1. 9
BAB II
TIJNJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan, terhadap mutu objek tertentu.
Penginderaan, terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
pengetahuan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga, (Notoatmodjo,
2010).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek inilah yaitu aspek negatif dan aspek positif. Kedua aspek inilah
yang akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari objek yang akan diketahui maka menimbulkan
sikap makin positif terhadap aspek tersebut.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Peningkatan yang tercakup dalam dominan kongnitif mempunyai 6
tingkatan yakni:
a. Tahu (Know)
Tahu adalah sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. 10
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
mmenyimpulkan, meramalkan sebagai terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisi adalah suatau kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi-formulasi yang ada misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
3. 11
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan pada suatu kriteria yang telah ada.
Maka pengetahuan responden menurut Arikunto, 2006 dapat dibagi
dalam empat kategori dengan menggunakan rumus, sehingga diperoleh:
1. Pengetahuan baik apabila responden dapat menjawab dengan benar
>75-100 % dari keseluruhan pertanyaan atau jawaban benar 11-15.
2. Pengetahuan cukup apabila responden dapat menjawab dengan
benar 56-75% dari keseluruhan pertanyaan atau jawaban benar 8-
10.
3. Pengetahuan kurang apabila responden dapat menjawab dengan
benar 40-55% dari keseluruhan pertanyaan atau jawaban benar 1-7.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
a. Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan
itu terjadi proses atau perubahan ke arah yang lebih dewasa dan lebih
baik. Pendidikan berperan penting di dalam menentukan kualitas manusia.
Dengan pendidikan manusia dianggap memperoleh pengetahuan.
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang menyamakan
peran kepada masyarakat, kelompok, atau individu, dengan adanya peran
tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan yang lebih baik. Aplikasinya, semakin tinggi
pendidikan maka hidup manusia semakin berkualitas dari yang tidak tahu
4. 12
menjadi tahu dan yang tidak mampu menjadi mampu. Pengetahuan
seseorang tentang kesehatan tidak terlepas dari pendidikan kesehatan
yang diberikan atau didapatkan oleh seseorang baik dari tenaga
kesehatan, media cetak maupun media elektronik. Pendidikan terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diberikan dari sekolah
misalnya SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
2. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung dalam
keluarga atau masyarakat.
b. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktifitas seseorang untuk memperoleh
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerja
atau karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi,
kantor, perusahaan dengan menerima upah dan gaji baik berupa uang
atau barang sedangkan lapangan pekerjaan atau jabatan adalah macam
pekerjaan yang dilakukan atau ditugaskan pada seseorang. Jenis
pekerjaan yang sering dimasyarakat:
1. Petani
2. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
3. Wiraswasta
c. Sumber informasi
5. 13
Merupakan alat untuk mendapatkan berbagai informasi guna
menambah wawasan dan pengetahuan. Beberapa jenis dari media
tersebut adalah dapat berupa televisi, majalah, poster ataupun dalam
bentuk penyuluhan.
Sumber informasi berguna untuk memperkuat dan menyokong
secara ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan sebagai alat peraga
untuk menyampaikan informasi untuk pesan-pesan tentang kesehatan
terhadap masyarakat, (Notoatmodjo, 2007).
Informasi berdasarkan sasaran:
1. Informasi individual
Individual adalah komunikasi yang ditujukan kepada seseorang
yang mempuyai fungsi sebagai pembuat kebijakan (police maker) atau
kepada seseorang yang diharapkan daripadanya tanggapan terhadap
informasi yang diperolehnya. Informasi seperti ini disampaikan secara
tatap muka (face to face), atau melalui telepon, surat, tergantung pada
waktu yang diperlukan untuk memperoleh tanggapan.
2. Informasi komunitas
Informasi ini ditujukan kepada pihak luar, orang, suatu keluarga
tertentu dimasyarakat. Media yang menyalurkan informasi komunitas ini
ada bermacam-macam media elektronik, media massa.
2.2 Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur (PUS) berkisar antara usia 20-49 tahun
dimana pasangan laki-laki dan perempuan sudah cukup matang dalam
6. 14
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik,
(Prasetya, 2011).
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan, (Yani Widyastuti, 2009)
Adapun pengertian pasangan usia subur adalah pasangan yang
memiliki organ reproduksi yang sudah matang untuk dibuahi dan
membuahi, dan tidak semua pasangan usia subur (PUS) memiliki
reproduksi yang sehat. Adapun masa reproduksi pasangan usia subur 20-
35 tahun, (Pinem, 2009).
2.3 Peserta Keluarga Berencana
2.3.1 Defenisi Keluarga Berencana
Menurut WHO Expert Commite, (1970) Keluarga Berencana adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu
b. Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri
f. Menentukan jumlah anaka dalam keluarga, (Pinem, 2009).
7. 15
Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur yang
sedang menggunakan salah satu metode atau alat kontrasepsi, (BKKBN,
1999).
2.3.2 Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan KB , dan pelayanan kontrsepsi memiliki tujuan yaitu:
a. Tujuan Demografi, yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk dan hal ini tentunya
akan diikuti dengan menurunkan angka kelahiran atau TFR (Total
Fertility Rate) dari 2,87% mebjadi 2,69% per 100 wanita, (Hanafie,
2002).
b. Mengatur kehamilan dengan menunda kehamilan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan
anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
d. Married conceling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan
mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas.
8. 16
Keluarga Berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat,
tercukupi sandang, pangan, pendidikan dan produktif dari segi
ekonomi, (Suratun, 2008).
2.3.3 Sasaran KB
Sasaran langsung adalah pasangan usia subur (PUS) yaitu
pasangan yang wanitanya antar lain 15-49 tahun, karena kelompok ini
merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap
kegiatan seksual mengakibatkan kahamilan. PUS diharapkan secara
bertahap menjadi akseptor KB yang aktif lestari sehingga memberi efek
langsung penurunan fertilitas. Sasaran tidak langsung yaitu pasangan
yang berusia 20-35 tahun.
2.3.4 Manfaat Menjadi Akseptor KB
Menjadi akseptor KB memberikan banyak manfaat, disamping
tujuannya di dalam menurunkan tingkat kelahiran, keikutsertaan
Pasangan Usia Subur (PUS) dalam program KB juga memberikan
beberapa manfaat antara lain:
a) Meningkatkan kesejahteraan penduduk terutama ibu dan anak.
b) Meningkatkan kesehjahteraan sosial ekonomi masyarakat.
c) Mempengaruhi penurunan tingkat kematian, terutama kematian bayi
dan anak.
d) Maningkatkan keharmonisan keluarga.
e) Meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
9. 17
f) Memberikan peluang yang tinggi bagi anaknya untuk mengecap
pendidikan yang lebih tinggi, (http///.www.com. Program KB di
Indonesia diakses tanggal 1 April 2014).
2.3.5 Macam-Macam Akseptor KB
Macam-macam akseptor KB yaitu:
a. Peserta KB Baru
KB baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali
menggunakan alat kontrasepsi setelah mengalami persalinan atau
keguguran.
b. Peserta KB Lama
Akseptor KB lama adalah peserta KB yang terus menggunakan alat
kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
c. Peserta KB Ganti Cara
Akseptor KB ganti cara adalah peserta KB yang berganti
pemakaian dari suatu metode kontrasepsi lainnya tanpa diselingi
kehamilan. Untuk menyiapkan akseptor KB ini menggunakan cara
kombinasi, informasi dan edukasi (KIE). Berdasarkan pendapatan diatas,
dapat disimpulkan bahwa pengertian dari akseptor KB adalah pasangan
usia subur yang mesih menggunakan salah satu metode atau alat
kontrasepsi.
2.4 Konsep Alat Kontrasepsi
2.4.1 Defenisi
10. 18
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau
melawan. Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan sel telur yang matang, (Sarwono, 2008).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementar, dapat juga bersifat
permanen.Yang bersifat permanen dinamakan pada wantia tubektomi dan
pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum
ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
dapat dipercayai, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan,
daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan
gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus-menerus,
mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh masyarakat, dapat diterima penggunaanya oleh
pasangan yang bersangkutan, (Sarwono, 2011).
2.4.2. Efektifitas (Daya Guna)
Pada tahun 1930-an Raymond Pearl membuat sebuah rumus untuk
menilai efektifitas suatu cara kontraepsi. Rumus sebagai berikut:
Indeks Pearl per = Jumlah seluruh kehamilan x 1200
100 tahun wanita Jumlah bulan menjalankan koitus
Indeks Pearl ada kelemahannnya karena didasarkan atas
anggapan bahwa setiap akseptor mempunyai fekunditas dan fertilisasi
11. 19
yang homogen, sehingga seratus akseptor yang di observasi untuk 2
tahun dapat disamakan dengan dua ratus akseptor dengan masa
observasi 1 tahun. Dalam praktek anggapan ini tidak benar, oleh sebab itu
untuk membandingkan efektifitas secara efektifitas secara statistik dari
berbagai cara kontrasepsi dengan bulan-bulan eksposisi (terhadap
kehamilan) yang berbeda-beda, oleh Tietze digunakan life table
technique.
Efektifitas (daya guna) suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2
tingkat, yakni:
a. Daya guna teoris, yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk
mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diingin, aoabila cara
tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang
diberikan.
b. Daya guna pemakai, yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh
faktor-faktor serti pemakai tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan
dan sebagainya, (Sarwono, 2011).
2.4.3 Jenis-Jenis Alat Kontrasespsi
A. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat
1. Senggama Terputus
Sengggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum
erjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataanya, bahwa akan terjadi
ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian terbesar pria, dan setelah itu
12. 20
masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang
singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina
(Sarwono, 2011).
Senggama terputus tidak dapat digunakan oleh suami dengan
pengalaman ejakulaisi dini, suami yang sulit melakukan senggama
terputus, suami yang memiliki kelinan fisik atau psikologis, ibu yang sulit
diajak bekerja sama, pasangan yang kurang saling berkomunikasi, dan
pasangan yang tidak bersedia bersenggama terputus.
2. Pantang Berkala
Prinsip ini ialah tidak melakukan senggama pada masa subur.
Ovum mempunyai kemampuan untuk dibuahi dalam 24 jam setelah
ovulasi. Karena itu, jika konsepsi ini dicegah, senggama harus dihindari
sekurang-kurangnya 3 hari (72 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24
jam setelah ovulasi terjadi. Pantangan berkala di kenal 2 sistem, yaitu
a) Pantang berkala dengan sistem kalender
Sistem ini dikenal dengan nama sistem Ogino-knaus, nama orang
yang meneliti terjadinya ovulasi sekitar 12 sampai 6 hari sebelum
menstruasi. Kelemahan sistem ini sulit menilai menstruasi yang akan
datang. Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur
sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari
masa subur untuk menghindari kehilangannya dengan tidak
melakukan koitus.
b) Pantang berkala dengan sistem suhu basal
13. 21
Telah diketahui bahwa suhu basal sebanyak 0,5 sampai 1 derajat
celcius pada hari ke-12 sampai hari ke-13 menstruasi, ketika ovulasi
terjadi pada hari-14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari
suhu basal sehingga siklus menstruasi yang disertai ovulasi terdapat
temperature “Bifasik”. Metode ini memerlukan pengetahuan dan
metode pengukuran yang akurat, sehingga dapat bermanfaat.
Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% samapai 20 %.
B. Kontrasepsi Dengan Menggunakan Alat
1. Kondom
Disebut juga coitus condomatosus atau French Letter, (Sofian,
2012). Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu
melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.
Bentuk kondom adalah slindirs denggan pinggir yang tebal pada ujung
yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung
sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih
kurang 19 mm, kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat
spermatisida. Keuntungan kondom, selain untuk memberi perlindungan
terhadap penyakit kelamin, ialah ia dapat juga di gunakan untuk tujuan
kontrasepsi. Kekurangan ialah ada kalanya pasangan selaput karet
tersebut sebagai penampung dalam kenikmatan sewaktu melakukan
koitus. Kondom juga dapat menyebabkan kemungkinan perubahan bakteri
vagina sehingga dapat menimbulkan vaginitis bakterial atau alergika
karena jellinya, (Manuaba, 2008).
14. 22
2. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual
dan menutup serviks. Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses
mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan
sebagai alat tempat spermatisida. Kekurangannya :Diperlukan motivasi
yang cukup kuat, umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan
tidak utuk dipergunakan secara massal, pemakaian yang tidak teratus
dapat menimbulkan kegagalan, tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil
atau AKDR .Keuntungannya : hampir tidak ada efek samping, dengan
motivsi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan,
dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang
tidak boleh mempergunakan pil tau AKDR oleh kare suatu sebab.
Cara penyimpanan diafragma vaginal dapat dilakukan dengan cara
mencuci dengan air dan sabun dingin sampai bersih, lalu keringkan
dengan kain halus, dan kemudian diberi bedak. Diafragma harus disimpan
ditempat yang tidak boleh kena panas. Sesekali diafragma harus
diperiksa, apakah bocor atau apakah cincin mangkuk tidak rusak, Jika
dijaga dengan baik, diafragma dapat dipergunakan untuk selama kira-kira
1 sampai 1 ½ tahun.
Cara Pengguna
1. Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual
2. Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
15. 23
3. Pastikan diafragma tidak berlubang
4. Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma
5. Posisikan saat pemasangan diafragma
6. Masukkan diafragma kedalam vagina kebeakang, dorong bagian
depan pinggiran keatas dibalik tulang pubis
7. Masukkan jari kedalam vaagina sampai menyentuh serviks, sarung
tangan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi
8. Diafragma dipasang divagina sampai 6 jam sebelum hubungan
seksual, Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida kkedalam vagina. Diamkan
diafragma didalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat.
9. Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari
telunjuk dan tengah
10. Cuci diafragma dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan
kembali ditempatnya.
3. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Menyebabkan sel
membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Manfaat:
a) Efektif seketika
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Bias digunakan sebagai pendukung metode lain
16. 24
d) Tidak mengganggu kesehatan klien
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
f) Mudah digunakan
g) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Keterbatasannya
a) Efektifitasnya kurang (3-21 kehamilan per 100 wanita per tahun
pertama)
b) Efektifitas sebagainm kontrasepsi kepatuhan mengikuti cara
pengguna
c) Ketergantungan pengguna dan motivasi berkelanjutan dengan
memakainya setiap melakukan hubungan eksual.
d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual (tablet vagina busa, suppositroria,
dan krim).
e) Efektifitas aplikasi pengguna spermisida.
Efek Samping
a) Iritasi Vagina
b) Iritasi pada penis dan tidak nyaman
c) Gangguan rasa panas di vagina
d) Kegagalan tablet tidak larut.
Cara Pengguna
a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi
aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida
17. 25
b) Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas
hubungan seksual
c) Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau suppositoria
adalah 10-15 menit.
d) Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa
e) Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang cara pengguna
dan penyimpanan dari setiap produk
f) Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks
terlindung dengan baik.
C. Kontrasepsi Pil
1. Pil kombinasi
Adalah pil kontrasepsi yang berisi progesteron dan estrogen. Pil
kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai
efek lain terhadap traktus genetalis,seperti menimbulkan perubahan-perubahan
pada lendir serviks, sehingga kurang banyaknya dan kental,
yang meningkatkan sperma tidak dapat memasuki kavum uteri.
Manfaatnya:
a) Memliki efektifitas yang tinggi, bila digunakan setiap hari
b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang, tidak
terjadi nyeri haid.
18. 26
e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakan untuk mencegah kehamilan
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
g) Kesuburan segara kembali setelah pengguna pil berhentikan.
h) Dapat mengobati wanita yang perdarahan yang tidak teratur.
Kekurangan
a) Pil harus dipakai setiap hari, kurang cocok dengan wanita yang
pelupa.
b) Motivasi harus diberikan secara intensif.
Efek Samping
a) Ringan :
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak
teratur, edema, nyeri kepala, timbulnya jerawat dan keluhan
lainnya.
b) Berat:
Dapat terjadi trombo-embolisme, mungkin karena peningkatan
aktifitas faktor-faktor pemebekuan atau karena pengaruh vaskuler
secara langsung, (Sofian, 2012).
2. Pil sekunsial
Pil sekunsial itu tidak seefektif pil kombinasi, karena angka
kegagalan lebih tinggi dibandingkan pil kombinasi, yaitu 0,5-1,4
dikarenakan makan pil sekunsial, tidak boleh lupa satu hari pun, jika lupa,
dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan, (Sofian, 2012). Dan
19. 27
pemakainya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu saja. Pada cara
kontrasepsi ini diminum pil yang hanya mengandung estrogen saja untuk
14-16 hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan
progesteron untuk 5 sampai 7 hari. Pada akhir minggu keempat, akan
terjadi perdarahan lucut. Efek sampingnya sama dengan pil kombinasi.
3. Mini Pil
Mini pil bukan merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama
memakan pil mini ini ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi. Efek
utamanya ialah terhadapa lendir serviks dan juga terhadap endometrium,
sehingga nidasi blastolista tidak dapat terjadi. Mini pil ini umumnya tidak
dipakai untuk kontrasepsi.
Pilihan pil KB bagi wanita dengan patrun menstruasinya durasi
pendek dan jumlah sedikit pilihlah pil KB dengan estrogen agak tinggi.
Wanita dengan patrun menstruasi durasi jangka panjang dan banyak
pilihlah pil KB dengan estrogen rendah, (Manuaba, 2008)
D. Kontrasepsi Dengan Suntik
1. Jenis-jenis kontrasepsi suntikan
a) Golongan progestin, nmisalnya Depo Provera 150 mg isi 1 cc
(disuntikan tiap tiga bulan), Depo progestin 150 mg isi 3 cc
(disuntikan tiap tiga bulan).
b) Golongan progestin dengan campuran estrogen propionat.
Misalnya, Cyclofem (disuntikan tiap satu bulan).
2. Cara Kerja Obat
20. 28
a) Mencegah pematangan dan lepasnya sel telur dari indung telur
wanita.
b) Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel
mani) tidak dapat masuk kedalam rahim.
c) Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan.
3. Efek Samping
a) Gangguan siklus haid
b) Depresi
c) Keputihan
d) Jerawat
e) Rambut rontok
f) Perubahan Berat Badan
g) Pusing atau sakit kepala (Migran)
h) Mual dan Muntah
i) Perubahan libido atau dorongan seksual
4. Efektifitas
Kontrasepsi suntik adalah sementara. Macam-macam suntikan
tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka kegagalan kurang
dari 0,1 persen per 100 wanita per tahun.
5. Keuntungan
a) Sangat efektifitas (99,6 %)
b) Risiko keesehatan kecil
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
21. 29
d) Pemeriksaan dalam tidak tidak dibutuhkan pada pemakaian awal
e) Dapat dilaksanakan oleh tenga paramedis
f) Suntikan Noristeral dan Depo Provera tidak mengandung
estrogen sehingga tidak memengaruhi secara serius penderita
penyakit jantung dari reaksi pengumpalan darah yang kadang
kala dihubungkan dengan kontrasepsi pil yang mengandung
estrogen. Pada suntikan Cyclofen terdapat hormon etrogen
dalam dosis rendah untuk memacu terjadinya haid setiap bulan
sehingga pemberiannya pada penderita jantung dan pembuluh
darah harus terus diperhatikan.
g) Peserta tidak perlu menyimpan obat suntik
h) Tidak ketergantungan peserta kecuali kembali suntik tiap 1,2 dan
3 bulan
i) Tidak mempengaruhi pemberian ASI, kecuali suntikan Cyclofem
j) Reaksi suntikan sangat cepat (kurang dari 24 jam)
k) Dapat digunakan oleh wanita tua diatas umur 35 tahun, (kecuali
Cyclofem)
l) Tidak perlu diingat kecuali kemballi untuk suntikan berikut
m) Mencegah kehamilan ektopik
n) Jangka panjang
o) Sangat efektifitas walaupun peserta terlambat suntik 1 minggu
dari jadwal yang ditentukan
22. 30
p) Sangat berguna untuk klien yang tidak ingin hamil lagi, tetapi
belum tersedia untuk mengikuti sterilisasi.
6. Kerugiannya
a) Kemungkinan terlamabat pemulihan kesuburan setelah
penghentin pemakaian.
b) Harus kembali ke sarana pelayanan
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
e) Dapat menyebabkan ketidakteraturan siklus haid
f) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit
menular seksual, Hepatitis B, atau infeksi HIV,
7. Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntikan
a) Jika mungkin, suntikan pertama diberikan pada lima hari pertama
haid, agar klien yakin bahwa dia tidak dalam keadaan hamil
b) Klien harus mendapat suntikan lagi pada satu, dua, tiga bulan
mendatang, tergantung pada jenis kontrasespsi (tiga bulan untuk
Depo Provera, satu bulan untuk Cyclofem).
c) Jika klien tidak haid dalam masa satu suntikan, maka
kemungkinan besar dia tidak hamil karena kontrasepsi suntikan
dapat menyebabkan terhentinya haid, atau berkurangnya jumlah
darah haid yang dikeluarkan.
23. 31
d) Jika klien ingin mempunyai anak kembali, maka dia dapat
menghentikan kontrasepsi suntikannya. Dibutuhkan waktu
beberapa bulan sebelum dia hamil kembali.
e) Kontrasepsi suntikan progestin dapat diberikan 3 minggu hingga
6 bulan setelah melahirkan.Biasanya kontrasepsi diberikan pada
kontrol pasca persalinan 6 bulan. Calon klien bisa mendapatkan
kontrasepsi suntikan hingga 2 bulan pasca persalinan bila dia
menyusui secara efektif, walaupun selama itu dia tidak
menggunakan kontrasepsi lain.
f) Kontrasepsi suntik dapat segera diberikan pasca abortus, (Koes
Irianto, 2012).
8. Daerah Penyuntikan ( Intra Muskular)
a) Langkah Pertama
Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkoholyang
dibasah oleh etil/isoprofil alkohol 60-90 persen. Hilangkan semua kotoran
yang terlihat sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
b) Langkah Kedua
Biarkan kulit tersebut kering sebelum disuntik
c) Langkah ketiga
1) Setelah kulit kering, aksankan penyuntikan
2) Kocok alkohol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara (pada Devo Provera/Cyclofem), keluarkan
isinya. Kontrasepsi suntik tidak perlu diinginkan.
24. 32
3) Suntikan secara intramuskular dalam didaerah pantat (daerah
genetal). Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, maka
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segera dan efektif
E. Kontrasepsi Dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) merupakan kontrasepsi
yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif apabila dibandingkan
dengan metode pil, suntik, dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain
ditunjukkan dengan angka kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila
dibandingkan dengan metode tersebut diatas. Alat kontrasepsi dallam
rahim terbuat dari plastic elastic, dililit oleh tembaga atau campuran
tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi inti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode
kerja mencegah masuknya spermatozoa/sel mani kedalam saluran tuba.
Pemasangan dan pencabutan harus dilakukan oleh tenaga medis, dapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai
oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual.
Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit
masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilitas.
25. 33
Keuntungan
1. Alat konrasepsi IUD dapat diterima masyarakat dunia, termasuk
Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam pemakaian.
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.
3. Control medias yang ringan
4. Penyulit tidak terlalu berat
5. Pulihnya kesuburan setelah AKDR berlangsung baik.
Kerugian KB IUD yaitu:
1. Terdapat perdarahan sedikit
2. Dapat terjadi infeksi
3. Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan priemer atau
sekunder dan kehamilan ektopik
4. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uterus dan
mengganggu hubungan seksual.
Teknik Pemasangan
1. Mamasukkan lengan IUD didalam kemasan sterilnya ( tindakan
sederhana tetapi sangat penting untuk menghindarkan IUD dari
kontaminasi sebelum dipasang).
2. Menggunakan larutan antiseptik seperti povidone iodine pada
serviks dan vagina. Langkah ini menghindari kontaminasi dari
mikroorganisme yang normal terdapat pada vagina.
26. 34
3. Hindarkan kontaminasi pada sonde dan inserter IUD saat
pemasangan dengan tidak menyentuh dinding vagina atau bibir
spekulum.
4. Memasukkan sonde dan inserter IUD kedalam uterus dengan
teknik sekali masuk .
F. Kontrasepsi Dengan Implant
Susuk KB disebut alat KB bawah kulit (AKBK). Kini sedang diuji
coba susuk KB satu kapsul yang disebut implanon. Pemasangan norplant
sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB
memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah, murah, dan
aman, dan lama kerjanya norplant ataupun perlindungan nya selama lima
tahun. Jumlah yang memerlukan pelayanan pencabutan makin besar, dan
dijumpai penyulit dan komplikasi saat mencabut. Efektifitas sangat
efektifitas (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).
Jenis Implant
1. Terdiri dari enam kapsul silastik (Norplant).
2. Terdiri dari satu kapsul silastik ( Implanon)
3. Terdiri dari 2 kapsul silastik (Jedena)
Cara Kerja
1. Lendir serviks menjadi kental.
2. Menganggu proses pembentukn endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
3. Mengurangi transportasi sperma.
27. 35
4. Menekan ovulasi.
Keuntungan
1. Daya guna tinggai
2. Perlindungan jangka panjang
3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat stelah pencabutan
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5. Bebas dari pengaruh estrogen
6. Tidak mengganggu kegiatan senggama
7. Tidak mengganggu ASI
8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
Kerugian
1. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur
2. Berat badan bertambah
3. Menimbulkan akne, ketegangan payudara
4. Liang senggama terasa kering.
5. Gangguan pertumbuhan rambut
6. Infeksi pada luka insisi
7. Nyeri perut bagian bawah
8. Kloasma bercak hitam pada wajah
9. Gangguan fungsi hati
10. Jerawat
Cara pemasangan Implant
28. 36
1. Sebelum melakukan insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau
skapel untuk memastikan obat anastesi telah bekerja.
2. Pegang skapel dengan sudut 45 derajatbuat insisi dangkal hanya
untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang
panjang dan dalam Ingat kegunaan kedua tangan pada trokar.
Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke
atas.
3. Memasukkan trokar jangan dngan paksaan jika terdapat tahanan,
coba dari sudut lainnya.
4. Untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat trokar keatas,
sehingga kelit terangkat. Masukkan trokarperlahan-lahandan hati-hati
kearah tanda 1 dekat pangkal.
5. Saat trokar masuk, cabut pendorong dari trokar.
6. Masukkan kapsul pertama dari trokar, Gunakan ibu jari dan telunjuk
atau pinset atau klem untuk megambil kapsul dan memasukkan
kedalam trokar. Letakkan satu tangan dibawah kapsul untuk
menangkap bila kapsul terjatuh. Dorong kapsul sampai seluruhnya
masuk kedalam trokar.
7. Pegang pendorong dengan erat ditempatnya dengan satu tangan
utnuk menstabilkan. Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu
jari dan telunjuk kearah luka insisi dan pangkal menyentuh
pegangan pendorong.
29. 37
8. Tanpa mengeluarkan seluruh trokar pitr ujung dari trokar kearah
lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk
memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar
sekitar 15 derajat mengikuti pola seperti kipas yang terdapat pada
lengan.
9. Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi infeksi,
pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kira-kira 5 mm dari tepi
luka insisi tidak lebih lebar dari 1 kapsul.
10. Sebelum meencabut trokar, raba kapsul untuk mamastikan keenam
kapsul semuanya telah terpasang.
11. Setelah keenam kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap
kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar pelan-pelan . Tekan
tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selma 1 menit untuk
menghentikan perdarahan.Bersihkan tempat pemasangan dengan
kasa steril. Selanjutnya luka ditutupin dengan kasa steril dan
diplester.
G. Kontrasepsi Dengan Tubektomi
Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi atau
pembedahan vaginal. Sekarang dengan alat-alat dan teknik baru, tindakan
iini diselenggarakan secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan
di rumah sakit. Keuntungan tubektomi yaitu: 1) motivasi hanya dilakukan
satu kali saja, 2) efektifitas hampir 100%, 3) tidak mempengaruhi libido
seksualitas, 4) kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
30. 38
Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba:
a) Laparatomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna
tubektomi. Disini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan
tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu di bedah untuk
keperluan lain.
b) Laparatomi Post Partum
Laparatomi ini dilakukan satu hari pospartum. Keuntungannya ialah
bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk
perawatan pasca operasi, dan oleh karena uterus masih besar, cukup
dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan
dan kiri.
c) Mini laparatomi
Laparatomi mini dilakukan dalam masa interval.Sayatan dibuat digaris
tengan diatas simfisis sepanjang 3 cm kedalam kavum kavum uteri.
Dengan bantuan alat ini uterus bilamana dalam retrofleksi dijadikan
letak antefleksi dhulu dan kemudian dorong kearah lubang sayatan
(Sarwono,2009).
Kontraindikasi
1. Kehamilan
2. Perdarahan genetalia abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tromboflebitis aktif atau gangguan tromboembolisme
4. Penyakit hati akut
31. 39
5. Kanker payudara yang diketahui atau dicurigai.
Efek samping
1. Perubahan pola menstruasi yng tidak teratur
2. Peningkatan nafsu makan
3. Peningkatan Berat Badan( rata-rata 2,5 selama 5 tahun)
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Jerawat (ketika implan dicabut)
6. Kerontokan rambut
7. Kecemasan
8. Kista ovarium
9. Mual
10. Pusing
11. Depresi (Varney, 2007).
Sterilisasi Kontrasepsi dapat dilakukan saat
a) Masa Interval
Sebaiknya setelah haid
b) Pasca persalinan
Sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau selambat-lambatnya 48
jam pasca persalinan.
c) Pasca Keguguran
Sesudah abortus, dapat langsung dilakukan sterilisasi.
d) Waktu Operasi Membuka Perut
32. 40
Pada setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding
perut, hendaknya dipertimbangkan apakah wanita tersebut sudah
mempunyai indikasi untuk dilakukan. Hal ini harus diterangkan
kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat
dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.
H. Kontrasepsi Dengan Vasektomi
Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat dilakukan oleh
seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu. Pada dasarnya
indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-istri
tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa
tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya, (Sarwono, 2009).
Vasektomi sebanarnya telah dikenal orang sejak abad 19, para ahli
bedah telah melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan: mencegah
infeksi kelenjar prostat atau pada hipertrofi kelenjar prostat.
Indikasi
1. Untuk tujan kontrasepsi yang bersifat permanen
2. Untuk tujuan pengobatan guna mencegah epididitimis
Komplikasi
1. Komplikasipasca bedah:
a) Perdarahan, hematoma
b) Rasa nyeri, pegal
c) Infeksi
2. Komplikasi dalam jangka waktu yang agak lama
33. 41
a) Kemungkinan terjadi rekanalisasi
b) Komplikasi yang ditakuti akseptor seperti impotensi atau
menimbulkan nafsu pria yang berlebihan tidak ada.
Keuntungan
1. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja
dan di mana saja
2. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
3. Hasil yang diperoleh hampir 100%
4. Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
5. Bila pasangan suami istri, oleh karena sesuatu sebab, ingin
mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung vas defens dapat
disambung kembali (rekanalisasi).
Kerugian
1. Cara ini langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah
benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa semen.
2. Karena namanya masih merupakan tindakan “operasi”, maka para
pria masih merasa takut.
3. Walaupun pada prinsipnya dapat disambung kembali, namun
masih
4. Diperlukan banyak tenaga terlatih untuk melakukannya, (Mochtar,
1998).
34. 42
2.6 Kerangka Konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu Pengaruh Pengetahuan PUS
terhadap Rendahnya Pengguna KB di Poskesdes Bidan M. Tambunan
Desa Sosor Tambok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2014 maka peneliti menyusun kerangka konsep
sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Sumber
Informasi
2.7. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh pengetahuan PUS terhadap rendahnya pengguna
KB di Poskesdes Bidan M. Tambunan Desa Sosor Tambok
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2014.
Ho : Tidak ada pengaruh pengetahuan PUS dengan terhadap
rendahnya pengguna KB di Poskesdes Bidan M. Tambunan Desa
Sosor Tambok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2014.
Rendahnya
Pengguna KB