SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN
SEBAGAI DAYA TARIK WISATA MINAT KHUSUS
DI KABUPATEN PACITAN
Rara Sugiarti
Abstract
The objectives of this qualitative research were to explore the
potentials of minapolitan in the prime zone of PPP Tamperan Pacitan which
can be developed as tourist attraction, identify the facilities which support the
development of minapolitan as tourist attraction in the prime zone of PPP
Tamperan Pacitan, and to investigate the supporting factors and the
resisting factors of minapolitan development as tourist attraction in Pacitan.
Data consisted of primary and secondary data and were collected using site
observation, interview, document study, and focus group discussion. Data
were analyzed using interactive model of analysis. Results indicate that
basically Pacitan, especially the prime zone of PPP Tamperan as part of the
minapolitan area has the potentials to be developed as tourist attractions
which functions as the alternative source of income for the local people.
There have been adequate facilities for developing the area as tourist
attractions even though those facilitated need to be improved. The
supporting factors include good will of the Local Government of Pacitan,
good participation of the local people, good support from the Central
Government, good participation of the private sector, and the strategic
location of Pacitan.
Key words: minapolitan, tourist attraction.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi sumber
daya alam yang berlimpah untuk
dimanfaatkan secara tepat, arif dan
berkelanjutan guna meningkatkan kese-
jahteraan masyarakat. Salah satu potensi
sumber daya alam tersebut adalah
berbagai jenis sumber daya kelautan dan
perikanan. Pemerintah telah berupaya
untuk mengembangkan potensi sumber
daya kelautan dan perikanan melalui
berbagai kebijakan, antara lain dengan
Konsepsi Minapolitan. Kebijakan Peme-
rintah untuk mengembangkan Minapolitan
tersebut tertuang di dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER.12/MEN/2010
tentang Minapolitan. Menurut Peraturan
Menteri tersebut Minapolitan adalah
sebuah konsepsi pembangunan ekonomi
kelautan dan perikanan berbasis kawasan
berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,
efisiensi, berkualitas dan percepatan. Di
dalam pengembangan Minapolitan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI
telah menetapkan kawasan-kawasan yang
potensial dan prospektif yang menjadi
Kawasan Minapolitan. Di dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan,
disebutkan bahwa yang dimaksud
Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian
wilayah yang mempunyai fungsi utama
ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,
pengolahan, pemasaran komoditas peri-
kanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan
pendukung lainnya. Dengan demikian
pada dasarnya Kawasan Minapolitan
merupakan kawasan dengan pusat
kegiatan utama ekonomi yang meman-
faatkan, mengelola dan membudidayakan
sumber daya kelautan dan perikanan serta
mempunyai keterkaitan fungsional dengan
sistem permukimannya yang dikem-
bangkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi lokal dan menumbuhkan daya
saing regional.
Kawasan Minapolitan tersebar di
seluruh wilayah nusantara mengingat
Indonesia adalah negara maritim yang
1
mempunyai kekayaan sumber daya
wilayah pesisir dan lautan yang sangat
besar. Oleh karena itu pengembangan
Kawasan Minapolitan menjadi salah satu
program unggulan Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Sampai dengan 14 Mei
2010 pada saat ditetapkannya Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor KEP.32/MEN/2010 ten-
tang Penetapan Kawasan Minapolitan
terdapat 197 Kabupaten/Kota yang dite-
tapkan sebagai daerah pengembangan
Kawasan Minapolitan. Di Provinsi Jawa
Timur terdapat 10 (sepuluh) Kabupaten
dan 1 (satu) Kota yang ditetapkan sebagai
Kawasan Minapolitan, dan salah satunya
adalah Kabupaten Pacitan (Pencanangan
dan Rapat Koordinasi Pelaksanaan
Minapolitan di Kabupaten Pacitan : PPP
Tamperan, 8 Juni 2010).
Pengembangan Kawasan Minapo-
litan diarahkan pada pemberdayaan
masyarakat dengan memberikan peran
yang optimal kepada masyarakat guna
meningkatkan perekonomian dan kese-
jahteraan mereka. Bahkan pengembangan
Kawasan Minapolitan merupakan salah
satu kebijakan strategis untuk menang-
gulangi kemiskinan guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun demikian,
meskipun dikembangkan dengan pende-
katan kerakyatan atau pendekatan pem-
bangunan Minapolitan berbasis masya-
rakat, pengembangan Kawasan Minapo-
litan harus menjunjung tinggi asas
kelestarian fungsi lingkungan kawasan
sehingga manfaat pengembangannya
dapat dinikmati baik oleh generasi
sekarang maupun generasi yang akan
datang (anak cucu kita).
Ide dasar pembangunan Mina-
politan adalah penguatan sinergi antara
pertumbuhan ekonomi dan kelestarian
fungsi lingkungan hidup, serta upaya
penemuan teknologi ramah lingkungan
berikut instrumen-instrumen yang dapat
menjamin kelestarian fungsi lingkungan
hidup untuk merumuskan strategi yang
tepat bagi pengembangan ekonomi
kerakyatan. Pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan Kawasan Minapo-
litan dapat meliputi pengintegrasian
sumber daya terkait yang mendukung,
termasuk pariwisata. Di satu sisi Kawasan
Minapolitan merupakan salah satu sumber
daya pariwisata daerah yang mampu men-
diversifikasi produk pariwisata sehingga
dapat menyajikan banyak pilihan (diver-
sifikasi) daya tarik wisata kepada
wisatawan. Di sisi lain Kawasan Minapo-
litan dapat terdukung oleh pengembangan
pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif
masyarakat.
Banyak faktor yang menyebabkan
pola pembangunan dan pengembangan
sumber daya kelautan dan perikanan
belum optimal dan berkesinambungan.
Salah satu penyebabnya adalah belum
adanya perencanaan pengembangan
yang komprehensif, integratif dan berke-
lanjutan. Untuk menyusun perencanaan
pembangunan dan pengembangan Mina-
politan diperlukan penelitian yang men-
cermati tentang bagaimana bidang-bidang
pembangunan terkait dapat saling
mendukung sehingga dapat mengop-
timalkan manfaat yang dapat diperoleh
seluruh stakeholders terkait. Di satu sisi,
secara khusus salah satu bidang
pembangunan yang dapat disinergikan
dengan sumber daya kelautan dan
perikanan adalah bidang pembangunan
pariwisata, khususnya wisata bahari. Agar
pengembangan wisata bahari dapat
dimanfaatkan untuk memberdayakan
sumber daya kelautan dan perikanan guna
meningkatkan pendapatan dan mem-
bangun kesejahteraan masyarakat diper-
lukan konsep perencanaan dan rumusan
pengembangan yang jelas dan terarah
dengan mendasarkannya pada penelitian
yang komprehensif.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini secara khusus
ditujukan untuk mengkaji potensi mina-
politan pada kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik wisata
daerah di Kabupaten Pacitan, mengetahui
ketersediaan fasilitas pendukung pengem-
bangan minapolitan pada kawasan zona
inti PPP Tamperan dan sekitarnya sebagai
daya tarik wisata daerah di Kabupaten
Pacitan, serta mengidentifikasi faktor
pendorong dan faktor penghambat yang
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
2
berpengaruh terhadap pengembangan
minapolitan pada kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya sebagai daya
tarik wisata daerah di Kabupaten Pacitan.
KAJIAN PUSTAKA
1. Minapolitan
Secara harafiah kata minapolitan
dapat diartikan sebagai kota ikan (mina =
ikan; polis = kota). Dengan demikian
minapolitan berkaitan dengan pengem-
bangan suatu kota atau kawasan yang
memiliki potensi sumber daya ikan yang
menonjol untuk dikembangkan sebagai
produk unggulan daerah. Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia
menyatakan bahwa minapolitan merupa-
kan konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah. Untuk itu
pendekatan dalam pembangunan mina-
politan perlu didasarkan pada sistem
manajemen kawasan dengan prinsip
integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah
strategis dalam rangka menciptakan
kesejahteraan nelayan, pembudidaya dan
pengolah ikan. Langkah-langkah tersebut
terdiri atas: (1) penguatan ekonomi
masyarakat kelautan dan perikanan skala
kecil; (2) penguatan Usaha Menengah dan
Atas (UMA); dan (3) pengembangan
ekonomi kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dengan sistem manajemen
kawasan.
Di dalam mengembangkan mina-
politan, hal pertama yang amat penting
untuk dilakukan adalah memahami peta
aliran pemikiran yang kini mempengaruhi
gerakan perikanan karena hal ini akan
berpengaruh pada pemilihan alur pengem-
bangan yang akan diikuti. Menurut Arif
Satria (2010) terdapat dua peta aliran
dalam minapolitan dan peta aliran tersebut
sudah dikenal dalam kajian ekologi-politik
dimana secara riil masing-masing aliran
tersebut memiliki kelompok pengikut.
Masing-masing kelompok pengikut terse-
but dengan sendirinya akan merespon
minapolitan secara berbeda.
Aliran pertama adalah aliran yang
menggunakan pendekatan konservasi
keanekaragaman hayati (biodiversity
conservation) yang mempertanyakan
apakah gerakan minapolitan akan meru-
sak sumberdaya atau tidak. Sedangkan
aliran kedua adalah aliran dengan
pendekatan ekopopulisme (eco-populism)
yang mempertanyakan apakah gerakan
minapolitan akan membawa keadilan dan
kesejahteraan masyarakat atau tidak.
Dengan penekanan yang berbeda dari
masing-masing aliran tersebut maka arah
pengembangannya jelas akan berbeda.
Pembangunan minapolitan berba-sis
biodiversity conservation menekankan
pentingnya mewaspadai terjadinya keru-
sakan sumberdaya mengingat sumber
pakan, khususnya untuk budidaya ikan
yang menjadi andalan minapolitan, selama
ini juga berasal dari ikan. Hal tersebut
mengandung sebuah ironi yang perlu
dipikirkan solusinya. Dengan mendong-
krak produksi budidaya berarti kebutuhan
pakan yang berasal dari ikan akan
meningkat. Tentu saja hal ini berakibat
pada meningkatnya kegiatan penang-
kapan ikan. Padahal upaya pemerintah
menekankan budidaya tidak lain karena
kondisi sumberdaya ikan sudah semakin
menurun dan akhir-akhir ini amat sulit
untuk mengandalkan pada kegiatan
perikanan tangkap. Dengan demikian
pengendalian penangkapan ikan akan
tidak ada artinya apabila ternyata pada
akhirnya penangkapan ikan akan marak
lagi untuk memenuhi kebutuhan pakan.
Oleh karena itu kalangan yang menganut
aliran konservasi keanekaragaman hayati
ini sangat anti terhadap budidaya ikan
kerapu yang pakannya juga bersumber
dari alam.
Di samping itu, kelompok pengikut
aliran biodiversity conservation ini juga
amat kritis terhadap pengembangan
tambak yang mengkonversi mangrove.
Hal ini karena mangrove dianggap
sebagai tempat penting baik untuk
pemijahan ikan, tempat hidupnya bebe-
rapa spesies penting, dan secara ekologis
memiliki fungsi penting dalam melindungi
daratan dari gelombang pasang, tsunami,
maupun intrusi air laut. Oleh karena itu
kelompok ini mempunyai gagasan untuk
menyelenggarakan sertifikasi atau eco-
labeling usaha budidaya ikan untuk
meyakinkan pasar bahwa usaha tersebut
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
3
tidak merusak lingkungan, seperti
munculnya best aquaculture practice
(BAP) dan sejumlah bentuk sertifikasi
lainnya (Arif Satria, 2010).
2. Kawasan Minapolitan
Kawasan Minapolitan adalah
kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra-
sentra produksi dan perdagangan komo-
ditas kelautan dan perikanan, jasa
perumahan dan kegiatan terkait lainnya.
Kawasan Minapolitan berdasarkan turu-
nan kawasan Agropolitan : adalah
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan
sebagai sistem produksi perikanan dan
pengeloaan sumberdaya alam tertentu
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem mina-
bisnis. Program Pengembangan Kawasan
Minopolitan adadalah pembangunan eko-
nomi berbasis perikanan di Kawasan
Agribisnis, yang dirancang dan dilak-
sanakan dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi, yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh peme-
rintah (Antara News, 2010).
Kawasan Minapolitan diharapkan
mampu meningkatkan pertumbuhan pere-
konomian wilayah dalam sektor perikanan
serta mampu mencukupi kebutuhan ikan
dalam skala regional dan nasional.
Dengan berdasarkan Visi Kementerian
Kelautan dan Perikanan yaitu Indonesia
Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan
Terbesar 2015 dan Misinya Mense-
jahterakan Masyarakat Kelautan dan
Perikanan. Adapun Grand Strategy yang
digunakan dalam pengembangan kawa-
san minapolitan adalah (1) memperkuat
kelembagaan dan SDM secara terinte-
grasi, (2) mengelola sumber daya kelautan
dan perikanan secara berkelanjutan, (3)
meningkatkan produk-tivitas dan daya
saing berbasis pengetahuan, dan (4)
memperluas akses pasar domestik dan
internasional.
Sedangkan arah kebijakan budi-
daya ikan adalah pengembangan produksi
budidaya untuk peningkatan ekspor
dengan fokus peningkatan daya saing
melalui pengembangan dan penerapan
teknologi yang super efisien dan ramah
lingkungan, pengembangan produksi
budidaya untuk peningkatan konsumsi
ikan dalam negeri dengan fokus pening-
katan dan penguatan komoditas spesifik
daerah dan pengembangan kolam
pekarangan masyarakat, serta pengen-
dalian pemanfaatan sumberdaya peri-
kanan budidaya dengan fokus pening-
katan kepedulian masyarakat pembudi-
daya ikan dalam pelestarian ekosistem
sumberdaya perikanan budidaya.
3. Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Akhir-akhir ini dalam skala nasional
maupun internasional telah berkembang
satu jenis pariwisata yang dikenal dengan
istilah pariwisata minat khusus (special
interest tourism), yakni kegiatan pariwisata
yang dilakukan oleh sekelompok wisa-
tawan karena mereka memiliki motivasi
khusus atau tertarik dengan daya tarik
yang khusus, seperti daya tarik budaya
termasuk seni pertunjukan dan seni
kerajinan (Hall, 1999). Perkembangan
pariwisata minat khusus telah banyak
didorong oleh adanya pergeseran tren
perjalanan di tingkat global dimana
semakin banyak orang ingin memperolah
kebebasan dan keleluasaan di dalam
melakukan perjalanan wisata, termasuk di
dalam memilih objek dan daya tarik wisata
serta menentukan jenis kegiatan wisata
yang akan mereka lakukan.
Wisata minat khusus sangat
dipengaruhi oleh motivasi wisatawan yang
akan melakukan perjalanan wisata ke
daerah tujuan wisata. Pada dasarnya
motivasi wisatawan dapat dikategorikan
menjadi motivasi fisik, kultural, sosial dan
spiritual. Motivasi fisik berkaitan dengan
minat wisatawan untuk melakukan hal-hal
yang bersifat fisik seperti wisata untuk
tujuan kesehatan, penyegaran jiwa dan
raga, serta kegiatan olah raga. Motivasi
kultural berkaitan dengan minat wisatawan
untuk mempelajari budaya bangsa atau
kelompok masyarakat lain termasuk
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
4
kesenian (seni pertunjukan dan seni
kerajinan), peninggalan bersejarah,
bangunan kuno, upacara tradisional, dsb.
Motivasi sosial berkaitan dengan membina
hubungan antara manusia seperti
mengunjungi sanak famili atau teman,
mencari status dan pengakuan masya-
rakat, serta hobi. Motivasi spiritual
berkaitan dengan keagamaan seperti
kegiatan ziarah, meditasi dan sejenisnya.
Wisata minat khusus memiliki
prospek yang sangat bagus, walaupun
untuk memulainya bukan sesuatu yang
mudah. Situasi pariwisata saat ini sedang
mendukung ke arah itu karena banyak
wisatawan yang sudah jenuh dengan
objek atau daya tarik wisata umum, seperti
taman bertema (theme park), candi, dan
museum. Jadi pasar wisata minat khusus
ini ada dan akan terus berkembang.
Selain itu, keunikan dan keunggulan yang
dimiliki oleh tempat atau lokasi wisata juga
dapat menampung minat khusus
wisatawan.
4. Pariwisata Bahari
Pariwisata bahari sebagai salah satu
bentuk wisata minat khusus memiliki
beragam daya tarik dan kegiatan wisata
yang dapat dilakukan. Wisatawan mela-
kukan kegiatan wisata bahari karena
mereka memiliki motivasi untuk menikmati
dan melakukan berbagai hal berbasis
sumberdaya kelautan. Daya tarik wisata
bahari antara lain meliputi pantai, laut,
hasil laut, dan pemrosesan hasil laut.
Sedangkan kegiatan wisata bahari yang
dapat dilakukan oleh wisatawan antara
lain meliputi berenang, berjemur, ber-
santai, bermain olah raga pantai, dan
menikmati masakan hasil laut.
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata minat khusus di Kabupaten Pacitan
ini merupakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif dan didukung oleh data
baik kuantitatif maupun kualitatif. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan di wilayah
pesisir dan lautan yang memiliki potensi
pengembangan minapolitan, khususnya
pada kawasan zona inti PPP Tamperan
dan sekitarnya di Kabupaten Pacitan. Data
dikumpulkan dengan menggunakan bebe-
rapa metode pengumpulan data, yaitu
melalui pengamatan (observasi), wawan-
cara, diskusi kelompok terarah dan studi
dokumen. Data dianalisis dengan meng-
gunakan Analisis Interaktif (Miles &
Huberman, 1984). Teknik analisis interaktif
memiliki tiga komponen, yakni reduksi
data, sajian data, dan penarikan ke-
simpulan. Reduksi Data merupakan
proses seleksi, pemfokusan, penyeder-
hanaan, dan abstraksi data kasar yang
ada dalam catatan lapangan berkaitan
dengan pengembangan kawasan mina-
politan sebagai daya tarik wisata dan
pusat pertumbuhan ekonomi daerah
Kabupaten Pacitan. Data dari lapangan
yang berupa hasil wawancara atau
rangkuman data sekunder yang
ditranskripsikan dalam bentuk laporan
kemudian direduksi dan dipilih hal yang
menonjol mengenai pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata minat khusus di Kabupaten
Pacitan. Dengan melakukan reduksi data,
peneliti akan memperoleh data yang
akurat, karena peneliti dapat mengecek
apakah adakah data penelitian yang sama
dengan yang diperoleh sebelumnya,
sehingga dapat menghindari adanya
ketum-pangtindihan (overlapping). Penya-
jian data merupakan suatu rakitan
organisasi informasi dalam bentuk klasi-
fikasi atau kategorisasi yang memung-
kinkan penarikan kesimpulan penelitian
mengenai pengembangan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
minat khusus di Kabupaten Pacitan dapat
dilakukan. Dalam hal ini display meliputi
berbagai jenis matriks, gambar atau
skema, jaringan kerja, keterkaitan kegi-
atan, dan tabel yang terkait dengan
pengembangan kawasan minapolitan
sebagai daya tarik wisata misata minat
khusus di Kabupaten Pacitan. Penarikan
Kesimpulan merupakan suatu pengor-
ganisasian data yang telah terkumpul
sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan
akhir mengenai pengembangan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
minat khusus di Kabupaten Pacitan.
Dalam awal pengumpulan data, peneliti
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
5
berusaha memahami keteraturan, pola,
pernyataan, konfigurasi, arahan sebab
akibat dan proposisi-proposisi. Peneliti
bersikap terbuka dan skeptis. Kesimpulan
yang pada awalnya kurang jelas kemudian
meningkat secara eksplisit dan memiliki
landasan yang kuat. Kesimpulan akhir
baru dapat dibuat apabila seuruh proses
pengumpulan data mengenai pengem-
bangan kawasan minapolitan sebagai
daya tarik wisata minat khusus di
Kabupaten Pacitan berakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Modal utama untuk mengem-
bangkan pariwisata di suatu kawasan,
termasuk di kawasan minapolitan Kabu-
paten Pacitan, adalah atraksi atau daya
tarik wisata. Daya tarik wisata yang
terdapat di kawasan minapolitan Kabu-
paten Pacitan, khususnya di kawasan
zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya,
berupa sua-sana pantai dan laut, potensi
wisata boga, tempat pelelangan ikan dan
sentra pengolahan hasil laut. Selain
potensi tersebut pada dasarnya hampir
seluruh sumberdaya pesisir dapat
dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
1. Potensi Minapolitan
Potensi minapolitan yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik wisata
minat khusus meliputi suasana pantai dan
lautan, potensi boga, tempat pelelangan
ikan, dan sentra pengolahan hasil laut.
a. Suasana Pantai dan Lautan
Pantai di sepanjang kawasan zona inti
PPP Tamperan dan sekitarnya
memiliki pemandangan alam yang
indah yang menawarkan suasana
nyaman dengan udara segar. Formasi
pantai yang membentuk semacam
lengkungan menimbulkan tangkapan
pandangan yang lain sehingga
membuat lebih indah untuk dinikmati
mata. Berdasarkan kondisi eksisting,
kawasan pantai yang telah banyak
dikunjungi wisatawan adalah Pantai
Teleng Ria. Keberadaan pantai ini
telah memberikan kontribusi kepada
masyarakat sekitarnya, baik dalam
bidang ekonomi, sosial maupun
budaya.
b. Potensi Boga
Potensi boga atau kuliner merupakan
salah satu alternatif untuk mendiver-
sifikasi produk wisata utama yang
terdapat di suatu destinasi pariwisata,
termasuk produk wisata di kawasan
minapolitan Kabupaten Pacitan. Di
samping menjadi alternatif produk,
wisata kuliner juga berfungsi sebagai
penunjang daya tarik utama. Dalam
kontek pengembangan wisata bahari
di kawasan minapolitan, Kabupaten
Pacitan memiliki potensi wisata boga
yang apabila dikelola secara profe-
sional akan menjadi daya tarik
pendukung yang mampu memberikan
kontribusi secara ekonomi, sosial dan
budaya kepada masyarakat. Pengem-
bangan wisata boga dapat menunjang
pengembangan daya tarik wisata alam
yang dapat dikombinasikan dengan
daya tarik lainnya seperti daya tarik
budaya, baik yang berupa warisan
budaya, seni kerajinan, seni pertun-
jukan dan daya tarik lainnya sehingga
mampu menghidupkan kembali dan
melestarikan budaya di kawasan
tersebut. Potensi wisata boga berupa
beberapa tempat makan (eating
places) di kawasan pantai yang
selama ini sudah ada perlu dibina dan
dikembangkan agar daya tariknya
semakin meningkat. Namun demikian,
perlu diketahui bahwa sebenarnya
wisata kuliner tidak hanya berkaitan
dengan kegiatan makan dan minum
yang dilakukan wisatawan. Wisata
kuliner juga mencakup kegiatan pen-
didikan, yakni mengajarkan kepada
wisatawan tentang how to cook atau
how to process the food and drink.
Dengan demikian ada hal yang
menarik selain hanya sekedar menik-
mati makanan dan minumannya saja.
Pada dasarnya wisata kuliner bertu-
juan untuk memperkenalkan masakan
(makanan dan minuman) tradisional
sebagai salah satu wujud kearifan
lokal yang dimiliki oleh suatu daerah
kepada wisatawan dari awal sampai
akhir kunjungan.
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
6
c. Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan yang terdapat
di kawasan zona inti PPP Tamperan
merupakan salah satu daya tatrik bagi
wisatawan minat khusus. Hal yang
paling menarik adalah pada saat
terdapat pendaratan kapal yang baru
datang dari mencari ikan. Kapal-kapal
yang berhasil membawa hasil tang-
kapan berupa ikan-ikan dengan
ukuran yang cukup besar dapat
menjadi daya tarik tersendiri bagi
pengunjung. Namun demikian kendala
penyajian suasana ini sebagai daya
tarik wisata adalah seasonality atau
sifatnya yang musiman karena tidak
setiap hari terdapat kapal yang
berlabuh dengan membawa ikan-ikan
hasil tangkapan dari lautan lepas. Oleh
karena itu diperlukan pemikiran untuk
merekayasa daya tarik tersebut atau
memberikan alternatif daya tarik
lainnya yang dapat menciptakan
karakteristik Pacitan sebagai kota ikan.
d. Sentra Pengolahan Hasil Laut
Sebagian Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang terdapat di
Kabupaten Pacitan memfokuskan
usahanya pada pengolahan ikan.
Produk hasil olahan berbahan dasar
ikan tersebut dapat memberikan
kontribusi kepada sektor pariwisata,
utamanya dalam penyediaan oleh-oleh
khas kota ikan. Di samping itu, apabila
dikelola dan dikembangkan dengan
baik proses produksi atau pembuatan
produk olahan berbahan dasar ikan
tersebut juga dapat menjadi daya tarik
wisata. Beberapa sentra pengolahan
hasil laut, khususnya ikan, yang
terdapat di Kota Pacitan antara lain
adalah UMKM Bina Makmur, Aroma
dan Rizqi.
2. Fasilitas Pengembangan Mina-
politan Sebagai Daya Tarik Wisata
Fasilitas yang pada saat ini tersedia
untuk mendukung pengembangan
pariwisata, khususnya wisata bahari di
Kabupaten Pacitan yang ada pada
saat ini cukup baik, meskipun belum
optimal. Fasilitas pendukung tersebut
antara lain terdiri atas akomodasi
(hotel), biro perjalanan wisata, pusat
informasi pariwisata, pusat penjualan
cenderamata, pusat jajan (makanan
dan minuman), dan pusat rekreasi.
Meskipun dalam hal kualitas sebagian
fasilitas tersebut masih relatif kurang,
namun setidaknya keberadaan fasilitas
tersebut telah dapat membantu
menciptakan iklim wisata yang
kondusif.
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
7
Tabel 1: Sarana Penunjang Pariwisata di Kabupaten Pacitan.
No Jenis Usaha Jasa Jumlah
1. Hotel 11
2. Rumah Makan 52
3. Catering 8
4. Gelanggang Seni dan Olah Raga 5
5. Pemancingan 1
6. Warnet 5
7. Biro Perjalanan Wisata 2
8. Usaha Jasa Titipan 2
9. Toserba 5
10. Pusat Jajanan Khas 3
11. Apotek 7
12. Pusat Cenderamata 3
13. Bank 4
14. Sewa Kendaraan 2
15. Pusat Kebugaran 2
16. Panti Pijat -
17. Café 2
18. Salon Kecantikan 6
19. Barber Shop 16
20. Desa Wisata / Pondok Wisata 2
21. Rekreasi dan Hiburan Umum 4
22. Pemandian Alam 1
23. Rekreasi Air 1
24. Gelanggang Renang 2
25. Lapangan Tenis 3
26. Bilyard 3
Sumber: Disbudparpora Kabupaten Pacitan (2010).
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
8
Tabel 2: Banyaknya Hotel Menurut Jumlah Kamar, Kapasitas Tempat Tidur
dan Tenaga Kerja.
No Jenis Usaha Jasa Jumlah
Kamar
Jumlah Tempat
Tidur
Jumlah
Tenaga Kerja
1. Hotel Remaja
Jl. A. yani 67 Pacitan
41 82 7
2. Hotel Bali Asri
Jl. A. yani 69 Pacitan
30 60 11
3. Hotel Wisata
Jl. P. Sudirman 45 Pacitan
27 48 12
4. Hotel Sidomulyo
Jl. P. Sudirman 31 Pacitan
19 38 6
5. Hotel Wijaya
Jl. P. Sudirman 41 Pacitan
15 30 4
6. Hotel Purna Yudha
Kec. Nawangan Pacitan
11 21 4
7. Happy Bay Beach
Bungalow
Kel. Sidoharjo Pacitan
13 17 4
8. Hotel Permata
Jl. Gatot Subroto 26
Pacitan
41 66 21
9. Hotel Srikandi
Jl. A. Yani 67A Pacitan
20 29 14
10. Hotel Minang Permai
Jl. Gatot Subroto 37
Pacitan
13 20 5
11. Hotel Graha Prima
Jl. Raya Solo Pacitan
23 31 16
12. Hotel Surya Dharma
Jl. Raya Lorok Pacitan
24 27 16
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2010.
Tabel 3: Banyaknya Biro Perjalanan Wisata (BPW) di Kabupaten Pacitan.
No Nama Biro Perjalanan Wisata Alamat
1. Alfath Duta Tours and Travel Jl. A. yani 67 Pacitan
2. Enggal Tours and Travel Jl. Gatot Subroto 34 Pacitan
3. Marga Jaya Tours and Travel Jl. Gajah Mada Gg. I Pacitan
Jl. Agus Salim Gg. II Pacitan
4. Purwo Widodo Jl. Lorok Desa Cokrokembang
Ngadirojo Pacitan
5. Aneka Jaya Tours and Travel Jl. Gatot Subroto 37 Pacitan
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
9
3. Faktor Pendorong Pengembangan
Minapolitan Sebagai Daya Tarik
Wisata Minat Khusus
Faktor pendorong pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata minat khusus meliputi komitmen
Pemerintah Kabupaten Pacitan yang
cukup tinggi, partisipasi masyarakat yang
relatif baik, adanya kebijakan dan Program
Pemerintah Pusat Melalui Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata yang mendu-
kung pengembangan pariwisata di
Kabupaten Pacitan, partisipasi yang baik
dari pihak swasta, dan posisi strategis
Kabupaten Pacitan dengan adanya
pengembangan Jalur Lintas Selatan (JLS).
a. Komitmen Pemerintah Kabupaten
Pacitan
Dalam upaya mengoptimalkan peman-
faatan sumber daya alam di wilayah
pesisir, Pemerintah Kabupaten Pacitan
melalui beberapa dinas teknis,
khususnya Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga,
telah memberikan perhatian dan
memiliki komitmen yang tinggi untuk
mengembangkan wisata bahari. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa program/
kegiatan baik yang telah, sedang
maupun yang akan dilaksanakan oleh
dinas teknis tersebut.
b. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam men-
dorong pengembangan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
antara lain dapat dilihat dari keikut-
sertaan mereka dalam menyediakan
berbagai produk dan jasa terkait,
seperti penjualan cendera mata,
penjualan makanan dan minuman,
serta pengolahan ikan. Di samping
peran serta langsung, terdapat juga
peran serta yang tidak langsung dalam
bentuk kesadaran masyarakat sekitar
untuk menjaga keamanan, ketertiban
dan kebersihan kawasan.
c. Kebijakan dan Program Pemerintah
Pusat Melalui Kementerian Kebu-
dayaan dan Pariwisata
Dalam rangka mengotimalkan
pemanfaatan sumber daya alam
melalui pembangunan pariwisata,
Pemerintah telah merumuskan
kebijakan dan program yang sesuai
dengan karakteristik sumber daya
alam masing-masing daerah. Secara
riil kebijakan dan program tersebut
telah dijabarkan menjadi kegiatan-
kegiatan yang bersifat implementatif
agar manfaatnya dapat secara
langsung dirasakan oleh masyarakat.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan
oleh Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Kebudayaan dan Pariwi-
sata antara lain adalah pemberian
bantuan untuk pengembangan desa
wisata yang merupakan pusat
kerajinan gerabah di Desa Purwoasri
Kecamatan Kebonagung untuk mem-
produksi gerabah seni dan hasilnya
dipasarkan untuk mendukung diversi-
fikasi cinderamata di lokasi daya tarik
wisata bahari, seperti di pantai Teleng
Ria.
d. Partisipasi Pihak Swasta
Pengembangan pariwisata memer-
lukan partisipasi dan dukungan dari
semua pihak, termasuk pemerintah,
masyarakat dan swasta. Bahkan,
pihak swasta seperti hotel, restoran/
rumah makan, biro perjalanan wisata,
serta pengusaha jasa terkait lainnya,
memiliki peran yang sangat penting
dalam pembangunan pariwisata.
Tanpa kehadiran dan peran serta
pihak swasta, pariwisata akan sulit
untuk berkembang karena tidak
mungkin pemerintah akan menangani
seluruh usaha yang berkaitan dengan
jasa atau pelayanan di bidang
pariwisata. Namun demikian, hal yang
perlu digarisbawahi adalah bahwa
peran pihak swasta tersebut harus
disinergikan secara tepat dan solid
dengan pemerintah dan masyarakat.
Oleh karena itu perusahaan yang
bergerak dalam industri pariwisata
perlu mengakomodasi peran serta
masyarakat sekitarnya, dan bahkan
dalam kapasitas tertentu pihak
perusahaan perlu memberikan coorpo-
rate sosial responsibility (CSR)
sebagai kompensasi dari kegiatan
bisnis yang mereka jalankan.
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
10
e. Posisi Strategis Kabupaten Pacitan
Lokasi Kabupaten Pacitan yang
berada di pesisir pantai selatan Jawa
Timur bagian barat daya merupakan
lokasi yang strategis. Meskipun letak
Ibu Kota Kabupaten Pacitan cukup
jauh dari pusat pemerintahan dan Ibu
Kota Provinsi Jawa Timur (Kota
Surabaya), yakni sekitar 250 Km,
namun letak Kabupaten Pacitan di
pantai selatan Jawa di mana juga
terdapat Jalur Lintas Selatan (JLS)
dengan kelas jalan nasional dan
merupakan jalur utama yang mem-
punyai potensi mobilitas cukup tinggi
akan memberikan nilai tambah yang
signifikan kepada pengem-bangan
perekonomian daerah. Kondisi terse-
but menjadikan Kabupaten Pacitan
mempunyai posisi yang strategis untuk
menjadi tempat persinggahan para
pengguna jalan, khususnya yang
menggunakan Jalur Lintas Selatan
(JLS).
4. Faktor Penghambat Pengembangan
Minapolitan Sebagai Daya Tarik
Wisata
Faktor penghambat pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya
tarik wisata di Kabupaten Pacitan
meliputi terbatasnya aksessibilitas dan
sarana pendukung, terbatasnya dana
pengembangan, integrasi program
pengembangan minapolitan dengan
program pengembangan pariwisata
masih relatif terbatas, karakter laut
dengan gelombang tinggi, dan belum
adanya rencana induk atau masterplan
pengembangan kawasan minapolitan.
a. Terbatasnya aksessibilitas dan
sarana pendukung
Akses menuju Pacitan dari arah
Yogyakarta dan Surakarta mengalami
kerusakan di beberapa ruas. Sedang-
kan akses dari Madiun dan sekitarnya
terkendala oleh seringnya terjadi
kelongsoran. Demikian pula sarana
pendukung masih terbatas. Kebera-
daan pusat informasi pariwisata (TIC)
perlu dilengkapi dengan fasilitas
interpretasi untuk memberikan penje-
lasan yang memadai kepada
wisatawan untuk bersikap ramah
lingkungan dengan menyediakan
interpretation board yang memadai.
b. Terbatasnya dana pengembangan
Dana pengembangan wisata bahari
dalam rangka pemanfaatan potensi
minapolitan masih terbatas antara lain
dikarenakan masih terdapat banyak
sektor pariwisata lainnya yang harus
dikembangkan, termasuk jenis-jenis
wisata minat khusus lainnya yang
sesuai dengan karakteristik sumber
daya wilayah. Mengenai pengem-
bangan minapolitan secara umum
anggaran atau budget lokal untuk
pengembangan minapolitan kurang
mencukupi. Oleh karena itu diperlukan
dukungan dana APBN, yang antara
lain akan digunakan untuk memper-
luas lahan reklamasi alias pemekaran
wilayah Pelabuhan Tamperan seluas
dua hektare di lokasi yang ditetapkan
sebagai kawasan minapolitan agar
mampu mengoptimalkan pengolahan
ikan. Hasil tangkapan para nelayan
akan diproses minimal setengah jadi,
kemudian baru didistribusikan ke luar
daerah. Kegiatan ini diharapkan akan
meningkatkan ekonomi warga di
bidang perikanan. Namun, untuk
merealisasikan kawasan minapolitan
tersebut diperlukan waktu yang cukup
lama, setidaknya lima tahun, dan
pembangunannya akan dilakukan
secara bertahap. Itu seuai dengan
besaran bantuan dana dari pemerintah
pusat.
c. Integrasi program pengembangan
minapolitan dengan program
pengembangan pariwisata masih
relatif terbatas
Hal ini dapat dilihat dari beberapa
program yang dipaparkan oleh
lembaga terkait. Sebagai contoh,
dalam upaya pemecahan masalah
minapolitan dengan memanfaatkan
alokasi anggaran berbagai kemen-
terian dan daerah, lembaga yang
secara eksplisit terlibat adalah
kementerian dan dinas yang berkaitan
dengan kelautan dan perikanan,
pekerjaan umum, energi dan sumber
daya mineral (ESDM), perdagangan,
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
11
UKM, perindustrian, dan perhubungan.
Positioning pariwisata dalam pemba-
ngunan minapolitan masih tergolong
tidak dominan dan kurang signifikan.
d. Karakter laut dengan gelombang
tinggi
Pantai di kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya memiliki
karakter gelombang yang tinggi
sehingga tidak mudah untuk
mengembangkan kegiatan wisata
bahari yang diversifikatif. Karena
gelombang yang tinggi, beberapa
kegiatan wisata bahari tidak tepat
untuk dilakukan.
e. Belum adanya rencana induk atau
masterplan pengembangan kawa-
san minapolitan
Untuk mengembangkan kawasan
minapolitan diperlukan suatu rencana
induk di mana di dalamnya terdapat
juga unsur pengembangan minapolitan
sebagai daya tarik wisata minat
khusus. Masterplan berisi semua
rumusan perencanaan tentang hal-hal
yang akan dilaksanakan dalam
mengembangkan kawasan minapo-
litan, baik perencanaan hal-hal fisik
maupun non-fisik. Oleh karena itu,
tanpa masterplan sulit mengharapkan
bantuan penyediaan infrastruktur untuk
menopang minapolitan.
KESIMPULAN
Pada dasarnya Kabupaten Pacitan,
khususnya kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya yang dikem-
bangkan sebagai bagian dari kawasan
minapolitan, memiliki potensi menjadi
daya tarik wisata yang dapat berperan
sebagai alternatif sumber pendapatan,
baik bagi masyarakat setempat, pihak
swasta maupun bagi Pemerintah
Kabupaten Pacitan. Agar pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata di wilayah tersebut dapat
berkelanjutan, diperlukan peningkatan
fasilitas atau sarana prasarana yang
mendorong pembangunan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
minat khusus.
Ucapan Terima Kasih
Tim peneliti Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas Sebelas Maret
mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Badan Penelitian,
Pengembangan dan Statistik
(BALITBANGTIK) Kabupaten Pacitan
yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan serta memfasilitasi dana
penelitian melalui APBD Kabupaten
Pacitan Tahun Anggaran 2011 sehingga
penelitian mengenai “Pengembangan
Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik
Wisata Dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi
Daerah” dapat diselenggarakan dengan
baik, dan hasilnya antara lain telah kami
rangkum dalam artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Satria, 2010, Minapolitan dan
Minapolitik, Jakarta (ANTARA
News),
http://www.antaranews.com/berita/
1269867347/minapolitan-dan-
minapolitik
Antara News, 2010, Target 200 Kawasan
Minapolitan
http://www.indonesiaeximbank.go.i
d/Publikasi/LiputanMedia/tabid/82/
newsid424/567/Default.aspx
Antara News, 2010, "Minapolitan" Untuk
Memerangi Kemiskinan"
http://www.antaranews.com/berita/
1270538323/minapolitan-untuk-
memerangi-kemiskinan.
Badan Penelitian, Pengembangan dan
Statistik Kabupaten Pacitan, 2008,
Penelitian Pemberdayaan UMK
Bagi Masyarakat Nelayan Guna
Mendukung Pengembangan
Wilayah Pesisir Di Kabupaten
Pacitan.
Dahuri, Rokhmin, dkk, 2008,
Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu, Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
12
Hall, C. M. 1999. Special interest tourism.
Melbourne: Longman.
Purnomowati. 2003 : Menuju Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Terpadu
Berbasis Masyarakat. Makalah
disampaikan pada Pelatihan
ICZPM. Kerjasama PKSPL-IPB
dengan Ditjen P3K, DKP. Bogor.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perikanan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
29 Tahun 2008 tentang
Pengembangan Kawasan Strategis
Cepat Tumbuh di Daerah.
Peraturan Menteri Kalautan dan Perikanan
Nomor PER.12/MEN/2010 tentang
Minapolitan.
Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor
KEP.32/MEN/2010 tentang
Penetapan Kawasan Minapolitan.
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
13

More Related Content

What's hot

Pesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Berinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di AcehBerinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di AcehIbnu Sahidhir
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
 
Rencana pengembangan selat karimata
Rencana pengembangan selat karimataRencana pengembangan selat karimata
Rencana pengembangan selat karimataDidi Sadili
 
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Oswar Mungkasa
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehNachan
 
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya HutanKebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya HutanCIFOR-ICRAF
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...Oswar Mungkasa
 
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuArah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuOswar Mungkasa
 
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruIsi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruSyati Saptaria
 
Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisDeki Zulkarnain
 
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Panembahan Senopati Sudarmanto
 
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019Asep Walandra
 
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilDidi Sadili
 

What's hot (20)

Sos dak 2012 kelautan & perikanan
Sos dak 2012   kelautan & perikananSos dak 2012   kelautan & perikanan
Sos dak 2012 kelautan & perikanan
 
Pesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 12 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
lampiran i wp
lampiran i wplampiran i wp
lampiran i wp
 
Berinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di AcehBerinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di Aceh
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
 
Rencana pengembangan selat karimata
Rencana pengembangan selat karimataRencana pengembangan selat karimata
Rencana pengembangan selat karimata
 
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
 
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya HutanKebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
 
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuArah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Maluku
 
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruIsi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
 
Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02
 
Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Muaro Jambi pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategis
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenhub pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
 
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
 

Similar to MinapolitanWisata

Strategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanStrategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanpra_yoga2305
 
Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimzenoz
 
ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...
ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...
ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...Firdaus Albarqoni
 
Mega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdf
Mega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdfMega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdf
Mega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdfmegaadella1
 
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Pariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten Bintan
Pariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten BintanPariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten Bintan
Pariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten BintanShahril Budiman Png
 
Analisa resiko penyakit ikan
Analisa resiko penyakit ikanAnalisa resiko penyakit ikan
Analisa resiko penyakit ikanBumi Tadulako
 
Geografi Pariwisata
Geografi PariwisataGeografi Pariwisata
Geografi PariwisataTari Putri
 
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan diStudi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan diBiotani & Bahari Indonesia
 
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...Latifah Tio
 
ENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdf
ENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdfENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdf
ENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdfAndriWibisonoSHMSi
 
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya Perikanan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya PerikananPengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya Perikanan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya PerikananSiti Sahati
 
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docxAhmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docxzakyMuttaqien
 

Similar to MinapolitanWisata (20)

Strategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanStrategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasan
 
BUMDes Desa Wisata
BUMDes Desa WisataBUMDes Desa Wisata
BUMDes Desa Wisata
 
1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf
 
Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatim
 
ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...
ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...
ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...
 
Mega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdf
Mega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdfMega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdf
Mega Adella_K5420053_B_Tugas GeoSda.pdf
 
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Pariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten Bintan
Pariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten BintanPariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten Bintan
Pariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten Bintan
 
Esdk
EsdkEsdk
Esdk
 
Presentation1 bandung
Presentation1 bandungPresentation1 bandung
Presentation1 bandung
 
Analisa resiko penyakit ikan
Analisa resiko penyakit ikanAnalisa resiko penyakit ikan
Analisa resiko penyakit ikan
 
Geografi Pariwisata
Geografi PariwisataGeografi Pariwisata
Geografi Pariwisata
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan diStudi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
 
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
 
ENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdf
ENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdfENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdf
ENG_Indonesia Blue Economy Roadmap_ebook_ISBN[001-076].en.id.pdf
 
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya Perikanan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya PerikananPengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya Perikanan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Berbasis Manajemen Sumberdaya Perikanan
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Destinasi wisata
Destinasi wisataDestinasi wisata
Destinasi wisata
 
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docxAhmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
Ahmad Zaky Muttaqien_126209201043_UTS kepariwisataan.docx
 

MinapolitanWisata

  • 1. PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN PACITAN Rara Sugiarti Abstract The objectives of this qualitative research were to explore the potentials of minapolitan in the prime zone of PPP Tamperan Pacitan which can be developed as tourist attraction, identify the facilities which support the development of minapolitan as tourist attraction in the prime zone of PPP Tamperan Pacitan, and to investigate the supporting factors and the resisting factors of minapolitan development as tourist attraction in Pacitan. Data consisted of primary and secondary data and were collected using site observation, interview, document study, and focus group discussion. Data were analyzed using interactive model of analysis. Results indicate that basically Pacitan, especially the prime zone of PPP Tamperan as part of the minapolitan area has the potentials to be developed as tourist attractions which functions as the alternative source of income for the local people. There have been adequate facilities for developing the area as tourist attractions even though those facilitated need to be improved. The supporting factors include good will of the Local Government of Pacitan, good participation of the local people, good support from the Central Government, good participation of the private sector, and the strategic location of Pacitan. Key words: minapolitan, tourist attraction. PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah untuk dimanfaatkan secara tepat, arif dan berkelanjutan guna meningkatkan kese- jahteraan masyarakat. Salah satu potensi sumber daya alam tersebut adalah berbagai jenis sumber daya kelautan dan perikanan. Pemerintah telah berupaya untuk mengembangkan potensi sumber daya kelautan dan perikanan melalui berbagai kebijakan, antara lain dengan Konsepsi Minapolitan. Kebijakan Peme- rintah untuk mengembangkan Minapolitan tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan. Menurut Peraturan Menteri tersebut Minapolitan adalah sebuah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Di dalam pengembangan Minapolitan, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI telah menetapkan kawasan-kawasan yang potensial dan prospektif yang menjadi Kawasan Minapolitan. Di dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan, disebutkan bahwa yang dimaksud Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas peri- kanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Dengan demikian pada dasarnya Kawasan Minapolitan merupakan kawasan dengan pusat kegiatan utama ekonomi yang meman- faatkan, mengelola dan membudidayakan sumber daya kelautan dan perikanan serta mempunyai keterkaitan fungsional dengan sistem permukimannya yang dikem- bangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menumbuhkan daya saing regional. Kawasan Minapolitan tersebar di seluruh wilayah nusantara mengingat Indonesia adalah negara maritim yang 1
  • 2. mempunyai kekayaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan yang sangat besar. Oleh karena itu pengembangan Kawasan Minapolitan menjadi salah satu program unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sampai dengan 14 Mei 2010 pada saat ditetapkannya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.32/MEN/2010 ten- tang Penetapan Kawasan Minapolitan terdapat 197 Kabupaten/Kota yang dite- tapkan sebagai daerah pengembangan Kawasan Minapolitan. Di Provinsi Jawa Timur terdapat 10 (sepuluh) Kabupaten dan 1 (satu) Kota yang ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan, dan salah satunya adalah Kabupaten Pacitan (Pencanangan dan Rapat Koordinasi Pelaksanaan Minapolitan di Kabupaten Pacitan : PPP Tamperan, 8 Juni 2010). Pengembangan Kawasan Minapo- litan diarahkan pada pemberdayaan masyarakat dengan memberikan peran yang optimal kepada masyarakat guna meningkatkan perekonomian dan kese- jahteraan mereka. Bahkan pengembangan Kawasan Minapolitan merupakan salah satu kebijakan strategis untuk menang- gulangi kemiskinan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun demikian, meskipun dikembangkan dengan pende- katan kerakyatan atau pendekatan pem- bangunan Minapolitan berbasis masya- rakat, pengembangan Kawasan Minapo- litan harus menjunjung tinggi asas kelestarian fungsi lingkungan kawasan sehingga manfaat pengembangannya dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang (anak cucu kita). Ide dasar pembangunan Mina- politan adalah penguatan sinergi antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta upaya penemuan teknologi ramah lingkungan berikut instrumen-instrumen yang dapat menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk merumuskan strategi yang tepat bagi pengembangan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Kawasan Minapo- litan dapat meliputi pengintegrasian sumber daya terkait yang mendukung, termasuk pariwisata. Di satu sisi Kawasan Minapolitan merupakan salah satu sumber daya pariwisata daerah yang mampu men- diversifikasi produk pariwisata sehingga dapat menyajikan banyak pilihan (diver- sifikasi) daya tarik wisata kepada wisatawan. Di sisi lain Kawasan Minapo- litan dapat terdukung oleh pengembangan pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan pola pembangunan dan pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan belum optimal dan berkesinambungan. Salah satu penyebabnya adalah belum adanya perencanaan pengembangan yang komprehensif, integratif dan berke- lanjutan. Untuk menyusun perencanaan pembangunan dan pengembangan Mina- politan diperlukan penelitian yang men- cermati tentang bagaimana bidang-bidang pembangunan terkait dapat saling mendukung sehingga dapat mengop- timalkan manfaat yang dapat diperoleh seluruh stakeholders terkait. Di satu sisi, secara khusus salah satu bidang pembangunan yang dapat disinergikan dengan sumber daya kelautan dan perikanan adalah bidang pembangunan pariwisata, khususnya wisata bahari. Agar pengembangan wisata bahari dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan sumber daya kelautan dan perikanan guna meningkatkan pendapatan dan mem- bangun kesejahteraan masyarakat diper- lukan konsep perencanaan dan rumusan pengembangan yang jelas dan terarah dengan mendasarkannya pada penelitian yang komprehensif. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk mengkaji potensi mina- politan pada kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata daerah di Kabupaten Pacitan, mengetahui ketersediaan fasilitas pendukung pengem- bangan minapolitan pada kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya sebagai daya tarik wisata daerah di Kabupaten Pacitan, serta mengidentifikasi faktor pendorong dan faktor penghambat yang Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013 2
  • 3. berpengaruh terhadap pengembangan minapolitan pada kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya sebagai daya tarik wisata daerah di Kabupaten Pacitan. KAJIAN PUSTAKA 1. Minapolitan Secara harafiah kata minapolitan dapat diartikan sebagai kota ikan (mina = ikan; polis = kota). Dengan demikian minapolitan berkaitan dengan pengem- bangan suatu kota atau kawasan yang memiliki potensi sumber daya ikan yang menonjol untuk dikembangkan sebagai produk unggulan daerah. Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menyatakan bahwa minapolitan merupa- kan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Untuk itu pendekatan dalam pembangunan mina- politan perlu didasarkan pada sistem manajemen kawasan dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi. Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategis dalam rangka menciptakan kesejahteraan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan. Langkah-langkah tersebut terdiri atas: (1) penguatan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil; (2) penguatan Usaha Menengah dan Atas (UMA); dan (3) pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan sistem manajemen kawasan. Di dalam mengembangkan mina- politan, hal pertama yang amat penting untuk dilakukan adalah memahami peta aliran pemikiran yang kini mempengaruhi gerakan perikanan karena hal ini akan berpengaruh pada pemilihan alur pengem- bangan yang akan diikuti. Menurut Arif Satria (2010) terdapat dua peta aliran dalam minapolitan dan peta aliran tersebut sudah dikenal dalam kajian ekologi-politik dimana secara riil masing-masing aliran tersebut memiliki kelompok pengikut. Masing-masing kelompok pengikut terse- but dengan sendirinya akan merespon minapolitan secara berbeda. Aliran pertama adalah aliran yang menggunakan pendekatan konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity conservation) yang mempertanyakan apakah gerakan minapolitan akan meru- sak sumberdaya atau tidak. Sedangkan aliran kedua adalah aliran dengan pendekatan ekopopulisme (eco-populism) yang mempertanyakan apakah gerakan minapolitan akan membawa keadilan dan kesejahteraan masyarakat atau tidak. Dengan penekanan yang berbeda dari masing-masing aliran tersebut maka arah pengembangannya jelas akan berbeda. Pembangunan minapolitan berba-sis biodiversity conservation menekankan pentingnya mewaspadai terjadinya keru- sakan sumberdaya mengingat sumber pakan, khususnya untuk budidaya ikan yang menjadi andalan minapolitan, selama ini juga berasal dari ikan. Hal tersebut mengandung sebuah ironi yang perlu dipikirkan solusinya. Dengan mendong- krak produksi budidaya berarti kebutuhan pakan yang berasal dari ikan akan meningkat. Tentu saja hal ini berakibat pada meningkatnya kegiatan penang- kapan ikan. Padahal upaya pemerintah menekankan budidaya tidak lain karena kondisi sumberdaya ikan sudah semakin menurun dan akhir-akhir ini amat sulit untuk mengandalkan pada kegiatan perikanan tangkap. Dengan demikian pengendalian penangkapan ikan akan tidak ada artinya apabila ternyata pada akhirnya penangkapan ikan akan marak lagi untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena itu kalangan yang menganut aliran konservasi keanekaragaman hayati ini sangat anti terhadap budidaya ikan kerapu yang pakannya juga bersumber dari alam. Di samping itu, kelompok pengikut aliran biodiversity conservation ini juga amat kritis terhadap pengembangan tambak yang mengkonversi mangrove. Hal ini karena mangrove dianggap sebagai tempat penting baik untuk pemijahan ikan, tempat hidupnya bebe- rapa spesies penting, dan secara ekologis memiliki fungsi penting dalam melindungi daratan dari gelombang pasang, tsunami, maupun intrusi air laut. Oleh karena itu kelompok ini mempunyai gagasan untuk menyelenggarakan sertifikasi atau eco- labeling usaha budidaya ikan untuk meyakinkan pasar bahwa usaha tersebut Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata.... 3
  • 4. tidak merusak lingkungan, seperti munculnya best aquaculture practice (BAP) dan sejumlah bentuk sertifikasi lainnya (Arif Satria, 2010). 2. Kawasan Minapolitan Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra- sentra produksi dan perdagangan komo- ditas kelautan dan perikanan, jasa perumahan dan kegiatan terkait lainnya. Kawasan Minapolitan berdasarkan turu- nan kawasan Agropolitan : adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengeloaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem mina- bisnis. Program Pengembangan Kawasan Minopolitan adadalah pembangunan eko- nomi berbasis perikanan di Kawasan Agribisnis, yang dirancang dan dilak- sanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh peme- rintah (Antara News, 2010). Kawasan Minapolitan diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan pere- konomian wilayah dalam sektor perikanan serta mampu mencukupi kebutuhan ikan dalam skala regional dan nasional. Dengan berdasarkan Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015 dan Misinya Mense- jahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Adapun Grand Strategy yang digunakan dalam pengembangan kawa- san minapolitan adalah (1) memperkuat kelembagaan dan SDM secara terinte- grasi, (2) mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, (3) meningkatkan produk-tivitas dan daya saing berbasis pengetahuan, dan (4) memperluas akses pasar domestik dan internasional. Sedangkan arah kebijakan budi- daya ikan adalah pengembangan produksi budidaya untuk peningkatan ekspor dengan fokus peningkatan daya saing melalui pengembangan dan penerapan teknologi yang super efisien dan ramah lingkungan, pengembangan produksi budidaya untuk peningkatan konsumsi ikan dalam negeri dengan fokus pening- katan dan penguatan komoditas spesifik daerah dan pengembangan kolam pekarangan masyarakat, serta pengen- dalian pemanfaatan sumberdaya peri- kanan budidaya dengan fokus pening- katan kepedulian masyarakat pembudi- daya ikan dalam pelestarian ekosistem sumberdaya perikanan budidaya. 3. Daya Tarik Wisata Minat Khusus Akhir-akhir ini dalam skala nasional maupun internasional telah berkembang satu jenis pariwisata yang dikenal dengan istilah pariwisata minat khusus (special interest tourism), yakni kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh sekelompok wisa- tawan karena mereka memiliki motivasi khusus atau tertarik dengan daya tarik yang khusus, seperti daya tarik budaya termasuk seni pertunjukan dan seni kerajinan (Hall, 1999). Perkembangan pariwisata minat khusus telah banyak didorong oleh adanya pergeseran tren perjalanan di tingkat global dimana semakin banyak orang ingin memperolah kebebasan dan keleluasaan di dalam melakukan perjalanan wisata, termasuk di dalam memilih objek dan daya tarik wisata serta menentukan jenis kegiatan wisata yang akan mereka lakukan. Wisata minat khusus sangat dipengaruhi oleh motivasi wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata. Pada dasarnya motivasi wisatawan dapat dikategorikan menjadi motivasi fisik, kultural, sosial dan spiritual. Motivasi fisik berkaitan dengan minat wisatawan untuk melakukan hal-hal yang bersifat fisik seperti wisata untuk tujuan kesehatan, penyegaran jiwa dan raga, serta kegiatan olah raga. Motivasi kultural berkaitan dengan minat wisatawan untuk mempelajari budaya bangsa atau kelompok masyarakat lain termasuk Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013 4
  • 5. kesenian (seni pertunjukan dan seni kerajinan), peninggalan bersejarah, bangunan kuno, upacara tradisional, dsb. Motivasi sosial berkaitan dengan membina hubungan antara manusia seperti mengunjungi sanak famili atau teman, mencari status dan pengakuan masya- rakat, serta hobi. Motivasi spiritual berkaitan dengan keagamaan seperti kegiatan ziarah, meditasi dan sejenisnya. Wisata minat khusus memiliki prospek yang sangat bagus, walaupun untuk memulainya bukan sesuatu yang mudah. Situasi pariwisata saat ini sedang mendukung ke arah itu karena banyak wisatawan yang sudah jenuh dengan objek atau daya tarik wisata umum, seperti taman bertema (theme park), candi, dan museum. Jadi pasar wisata minat khusus ini ada dan akan terus berkembang. Selain itu, keunikan dan keunggulan yang dimiliki oleh tempat atau lokasi wisata juga dapat menampung minat khusus wisatawan. 4. Pariwisata Bahari Pariwisata bahari sebagai salah satu bentuk wisata minat khusus memiliki beragam daya tarik dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan. Wisatawan mela- kukan kegiatan wisata bahari karena mereka memiliki motivasi untuk menikmati dan melakukan berbagai hal berbasis sumberdaya kelautan. Daya tarik wisata bahari antara lain meliputi pantai, laut, hasil laut, dan pemrosesan hasil laut. Sedangkan kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan oleh wisatawan antara lain meliputi berenang, berjemur, ber- santai, bermain olah raga pantai, dan menikmati masakan hasil laut. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus di Kabupaten Pacitan ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan didukung oleh data baik kuantitatif maupun kualitatif. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir dan lautan yang memiliki potensi pengembangan minapolitan, khususnya pada kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya di Kabupaten Pacitan. Data dikumpulkan dengan menggunakan bebe- rapa metode pengumpulan data, yaitu melalui pengamatan (observasi), wawan- cara, diskusi kelompok terarah dan studi dokumen. Data dianalisis dengan meng- gunakan Analisis Interaktif (Miles & Huberman, 1984). Teknik analisis interaktif memiliki tiga komponen, yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan ke- simpulan. Reduksi Data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyeder- hanaan, dan abstraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan berkaitan dengan pengembangan kawasan mina- politan sebagai daya tarik wisata dan pusat pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Pacitan. Data dari lapangan yang berupa hasil wawancara atau rangkuman data sekunder yang ditranskripsikan dalam bentuk laporan kemudian direduksi dan dipilih hal yang menonjol mengenai pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus di Kabupaten Pacitan. Dengan melakukan reduksi data, peneliti akan memperoleh data yang akurat, karena peneliti dapat mengecek apakah adakah data penelitian yang sama dengan yang diperoleh sebelumnya, sehingga dapat menghindari adanya ketum-pangtindihan (overlapping). Penya- jian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi dalam bentuk klasi- fikasi atau kategorisasi yang memung- kinkan penarikan kesimpulan penelitian mengenai pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus di Kabupaten Pacitan dapat dilakukan. Dalam hal ini display meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, keterkaitan kegi- atan, dan tabel yang terkait dengan pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata misata minat khusus di Kabupaten Pacitan. Penarikan Kesimpulan merupakan suatu pengor- ganisasian data yang telah terkumpul sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan akhir mengenai pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus di Kabupaten Pacitan. Dalam awal pengumpulan data, peneliti Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata.... 5
  • 6. berusaha memahami keteraturan, pola, pernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat dan proposisi-proposisi. Peneliti bersikap terbuka dan skeptis. Kesimpulan yang pada awalnya kurang jelas kemudian meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir baru dapat dibuat apabila seuruh proses pengumpulan data mengenai pengem- bangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus di Kabupaten Pacitan berakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Modal utama untuk mengem- bangkan pariwisata di suatu kawasan, termasuk di kawasan minapolitan Kabu- paten Pacitan, adalah atraksi atau daya tarik wisata. Daya tarik wisata yang terdapat di kawasan minapolitan Kabu- paten Pacitan, khususnya di kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya, berupa sua-sana pantai dan laut, potensi wisata boga, tempat pelelangan ikan dan sentra pengolahan hasil laut. Selain potensi tersebut pada dasarnya hampir seluruh sumberdaya pesisir dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. 1. Potensi Minapolitan Potensi minapolitan yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata minat khusus meliputi suasana pantai dan lautan, potensi boga, tempat pelelangan ikan, dan sentra pengolahan hasil laut. a. Suasana Pantai dan Lautan Pantai di sepanjang kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya memiliki pemandangan alam yang indah yang menawarkan suasana nyaman dengan udara segar. Formasi pantai yang membentuk semacam lengkungan menimbulkan tangkapan pandangan yang lain sehingga membuat lebih indah untuk dinikmati mata. Berdasarkan kondisi eksisting, kawasan pantai yang telah banyak dikunjungi wisatawan adalah Pantai Teleng Ria. Keberadaan pantai ini telah memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitarnya, baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun budaya. b. Potensi Boga Potensi boga atau kuliner merupakan salah satu alternatif untuk mendiver- sifikasi produk wisata utama yang terdapat di suatu destinasi pariwisata, termasuk produk wisata di kawasan minapolitan Kabupaten Pacitan. Di samping menjadi alternatif produk, wisata kuliner juga berfungsi sebagai penunjang daya tarik utama. Dalam kontek pengembangan wisata bahari di kawasan minapolitan, Kabupaten Pacitan memiliki potensi wisata boga yang apabila dikelola secara profe- sional akan menjadi daya tarik pendukung yang mampu memberikan kontribusi secara ekonomi, sosial dan budaya kepada masyarakat. Pengem- bangan wisata boga dapat menunjang pengembangan daya tarik wisata alam yang dapat dikombinasikan dengan daya tarik lainnya seperti daya tarik budaya, baik yang berupa warisan budaya, seni kerajinan, seni pertun- jukan dan daya tarik lainnya sehingga mampu menghidupkan kembali dan melestarikan budaya di kawasan tersebut. Potensi wisata boga berupa beberapa tempat makan (eating places) di kawasan pantai yang selama ini sudah ada perlu dibina dan dikembangkan agar daya tariknya semakin meningkat. Namun demikian, perlu diketahui bahwa sebenarnya wisata kuliner tidak hanya berkaitan dengan kegiatan makan dan minum yang dilakukan wisatawan. Wisata kuliner juga mencakup kegiatan pen- didikan, yakni mengajarkan kepada wisatawan tentang how to cook atau how to process the food and drink. Dengan demikian ada hal yang menarik selain hanya sekedar menik- mati makanan dan minumannya saja. Pada dasarnya wisata kuliner bertu- juan untuk memperkenalkan masakan (makanan dan minuman) tradisional sebagai salah satu wujud kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu daerah kepada wisatawan dari awal sampai akhir kunjungan. Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013 6
  • 7. c. Tempat Pelelangan Ikan Tempat pelelangan ikan yang terdapat di kawasan zona inti PPP Tamperan merupakan salah satu daya tatrik bagi wisatawan minat khusus. Hal yang paling menarik adalah pada saat terdapat pendaratan kapal yang baru datang dari mencari ikan. Kapal-kapal yang berhasil membawa hasil tang- kapan berupa ikan-ikan dengan ukuran yang cukup besar dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Namun demikian kendala penyajian suasana ini sebagai daya tarik wisata adalah seasonality atau sifatnya yang musiman karena tidak setiap hari terdapat kapal yang berlabuh dengan membawa ikan-ikan hasil tangkapan dari lautan lepas. Oleh karena itu diperlukan pemikiran untuk merekayasa daya tarik tersebut atau memberikan alternatif daya tarik lainnya yang dapat menciptakan karakteristik Pacitan sebagai kota ikan. d. Sentra Pengolahan Hasil Laut Sebagian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang terdapat di Kabupaten Pacitan memfokuskan usahanya pada pengolahan ikan. Produk hasil olahan berbahan dasar ikan tersebut dapat memberikan kontribusi kepada sektor pariwisata, utamanya dalam penyediaan oleh-oleh khas kota ikan. Di samping itu, apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik proses produksi atau pembuatan produk olahan berbahan dasar ikan tersebut juga dapat menjadi daya tarik wisata. Beberapa sentra pengolahan hasil laut, khususnya ikan, yang terdapat di Kota Pacitan antara lain adalah UMKM Bina Makmur, Aroma dan Rizqi. 2. Fasilitas Pengembangan Mina- politan Sebagai Daya Tarik Wisata Fasilitas yang pada saat ini tersedia untuk mendukung pengembangan pariwisata, khususnya wisata bahari di Kabupaten Pacitan yang ada pada saat ini cukup baik, meskipun belum optimal. Fasilitas pendukung tersebut antara lain terdiri atas akomodasi (hotel), biro perjalanan wisata, pusat informasi pariwisata, pusat penjualan cenderamata, pusat jajan (makanan dan minuman), dan pusat rekreasi. Meskipun dalam hal kualitas sebagian fasilitas tersebut masih relatif kurang, namun setidaknya keberadaan fasilitas tersebut telah dapat membantu menciptakan iklim wisata yang kondusif. Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata.... 7
  • 8. Tabel 1: Sarana Penunjang Pariwisata di Kabupaten Pacitan. No Jenis Usaha Jasa Jumlah 1. Hotel 11 2. Rumah Makan 52 3. Catering 8 4. Gelanggang Seni dan Olah Raga 5 5. Pemancingan 1 6. Warnet 5 7. Biro Perjalanan Wisata 2 8. Usaha Jasa Titipan 2 9. Toserba 5 10. Pusat Jajanan Khas 3 11. Apotek 7 12. Pusat Cenderamata 3 13. Bank 4 14. Sewa Kendaraan 2 15. Pusat Kebugaran 2 16. Panti Pijat - 17. Café 2 18. Salon Kecantikan 6 19. Barber Shop 16 20. Desa Wisata / Pondok Wisata 2 21. Rekreasi dan Hiburan Umum 4 22. Pemandian Alam 1 23. Rekreasi Air 1 24. Gelanggang Renang 2 25. Lapangan Tenis 3 26. Bilyard 3 Sumber: Disbudparpora Kabupaten Pacitan (2010). Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013 8
  • 9. Tabel 2: Banyaknya Hotel Menurut Jumlah Kamar, Kapasitas Tempat Tidur dan Tenaga Kerja. No Jenis Usaha Jasa Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tenaga Kerja 1. Hotel Remaja Jl. A. yani 67 Pacitan 41 82 7 2. Hotel Bali Asri Jl. A. yani 69 Pacitan 30 60 11 3. Hotel Wisata Jl. P. Sudirman 45 Pacitan 27 48 12 4. Hotel Sidomulyo Jl. P. Sudirman 31 Pacitan 19 38 6 5. Hotel Wijaya Jl. P. Sudirman 41 Pacitan 15 30 4 6. Hotel Purna Yudha Kec. Nawangan Pacitan 11 21 4 7. Happy Bay Beach Bungalow Kel. Sidoharjo Pacitan 13 17 4 8. Hotel Permata Jl. Gatot Subroto 26 Pacitan 41 66 21 9. Hotel Srikandi Jl. A. Yani 67A Pacitan 20 29 14 10. Hotel Minang Permai Jl. Gatot Subroto 37 Pacitan 13 20 5 11. Hotel Graha Prima Jl. Raya Solo Pacitan 23 31 16 12. Hotel Surya Dharma Jl. Raya Lorok Pacitan 24 27 16 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2010. Tabel 3: Banyaknya Biro Perjalanan Wisata (BPW) di Kabupaten Pacitan. No Nama Biro Perjalanan Wisata Alamat 1. Alfath Duta Tours and Travel Jl. A. yani 67 Pacitan 2. Enggal Tours and Travel Jl. Gatot Subroto 34 Pacitan 3. Marga Jaya Tours and Travel Jl. Gajah Mada Gg. I Pacitan Jl. Agus Salim Gg. II Pacitan 4. Purwo Widodo Jl. Lorok Desa Cokrokembang Ngadirojo Pacitan 5. Aneka Jaya Tours and Travel Jl. Gatot Subroto 37 Pacitan Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata.... 9
  • 10. 3. Faktor Pendorong Pengembangan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus Faktor pendorong pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus meliputi komitmen Pemerintah Kabupaten Pacitan yang cukup tinggi, partisipasi masyarakat yang relatif baik, adanya kebijakan dan Program Pemerintah Pusat Melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang mendu- kung pengembangan pariwisata di Kabupaten Pacitan, partisipasi yang baik dari pihak swasta, dan posisi strategis Kabupaten Pacitan dengan adanya pengembangan Jalur Lintas Selatan (JLS). a. Komitmen Pemerintah Kabupaten Pacitan Dalam upaya mengoptimalkan peman- faatan sumber daya alam di wilayah pesisir, Pemerintah Kabupaten Pacitan melalui beberapa dinas teknis, khususnya Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, telah memberikan perhatian dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan wisata bahari. Hal ini dapat dilihat dari beberapa program/ kegiatan baik yang telah, sedang maupun yang akan dilaksanakan oleh dinas teknis tersebut. b. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat dalam men- dorong pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata antara lain dapat dilihat dari keikut- sertaan mereka dalam menyediakan berbagai produk dan jasa terkait, seperti penjualan cendera mata, penjualan makanan dan minuman, serta pengolahan ikan. Di samping peran serta langsung, terdapat juga peran serta yang tidak langsung dalam bentuk kesadaran masyarakat sekitar untuk menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan kawasan. c. Kebijakan dan Program Pemerintah Pusat Melalui Kementerian Kebu- dayaan dan Pariwisata Dalam rangka mengotimalkan pemanfaatan sumber daya alam melalui pembangunan pariwisata, Pemerintah telah merumuskan kebijakan dan program yang sesuai dengan karakteristik sumber daya alam masing-masing daerah. Secara riil kebijakan dan program tersebut telah dijabarkan menjadi kegiatan- kegiatan yang bersifat implementatif agar manfaatnya dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat. Kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwi- sata antara lain adalah pemberian bantuan untuk pengembangan desa wisata yang merupakan pusat kerajinan gerabah di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung untuk mem- produksi gerabah seni dan hasilnya dipasarkan untuk mendukung diversi- fikasi cinderamata di lokasi daya tarik wisata bahari, seperti di pantai Teleng Ria. d. Partisipasi Pihak Swasta Pengembangan pariwisata memer- lukan partisipasi dan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat dan swasta. Bahkan, pihak swasta seperti hotel, restoran/ rumah makan, biro perjalanan wisata, serta pengusaha jasa terkait lainnya, memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan pariwisata. Tanpa kehadiran dan peran serta pihak swasta, pariwisata akan sulit untuk berkembang karena tidak mungkin pemerintah akan menangani seluruh usaha yang berkaitan dengan jasa atau pelayanan di bidang pariwisata. Namun demikian, hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa peran pihak swasta tersebut harus disinergikan secara tepat dan solid dengan pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu perusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata perlu mengakomodasi peran serta masyarakat sekitarnya, dan bahkan dalam kapasitas tertentu pihak perusahaan perlu memberikan coorpo- rate sosial responsibility (CSR) sebagai kompensasi dari kegiatan bisnis yang mereka jalankan. Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013 10
  • 11. e. Posisi Strategis Kabupaten Pacitan Lokasi Kabupaten Pacitan yang berada di pesisir pantai selatan Jawa Timur bagian barat daya merupakan lokasi yang strategis. Meskipun letak Ibu Kota Kabupaten Pacitan cukup jauh dari pusat pemerintahan dan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya), yakni sekitar 250 Km, namun letak Kabupaten Pacitan di pantai selatan Jawa di mana juga terdapat Jalur Lintas Selatan (JLS) dengan kelas jalan nasional dan merupakan jalur utama yang mem- punyai potensi mobilitas cukup tinggi akan memberikan nilai tambah yang signifikan kepada pengem-bangan perekonomian daerah. Kondisi terse- but menjadikan Kabupaten Pacitan mempunyai posisi yang strategis untuk menjadi tempat persinggahan para pengguna jalan, khususnya yang menggunakan Jalur Lintas Selatan (JLS). 4. Faktor Penghambat Pengembangan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata Faktor penghambat pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Pacitan meliputi terbatasnya aksessibilitas dan sarana pendukung, terbatasnya dana pengembangan, integrasi program pengembangan minapolitan dengan program pengembangan pariwisata masih relatif terbatas, karakter laut dengan gelombang tinggi, dan belum adanya rencana induk atau masterplan pengembangan kawasan minapolitan. a. Terbatasnya aksessibilitas dan sarana pendukung Akses menuju Pacitan dari arah Yogyakarta dan Surakarta mengalami kerusakan di beberapa ruas. Sedang- kan akses dari Madiun dan sekitarnya terkendala oleh seringnya terjadi kelongsoran. Demikian pula sarana pendukung masih terbatas. Kebera- daan pusat informasi pariwisata (TIC) perlu dilengkapi dengan fasilitas interpretasi untuk memberikan penje- lasan yang memadai kepada wisatawan untuk bersikap ramah lingkungan dengan menyediakan interpretation board yang memadai. b. Terbatasnya dana pengembangan Dana pengembangan wisata bahari dalam rangka pemanfaatan potensi minapolitan masih terbatas antara lain dikarenakan masih terdapat banyak sektor pariwisata lainnya yang harus dikembangkan, termasuk jenis-jenis wisata minat khusus lainnya yang sesuai dengan karakteristik sumber daya wilayah. Mengenai pengem- bangan minapolitan secara umum anggaran atau budget lokal untuk pengembangan minapolitan kurang mencukupi. Oleh karena itu diperlukan dukungan dana APBN, yang antara lain akan digunakan untuk memper- luas lahan reklamasi alias pemekaran wilayah Pelabuhan Tamperan seluas dua hektare di lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan agar mampu mengoptimalkan pengolahan ikan. Hasil tangkapan para nelayan akan diproses minimal setengah jadi, kemudian baru didistribusikan ke luar daerah. Kegiatan ini diharapkan akan meningkatkan ekonomi warga di bidang perikanan. Namun, untuk merealisasikan kawasan minapolitan tersebut diperlukan waktu yang cukup lama, setidaknya lima tahun, dan pembangunannya akan dilakukan secara bertahap. Itu seuai dengan besaran bantuan dana dari pemerintah pusat. c. Integrasi program pengembangan minapolitan dengan program pengembangan pariwisata masih relatif terbatas Hal ini dapat dilihat dari beberapa program yang dipaparkan oleh lembaga terkait. Sebagai contoh, dalam upaya pemecahan masalah minapolitan dengan memanfaatkan alokasi anggaran berbagai kemen- terian dan daerah, lembaga yang secara eksplisit terlibat adalah kementerian dan dinas yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan, pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral (ESDM), perdagangan, Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata.... 11
  • 12. UKM, perindustrian, dan perhubungan. Positioning pariwisata dalam pemba- ngunan minapolitan masih tergolong tidak dominan dan kurang signifikan. d. Karakter laut dengan gelombang tinggi Pantai di kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya memiliki karakter gelombang yang tinggi sehingga tidak mudah untuk mengembangkan kegiatan wisata bahari yang diversifikatif. Karena gelombang yang tinggi, beberapa kegiatan wisata bahari tidak tepat untuk dilakukan. e. Belum adanya rencana induk atau masterplan pengembangan kawa- san minapolitan Untuk mengembangkan kawasan minapolitan diperlukan suatu rencana induk di mana di dalamnya terdapat juga unsur pengembangan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus. Masterplan berisi semua rumusan perencanaan tentang hal-hal yang akan dilaksanakan dalam mengembangkan kawasan minapo- litan, baik perencanaan hal-hal fisik maupun non-fisik. Oleh karena itu, tanpa masterplan sulit mengharapkan bantuan penyediaan infrastruktur untuk menopang minapolitan. KESIMPULAN Pada dasarnya Kabupaten Pacitan, khususnya kawasan zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya yang dikem- bangkan sebagai bagian dari kawasan minapolitan, memiliki potensi menjadi daya tarik wisata yang dapat berperan sebagai alternatif sumber pendapatan, baik bagi masyarakat setempat, pihak swasta maupun bagi Pemerintah Kabupaten Pacitan. Agar pengembangan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata di wilayah tersebut dapat berkelanjutan, diperlukan peningkatan fasilitas atau sarana prasarana yang mendorong pembangunan kawasan minapolitan sebagai daya tarik wisata minat khusus. Ucapan Terima Kasih Tim peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik (BALITBANGTIK) Kabupaten Pacitan yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan serta memfasilitasi dana penelitian melalui APBD Kabupaten Pacitan Tahun Anggaran 2011 sehingga penelitian mengenai “Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata Dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Daerah” dapat diselenggarakan dengan baik, dan hasilnya antara lain telah kami rangkum dalam artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Arif Satria, 2010, Minapolitan dan Minapolitik, Jakarta (ANTARA News), http://www.antaranews.com/berita/ 1269867347/minapolitan-dan- minapolitik Antara News, 2010, Target 200 Kawasan Minapolitan http://www.indonesiaeximbank.go.i d/Publikasi/LiputanMedia/tabid/82/ newsid424/567/Default.aspx Antara News, 2010, "Minapolitan" Untuk Memerangi Kemiskinan" http://www.antaranews.com/berita/ 1270538323/minapolitan-untuk- memerangi-kemiskinan. Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kabupaten Pacitan, 2008, Penelitian Pemberdayaan UMK Bagi Masyarakat Nelayan Guna Mendukung Pengembangan Wilayah Pesisir Di Kabupaten Pacitan. Dahuri, Rokhmin, dkk, 2008, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu, Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013 12
  • 13. Hall, C. M. 1999. Special interest tourism. Melbourne: Longman. Purnomowati. 2003 : Menuju Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat. Makalah disampaikan pada Pelatihan ICZPM. Kerjasama PKSPL-IPB dengan Ditjen P3K, DKP. Bogor. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah. Peraturan Menteri Kalautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata.... 13