2. PENDAHULUAN
Latar belakang
Seperti halnya kota dan provinsi lain di Indonesia, Aceh juga memiliki
produk budaya berupa kesenian. Salah satunya adalah tarian tradisional Aceh.
Aceh tidak hanya terkenal sebagai kota wisata dan kulinernya. Tetapi juga
tarian tradisional Aceh.
Situs resmi Provinci Aceh menulis, tarian tradisional Aceh berkembang
secara turun-temurun dan menjadikannya semacam identitas budaya bagi
masyarakat Aceh.
PEMBAHASAN
TARIAN-TARIAN ASAL ACEH
1. TARI SAMAN
Tari Saman merupakan salah satu tari tradisional asal Indonesia yang
bahkan sudah cukup dikenal di seluruh mancanegara. Tarian satu ini
merupakan sebuah tarian suku dataran tinggi Gayo abad ke-XIV Masehi
yang biasa ditampilkan ketika perayaan peristiwa-peristiwa penting di dalam
adat. Maka dari itu, syair yang terdapat di dalam salah satu tarian dari 34 tari
tradisional asal Indonesia ini menggunakan Bahasa Gayo. Di dalam beberapa
literatur menyebutkan bahwa Tari Saman dikembangkan oleh Syekh Saman
yang merupakan seorang ulama asal Gayo di Aceh Tenggara.
3. Pada 24 November 2011, Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar
Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam sidang ke-6 Komite
Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda
UNESCO di Bali.
2. TARI SEUDATI
Tari Seudati ini merupakan salah satu tarian tradisional yang masih
berkembang hingga saat ini di Aceh. Tarian ini tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Aceh. Fungsi awal dari tari Seudati adalah sebagai
tarian pengikat tali persaudaraan antar warga dengan berbalas pantun.
Namun saat ini sesuai perkembangannya, tari Seudati menjadi tari
pertunjukan dan menjadi ikon bagi provinsi Aceh.
Tari Seudati sendiri berasal dari Desa Gigieng, Kecamatan Sigli,
Kabupaten Pidie. Nama Seudati berasal dari kata Syahadat yang berarti
saksi, atau pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi
Muhammad adalah utusan Allah SWT.
Awalnya, tarian ini dilakukan dengan posisi duduk diiringi pantun-
pantun yang dilakukan secara bergantian yang diselenggarakan di mushola.
Namun dengan berkembangnya zaman, tari Seudati ini mengalami
perubahan yang dahulunya tarian Seudati dilakukan secara duduk sekarang
dilakukan secara berdiri.
4. Dalam buku Diskripsi Tari Seudati (1991) oleh Asli Kesuma, ciri khas
tari Seudati adalah heroik, gembira, dan kebersamaan. Ketika menari, bagian
tubuh bergerak di mana gerakan-gerakan pokok pada tari Seudati yaitu
meloncat, melangkah, pukul dada (dhiet), petik jari (ketrep jaroe), dan
menghentakkan kaki ke lantai (geddham kaki). Gerakan tersebut merupakan
gerak dasar dalam tari Seudati. Cara melakukan gerakan terbagi atas dua,
yaitu gerakan pemimpin yaitu syech menari terlebih dahulu kemudian penari
lainnya mengikuti gerakan syech. Dan yang kedua adalah penari melakukan
tarian lebih dahulu, kemudian diikuti syech.
3. TARI RANUP LAMPUAN
Tari ranup lampuan merupakan salah satu tarian tradisi Aceh yang
menggambarkan estetika dan etika yang tinggi di kalangan masyarakat Aceh
dalam memberikan penghormatan kepada tamu. Arti kata ranub ialah sirih,
lam berarti dalam atau di dalam dan puan berarti cerana. Jadi ranub lampuan
secara harfiah berarti sirih di dalam cerana. Tari ini diangkat dari adat
istiadat yang hidup dan tetap terpelihara di Aceh, khususnya adat menerima
dan menghormati tamu. Biasanya tamu diterima dengan penuh hormat,
disuguhi sirih. Hal ini terlihat melalui simbolik gerak tari penari,
perlengkapan tari dan sirih yang disuguhkan kepada tamu. Melalui gerak tari
terlihat gerak yang tertib dan lembut sebagai ungkapan kehidmatan
mempersilahkan para tamu duduk, dan suguhan sirih adalah lambang
persaudaraan, sebagai mukaddimah dari setiap hajat dalam pergaulan hidup
bermasyarakat. Tari ini ditarikan oleh 7 atau 9 penari wanita usia remaja.
Sebagai pengiring tari ialah musik modern (band atau orkestra) dan dapat
juga dengan musik tradisional seperti Serune kale dan Geundrang.
5. Tari ini berlatar belakang adat-istiadat yang hidup dan tetap terpelihara
di Aceh, khususnya adat menerima dan menghormati tamu. Hal ini terlihat
simbolik gerak tari penari, maupun melalui perlengkapan tari, sirih yang
digunakan kepada tamu. Melalui gerak tari terlihat gerak yang tertib dan
lembut sebagai ungkapan keikhlasan menerima tamu. Seperti gerak salam
sembah, gerak lembut ke samping kanan kiri, dengan tangan menghayun,
adalah ungkapan kehidmatan mempersilahkan para tamu duduk, dan
suguhan sirih adalah perlambang persaudaraan, sebagai mukadimah dari
setiap hajad dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
Karena itu menurut jenisnya tari ini digolongkan sebagai tari adat atau
upacara. Ranub lampuan dalam bahasa Aceh memiliki arti persembahan
untuk yang dimuliakan. Dalam tradisi adat, tarian ranub lampuan pun
dipersembahkan untuk mereka yang dimuliakan seperti pejabat kerajaan atau
untuk saat ini pejabatpemerintahan atau tamu negara. Selain dipentaskan, tari
ini adakalannya diadakan langsung ditempat upacara penyambutan tamu
negara, seperti di lapangan terbang dan lain-lainnya.
4. TARI RATOH JAROE
Tari Ratoh Jaroe merupakan tari kreasi atau tarian pendatang baru karya
seorang seniman asal Aceh yakni Yusri Saleh atau biasa disapa dengan
sebutan Dek Gam saat ia merantau ke jakarta pada tahun 2000-an. Disebut
sebagai tari kreasi, karena di dalam gerakan tari Ratoh Jaroe terdapat
gabungan dari gerakan-gerakan yang berasal dari tarian tradisional asal Aceh
lainnya yakni seperti tari Ratoh Duek, Rateb Meusekat, Rapai Geleng, dan
Likok Pulo. Pada saat Dek Gam merantau ke ibu kota, ia membawa sebuah
alat musik yang bernama Rapai, oleh sebab itu, dalam tari kreasi Ratoh Jaroe
juga dikreasikan dengan alat musik Rapai sebagai pengiring tarian.
Gerakan-gerakan yang ada pada tari Ratoh Jaroe sendiri didominasi oleh
gerakan tangan dan dimainkan oleh penari perempuan dalam jumlah genap
seperti pada pembukaan Asian Games 2018 terdapat 1600 siswi SMA penari
Ratoh Jaroe. Hal tersebut merupakan perwujudan dari nama tari Ratoh Jaroe
sendiri yang mana memiliki arti berdzikir atau mengingat Allah SWT
melalui gerakan tangan. Tarian ini terdiri dari gerakan dalam posisi duduk,
berlutut, membungkukkan badan, menepuk dada, menggelengkan kepala,
6. menggerakkan tangan ke kanan dan kiri, serta gerakan lainnya yang sekilas
mirip dengan tari Saman.
Selain berisi gerakan yang penuh makna, tari Ratoh Jaroe juga diiringi
dengan syair-syair dalam bahasa Aceh yang dilantunkan oleh seorang Syahi
atau vokalis dalam tarian Ratoh Jaroe yang berada di sisi kanan atau kiri
penari. Syair-syair tersebut berisi pesan atau nasihat Islami dalam bahasa
Aceh, dibawakan sambil menabuh Rapai yaitu alat musik pukul khas Aceh
yang bentuknya menyerupai rebana, terbuat dari kayu dan kulit binatang.
Selain memiliki makna yang religius, tari Ratoh Jaroe juga merupakan
interpretasi dari semangat perempuan Aceh yang dikenal tangguh, kuat dan
memiliki tekad berani yang sudah dikenal sejak masa yang lampau. Gerakan
yang ada pada tari Ratoh Jaroe juga memiliki tempo yang tinggi dan
semangat yang meledak-ledak, hal tersebut merupakan gambaran semangat
para perempuan Aceh.
5. TARI TAREK PUKAT
Tari Tarek Pukat merupakan salah satu tarian yang sangat unik. Tari ini
berasal dari daerah Aceh. tarian Tarek Pukat dibawakan oleh para penari
wanita. Tarian ini menggunakan tali sebagai properti atau atribut yang
digunakan sambil menari. Tari ini juga menggambarkan tentang aktivitas
dari nelayan-nelayan yang sedang menangkap ikan di lautan. Biasanya, tari
tradisional Aceh ini dimainkan saat upacara adat atau saat penyambutan
tamu.
7. Tarian Tarek Pukat memiliki sejarah yang berasal dari kegiatan para
nelayan di pesisir pantai. Para nelayan memiliki kegiatan yaitu menarik
pukat atau menarik jala. Kegiatan menarik pukat ini sudah jadi kegiatan yang
biasa dilakukan sejak zaman dahulu di Aceh. Saat sedang menangkap ikan,
para nelayan bersama-sama menarik jala untuk mendapatkan ikan tersebut.
Saat ikan sudah didapat, ikan tersebut dibagi rata dengan yang ikut menarik
jala. Keunikan tradisi menarik jala ini, direfleksikan pada tarian ini.
Tarian Tarek Pukat ini juga sering ditampilkan di berbagai acara seperti
saat penyambutan tamu, acara adat, dan juga pada beberapa perayaan lain di
Kota Aceh. Tarian ini juga biasanya ditampilkan saat pagelaran budaya,
seperti pertunjukan seni, festival budaya, dan juga saat promosi pariwisata.
6. TARI TUAK KUKUR
sekaligus menjadi tarian tradisional suku Gayo. Tuak berasal dari kata
ucapan mengusir burung balam, sedangkan kukur adalah nama burung
balam. Jadi tuak kukur artinya mengusir burung balam. Tarian ini
berhubungan dengan kesibukan mengolah padi, di mana ada burung balam
yang mencari makanan. Latar belakang tari tuak kukur menceritakan
kehidupan petani ketika padi menguning sampai menjadi beras.
Tarian ini dilakukan oleh tujuh orang wanita remaja dan dewasa. Tuak
kukur dimulai dengan gerakan tangan ke kanan dan ke kiri secara berulang,
sambil memegang ujung kain. Tarian ini dilakukan oleh tujuh orang wanita
8. remaja dan dewasa. Tuak kukur dimulai dengan gerakan tangan ke kanan
dan ke kiri secara berulang, sambil memegang ujung kain.
7. TARI LIKOK PULO
Likok Pulo adalah seni tari pesisir. Hal ini telah diisyaratkan oleh
namanya, “Likok” berarti gerakan tari sedangkan “Pulo” berarti pulau. Pulau
yang dimaksudkan disini adalah Pulo Aceh atau Pulau Beras (Breuh) yakni
sebuah pulau yang berada di daerah Aceh Besar di ujung pelosok utara Pulau
Sumatera. Seperti umumnya tari Aceh, Likok Pulo merupakan tarian massal
yang dibawakan oleh 10-12 penari.
Dalam penyajiannya, para penari Tari Likok Pulo duduk memanjang
dengan posisi selang seling atas bawah dan dilengkapi dengan properti
berupa bambu seukuran jari telunjuk. Setiap gerakan biasanya memuat
nasehat-nasehat yang disampaikan melalui syair oleh penari utama yang
biasa disebut Syekh. Tarian ini juga disertai pemukulan rapa’i (musik) untuk
mengatur tempo (metronom) tari.
Tari ini disajikan dengan pola lantai sejajar seperti shaf dalam sholat,
yakni duduk antara dua sujud. Umumnya penari juga dilengkapi dengan
properti yang disebut Boh Likok (berbentuk silinder sebesar ruas bambu
yang dapat dipegang oleh dua jari). Mereka juga berperan sebagai penyepit
(menghimpit) membentuk kerapatan sehingga semua penari menyatu dalam
posisi banjar. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan keutuhan dan
keseragaman gerak.
9. 8. TARI GUEL
Tarian tradisional Aceh ini merupakan salah satu tarian tradisional yang
berasal dari budaya masyarakat Gayo di Aceh. Tari Guel memiliki gerakan
yang sangat khas dan penuh makna, bahkan terkesan bernuansa mistis.
Tarian ini awalnya lebih difungsikan sebagai tarian upacara adat tertentu di
kalangan masyarakat Gayo, baik secara ritual adat maupun perayaan adat.
Bagi masyarakat Gayo, tarian ini bukan sekadar tarian biasa. Tetapi,
memiliki nilai dan filosofi kebudayaan mereka.
Setiap gerakan tarian mengandungan pesan dan nilai-nilai di dalamnya.
Gerakan Tari Guel ini sangat unik dan gerakan disesuaikan dengan suara
musik pengiring. Menariknya, gerakan penari pria dan wanita cenderung
berbeda. Gerakan penari pria lebih mendominasi.
9. TARI RAPAI GELENG
Tarian Rapai Geleng berasal dari daerah Manggeng di Aceh Barat Daya.
Tarian tradisional Aceh ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral
untuk masyarakat. Syair yang digunakan merupakan lagu-lagu keagamaan.
Nama geleng sendiri diambil dari gerakan penarinya yang menggeleng-
gelengkan kepala ke kanan dan kiri dengan berirama dan sangat kompak.
Sedangkan kata rapai diambil dari nama alat musik yang menyerupai
gendang yang dimainkan oleh penari. Saat ini alat musik rapai lebih dikenal
dengan nama rebana.
10. 10. TARI RATOH DUEK
Tari Ratoh Duek merupakan tari tradisional dari Provinsi Aceh. Kata
ratoh berasal dari Bahasa Arab rateeb, yang artinya kegiatan berdoa atau
berdzikir. Tarian tradisional Aceh ini menggambarkan semangat dan
kebersamaan masyarakat Aceh. Harmoni antara syair dan tepukan berirama
para penari mengungkapkan kekompakkan masyarakat Aceh dalam kegiatan
sehari-hari. Tari Ratoh Duek tidak mengenakan properti tari apa pun.
Kostum yang digunakan adalah baju khas Aceh yang telah dimodifikasi,
yaitu pakaian polos yang dipadukan dengan kain songket Aceh, serta hiasan
kepala dan ikat pinggang.