1. Psikologi Organisasi dan Industri
Kondisi Kerja dan
Psikologi Kerekayasaan
Kelompok 4
Bab 4
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Fakultas Psikologi
Ashar Sunyoto Munandar
3. Pengantar
Lingkungan kerja dianggap sesuatu yang terberikan, tidak berubah, yang
menuntut berbagai persyaratan tertentu dari tenaga kerja. Dalam hal
seleksi, pekerjaan menuntut keterampilan tertentu yang harus dimiliki
tenaga kerja.
Psikologi kerekayasaan
Kerekayasaan faktor manusia
Kerekayasaan manusia
Ergonomika
Psikoteknologi
Psikologi eksperimen terapan
Ancangan ini dikenal sebagai :
Kerekayasaan faktor-faktor
manusia menarik sumbangan
sebagian ilmu manusia seperti
Anatomi, Antropometri, Fisiologi
terapan, dan Kesehatan
lingkungan
4. Pendahulu Kerekayasaan Manusia
Menurut Frederick W Taylor,
yang menekankan efisiensi
dalam melakukan tugas
pekerjaan, yang membuat
berbagai macam peralatan yang
disesuaikan dengan bentuk dan
berfungsinya anggota badan
merupakan pendahulu dari
psikologi rekayasaan.
Menurut Gilberth dengan therblig-
nya (simbol-simbol dari berbagai
macam gerak) yang diciptakan
dalam rangka kajian atau analisis
waktu dan gerak (time and montion
analysis). Melalui analisis waktu
dan gerak Gilberth dan rekan-rekan
nya sampal pada penyederhanaan
kerja dan pembakuan kerja (work
simplification and work
standarization).
Manajemen Ilmiah Analisi Waktu
dan gerak
5. Kondisi Kerja
Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir diluar
gedung, sampai jumlah cahaya atau suara, meja kerja dan ruang kerja
seorang tenaga kerja di kota besar di Indonesia seperti Jakarta, misalnya :
Kondisi Fisik Kerja
1.
Tempat parkir sempit, membuat kejengkelan tenaga kerja
Lokasi kerja, lamanya perjalanan membuat lelah sebelum bekerja
Rancangan kantor juga memberikan pengaruh ( contoh : pemandangan
alam ; keleluasaan pribadi )
Terdapat faktor yang lebih spesifik selain masalah diatas yaitu :
Penerangan atau iluminasi : ditribusi cahaya ; membutuhkan kadar
cahaya tertentu (didalam ruangan kantor atau kamar) agar membuat
pekerja menjadi teliti dan memiliki kejelian mata .
6. Schultz (1982) menganjurkan untuk memberikan iluminasi yang uniform pada
daerah kerja untuk menghindari silau. Dapat dilakukan dengan menggunakan
penerangan yang tidak langsung (agar cahaya tidak langsung terkena mata ).
Warna : Penggunaan warna atau kombinasi warna yang tepat dapat
meningkatkan produksi, menurunkan kecelakaan dan kesalahan, dan
meningkatkan semangat kerja. Warna tidak memiliki makna dalam pekerjaan
sesuai penelitian tetapi warna dapat digunakan sebagai :
Alat sandi atau sebagai pencipta kontras warna misalnya alat pemadam
kebakaran berwarna warna dan peralatan pertolongan pertama
berwarna hijau.
Upaya menghindaris timbulnya ketegangan mata.
Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan
kerja yang memiliki efek psikologis.
7. Bising : Bunyi atau suara yang tidak diinginkan (suara keramaian dari lalu
lintas,suara mesin, kerasnya suara radio/ TV dll), suara yang menganggu,
membuat kita mudah marah,membuat gelisah bahkan bisa membuat kita
menjadi tuna rungu.
McCormick (1970) membedakan antara tuna rungu syaraf dan tuna rungu konduksi
Pengurangan normal pendengaran pada proses menua biasanya merupakan tuna
rungu syaraf. Tuna rungu syaraf jarang dapat disembuhkan . Berbeda dengan Tuna
rungu konduksi yang merupakan tuna rungu sementara. Satuan menghitung
ukuran bising adalah disabel. Tingkat disabel tertentu yang dapat menghilangkan
pendengaran secara sementara bahkan secara permanen.
Akibat dari tingkat kebinsingan tinggi ialah :
Timbulnya perubahan fisiologis
(perubahan detak jantung)
Adanya dampak Psikologis
(agresif,cepat jengkel)
8. Bising lainnya yang memiliki potensi mengganggu ialah kekenalan (familiarity),
nada dan keharusan adanya bising dalam pekerjaan. Setelah mempelajari
sejumlah penelitian tentang bising. McCormick meyimpulkan terdapat bukti
bahwa bising :
Menghasilkan penurunan pada prestasi kerja
Tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja
Menghasilkan peningkatan prestasi kerja
Cara melakukan pengurangan tingkat kebisingan :
Mengurangi bunyi mesin, membuat mesin yang lebih halus suaranya
Memasang dinding yang kedap suara
Menggunakan alat pelindung pendengaran (ear plugs/kapas penutup telinga)
9. Musik Dalam Bekerja : Musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada
pekerjaan yang sederhana, rutin dan menonton. Namun bagi pekerjaan yang
lebih majemuk dan memiliki konsentrasi yang tinggi, musik menjadi suara
yang bising dan mengganggu. Jenis musik yang baik untuk didengarkan saat
bekerja belum ditemukan dalam penelitian tetapi jenis musik klasik kurang
baik dan pada umumnya musik ringan seperti instrumen yang sering
digunakan sebagai penggiring kerja.
Suyatno (1985) musik penggiring kerja harus dipandu oleh pertimbangan :
Harus menciptakan suasan akustik (menguntungkan pada pikiran)
1.
Musik akan bernilai pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan
pekerjaan lain yang memerlukan sedikit kegiatan mental
2.
Musik tidak akan bernilai jika suara atau bunyi lain yang cukup keras
3.
Musik bernada meriah (membangkitkan gairah ditengah hari)
4.
Tempo musik tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat.
5.
10. Jam Kerja : Jumlah jam kerja dalam satu minggu di Indonesia pada
umumnya 40 jam. 40 jam kerja ini ada yang dibagi menjadi 6 hari kerja
atau 5 hari kerja ( setiap hari kerja bekerja selama 8 jam). Meskipun
bekerja 40 jam per minggu diterima sebagai standar jumlah jam kerja di
seluruh dunia bukan berarti itu merupakan jumlah jam yang paling tepat.
2. Kondisi Lama Waktu Kerja
Terdapat perbedaan antarjumlah jam kerja nominal (ditetapkan oleh
peraturan) dengan jumlah jam kerja aktual (ditetapkan oleh tenaga kerja).
Adanya hubungan yang menarik dengan jam kerja aktual dan nominal. Jika
jam kerja nominal ditambah maka jam kerja aktual menurun.
Akibat dari tambahan jam kerja nominal ialah naiknya angka kecelakaan,
sakit dan absensi. Dengan demikian para pekerja kurang produktif pada
minggu kerja.
11. Kerja Paro-waktu Tetap : Adanya kecenderungan dari tenaga kerja , yang
makin lama makin meningkat, untuk bekerja sebagai paro-waktu tetap
(permanent part-time employees). Menurut SChultz (1982)
mempekerjakan paro-waktu menarik bagi :
Orang yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga.
1.
Orang yang cacat jasmaniah, yang menghadapi masalah mobilitas
(pulang-pergi dari tempat kerja)
2.
Orang yang sedang mengalami krisis usia tengah baya.
3.
Orang yang memang tidak bersedia bekerja selama 40 jam perminggu di
kantor atau pabrik.
4.
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah : mereka tenaga kerja muda,
mereka yang telah menjalani pensiun bahkan pegawai negri yang akan
bekerja paruh waktu setelah selesai jam kerja kantornya (memiliki usaha
dagang kecil)
12. Empat Hari Minggu Kerja : Pertengahan tahun 1970-an banyak pabrik,
kantor dan badan pemerintah di Amerika Serikat mengubah jumlah hari
kerja per minggu menjadi 4 hari kerja per minggu. Dengan 4 hari kerja per
minggu mereka mengharapkan akan terjadi peningkatan pada produktivitas
dan efisiensi pekerjaan dan pengurangan absensi. Hasilnya dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan penerapan ini pada kebanyakan
kasus (perusahaan) merupakan keberhasilan namun bukan tanpa kritikan.
Adanya tanda yang menunjukkan adanya sedikit penurunan dari terapan
tersebut dan digantikan dengan pengaturan waktu kerja lain yaitu jam kerja
lentur.
Jam Kerja Lentur : Sejak 1960-an di Jerman Barat terjadi satu perubahan
radikal dalam penjadwalan kerja. Para tenaga Kerja dibiarkan menentukan
sendiri pada jam berapa merka ingin mulai kerja dan pada jam berapa
mereka ingin pulang.
13. Ternyata penerapan jam kerja lentur berhasil dan menguntungkan. Kemacetan
lalu-lintas pada jam-jam sibuk jauh berkurang, malah pada kasus tertentu sudah
tidak menjadi masalah lagi. Para pekerja datang ke tempat kerja dengan
perasaan lebih tenang dan dapat mulai bekerja.
Hasil penelitian jadwal jam kerja lentur menunjukkan keuntungan :
Produktivitas meningkat hampir separuh
1.
Angka absensi berkurang lebih dari 75%
2.
Keterlambatan datang berkurang pada 84%
3.
Angka keluar-masuk tenaga kerja berkurang lebih dari 50%
4.
Semangat kerja tenaga kerja meningkat.
5.
Para tenaga kerja juga mengemukakan ciri yang mereka sukai dari sistem ini :
Rasa bebas
1.
Memiliki waktu untuk berbelanja
2.
Lebih mudah pulang-pergi bekerja
3.
dapat menumpuk cuti
4.
5. memiliki rasa tanggung jawab
6. mempunyai waktu untuk hobi
dll.
14. Suatu masukan memasuki titik tertentu,
membuat suatu mekanisme kendali
bekerja, dan terjadilah suatu kegiatan
tertentu. Misalnya sistem alat
pengaman kebakaran (overhead
sprinkler systems) yang biasa ditemui di
gedung bertingkat. Tetapi sistem ini
harus dihentikan oleh pihak luar. Sistem
ini sederhana dan tidak mengatur.
Sistem Mesin-Manusia
Sistem mesin manusia merupakan sistem dimana kedua komponen harus
bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan (masing-masing komponenn tidak
berarti tanpa adanya komponen lainnya = berkaitan). Terdapat 2 macam Sistem
mesin manusia yaitu :
Sistem ikal-tertutup, sebaliknya,
merupakan sistem yang dapat mengatur
diri sendiri. Misalnya ruangan dengan
sistem pendingin (AC) dengan alat
termostat (alat termostat membuat alat
pendingin berhenti bekerja).
Manusia merupakan sistem ikal-tertutup
yang dapat diri sendiri. Sistem mesin-
manusia yang ber-ikal tertutup lebih efisien
daripada sistem ber-ikal terbuka.
sistem ber-ikal
terbuka
sistem ber-ikal
tertutup
16. Schultz (1982) memberikan tiga prinsip umum dalam rancangan ruang
kerja :
Semua bahan, peralatan dan persediaan harus terletak berurutan
(sesuai)
Alat-alat harus diletakkan sedemikian rupa (siap)
Semua suku cadang dan alat-alat harus berada dalam jarak yang
mudah dan menyenangkan.
Sitem mesin-manusia berlangsung dalam suatu lingkungan (sosial atau
fisik), tidak dapat berlangsung secara terisolasi.
Banyak hal yang sebelumnya dilakukan oleh manusia yang telah diambil
alih oleh mesin, contoh : robot. Tetapi peran manusia tidak dapat
sepenuhnya diganti oleh mesin.
17. Penyajian Informasi
Alat indra yang paling banyak digunakan selama tenaga kerja ialah alat
indra penglihatan dan alat indra pendengaran. Dalam merancang
konstruksi mesin, yang pengaruhnya besar terhadap efisiensi kerja, ialah
keputusan yang harus diambil tentang peraga pelinghatan atau
pendengaran sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia.
Saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung pada :
a) Jenis informasi yang harus dialihkan
b) Dengan cara bagaimana informasi akan digunakan
c) Lokasi dari tenaga kerja
d) Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi
e) Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat kuping dan mata)
18. Chapanis (1976) mengemukakan bahwa pada umumnya alat-alat komunikasi visual
sesuai untuk digunakan jika :
Pesan yang disampaikan adalah pesan yang majemuk atau abstrak, atau
mengandung istilah teknikal atau ilmiah
Pesan yang harus disampaikan adalah panjang
Pesan kelak perlu diacu (perlu digunakan lagi di kemudian hari)
Pesan berkaitan dengan orientasi ruang atau dengan lokasi dari titik ruang
Kondisi suatu sistem harus dibandingkan dengan sesuatu garis dasar atau kondisi
operasi normal
Tidak adanya keadaan yang mendesak dalam menyampaikan pesan
Saluran - saluran audio/pendengaran yang ada telah terlalu besar bebannya
Lingkungan audio tidak sesuai untuk menyampaikan komunikasi secara auditif
Pekerjaan operator memungkinkan dia untuk tetap berada di satu tempat
Keluaran mesin atau sistem terdiri dari berbagai macam informasi
19. Chapenis membuat daftar tentang alat - alat komunikasi auditif yang tepat untuk
digunakan, yaitu jika :
Pesan sederhana dan tidak majemuk
Pesan yang lurus disampaikan pendek
Kecepatan penyampaian penting
Pesan tidak perlu diacu kembali di kemudian hari
Pesan berkaitan dengan waktu kejadian atau dengan waktu tertentu
Saluran - saluran komunikasi visual sedang terlalu besar bebannya
Lingkungan tidak sesuai untuk menerima pesan - pesan visual
Operator harus banyak bergerak
Ada kemungkinan bahwa operator dapat terkena anoksia
Masalahnya, ialah mendeteksi suatu tanda dalam situasi yang bising
Informasi yang disampaikan melalui peraga visual atau peraga auditory perlu diusahakan
untuk disampaikan dalam bentuk yang mudah diterima dengan tepat. Banyak penelitian
tentang peraga visual; dan auditory. Peraga visual kuantitatif digunakan jika informasinya
harus ditangkap dengan cermat dan tepat. Peraga visual diperlukan hanya untuk check
reading saja, guna mendapatkan keterangan ‘aman’ atau ‘tidak aman’. untuk keperluan ini
tidak diperlukan cakra angka, cukup dengan ‘lampu peringatan’ saja atau penunjuk ‘umum’.
20. Fungsi-Fungsi Kendali
Dalam merancang alat kendali yang tepat perlu diperhatikan
beberapa hal seperti :
Mencocokkan alat kendali dengan anggota tubuh (tangan kaki)
jangan sampai ada yang bebannya terlalu besar
Mencocokkan alat kendali dengan gerakan
Mencocokkan alat kendali dengan lingkungan kerjanya
Memperhatikan population sterotypes, dugaan manusia
tentang arah gerak sesuai dengan kebiasaan yang dialami.
21. KONDISI KERJA DAN PSIKOLOGI
KEREKAYASAAN
Pengantar
Pendahulu Psikologi
Kerekayasaan
Kondisi Kerja Sistem mesin-manusia
Kerekayasaan
faktor-faktor
manusia
Ergonomics
Psikologi
Kerekayasaan
Kondisi lama waktu kerja
Kondisi Fisik Kerja
Kondisi kerja
Manajemen
ilmiah
Analisis waktu
dan ruang
olahan
mengoperasikan dan
mengendalikan
masukan
peraga visual
dan auditif
(illuminasi, warna, bising,
musik dalam bekerja)
( Jam kerja, Kerja paro-waktu
tetap, 4 hari minggu kerja, jam
kerja lentur)
Penyajian Informasi Fungsi-fungsi kendali
mesin bekerja
penggunaan alat
komunikasi visual
penggunaan alat
komunikasi auditif
peragaan viisual dan
auditif