Bab II membahas tinjauan pustaka tentang pengetahuan dan remaja. Pengetahuan didefinisikan sebagai hasil penginderaan atau pengalaman yang dapat berupa ingatan atau pemahaman terhadap suatu objek. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, informasi, lingkungan sosial budaya, dan pengalaman. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara anak-anak dan dewasa yang ditandai perubahan fisik, ps
1. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar
2.1.1. Pengetahuan
2.1.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra
yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat
suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang
pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja
dan ini terjadi setelah orang melakukan kontrak atau
pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok, 2011).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005),
pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan
dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini
dipengaruhi berbagai factor dari dalam, seperti motivasi
dan factor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta
keadaan social budaya (Budiman, 2013).
Pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan suatu
pola.menurut pendekatan kontruktivistik, pengetahuan
bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,
melainkan sebagai kontruksi kognitif seseorang terhadap
2. 10
objek, pengalaman maupun lingkungan. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah
sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh
seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman,2013)
2.1.1.2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Bloom, pengetahuan di cakup dalam
domain kognitif 6 tingkatan (Wawan, 2010)
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap situasi yang sangat
spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang palin
rendah.
2) Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan,
3. 11
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
makanan yang bergizi.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan
hokum-hukum, rumus-rumus, metode-metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus
statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
4) Analisis (analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam
struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat
menggambarkan (menurut bagian), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (syntesis)
4. 12
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan,
meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu criteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-
kriteria yang telah ada misalnya: dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi
dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat,
dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut
kelurga berencana dan sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behaviour). Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1947)
5. 13
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang
tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut
menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus objek.
2) Interest (ketertarikan) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (evaluasi) terhadap baik atau buruknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial (percobaan), dimana subjek mulai mencoba
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption (adopsi), dimana subjek telah berperilaku
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus (Mubarak, 2011)
2.1.1.3. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan sepanjang
sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara
yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba-coba salah (Trial and Error)
6. 14
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
kebudayaan dan bahkan sebelum adanya
peradaban yang dilakukan oleh banyak orang
untuk mendisiplinkan anak dalam konteks
pendidikan.
b. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan paradigm agama adalah suatu
kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan
melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut
agama yang bersangkutan, terlepas dari
apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
c. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia
secara cepat melalui proses di luar kesadaran
dan tanpa melalui proses penalaran atau
berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini
tidak menggunakan cara-cara yang rasional
dan sistematis. Kebenaran ini diperoleh
seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara
hati atau bisikan hati.
d. Melalui jalan pikiran
7. 15
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikiran,
baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila
proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan khusu kepada yang
umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum kepada yang
khusus.
e. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan
yang dimulai dari pertanyaan-pertanyaan
khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Hal
ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-
pengalaman empiris yang ditangkap oleh
indra.
f. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pertanyaan-pertanyaan umumke khusus.
Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan
cara berfikir deduksi ini ke dalam suatu cara
yang disebut “silogisme”. Silogisme
merupakan suatu bentuk deduksi yang
8. 16
memungkinkan seseorang untuk dapat
mencapai kesimpulan yang lebih baik.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau
lebih popular disebut metodologi penelitian. Cara
ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis Bacor
(1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold
Van Dallen akhirnya lahir suatu cara penelitian yang
dewasa ini kita kenal sebagai metodologi penelitian
ilmiah.
2.1.1.4. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang
mempengaruhi pengetahuan meliputi:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan
usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013).
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
capat menerima dan memahami suatu informasi
sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin
tinggi (Sriningsih, 2011).
2) Informasi/ Media Massa
9. 17
Informasi adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek sehingga menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya
teknologi menyediakan bermacam-macam media
massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan
seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang
suatu pembelajaran maka akan menambah
pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang
yang tidak sering menerima informasi tidak akan
menambah pengetahuan dan wawasannya.
3) Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan
tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk akan menambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi juga akan
menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan
untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang
10. 18
yang mempunyai sosial budaya yang baik maka
pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya
kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik.
Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat
pengetahuan karena seseorang yang memiliki status
ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut
akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan
untuk meningkatkan pengetahuan.
4) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya
pengetahuan kedalam individu karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspons sebagai pengetahuan oleh individu.
Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang
didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik
maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang
baik.
5) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman
orang lain maupun diri sendiri sehingga pengalaman
yang sudah diperoleh dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang
tentang suatu permasalahan akan membuat orang
tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan
11. 19
permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah
dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa
dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan
masalah yang sama.
6) Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan
semakin membaik dan bertambah.
2.1.1.5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan
seseorang ditetapkan menurut hal-hal berikut :
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan
analisis
3) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis
sintesis dan evaluasi Pengukuran pengetahuan
dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden.
Menurut Arikunto (2010) terdapat 3 kategori tingkat
pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai
berikut :
12. 20
1) Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya >
75%.
2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56
– 75%
3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya <
56%
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat
pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila
respondennya adalah masyarakat umum, yaitu :
1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%
2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤
50%
2.1.2. Remaja
2.1.2.1. Pengertian
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun – 21 tahun dan
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan
psikososial. Fase remaja merupakan segamen
perkembangan individu yang sangat penting yang diawali
dengan matangnya organ-organ fisik secara seksual
sehingga mampu berproduksi. Dan remaja juga merupakan
masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua
13. 21
kearah kemandirian, minat-minat seksual, renungan diri dan
perhatian terhadap nilai-nilai estetika (Dewi, 2012)
Pemikiran tersebut bermula dari pemikiran bahwa
remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh
konflik dan perubahan suasana hati (Hall dalam Santrock,
2012). Istilah yang sering digunakan Hall (dalam Santrock
2012) adalah badai dan stress. Menurut pandangan ini,
berbagai pemikiran, perasaan, dan tindakan remaja
berubah-ubah antara kesombongan dan kerendahan hati,
niat yang baik dan godaan, kebahagiaan dan kesedihan.
Pemikiran Hall sangat dipengaruhi oleh Charles Darwin,
pencetus teori evolusi (Santrock, 2012). Santrock memiliki
pemikiran serupa dengan Hurlock.
2.1.2.2. Penggolongan remaja
Sa’id (2015), membagi usia remaja menjadi tiga fase
sesuai tingkatan umur yang dilalui oleh remaja. Menurut
Sa’id, setiap fase memiliki keistimewaannya tersendiri.
Ketiga fase tingkatan umur remaja tersebut antara lain:
1. Remaja Awal (early adolescence)
Tingkatan usia remaja yang pertama adalah
remaja awal. Pada tahap ini, remaja berada pada
rentang usia 12 hingga 15 tahun. Umumnya remaja
tengah berada di masa sekolah menengah pertama
(SMP). Keistimewaan yang terjadi pada fase ini
14. 22
adalah remaja tengah berubah fisiknya dalam kurun
waktu yang singkat. Remaja juga mulai tertarik
kepada lawan jenis dan mudah terangsang secara
erotis.
2. Remaja Pertengahan (middle adolescence)
Tingkatan usia remaja selanjutnya yaitu
remaja pertengahan, atau ada pula yang menyebutnya
dengan remaja madya. Pada tahap ini, remaja berada
pada rentang usia 15 hingga 18 tahun. Umumnya
remaja tengah berada pada masa sekolah menengah
atas (SMA). Keistimewaan dari fase ini adalah mulai
sempurnanya perubahan fisik remaja, sehingga
fisiknya sudah menyerupai orang dewasa. Remaja
yang masuk pada tahap ini sangat mementingkan
kehadiran teman dan remaja akan senang jika banyak
teman yang menyukainya.
3. Remaja Akhir (late adolescence)
Tingkatan usia terakhir pada remaja adalah
remaja akhir. Pada tahap ini, remaja telah berusia
sekitar 18 hingga 21 tahun. Remaja pada usia ini
umumnya tengah berada pada usia pendidikan di
perguruan tinggi, atau bagi remaja yang tidak
melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka bekerja dan
mulai membantu menafkahi anggota keluarga.
15. 23
Keistimewaan pada fase ini adalah seorang remaja
selain dari segi fisik sudah menjadi orang dewasa,
dalam bersikap remaja juga sudah menganut nilai-
nilai orang dewasa.
Menurut Santrock (2011) mayoritas remaja tidak
banyak mengalami konflik namun mencari identitas.
Disampaikan juga bahwa remaja-remaja itu memiliki sifat
yang heterogen. Meskipun mayoritas remaja berhasil dalam
menjalani transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, presentase diantara mereka yang tidak berhasil
serta yang tidak memperoleh peluang dan dukungan yang
memadai juga cukup banyak.
2.1.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
remaja antara lain adalah pengaruh keluarga, pengaruh gizi,
gangguan emosional, jenis kelamin, status social ekonomi,
kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh. Disamping itu
pengaruh lingkungan juga mempengaruhi perkembangan
fisik remaja. Seberapajauh perubahan pada masa remaja
akan mempengaruhi perilaku sebagian besar, tergantung
pada kemampuan dan kemauan anak remaja untuk
mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada
16. 24
orang lain sehingga dengan begituia dapat memperoleh
pandangan baru yang lebih baik (Dewi, 2012).
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya
ikut mempengaruhi pertumbuhan individu mudah
dimengerti bahwa pertumbuhan fisik itu akan sangat
bervariasi. Perbedaan factor keturunan, kondisi kesehatan,
gizi makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan
perbedaan pertumbuhan fisik individu (Dewi, 2012)
Menurut pandangan Gunarsa (dalam agoes Dariyo,
2004) bahwa secara umum ada 2 faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomi)
yakni endogen dan eksogen.
1) Faktor endogen (nature).
Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa
perubahan-perubahan fisik maupun psikis
dipengaruhi oleh factor internal yang bersifat
herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya,
misalnya postur tubuh (tinggi badan), bakat-minat,
kecerdasan, kepribadian dan sebagainya. Kalau
kondisi fisik individu dalam keadaan normal berarti
ia berasal dari keturunan yang normal juga yaitu
tidak memiliki gangguan/penyakit. Hal ini dapat
dipastikan, orang tersebut akan memiliki
pertumbuhan fisik yang normal. Hal ini juga berlaku
17. 25
bagi aspek psikis atau psikososialnya. Perlu
diketahui bahwa kondisi fisik, psikis atau mental
yang sehat, normal dan baik menjadi predisposisi
bagi perkembangan berikutnya. Ini menjadi modal
bagi individu agar mampu mengembangkan
kompetensi kognitif, afektif maupun kepribadian
dalam proses penyesuaian diri (adjustment)
dilingkungan hidupnya.
2) Faktor eksogen (nurture)
Pandangan faktor eksogen menyatakan
bahwa perubahan dan perkembangan individu
sangat dipengaruhi oleh factor-faktor yang berasal
dari luar individu itu sendiri. Factor ini diantaranya
berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social.
Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan
fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim dan
sebagainya. Sedangkan lingkungan social ialah
lingkungan dimana seorang mengadakan
relasi/interaksi dengan individu atau kelompok
individu didalamnya. Lingkungan social ini dapat
berupa: keluarga, tetangga, teman, lembaga
pendidikan, lembaga kesehatan dan sebagainya.
Seorang individu yang hidup dalam lingkungan
keluarga yang berkecukupan (yakni memiliki status
18. 26
social ekonimi menengah keatas), serta orang tua
memberi perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang
baik, member biaya, fasilitas dan kesempatan luas
anaknya untuk berkembang secara baik, maka ia
akan tumbuh berkembang menjadi individu yang
mampu mengaktualisasikan potensinya dengan baik
pula. Hal ini berbeda dengan mereka yang tidak
memperoleh kesempatan-kesempata tersebut.
3) Interaksi antara endogen dan eksogen.
Dalam kenyataannya masing-masing factor
tersebut tak dapat dipisahkan. Kedua factor ini
saling berpengaruh sehingga terjadi interaksi antara
factor internal dan eksternal, yang kemudian
membentuk dan mempengaruhi perkembangan
individu. Dengan demikian, sebenarnya factor yang
ketiga ialah kombinasi dari kedua factor itu. Para
ahli perkembangan sekarang meyakini bahwa kedua
factor internal (endogen) maupun eksternal
(eksogen) tersebut mempunyai peran yang sama
besarnya, bagi perkembangan dan pertumbuhan
individu. Oleh karena itu sebaiknya dalam
memandan dan memprediksi perkembangan
seseorang harus melibatkan kedua factor tersebut
19. 27
secara utuh (holistic, integratif, dan komprehensif)
dan bukan partial (sebagian saja)
Berikut ini adalah gambar dari hubungan kedua
factor tersebut:
Gambar 2.1
Skema interaksi endogen-eksogen dalam perkembangan
individu
2.1.2.4. Tugas-tugas perkembangan remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan
perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan
disekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun
psikologisnya menuntut individu untuk dapat
menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup
yang dihadapi. Tugas-tugas perkembangan pada masa
remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas
intelektual, stress dan harapan-harapan baru yang dialami
remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan
pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stress,
Endogen –
internal
Eksogen –
eksternal
Perkembangan
individu
20. 28
kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja
membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan
kenakalan (Dewi, 2012)
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas
perkembangan yang harus dilalui. Bila seorang gagal
mengalami tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya
maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi
masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal
kepribadian remaja maka perlu diketahui tugas-tugas
perkembangannya. Adapun tugas-tugas perkembangan
tersebut antara lain:
1) Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat
memanfaatkannya secara efektif.
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima
keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru
penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
2) Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional
dari orang tua.
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan
emosional sering disertai perilaku “pemberontakan”
dan melawan keinginan orang tua. Bila
pertentangan tidak dapat diselesaikan dirumah,
maka remaja akan mencari jalan keluar dan
21. 29
ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut
akan membuat remaja memiliki kebebasan
emosional dari luar orang tua. Sehingga remaja
justru lebih percaya pada teman-temannya. Jika
orang tua tidak menyadari akan pentingnyatugas
perkembangan ini, maka remaja kemungkinan
dalam kesulitan besar.
3) Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua
jenis kelamin baik putra maupun putri. Pada masa
remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan
pentingnya pergaulan. Ada sebagian besar remaja
yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan
jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut
menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam
perkembangan remaja tersebut.
4) Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri.
Banyak remaja yang belum mengetahui
kemampuannya. Banyak dari mereka lebih
mengetahui kekurangannya dibandingkan kelebihan
yang dimilikinya. Bila hal tersebut tidak
diselesaikan pada masa remaja tentunya akan
menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya
(masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun)
22. 30
5) Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai
dan norma. Skala nilai dan norma biasanya
diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan
orang yang dikaguminyanterutama dari tokoh
masyarakat maupun dari bintang-bintang yang
dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang
diperolehnya akan membentuk suatu konsep
pencarian jati dirinya.
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai 3 macam
tujuan yang sangat berguna, yaitu:
1) Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui
apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada
usia-usia tertentu.
2) Dalam memberi motivasi kepada setiap individu
untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka
oleh kelompok social pada usia tertentu sepanjang
kehidupan mereka.
3) Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa
yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang
diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat
perkembangan selanjutnya.
2.1.2.5. Faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja
Terjadinya kenakalan remaja itu sendiri tidak selalu
murni disebabkan oleh perilaku dari dalam diri remaja,
23. 31
tetapi bias juga disebabkan pengaruh dari luardan
merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak dapat
ditanggulangi oleh remaja. Bahkan orang tua maupun
keluarga tidak mampu mengatasinya, akibatnya remaja
menjadi korban dari keadaan keluarga. Berkaitan dengan
hal tersebut, menurut Turner dan helms (dalam Agoes
Dariyo, 2004) factor-faktor terjadinya kenakalan remaja
antara lain:
1) Kondisi keluarga yang berantakan (broken home)
Kondisi keluarga yang berantakan
merupakan cerminan adanya ketidakharmonisan
individu (suami-istri atau orang tua-anak) dalam
rumah tangga. Selama terjadi pertengkaran, anak-
anak akan melihat, mengamati dan memahami tidak
adanya kedamaian, ketentraman, maupun
kenyamanan dalam lingkungan keluarganya.
Akibatnya mereka akan mencari ketentraman, kasih
saying maupun kenyamanan diluar rumah.
2) Kurangnya perhatian dan kasih saying dari orang
tua
Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya
bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu. Ia juaga
memerlukan kebutuhan psikologis untuk
pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
24. 32
3) Status social ekonomi orang tua rendah
Kehidupan ekonomi yang terbatas atau
kurang menyebabkan orang tua tidak mampu
melakukan pemenuhan kebutuhan baik berupa
kebutuhan primer, sekunder maupun tersier dengan
baik dan bahkan orang tuapun kurang optimal
dalam memberikan kasih saying pada anak. Hal ini
dapat terjadi karena seluruh waktu dan perhatiannya
cenderung tercurah pada pekerjaan agar dapat
meningkatkan taraf hidup keluarga.
4) Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat
Mungkin sebagian dari orang tua
beranggapan bahwa penerapan disiplin terhadap
anak-anak berarti harus dilakukan secara tegas,
keras, tidak kenal kompromi serta belas kasihan
kepada anak. Disini, orang tua berperan secara
sentral dalam menentukan kriteria kedisiplinan. Jika
hal tersebut terjadi, mereka cenderung akan
melakukan tindakan-tindakan yang negative,
sebagai pelarian maupun protes terhadap orang
tuanya.
25. 33
Gambar 2.1
Skema faktor kenakalan remaja
2.1.2.6. Bentuk-bentuk kenakalan remaja
Hal yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa
kenakalan remaja tidaklah berdiri sendiri dan menjadi
secara tiba-tiba, melainkan melalui proses. Di dalam proses
tersebut, banyak unsur yang terlibat membentuk mentalitas
remaja. Dalam hal ini, orang tua sebagai mesin pemroses
utama pembentukan mentalitas, karakter atau kepribadian
remaja. Pada masa remaja, mereka memasuki dunianya
dengan bekal pendidikan yang dipersiapkan selama
bertahun-tahun oleh orang tua.
Beberapa bentuk kenakalan remaja yang sering kali
terjadi menurut EB surbakti (2008) adalah sebagai berikut:
1) Pornografi
Banyak remaja yang terlibat dalam
pornografi dan menjajakan diri demi kepuasan diri
Keluarga berantakan (broken home)
Faktor kenakalan
remaja
Kurang kasih
sayang orang
tua
Inkontinensi
displin orang
tua
Status social
ekonomi rendah
26. 34
dan pemujaan terhadap paham hedonism. Maraknya
situs pornografi di internet dan mudahnya
mengakses situs tersebut untuk mendorong
percepatan remaja terjerumus ke jurang kehancuran
moral dan spiritual.
2) Pertentangan
Remaja cenderung menentang otoritas orang
tua. Pembebasan dari otoritas orang tua maupun dari
ketergantungan emosional kepada orang tua
sebenarnya telah dimulai sejak masa kanak-kanak,
tetapi proses pembebasan tersebut sangat kuat pada
usia remaja. Untuk menyatakan diri maupun
berfungsi secara efektif sebagai orang dewasa,
remaja memang harus berani melepaskan diri dari
keluarga dan mengembangkan kemerdekaan dalam
perilaku, emosi, nilai-nilai dan kepercayaan.
Penegakan disiplin diperlukan, tetapi harus disertai
dengan kesabaran dan argumentasi rasional.
Beberapa orang tua tidak mampu membedakan
antara menegakan disiplin dan menegakkan wibawa
sehingga banyak remaja yang teraniaya secara
psikologis oleh orang tua mereka sendiri. Inti dari
pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan
27. 35
kemerdekaan, pengakuan eksistensi, dan perhatian
dari orang tua.
3) Perkelahian
Salah satu cirri khas remaja adalah ingin
membuktikan eksistensinya didalam komunitasnya.
Remaja laki-laki umumnya ingin menyetakan
identitasnya dengan keberanian.
4) Narkoba
Remaja banyak yang terlibat didalam
pengedaran obat-obat terlarang mulai dari obat-obat
psikotropika sampai narkoba, baik sebagai pemakai
atau pengedar. Sebenarnya, para remaja hanyalah
korban permainan orang-orang dewasa yang ingin
mengeruk keuntungan yang sebesar-
besarnyadengan mengorbankan para remaja.
5) Tindak criminal
Banyak pelajar sudah terlibat perbuatan
criminal berat, seperti penodongan, penganiayaan,
pemerasan, perampasan, pemerkosaan, pelecehan
dan pembunuhan.
6) Melalaikan tanggung jawab
Melalaikan tanggung jawab adalah salah
satu bentuk kenakalan remajayang paling umum.
Mereka cenderung mengabaikan atau menghindar
28. 36
dari segala sesuatu yang berkaitan dengan
kewajiban, apalagi jika kewajiban tersebut
memberatkan, namun menuntut dengan tegas hak
mereka.
7) Pergaulan bebas
Pergaulan bebas merupakan sisi paling
menakutkan bagi orang tua terhadap anak remaja
mereka. Dorongan seksual, rasa ingin tahu yang
besar, namun tidak disertai pengetahuan dan
pengalaman yang memadai menyebabkan banyak
remaja terjerumus melakukan seks bebas atau
menggunakan narkoba atau obat psikotropika
lainnya.
8) Kemalasan
Para remaja erat sekali dengan kemalasan.
Banyak remaja yang malas mengurus diri sendiri
termasuk lingkungannya.
9) Utopis
Banyak remaja yang terjerat pola piker
utopia, membangun ilusi dan angan-angan
mendapatkan prestasi yang setinggi-tingginya,
tetapi tanpa usaha. Sikap seperti ini mendorong
mereka menjadi frustasi karena bagaimanapun, pasti
29. 37
sulit merealisasikan angan-angan menjadi kenyataan
jika tidak disertai dengan kerja keras yang nyata.
10) Budaya instan
Banyak remaja yang terjebak dalam budaya
instan, ingin meraih sukses tanpa melalui proses
kerja keras, melainkan jalan pintas. Inilah yang
disebut dengan budaya instan. Sebuah budaya yang
menawarkan kemudahan, angan-angan dan impian
tanpa perjuangan yang panjang.
Gambar 2.1
Bentuk-bentuk kenakalan remaja
Kenakalan
remaja
Bentuk
Pornografi
Kemalasan
Perkelahian
Pergaulan
bebas
Kelalaian
Tindak
kriminal
Penentangan
Berikan
teladan
yang
terpuji
Tegakkan
disiplin
sejak dini
tanpa
kompromi
solusi
30. 38
2.1.3. Narkoba
2.1.3.1. Pengertian
Secara terminologis, dalam undang-undang nomor
22 tahun 1997 tentang Narkotika pada bab I pasal 1
disebutkan, bahwa narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Wahib, 2016)
2.1.3.2. Jenis-jenis narkoba
Tentang jenis jenis narkoba dapat didekati dengan 3
pendekatan. Pertama pendekatan golongannya dari segi
hukum. Kedua, dari segi bahan baku dasar dari apa
narkotika tersebut terbuat. Ketiga dari segi efeknya
1. Dari segi hukum
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan:
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang
hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembanan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
(seperti morfin, heroin dan kokain)
31. 39
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang
berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembanan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (seperti petidin,
metadon)
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang
berkhasiat sebagai pengobatan dan banyak
digunakan sebagai terapi dan/atau tujuan
pengembanan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (seperti kodein, doveri) (UU no
22. 1997)
2. Dari segi bahan dasarnya
Dari segi bahan dasarnya, narkotika dapat terbuat dari
bahan-bahan alamiah maupun bahan-bahan sintetis.
Bahan-bahan dasar alamiah narkotika pada garis
besarnya terbuat dari satu diantara 3 bahan–bahan ini.
Yakni candu (papaver somniferum L), koka
(erythroxylum coca), dan ganja (cannabis sativa L).
a. Candu
Candu atau opium merupakan sumber utama
dari narkotika alam. Berbagai narkotika berasal
32. 40
dari alkaolida candu ini, misalnya morfin, heroin
dan putaw. Candu berasal dari tanaman papaver
somniverum L dan dari keluarga papaveraceae.
Nama papaver somniferum merupakan sebutan
yang diberikan oleh linneaus pada tahun 1753.
Selain disebut dengan papaver somniferu,
candu juga disebut dengan papaver ningrum dan
pivot somnifere.
Tumbuhan papaver somniferum adalah
tumbuhan warna keputih-putihan, tegak dengan
tinggi 30-100 cm, mengandung getah dan berbiji
banyak. Ukuran biji tanaman papaver relative
kecil serta mengandung minyak berwarna putih.
Daun tumbuhan tersebut lebar dan bergigi kasar.
Bunganya bersifat hermafrodit dengan diameter
sampai 18 cm, berwarna putih atau merah.
Buahnya berbentuk bulat telur dan bertangkai
besar.
Apabila bunganya mulai berjatuhan, kira-
kira 10-15 hari kemudian bunganya sudah dapat
dipetik. Buah yang belum masak, berbentuk
bola dengan garis tengah 5-7 cm, dalam bahasa
inggris disebut poppy. Apabila buah muda ini
digores maka akan mengeluarkan getah seperti
33. 41
susu, selain kering getah tersebut berubah warna
menjadi coklat kehitam-hitaman yang disebut
candu mentah (raw opium), yakni bahan mentah
candu.
Tanaman ini tidak tumbuh subur di dataran
rendah wilayah tropis. Oleh karena itu tanaman
ini tidak ada di Indonesia, selain memang
dilarang.
b. Kokain
Kokain adalah suatu alkaolida yang berasal
dari daun erythroxylum coca. Tanaman tersebut
banyak tumbuh di Amerika selatan dibagian
barat ke utara Samudera pasifik. Sebagian besar
ditanam dan tumbuh di dataran tinggi Andes,
khususnya Peru dan Bolivia.
Kokain tumbuh juga di Ceylon, India dan
pulau di Jawa. Di pulau Jawa sebagian kokain
ditanam dengan sengaja, sebagian yang lain
tumbuh liar sebagai tanaman pagar.
Tanaman sejenis perdu tersebut dapat
mencapai tinggi hingga 2 meter. Daunnya
berwarna hijau kekuning-kuningan dan
pertumbuhannya amat subur, sehingga dalam
waktu satu tahun dapat dipanen sebanyak 6 kali.
34. 42
Sebelum diolah di laboratorium, daun tanaman
tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari.
Daun erythoxylum coca memiliki rasa dan
bau seperti the dan mengandung kokain. Daun
tersebut sering dikunyah karena sedap rasanya
dan memberi efek seolah-olah menyegarkan
badan. Padahal mengunyah daun koka dapat
merusak paru-paru dan melunakkan saraf serta
otot.
c. Ganja
Ganja berasal dari tanaman cannabis yang
mempunyai varietas/family cannabis sativa,
cannabis indica, dan cannabis ruderalis.
Tanaman tersebut termasuk keluarga
cannabaceae.
Tanaman cannabis merupakan tanaman setahun
yang mudah tumbuh tanpa memerlukan
pemeliharaan istimewa. Tanaman ini tumbuh
pada daerah beriklim sedang. Tanamannya
cukup rimbundan tumbuh subur di daerah tropis.
Ia ditanam dan dapat tumbuh secara liar di
semak belukar.
Pohon ganja bisa tumbuh di berbagai
belahan dunia dan biasanya tumbuh pada daerah
35. 43
beriklim panas sampai sedang. Ganja
merupakan tumbuhan berumah dua. Artinya
pohon yang satu hanya berbunga jantan, yang
satu lagi berbunga betina. Daun ganja berbentuk
runcing berjari-jari ganjil (5, 7 atau 9)
Ada 3 jenis ganja didalam pasaran, yakni
Buddha stick, daun dan Hashish (minyak atau
lemak ganja). Nama samaran ganja banyak
sekali, misalnya Indian Hemp, rumput, barang,
daun hijau, bangli, bunga, ikat, labang, jayus,
jum. Dikalangan pecandu disebut grass,
marijuana, hash atau hashish.
Bagi pemakai, ganja sering dianggap sebagai
lambang pergaulan, sebab konsumsinya hampir
selalu beramai-ramai, tidak pernah sendiri.
Karena efek yang ditimbulkan oleh ganja adalah
kegembiraan, sehingga ganja hampir mustahil
dinikmati sendiri.
3. Dari segi efek farmakologis
Apabila ditinjau dari segi efek farmakologisnya,
berbagai bahan yang dikategorikan sebagai
narkotika/psikotropika dapat digolongkan menjadi 5
macam, yaitu: depresan, stimulan, halusinogen,
entaktogen dan kanabinoid.
36. 44
a. Depresan
Depresan adalah salah satu jenis narkotika yang
mempunyai efek untuk menekan adanya rasa
tidak nyaman. Obat depresan ini langsung
mempengaruhi susunan saraf pusat sehingga
mengakibatkan hilangnya ketegangan-
ketegangan, menimbulkan perasaan tenang,
tidak berdaaya, dan mempermudah tidur.
Pemakai akan menjadi tenang pada awalnya,
kemudian apatis, mengantuk dan tidak sadar
diri. Semua gerak refleks menurun, mata
menjadi sayu, dan daya penilaian menurun.
Obat-obat tersebut sering dipakai oleh orang
yang merasa takut, gugup, dan tidak tenang.
Kadang juga dipakai untuk diminumkan pada
orang lain dengan maksud-maksud tertentu,
misalnya pemerkosaan, perampasan dll.
Yang dapat dikategorikan dalam kelompok
depresa antara lain adalah: candu, morfin,
heroin, kodein, obat-obat tidur (hypotics), obat
penghilang rasa sakit (sedatives), dan obat
penenang lain (tranquilizers), diantaranya
mandrax, valium, pentolbarbitol, mathaqualone
37. 45
(MQ), barbiturat, deazepam, klordiazepoksida
dan meprobomat.
b. Stimulan
Jika depresan mempunyai efek menidurkan,
maka stimulan adalah kebalikannya. Dengan
mngkonsumsi stimulan, maka seseorang akan
menjadi sangat aktif dan bahkan tidak mengenal
lelah. Obat stimulan meningkatkan kegiatan
central nervous system, meningkatkan
kemampuan fisik, perasaan meluap-luap
menjadi lebih bersemangat, hilang nafsu makan
dan lebih lama tahan tidak mengantuk.
Pada awalnya pemakai akan merasa segar. Jenis
narkotika ini sering dipakai oleh para artis untuk
meningkatkan rasa percaya diri ketika akan
tampil, juga dilakukan oleh seseorang yang
hendak melakukan kejahatan untuk menambah
keberaniannya.
Dalam dunia olah raga, narkotika jenis stimulan
ini kadang juga digunakan untuk menambah
prestasi dengan istilah “obat doping”. Karena
hal ini dapat membahayakan diri atlet yakni
membuat atlet tersebut tidak mengenal lelah
secara wajar, maka hal ini dilarang.
38. 46
Yang dapat dikategorikan kedalam stimulan
ialah: macam-macam amphetamin,
deksamphetamin, phenmetrazin, methypenidat,
shabu/methampetamin, kokain dan kafein.
c. Halusinogen
Efek halusinogen artinya menimbulkan hayalan
dan dapat menimbulkan kelainan daya persepsi
pancaindra serta menyebabkan pemakaian
menjadi tidak mampu membedakan mana yang
nyata dan mana yang fantasi.
Pemakai mengalami suatu keadaan dimana ia
dapat merasakan, mendengar dan melihat
sesuatu yang indah. Ia merasa hidup di alam lain
yang terasa amat membahagiakan, bahkan
pemakai bias merasakan bahwa yang dilihat
terasa lebih indah dan yang didengar terasa lebih
nikmat.
Konsep terhadap realitas jadi hilang. Pemakai
merasa dirinya lebih besar atau lebih kecil dari
yang sesungguhnya. Merasa bias terbang
melayang. Disorientasi ruang juga bias terjadi,
sehingga meskipun pemakai berada di lantai
tujuh, ia merasa bahwa mobil yang ia parker di
39. 47
lantai dasar berada di depan mata. Dan ini dapat
berakibat buruk.
Selama masih dalam pengaruh narkotika jenis
halusinogen ini, kelakuan si pemakai tidak
wajar, banyak tertawa, bicara tidak karuan,
pemakai bisa menjadi curiga berlebihan, mata
menjadi merah dan agresif dan akhirnya tertidur
dengan mimpi yang serba indah. Akan tetapi,
ketika pengaruh obat sudah menurun, hanyalah
bisa berubah jadi sangat manakutkan. Pemakai
seakan-akan dikejar-kejar oleh sesuatu yang
sangat menakutkan atau menjijikkan.
Yang termasuk dalam jenis halusinogen ini
adalah ganja, jenis jamur tertentu (psilocybin),
LSD (lysergic acid diethylamide), mescaline,
DET (Diethyltryptamine), peyote cactus, dan
lain-lain.
d. Entaktogen
Entektogen adalah efek gabungan dari stimulan
dan halusinogen sekaligus. Merangsang untuk
beraktivitas karena adanya hayalan tertentu.
Yang termasuk dalam jenis stimulan-
halusinogen ini adalah ekstasi(Methylenedioxy-
methamphetamine / MDMA).
40. 48
Ketika seseorang mengonsumsi ekstasi dan
sudah masuk dalam kondisi (fly) maka warna
warni menjadi kelihatan serba indah dan suara
musik terdengar lebih indah juga (halusinogen).
Bersamaan dengan itu tubuh juga terpacu untuk
bergoyang mengikuti irama yang ada (stimulan).
Dorongan untuk bergerak (antara lain dengan
geleng-geleng kepala) tidak bisa dikintrol.
Bergoyang mengikuti irama (biasanya jenis
disco&house music) tidak bisa dihentikan
sampai efek dari ekstasi itu hilang sendiri
beberapa jam kemudian.
Akibat buruk dari ekstasi tentu saja jelas.
Kelelahan yang pada saat intoksikasi tidak
berasa, pada waktunya tentu akan muncul
menyerang tubuh. Jika pada saat drop seseorang
sedang mengendarai motor atau mobil maka
kecelakaan mudah sekali terjadi. Dalam jangka
panjang tubuh perlahan tapi pasti akan rusak
karena pemakaian yang berlebihan.
e. Kanabinoid
Efek kanabinoid adalah efek gabungan antara
halusinogen dan depresan. Narokotika yang
termasuk dalam jenis kanabinoid ini adalah
41. 49
ganja. Ganja memiliki efek gabungan antara
munculnya khayalan indah (halusinasi)
sekaligus membuat pemakaianya merasa tenang,
santai, hilang ingatan, atau kadang kegembiraan
yang berlebihan (eufaria).
2.1.3.3. Dampak Penyalahgunaan narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau
melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan
ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan
mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena
terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan
organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan
ginjal.Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang
sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai,
kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai.Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat
terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
1) Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Fisik
a) Gangguan pada system syaraf (neurologis)
seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah.
42. 50
c) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti:
penanahan (abses), alergi, eksim.
d) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti:
penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah,
murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.
f) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap
kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi
hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
g) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap
kesehatan reproduksi pada remaja perempuan
antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe
(tidak haid).
h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik,
khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
saat ini belum ada obatnya.
43. 51
i) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal
ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian
2) Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Psikis.
a) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang
dan gelisah.
b) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal,
penuh curiga.
c) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang
brutal.
d) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan
tertekan.
e) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak
aman, bahkan bunuh diri.
3) Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap
Lingkungan Sosial .
a) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila,
dikucilkan oleh lingkungan.
b) Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
c) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan
suram.
44. 52
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat.
Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang
luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan
psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk
mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti
dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah,
manipulatif, dan lain-lain.
45. 53
2.2. Penelitian terdahulu
N
o
Nama Judul
Penelitian
Metode Hasil Persamaan &
perbedaan
1 Asni M ,
Rahma,
Mukhsen
Sarake,
2013.
Faktor yang
berhubungan
dengan
penyalahgunaan
narkotika dan
bahan adiktif
(narkoba) pada
remaja di SMA
Kartika
Wirabuana XX-
1 Makassar
Penelitian ini
menggunakan
rancangan cross
sectional study.
Populasi penelitian
adalah siswa(i)
kelas X dan XI
yang masih aktif
mengikuti proses
belajar-mengajar
sebanyak 227 siswa
yang hadir pada
saat penelitian
dijadikan unit
analisis. Pemilihan
sampel yang
digunakan adalah
stratified random
sampling.
Pengumpulan data
dilakukan dengan
menggunakan
kuesioner. Analisis
data yang
dilakukan
adalah univariat
dan bivariat
menggunakan uji
Yate’s Correction
dengan tingkat
signifikan alfa (α)
0,05 dan uji phi.
Penelitian ini
dilakukan di SMA
Kartika Wirabuana
XX-1 Makassar
pada bulan April
2013.
Hasil penelitian
menunjukkan
sebanyak 23,3% siswa
yang pernah
menyalahgunakan
narkoba. Terdapat
hubungan antara
persepsi keharmonisan
keluarga (p=0,044,
φ=0,144), konformitas
teman sebaya
(p=0,033, φ=0,152)
dan tingkat religiusitas
(p=0,016, φ=0,171)
dengan
penyalahgunaan
narkoba.
Ketidakharmonisan
keluarga, tingginya
konformitas teman
sebaya dan rendahnya
religiusitas
menyebabkan
kecenderungan remaja
menjadi penyalahguna
narkoba.
Kesimpulannya adalah
ada hubungan antara
persepsi keharmonisan
keluarga, konformitas
teman sebaya dan
tingkat religiusitas
dengan
penyalahgunaan
narkoba.
Persamaan :
1. Rancangan
penelitian
menggunakan
cross sectional.
2. Populasi
penelitian
adalah siswa
SMA sederajat.
Perbedaan :
1. Penelitian
dilakukan untuk
mengetahui
faktor yang
berhubungan
dengan
penyalahgunaan
narkotika,
bukan untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan
siswa.
2. Analisis data
yang digunakan.
46. 54
2 Alya
Nurmaya,
2016.
Penyalahgunaan
NAPZA di
kalangan remaja
(studi kasus
pada siswa di
MAN 2 kota
Bima)
Pendekatan yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah pendekatan
kualitatif. Jenis
penelitian ini
adalah
penelitian studi
kasus. Dalam
penelitian
kualitatif
instrument
utamanya adalah
peneliti itu sendiri,
maka teknik
pengumpulan data
yang digunakan
adalah: obsevasi,
wawancara dan
dokumentasi.
Subyek dalam
penelitian ini
adalah 2 orang
siswa di Madrasah
yang dipilih
secara purposive
sampling yaitu
teknik
pengambilan
sumber data
dengan
mengkhususkan
pada subyek yang
mengalami
masalah yang
diteliti.
Analisis data dalam
penelitian ini
menggunakan
Model Miles dan
Huberman. Salah
satu cara uji
kredibilitas data
atau kepercayaan
terhadap data
hasil penelitian
kualitatif antara
lain dilakukan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
(i) Faktor penyebab
penyalahgunaan
NAPZA pada subyek
pertama yaitu faktor
individu (kepribadian)
dan faktor lingkungan
pergaulan (teman
sebaya). Sedangkan
faktor penyebab
penyalahgunaan
NAPZA pada subyek
kedua yaitu faktor
keluarga (broken
home) dan faktor
lingkungan tempat
tinggal.
(ii) Penyalahgunaan
NAPZA berdampak
negatif pada fisik,
psikologis, sosial dan
spiritual sehingga
berpengaruh pada
hasil prestasi belajar
kedua subyek di
sekolah.
(iii) Upaya guru
bimbingan dan
konseling terhadap
kedua subyek yang
sudah terlanjur
menyalahgunakan
NAPZA dilakukan
melalui layanan
informasi, konseling
individual, home
visit dan
mengadakan razia.
Namun hal tersebut
belum maksimal,
karena masalah
NAPZA seharusnya
perlu mendapatkan
perhatian lebih serius
dalam
penanganannya,
untuk itu dibutuhkan
Persamaan :
1. Tema penelitian
yaitu tentang
NAPZA.
2. Sampel pada
penelitian yaitu
siswa tingkat
SMA sederajat.
Perbedaan :
1. Instrument
penelitian
menggunakan
wawancara
bukan
kuesioner.
2. Jenis penelitian
studi kasus
bukan
deskriptif.
47. 55
dengan
trianggulasi dan
member check
tempat terapi dan
rehabilitasi yang
secara professional
dapat di
pertanggungjawabkan.
3 Nusiriska
Prisaria,
2012.
Hubungan
pengetahuan dan
lingkungan
social terhadap
tindakan
pencegahan
penyalahgunaan
NAPZA pada
siswa SMA
negri 1 jepara
Penelitian yang
dilakukan
merupakan
penelitian survey
dengan pendekatan
cross sectional atau
belah lintang.
Populasi sample
penelitian ini
adalah siswa yang
masih terdaftar di
SMA Negeri 1
Jepara dan bersedia
menandatangani
inform consent.
Besar sample
dalam penelitian ini
adalah 94 subjek.
Variabel bebas dari
penelitian ini
adalah pengetahuan
dan lingkungan
sosial sedangkan
variabel terikatnya
adalah tindakan
pencegahan.
ada hubungan positif
antara pengetahuan
siswa SMA Negeri
1Jepara tentang
NAPZA dan pengaruh
lingkungan sosial
terhadap tindakan
pencegahan. Semakin
tinggi pengetahuan
siswa terhadap
NAPZA, maka
semakin tinggi pula
pencegahan terhadap
NAPZA, serta
semakin tinggi
pengaruh sosial yang
baik maka semakin
tinggi pula
pencegahan terhadap
NAPZA.
Persamaan :
1. Rancangan
penelitian
menggunakan
cross sectional.
2. Populasi
penelitian
adalah siswa
SMA sederajat.
3. Variable
penelitian
menggunakan
pengetahuan.
Perbedaan :
1. Penelitian
dilakukan untuk
mengetahui
hubungan
bukan untuk
meng-
gambarkan
2. Uji yang
dilakukan.
4 Gezahegn
Tesfaye,
Andualem
Derese, and
Mitiku
Teshome
Hambisa.
2014.
Penggunaan Zat
dan Faktor-
faktor Terkait di
antara Pelajar
Universitas
di Ethiopia:
Studi Lintas
Sectional
Penelitian
dilakukan dari 15-
30 April 2013 di
Universitas
Haramaya kota
Dire Dawa. Desain
Studi yang
digunakan adalah
Studi cross-
sectional berbasis
institusi. Populasi
yang diambil
adalah semua
mahasiswa sarjana
di Universitas
Prevalensi seumur
hidup secara
keseluruhan
penggunaan zat di
kalangan mahasiswa
sangat tinggi.
Substansi yang paling
sering digunakan di
kalangan siswa adalah
alkohol. Jenis
kelamin, status
perkawinan, tahun
belajar, agama, dan
depresi ditemukan
menjadi prediktor
Persamaan :
1. Tema penelitian
tentang narkoba
pada pelajar.
2. Desain
penelitian
menggunakan
cross sectional.
Perbedaan :
1. Populasi yang
digunakan
48. 56
Haramaya. Sampel
penelitian
berjumlah 1040
siswa dengan
menggunakan
teknik multistage
sampling.
Instrument yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah kuesioner.
Analisis bivariat
dan multivariat
digunakan untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor yang
terkait dengan
variabel hasil.
Odds ratio dengan
interval
kepercayaan 95%
dihitung untuk
menilai tingkat
asosiasi dan
signifikansi
statistik. Variabel-
variabel yang
ditemukan
signifikan dalam
analisis bivariat
dipertahankan
untuk analisis
multivariat lebih
lanjut. Kemudian
analisis regresi
logistik dilakukan
untuk mengontrol
variabel perancu
dan untuk
memprediksi faktor
independen yang
terkait dengan
penggunaan zat
independen dari
penggunaan zat di
kalangan siswa.
Penggunaan zat di
kalangan mahasiswa
menuntut perhatian
khusus, tindakan
pencegahan darurat,
dan kegiatan KIE
yang ditargetkan.
Pendidikan dan
penciptaan kesadaran
tentang efek
berbahaya dari
penggunaan zat
terutama di kalangan
siswa laki-laki harus
dilakukan. Harus ada
unit di universitas
yang bertanggung
jawab untuk konseling
pasien depresi dan
strategi harus
dirancang untuk
mencegah depresi di
kalangan mahasiswa.
pelajar tingkat
perguruan tinggi
sederajat.
49. 57
2.3. Kerangka Konsep
Kumpulan teori yang mendasari topic penelitian disusun dalam kerangka
konseptual. Hubungan variabel dalam kerangka konseptual harus jelas
tergambar dengan berbagai variabel yang mempengaruhinya (Saryono,
2011)
Kerangka konsep pengetahuan siswa tentang narkoba
Keterangan :
: tidak di teliti
: diteliti
: hubungan
Pengetahuan siswa
tentang narkoba
1) Bahaya narkoba
2) Jenis narkoba
3) Efek yang di
timbulkan dari
penyalahgunaan
narkoba
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
Kualitas
pengetahuan
Baik > 75%
Cukup 56-75%
Kurang < 56%
Pendidikan
Lingkungan
Informasi/
media
massa
Ekonomi
Social
budaya
Usia
Pengalaman