknya tersusun
atas prinsip kesatuan dan keseimbangan, diantaranya yang terdapat pada lagu “Mejangeran”
adalah prinsip (1) Kesatuan pada struktur melodi, dan (2) keseimbangan pengorganisasian
sistem nada pada unsur melodi. Secara utuh, lagu Mejangeran ini terbentuk berdasarkan kedua
prinsip diatas, sehingga lagu Mejangeran dianggap sebuah karya seni yang memiliki aspek
keindahan pada unsur melodi dan secara psikologis membangkitkan rasa kesenangan pada
pendengar. Oleh karena itu lagu Mejangeran ini sangan menarik untuk dikaji.
Materi
Materi bahasan dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada elemen bentuk yang
diantaranya adalah aspek bunyi musikal. Diamping itu pembahasan dalam penelitian juga
memfokuskan pada analisis keterkaitan prinsip bentuk estetik yang diantaranya (1) Kesatuan
pada struktur melodi, dan (2) keseimbangan pengorganisasian sistem nada pada unsur melodi
3. Pembahasan
Keindahan dalam musik diantaranya dilihat melalui sisi bentuk musikal yang
mencerminkan keindahan. Hal demikian sejalan dengan pendapat Parker, “segi yang berkaitan
nilai estetik itu adalah bentuk estetik (Aesthetic form)” (dalam Dharsono, 2004:149). Lagu
Mejangeran merupakan sebuah karya musik yang mencerminkan bentuk estetis, lagu
“Mejangeran” dianggap mencerminkan bentuk estetis pada unsur melodi yang setidaknya
tesusun melalui dua prinsip estetika, yakni (1) kesatuan yang di implementasi pada struktur
melodi, dan (2) keseimbangan yang diimplementasi pada pengorganisasian sistem nada. Lebih
lengkap penjabarannya akan disampaikan sebagai berikut.
1) Prinsip kesatuan pada melodi lagu “Mejangeran”
Parker mengemukakan prinsip kesatuan adalah The princip of organic unity (asas
kesatuan/utuh) yang berarti setuap unsur dalam karya seni adalah perlu bagi nilai karya itu dan
karyanya tersebut tidak memuat unsur-unsur yang tidak perlu dan sebaliknya mengandung
semua yang diperlikan. Nilai dari suatu karya sebagai keseluruhan tergantung pada hubungan
timbal balik dari unsur-unsurnya, yakni setiap unsur memerlukan, menanggapi, dan menuntut
setiap unsur lainnya (dalam Dharsono, 2004:154).
Menjabarkan pernyataan tersebut, di dalam lagu “Mejangeran” diantaranya termuat
berbagai unsur salah satunya unsur melodi yang memegang peranan penting terhadap lagu.
Melodi sangat berkaitan terhadap unsur lainnya seperti unsur ritme, harmoni, dan dinamika.
melodi tidak akan dikatan indah jika tidak memiliki relasi antara unsur lainnya. Berikut adalah
penjelasan relasi hubungan timbal balik antara unsur melodi dengan unsur musik lainnya,
sehingga dapat dikatan memuat prinsip keutuhan.
Gambar 1.1 diatas merupakan potongan melodi bagian 1, yang mewakili melodi lagu
“Mejangeran” secara keseluruhan. Melodi tersebut menunjukan bahwa terdapat nada yang
berubah naik maupun turun. Hal demikian mencerminkan terdapat tinggi rendahnya nada pada
lagu “Mejangeran”. secara tidak langsung melodi terbentuk atas berbagai nada yang berubah
ubah sehingga nada satu dengan lainnya saling berkaitan sehingga membentuk suatu melodi,
begitu juga selama berjalnnya melodi musikal pada lagu “Mejangeran.
Gambar 1.1 : Melodi lagu “Mejangeran” bagian A
Gambar 1.1
4. Selanjutnya pada analisis potongan melodi gambar 1.2, menunjukan hasil bahwa terdapat
tiga kelompok durasi panjang pendeknya nada yang dibunyikan sehingga bunyi yang
dihasilkan setiap nada bervariasi, nada tersebut tersusun sehingga menjadi satu melodi.
Berdasarkan analisis, secara tidak langsung nada memiliki relasi dengan unsur ritme.
Berdasarkan hukum nada yang dikemukakan oleh Miller, Tidak dapat dikatakan melodi jika
nada-nada yang tersusun tidak terikat oleh unsur ritme. Terjadinya melodi adalah atas dasar
gabungan dari empat aspek nada musikal, (1) Panjang-pendek nada, (2) Tinggi-rendah nada,
dan (3) keras-lemah nada
Berdasarkan gambar 1.3, termuat unsur melodi dan unsur harmoni pada lagu “Mejangeran”.
birama atas menunjukan pola melodi, dan birama bawah menunjukan pola harmoni.
Berdasarkan pernyataan parker, bahwa kesatuan yang dimaksud adalah unsur dalam karya seni
memiliki hubungan timbal balik dengan unsur-unsur lainnya, maka hal demikian berlaku pada
lagu “Mejangeran”. Melodi tidak akan indah jika berdiri sendiri tanpa ada hubungan dengan
unsur lainnya (Harmoni). Begitu juga sebaliknya.
Disamping pembahasan unsur melodi yang memiliki relasi dengan unsur formal lainnya,
warna suara (unsur timbre) juga berperan penting dalam prinsip kesatuan pada lagu
“Mejangeran”. dalam lagu “mejangeran” terdiri dari berbagai alat musik (Suling, Gitrar, Cajon,
Bass, dan Gamelan), tentunya setiap alat musik tersebut menghasilkan warna suara yang
berbeda-beda namun pencipta menganggap perbedaan warna suara itu perlu, dan sangat
Gambar 1.2
Gambar 1.3 : Unsur melodi dan unsur harmoni lagu “Mejangeran”
5. berkaitan untuk menghasilkan suatu keindahan musik. oleh karenanya dapat dianggap sebagai
prinsip kesatuan
2) Prinsip Keseimbangan pada melodi lagu “Mejangeran”
Selanjutnya Parker mengemukakan, Bentuk estetis tersusun atas prinsip keseimbangan
yang berarti kesamaan dari unsur-unsur yang berlawanan atau bertentangan. Di dalam karya
seni walaupun unsur-unsurnya tampaknya bertentangan tapi sesungguhnya saling memerlukan,
karena Bersama-sama mereka menciptakan suatu kebulatan (Dharsono, 2004:155).
Berdasarkan pernyataan tersebut, Di dalam unsur melodi lagu “Mejangeran” terdapat elemen-
elemen serta pola-pola pengorganisasian nada yang tidak selalu sama, namun membentuk suatu
keseimbangan. Lebih rinci terkait prinsip keseimbangan pada melodi lagu “Mejangeran” akan
disampaikan sebagai berikut.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Miller mengatan terbentuknya unsur melodi
setidaknya tersusun atas pengorganisasian (1) tinggi-rendah nada, (2) Panjang-pendek nada,
dan (3) keras-lembut nada. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat digarisbawahi bahwa
terbentuknya melodi pada lagu “Mejangeran” terdiri cara-cara diatas. Pada gambar 1.1
sebelumnya dapat dicermati bahwa melodi lagu tidak tersusun atas satu nada, melainkan
berbagai nada. Pada poin pertama pendapat miller adalah Range (jangkauan) nada tinggi sangat
berbeda dengan range nada rendah, namun dalam lagu “Mejangeran” penyusunan nada
tersebut justru menghasilkan sebuah keindahan melodi. Begitu pula seterusnya pada
pengorganisasian Panjang-pendek nada, dank keras-lembut nada adalah cerminan perbedaan
yang menghasilkan prinsip keseimbangan.
Selanjutnya, berdasarkan penyusunan struktur melodi pada gambar 1.4 ditemukan
penggunaan sitem nada A-C#-D-F#-G-A’ pada pola nada yang dimainkan, berdasarkan
pengamatan jarak nada, susunan tersebut merupakan sistem nada titi laras pelog. Menurut
Sukerta, laras pelog dalam sistem solfegio Bali adalah sebagai berikut: dang – ding – dong –
deng – dung
– dang = 1
(do)– 3 (mi)
Gambar 1.4
Gambar 1.5
6. – 4 (fa) – 5 (sol) – 7 (si) – 1 (do). (dalam Lukita 2016 : 24). Pada bagian selanjutnya, ditemukan
perubahan system nada. Berikut adalah potongan struktur melodi yang menunjukan perubahan
sistem nada.
Berdasarkan pengamatan, ptongan melodi pada gambar 1.5 diatas menunjukan terjadi
perubahan sistem nada pada bagian lain lagu “Mejangeran”. melodi diatas menunjukan
penggunaan sistem nada A-B-C#-E-F#-A’. susunan nada tersebut merupakan sistem nada titi
laras selendro. Bandem menjelaskan bahwa laras selendro menurut sistem solfegio Bali
adalah sebagai berikut: 1(do) – 2 (re)- 3 (mi)- 5 (sol)- 6 (la)- 1 (do). Sehingga asosiasi nada
pada hasil pengamatan peneliti sesuai. Berdasarkan dua temuan sistem titi laras pada lagu
“Mejangeran” dapat digaris bawahi bahwa terdapat keseimbangan antara titi laras pelog
dengan selendro yang tentu interval nadanya berbeda namun mencerminkan nilai keindahan
pada melodi lagu “Mejangeran”.
Pada permainan melodi gamelan dalam lagu “Mejangeran”, terdapat suatu keseimbangan
yang nampak, dimana terdapat pola ubit-ubitan dalam permainan gamelan. Pola polos-sangsih
di dalam teknik ubit-ubitan bergerak saling mengisi, sehingga itu mencerminkan sebuah
keseimbangan.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas, dapat diambil suatu kesimpulan sesuai dengan permasalahan
yang telah dirumuskan, yang diantaranya 1) Bagaimana penyusunan prinsip estetika kesatuan
pada struktur melodi lagu “Mejangeran” karya Donbiyu, 2) Bagaimana implementasi prinsip
estetika keseimbangan pada struktur melodi lagu “Mejangeran” karya Donbiyu. Pada
permasalahan pertama ditemukan hasil bahwa prinsip kesatuan pada melodi lagu “Mejangeran”
adalah terdapat relasi antara nada satu dengan lainnya, sehingga nada tersebut membentuk suatu
struktur melodi yang dianggap estetis. Selanjutnya, secara tidak langsung unsur melodi lagu
“Mejangeran” memiliki relasi dengan unsur ritme, karena tidak dapat dikatakan terbentuknya
suatu melodi jika nada-nada tidak tersusun berdasarkan pola ritme. Tanpa adanya hubungan
dengan unsur lain maka unsur melodi tidak mencerminkan suatu kesatuan dan tidak memenuhi
sifat bentuk estetis. Hasil tersebut menunjukan adanya prinsip kesatuan pada lagu “Mejangeran”
sesuai pengertiannya. Selanjutnya pada permasalahan kedua, implementasi prinsip
keseimbangan pada melodi lagu “Mejangeran” tercermin pada pengorganisasian nada.
Berdasarkan analisi, terdapat keseimbangan antara susunan Panjang-pendek nada, tinggi-renda
nada, dan keras lemah nada, sehingga membentuk melodi yang seimbang atas elemen yang
berbeda. Pada penggunaan sistem nada, ditemukan sistem nada yang berbeda (titi laras pelog
7. dan selendro), sehingga mencerminkan praktek prinsip keseimbangan pada lagu “Mejangeran”.
dan terakhir pada melodi permainan alat musik gamelan terdapat pola ubit-ubitan dimana
terdapat pola polos-sangsih bergerak saling mengisi, sehingga itu mencerminkan sebuah
keseimbangan.
DAFTAR RUJUKAN
Bandem, I Made. 1993. Ubit-Ubitan : Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali. Denpasar :
Jurnal Mudra. Edisi Khusus : Hal.59-81.
Miller, Hugh. 2017. Pengantar Apresiasi Musik.Terjemahan Bramantyo, Triyono P.S.
Yogyakarta Institut seni Indonesia. Judul Asli : An Intruduction to Music.
Muelder Eaton, Marcia. 2010. Perosalan-Persoalan Dasar Estetika. Jakarta : Penerbit
Salemba Humanika.
Sony Kartika, Dharsono. 2004. Pengantar Estetika. Bandung : Rekayasa Sains.
Sugiarta, I Gede Arya. 2015. Bentuk dan konsep Estetik Musik Tradisional Bali. Denpasar :
Jurnal Panggung. Vol.25. No.1 : Hal.47-60
Wesberghe, Smits Van. 2016. Estetika Musik. Yogyakarya : Thafa Media.