Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
OBAT ANTIEMETIS UNTUK KEHAMILAN
1. Pemakaian obat anti mual dan muntah selama kehamilan dan laktasi
Pendahuluan :
Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena
risiko tidak hanya pada si ibu saja melainkan juga pada janin yang dikandungnya. Mengingat
risiko yang dikhawatirkan adalah kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nanti, baik berupa
cacat fisik maupun cacat mental. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah manfaat dari
penggunaan obat lebih besar dari pada risikonya, sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat
dengan selamat. Tidak ada obat yang secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa
kehamilan. Efek teratogenik tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja (malformasi), tetapi
juga pertumbuhan yang terganggu, karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis.
Berikut akan dibahas obat antiemetik yang dianjurkan maupun dihindari selama
kehamilan. Disamping tujuan terapi (farmakodinamik dan farmakokinetik) dapat tercapai, begitu
juga dengan efek samping pada obat dapat ditekan semaksimal mungkin.
Tinjauan Pustaka :
Pada kehamilan dini, mual dan muntah sangat sering terjadi bahkan memiliki peranan
fisiologis untuk mendorong ibu hamil makan lebih banyak (Hukley, 2000). Pada kehamilan
tanpa mual, risiko terjadinya abortus spontan atau partus prematurus lebih tinggi (Beischer et al,
1997). Pendekatan non farmakologis pada masalah ini biasanya lebih disukai daripada
penggunaan obat-obatan. Kerap kali ibu hamil akan merasakan manfaatnya jika kekhawatirannya
ditentramkan dengan penjelasan bahwa masalahnya itu jarang berlangsung lebih dari usia
kehamilan 12 hingga 14 minggu ini diakibatkan naiknya HCG (Human Chorion-Gonadotropin).
Maka dari itu sedapat mungkin jangan diobati agar tidak menganggu perkembangan organ-organ
janin.
2. Farmakokinetik dan farmakodinamik obat antiemetik :
1. Farmakokinetik dan Farmakodinamik (Antagonis histamin atau H1)
Antagonis H1 biasanya diabsorpsi dengan baik disaluran cerna. Setelah pemberian oral,
kadar puncak plasma dicapai dalam 2-3 jam dan efeknya berakhir 4-6 jam. Walaupun
demikian, ada beberapa obat yang kerjanya lebih lama, misal klesmastin, setirizin,
terfenadin (12-14 jam), sedangkan astemizol 24 jam.
a. Nama Obat : Silklizin (Marzine, Migril)
Mulai kerjanya cepat bertahan 4-6 jam. Terutama digunakan sebagai obat
antiemetis dan pencegah mabuk jalan. Tetapi pada manusia efek teratogennya
belum pernah terbukti dan di kebanyakan Negara masih di pasarkan. Meskipun
demikian obat ini jangan deberikan pada wanita hamil, terutama pada trimester
pertama.
Dosis: mabuk jalan 1 jam sebelum berangkat 50 mg, bila perlu 3 x sehari,
pada mual dan muntah 3-4 dd 50 mg, anak-anak 6-13 tahun 3 dd 25 mg.
b. Nama Obat : Meklizin
Mulai kerjanya 4-6 jam. Dengan efek relatif sedasi ringan dan antimotion
sickness serta sebagai obat antiemetis. Dapat membawa peningkatan risiko
palatokizis atau defek pada mata yang bersifat kongenital. Meklizin baru berkerja
setelah 1-2 jam, tetapi efeknya lebih lama, antara 12 dan 24 jam.
Dosis : Pada mual dan muntah 1 dd 12,5-25 mg.
c. Nama Obat : Proklorperazin
Proklorperazin bekerja dalam waktu 10-20 menit setelah disuntikkan
intramuskuler, dan kerja antiemetiknya ini berlangsung selama 12 jam. Fenotiazin
akan melintasi plasenta dan dapat menimbulkan kelainan gerakan pada neonatus.
Obat-obat ini dieliminasi melalui metabolisme dalam hati dan ekskresi oleh ginjal.
Fenotiazin memasuki ASI dalam jumlah yang kecil dan gejala mengantuk pada
bayi sudah pernah dilaporkan. Penelitian binatang menunjukkan bahwa pemberian
fenotiazin bervariasi dari 2 hingga 30 jam. Ini berarti, dengan pemberian yang
berkali-kali fenotiazin akan bertumpyk dalam tubuh sebagian orang tetapi tidak
3. dalam tubuh sebagian lainnya. Juga terdapat variasi diurnal pada konsentrasinya
dalam plasma.
Dosis : 2 dd 25 mg rektal.
d. Nama Obat : Piridoksin
Pemberian Piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek
farmakodinamik yang nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/KgBB menyebabkan
kejang dan kematian pada hewan percobaan tetapi dosis kurang dari ini umumnya
tidak menimbulkan efek yang jelas. Piridoksal posfat dalam tubuh merupakan
koenzim yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam amino
diantaranya dekarboksilasi, transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam-asam
amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida. Farmakokinetik obat piridoksin,
piridoksal, dan piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit
terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui
urine terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal.
Dosis : dosis terapi untuk kekurangan vitamin 25-100 mg/hari, Isoniazid
terapi profilaksis 20-25 mg/hari, peripheral neuritis 50-200 mg/hari.
Maintenance : Pada laki-laki 2 mg/hari, wanita 1,6 mg/hari, ibu hamil 2,1
mg/hari, ibu menyusui 2,2 mg/hari.
Kategori dalam kehamilan : A (C jika dosis melebihi RDA) kondisi
kekurangan neuritis, kejang-kejang, dermatitis, anemia, lymphopenia.
Efek samping : nyeri kepala, mual, somnolen, dosis tinggi menyebabkan
neuropathy sensorik (parestesia, unstable gait, clumsiness of hands).
Kontraindikasi : dihindarkan pada pasien yang mendapat levodopa,
terapi IV pada pasien jantung, perhatian megadosis pada kehamilan.
e. Nama obat : Prometazin
Mungkin berkaitan dengan tingginya insidensi dislokasi panggul bawaan dan
masuk kategori C pada kehamilan. Efek : antihistamin, meredakan batuk,
antiemetik, sedativ, hipnotik. Penggunaan : obat batuk, obat kombinasi untuk
sindrom parkinson, mencegah mual danmabuk perjalanan
Efek samping : mengantuk
4. f. Rekomendasi :
Jika gejala pada umumnya tidak hebat dan hilang sendiri jangan diobati agar tidak
menganggu pertumbuhan dan perkembangan si janin. Jika pada kasus ini, terjadi emetic
yang hebat harus dikonsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penggunaan dosis yang
tepat, agar tidak menganggu tumbuh kembang janin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staff pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI. Kumpulan Kuliah Farmakologi
edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 133 diakses 01 Oktober 2012 pukul
18.15 – Google books.
2. Jordan, Sue. Farmakologi Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 136
diakses 01 Oktober 2012 pukul 18.26-Google books.
3. Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Elex media
Komputindo. Hal 283 diakses 01 Oktober 2012 pukul 19.06-Google books.
4. Dewoto, HR. 2007. Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi dan Terapi edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Percetakan Gaya Baru. Jakarta. Hal 769-92.
5. Dewoto, HR dan Wardhini S. 2007. Antanemia Defisiensi dan Eritropoetin dalam
Farmakologi dan Terapeutik edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Kedokteran Universitas Indonesia. Percetakan Gaya Baru. Hal 800-2.