Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian mengenai efektivitas program Behaviour Based Safety (BBS) untuk meningkatkan perilaku kerja aman di PT. SPINDO Unit IV, Tbk. Penelitian ini menggunakan metode DOIT selama 9 minggu dengan 2 minggu baseline, 4 minggu intervensi, dan 3 minggu follow up. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan perilaku aman setelah intervensi BBS untuk pekerja mill spiral, endfacing, dan repair. Pendidikan berpengar
1. Proceeding 1 𝑠𝑡
Conference of Safety Engineering and its Application ISBN No.
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM BEHAVIOUR BASED
SAFETY (BBS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN SAFE
BEHAVIOUR PEKERJA DI PT. SPINDO UNIT IV,Tbk
Prodi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kreesna Adi Dharma. 1
*, Wiediartini, S.E., M.T. 2
, Binti Mualifatul R, S.Si., M.Si. 3
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia1*
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia 2
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia 3
Email: akreesna@yahoo.com1*
; wiwid@ppns.ac.id2*
; binti.mualifatul@gmail.com3*
;
Abstrak - PT. SPINDO Unit IV,Tbk adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang jasa pembuatan pipa
baja spiral dan coating. Karena pada proses produksi menggunakan mesin dan pekerjaan di masing-masing gudang
mempunyai risiko kecelakaan kerja dan potensi sumber bahaya yang berbeda-beda, maka kecelakaan kerja bisa saja
terjadi sewaktu-waktu tanpa dapat diduga sekalipun. Kecelakaan kerja sering diakibatkan oleh perilaku tidak aman.
Peningkatan pengelolaan K3 dengan memfokuskan pada unsafe behaviour menjadi salah satu cara agar kecelakaan
dapat dicegah dan zero accident dapat terwujud. Berdasarkan pengumpulan data, penelitian ini termasuk penelitian
observasional dengan objek penelitian operator kerja mill spiral, endfacing, repair yang berjumlah 64 pekerja dan
terdiri dari pekerja shift 1 dan shift 2. Program Behaviour Based Safety (BBS) menggunakan metode DOIT (Define,
Observe, Intervene, Test) selama 9 minggu dengan ketentuan base-line 2 minggu, intervene 4 minggu dan follow-up 3
minggu. Objek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu experimental workers dan monitoring workers.
Pengambilan data observasi menggunakan Critical Behaviour Checklist (CBC) serta penerapan surat tindak langgar
sebagai bentuk intervensi dengan konsekuensi yang memberikan hasil akhir berupa reward and punishment. Hasil uji
normalitas menggunakan uji statistik kolmogorov smirnov menunjukkan bahwa nilai P-value > α (0,05) untuk
masing-masing jenis pekerjaan, sehingga data yang diperoleh berdistribusi normal. Hasil uji paired t-test
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku aman antara sebelum dan sesudah intervensi pada jenis pekerjaan
mill spiral, endfacing dan repair kelompok experimental workers. Hasil uji t-independent menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan perilaku aman pada jenis pekerjaan mill spiral dan repair kelompok experimental workers dengan
monitoring workers. Sedangkan untuk jenis pekerjaan endfacing pada kelompok experimental workers dan
monitoring workers tidak menunjukkan adanya perbedaan perilaku aman. Hasil uji regresi logistik biner pada
kelompok experimental workers shift 1 dan shift 2 setelah intervensi menunjukkan variabel pendidikan berpengaruh
terhadap perilaku aman dan tidak aman pekerja. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel variables in the equation
experimental workers setelah intervensi shift 1 dan shift 2 yang menunjukkan usia = 0,130, pendidikan = 0,033 dan
lama kerja = 0,238. Nilai sig variabel pendidikan < α = 0,05 sehingga berpengaruh terhadap perilaku aman dan tidak
aman pekerja.
Kata Kunci : unsafe behaviour, behaviour based safety, critical behaviour checklist, surat tindak langgar
1. PENDAHULUAN
PT. SPINDO Unit IV,Tbk telah
menerapkan berbagai cara dalam upaya menekan
angka kecelakaan kerja demi terwujudnya zero
accident di lingkungan kerja. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan sertifikat ISO 9001 dan
OHSAS 18001 yang telah dimiliki perusahaan,
namun kasus kecelakaan masih saja terjadi
hingga sekarang. Walaupun grafik kecelakaan
kerja tiap tahunnya sudah menunjukkan
penurunan yang cukup signifikan namun
perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja harus
terus dikembangkan agar zero accident di area
kerja dapat benar-benar terpenuhi. Berdasarkan
beberapa penelitian, menjelaskan bahwa
kecelakaan kerja banyak terjadi akibat perilaku
tidak aman (unsafe behaviour) dimana angkanya
mencapai 80-95% (Cooper, 1999). Penelitian
lain yang dilakukan oleh DuPont Company
menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96%
disebabkan oleh unsafe behaviour dan 4%
disebabkan oleh unsafe condition. Dari
penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
untuk mencegah kecelakaan kerja dapat
dilakukan dengan fokus mengurangi unsafe
behaviour. Identifikasi unsafe behaviour dapat
dilakukan dengan pendekatan berbasis perilaku
yaitu Behaviour Based Safety (BBS). Pada
penelitian ini peneliti membahas 5 permasalahan
dengan tujuan dapat menerapkan program BBS
dengan menggunakan metode DOIT, dapat
menerapkan surat tindak langgar sebagai bentuk
intervensi, mengetahui adanya perbedaan
perilaku aman pada tahap sebelum intervensi
dengan sesudah intervensi untuk kelompok
experimental workers, mengetahui perbedaan
perilaku aman antara kelompok experimental
workers dengan kelompok monitoring workers
2. Proceeding 1 𝑠𝑡
Conference of Safety Engineering and its Application ISBN No.
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
dan mengetahui variabel yang paling
berpengaruh terhadap safe behaviour pekerja
pada saat sebelum dan sesudah intervensi untuk
kelompok experimental workers.
2. METODOLOGI
2.1 Diagram Alir
Mulai
Identifikasi Masalah
Penetapan Tujuan, Rumusan
dan Manfaat Penelitian
Studi Literatur
1. Konsep BBS
2. Konsep Teknik Sampling
3. Konsep Uji Statistik
Studi Lapangan
Survey dan
Observasi Lapangan
Pengambilan Data Sekunder
1. HIRA
2. Schedule kerja
3. Data jumlah pekerja objek penelitian
4. Intruksi kerja (IK)
5. Laporan statistik kecelakaan kerja
6. Layout unit produksi
Penentuan Objek Penelitian
1. Menentukan Populasi dan Sampel Penelitian
2. Penentuan Variabel
3. Penentuan Kelompok Observasi
- Experimental Workers
- Monitoring Workers
Penyusunan Critical Behaviour Checklist (CBC)
Pengambilan Data Primer
1. Brainstorming
2.Pengamatan Langsung
- Observasi awal (sebelum intervensi)
- Intervensi (memberi perlakuan khusus)
- Observasi akhir (setelah intervensi)
Uji Normalitas
Uji Regresi
Logistik Biner
Uji T-Berpasangan
Uji T-Independent
Analisis Hasil Uji
Kesimpulan dan Saran
Selesai
2.2 Teori Kecelakaan Kerja
Menurut teori Heinrich kecelakaan terdiri
atas lima faktor yang saling berhubungan yaitu;
kondisi kerja, kelalaian manusia, tindakan tidak
aman, kecelakaan dan cedera. Kelima faktor
tersebut seperti kartu domino yang diberdirikan.
Jika satu kartu jatuh, maka kartu tersebut akan
menimpa kartu lain hingga kelimanya akan jatuh
secara bersamaan. Kunci untuk mencegah
kecelakaan adalah dengan menghilangkan
tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari
lima faktor penyebab kecelakaan.
2.3 Tindakan Tidak Aman
Menurut Heinrich dalam Syaaf (2008),
tindakan tidak aman adalah tindakan atau
perbuatan dari seseorang atau beberapa orang
pekerja yang memperbesar kemungkinan
terjadinya kecelakaan terhadap pekerja.
Tindakan tidak aman yang sering dijumpai,
diantaranya adalah menjalankan yang bukan
tugasnya dan gagal meberikan peringatan,
menjalankan pesawat melebihi kecepatan,
melepaskan alat pengaman atau membuat alat
pengaman tidak berfungsi, membuat peralatan
yang rusak, tidak memakai alat pelindung diri,
memuat sesuatu secara berlebihan, menempatkan
sesuatu tidak pada tempatnya, mengangkat
berlebihan, posisi kerja yang tidak tepat,
melakukan perbaikan pada waktu mesin masih
berjalan, bersenda gurau, bertengkar, berada
dalampengaruh alcohol/ obat-obatan.
2.4 Definisi Perilaku
Perilaku adalah apa yang seseorang katakan
atau lakukan yang merupakan hasil dari
pikirannya, perasaannya, atau diyakininya
(Geller, 2001). Faktor penentu perilaku terbagi
atas 2 bagian yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik
orang bersangkutan yang bersifat bawaan dan
berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
Misalnya tingkat pengetahuan, kecerdasan,
persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, dan
sebagainya. Faktor eksternal, meliputi
lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik.
Misalnya iklim, manusia, sosial, budaya,
ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya.
2.5 Total Safety Culture
Total Safety Culture” dapat tercapai
bilamana Setiap individu memegang keselamatan
sebagai “nilai” dan bukan hanya prioritas, setiap
individu bertanggung jawab untuk keselamatan
baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain
(rekan kerja), seluruh pekerja bersedia dan
mampu bertindak dalam segala hal atas rasa
tanggung jawab mereka sendiri, bahkan rasa
tanggung jawab haruslah melampaui dari tugas
yang telah diberikan (Perdue, 2000). Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
untuk dapat meningkatkan kesadaran seluruh
pekerja mengenai pentingnya berbudaya atau
berperilaku aman maka dibutuhkan pendekatan
khusus yang melibatkan seluruh individu untuk
berpartisipasi dalam mewujudkannya baik itu
pemilik perusahaan, manajer, pengawas dan
pekerja itu sendiri. Pendekatan yang telah teruji
dan berhasil diterapkan adalah pendekatan
Behaviour Based Safety (BBS).
2.6 Safe Behaviour
Safe behaviour adalah sebuah prilaku yang
dikaitkan langsung dengan keselamatan,
misalnya pemakaian safety helmet ketika
memasuki area proyek, pemakaian safety gloves
ketika melakukan pekerjaan pengelasan,
pemakaian kacamata keselamatan pada jenis
kegiatan menggerinda, pemakaian body harness
3. Proceeding 1 𝑠𝑡
Conference of Safety Engineering and its Application ISBN No.
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
ketika bekerja diatas ketinggian dan berdiskusi
masalah keselamatan dengan rekan kerja atau
pimpinan. Menurut Suizer (1999) salah seorang
praktisi behaviour safety mengemukakan bahwa
para praktisi safety telah melupakan aspek utama
dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja
yaitu aspek behavioral para pekerja. Pernyataan
yang dikemukakan oleh Suizer juga diperkuat
oleh pendapat dari Dominic Cooper (1999),
Cooper berpendapat bahwa walaupun sulit untuk
di kontrol secara tepat, 80-95 persen dari seluruh
kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh
unsafe behaviour.
2.7 Pendekatan Behaviour Based Safety
(BBS) Untuk Mengurangi Unsafe
Behaviour
Menurut penelitian Cooper (1999)
mengidentifikasi adanya tujuh kriteria yang
sangat penting bagi pelaksanaan program
Behaviour Based Safety (BBS). Berikut tujuh
kriteria tersebut; melibatkan partisipasi karyawan
yang bersangkutan, memusatkan perhatian pada
unsafe behaviour yang spesifik, didasarkan pada
data hasil observasi, proses pembuatan keputusan
berdasarkan data, melibatkan intervensi secara
sistimatis dan observasional, menitikberatkan
pada umpan balik terhadap perilaku kerja dan
membutuhkan dukungan dari manajer.
2.8 Model ABC (Antecedent, Behaviour,
Consequence)
Menurut model ABC, perilaku dipicu oleh
beberapa rangkaian peristiwa antecedent (sesuatu
yang mendahului sebuah perilaku dan secara
kausal terhubung dengan perilaku itu sendiri) dan
diikuti oleh consequence (hasil nyata dari
perilaku bagi individu) yang dapat meningkatkan
atau menurunkan kemungkinan perilaku tersebut
akan terulang kembali. Analisis ABC membantu
dalam mengidentifikasi cara-cara untuk
mengubah perilaku dengan memastikan
keberadaan antecedent yang tepat dan
consequence yang mendukung perilaku yang
diharapkan (Fleming, M, & Lardner, 2002).
2.9 Proses DOIT (Define, Observe, Intervene,
Test)
E.Scott Geller (2001) menggagas empat
komponen yaitu DOIT sebagai proses aplikasi
pendekatan berbasis perilaku. Metode ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengubah
perilaku pekerja dalam proses Behaviour Based
Safety (BBS). DOIT memiliki makna yang
berarti Define (Menetapkan objek penelitian
yang akan diteliti), Observe (Mengamati/meneliti
objek/pekerja selama periode pra-intervensi
untuk menetapkan tujuan perubahan perilaku),
Intervene (memberikan perlakuan khusus kepada
objek/ pekerja yang diteliti agar dapat mengubah
target perilaku ke arah yang diinginkan) dan Test
(Mengukur dampak dari intervensi yang
dilakukan dengan cara terus melakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap perilaku).
2.10 Penentuan Waktu Penerapan Behaviour
Based Safety
Waktu penelitian yang paling
memungkinkan dilaksanakan dalam penelitian
ini adalah selama 9 minggu dengan ketentuan
base-line 2 minggu, intervensi 4 minggu dan
follow-up 3 minggu (Li, Lu, Hse, Gray, &
Huang, 2015).
2.11 Populasi dan Sampel
Sugiyono (2010) menegaskan bahwa
terdapat perbedaan mendasar dalam pengertian
antara populasi dan sampel. Dalam penelitian
kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan
sampel adalah bagian dari populasi itu, apa yang
dipelajari dari sampel, kesimpulan akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili).
2.12 Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2010) teknik sampling
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu probability sampling dan non probability
sampling. Teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel merupakan teknik probability
sampling sedangkan Teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel merupakan teknik
nonprobability sampling.
2.13 Uji Normalitas
Konsep dasar dari uji normalitas
kolmogorov smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji
normalitasnya) dengan distribusi normal baku.
Distribusi normal baku adalah data yang telah
ditranformasikan kedalam bentuk Z-score dan
diasumsikan normal. jadi sebenarnya uji
kolmogorov smirnov adalah uji beda antara data
yang diuji normalitasnya dengan data normal
baku.
2.14 Uji Paired T-Test
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah
salah satu metode pengujian hipotesis dimana
data yang digunakan tidak bebas (berpasangan).
Uji-t ini membandingkan satu kumpulan
pengukuran yang kedua dari contoh yang sama.
Uji ini sering digunakan untuk membandingkan
skor “sebelum” dan “sesudah” percobaan untuk
menentukan apakah perubahan nyata telah
terjadi. Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada
4. Proceeding 1 𝑠𝑡
Conference of Safety Engineering and its Application ISBN No.
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
kasus yang berpasangan adalah satu individu
(objek penelitian) dikenai dua buah perlakuan
yang berbeda.
2.15 Uji T-Independent
Uji-t untuk sampel independent merupakan
prosedur uji t untuk sampel bebas dengan
membandingkan rata-rata dua kelompok kasus.
Kasus yang diuji bersifat acak. Pengujian
hipotesis dengan distribusi t adalah pengujian
hipotesis yang menggunakan distribusi t sebagai
uji statistik.
2.16 Uji Regresi Logistik
Regresi logistik adalah suatu analisis
regresi yang digunakan untuk menggambarkan
hubungan antara variabel terikat (dependent)
dengan sekumpulan variabel bebas
(independent). Penggunaan analisis regresi
logistik adalah karena variabel dependent
bersifat dikotomi (tepat dan tidak tepat). Teknik
analisis dalam mengolah data ini tidak
memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi
klasik pada variabel bebasnya. Tidak seperti
regresi linier biasa, regresi logistik tidak
mengasumsikan hubungan antara variabel
independent dan dependent secara linier.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode DOIT
Metode DOIT (Define, Observe, Intervene,
Test) digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengubah perilaku pekerja dalam proses BBS.
Pada tahap define, peneliti menentukan objek
penelitian berdasarkan data kecelakaan kerja
tahun 2012-2015, HIRA, schedule kerja, data
jumlah pekerja objek penelitian, tata letak mesin
dan penempatan area kerja serta wawancara
sehingga didapatkan jenis pekerjaan mill spiral,
endfacing dan repair. Pada tahap observe,
peneliti melakukan pengamatan langsung
terhadap perilaku pekerja menggunakan alat
bantu yaitu Critical Behaviour Checklist (CBC).
Pengamatan yang dilakukan peneliti terbagi
menjadi dua tahap yaitu observasi awal (sebelum
intervensi) dan observasi akhir (sesudah
intervensi). Observasi dilakukan selama 4
minggu (2 minggu observasi awal dan 2 minggu
observasi akhir). Pengamatan dilakukan
sebanyak 3 kali dalam satu minggu. Lama waktu
pengamatan untuk satu harinya adalah 3 jam
pada pukul 08.00–11.00 WIB untuk shift pagi
dan pukul 19.00-22.00 WIB untuk shift malam.
Pada tahap intervensi, peneliti melakukan
penerapan surat tindak langgar selama 4 minggu
untuk memperoleh hasil akhir berupa reward and
punishment. Untuk tahapan test¸ peneliti
menggunakan uji statistik berupa uji normalitas
data kolmogorov smirnov, uji paired t-test, uji t-
independent dan uji regresi logistik biner dengan
3 variabel independent (usia, pendidikan, lama
kerja) dan 1 variabel dependen (perilaku aman
dan tidak aman pekerja).
3.2 Cara Kerja Surat Tindak Langgar
Sebagai Bentuk Intervensi
Surat tindak langgar digunakan peneliti
sebagai alat untuk dapat menentukan
konsekuensi yang akan diterima pekerja apabila
pekerja yang diberikan intervensi melakukan
pelanggaran. Menurut Friend dan Kohn (2007)
terdapat 5 langkah dalam pengamatan yang
diterapkan peneliti dalam memberikan
intervensi. Kelima langkah tersebut yaitu
menentukan, berhenti, memantau/analisa,
bertindak, melaporkan.
3.3 Uji Normalitas Data
Tabel 1. Uji Normalitas Observasi Awal Experimental
Workers
Jenis
Pekerjaan
Shift
Kerja
Kolmogorov
Smirnov
P-
Value
Mill Spiral
1 1.084 0.191
2 1.033 0.236
Endfacing
1 0.324 1.000
2 0.440 0.990
Repair
1 0.623 0.832
2 0.626 0.828
Tabel 2. Uji Normalitas Observasi Awal Monitoring Workers
Jenis
Pekerjaan
Shift
Kerja
Kolmogorov
Smirnov
P-
Value
Mill Spiral
1 0.908 0.382
2 0.892 0.404
Endfacing
1 0.420 0.994
2 0.301 1.000
Repair
1 0.988 0.283
2 0.817 0.517
Tabel 3. Uji Normalitas Observasi Akhir Experimental
Workers
Jenis
Pekerjaan
Shift
Kerja
Kolmogorov
Smirnov
P-
Value
Mill Spiral
1 0.432 0.992
2 0.460 0.984
Endfacing
1 0.727 0.666
2 0.384 0.999
Repair
1 0.871 0.433
2 0.871 0.433
Tabel 4. Uji Normalitas Observasi Akhir Monitoring Workers
Jenis
Pekerjaan
Shift
Kerja
Kolmogorov
Smirnov
P-
Value
Mill Spiral
1 1.035 0.235
2 1.141 0.148
Endfacing
1 0.500 0.964
2 0.429 0.993
Repair
1 0.749 0.629
2 0.843 0.476
Pada tabel 1 – 4 menunjukkan bahwa jenis
pekerjaan mill spiral, endfacing, repair untuk
kelompok experimental workers dan monitoring
workers shift 1 dan shift 2 baik sebelum
intervensi maupun setelah intervensi
menunjukkan sebaran data berdistribusi normal.
Hal tersebut terlihat dari nilai P-value > (α =
0,05).
5. Proceeding 1 𝑠𝑡
Conference of Safety Engineering and its Application ISBN No.
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
3.4 Uji Paired T-Test
Tabel 5. Paired T-test Experimental Workers Shift 1
Mean N St.Dev T P-
Value
Pair
1
72.8125 16 5.43373
-16.959 0.000
85.9375 16 4.67336
Pair
2
72.5 4 9.9536
-5.000 0.015
85 4 5.7735
Pair
3
66.9444 12 8.34343
-9.753 0.000
84.4444 12 5.3811
Tabel 6. Paired T-test Experimental Workers Shift 2
Mean N St.Dev T P-Value
Pair 1
67.9167 16 7.00529
-13.964 0.000
84.1667 16 4.5542
Pair 2
67.5 4 11.0135
-4.899 0.016
80.8333 4 5.69275
Pair 3
61.1111 12 9.46374
-9.950 0.000
81.1111 12 5.3811
Pada tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan
bahwa nilai P-value pada masing-masing jenis
pekerjaan antara sebelum dengan sesudah
intervensi menunjukkan nilai P-value < α (0,05).
Hal tersebut menunjukkan bahwa tolak H0 yang
berarti terdapat perbedaan persentase perilaku
aman pada kelompok experimental workers
antara sebelum intervensi dengan sesudah
intervensi. Perbedaan perilaku aman antara
sebelum dan sesudah intervensi dikarenakan
terdapat penerapan intervensi yang telah
dilakukan peneliti sehingga memotivasi pekerja
untuk berperilaku aman. Bentuk intervensi yang
diberikan adalah surat tindak langgar.
3.6 Uji T-Independet
Tabel 7. Uji T-Independent Pekerja Mill Spiral
Kelompok N Mean T
P-
Value
Observasi
Akhir
Mill
Spiral
Shift 1
Experimental
Workers
16 85.9375
5.256 0.000
Monitoring
Workers
16 75.5208
Observasi
Akhir
Mill
Spiral
Shift 2
Experimental
Workers
16 84.1669
5.928 0.000
Monitoring
Workers
16 73.1250
Tabel 8. Uji T-Independent Pekerja Endfacing
Kelompok N Mean T
P-
Value
Observasi
Akhir
Endfacing
Shift 1
Experimental
Workers
4 85.0025
1.667 0.147
Monitoring
Workers
4 76.6667
Observasi
Akhir
Endfacing
Shift 2
Experimental
Workers
4 80.8325
1.746 0.131
Monitoring
Workers
4 71.6667
Tabel 9. Uji T-Independent Pekerja Repair
Kelompok N Mean T
P-
Value
Observasi
Akhir
Repair
Shift 1
Experimental
Workers
12 84.4442
4.214 0.000
Monitoring
Workers
12 75.0000
Observasi
Akhir
Repair
Shift 2
Experimental
Workers
12 81.1100
4.401 0.000
Monitoring
Workers
12 71.1111
Pada tabel 6-9 menunjukkan bahwa dari 3
jenis pekerjaan yang diteliti, hanya pekerja
endfacing kelompok experimental workers dan
monitoring workers yang tidak ada perbedaan
perilaku aman. Hal tersebut terlihat dari nilai P-
value > α (0,05) sehingga H0 diterima. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan jumlah sampel
pada jenis pekerjaan endfacing kurang mewakili
dari populasi yang ada. Terbukti hanya
berjumlah 4 orang pekerja endfacing dalam
kelompok experimental workers dan 4 orang
pekerja endfacing dalam kelompok monitoring
workers. Walaupun data yang diperoleh
menunjukkan adanya perbedaan dari tiap
individunya akan tetapi bila jumlah sampel yang
diuji sedikit, akan berpengaruh terhadap hasil
dari uji t-independent yang diberikan. Selain itu,
bila dilihat dari data observasi akhir pada jenis
pekerjaan endfacing, persentase perilaku aman
yang dihasilkan dari tiap individu untuk
kelompok experimental workers dan kelompok
monitoring workers tidak menunjukkan
perbedaan yang terlalu signifikan.
3.7 Uji Regresi Logistik
Tabel 10. Variables In The Equation Experimental Workers
Setelah Intervensi Shift Kerja 1
B S.E. Wald Df Sig.
Step
1a
Usia -2.113 1.395 2.296 1 0.130
Pendidikan 3.000 1.405 4.559 1 0.033
Lama Kerja 2.194 1.858 1.394 1 0.238
Constant -1.701 4.551 0.140 1 0.708
Tabel 11. Variables In The Equation Experimental Workers
Setelah Intervensi Shift Kerja 2
B S.E. Wald Df Sig.
Step
1a
Usia -2.113 1.395 2.296 1 0.130
Pendidikan 3.000 1.405 4.559 1 0.033
Lama Kerja 2.194 1.858 1.394 1 0.238
Constant -1.701 4.551 0.140 1 0.708
Pada tabel 10 dan tabel 11 menunjukkan
signifikansi dari masing-masing variabel dari
model regresi logistik. Berdasarkan tabel 4.68
diketahui bahwa nilai signifikansi (P-value) dari
variabel usia sebesar 0,130, variabel lama kerja
sebesar 0,238, kedua nilai tersebut lebih besar
dari = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel usia dan lama kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap perilaku aman dan tidak
aman pekerja. Sedangkan untuk variabel
pendidikan pekerja nilai signifikansinya adalah
sebesar 0,033 nilai tersebut lebih kecil dari =
6. Proceeding 1 𝑠𝑡
Conference of Safety Engineering and its Application ISBN No.
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap
perilaku aman dan tidak aman pekerja. faktor
pendidikan juga mempengaruhi kemampuan tiap
pekerja dalam beradaptasi. Hal itu terlihat dari
kemampuan tiap pekerja yang berbeda dalam
menyesuaikan diri terhadap inovasi baru berupa
(intervensi) yang diberikan. Kemampuan tiap
individu yang dimaksud dapat terlihat dari
tingkat pendidikan yang berbeda antar tiap
pekerjanya. Pendapat yang dikemukakan oleh
peneliti sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Helda (2007) dalam Faris &
Harianto (2014) yang menyatakan bahwa
pendidikan seorang tenaga kerja mempengaruhi
cara berpikir dalam menghadapi pekerjaannya,
termasuk cara pencegahan kecelakaan maupun
menghindari kecelakaan saat ia melakukan
pekerjaannya. Tingkat pendidikan merupakan
faktor predisposisi seseorang dalam berperilaku.
Pendidikan merupakan faktor yang mendasar
untuk memotivasi terhadap perilaku atau
memberikan referensi pribadi dalam pengalaman
belajar seseorang. Jadi tingkat pendidikan
seseorang menentukan luasnya pengetahuan serta
bagaimana seseorang tersebut bersikap dan
berperilaku. Seseorang yang berpendidikan
rendah akan susah untuk menyerap suatu inovasi
baru sehingga akan mempersulit dalam mencapai
perubahan seperti yang diharapkan. Selain itu,
bentuk dukungan dari pihak manajemen dirasa
juga berpengaruh terhadap perilaku pekerja
ditempat kerja. Bentuk dukungan dari pihak
manajemen dalam penelitian ini adalah
memberikan intervensi dengan konsekuensi
berupa reward and punishment. Frekuensi suatu
perilaku dapat meningkat atau menurun dengan
menetapkan konsekuensi yang mengikuti
perilaku tersebut (Fleming, M, & Lardner, 2002).
Dengan adanya intervensi, diharapkan mampu
menciptakan lingkungan kerja yang lebih
kondusif. lingkungan kerja yang lebih kondusif
diharapkan akan meningkatkan motivasi dalam
bekerja di tempat kerja (Andi, dkk, 2005).
4. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan dan analisa yang
telah dilakukan, maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metode DOIT memiliki makna yang berarti
Define (Menetapkan objek penelitian),
Observe (Mengamati/meneliti objek/pekerja
selama periode pra-intervensi untuk
menetapkan tujuan perubahan perilaku),
Intervene (memberikan perlakuan khusus
kepada objek/ pekerja yang diteliti agar
dapat mengubah target perilaku ke arah yang
diinginkan) dan Test (Mengukur dampak
dari intervensi yang dilakukan dengan cara
terus melakukan pengamatan dan pencatatan
terhadap perilaku).
2. Terdapat 5 langkah pengamatan yang
diterapkan peneliti dalam memberikan
intervensi menggunakan surat tindak
langgar. Kelima langkah tersebut yaitu
menentukan, berhenti, memantau/analisa,
bertindak, melaporkan.
3 Hasil uji t-berpasangan pada kelompok
experimental workers nilai P-value < α
(0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa
tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan
persentase perilaku aman pada kelompok
experimental workers antara sebelum
intervensi dengan sesudah intervensi.
4. Hasil uji t-independent menunjukkan dari 3
jenis pekerjaan yang diteliti, hanya pekerja
endfacing kelompok experimental workers
dan monitoring workers yang tidak ada
perbedaan perilaku aman. Hal tersebut
terlihat dari nilai P-value > α (0,05) sehingga
H0 diterima.
5. Hasil uji regresi logistik biner pada
kelompok experimental workers shift 1
setelah intervensi menunjukkan nilai
signifikansi untuk varaibel umur,
pendidikan, lama kerja adalah 0,130; 0,033;
0,238 dan untuk shift 2 adalah 0,130; 0,033;
0,238. Hal ini menunjukkan bahwa dari
ketiga variabel bebas hanya variabel
pendidikan yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat dengan nilai
signifikansi (P-value) < α (0,05).
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Terselesaikannya Tugas Akhir ini tentunya
tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik itu bantuan materi maupun
moril. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan
dukungan materi, motivasi, kasih sayang,
do’a, dan nasehat hidup bagi penulis.
2. Ibu Wiediartini, S.E., M.T., selaku dosen
pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama
penyelesaian jurnal tugas akhir.
3. Ibu Binti Mualifatul R, S.Si., M.Si., selaku
dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama
penyelesaian jurnal tugas akhir.
4. Seluruh staff pengajar dan karyawan PPNS
atas bantuan, wawasan, serta ilmu bermanfaat
yang telah diberikan selama menempuh
pendidikan di kampus ini.
5. Senior Teknik K3 yang mau berbagi
pengalaman dan dukungan dalam pengerjaan
jurnal tugas akhir.
6. Teman-teman seperjuangan Teknik K3
angkatan tahun 2012 yang telah memberikan
motivasi, warna kehidupan, dan
kebersamaan.
7. Keluarga besar Teknik K3.
7. Proceeding 1 𝑠𝑡
Conference of Safety Engineering and its Application ISBN No.
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
6. PUSTAKA
1. Cooper, M. (1999). What is Behavioural
Safety? http://www.behaviouralsafety.com.
2. Copper, et al. 2004. Exploratory Analysis Of
The Safety Climate and Safety Behaviour
Relationship. Journal of Safety Research: 35
(2004) 497-512.
3. E, B., Jr, F., & L, G. (1985). Practical Loss
Control Leadership. International Loss
Control Institute.
4. Faris, I. A., & Harianto, F. (2014). Pengaruh
Perilaku Tenaga Kerja dan Lingkungan
Kerja yang Dimoderasi Faktor Pengalaman
Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Kecelakaan Kerja Konstruksi di Surabaya.
Inovasi Struktur dalam Menunjang
Konektivitas Pulau di Indonesia (pp. ISBN
978-979-99327-9-2). Surabaya: Seminar
Nasional X – 2014 Teknik Sipil Its Surabaya.
5. Fleming, M, & Lardner. (2002). Strategies to
Promote Safe Behaviour as Part of a Health
and Safety Management System. Norwich :
Health and Safety Executive
www.hse.gov.uk/research/crr_pdf/2002/crr02
430.pdf (sitasi tanggal 20 november 2015).
6. Friend, M.A. dan Kohn, J.P., 2007.
Fundamental of Occupational Safety and
Health. Fourth Edition. Government
Institutes. Lanham, Maryland. Toronto.
7. Geller, E. S. (2001). Behaviour based safety
in industry: realizing the large scale potential
of psychology to promote human welfare.
Applied and Preventive Psychology 10, 87-
105.
8. Li, H., Lu, M., Hse, S.-C., Gray, M., &
Huang, T. (2015). Proactive Behaviour
Based Safety Management For Construction
Safety. Safety Science 75, 107 - 117.
9. M.Al-Asfoor,May dan M.Al-Hemound Ali
(2006). A behavior based safety approach at
a Kuwait research institution. Journal of
safety research, 201-206.
10. Perdue, S. (2000). Beyond observation and
feedback: integrating behavioural safety
principles into other safety management
system.Proceedings of the 2000 American
Society of Profesional Engineers (ASSE)
Conference and Explosition.
11. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Panelitian.
Bandung: Alfabeta.
12. Suizer, A. B. (1999). Safe Behaviour; Fewer
Injuries. www.behaviour.org.
13. Syaaf, 2008. Analisis Perilaku Berisiko (At
Risk Behaviour) Pada Pekerja Pengelasan di
Kota X Tahun 2008. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.